• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kinerja Keuangan dan Makro Ekon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Kinerja Keuangan dan Makro Ekon"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji bagaimana pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang terdiri dari rasio TAT, ROA, DPR, PBV, serta ekonomi makro yang terdiri dari inflasi dan kurs mata uang terhadap return dan beta saham syari’ah pada perusahaan yang konsisten terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII) selama tahun 2004-2008. Untuk menjelaskan pengaruh variabel tersebut dalam penelitian ini dianalisis menggunakan model regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kurs mata uang yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah, karena tingkat kurs yang berfluktuatif tinggi maka memberikan efek negatif terhadap tingkat return yang diperoleh. Sementara itu, hasil pengujian dan analisis yang lainnya menunjukkan bahwa hanya rasio TAT yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah, karena semakin efisien tingkat perputaran aktiva maka akan meminimalkan tingkat risiko yang terjadi.

Keywords: Kinerja Keuangan Perusahaan, Ekonomi Makro, Saham Syari’ah, Return dan Beta.

1 Dosen IAIN Lhokseumawe. Email: muhayatsyah@gmail.com. Tulisan ini dimuat

(2)

A. Pendahuluan

Dalam berbagai aktivitas investasi hal yang utama yang sering

dipertimbangkan oleh investor adalah return (tingkat pengembalian) yang

diharapkan di masa mendatang dan risiko tertentu yang berkaitan dengan

investasi tersebut. Pada pasar modal khususnya pada perdagangan sekuritas,

saham merupakan investasi yang selalu dihadapkan pada berbagai macam

risiko dan ketidakpastian yang sulit diprediksikan oleh investor. Oleh karena

itu, investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar

tingkat pengembalian investasi. Untuk mengurangi kemungkinan risiko dan

ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam

informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan yang

mampu menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan, serta prospek

pertumbuhan perusahaan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu

negara di masa yang akan datang dengan lebih baik.

Informasi mengenai kinerja perusahaan sangat penting diperlukan

bagi para investor baik itu kinerja keuangan maupun manajemen perusahaan

karena informasi kinerja perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar

pengambilan keputusan investor dalam memilih investasi pada suatu

perusahaan. Indikator yang biasa mendapat perhatian utama dari investor

adalah aspek keuangan, yaitu laporan keuangan. Bagi pihak-pihak di luar

manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela

informasi yang memungkinkan investor untuk mengetahui kondisi suatu

perusahaan pada suatu masa pelaporan. Maka informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan dan

transparan. Hal ini dikarenakan kegiatan investasi merupakan kegiatan yang

mengandung risiko dan ketidakpastian sehingga dengan adanya informasi

yang disajikan akan mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang

dihadapi oleh investor.

Selain informasi mengenai kinerja perusahaan dalam melakukan

(3)

nilai mata uang dan inflasi menjadi sangat penting bagi kelangsungan

investasi saham. Naik turunnya kurs dolar Amerika berpengaruh terhadap

perdagangan dan harga saham di Indonesia. Proses meningkatnya

harga-harga secara umum dan menurunnya nilai uang terus-menerus akan

mempengaruhi tingkat pengembalian saham. Kedua variabel tersebut

merupakan variabel yang berpengaruh secara langsung terhadap return dan

risiko yang dihadapi. Ketika kondisi ekonomi makro mengalami penurunan

atau perlambatan, maka harga saham juga akan mengalami penurunan.

Sebaliknya, kondisi perekonomian yang membaik diharapkan akan

berdampak pada kenaikan harga saham.

Ada dua aspek yang melekat dalam suatu investasi saham, yaitu return

yang diharapkan dan risiko tidak tercapainya return yang diharapkan.Dalam

konsep return dan risiko, investor tidak boleh hanya memperhatikan

besarnya return suatu aset, tetapi juga harus melihat seberapa besar risiko

yang harus ditanggung. Untuk meminimalkan risiko investasi, investor harus

mampu mendiversifikasikan dananya pada berbagai pilihan aset dengan

membentuk portofolio yang terdiri dari banyak aset. Return merupakan salah

satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan

imbalan atas keberanian investor untuk menanggung risiko atas investasi

yang dilakukannya.2 Return dan risiko secara teoretis pada berbagai

sekuritas mempunyai hubungan yang positif. Semakin tinggi risiko akan

semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, begitu juga sebaliknya.3

Return dan risiko yang tinggi pada saham berhubungan dengan kinerja

keuangan perusahaan dan ekonomi makro.

Ekonomi makro secara umum memiliki hubungan dengan tingkat

return dan risiko terutama dampak inflasi dan pergerakan kurs mata uang

2Varietmi Wira, Analisa Karakteristik Perusahaan Terhadap Return dan Beta

Perusahaan Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Jakarta,

http://fekon.unand.ac.id/icbe/images/Paper/Analisa_Karakteristik_Perusahaan_Terhadap_ Return_Dan_Beta_Perusahaan_Makanan_Dan_Minuman_Di_Bursa_Efek_Jakarta.pdf, akses 30 Mei 2010, hlm. 2.

3 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: STIM

(4)

karena faktor ekonomi makro tersebut merupakan faktor eksternal

perusahaan yang mempengaruhi tingkat harga saham dan tidak dapat

dikendalikan oleh perusahaan. Dalam analisis fundamental, kondisi variabel

ekonomi makro sangat mempengaruhi keputusan-keputusan investasi yang

diambil oleh investor karena dampak tersebut tidak terjadi pada suatu

perusahaan tetapi memiliki dampak terhadap pasar modal.

Kinerja keuangan perusahaan dengan kondisi ekonomi makro pada

dasarnya memiliki hubungan yang saling berkaitan, terutama pada aktivitas

yang dilakukan perusahaan dalam perdagangan saham. Tingkat return yang

diperoleh oleh perusahaan dari investasi saham tidak terlepas dari faktor

eksternal. Proses meningkatnya harga-harga secara umum dan menurunnya

nilai uang terus-menerus akan mempengaruhi tingkat pengembalian saham

(return), walaupun dalam analisis fundamental perusahaan atau investor

menggunakan informasi mengenai kinerja perusahaan atau laporan

keuangan sebagai indikator mengestimasikan tingkat return dan risiko dari

investasi saham. Jadi setiap perubahan ekonomi yang terjadi baik itu

mengalami pertumbuhan atau penurunan sangat memiliki dampak terhadap

kinerja perusahaan dalam menghasilkan return dan ketidakpastian risiko

yang dihadapi oleh perusahaan maupun investor.

Perdagangan saham, baik pada pasar modal konvensional maupun pasar modal syari’ah mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Ardi Hamzah mengenai perbandingan tingkat

return antara saham syari’ah dan non syari’ah menjelaskan bahwa saham

non syari’ah mempunyai tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan saham syari’ah.4 Hal ini menunjukkan bahwa saham syari’ah masih

menghasilkan return yang rendah.

Return yang diharapkan oleh investor biasanya dalam bentuk

kenaikan atau penurunan capital gain dan dividen. Risiko dari sekuritas

4Ardi (amzah, Analisa Karakteristik Perusahaan dan Ekonomi makro Terhadap

(5)

berupa risiko spesifik dan risiko sistematik. Risiko spesifik dapat dihilangkan

dengan membentuk portofolio yang baik. Risiko sistematik tidak dapat

dihilangkan dengan membentuk portofolio yang baik, dikarenakan risiko

tersebut terjadi di luar perusahaan seperti gejala ekonomi makro. Risiko

sistematik juga disebut dengan beta, karena beta merupakan pengukur dari

risiko sistematik. Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta. Beta

suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas

atau portofolio. Beta suatu sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat

keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar.5

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin menguji pengaruh

kinerja keuangan dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham

syari’ah pada perusahaan yang konsisten di Jakarta Islamic Index (JII). Dalam penelitian ini variabel kinerja keuangan diproksikan dengan rasio keuangan.

Rasio keuangan tersebut terdiri dari Total Assets Turnover (TAT), Return on

Asset (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR), dan Price Book Value (PBV). Serta

variabel ekonomi makro yang terdiri dari kurs rupiah terhadap dolar dan

inflasi.

B. Landasan Teori dan Hipotesis 1. Teori Signalling

Orang-dalam (insiders) perusahaan pada umumnya memiliki informasi

yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan

prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar. Munculnya

asymmetric information tersebut menyulitkan investor dalam menilai

obyektif berkaitan dengan kualitas perusahaan. Munculnya masalah

asymmetric information ini membuat investor secara rata-rata

memberikan penilaian yang lebih rendah terhadap semua saham

perusahaan. Dalam bahasa teori signalling, kecenderungan ini disebut

5Ardi (amzah, Analisa Ekonomi Makro, )ndustri dan Karakteristik Perusahaan

(6)

pooling equilibrium karena perusahaan berkualitas bagus dan

perusahaan berkualitas jelek dimasukkan dalam pool penilaian yang

sama.6

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah

perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.

Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh

manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa

promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa prospek

perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Informasi-informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan akan menjadi daya tarik

bagi para investor untuk membeli atau menjual saham yang dipunyai,

karena dengan kondisi keuangan yang baik dimungkinkan dapat

menaikkan harga saham perusahaan tersebut sehingga informasi

tersebut memberikan sinyal yang positif bagi pemegang saham.

2. Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat

berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang

belum terjadi namun diharapkan dapat terjadi di masa mendatang.

Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.7

Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan

investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang

diinvestasikan. Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang

tinggi dengan risiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para

investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang

optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Konsep ini

penting karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur.

Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara

6 Zainal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), hlm.

11-12.

7 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE, 2008),

(7)

capital gain dan capital loss. Rata-rata return saham dapat dihitung

dengan rumus:8

�� �� =PtP−Pt− t−

Komponen return terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital

gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang

relatif dengan harga periode yang lalu. Sedangkan yield merupakan

persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode

tertentu dari suatu investasi. Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih

tinggi dari harga investasi periode lalu (Pt-1) ini berarti terjadi

keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal

(capital loss).9

3. Risiko Sistematis (Beta Saham)

Risiko yang berkaitan dengan investasi saham dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu (a) risiko tidak sistematis (unsystematic risk) adalah

risiko sekuritas yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau dalam

istilah lain risiko yang terjadi karena karakteristik perusahaan atau

institusi keuangan yang mengeluarkan sekuritas. (b) risiko sistematis

(systematic risk) adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui

diversifikasi, atau dalam istilah lain risiko yang terjadi karena faktor

perubahan pasar secara keseluruhan seperti kurs mata uang dan

inflasi.10

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas

atau return portofolio terhadap return pasar. Dengan demikian beta

merupakan pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau

portofolio relatif terhadap risiko pasar. Volatilitas dapat didefinisikan

sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam

suatu periode waktu tertentu. Beta merupakan pengukur risiko

8Ibid., hlm. 196.

9Ibid.

10 Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2001),

(8)

sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif

terhadap risiko pasar.11 Menurut Husnan dalam Variyetmi Wira

menyatakan beta merupakan ukuran risiko yang bersal dari hubungan

antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal

dari faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar.12

Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang

menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis

ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengistemasi beta masa datang.

Beta historis diukur dengan koefisien regresi antara imbal hasil saham

individual dengan tingkat imbal hasil pasar. Data historis dapat juga

berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar), data akuntansi

(laba perusahaan dan laba indeks pasar) atau data fundamental

(menggunakan variabel-variabel fundamental).13 Dalam Njo Anastasia,

untuk menghitung beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi

beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return sekuritas

sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel

bebas.14Persamaan regresi yang digunakan untuk mengistemasi beta

pasar dapat didasarkan pada beberapa model, yaitu model indeks

tunggal atau model pasar atau menggunakan model CAPM, beta pasar

dengan model indeks tunggal dapat dihitung berdasarkan persamaan

sebagai berikut: 15

Ri= i+ i∙RM +ei

Dari persamaan di atas, koefisien i merupakan beta sekuritas ke-i

yang diperoleh dari teknik regresi. Variabel acak ei di persamaan regresi

menunjukkan bahwa persamaan linier yang dibentuk mengandung

kesalahan. Untuk setiap observasi, nilai kesalahan residu (ei)

11 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 358.

12Variyetmi Wira, Analisa Karakteristik Perusahaan, akses Mei , hlm. . 13 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 359.

14Njo Anastasia dkk, Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap

(arga Saham Properti Di BEJ, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 5 No 2 (November 2003), hlm. 126.

(9)

menunjukkan perbedaan antara return observasi sesungguhnya dengan

return estimasi yang berada di garis linier.

Investor biasanya ketika menganalisis saham berdasarkan

harapan terhadap risiko yang sistematis. Investor akan memperoleh

tingkat keuntungan sebagai imbalan atas kesediaannya menghadapi

risiko yang sistematis. Investor yang berani menanggung risiko akan

mengambil saham yang mempunyai risiko tinggi dan konsekuensinya

juga berpeluang untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Sedang

investor yang tidak berani mengambil risiko akan memilih saham yang

memberikan imbal hasil yang relatif stabil walaupun nilainya kecil.

Kontribusi sekuritas terhadap risiko portofolio tergantung atas

sensitifitas atau kovarian tingkat keuntungan sekuritas terhadap perubahan pasar yang sering diukur dengan koefisien beta . Risiko beta mencerminkan tingkat sensitifitas imbal hasil saham perusahaan

individual terhadap pasar. Jika kondisi pasar membaik (ditunjukkan

dengan naiknya indeks pasar) maka saham yang memiliki beta positif

akan menunjukkan kecenderungan harga saham meningkat, demikian

juga sebaliknya jika pasar memburuk maka harga saham cenderung

turun.

4. Hubungan Variabel Terhadap Return dan Beta Saham

Total Assets Turnover (TAT) pada dasarnya digunakan untuk mengukur

sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan total aktiva.16 Dampak

dari semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di

dalam menghasilkan volume penjualan akan meningkatkan laba dari

sebuah perusahaan, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan

aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh

terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba

perusahaan.17 Ketika perusahaan berinvestasi pada saham, tingkat laba

yang diperoleh dari hasil investasi aktiva perusahaan menjadi

(10)

pertimbangan yang menarik untuk diperhatikan. Ketika laba yang

diperoleh meningkat maka secara tidak langsung saham-saham

perusahaan tersebut menjadi daya tarik oleh investor untuk melakukan

investasi saham, dengan harapan saham dapat diperdagangkan dengan

harga yang meningkat mendekati nilai intrinsiknya sehingga tingkat

return menjadi meningkat dan menyebabkan menurunnya risiko pada

harga saham tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Ulupui, menemukan bahwa TAT

tidak bermanfaat untuk memprediksi return apabila jangka waktunya

satu tahun ke depan. Berbeda hasilnya ketika digunakan untuk

memprediksi return dua tahun ke depan. Berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kennedy menunjukkan variabel TAT berpengaruh

signifikan terhadap return saham. Kemungkinan perbedaan ini karena

perbedaan sampel dan ukuran perusahaan. Menurut White, Sondhi &

Fried, rasio antar perusahaan bisa berbeda karena perbedaan waktu

perolehan aset. Misalnya aset yang baru lebih efisien karena pengaruh

teknologi dan jika keadaan inflasi, aset dapat menjadi lebih mahal.

Meskipun penelitian ini mengindikasikan bahwa rasio aktivitas belum

mendapat perhatian dari investor untuk memprediksi return, diharapkan

investor dapat mengamati aktivitas perusahaan berdasarkan rasio

aktivitas ini.18

Dari perubahan rasio ROA yang semakin meningkat maka

dianggap sebagai informasi yang positif bagi investor dan menunjukkan

kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian

investasi (return) semakin besar dan risiko yang dialami semakin kecil.

Dengan demikian akan semakin banyak para investor untuk

menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. Dengan banyaknya

18) G. K. A. Ulupui, Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan

Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman

Dengan Kategori )ndustri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta BEJ ,

(11)

permintaan atas saham, maka harga saham akan naik dan return saham

juga ikut naik. Selain itu, teori signalling membenarkan bahwa adanya

informasi baru dengan laporan keuangan (yang tepat waktu)

mempengaruhi harga saham di pasar, dan tentunya akan berimbas pada

return saham yang akan didapat.

Dividend payout ratio adalah rasio yang melihat bagian earning

(pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Dengan

alasan yang rasional bahwa perusahaan enggan untuk menurunkan

dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap

sebagai sinyal yang buruk. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai

risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil,

dengan maksud bahwa nanti tidak perlu mengurangi dividen jika laba

yang diperoleh turun. Karena beta merupakan pengukur risiko, maka

dapat dinyatakan bahwa beta dan dividen payout mempunyai hubungan

yang negatif. Alasan lain yang menyatakan hubungan negatif antara beta

dengan dividen payout adalah bahwa pembayaran dividen dianggap lebih

kecil risikonya dibandingkan dengan capital gains. Dengan demikian

perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan mempunyai

risiko yang kecil dibandingkan dengan yang menahannya dalam bentuk

laba yang ditahan.

Price Book Value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan jumlah

pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham

yang beredar.19 Rasio PBV menunjukkan berapa kali rupiah harga yang

dibayarkan investor untuk nilai riil (nilai buku) per lembar saham.

Saham dengan PBVtinggi termasuk saham overvalued, sebab nilai pasar

saham lebih tinggi dari nilai bukunya, disebut juga PBV>1, sedangkan

saham dengan PBV rendah termasuk saham undervalued, sebab nilai

pasar saham lebih rendah dari nilai bukunya, disebut juga PBV<1.

19 Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta:

(12)

Saham dengan PBVtinggi (overvalued)memiliki risiko penurunan

harga yang tinggi sebab nilai/harganya cenderung menurun mendekati

nilai intrinsiknya sehingga return-nya lebih rendah, sebab penurunan

harga saham perusahaan berarti meningkatkan risiko dari saham itu

sendiri. Sedangkan saham dengan PBV rendah (undervalued) memiliki

risiko penurunan harga saham kecil sebab nilai/harganya cenderung

meningkat mendekati nilai intrinsiknya sehingga return-nya lebih tinggi

dan menyebabkan menurunnya risiko pada harga saham. Dalam hal ini

dapat dikatakan bahwa PBV berpengaruh negatif terhadap tingkat

pengembalian saham (return), sementara hubungan PBV dengan beta

adalah positif.

Inflasi adalah proses kenaikan barang secara terus menerus.20

Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini

disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan risiko

proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi

dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta

menimbulkan distorsi informasi tentang harga-harga relatif. Kenaikan

laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan meningkatkan harga

barang dan jasa, sehingga konsumsi akan menurun. Selain itu kenaikan

harga faktor produksi juga akan meningkatkan biaya modal perusahaan.

Sehingga pengaruh dari kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi

tersebut akan menurunkan harga saham.

Selain itu, investor akan cenderung melepas sahamnya apabila

terjadi peningkatan inflasi, lebih-lebih pada saat terjadi inflasi yang tidak

terkendali. Hal ini terjadi karena pada saat inflasi tinggi maka investasi

dalam bentuk tabungan atau deposito lebih menguntungkan dan lebih

pasti dibandingkan investasi pada saham, sehingga investor cenderung

melepas sahamnya dan memilih tabungan atau deposito untuk

berinvestasi. Kecenderungan investor untuk melepas sahamnya akan

(13)

menyebabkan harga saham menjadi turun, dan penurunan harga saham

akan membuat risiko (beta) saham naik dan tingkat pengembalian

(return) saham akan turun.

Kurs mata uang atau nilai tukar merupakan pengukur nilai dari

suatu valuta dari perspektif valuta lain.21 Menurut Junaldi yang dikutip

Abdul, kurs dolar Amerika berpengaruh negatif terhadap harga saham

dikarenakan secara teoritis ketidakstabilan kurs mata uang akan

mempengaruhi biaya-biaya operasi, apabila kurs dolar menguat dari

rupiah maka biaya produksi juga akan semakin meningkat dikarenakan

impor bahan baku dan peralatan. Dengan ongkos produksi yang semakin

besar akan menghasilkan keuntungan yang semakin kecil, sehingga akan

mempengaruhi pergerakan harga saham, dimana harga saham juga akan

ikut menurun.22

Nilai kurs suatu mata uang bisa bergerak turun atau sebaliknya

mengalami kenaikan (berubah-ubah) tergantung seberapa besar

permintaan dan penawaran akan mata uang tersebut. Jika permintaan

terhadap suatu mata uang tertentu meningkat, maka nilai tukar mata

uang tersebut akan naik, dan sebaliknya. Namun, fluktuasi yang sering

berubah tajam bisa menjadi indikasi buruk bagi perekonomian suatu

negara karena mencerminkan ketidakstabilan ekonomi negara tersebut.

Jika perubahan kurs bergerak tajam atau berubah-ubah (naik/turun),

maka akibatnya kondisi ekonomi sulit diprediksi, harga-harga sulit

ditentukan dan tingkat keuntungan yang diharapkan (return) dari

adanya investasi akan menurun. Oleh karena itu, bagi pelaku ekonomi

semakin rendah tingkat fluktuasi nilai kurs adalah semakin baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

21 Jeff Madura, Manajemen Keuangan Internasional, alih bahasa Emil Salim Salim

(Jakarta: Erlangga, 2000), hlm. 86.

22Abdul Naser (asibuan, Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Ekonomi Makro

(14)

HA1: TAT berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. H

A2: TAT berpengaruh negatif signifikan terhadap betasaham.

HA3: ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

H

A4: ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap betasaham.

H

A5: DPR berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

HA6: DPR berpengaruh negatif signifikan terhadap betasaham.

H

A7: PBV berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham.

HA8: PBV berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham.

H

A9: Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham.

H

A10: Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap betasaham.

HA11: Kurs mata uang berpengaruh negatif signifikan terhadap return

saham. H

A12: Kurs mata uang berpengaruh positif signifikan terhadap beta

saham.

C. Metodologi Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis terapan. Penelitian jenis ini berusaha

untuk menerapkan semua teori yang ilmiah atas keadaan pada saat itu.23

Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu data yang digunakan dalam penelitian

ini berupa angka-angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti, sehingga

data seperti ini memungkinkan untuk dianalisis menggunakan pendekatan

statistik. 24

Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar

di Jakarta Islamic Index (JII) yang mempublikaskan laporan keuangan per 31

Desember. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.25

Pemilihan sampel dengan purposive sampling yang bertujuan untuk

memperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang

ditentukan penelitian ini. Kriteria tersebut meliputi:

23 Syamsul Hadi, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan

(Yogyakarta: Ekonisia, 2006), hlm. 26.

24Ibid., hlm. 27.

(15)

1. Perusahaan yang konsisten terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) selama

lima tahun berturut-turut dimulai dari tahun 2004-2008.

2. Perusahaan yang konsisten dijadikan sebagai sampel sebanyak delapan

perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun

pengamatan.

Teknik analisis data penelitian menggunakan regresi linier berganda

dan harus lolos uji asumsi klasik terlebih dahulu, supaya hasil dari penelitian

tersebut tidak bias. Dalam penelitian ini formulasi yang digunakan sebagai

berikut:

Return1 = a + b1 TAT1 + b2 ROA2 + b3 DPR3 - b4 PBV4 - b5 Inf5 - b6 Kurs6 +

e

Beta1 = a - b1 TAT1 - b2 ROA2 - b3 DPR3 + b4 PBV4 + b5 Inf5 + b6 Kurs6 +

e Keterangan:

Return1 = Return Saham

Beta2 = Beta Saham

a = Konstanta

b1-b6 = Koefisien Variabel Independen

TAT1 = Total Assets Turnover (TAT)

ROA2 = Return on Assets (ROA)

DPR3 = Dividen Payout Ratio (DPR)

PBV4 = Price Book Value (PBV)

Inf5 = Inflasi

Kursf6 =Kurs Mata Uang

e = Residu

Persamaan regresi berganda di atas membentuk dua persamaan

regresi berganda yang sama. Kedua model tersebut di atas masing-masing

bertujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi

atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen

yang diketahui. Model yang pertama menjelaskan kekuatan hubungan antara

enam variabel independen terhadap return saham. Model yang kedua

menjelaskan kekuatan hubungan antara enam variabel independen terhadap

beta saham. Selain itu model tersebut juga menunjukkan arah hubungan

antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel dependen

(16)

probabilistik. Variabel independen/bebas diasumsikan memiliki nilai tetap

(dalam pengambilan sampel yang berulang).

D. Hasil dan Analisis

Dari hasil pengujian secara parsial (uji-t), cara pengambilan

keputusan uji-t adalah pada signifikansi 0.05, jika sig. t<0.05, maka hipotesis

alternatif diterima, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen

secara individual mempengaruhi variabel dependen dan sebaliknya pada

penelitian ini dapat dibentuk dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 1

Hasil Uji Parsial Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah

Variabel Prediksi Koefisien thitung Sig. Kesimpulan Ha

(Constant) 0,151 0,537 0,595

TAT + -0,298 -1,481 0,149 Tidak Signifikan Ditolak

ROA + -0,007 -0,532 0,598 Tidak Signifikan Ditolak

DPR + 0,006 1,397 0,173 Tidak Signifikan Ditolak

PBV - 0,037 3,546 0,001 Signifikan Ditolak

Inflasi - 0,019 0,835 0,410 Tidak Signifikan Ditolak

Kurs - -3,379 -2,085 0,046 Signifikan Diterima

a. Dependent Variable: Return Sumber: Data diolah

Tabel 2

Hasil Uji Parsial Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah

Variabel Prediksi Koefisien thitung Sig. Kesimpulan Ha

(Constant) 0,149 0,886 0,383

TAT - -0,294 -2,431 0,021 Signifikan Diterima

ROA - 0,018 2,425 0,022 Signifikan Ditolak

DPR - 0,001 0,244 0,809 Tidak Signifikan Ditolak

PBV + -0,006 -0,938 0,356 Tidak Signifikan Ditolak

Inflasi + 0,016 1,210 0,236 Tidak Signifikan Ditolak

Kurs + -3,272 -3,364 0,002 Signifikan Ditolak

a. Dependent Variable: Beta Sumber: Data diolah

Dari hasil analisis regresi (uji t) terhadap return saham syari’ah

menunjukkan bahwa hanya variabel kurs yang menjawab sesuai hipotesis

(17)

negatif signifikan terhadap return saham syari’ah. Sementara variabel TAT,

ROA, DPR, PBV dan inflasi menghasilkan tidak ada satu pun variabel tersebut

menjawab hipotesis yang dibangun di awal. Jadi Ha1, Ha3, Ha5, Ha7 dan Ha9

tidak terbukti.

Dari hasil analisis regresi uji t terhadap beta saham syari’ah

menunjukkan bahwa hanya variabel TAT yang menjawab sesuai hipotesis

(Ha2) yang dibangun di awal. Kesimpulan dari Ha2 adalah TAT berpengaruh

negatif signifikan terhadap beta saham syari’ah. Sementara variabel ROA, DPR, PBV, inflasi dan kurs menghasilkan tidak ada satu pun variabel tersebut

menjawab hipotesis yang dibangun di awal. Jadi Ha4, Ha6, Ha8, Ha10 dan Ha12

tidak terbukti. Adapun analisis pembahasan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengaruh TAT terhadap Return dan Beta Saham

TAT pada dasarnya menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan

keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume

penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio TAT berarti semakin efisien

penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan penjualan yang

akan meningkatkan laba. Pada penelitian ini menunjukkan berapa pun

tingkat keefisienan aktiva dalam menghasilkan laba tidak memiliki

pengaruh yang berarti terhadap tingkat return yang diperoleh dalam

perdagangan saham syari’ah. Karena sebagian kalangan menganggap

rasio TAT tidak bermanfaat untuk memprediksi return yang diperoleh

dari perdagangan saham syari’ah.

Meskipun penelitian ini mengindikasikan bahwa rasio aktivitas

belum mendapat perhatian dari investor untuk memprediksi return

saham syari’ah, tetapi bila dilihat pengaruhnya terhadap risiko (beta

saham syari’ah) rasio ini memiliki pengaruh yang negatif terhadap

tingkat risiko (beta) yang terjadi pada perdagangan saham syari’ah. Jika

(18)

maka akan meningkatkan tingkat risiko beta saham syari’ah dalam perdagangan saham. Hal ini mengindikasikan semakin cepat tingkat

perputaran aktiva maka laba yang dihasilkan akan semakin meningkat,

karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk

meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan.

Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba bersih perusahaan sehingga

banyak investor yang menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

Maka diharapkan investor dapat mengamati aktivitas perusahaan

berdasarkan rasio aktivitas ini.

2. Pengaruh ROA terhadap Return dan Beta Saham

Peningkatan ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik

karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar diterima

dan risiko atau kerugian yang terjadi dalam investasi relatif kecil.

Tingginya ROA akan menjadi sinyal positif yang akan meningkatkan

kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan. Hasil pengujian

hipotesis di atas tidak mendukung teori signaling yang menyatakan

bahwa semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan maka semakin besar

tingkat return yang dihasilkan, karena ROA sebagai rasio profitabilitas

tentunya akan memberikan informasi atau sinyal bagi investor terhadap

prospek perusahaan di masa mendatang. Informasi mengenai

keuntungan perusahaan sebagai hasil dari investasi perusahaan tidak

mempengaruhi tingkat return yang diperoleh dan mengindikasikan

risiko yang diperoleh semakin bertambah akibat kenaikan keuntungan

dari investasi. Walaupun dalam penelitian ini mengindikasikan seberapa

pun tingkat ROA yang dihasilkan tidak memiliki pengaruh terhadap

returnsaham syari’ah, sebagian investor masih menganggap bahwa rasio

tersebut masih penting untuk dipertimbangkan.

3. Pengaruh DPR terhadap Return dan Beta Saham

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori signaling yang menyatakan

(19)

bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik, khususnya dalam

memperoleh keuntungan. Adanya informasi pembagian dividen berarti

menggambarkan perusahaan mempunyai arus kas yang baik.

Dividend payout merupakan rasio yang melihat bagian earning

(pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Hasil

penelitian ini juga bertolak belakang dengan penjelasan yang

dikemukakan Lintner bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk

menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan

dianggap sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan

membutuhkan dana. Perusahaan yang mempunyai risiko tinggi

cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil. Alasan lain

adalah bahwa pembayaran dividen dianggap lebih kecil risikonya

dibandingkan dengan capital gains. Dengan demikian perusahaan yang

membayar rasio dividen yang tinggi akan mempunyai risiko yang kecil

dibandingkan dengan yang menahannya dalam bentuk laba yang

ditahan.26

Hasil penelitian ini menunjukkan ketika perusahaan membagikan

atau tidak sebuah dividen maka tidak ikut mempengaruhi terhadap

tingkat keuntungan (return saham) maupun risiko (beta saham) yang

diperoleh dalam perdagangan saham syari’ah. Sebagaimana pendapat Mogdiliani dan Miller (MM) bahwa dividen adalah tidak relevan karena

pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran

pemegang saham.27 Dalam teori bird in the hand theory salah satu asumsi

dalam pendekatan MM ini adalah bahwa kebijakan dividen tidak

mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor.28

Pembayaran dividen bisa saja memberatkan perusahaan karena akan

mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk investasi. Di sisi lain,

pembayaran dividen juga merugikan pemegang saham karena harus

(20)

membayar pajak atas dividen yang diterima tersebut. Ini berarti bahwa

hanya perusahaan yang benar-benar menguntungkan yang berani

membayarkan dividen karena perusahaan tersebut mampu menangggung

biaya atas berkurangnya dana untuk investasi.

Ada beberapa alasan pelaku pasar dapat merespon pengumuman

dividen itu sebagai sinyal bad news. Pertama, perusahaan yang

membagikan dividen bisa saja akan mengalami kesulitan likuiditas dan

solvabilitas di waktu-waktu mendatang dan akan terganggu model

kerjanya. Kedua, pelaku pasar bisa mengintepretasikan keputusan RUPS

yang menetapkan besaran atau target dividen yang harus dibagikan

direksi sebagai suatu sinyal yang akan memicu para direksi berperilaku

moral hazard, yaitu melakukan rekayasa laporan keuangan atau

memanipulasi laba yang menguntungkan kepentingan pemegang saham

dan perusahaan serta kepentingan direksi sendiri, tapi justru merugikan

kepentingan stakeholders lainnya.29

4. Pengaruh PBV terhadap Return dan Beta Saham

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori, semakin tinggi rasio PBV

dalam artian rasio mengalami overvalued maka memiliki risiko

penurunan harga yang tinggi sebab nilai/harganya cenderung menurun

mendekati nilai intrinsiknya sehingga return-nya lebih rendah.

Sedangkan saham dengan PBV rendah (undervalued) memiliki risiko

penurunan harga saham kecil sebab nilai/harganya cenderung

meningkat mendekati nilai intrinsiknya sehingga returnnya lebih tinggi.

Hasil penelitian ini tentang pengaruh positif dari PBV terhadap

return saham syari’ah dan tidak adanya pengaruhnya PBV terhadap

tingkat risiko (beta saham syari’ah) menunjukkan adanya anomalidalam

perdagangan saham khusunya saham syari’ah. Kejadian anomali ini

menunjukan adanya inefisiennya pasar dalam kaitannya dengan

perdagangan saham syari’ahdalam Jakarta Islamic Index (JII).

29 Andreas Lako, Laporan Keuangan dan Konflik Kepentingan (Yogyakarta: Amara

(21)

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai PBV akan

memberikan kontribusi positif dan signifikan terhadap perubahan return

saham syari’ah. Nilai PBV yang semakin tinggi akan memberikan

kontribusi terhadap return saham syari’ah yang semakin tinggi,

sebaliknya perubahan nilai PBV yang semakin rendah akan memberikan

kontribusi terhadap return saham syari’ahyang rendah.

Berdasarkan hal tersebut, ketika melihat tidak adanya pengaruh

hubungan PBV dengan tingkat risiko (beta saham) bisa saja

diindikasikan bahwa ketika rasio PBV semakin tinggi (overvalued) atau

nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya, bisa saja investor tidak

terlalu mengkhawatirkan risiko yang terjadi tersebut. Karena bisa saja

harga pasar pada saat itu sewaktu-waktu mengalami penurunan secara

tiba-tiba (undervalued) karena faktor eksternal perusahaan, sehingga

harga pasar lebih rendah dari nilai buku yang diperoleh dan investor

mempunyai kesempatan pada waktu itu untuk memperoleh return

saham yang lebih baik. Jadi investor tidak terlalu mengkhawatirkan

ketika harga sahamnya lebih rendah dari harga pasar, karena kejadian

penurunan harga saham perusahaan tidak selalu berarti terjadinya

peningkatan risiko secara langsung dari saham itu sendiri. Sebab hal

semacam itu sudah sering terjadi pada kenyataannya.

5. Pengaruh Inflasi terhadap Return dan Beta Saham

Berdasarkan teori yang dikemukakan Fama, Geske dan Roll yang

menyatakan bahwa tingkat inflasi berhubungan negatif dengan return

saham.30 Hal ini bertentangan atau bertolak belakang dengan teori

tersebut karena dari perubahan inflasi yang terjadi bisa disebabkan

inflasi tersebut sudah diantisipasi sebelumnya. Pada dasarnya kenaikan

laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan meningkatkan harga

barang dan jasa, sehingga konsumsi akan menurun. Selain itu kenaikan

harga faktor produksi juga akan meningkatkan biaya modal perusahaan.

(22)

Sehingga pengaruh dari kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi

tersebut akan menurunkan harga saham.

Sebenarnya inflasi tidak selalu buruk, asalkan masih berada pada

tingkat yang aman. Inflasi menjadi bermasalah bila laju inflasinya tinggi.

Karena, inflasi yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat terhadap

barang dan jasa menjadi menurun. Selain itu, inflasi yang tinggi menjadi

sinyal negatif bagi para investor. Investor akan cenderung melepas

sahamnya apabila terjadi peningkatan inflasi, lebih-lebih pada saat

terjadi inflasi yang tidak terkendali.

Dapat dipahami bahwa pada saat terjadi kenaikan inflasi, para

investor cenderung bereaksi untuk menjual saham yang dimiliki karena

biasanya investor akan mensyaratkan tingkat return yang tinggi guna

melindungi return riilnya. Langkah ini diambil guna mengantisipasi atas

kemungkinan meningkatnya risiko saham yang diakibatkan oleh

kenaikan inflasi, yaitu memprediksikan bahwa kenaikan harga barang

dan jasa pada saat inflasi akan berdampak pada berkurangnya daya beli

dan tingkat keuntungan perusahaan, sehingga investor berusaha

melindungi risiko penurunan return riil dengan cara menaikkan return

yang disyaratkan. Reaksi investor tersebut akan menyebabkan harga

saham di pasaran turun. Ini menunjukkan bahwa naik turunnya harga

saham merupakan prediksi tinggi rendahnya tingkat inflasi.31

6. Pengaruh Kurs terhadap Return dan Beta Saham Syari’ah

Kenaikan kurs menyebabkan penurunan pada nilai tukar mata uang

domestik terhadap mata uang luar negeri. Semakin tinggi kurs

menyebabkan nilai tukar menjadi melemah dan turunnya kurs akan

membuat nilai tukar menjadi menguat. Apabila kurs mata uang domestik

mengalami penguatan, maka penguatan tersebut sebagai sinyal yang baik

bagi investor sehingga akan mendorong keinginan investor untuk

berinvestasi pada pasar modal yang menyebabkan naiknya harga saham

(23)

perusahaan. Selanjutnya kenaikan harga saham perusahaan akan

menyebabkan return saham meningkat.

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

terutama dolar Amerika, dari sisi perusahaan menyebabkan biaya yang

berkaitan dengan kegiatan ekspor-impor akan mengalami kenaikan.

Munculnya kenaikan biaya tersebut, berpengaruh pada penurunan laba

perusahaan dikarenakan kenaikan biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan, belum tentu disertai dengan naiknya laba perusahaan.

Demikian pula dengan penurunan laba yang menyebabkan penurunan

tingkat return yang diperoleh investor, sehingga investor akan

menangkap satu bentuk sinyal negatif dalam investasi. Munculnya sinyal

negatif pada pandangan investor, berpengaruh pada harga saham, karena

penurunan return yang ditawarkan dalam investasi. Fluktuasi yang

muncul tersebut menyebabkan turunnya minat investor untuk

melakukan pembelian terhadap saham yang tentunya berakibat pada

berkurangnnya tingkat keuntungan investor.

Fluktuasi kurs nilai tukar mata uang biasanya disebabkan oleh

gejolak aktual moneter sebagaimana juga halnya dengan ekspektasi pasar

terhadap gejolak moneter yang disebabkan oleh perubahan dalam

pertumbuhan produk domestik bruto (PDB/GDP), inflasi, suku bunga,

rancangan anggaran dan defisit perdagangan atau surplus perdagangan,

penabungan dan akuisisi dan kondisi ekonomi makro

lainnya.32Perusahaan yang aktif di perdagangan internasional akan

diuntungkan jika mata uang domestik terdepresiasi, karena penerimaan

dalam mata uang domestik akan meningkat sebagai akibat lebih

berharganya mata uang asing dan jumlah penjualan (ekspor) yang

meningkat karena harga produk lebih kompetitif di mata konsumen luar

negeri.33

32 Wikipedia )ndonesia Encyclopedia, Bursa Valuta Asing, http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_valuta_asing, akses 2 September 2009.

(24)

Penelitian yang dilakukan Desak Putu Suciwati dan Mas’ud Machfoed yang dikutip Sumiarsih menyimpulkan bahwa pada periode

setelah krisis ekonomi (setelah 1997) arah hubungan antara nilai kurs

dan return saham berkorelasi negatif signifikan. Hal ini sesuai dengan

kondisi di Indonesia, bahwa setelah tahun 1997 terjadi depresiasi rupiah

yang tinggi terhadap sejumlah mata uang asing terutama terhadap dolar

Amerika, sehingga hubungan antara nilai tukar dengan return perusahaan

cenderung negatif.34

Pengaruh kurs dengan risiko (beta saham) memiliki pengaruh

yang berlawanan. Artinya jika kurs terjadi fluktuatif yang tinggi baik itu

terjadi apresiasi maupun terjadi depresiasi maka risiko (beta saham)

menjadi kecil atau tidak memiliki efek yang berarti. Hal ini terjadi karena

investor ada kemungkinan selama periode pengamatan penelitian ini,

tidak terlalu memikirkan tingkat fluktuatif nilai kurs yang berubah-ubah

setiap waktu karena perubahan nilai kurs antara rupiah dan nilai dolar

pada periode penelitian ini mengalami perubahan yang tidak jauh atau

dapat dikatakan bahwa perubahan nilai kurs cukup stabil.

E. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis terhadap return menunjukkan

bahwa hanya kurs mata uang yang berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap return saham syari’ah. Hubungan yang terjadi adalah jika tingkat

kurs mengalami fluktuatif yang tinggi baik itu terjadi kenaikan maupun

terjadi penurunan maka dapat memberikan efek negatif terhadap tingkat

keuntungan (return) yang diperoleh. Sementara TAT, ROA, DPR, PBV, inflasi

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return yang diperoleh.

34Titi Sumiharsih Pengaruh Variabel Fundamental, )ndikator Makro Ekonomi dan

(25)

Sementara itu, hasil pengujian dan analisis terhadap beta

menunjukkan bahwa hanya rasio TAT yang berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap beta saham syari’ah. (ubungan yang terjadi adalah jika

jumlah TAT mengalami kenaikan maka akan menurunkan tingkat risiko,

sebaliknya jika jumlah TAT mengalami penurunan maka akan meningkatkan tingkat risiko dalam perdagangan saham syari’ah. Artinya semakin efisien tingkat perputaran aktiva maka akan meminimalkan tingkat risiko yang

terjadi. Sementara ROA, DPR, PBV, inflasi dan kurs tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap beta (risiko saham).

Mengingat penelitian ini memiliki keterbatasan, maka saran untuk

penelitian selanjutnya adalah:

a. Perlu dilakukan penelitian yang sama dengan menggunakan

variabel-variabel industri seperti jenis industri, ukuran industri dan kosentrasi

industri serta menambah dan mengurangi variabel-variabel

karakteristik perusahaan, seperti rasio likuiditas, rasio leverage, serta

variabel-variabel ekonomi makro seperti harga minyak dunia, tingkat

kemiskinan, jumlah pengangguran, Produk Domestik Bruto (PDB),

suku bunga dan lainnya.

b. Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian

variabel-variabel ekonomi makro, industri dan karakteristik perusahaan

dengan return dan beta saham non syari’ah serta menguji perbedaan

antara return dan beta saham syari’ah dengan return dan beta saham

(26)

Daftar Pustaka

Ahmad, Kamaruddin, Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Edisi

Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Anastasia, Njo, dkk, Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap (arga Saham Properti Di BEJ, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume. 5, No. 2, November 2003.

Arifin, Zainal, Teori Keuangan dan Pasar Modal, Edisi I, Yogyakarta: Ekonisia,

2005.

Auliyah, Robiyatul dan Ardi Hamzah, Analisa Karakteristik Perusahaan,

Industri, dan Makro Ekonomi Terhadap Returndan Beta Saham Syari’ah,

Simposium Nasional Akuntansi IX, Agustus 2006.

Bank Indonesia, http://www.bi.go.id/web/

Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting, Edisi VIII, Yogyakarta: BPFE, 2004.

Boediono, Ekonomi Moneter, Edisi III, Yogyakarta: BPFE, 2001.

Bukhari, Tantangan )nvestasi Syari’ah di Pasar Modal,

http://bukhariibra.wordpress.com/makalah-kita/tantangan-investasi-syari’ah-di-pasar-modal, akses 23 September 2009.

Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro,

2000.

Dev Group on Research dan Until, Price to Book Value, http://www.infovesta.com/roller/penjelasan/entry/price_to_book_valu

e, akses 2 Agustus 2010.

Ghafur, Muhammad Wibowo, Ekonomi Moneter: Tinjauan Ekonomi

Konvensional dan Islam, Yogyakarta: Biruni Press, 2007.

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan

IV, Semarang: Undip, 2006.

Hadi, Syamsul, Metodologi Penelitian untuk Akuntansi dan Keuangan, Edisi I,

Yogyakarta: Ekonosia, 2006.

(amzah, Ardi, Analisa Ekonomi Makro, )ndustri dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Beta Saham Syari’ah , Simposium Nasional Akuntansi VIII, September 2005.

- - - -, Analisa Karakteristik Perusahaan dan Makro Ekonomi Terhadap

Return Saham Syari’ah dan Non Syari’ah, International Seminar and Symposium, UNAIR, Surabaya, Agustus 2008.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, Edisi III,

(27)

Hartono, Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi V, Yogyakarta: BPFE, 2008.

(asibuan, Abdul Naser, Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Ekonomi

Makro Terhadap Return Saham LQ- Di Bursa Efek )ndonesia, Tesis:

Universitas Sumatra Utara (2009).

Herlambang, Tedy, dkk, Ekonomi Makro: Teori, Analisis, dan Kebijakan,

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi

IV, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004.

Husnan, Suad, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi III,

Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2001.

- - - -, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka

Panjang), Edisi IV, Yogyakarta: BPFE, 2008.

Indra Darmawan, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer, Cetakan I, Yogyakarta:

Pustaka Widyatama, 2006.

JSX, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Yogyakarta: Bursa Efek

Universitas Islam Indonesia.

Karim, Adiwarman Aswar, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Cetakan

I, Jakarta: Gema Insani, 2001.

- - - -, Ekonomi Makro Islami, Edisi I, Jakarta: Raja Grafindo, 2007.

Lako, Andreas, Laporan Keuangan dan Konflik Kepentingan, Edisi Revisi,

Yogyakarta: Amara Books, 2007.

Madura, Jeff, Manajemen Keuangan Internasional, alih bahasa Emil Salim, Jilid

1, Edisi 4, Jakarta: Erlangga, 2000.

Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Edisi I, Yogyakarta: BPFE,

2002.

Nopirin, Ekonomi Makro, Buku II, Edisi I, Yogyakarta: BPFE, 2000.

Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro di

Indonesia, Jakarta: Grasindo, 2005.

Sartono, Agus, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi IV, Yogyakarta:

BPFE, 2001.

Setianto, Agus, Pengaruh Variabel Makro Ekonomi, Return On Equity dan

Price To Book Value Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada

Perusahaan-Perusahaan Di Jakarta Islamic Index Periode 2005- ,

Skripsi: Fakultas Syari’ah dan (ukum U)N Sunan Kalijaga .

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan XIII, Bandung: Alfabeta, 2009.

(28)

Perusahaan yang Listing di Jakarta Islamic Index Tahun 2004- . Skripsi: Fakultas Syari’ah dan (ukum U)N Sunan Kalijaga ,

Syafe’i, Rahmat, Fiqih Muamalah, Cetakan III, Bandung: Pustaka Setia, 2006. Syafitri, Dian, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas

Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index J)) , Skripsi: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga (2008).

Syamsudin, Lukman, Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi:

Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

Ulupui, ) G. K. A., Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan

Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan

dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek

Jakarta BEJ ,

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/i%20g%20k%20a%20ulupui%281 %29.pdf, akses 9 Februari 2010.

Wikipedia )ndonesia Encyclopedia, Bursa Valuta Asing, http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_valuta_asing, akses 2 September 2009.

Wira, Varietmi, Analisa Karakteristik Perusahaan Terhadap Return dan Beta

Perusahaan Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Jakarta,

http://fekon.unand.ac.id/icbe/images/Paper/Analisa_Karakteristik_Peru sahaan_Terhadap_Return_Dan_Beta_Perusahaan_Makanan_Dan_Minuma n_Di_Bursa_Efek_Jakarta.pdf, akses 30 Mei 2010.

Zubaidah, Siti, Analisis Pengaruh Tingkat )nflasi, Perubahan Nilai Kurs Terhadap Beta Saham Syari’ah Pada Perusahaan yang Terdaftar Di

Jakarta Islamic Index (JII ,

Gambar

Tabel 1 Hasil Uji Parsial Terhadap Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan penelitian yang dilakukan adalah mengambil sampel Ikan Baung asap dari tiga tempat pengolahan untuk dilakukan analisis proksimat di laboratorium (kadar air,

Sehubungan dengan Dokumen Kualifikasi dari perusahaan Saudara untuk Belanja modal pengadaan konstruksi bangunan gedung sarana kesehatan Puskesmas Mlarak, maka dengan

Irma Syuryani Jaswir Farid Wajdi Mohd Nor Wida Widuri. Sharnirizal

Pencatatan merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat- obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, dan di distribusikan maupun

yang diharapkan. Persepsi Risiko adalah persepsi nasabah Bank Mandiri di Surabaya atas pertimbangan potensi keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari

Individual stressor adalah penyebab stress yang bersal dari dalam diri individu,. misalnya tipe kepribadian seseorang, control personal dan tongkat

Dari hasil pengujian yang dilakukan didapatkan nilai korelasi pada variabel Bahan (Material), Jadwal penggunaan material yang terperinci dan tepat waktu (material's

Dalam kegiatan ini instrumen yang digunakan adalah formulir pencatatan waktu tunggu, stopwatch, pedoman wawancara, alat perekam dan alat tulis. Penelitian dilakukan