• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arnasari MH Volume 8 Nomor 1 Pebruari 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Arnasari MH Volume 8 Nomor 1 Pebruari 2017"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DENGAN PENILAIAN PORTOFOLIO

Arnasari MH.

Abstrak: Pendidikan pada dasarnya adalah upaya mewujudkan sebuah masyarakat yang ditandai adanya keluhuran budi dalam individu, keadilan dalam negara, dan sebuah kehidupan yang lebih bahagia dari setiap individunya. Untuk mencapai itu semua, guru mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhasilan anak didiknya. Metode pembelajaran snowball throwing dengan penilaian portofolio adalah suatu metode pembelajaran yang terdiri dari beberapa kelompok yang masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola lalu dilempar ke siswa lain untuk dijawabnya, kemudian diakhiri dengan menuliskan laporan dari pembelajaran tersebut, kemudian mengumpulkannya ke dalam suatu map yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi untuk memantau perkembangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap siswa dalam suatu mata pelajaran. Kata Kunci: Snowball Throwing, Portofolio

Pendahuluan

Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan perkembangan individu dan perkembangan masyarakat suatu bangsa. Kemajuan masyarakat suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya. Dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 (Citra Umbara, 2003:7) menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan pada akhirnya harus diajukan pada upaya mewujudkan sebuah masyarakat yang ditandai adanya keluhuran budi dalam individu, keadilan dalam negara, dan sebuah kehidupan yang lebih bahagia dari setiap individunya (Sagala, 2005:3).

(2)

61. Bahkan, Singapura jauh meninggalkan Indonesia dengan menduduki peringkat ke-25. Semua itu menunjukkan bahwa tingkat pendidikan negara ini masih jauh dari tujuan yang diharapkan serta sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju khususnya dalam bidang IPTEK, sehingga memerlukan pembaharuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selain pembenahan kurikulum yang terus dilakukan, salah satu usaha yang harus dioptimalkan adalah peningkatan profesionalisme guru sebagai subyek dari pendidikan.

Sagala (2005:149) mengemukakan bahwa guru dikatakan kompeten jika ia menguasai dan memiliki kecakapan profesional keguruan, ditandai dengan keahliannya selaras dengan tuntutan bidang ilmu yang menjadi tanggung jawabnya. Atas dasar kedudukan itu guru mempunyai wewenang dalam pelayanan belajar dan pelayanan sosial di masyarakat. Standar kinerja guru menurut Gaffar (dalam Sagala, 2005:149) ada tiga bidang, yakni: (1) content knowledge; (2) behavior skills; dan (3) human relation skills. Sementara itu Rochman dan Sanusi (dalam Sagala, 2005:149) menyebutkan tugas dan kinerja guru mencakup aspek: (1) kemampuan professional, yang meliputi penguasaan materi ajar dari hulu hingga hilir, dari filosofi, konsep dasar, landasan keilmuan, keguruan, dan proses pembelajaran; (2) kemampuan sosial, meliputi kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan menyesuaikan diri dengannya; dan (3) kemampuan individual, yang meliputi sikap, penampilan, pemahaman, dan penghayatan terhadap materi ajar, serta kesediaan menjadi teladan atau panutan bagi para siswanya.

Guru merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Guru selalu menginginkan bahwa tujuan pengajarannya berhasil. Maksudnya bahwa materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima bahkan dipahami oleh siswanya. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kemampuan mengajar yaitu kemampuan yang tidak hanya menyampaikan materi kepada siswanya saja, tetapi bagaimana agar siswa dapat tertarik, aktif dan semangat dalam memahami materi yang diajarkan dalam proses belajar mengajar.

Dalam konteks itulah guru perlu menentukan metode pembelajaran yang tepat agar mencapai hasil yang diharapkan. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang sesuai dan dapat diterapkan pada siswa, sehingga siswa mampu menerima pelajaran dengan baik, khususnya dalam bidang matematika. Karena semua tahu bahwa matematika sering dikeluhkan sebagai bidang studi yang sulit dan membosankan, sehingga tak heran apabila nilai matematika siswa rendah dibanding nilai pelajaran lain dan penguasaan terhadap matematika juga kurang.

(3)

Snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Kisworo, 2008:11), dan penilaian portofolio adalah suatu teknik penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Surapranata dan Hatta, 2004:21).

Hakekat Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan kegiatan yang sangat penting bagi setiap manusia. Pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang melalui belajar. Oleh karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku (Mustangin, 2002:1).Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja (Sagala, 2005:37).

Belajar menurut teori psikologi asosiasi (dalam Sagala, 2005:53) adalah proses pembentukan asosiasi atau hubungan antara stimulus (perangsang) yang mengenai individu melalui penginderaan dan response (reaksi) yang diberikan individu terhadap rangsangan tadi, dan proses memperkuat hubungan tersebut. Hilgard (dalam Sanjaya, 2006:89) mengungkapkan bahwa learning is the process by which an activity originates or changed through training procedurs (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributabel to training, yang artinya belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah dengan mengabaikan perubahan selain dari faktor-faktor latihan.

(4)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dalam proses belajar pasti ada faktor yang mempengaruhi dan menentukan tercapainya suatu proses tersebut. Menurut Slameto (2002:54-71) ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. Adapun faktor-faktor intern tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor Jasmaniyah

Faktor jasmaniyah yaitu faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yaitu faktor yang berhubungan dengan intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan yaitu faktor yang berhubungan dengan kelelahan jasmani dan rohani.

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Adapun faktor-faktor ekstern tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor Keluarga

Faktor keluarga diantaranya yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi dan lain-lain.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah diantaranya yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, dan lain-lain.

c. Faktor Masyarkat

Faktor masyarakat diantaranya yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan lain-lain.

Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (dalam Sagala, 2005:61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dalam pendidikan.

(5)

aktif, yang menekankan pada sumber belajar. Kemudian, Sagala (2005:63) menjelaskan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu; (1) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir, (2) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa, serta kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan atau pemahaman yang baik terhadap materi pelajaran.

Pengertian Matematika

Sampai saat ini belum ada definisi tunggal tentang matematika. Hal ini terbukti adanya puluhan definisi matematika yang belum mendapatkan kesepakatan diantara para matematikawan. Mereka saling berbeda dalam mendefinisikan matematika. Namun yang jelas, hakekat matematika dapat diketahui, karena obyek penelaahan matematika yaitu sasarannya telah diketahui sehingga dapat diketahui pula bagaimana cara berpikir matematika itu.

Menurut Tinggih (dalam Hudojo, 2005:35) matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Namun penunjukan kuantitas seperti itu belum memenuhi sasaran matematika yang lain, yaitu yang ditujukan kepada hubungan, pola, bentuk, dan struktur. Begle (dalam Hudojo, 2005:36) menyatakan bahwa sasaran atau obyek penelaahan matematika adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip. Obyek penelaahan tersebut menggunkan simbol-simbol yang kosong, dalam arti ciri ini yang memungkinkan dapat memasuki wilayah bidang studi atau cabang lain.

(6)

Dari uraian tersebut, jelas bahwa penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi lebih dititikberatkan kepada hubungan, pola, bentuk, struktur, fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Sasaran kuantitas tidak banyak artinya dalam matematika. Hal ini berarti bahwa matematika itu berkenaan dengan gagasan yang berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis, dimana konsep-konsepnya abstrak dan penalarannya deduktif.

Pengertian Pembelajaran Matematika

Bruner (dalam Mustangin, 2002:37) berpendapat bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur abstrak yang terdapat di dalam matematika serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Siswa akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui siswa tersebut. Karena untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari siswa itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.

Di dalam proses belajar matematika, terjadi juga proses berpikir, sebab siswa dikatakan berpikir bila siswa itu melakukan kegiatan mental. Seperti yang diungkapkan Mustangin (2002:3) bahwa belajar matematika merupakan kegiatan mental yang sangat tinggi. Karena kehirarkisan matematika itu, maka belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar. Oleh karena itu guru perlu melatih cara-cara penalaran atau berfikir siswa melalui jalan memberi latihan-latihan dari konsep-konsep matematika yang diajarkan.

Pembelajaran merupakan proses membantu siswa untuk membangun konsep/prinsip dengan kemampuan siswa sendiri melalui internalisasi sehingga konsep/prinsip tersebut terbentuk. Dengan proses internalisasi itu terjadilah transformasi informasi sehingga informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Transformasi tersebut mudah terjadi bila pemahaman terjadi karena terbentuknya jaringan konsep/prinsip dalam benak siswa. Pembelajaran matematika menurut pandangan kontruktivistik (Nikson dalam Hudojo, 2005:20) adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali, transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru.

(7)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Matematika

Menurut Mustangin (2002:7) mengajar harus diarahkan agar peristiwa belajar terjadi. Belajar matematika akan berhasil bila proses belajarnya baik yaitu melibatkan intelektual siswa secara optimal. Peristiwa belajar yang dikehendaki bisa tercapai bila faktor-faktor berikut ini dapat dikelola sebaik-baiknya.

1) Siswa

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung kepada siswa. Misalnya saja, bagaimana kemampuan dan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar matematika, bagaimana sikap dan minat siswa terhadap matematika. Di samping jasmaninya siswa sehat atau tidak. Kondisi psikologinya, seperti perhatian, pengamatan, ingatan berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Intelegensi siswa juga berpengaruh terhadap kelancaran belajarnya.

2) Guru

Kemampuan guru dalam menyampaikan matematika dan sekaligus menguasai materi yang telah diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Kepribadian, pengalaman dan motivasi guru dalam mengajar matematika juga mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajar. Penguasaan materi matematika dan cara penyampaiannya merupakan syarat yang tidak dapat ditawar lagi bagi guru matematika.

3) Prasarana dan Sarana

Prasarana yang mapan seperti ruangan yang sejuk dan bersih dengan tempat duduk yang nyaman biasanya lebih memperlancar terjadinya proses belajar. Demikian pula sarana buku teks dan alat bantu belajar merupakan fasilitas belajar yang penting. Majalah tentang pengajaran matematika, labolatorium matematika dan lain-lain akan meningkatkan kualitas belajar siswa.

4) Penilaian

Penilaian di samping digunakan untuk melihat bagaimana suatu hasil belajar, juga untuk melihat bagaimana berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa. Fungsi penilaian dapat meningkatkan kegiatan belajar sehingga dapat diharapkan memperbaiki hasil belajar.

Pemahaman Belajar Matematika

Bloom (dalam Abidin, 2004:57) menyatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dari bahan yang dipelajari. Hiebert (dalam Usman, 2001:11) juga mengartikan pemahaman adalah keadaan pengetahuan ketika informasi matematika baru dihubungkan tepat dengan pengetahuan yang telah ada.

(8)

tersebut saling berhubungan, hal ini didukung oleh pendapat Hiebert dan Levefre (dalam Abidin, 2004:63) yang menyatakan bahwa jika pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural tidak saling terkait maka salah satu dari kemungkinan akan terjadi yaitu siswa mempunyai pemahaman intuitif yang baik terhadap matematika tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah, atau siswa dapat memberikan jawaban tetapi tidak memahami apa yang mereka lakukan. Perlunya pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural juga didukung oleh Eisenhart (dalam Abidin, 2004:63) yang menyatakan bahwa pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural merupakan aspek penting pada pemahaman matematika, maka dari itu mengajar untuk memahami matematika harus menerapkan kedua pengetahuan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman belajar matematika adalah kemampuan seseorang untuk menterjemahkan, mengubah, mengidentifikasi, atau memahami tentang pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini, pemahaman yang digunakan sebagai dasar untuk memahami materi bangun datar segitiga adalah pemahaman konseptual dan pemahaman prosedural. Jika siswa sudah paham tentang konsep-konsep segitiga, maka dipastikan akan lebih mudah memahami prosedurnya, sehingga hasil belajar lebih maksimal. Adapun indikator pemahaman yang digunakan dalam pokok bahasan bangun datar segitiga adalah:

1. Mampu menjelaskan pengertian, jenis-jenis dan sifat-sifat segitiga.

2. Mampu menunjukkan bahwa jumlah sudut segitiga adalah

180

0

dan menyelesaikan soal-soalnya.

3. Mampu menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga dalam pemecahan masalah.

4. Mampu menghitung keliling dan luas segitiga.

Pemahaman Konsep (Pengetahuan Konseptual)

Menurut Hiebert dan Wearne (dalam Abidin, 2004:61) pengetahuan konseptual dalam matematika merupakan pengetahuan dasar yang menghubungkan antara potongan-potongan informasi yang berupa fakta, skill (ketrampilan), konsep atau prinsip. Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan masalah. Konsep dalam matematika biasanya dijelaskan melalui definisi atau contoh-contoh. Tidak semua siswa memahami konsep langsung melalui definisi.

(9)

dengan mengkonstruksi hubungan antara potongan-potongan informasi. Proses keterhubungan dapat terjadi antara dua informasi bila sudah tersimpan dalam memori atau antara pengetahuan yang sudah ada dengan informasi baru yang telah dipelajari. Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang memiliki banyak keterhubungan antara obyek matematika (seperti fakta, skill, konsep dan prinsip).

Pemahaman Prosedur (Pengetahuan Prosedural)

Pengetahuan prosedural digambarkan Hiebert dan Lefevre (dalam Abidin, 2004:61) sebagai pengetahuan tentang prosedur baku yang dapat diaplikasikan jika beberapa isyarat tertentu disajikan. Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang kaidah-kaidah, prosedur-prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Prosedur ini dilakukan secara bertahap dari pernyataan yang ada pada soal menuju pada tahap selesaiannya. Salah satu ciri pengetahuan prosedural adalah urutan langkah yang akan ditempuh sesudah suatu langkah akan diikuti langkah berikutnya (Abidin, 2004:61). Pengetahuan prosedural juga cenderung pada pengusaan tentang langkah-langkah untuk mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah.

Menurut Hudojo (2005:101) pemahaman prosedural ditunjukkan dua bagian yang berbeda. Pertama, tersusun sebagai bahasan formal atau sistem representasi simbol matematika. Kedua, terdiri dari algoritma atau aturan untuk menyelesaikan tugas. Pemahaman prosedural ditunjukkan dengan keterampilan prosedural secara fleksibel, akurat, efisien dan benar. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang banyak dengan langkah-langkah dan teknik yang membentuk suatu algoritma atau prosedur yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.

Metode PembelajaranSnowball Throwing

Metode pembelajaran snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Kisworo, 2008:11).

Menurut Kisworo (2008:11) langkah-langkah metode pembelajaransnowball throwing adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,

(10)

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit, 6. Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan

kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, 7. Guru memberikan kesimpulan,

8. Evaluasi, 9. Penutup.

Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio menurut Sanjaya (2006:194) adalah penilaian terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan untuk memantau perkembangan siswa baik mengenai pengetahuan, keterampilan, maupun sikap siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Surapranata dan Hatta (2004:21) menjelaskan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.

Dari pengertian-pengertian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terus-menerus terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran dan digunakan untuk melihat perkembangan kemampuan siswa secara utuh.

(11)

lebih menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan catatan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu.

Dari uraian di atas, peneliti memilih untuk menggunakan bentuk portofolio proses, sebab bentuk tersebut adalah yang paling ideal untuk melihat tahap perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. Proses ini akan membuat semua pihak, guru maupun peserta didik bisa mengenal kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian guru dapat menolong peserta didik untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan pekerjaan yang telah dilakukannya.

Menurut Majid (2008:202) portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain:

1. Menghargai perkembangan yang dialami siswa.

2. Mendokumentasikanproses pembelajaran yang berlangsung. 3. Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik.

4. Merefleksikankesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi.

5. Meningkatkanefektifitas pembelajaran.

6. Bertukar informasi dengan orang tua/wali peserta didik dan guru lain.

7. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada siswa.

8. Melakukan kemampuan refleski diri, dan membantu siswa dalam merumuskan tujuan.

Selanjutnya, menurut Muslich (2008:119) tujuan dilakukan penilaian portofolio bagi siswa antara lain sebagai berikut:

1. Untuk penilaian formatif dan diagnostik siswa.

2. Untuk memonitor perkembangan siswa dari hari ke hari, yang berfokus pada proses perkembangan siswa.

3. Untuk memberikanevidence(bukti) penilaian formal.

4. Untuk mengikuti perkembangan pekerjaan siswa, yang berfokus pada proses dan hasil.

5. Untuk mengoleksi hasil pekerjaan yang telah selesai, yang berfokus pada penilaian sumatif.

Apapun tujuannya, semua portofolio berisi evidence sebagai bukti yang dapat digunakan untuk menyimpulkan tingkat pencapaian peserta didik pada kompetensi dasar dan indikator dalam bidang pelajaran tertentu. Oleh karena itu, bukti-bukti evidence yang telah dikumpulkan itu harus relevan dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dimiliki peserta didik sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang terdapat dalam kurikulum.

(12)

guru dan siswa, (4) kepuasaan (satisfaction), (5) kesesuaian (relevance),dan (6) penilaian proses dan hasil.

Sanjaya (2006:198-200) juga menjelaskan bahwa dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian portofolio terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1) Saling Percaya

Penilaian portofolio adalah penilaian yang melibatkan siswa secara aktif sebagai pihak yang dievaluasi. Antara guru sebagai evaluator dan siswa sebagai pihak yang dievaluasi harus saling percaya. Siswa harus memiliki kepercayaan bahwa evaluasi yang dilakukan guru bukan semata-mata untuk menilai hasil pekerjaannya, akan tetapi sebagai upaya pemberian umpan balik untuk meningkatkan hasil belajar.

2) Keterbukaan

Portofolio adalah penilaian yang dilaksanakan secara terbuka, artinya guru sebagai evaluator bukan hanya berperan sebagai orang yang memberikan nilai atau kritik, akan tetapi siswa yang dievaluasi perlu memahami mengapa kritik itu muncul, oleh sebab itu guru harus terbuka melalui argumentasi yang tepat dalam setiap memberikan penilaian. Untuk menciptakan keterbukaan, dalam setiap proses pembelajaran guru harus menciptakan iklim belajar yang menyenangkan, sehingga setiap siswa dapat menunjukkan kemampuannya tanpa ada perasaan takut atau malu.

3) Kerahasiaan

Sebelum dilaksanakan pameran, kerahasiaan dokumen setiap siswa perlu dijaga. Hal ini untuk menumbuhkan kepercayaan setiap siswa.

4) Milik Bersama

Guru dan peserta didik harus merasa bahwa evidence portofolio adalah milik bersama, oleh sebab itu semua pihak harus menjaganya secara baik. Guru dan siswa perlu sepakat dimana evidence itu disimpan. Hal ini akan mempermudah manakala siswa atau guru memerlukannya.

5) Kepuasan dan Kesesuaian

Hasil akhir dari penilaian portofolio adalah ketercapaian kompetensi seperti yang dirumuskan dalam kurikulum. Ketercapaian itu selanjutnya dapat dilihat dari evidence yang diorganisasikan oleh guru dan siswa. Guru dan siswa akan merasa puas manakala kompetensi itu telah tercapai. Oleh karena itu, terkumpulnya evidence merupakan kepuasan baik bagi guru maupun bagi siswa.

6) Budaya Pembelajaran

(13)

pada setiap evidence pada dasarnya adalah proses pembelajaran. Oleh sebab itu melalui penilaian portofolio, dalam proses pembelajaran guru tidak hanya menuntut siswa untuk menghafal sejumlah fakta.

7) Refleksi

Penilaian portofolio harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk melakukan refleksi tentang proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Melalui refleksi, siswa dapat menghayati tetang proses berfikir mereka sendiri, kemampuan yang telah mereka peroleh, serta pemahaman mereka tentang kompetensi yang telah dimilikinya.

8) Berorientasi Pada Proses dan Hasil Belajar

Penilaian portofolio bertumpu pada dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi proses dan hasil belajar secara seimbang. Penilaian portofolio mengikuti setiap aspek perkembangan siswa, bagaimana motivasi belajar, sikap, minat, kebiasaan, dan lain sebagainya dan pada akhirnya bagaimana hasil belajar yang diperoleh siswa.

Terdapat sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian portofolio (Sanjaya, 2006:202-207). Tahapan tersebut antara lain:

1) Menentukan Tujuan Portofolio

Pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Apa yang dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan itu. Oleh karena itulah tahapan pertama dalam pelaksanaan penilaian portofolio adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Dengan tujuan yang jelas dan terarah, akan memudahkan bagi guru untuk mengelola pembelajaran.

2) Menentukan Isi Portofolio

Isi dan bahan portofolio merupakan tahapan berikutnya setelah menentukan tujuan. Isi dalam portofolio harus dapat menggambarkan perkembangan kemampuan siswa yang sesuai dengan standar kompetensi seperti yang dirumuskan dalam kurikulum.

3) Menentukan Kriteria dan Format Penilaian

Kriteria penilaian disusun sebagai standar patokan untuk guru dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat tergantung pada jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria itu disusun dalam sebuah format penilaian yang jelas.

4) Pengamatan dan Penentuan Bahan Portofolio

(14)

5) Menyusun Dokumen Portofolio

Manakala bahan-bahan portofolio telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menyusun bahan itu dalam dokumen portofolio, misalnya dalam bentuk folder. Folder itu sendiri perlu dilengkapi dengan identitas siswa, mata pelajaran, dan isi dokumen beserta komentar-komentar dari guru. Adapun dokumen yang akan dimasukkan untuk bahan portofolio dalam penelitian ini adalah (1) LKS, (2) jurnal belajar siswa, dan (3) PR.

Implementasi portofolio sebagai format baru dalam evaluasi, memungkinkan guru untuk mengembangkan profil komprehensif tentang kemajuan dan perkembangan ide-ide pada diri setiap siswa. Adapun salah satu tujuan penting yang disajikan dalam suatu penilaian portofolio adalah dapat dijadikan alat untuk memvalidasi informasi tentang pemahaman siswa mengenai suatu konsep (Rusoni, 2008:12)

Portofolio dapat memberikan masukan yang efektif pada guru tentang kualitas dan kuantitas pemahaman siswa mengenai materi pelajaran yang disajikan. Seperti yang dijelaskan Karim (dalam Kristina, 2006:19) yang menyatakan bahwa salah satu tujuan penting yang disajikan dalam suatu portofolio adalah portofolio dapat memungkinkan guru untuk mengakses perkembangan pemahaman siswa terhadap suatu pelajaran. Penilaian portofolio sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa, memberikan gambaran otentik kepada guru tentang apa yang telah dipelajari siswa, kesulitan dan kendala siswa yang dialami dalam belajar, dan jenis bantuan yang diharapkan siswa.

Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya:

1. Penilaian portofolio dapat menilai kemampuan siswa secara menyeluruh.Penilaian portofolio, melalui pengumpulan evidence dapat menilai kemampuan siswa secara utuh, yang tidak hanya menilai kemampuan unjuk kerja akan tetapi termasuk sikap dan motivasi belajar. Di samping itu penilaian portofolio menilai dua sisi yang sama pentingnya yaitu sisi proses dan hasil belajar. 2. Penilaian portofolio dapat menjamin akuntabilitas. Akuntabilitas

(pertanggung jawaban) sekolah terhadap siswa, orang tua dan masyarakat, melalui penilaian portofolio dapat lebih terjamin. 3. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang bersifat

(15)

4. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang terbuka. Melalui dokumentasi evidence yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi, setiap pihak yang berkepentingan seperti orang tua, kepala sekolah, komite sekolah dan lain sebagainya dapat menguji kemampuan siswa. Oleh sebab itu, penilaian portofolio merupakan penilaian yang terbuka. Hal ini merupakan kelebihan yang memiliki arti yang sangat penting, yang tidak dimiliki oleh jenis penilaian lainnya.

5. Penilaian portofolio bersifatself evaluation. Melaluiself evaluation setiap siswa dapat menilai dirinya sendiri dan dapat melakukan refleksi sehingga mereka dapat menentukan kompetensi mana yang belum tercapai atau perlu penyempurnaan dan kompetensi mana yang sudah tercapai. Melalui self evaluation dapat menumbuhkan tanggung jawab bagi dirinya sendiri.

Daftar Pustaka

Abin, Syamsudin Makmun. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Bahri, Djamarah S dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Barnawi . (2012). Be A Great Teacher : 46 Rahasia Sukses Menjadi Guru Hebat. Jakarta: Ar-Ruzz Medi

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. (2008).Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, O. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Ibrahim, M. dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:

Unesa.

Muhibin, Syah. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Permana.

Ajeng Perdani, 2013 Pengaruh Metode Snowball Throwing Dan Pemberian Tugas Terhadap Motivasi Belajar Universitas Pendidikan Indonesia

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sanjaya, Wina (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Predana Media Grup

Sardiman, A.M. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

(16)

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Slavin, R. E. (1995). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Wacana Prima Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika.

Bandung:JICA UPI Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: kajian ini bertujuan untuk menganalisis optimalisasi fungsi pengawasan yang dilakukan Komisi Yudisial untuk mewujudkan peradilan yang bersih. Penulisan ini

Pada penelitian ini membandingkan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI dan Inkuiri Terbimbing pada materi IPA khususnya Bahan Kimia

Hasil penelitian faktor risiko perdarahan pasca persalinan primer di RSUD Wonosari tahun 2014 adalah paritas pada multipara (64%), dan metode persalinan pervaginam (87,2%).. Kata

Stimulan yang umum digunakan untuk meningkatkan produksi lateks adalah etefon atau 2- chlorophosponicacid (Derouet et al ., 2004). Stimulan berbahan aktif etefon

Output ADC yang berupa data digital dihubungkan dengan mikrokontroler pada. port

Jikalau ada perselisihan antara kedua belah pihak yang tidak dapat diputuskan oleh kedua belah pihak maka perselisihan ini akan diputuskan dalam tingkat yang tertinggi oleh suatu

Zakaria, 2009 (dalam Nirmalawati, 2011) menyatakan bahwa tujuan dari mitigasi siaga bencana adalah: (1) untuk meningkatkan pemahaman semua pihak tentang pentingnya

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Pengaruh