BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPA
Kosasih (2013:20) mengatakan pembelajaran adalah “usaha peserta didik mempelajari materi ajar sebagai akibat perlakuan dari guru sebagai penggajar yang memberikan materi”. Komunikasi dalam pembelajaran memiliki tujuan yaitu di nyatakan dengan pesan yang harus di sampaikan. Pesan di sampaikan dari sumber dan disampaikan ke penerima.
Trianto (2010: 260) menjabarkan “ IPA merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan”. IPA merupakan panduan dari berbagai macam ilmu diantaranya fisika, kimia, biologi dan astronomi. Peristiwa dan gejala alam di pelajari dalam pembelajaran IPA. IPA memiliki tiga istilah yaiti Ilmu, Pengetahuan dan Alam. Fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003:2) sebagai berikut :
1. Menanamkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Menggembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah.
3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.
4. Mengguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melahirkan pendidikan ke yang lebih tinggi.
penggujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan serta penemuan teori dan konsep. Mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan ketrampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang dapat berpengaruh positif terhadap penggaruh proses pendidikan maupun produk pendidikan.
Wisudawati dan Sulistiyowati (2015:182) menggambarkan “Penbelajaran IPA sebagai suatu sistim yang terdiri atas komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran dan keluaran pembelajaran”. Komponen pembelajaran tidak terlepas dari pelaksanaan pembelajaran, contohnya dalam pembelajaran harus ada interaksi antara guru dengan siswa, apabila salah satu tidak ada di dalamnya maka tidak akan terjadi proses pembelajaran. Komponen lain yang mendukung proses pembelajaran diantaranya kurikulum, model pembelajaran, metode, materi, media dan evaluasi. Komponen tersebut saling berkaitan, sehingga dalam hal ini guru sebagai dasar yang paling utama dalam semua komponen untuk memandu mewujudkan hasil belajar siswa yang baik. Dalam pembelajaran IPA guru hanya memberikan tangga untuk membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi namun harus diusahakan siswa dapat menaiki tangga itu. Dari teori pembelajaran IPA yang disampaikan penulis menyimpulkan bahwa belajar IPA adalah mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan alam semesta dengan cara melihat secara langsung, mempraktikkan ataupun melakukan eksperimen dari apa yang telah diamati. Sehingga kita bisa mengetahui fungsi dari kenampakan alam dan cara menjaga alam semesta ini.
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Berikut ini merupakan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas IV di SD Negeri Mangunsari 2 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga yang harus dicapai oleh peserta didik sebagai pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Kelas IV Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.
6.1. Mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu.
6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud benda cair padat cair ; cair gascair ; padatgas.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas IV semester I di atas, yang akan dilakukan penelitian adalah pada Standar Kompetensi (SK) . Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya. (KD) 6.1. Mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu. 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud benda cair padat cair ; cair gascair ; padatgas.
tipe ini menarik perhatian siswa untuk belajar dan melatih siswa untuk berfikir kreatif, inovatif dan mandiri. Langkah terakhir adalah melakukan evaluasi yang dilakukan oleh siswa yang difasilitasi oleh guru. Dalam evaluasi ini tugas guru adalah melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa dalam kelompok maupun secara individu.
2.1.2 Hasil Belajar
Belajar adalah proses kegiatan dan bukan hasil suatu tujuan (Hamalik, 2008:108). Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar menggajar dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan guru (Widoyoko 2014:160). Jadi dapat disimpulkan hasil elajar adalah tindakan yang sudah di lakukan melalui proses belajar. Perlu di lakukan pengukuran untuk mengetahui hasil belajar siswa. Guru melakukan pengukuran pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang sudah disampaikan, sehingga guru dapat mengetahui tujuan dari pembelajaran sudah di capai siswa atau belum. Sistem Pendidikan Nasional merumuskan tujuan pendidikan dengan menggunakan klasifikasi belajar yang didalamnya dibagi menjadi tiga ranah diantaranya kognitif, afektif, psikomotorik.
Ranah kognitif lebih banyak digunakan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Penggunaan ranah kognitif ini dapat di manfaatkan guru untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa yang sudah di dapatkan setelah melaksanakan proses pembelajaran. Bloom pada bukunya Taxonomi of Educational Objectives (Wardani, 2012 : 110) kognitif menjadi 6 tingkat yang dilambangkan dengan huruf C (cognitive) diantaranya :
a. C1 (Pengetahuan/Knowledge)
Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami materi tertentu yang dipelajari. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu :
1. Translasi (kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain)
2. Interpretasi (kemampuan menjelaskan materi)
3. Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-katanya sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep.
c. C3 (Penerapan/Application)
Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan pemahamannya dengan cara menggunakannya secara nyata. Di jenjang ini, peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia miliki pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya.
d. C4 (Analisis/Analysis)
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih jelas. Kemampuan ini dapat berupa :
1. Analisis elemen/unsur (analisis bagian-bagian materi) 2. Analisis hubungan ( identifikasi hubungan)
3. Analisis pengorganisasian prinsip/prinsip-prinsip organisasi (identifikasi organisasi)
Di jenjang ini, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan pendapat dan fakta serta menemukan hubungan sebab akibat.
e. C5 (Sintesis/Synthesis)
Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik. Kemampuan ini dapat berupa memproduksi komunikasi yang unik, rencana atau kegiatan yang utuh, dan seperangkat hubungan abstrak.Di jenjang ini, peserta didik dituntut menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu dan pengetahuan. f. C6 (Evaluasi/Evaluation)
Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini seseorang dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru serta cara baru yang unik dalam analisis dan sintesis. Menurut Bloom paling tidak ada 2 jenis evaluasi yaitu :
1. Evaluasi berdasarkan bukti internal 2. Evaluasi berdasarkan bukti eksternal
Di jenjang ini, peserta didik mengevaluasi informasi termasuk di dalamnya melakukan pembuatan keputusan dan kebijakan.
penelitian ini peneliti menggunakan instrumen tes. Instrumen tes sebagai cara untukmemberikan angka pada suatu gejala atau peristiwa tertentu, yang akan memperlihatkan pencapaian kognitif dari masing-masing siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Menurut peneliti kesimpulan dari hasil belajar yang disampaikan pada semua teori merupakan perolehan ke arah yang lebih baik dari segi kognitf, afektif, maupun psikomotor melalui proses yang melibatkan kemampuan siswa. Hasil belajar bisa digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa dari materi yang didapatkan. Penelitian ini lebih ditakankan pada saat siswa dapat mene rapkan dan menganalisis pembelajaran atau lebih dominan ke c3 dan c4 supaya siswa lebih aktif dalam menerapkan dan menganalisis.
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
Banyak model pembelajaran yang digunakan dalam dunia pendidikan, model pembelajaran mempunyai fungsi penting bagi siswa dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Model pembelajaran merupakan cara yang sistimatis yang digunakan guru dalam mengelola pengalaman belajar untuk mencapai tujuan yang maksimal. Wilis (2011:97) mengatakan model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang digunakan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan belajar menggajar di kelas. Suprijono (2014:218) membaginya kedalam tiga model pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran berbasis masalah.
bimbingan guru, kemudian siswa berkelompok menyelesaikan tugas. Tahapan yang terahir pada pembelajaran kooperatif ini yaitu penyajian produk oleh kelompok sehingga guru bisa mengevaluasi dengan kelompok dan semua siswa. Penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif ini lebih meningkatkan kerja sama dan tanggung jawab ke semua siswa untuk mendiskusikan materi secara bersama, sehingga antara siswa satu dengan siswa yang lain bisa saling melengkapi dan saling membantu satu sama lain.
2.1.4 Model Pembelajaran Snowball Throwing
Kosasih (2013:65) Model pembelajaran snowball throwing adalah pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar bola. Medel ini mempunyai tujuan yaitu memancing kreatifitas siswa dalam membuat soal sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan oleh ketua kelompok. Model ini menuntut siswa untuk berperan aktif dan selalu siap dalam menjawab pertanyaan sehingga melatih kesiapan siswa. Suasana belajar akan lebih menyenangkan dengan diterapkannya model pembelajaran ini. Suprijono (2009:54)Dalam penerapan modelsnowball throwing ini guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok terdiri dari beberapa anak. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan tipe siswa yang bermacam-macam dan dibagi secara acak.
Sintak pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing menurut Kosasih (2013:63) adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan dan KD yang ingin dicapai. 2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang penerapannya dengan cara melempar bola atau segumpalan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa dan dilemparkan ke siswa lain untuk dijawab.
2.1.5 Media Belajar Konkret
Penggunaan media akan lebih baik jika selalu di terapkan dalam pembelajaran, tetapi penerapan media pembelajaran akan lebih baik kalau tidak berdiri sendiri karena media berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran. Kustandi (2011:135) mengatakan” media pembelajaran merupakan sarana untuk meningkatkan kegiatan kegiatan proses belajar menggajar”. Dalam pembelajaran media sangat mendukung proses pembelajaran. Pemilihan media harus di lakukan dengan cermat, teliti dan sebaik mungkin. Aspek harus di tentukan dalam pemilihan media dengan tujuan pembelajaran. Pemyesuaian media juga harus memperhatikan materi dan karakteristik siswa.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Patronela Lesa tahun( 2012 )tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Snowball Throwing pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV di SDN Dukuh 02 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini berdasarkan kenyataan ketuntasan belajar siswa kelas 4 SDN Dukuh 02 Salatiga, yaitu dari total 23 siswa pada kelas 4 yang tuntas KKM adalah 13 (56.6%). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sebelum dilakukan tindakan, siswa yang tuntas belajar adalah 10 (43.4%) dari 23 siswa. Pada siklus I, siswa yang tuntas menjadi 17 siswa (74%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan ketuntasan belajar siswa menjadi 23 (100%).
Selain penelitian tersebut ada penelitian yang dilakukan oleh Eni Sri Wuryani tahun (2014) yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing Bagi Siswa Kelas 3 SD Negeri 6 Kuripan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada Pembelajaran IPA setelah menggunakan model pembelajaran snowball throwing. Pada siklus I, dengan KKM mata pelajaran IPA sebesar 68, pada kondisi pra siklus siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa (35%), pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa (62%), dan pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa (85%). Skor rata-rata pra siklus sebesar 63. Pada pelaksanaan siklus I skor rata-rata meningkat menjadi 70, dan pada siklus II skor rata-rata meningkat menjadi 76. Dari hasil observasi menunjukkan skor pada siklus I sebesar 88, dan pada siklus II sebesar 94.
dan siklus II. Pada kondisi awal nilai rata-rata siswa yaitu 56, memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) berjumlah 4 siswa (27%) dan yang belum memenuhi KKM berjumlah 11 siswa (73%). Pada pembelajaran Siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, siswa yang nilainya sudah memenuhi KKM meningkat menjadi 10 siswa (67%), sedangkan siswa yang belum memenuhi KKM berjumlah 5 siswa (33%). Pada pembelajaran Siklus II siswa yang sudah memenuhi KKM berjumlah 13 siswa (87%) dan siswa yang tidak memenuhi KKM berjumlah 2 siswa (13%).
Berdasarkan bukti penelitian yang tertera diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model snowball throwing karena cocok digunakan untuk pembelajaran siswa SD dan melatih siswa SD untuk kreatif belajar secara mandiri. Selain itu peneliti termotivasi dikarenakan berdasarkan penelitian sebelumnya penerapan model ini bisa meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Untuk mendampingi penggunaan model ini peneliti akan memadukan dengan penggunaan media konkret. Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dari penelitian sebelumnya atau kajian relevannya dikarenakan tidak hanya menggunakan model snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar tetapi dilengkapi dengan fasilitas media konkret yang bertujuan akan lebih meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.Hal ini yang akan dijadikan khas dari penelitian ini.
2.3 Kerangka Berfikir
dipengaruhi
dianalisis
Keterangan :
: Yang diteliti : Yang diterapkan
Hasil Belajar Siswa di bawah KKM
Respon Siswa
Model Pembelajaran Media
Pembelajaran DLL
Positif
Negatif
Make a Mach
Role Playing
Demonstrasi
Audio
Visual
Elektronik
SNOWBALL THROWING
BENDA KONKRET
Gambar 2.1
Skema kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis Tindakan