• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Kedekatan Keilmuan Hukum Tata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Membangun Kedekatan Keilmuan Hukum Tata"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Membangun Kedekatan Keilmuan

Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik

Bilal Dewansyah1

Pendahuluan

Salah satu buku Prof. Sri Soemantri yang cukup fenomenal di masanya adalah buku “iste Dua Pa tai ang diterbitkan pada tahun 1968.2 Karya tersebut merupakan hasil penelitian Sri Somantri terhadap sistem-sistem kepartaian yang ada di dunia, terutama untuk merespon gagasan penerapan sistem dua partai di Indonesia dalam perdebatan pembahasan RUU Pemilihan Umum pada tahun 1967.3 Yang menarik dari buku tersebut, analisis yang disajikan merujuk pada kajian-kajian yang lazim digunakan dalam ilmu politik. Misalnya, pandangan bahwa sistem Pemilu distrik akan memaksa partai politik tidak kuat, bergabung dengan partai atau partai-partai politik lain yang memiliki persamaan,4 atau jika sistem Pemilu distrik terus menerus digunakan, akhirnya akan mengakibatkan terjadinya sistem dua partai.5

Bagi para sarjana Hukum Tata Negara saat ini, hal di atas tentu tidak aneh, karena sudah diajarkan sejak mengambil mata kuliah Hukum Tata Negara (HTN) pada program S1. Namun demikian, pada masa itu, buku tersebut dianggap breakthrough atau terobosan, karena dianggap memberikan perspektif baru dalam studi HTN, khususnya untuk mengkaji bidang politik.6 Saat ini, 48 tahun setelah buku itu lahir, kajian tentang partai politik atau politik Indonesia pada umumnya, tentu sangat berkembang, termasuk di kalangan para ahli hukum.7

Karya ilmiah pakar dan praktisi hukum yang juga menggunakan pendekatan hukum dan politik pun juga mulai bermunculan, dimulai dari disertasi Moh. Mahfud MD yang dibukukan tentang Politik Hukum8, atau buku dari tesis Benny K. Harman mengenai

Konfigurasi Politik dan Kekuasaan Kehakiman.9 Di sisi lain, pakar Ilmu Politik Indonesia yang mengkaji hukum, hampir tidak ada (bisa jadi saya salah), kecuali jika menyebut

1

Dosen pada Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Unpad, dan peneliti pada Pusat Studi Kebijakan Negara (PSKN) di fakultas yang sama.

2

Sri Soemantri, Sistem Dua Partai, Bandung : Binatjipta, 1968.

3

Penelitian tentang sistem dua partai ini, dilakukan setelah Sri Soemantri mundur dari jabatan Pembantu Dekan di Fakultas Hukum Unpad, terutama terinspirasi dari gagasan yang dilontarkan Pangdam VI Siliwangi saat itu, Mayjen H.R. Dharsono. Lihat “usi D i Ha ija ti, “ i “oe a t i , u ik Khazanah, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum (PJIH), Vol. 3 No. 1, 2016, hlm. 202.

4

Sri Soemantri, Op.Cit., hlm. 15.

5

Ibid., hlm. 16.

6

Lihat lebih lanjut dalam Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Mengawal Konstitusi: Pengabdian Seorang Guru Besar, Bandung : Unpad Press, 2006, hlm. 137.

7

Pada saat tulisan ini disusun, para pakar, pemerhati dan mahasiswa hukum tata negara membicarakan isu tentang demokrasi internal partai politik dalam Konferensi Hukum Tata Negara Ke-3 yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Konstitusi (PusaKo) FH Universitas Andalas (5 – 8 September 2016) di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

8

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1998, hlm. 2-6. Disertasinya diselesaikan tahun 1993 di UGM.

9

(2)

Indonesianis pakar Ilmu Politik asal Amerika Serikat, Daniel S. Lev, sebagai bagian dari kelompok ini.10 Di sisi lain, tidak ada ruang bersama bagi para pakar hukum, khususnya Hukum Tata Negara, dan pakar Ilmu Politik untuk membicarakan isu keilmuan dalam interaksi kedua disiplin ilmu ini.

Hal di atas sangat kontras dengan sikap para scholar Indonesia pada kedua cabang Ilmu ini, yang mengakui kedekatan yang erat antara hukum - terutama HTN - dan politik. Mochtar Kusmaatmadja, misalnya, mengakui antara hukum dan politik memiliki hubungan yang saling bergantung.11 Demikian pula Sri Soemantri yang menganggap hukum dan politik memiliki kedekatan fungsional, analog dengan hubungan antara rel dan lokomotif kerata api. Ahli politik seperti Miriam Budiarjo pun melihat adanya kedekatan ilmu politik dan ilmu hukum terutama dari historis keilmuan.12 Secara substansi, pakar politik Ramlan Surbakti pun menegaskan hukum sebagai salah satu faktor legitimasi sistem politik suatu negara.13 Artinya, pernyataan-pernyataan keilmuan tersebut, lebih dari sekedar pengakuan hubungan erat antara dua disiplin ilmu, namun juga menyiratkan perlunya ruang bersama untuk membuka dialog keilmuan di antara cabang ilmu ini.

Dalam praktik, sesekali para ahli politik diundang oleh komunitas/ asosiasi ahli huku , a u ha a se agai ta u , de ikia se alik a. Na u de ikia , ha pi dapat dipastikan, para pakar dari kedua disiplin ilmu tersebut pasti bertemu dalam e agai fo u de ga pe dapat ketika le aga-lembaga negara membuat kebijakan negara yang penting, seperti perubahan konstitusi, pembentukan undang-undang, dan sebagainya. Namun kedekatan praktis demikian, tentu tidak cukup. Dalam konteks tersebut, para pakar, baik pakar Hukum Tata Negara maupun Ilmu Politik, tidak akan akan sempat, atau mungkin memiliki waktu yang terbatas, untuk bertukar-pikiran tentang isu politik ketatanega aa se a a ko p ehe sif, a g pada akhi a ha us diputuska sendiri oleh para politisi, yang seringkali dalam momen politik nyata, hanya mencari pembenaran rasional atas rancangan keputusan politik yang sudah dikemas sebelumnya. Tulisan ini dimaksudkan untuk membahas hubungan antara studi hukum, khususnya hukum tata negara, dan studi ilmu politik di Indonesia, dengan agenda utama: mendorong dialog kelimuan antara kedua disiplin limu tersebut.

Keilmuan Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik: Dua Tradisi

Telah banyak dikemukakan bahwa studi tentang negara adalah objek dari berbagai disipli il u. Tho as Flei e & Lijida D. Basta, isal a e egaska : The diverse catalogue of questions about the state proves that it is beyond the scope of a single

10

Kumpulan terjemahan tulisannya yang diterbitkan pada beberapa jurnal di Amerika Serikat tentang hukum dan politik di Indonesia diterbitkan oleh LP3ES yaitu Hukum dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan

(1990).

11

Pandangan Mochtar Kusumaatmadja mengenai hal i i dike al dala adagiu : Huku ta pa kekuasaa adalah angan-a ga , kekuasaa ta pa huku adalah kelali a . Lihat dala Atip Latipulha at, Mo hta

Kusu aat adja , kolo Khazanah, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum (PJIH), Vol. 1 No. 3, 2014,hlm. 641.

12

Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm. 26.

13

(3)

scientific discipline to provide all the answers. 14 Dua dari sekian banyak disiplin ilmu yang menstudi negara adalah Ilmu Hukum, khususnya Hukum Tata Negara15, dan Ilmu Politik.

Dari perspektif hukum, tidak ada yang menyangkal bahwa sistem hukum Indonesia, sangat dipengaruhi oleh tradisi hukum Eropa Kontinental (civil law), yang berbeda – walaupun telah terjadi konvergensi sistem hukum – dengan tradisi common law.

Demikian pula keilmuan para pakar Hukum Tata Negara kita, yang banyak terpengaruh oleh teori-teori hukum tata negara (constitutional theory) dari para pemikir hukum tata negara Eropa, khususnya Belanda16, termasuk Sri Soemantri.

Berbicara hubungan hukum, khususnya Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik, Eropa juga memiliki historisitas tersendiri, yang pada akhirnya memperlihatkan perbedaan hubungan keduanya dengan hubungan di negara-negara common law, khususnya Amerika Serikat, kecuali Inggris.17 Ilmu Politik di Eropa, khususnya Eropa Barat, lebih menekankan pada pendekatan normative – institusionalis dengan memfokuskan studi te ta g ega a , khusus a kele agaa ega a da pe kembangan (sejarah)-nya.18 Ini mencerminkan pendekatan Ilmu Politik di Eropa Barat memang sangat dipengaruhi oleh studi Ilmu Hukum.

Di Amerika Serikat (AS) pun pada awalnya, perkembangan Ilmu Politik juga dimulai dari studi Ilmu Huku , khusus a elalui studi te ta g la a d politi s yang dikembangkan pada akhir Abad ke-19.19 Pada awal Abad Ke-20 studi tersebut dikenal se agai studi Pu li La /Judi ial Politi s/La a d Cou t yang mulanya memfokuskan perhatian pada studi terhadap putusan hakim, dengan asumsi preferensi personal hakim akan menentukan putusannya atau penerapan hukum pada umumnya.20 Dari segi historis,

School of Political Science pertama di AS juga dilahirkan oleh Sekolah Hukum (law school)

di Colombia University pada tahun 1880 terutama untuk tujuan membekali para pegawai baru di pemerintahan federal.21 Pe dekata a g digu aka pu sa gat huku

Dua cabang Ilmu Hukum lain yang menaruh perhatian penelitiannya terhadap negara yaitu Hukum Internasional (publik), Hukum Administrasi (Negara).

Inggris dari segi sistem hukum merupakan pendahulu common law system, dan keilmuan hukumnya secara umum memiliki tradisi yang sama dengan negara-negara common law lainnya, temasuk dengan Amerika Serikat. Namun untuk pendekatan Ilmu Politiknya, tradisi keilmuan di Inggris hampir sama dengan beberapa negara besar Eropa (seperti Jerman dan Perancis) yang lebih bersifat normatif, berbeda dengan Amerika Serikat. Kenneth Newton &

(4)

merupakan para ahli Hukum Tata Negara, seperti Edward S. Corwin22, yang karyanya terus diperbarui, bukan oleh ahli hukum, tetapi oleh ahli Ilmu Politik.23

Namun demikian, berbeda dengan di Eropa, Ilmu Politik di AS mulai menemukan pe dekata a se di i a g dise ut eha io alis e pada tahu a -1970an.24 Berbeda dengan pendekatan sebelumnya yang oleh pembaharunya disebut

t adisio alis e , pe dekata eha io alis e e fokuska studi a pada akto politik, termasuk perilaku dan sikapnya dalam sistem politik.25 Secara metode pun, pendekatan ini mulai menggunakan metode kuantitatif26 yang kontras dengan pendekatan sebelumnya (kualitatif). Pendekatan ini menjadi ciri pembeda Ilmu Politik dengan ilmu lainnya, termasuk dengan Ilmu Hukum, baik dari segi ruang lingkup maupun metode, walaupun kemudian pendekatan ini juga berkembang termasuk dari para pengkritiknya.27 Di Eropa, pendekatan behavioralisme, walaupun diterima oleh para pakar Ilmu Politik di beberapa negara, namun secara umum tidak disukai (namun tidak seluruhnya ditolak), terutama dari pakar politik di negara-negara yang memiliki tradisi Ilmu Politik yang kuat, khususnya Inggris, Jerman dan Perancis.28 Menurut kebanyakan pandangan ilmuwan politik di Eropa, pendekatan behavioral seperti pendekatan ekonomi politik/pilihan rasional (rational choice)/pilihan publik (public choice), dianggap sebagai permainan intelektual saja, bukan sesuatu yang nyata.29 Ini mencerminkan betapa sebuah tradisi keilmuan yang mengakar memang agak sulit menerima perubahan ekstrim dalam hal pendekatan.

Pada kedua tradisi tersebut sangat jelas kedudukan Ilmu Politik dalam hubungannya dengan Ilmu Hukum, khususnya Hukum Tata Negara. Di Eropa tren untuk e pe taha ka t adisi la a a g e fokuska studi te ta g ega a se agai i stitusi tetap te jadi, alaupu de ga o jek a g e ta ah i stitusi sup a-nasional pada Uni Eropa). Dalam hal ini studi Ilmu Politik tetap in-line dengan Hukum Tata Negara,

22

Lihat Ibid., hlm. 5. Lihat juga Andrew D. Martin & Morgan L.W. Hazelton, Loc.Cit. Salah satu buku Corwin yang melegenda berjudul The Constitution and What It Means Today. Buku tersebut berisi pasal-pasal Konstitusi Amerika Serikat beserta amandemennya dan dibahas beserta putusan dari Mahkamah Agung Amerika Serikat sesuai dengan sistem.

23

Salah satu buku Corwin yang melegenda berjudul The Constitution and What It Means Today, yang terbit pertama kali tahun 1920.Buku tersebut berisi pasal-pasal Konstitusi Amerika Serikat beserta amandemennya dan dibahas beserta putusan – putusan dari Mahkamah Agung Amerika Serikat. Pada tahun 1978, buku tersebut sudah diterbitkan dalam 14 edisi. Sejak Corwin meninggal, buku tersebut beberapa kali direvisi oleh para mur idnya. Pada Edisi ke-14 buku tersebut direvisi oleh Harold W. Chase dan Craig R. Ducat, yang keduanya merupakan professor Ilmu Politik. Begitu istimewanya buku ini, sampai-sampai para per-e isi a sa gat a gga: We who have had the responsibility for revising this classical work of Edward S. Corwin wish to acknowledge what a great a d a e p i ilege. Lihat Harold W. Chase & Craig R. Ducat, Ed a d “. Co i s The Co stitutio a d What It

Means Today, 14th Edition - 6th Printing, Princeton: Princeton University Press, 1992, hlm. vii.

24

Kenneth Newton & Josep M. Valles, Op.Cit., hlm. 236.

25

Elle G igs , Histo of The Dis ipli e , dala Joh T.Ishi a a, Ma ijke B eu i g, 21st Century Political Science: A Reference Handbook, California: Sage Publication, 2011, hlm. 6.

26

Ibid. 27

Pa a pe gk itik pe dekata i i, e ge al pe dekata postbehavioralis yang menekankan bahwa riset Ilmu Politik harus lebih bermakna yang mengedepankan pada urgensi masalah politik, dimana ilmu dan nilai -nilai saling berhubungan (kritik terhadap behavioralisme yang menekankan pada ilmu yang bebas nilai). Ibid., hlm. 8.

28

Beberapa negara yang ahli politiknya sangat terbuka terhadap pendepatan ini adalah Swedia (karena memang sudah memiliki tradisi behavioralis), Finlandia, Norwegia, Denmark. Lihat Kenneth Newton & Josep M. Valles,

Op.Cit., hlm. 234.

29

(5)

khususnya ketika berbicara tentang berbagai teori-teori kenegaraan. Sebagaimana diketahui, Ilmu Negara/teori umum tentang negara (the general theory of state) atau

Allgemeine Staatslehre (dalam bahasa Jerman), yang menjadi fondasi Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik di Eropa masih tetap berkembang walaupun dengan penyesuaian ruang lingkup penyelidikan.30

Di AS, dimana hubungan Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik memiliki kedekatan historis, dalam perjalanannya memiliki perbedaan pendekatan. Kedekatan historis ini lah yang menjadikan hubungan keduanya unik. Namun demikian, perbedaan pendekatan dan metodologi yang terjadi setelah behavioral-isme tersebut, dalam perkembangannya menjadi relatif. Sejak tahun 1988, ada perkembangan pendekatan dalam Ilmu Politik AS a g e de gu gka ke ali pe dekata a g dia ggap t adisio al a alisis huku , yaitu pendekatan New Institutionalism, yang mulai popular digunakan tahun 1990an pada studi judicial politics31 (Public Law). Artinya, ada kelompok Ilmuwan Politik di AS yang masih memiliki pendekatan keilmuan yang sejalan dengan pendekatan Ilmu Hukum, sehingga pasti terjadi dialog atau lebih mudah melakukan dialog keilmuan.

Bagaimana dengan di Indonesia? Generasi awal para Ilmuwan Politik di Indonesia, seperti Miriam Budiaro, walaupun sempat mengenyam pendidikan Ilmu Politik di AS32, namun karyanya masih terpengaruh oleh pendekatan institusional.33 Namun generasi berikutnya, semisal Maswadi Rauf, Ramlan Surbakti, yang juga mengenyam pendidikan ilmu politik lanjut di AS, apalagi generasi ilmuwan politik yang lebih muda, seperti Burhanuddin Muhtadi yang juga mengenyam studi ilmu politik di negara non-Eropa (Australia), pasti lebih dekat dengan pendekatan behavioralisme atau pendekatan paska itu. Para pakar Ilmu Politik yang tidak dididik secara formal di AS pun sedikit banyak terpengaruh behavioralisme, seperti Rusadi Kantaprawira, walaupun ada juga yang tidak, misalnya Bintan R. Saragih.34 Walaupun bagi Ilmu Politik Indonesia perkembangan ini sangat positif secara keilmuan (perkembangan selain pendekatan normatif institusional), namun jarak keilmuannya dengan para ahli Hukum Tata Negara semakin jauh.35

30

Buku Allgemeine Staatslehre yang ditulis oleh dua guru besar universitas di Swiss, Thomas Fleiner, Lidija R. Basta Fleiner, ditulis kembali untuk mengokomodasi perkembangan-perkembangan terkini seperti transisi (di beberapa negara Eropa), globalisasi, dan multikulturalisme, setelah sebelumnya juga memasukkan materi mengenai hak asasi manusia. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, berjudul Constitutional Democracy in a Multicultural and Globalised World. Lihat Thomas Fleiner, Lidija R. Basta Fleiner, Op.Cit., hlm. ix.

31

Ma k C. Mille , Neoi stitutio alis , dala Joh T.Ishi a a, Ma ijke B eu i g, 21st Century Political Science: A Reference Handbook, California: Sage Publication, 2011, hlm. 23.

32

A o i , Prof. Miriam Budiardjo: Ungkapkan Kebenaran Walaupun Pahit , Senin, 17 Maret 2014,<http://iluni.net/tokoh-inspiratif/167-ungkapkan-kebenaran-walaupun-pahit>

33

Lihat Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik.., Loc.Cit. 34

Kedua pakar politik ini cukup unik secara keilmuan dimana keduanya mendapatkan pendidikan S1 Ilmu Hukum. Perbedaannya, Rusadi Kantaprawira memilih untuk menekuni studi Ilmu Politik, sementara Bintan R. Saragih tetap memilih studi ilmu hukum (S3 di Unpad). Keduanya adalah bimbingan Sri Seomantri. Karya Rusadi, seperti sistem politik Indonesia dipengaruhi pendekatan behavioralisme dalam Ilmu Politik, walaupun tidak bisa 100% meninggalkan perspektif Ilmu Hukum. Sementara karya Bintan R. Saragih cenderung normative-historis, misalnya terlihat dari salah satu bukunya (Politik Hukum). Lihat Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar, cetakan kesepuluh, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006. Lihat juga Bintan R. Saragih Politik Hukum,

Bandung:C.V. Utomo, 2006.

35

(6)

Di sisi lain, pendekatan ahli hukum yang meminjam pendekatan ilmu politik seperti disertasi Mahfud MD, walaupun dianggap terobosan, namun dianggap nyeleneh

e ga tika politik huku untuk mengkaji hubungan politik dengan hukum (pengaruh konfigurasi politik terhadap karakter produk hukum36), karena berbeda dengan pengertian politik hukum dalam tradisi Eropa Kontinental, khususnya Belanda37 (yang berarti kebijakan tentang hukum).38 Pendekatan yang digunakan Prof. Mahfud, walaupun tidak bersifat kuantitatif, namun mempertimbangkan faktor behavioral pada pembentuk undang-undang dalam suatu konfigurasi politik (penekanan pada aktor). Pandangan ahli hukum kebanyakan, tentu saja tidak dapat disalahkan karena persoalan historisitas keilmuan Hukum Tata Negara kita yang dekat dengan tradisi Kontinental yang normatif – institusionalis. Namun demikian, jika dilihat dari studi Ilmu Politik dan hukum di AS, tentu saja pendekatan ini dapat diterima, khususnya ketika dilakukan oleh ahli politik dalam kajian Public Law/Judicial politics. Gambaran ini menegaskan sekali lagi, bahwa membangun kedekatan keilmuan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Politik adalah suatu kebutuhan bagi perkembangan keilmuan di Indonesia, dan secara praktik bagi penyempurnaan sistem ketatanegaraan dan politik Indonesia.

Membangun Kedekatan Keilmuan: Dialog Ilmu Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik Upaya membangun kedekatan keilmuan antara Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik ada pada 1 kata kunci: dialog. Dialog yang dimaksud bukan hanya dialog secara lisan, a u te asuk dialog o lisa sepe ti pe elitia e sa a a g e ahas pendekatan multidispliner di antara kedua cabang ilmu, khususnya untuk memahami pe soala ke ega aa /politik p aktis kita, a g se i gkali dia ggap suka dipaha i dengan teori politik mana pun, dan dalam suatu ruang hukum yang tidak konsisten

a ta a o a da pe egaka .

Upaya mendekatkan kedua disiplin ilmu ini, juga dirasakan di AS yang sebenarnya memiliki keuntungan, karena studi hukum dan Ilmu Politik di sana telah memiliki kedekata histo is. Na u , a a g Il u Politik a g e studi huku , ak i Public Law/Judicial Politics, memang sempat terisolir interaksinya dengan Sekolah Hukum di AS, bahkan juga terisolasi dari Ilmu Politik kontemporer, walaupun kemudian kembali mendekat dan menggunakan pendekatan metode behavioralis (teori rational choice,

metide riset kuantitatif).39 Namun implikasinya, pendekatan studi Public Law menjadi sangat kontras dengan studi Ilmu Hukum pada umumnya di AS yang menekankan pada implikasi normatif.40

behavioral walaupun sifatnya teoritikal, yakni mengenai coat-tail effect dalam Pemilu, yang bagiahli Hukum Tata Negara merupakan konsep yang masih asing.

36

Lihat Moh. Mahfud MD, Politik Huku …., Op.Cit., hlm. 15.

37

Bahkan Mahfud MD sempat menegaskan kembali dalam bukunya kemudian, bahwa beliau pun mengakui bahwa studi politik hukum juga dapat diartikan sebagai policy atau arah resmi tentang hukum. LihatMoh. Mahfud MD,

Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Jakarta: LP3ES,2006, hlm. 48.

38

Lihat Sri Soemantri, Hukum Tata Negara Indonesia Pemikiran dan Pandangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 122.

39

Andrew D. Martin & Morgan L.W. Hazelton, Op.Cit., hlm. 513.

40

(7)

Dalam konteks di atas, Andrew D. Martin & Morgan L.W. Hazelton, mengusulkan upaya integrasi Ilmu Politik pada studi hukum di AS, dalam dua hal : (1) memikirkan integrasi hasil riset ilmu Politik pada mata kuliah yang saat ini diajarkan di Sekolah Hukum, (2) para akademisi hukum harus mulai untuk memperkenalkan mata-mata kuliah non-tradisional yang membahas topik-topik dalam Ilmu Politik.41 Dengan model integrasi demikian, menurut kedua pakar tersebut, pada dasarnya baik pendekatan Ilmu Politik maupun Ilmu Hukum saling melengkapi. Dalam hal ini, pendekatan Ilmu Politik dapat membantu akademisi hukum untuk membuktikan asumsi dari implikasi normatif yang diperdebatkan, sementara pendekatan hukum dapat membantu Ilmu Politik untuk mengarahkan pertanyaan-pertanyaan secara tepat (mungkin dalam penelitian kuantatif), untuk memastikan jawaban akhir memang penting secara substantif.42

Di Indonesia, oleh karena saat ini tidak tradisi khusus dalam Ilmu Politik yang mengkaji hukum, seperti tradisi Public Law di AS, maka di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/FISIP43, juga perlu dikemukakan perspektif Ilmu Hukum tentang negara dan pengambilan keputusan negara. Saat ini, sepanjang pengetahuan saya, hanya ada mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum untuk mahasiswa FISIP atau beberapa cabang hukum lainnya yang dikembangkan oleh ahli hukum yang kebetulan mengajar di FISIP. Di Fakultas Hukum pun, tidak cukup diajarkan Ilmu Negara yang sangat khas berasal dari tradisi Eropa Kontinental dengan konten saat ini, namun juga perlu dikembangkan topik-topik yang dikembangkan dalam Ilmu Politik kontemporer, yang bisa jadi disisipkan pada pokok bahasan Ilmu Negara atau dikembangkan studi tersendiri (misalnya studi Hukum dan Politik).

Integrasi di atas, sangat mungkin diterapkan di Indonesia, namun mungkin perlu waktu lama, karena berkaitan dengan perubahan kurikulum dan tradisi keilmuan. Dalam jangka pendek, upaya membangun kedekatan Ilmu Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik perlu dikembangkan melalui tindakan praktis di luar pengajaran yang relatif lebih fleksibel. Penelitian bersama antara akademisi hukum dengan ilmuwan politik adalah salah satu upaya yang perlu diarus-utamakan, terutama untuk menggunakan pendekatan iset ultidispli e pada satu topik iset a g e kaita de ga ega a se agai o jek material.

Selain itu, berbagai forum ilmiah yang didedikasikan khusus bagi para ilmuwan Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik perlu diinisiasi. Bisa jadi ini dimulai melalui konferensi tahunan bersama, dan sangat mungkin dapat berlanjut pada pembentukan asosiasi keilmuan yang mencurahkan perhatiannnya pada penyelidikan multidispiliner tentang negara dari aspek hukum dan politik.44 Tentu saja demikian harapan yang ideal. Namun,

41

Ibid., hlm. 515.

42

Loc. Cit., hlm. 514.

43

Khususnya pada Departemen Ilmu Politik atau departmen lain yang berdekatan.

44

(8)

paling tidak, jika ada agenda bersama para pakar hukum dan pakar ilmu politik, yang diharapkan bukan hanya sekedar sikap untuk saling memahami pendekatan yang digunakan. Lebih dari itu, para ilmuwan pada kedua disiplin ini diharapkan mampu mencari pendekatan terbaik untuk memahami persoalan hubungan politik dan hukum di Indonesia, yang dalam konteks praktik dapat membuahkan hasil untuk penyempurnaan kehidupan bernegara kita. Para pendahulu kita, seperti Sri Soemantri telah memulai upaya ini, dan kita para pelanjutnya, tentu diharapkan lebih dari sekedar mereplikasi pendekatan beliau untuk merespon perkembangan politik Indonesia.

Daftar Pustaka Buku

Benny K. Harman, Konfigurasi Politik dan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, ELSAM, Jakarta, 1997.

Bintan R. Saragih Politik Hukum, C.V. Utomo, Bandung, 2006.

Harold W. Chase & Craig R. Ducat, Ed a d “. Co i s The Constitution and What It Means Today, 14th Edition - 6th Printing, Princeton University Press, Princeton, 1992.

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Mengawal Konstitusi: Pengabdian Seorang Guru Besar, Unpad Press, Bandung, 2006.

John T.Ishiyama dan Marijke Breuning, 21st Century Political Science: A Reference Handbook, Sage Publication, California, 2011.

Keith E. Whittington, R. Daniel Kelemen, & Gregory A. Caldeira (ed), OxfordHandbook of Law and Politics, Oxford University Press, Oxford, 2008.

Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1998.

---, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, LP3ES,Jakarta, 2006.

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta, 1992.

Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar, cetakan kesepuluh, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2006.

Sri Soemantri, Hukum Tata Negara Indonesia Pemikiran dan Pandangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014.

---, Sistem Dua Partai, Bandung : Binatjipta, 1968.

Thomas Fleiner dan Lidija R. Basta Fleiner, Constitutional Democracy in a Multicultural and Globalised World, terjemahan Bahasa Ingg is da i edisi ketiga Allge ei e

“taatsleh e oleh Kat Le ‘o , “p i ge , Be li , .

Jurnal, Artikel, Makalah

(9)

A d e D. Ma ti & Mo ga L.W. Hazelto , What Politi al “ ie e Ca Co t i ute to the “tud of La , Review of Law and Economic, Vol. 8, No. 2, 2012.

Atip Latipulha at, Mo hta Kusu aat adja , u ik Khazanah, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum (PJIH), Vol. 1 No. 3, 2014.

Ke eth Ne to & Josep M. Valles, I t odu tio : Politi al “ ie e i Weste Eu ope, 1960- , European Journal of Political Research, 20: 227-238, 1991.

“usi D i Ha ija ti, “ i “oe a t i , u ik Khazanah, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum

(PJIH), Vol. 3 No. 1, 2016.

Sumber Lain

A o i , Prof. Miriam Budiardjo: Ungkapkan Kebenaran Walaupun Pahit ,

Referensi

Dokumen terkait

parasite biasanya, mengadakan polimerisasi hem menjadi hemozoin (suatu pigmen) yang pecah dalam vakuola makanan parasite. klorokuin menghambat polymerase dan hem

Berdasarkan penjelasan tersebut, puisi- puisi karya Sapardi Djoko Damono yang membahas konsep cinta ini merupakan bagian dari pembelajarana akan kesadaran manusia

Hasil percobaan kedua ini menunjukkan bahwa pengujian viabilitas benih berukuran besar maupun kecil dapat dilakukan dengan menggunakan jumlah kertas yang lebih sedikit

Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitan yang sudah diuraiakan diatas adalah dalam penelitian ini peneliti memfokuskan strategi promosi event Jogja Air Show

Kunnan palvelutoiminnan näkökulmasta tämän voisi katsoa tarkoittavan sitä, että kunnan asukkaalla on oikeus osallistua ja vaikuttaa silloin, kun palvelua tuottaa joku muu

Bagi keluarga kecil usaha pemenuhan kebutuhan sandang ini tidak begitu sulit bila dibandingkan keluarga yang banyak anakanya, maka keluarga sejahtera ditinjau dari

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA 1 dan kelas XI MIPA 2 yang berjumlah 60 orang siswa, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah total

Demikian juga pada perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga pada akhirnya harus mengalami kepailitan, dikarenakan tidak sanggup memenuhi kewajibannya dalam melaksanakan