• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Snowball Throwing pada Siswa Kelas IV SDN Bugel 02 Kecamatan Sidorejo Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Snowball Throwing pada Siswa Kelas IV SDN Bugel 02 Kecamatan Sidorejo Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.2 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses kegiatan dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, yang berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada

keberhasilan proses belajar peserta didik di sekolah dan lingkungan sekitar. Gagne (1977:2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti, sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Kemudian Gagne (1984: 2) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu peoses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Sunaryo (1989: 1) belajar merupakan suatu kegiatan di mana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.

Slameto (2010: 2) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(2)

7

dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.” Skinner (2005: 64) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.

Martinis Yamin (2003) menyatakan belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa

kecil sampai akhir hayat.

Seels dan Rita (1994: 12), belajar juga diartikan sebagai perolehan

perubahan tingkah laku yang relatif parmanen dalam diri seseorang mengenai pengetahuan atau tingkah laku karena adanya pengalaman. Hal ini senada dengan pendapat Bower & Ernes (1981: 11) bahwa belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif parmanen dan tidak disebabkan oleh adanya kedewasaan.

Menurut Syah dalam Jihad dan Haris (2008: 1) belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sehingga hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan aspek kognitif.

Dari pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Belajar pada mulanya adalah akibat dorongan rasa ingin tahu. Belajar sebagai proses adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya guna meningkatkan kualitas kehidupan. Sedangkan belajar sebagai hasil adalah akibat dari belajar sebagai proses, sehingga seseorang yang telah mengalami proses balajar akan memperoleh hasil berupa kemampuan terhadap sesuatu yang menjadi hasil belajar.

2.3 Hasil Belajar

(3)

8

Menurut Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari

sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses

belajar.

Menurut Abdurahman (2003: 37) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sudjana dalam Jihad dan Haris (2008: 15) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Juliah dalam Jihad dan Haris (2008:15) mengatakan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Sedangkan Romizowsky dan Abdurrahman dalam Jihad dan Haris (2008: 14) mendefinisikan hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu system pemprosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance)

Oemar Hamalik (2006) hasil belajar adalah “bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009: 5), hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.

(4)

9

Sedangkan menurut Arif Gunarso (dalam Lina, 2009: 5),”hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya.

2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Menurut Slameto (2003: 54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1. Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.

Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

(5)

10

ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan itu.

2. Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

2 Faktor kelelahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).

(6)

11

substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat

terjadi terus-menerus karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada

variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Menurut Slameto (2003: 60) kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan obat-obat yang melancarkan peredaran darah, rekreasi atau ibadah teratur, olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat lima sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi sorang ahli.

b) Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

(7)

12

yang baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dan dukungan material yang cukup.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan

besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio,

(8)

13

keluyuran minum-minum, lebih-lebih pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang

tinggal di situ.

Melalui penjelasan faktor inten dan ekstern yang

mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harus memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern. Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik.

2.4 Pengertian Metode

Metode atau yang sering disebut juga metoda, berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang mempunyai arti cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Menurut Hamalik (2001) fungsi metode yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Menurut Sujana (1989) metode pengajaran adalah cara yang dipergunakan

guru dalam mengadakan hubungan siswa pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Disini guru harus dapat memilih metode yang cocok untuk

(9)

14

Menurut Syaiful Sagala, (2010: 201) hal yang penting dalam metode adalah, bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Dari pengertian tersebut unuk bisa mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar,disini guru dituntut untuk bisa memilih metode yang tepat untuk dapat mengajarkan materi pelajaran dengan baik.

Menurut Sugiharto metode pembelajaran berarti cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang

optimal. Sedangkan menurut Max Siporin (1975) yang dimaksud metode adalah sebuah orientasi aktifitas yang mengarah pada tujuan-tujuan dan tugas-tugas nyata.

Heri Rahyubi (2012: 236) mengartikan “metode adalah suatu model atau cara yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan baik”. Hamid Darmadi (2010: 42) berpendapat bahwa “metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Sedangkan menurut Sri Anitah dan Yetti Supriyati (2008: 4.3) “metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam mencapai sesuatu”.

Selanjutnya Nana Sudjana, (2005 : 76) metode pembelajaran iyalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Sedangkan menurut M. Sobri Sutikno dalam Nana Sudjana menyatakan metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.

(10)

15 2.5 Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra, 1992: 122).

Carin dan Sund (1993) dalam Puskur (2007:3), mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

Sanis menurut Suyoso (1998: 23), merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal.

Menurut Srini M. Iskandar (2001: 2) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam

(Margonodkk, 1998 : 1).

(11)

16

memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut.

2.6 Pengertian metode Pembelajaran Snowball Throwing

2.6.1 Pengertian Snowball Throwing

Metode pembelajaran Snowball Throwing (ST) atau yang sering dikenal

Snowball Fight merupakan pembelajaran yang diadobsi pertama kali dari

game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain. Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru. Metode ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut.

Pada pembelajaran Snowball Throwing, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian pada masing-masing kelompok di tunjuk ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru. Kemudian, semua siswa membuat pertanyaan pada selembar kertas yang dibentuk seperti bola lalu kertas tersebut di lempar kepada siswa lain secara bergantian dan jangan sampai siswa mendapat pertanyaannya sendiri, kemudian siswa yang mendapat lemparan kertas harus menjawab pertanyaan dalam kertas yang diperoleh.

Miftahul Huda (2004) Snowball Throwing adalah model pembelajaran

yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan ketrampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.

(12)

17

melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti metode pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola

kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya. Metode ini memilki kelebihan diantaranya ada unsur permainan yang menyebabkan metode ini

lebih menarik perhatian siswa.

Menurut Suprijono (Hizbullah,2011: 8), Snowball Throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Sedangkan menurut Kisworo (Hardiyanti: 2012) metode pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Menurut Devi (2011) model pembelajaran Snowball Throwing melatih murid untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan

(13)

18

Menurut Arahman, (2010: 3), Snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Menurut Komalasari(2010), Model Pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu tipe Model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini

menggali potensi kepemimpinan murid dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju

Jadi metode pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu metode pembelajaran yang dimana diawali dengan pembentukan kelompok pada setiap kelompok memiliki masing ketua kelompok. Dari masing ketua kelompok mendapatkan tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang ditulis pada selembar kertas, kertas yang berisi pertanyaan kemudian dibentuk seperti bola dan dilemparkan kepada siswa yang lain. Siswa yang mendapatkan lemparan pertanyaan dari siswa lain kemudian menjawab pertanyaannya.

2.6.2 Langkah-langkah Snowball Throwing

Langkah-langkah Snowball Throwing menurut Miftahul Huda (2004) adalah

a. Guru menyampaikan materi yang disajikan.

b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

(14)

19

d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.

f. Setelah siswa mendapat satu bola/ satu pertanyaan lalu diberikan

kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

g. Evaluasi. h. Penutup.

2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Snowball Throwing

Metode Snowball Throwing memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran metode Snowball Throwing menurut Suprijono ( Hizbullah, 2011: 9 ) diantaranya: “(1) Melatih kedisiplinan murid; dan (2) Saling memberi pengetahuan”. Sedangkan menurut Safitri (2011: 19) kelebihan metode Snowball Throwing antara lain :

1. Melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.

2. Murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena murid mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.

3. Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

4. Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.

(15)

20

6. Dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada temanmaupun guru.

7. Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.

8. Murid akan memahami makna tanggung jawab.

9. Murid akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku,

sosial, budaya, bakat dan intelegensia.

10. Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya

Selain itu, model ini juga memiliki kelemahan sebagaimana yang dirumuskan oleh Suprijono (Hizbullah, 2011: 9) diantaranya :

1. Pengetahuan tidak luas hanya terkuat pada pengetahuan sekitar murid; dan 2. Kurang efektif digunakan untuk semua materi pelajaran”.

2.6.4 Manfaat Pembelajaran Snowball Throwing

Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh dam metode pembelajaran Snowball Throwing diantaranya ada unsur permainan yang menyebabkan metode ini lebih menarik perhatian murid. Sementara menurut Asrori (2010: 3) dalam metode pembelajaran Snowball Throwing terdapat beberapa manfaat yaitu:

1) Dapat meningkatkan keaktifan belajar murid.

2) Dapat menumbuh kembangkan potensi intelektual sosial, dan emosional yang ada di dalam diri murid.

3) Dapat melatih murid mengemukakakn gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif.

2.7 Hasil Penelitian yang Relevan

(16)

21

evaluasi di akhir siklus. Dari siklus I yang mencapai taraf ketuntasan klasikal 66,7% meningkat menjadi 97,4%. Jika dilihat dari hasil pengamatan kegiatan pembelajaran siswa siklus I adalah 77,5% sedangkan siklus II 87,5%. Dan hasil observasi terhadap kegiatan guru selama proses pembelajaran juga menunjukkan peningkatan dari 77% di siklus I menjadi 95,8% pada siklus II. Hal ini membuktikan bahwa metode pembelajaran

Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar.

Hasil penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Dwi Wulandari

(2010) Penggunaan metode Snowball Throwing dalam meningkatkan kreativitas belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar tahun Pelajaran 2009/2010. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Okteber 2010. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research/ CAR) yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya fokus terhadap kualitas pembelajaran yang meliputi proses dan hasil pembelajaran di kelas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN 03 Wonorejo tahun ajaran 2009/2010. Subyek dalam penelitian ini adalah kelas V yang berjumlah 25 siswa. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif yaitu metode Snowball

Throwing.

Peneneliti di atas relevan dengan penggunaan metode pembelajaran Snowball Throwing yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2.8 Kerangka Berpikir

(17)

22

karena itu diperlukan suatu penyelenggaraan proses pembelajaran yang dapat membantu menumbuhkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.

Salah satu cara adalah dengan menggunakan metode Snowball

Throwing yang dapat menarik perhatian siswa untuk melakukan kegiatan,

dan akhirnya pemahaman siswa tentang penyelesaian dalam menyelesaikan soal. Dan dengan penggunaan metode Snowball Throwing adalah proses

mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya : mengamati, menjelaskan, mengelompokkan,

membuat kesimpulan dan sebagainya. Oleh karena itu dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA.

Peserta didik

Throwing ini dapat melatih

(18)

23

Gambar. 1 Skema kerangka berpikir

2.9 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: Melalui model pembelajaran

Snowball Throwing diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi

Energi dan penggunaannya pada peserta didik kelas IV SDN Bugel 02

Gambar

Gambar. 1 Skema kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menngetahui metode mana yang lebih baik antara metode snowball throwing dengan metode kerja kelompok, maka dilakukan penelitian komparasi metode snowball

4.1.2 Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing Sebagai Kelompok Kontrol 59 4.1.2.1 Tingkat Hasil Belajar Kelompok

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV dengan menggunakan model Snowball Throwing berbantuan media konkret di SD

Berdasarkan hasil observasi, penggunaan model pembelajaran tipe Snowball Throwing berbantuan media konkret oleh guru dan siswa pada siklus I pertemuan I dan II sudah

Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dari penelitian sebelumnya atau kajian relevannya dikarenakan tidak hanya menggunakan model snowball throwing

Faktor dari guru disebabkan karena model dan strategi pembelajaran yang guru gunakan masih sering menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran cenderung monoton

Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni (1) bagaimana penerapan metode snowball throwing dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran IPS

Menurut Suprijono Hizbullah,2011: 8 Snowball Throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian masing-masing