• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Mediasi Pada Penyelesaian Konflik Pertanahan (Studi Kasus Pada PT. Nusa Pusaka Kencana Bahilang dengan Masyarakat Desa Penggalian di Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses Mediasi Pada Penyelesaian Konflik Pertanahan (Studi Kasus Pada PT. Nusa Pusaka Kencana Bahilang dengan Masyarakat Desa Penggalian di Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu

sumber daya alam utama yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam

bagi rakyat Indonesia juga berfungsi sangat strategis dalam memenuhi kebutuhan

negara dan rakyat yang semakin meningkat. Secara kosmologis, tanah adalah

tempat manusia tinggal, tempat bekerja dan hidup, tempat darimana mereka

berasal dan akan kemana pula mereka pergi.

Menyadari akan nilai dan arti pentingnya tanah, Negara Kesatuan

Republik Indonesia merumuskan tentang tanah dan sumber daya alam di dalam

Konstitusi, pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Bumi dan

air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Perkembangan

penduduk yang terus meningkat menjadikan kebutuhan akan tanah juga

meningkat. Hal ini tidak sebanding dengan luasan tanah yang tidak bisa

bertambah, tidak mengherankan jika tanah menjadi harta istimewa yang tidak

henti-hentinya memicu berbagai masalah sosial yang kompleks dan rumit bahkan

menyebabkan terjadinya konflik pertanahan.

Weber (1968) mengatakan bahwa konflik tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan sosial, kemudian Simmel (1988) berpendapat bahwa konflik tidak

(2)

1994: 354). Konflik pertanahan merupakan persoalan yang kronis dan bersifat

klasik serta berlangsung dalam kurun waktu tahunan bahkan puluhan tahun dan

selalu ada dimana-mana. Konflik pertanahan adalah bentuk permasalahan yang

sifatnya kompleks dan multi dimensi.

Dalam realita banyak terjadi konflik antara pemerintah dan rakyat atau

antara rakyat dengan pihak badan usaha perkebunan yang masing-masing pihak

membutuhkan tanah. Konflik pertanahan ini kita jumpai hampir pada setiap

daerah perkebunan yang ada di Indonesia. Di Kabupaten Serdang Bedagai sendiri

terdapat 18 kasus pertanahan. Salah satunya adalah kasus konflik pertanahan yang

melibatkan antara PT. Nusa Pusaka Kencana Bahilang dengan masyarakat Desa

Penggalian yang juga menyebutkan diri mereka adalah Kelompok Tani Reformasi

Karya Sejati. Masyarakat tersebut mengklaim bahwa ada tanah (lahan)

masyarakat seluas 286 Ha yang dikuasai oleh PT. Nusa Pusaka Kencana

Bahilang. Masyarakat Desa Penggalian tersebut kemudian membuat laporan

kepada Gubernur Sumatera Utara tentang adanya penguasaan lahan (tanah)

masyarakat Desa Penggalian oleh PT. Nusa Pusaka Kencana Bahilang.

Menanggapi laporan masyarakat tersebut, pada tanggal 1 April 2004

Gubernur Sumatera Utara melalui suratnya No. 593/1726 meminta agar Bupati

Serdang Bedagai meneliti laporan masyarakat Desa Penggalian tersebut. Pihak

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai kemudian membentuk tim mediasi untuk

memfasilitasi pertemuan antara kedua belah pihak yang bersengketa yaitu

masyarakat Desa Penggalian dan PT. Nusa Pusaka Kencana Bahilang dan dalam

pertemuan tersebut pula disepakati terlebih dahulu masalah pengukuran untuk

(3)

Salah satu alternatif penyelesaian konflik pertanahan adalah dengan

penyelesaian sengketa di luar hukum. Dalam pendekatan sosiologis hal tersebut

dikenal dengan akomodasi. Sebagai suatu proses, akomodasi berarti sebagai usaha

manusia untuk meredakan atau menghindari konflik dalam rangka mencapai

kestabilan (Soekanto, 1982). Mediasi adalah salah satu bentuk dari akomodasi,

yaitu cara menyelesaikan konflik dengan jalan meminta bantuan pihak ketiga

yang netral. Pihak ketiga ini hanyalah mengusahakan suatu penyelesaian secara

damai yang sifatnya hanya sebagai penasehat, sehingga pihak ketiga ini tidak

mempunyai wewenang untuk memberikan keputusan-keputusan penyelesaian

yang mengikat secara formal. Pihak ketiga yang menjadi penengah dalam konflik

disebut mediator atau tim mediasi.

Alternatif penyelesaian konflik dengan mediasi dalam kasus konflik

pertanahan bukan suatu hal yang asing lagi. Penyelesaian dengan mediasi pada

dasarnya menerapkan prinsip menyelesaikan masalah dengan musyawarah, yakni

proses berembuk sampai mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak yang

berkonflik (Tambunan, 2010). Konflik pertanahan yang terkait dengan

kepentingan para pihak pada hal ini diselesaikan dengan cara mediasi karena tidak

ada pihak yang dimenangkan atau dikalahkan. Pada dasarnya fungsi mediator

adalah meningkatkan kesadaran mengenai kebutuhan masing-masing pihak yang

terlibat konflik, dan membangun kerangka kerja yang realistis untuk

memprediksikan kerugian dan manfaat dari pemecahan konflik yang dijalankan.

Mediasi dapat dilakukan oleh berbagai aktor, mulai dari aktor individu,

negara, Non-Government Organization (NGO), Organisasi Pemerintah, hingga

(4)

aktor, namun hal yang perlu juga diperhatikan adalah bagaimana mediator

berperan dalam menengahi konflik dan dapat mencapai kesepakatan atau

meredam konflik. Salah satu caranya adalah dengan melihat strategi-strategi yang

digunakan oleh mediator dalam menjalankan mediasi. Strategi juga akan

terlaksana jika adanya kepercayaan (trust) yang diberikan oleh pihak yang terlibat

didalam konflik terhadap mediator, serta tuntutan keahlian (skill) yang harus

dimiliki oleh seorang mediator. Selain itu mediator juga dituntut untuk bertindak

tidak memihak serta mempunyai posisi tawar yang meyakinkan, sehingga dalam

menjalankan mediasi dapat mencapai kata sepakat untuk menyepakati perjanjian

damai antara pihak-pihak yang berkonflik (Nasution, 2014). Dalam hal ini

Mediator adalah orang atau pejabat yang ditunjuk dari jajaran pemerintah

setempat yang disepakati oleh para pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan

permasalahannya.

Diantara berbagai kasus perebutan hak atas tanah beberapa diantaranya

berhasil diselesaikan dengan cara musyawarah (win-win solution), dengan

membayar ganti rugi kepada masyarakat penggarap, ada juga yang diupayakan

penyelesaiannya melalui jalur mediasi dan negosiasi untuk mendapatkan

kesepakatan bersama. Dan yang menarik ada kasus yang sudah dilakukan

beberapa upaya penyelesaian, namun tidak selesai karena tidak ada kesepatan

bersama. Sengketa Tanah HGU vs Tanah Garapan yang terjadi di Aceh ada

beberapa kasus yang belum terselesaikan meski sudah dilakukan usaha untuk

menyelesaikannya. Pertama, sengketa tanah yang terjadi sejak Tahun 1999 antara

PT. Kalista Alam dengan masyarakat Dusun Melati Gampong Krueng

(5)

Kelompok Tani Makmue Mulia Gampong Geulanggang Gajah dan Kaye Unoe

dengan PT. Surya Panen Subur, konflik ini sudah mencuat dan dilakukan aksi

protes oleh warga sejak Tahun 2008 (Rahmad, 2014).

Proses mediasi dapat dikatakan berhasil atau efektif jika dapat mengurangi

ketegangan antara pihak yang berkonflik dan mendamaikan tuntutan pihak yang

terlibat didalam konflik. Adanya penurunan level ketegangan memerlukan

kebijaksanaan dan kepekaan yang tinggi. Selain itu mendamaikan tuntutan

membutuhkan keahlian dalam menemukan strategi yang dapat membuat setiap

pihak yang terlibat konflik mengurangi tuntutannya dan menerima proses

kompromi untuk mengatasi masalah yang terjadi.

Hasil Jurnal Penelitian yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan BPN RI tentang Peran Mediasi Dalam Penanganan Konflik

Pertanahan dikatakan bahwa dalam menangani konflik pertanahan sebaiknya tidak

hanya dilakukan dengan pendekatan hukum, tetapi juga melalui pendekatan sosial

budaya dengan melibatkan masyarakat yang diharapkan dapat memenuhi rasa

keadilan. Oleh karena itu penyelesaian konflik melalui mediasi sebagai alternatif

penyelesaian konflik berbasis sosial budaya sangat diperlukan dalam penanganan

konflik tersebut (Sakti, 2012).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti secara

khusus tentang bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh tim mediasi dalam

penyelesaian konflik pertanahan sebagai alternatif penyelesaian konflik

pertanahan di luar ranah hukum, studi kasus pada konflik pertanahan PT.Nusa

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penyelesaian konflik pertanahan melalui proses mediasi yang

dilakukan tim mediasi pada PT. Nusa Pusaka Kencana Desa Bahilang,

Kabupaten Serdang Bedagai?

2. Siapa saja aktor-aktor yang terlibat dalam proses mediasi tersebut dan apa

peran mereka?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tersebut adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian konflik pertanahan melalui proses

mediasi yang dilakukan tim mediasi pada PT. Nusa Pusaka Kencana Desa

Bahilang, Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Untuk mengetahui siapa saja aktor-aktor yang terlibat dan apa peran mereka

pada proses mediasi tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri

sendiri ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini

(7)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini memiliki manfaat teoritis untuk memperkaya

penelitian-penelitian sejenis dan diharapkan dapat dijadikan salah satu media

informasi serta bahan rujukan bagi penelitian lain yang berkaitan dengan

penelitian ini dan menambah khazanah kajian sosiologi tentang pemahaman

bagaimana penerapan proses mediasi sebagai alternatif penyelesaian konflik

pertanahan di luar hukum yang berbasis sosial budaya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian tersebut berguna untuk:

1. Para pihak yang berkonflik, agar dapat menyelesaikan masalah dengan baik

sesuai dengan peraturan yang berlaku dan meredam aksi-aksi anarkis yang

mungkin terjadi karena adanya pihak-pihak yang merasa dirugikan.

2. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, penelitian ini dapat berguna sebagai

bahan masukan dan saran dalam pembentukan tim mediasi untuk

menyelesaikan konflik pertanahan yang ada di daerah tersebut agar tim

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian lain oleh Rizala Noer Aini yang berjudul Study Komparasi Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dan NHT yang Dimodifikasi Dengan Discovery Terhadap Prestasi Hasil

Hasil dari nilai determinasinya (R2) adalah sebesar 0.489 yang mnunjukkan bahwa besarnya pengaruh variabel independen yaitu Total Quality Management , Sistem

Perbaikan kinerja organisasi dapat dilakukan dengan (1) memaksimalkan penyerapan anggaran dengan mendanai kegiatan yang belum berjalan seperti kunjungan tenaga

3 Jumlah hydrant fasilitas kesiagaan kebakaran Unit 1 3 Program Peningkatan Kesiagaan & Pencegahan Bahaya Kebakaran 4 Jumlah sarana dan prasarana areal makam

Usually a greater number of homologous points are needed so that the least squares method could be applied in order to lower the transformation errors

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang mengambil program kependidikan.

More recent studies have shown that germination of Striga is not host specific but showed that not only do wild ancestors of sorghum and millet induce Striga

STANDAR BIAYA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2014 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN KONSTRUKSI. Upah