• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAKIT PADA TANAMAN KUBIS DAN KACANG T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENYAKIT PADA TANAMAN KUBIS DAN KACANG T"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT PADA TANAMAN KUBIS DAN KACANG TANAH

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan atau legum dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari benua Amerika. Masuk ke Indonesia pertama-tama diperkirakan dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol, pada saat melakukan pelayarannya dari Mexico ke Maluku setelah tabun 1597. Pada tahun 1863 HOLLE memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 SCHEFFER memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil. Tanaman Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati, minyak dan lain-lain. Begitu banyak manfaat kacang tanah tidak terlepas dengan adanya serangan hama dan penyakit, salah satu penyakit yang merusak pertanaman kacang tanah adalah busuk batang yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii. Cendawan ini menyebabkan busuk pada pangkala akar dan sebelum terjadi pembusukan dan akhirnya mati, gejala lain yaitu berupa layu pada tanama. Sentra penanaman/produksi Kacang tanah di Indonesia meliputi Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, D.l. Yogyakarta, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.

Selain kacang tanah, tanaman holtikutura yang juga penting yaitu kubis. Kubis atau kol (Brassicea oleracea Linn) merupaka sayuran yang mendapat prioritas untuk ditingkatkan produksinya. Salah satu kendala dalam usaha ini adalah adanya OPT baik hama maupun penyakit. Salah satu penyakit yang menyerang adalah Soft rots yang disebabkan oleh Erwinia carotovora yang tidak hanya menyerang tanaman yang masih berada dalam perkebunan tetapi uga pada saat penyimpanan atau pemasaran. Selain itu bakteri ini berkembang sangan cepat. 2.2 Deskripsi Penyakit

2.2.1 Busuk Lunak (Soft Rots)

Busuk lunak (Soft Rot) adalah penyakit yang merugikan pada tanaman-tanaman sayur, termasuk kubis-kubisan, baik di lapangan maupun dalam penyimpanan dan pengangkutan sebagai

penyakit pascpanen. Penyakit tersebar umum di seluruh dunia. Meskipun di Indonesia belum pernah diteliti secara khusus, namun penyakit sering ditemukan di pertanaman maupun di pasar-pasar (Machmud, 1984; Suhardi, 1988).

(2)

dan Quebral, 1977; Giatgong, 1980;Ho, 1985). Erwinia carotovora pernah menyebabkan masalah serius di Eropa dalam produksi kentang, hal ini disebabkan penanaman, pemanenan,

penyimpanan dari buah kentang di bawah kondisi optimum. Tanaman dengan mudah terinfeksi patogen. Kemajuan teknologi yang dicapai ilmuan pada akhir dekade ini untuk menekan penyebaran patogen Erwinia carotovora melalui molekul signal pada patogen dikuatirkan akan manciptakan galur yang resisten. Teknik perbanyakan secara tradisional tidak dapat digunakan sebagai senjata yang ampuh karena kurangnya sifat resisten. Penelitian lebih lanjut masih dikebangkan untuk menangani masalah ini.

Gejala:

Gejala yang umum pada tanaman kubis-kubisan adalah busuk basah, berwarna coklat atau kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak-bercak tersebut membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak agak berbutir-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau hitam. Pada serangan lanjut daun yang terinfeksi melunak berlendir dan mengeluarkan bau yang khas. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringa tersebut menjadi berbau khas yang mencolok hidung (Machmud, 1984). Bau tersebut merupakan gas yang dikeluarkan dari hasil fermentasi karbohidrat kubis.

Gambar 1 kubis terserang E. carotovora Oleh: Anggi

Penyebab :

Penyebab busuk lunak adalah Erwinia carotovora. Sel bakteri berbentuuk batang dengan ukuran (1,5×2,0)x(0,6×0,9) micron, umunya membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak

mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela 2-3 peritrik. Bakteri ini bersifat gram negatif. Hidup bakteri ini soliter atau berkelompok dalam pasangan atau rantai, termasuk jenis bakteri fakultatif anaerob. E. carotovora memproduksi banyak enzim ekstraselluler seperti pektinase yang mendegradasi pektin yang berfunsi untuk merekatkan dinding-dinding sel yang berdampingan, sellulase yang mendegradasi sellulase, hemicellulases, arabanases, cyanoses dan protease.

(3)

Gambar 2 Erwinia carotovora

http://www.ebi.ac.uk/2can/genomes/bacteria/Erwinia_carotovora.html Fase kritis tanaman terhadap bakteri busuk lunak:

Infeksi bakteri lebih banyak dijumpai pada tempat penyimpanan atau pada waktu pengangkutan (pascapanen) dari pada di lapangan. Bakteri busuk lunak merupakan parasit lemah yang

merupakan penetrasi pada inangnya hanya melalui luka misalnya pada bercak yang diinfeksi oleh patogen lainnya, luka karena gigitan serangga, atau luka karena alat pertanian yang digunakan untuk memanen kubis.

Daur hidup penyait:

Bakteri ini dapat menyerang berbagaimacam tanaman pertanian maupun hasilnya, khususnya tanaman hortikultura seperti kentang, wortel dan lain sebagainya. E. carotovora dapat

mempertahankan diri dalam tanah dan sisa-sisa tanaman dilapang. Suhu yang optimal untuk perkembangan bakteri yaitu 27oC. pada keadaan suhu rendah dan kelembaban yang rendah bakteri akan terhambat pertumbuhannya.

Pada umunya infeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui luka-luka karena gigitan serangga atu alat-alat pertanian yang tertempel dengan bakteri tersebut. Larva dan imago lalat buah dapat menularkan bakteri karena serangga ini membuat luka dan mengandung bakteri dalam tubuhnya.

Teknik pengendalian:

Untuk mengendalikan penyakit ini digunakan beberapa cara antara lain:

1. Melalukan sanitasi. Menjaga kebersihan kebun khususnya dari sisa-sisa tanaman sakit sebelum penanaman.

2. Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan kelembaban yang terlalu tinggi, terutama di musim hujan.

3. Pada waktu memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin menghindari terjadinya luka yang tidak perlu, khususnya pada waktu hama menyerang.

4. Pengendalian pascapanen dilakukan dengan

a. Mencucui tanaman dengna air yang mengandung chlorine

(4)

d. Menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, mempunyai ventilasi yang cukup, sejuk dan difumigasinya sebelumnya

Daerah sebaran dan penyebaran:

Baktei busuk lunak mempunyai daerah sebaran yang luas hampir diseluruh dunia. Di indonesia terjadi di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.

2.2.2 Penyakit Busuk Batang

Peyakit busuk batang yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii adalah cendawan yang polifag yaitu dapat menyerang bermacam-macam tanaman, antara lain kedelai, kacang tanah, tembakau, cabai dan terong. Penyakit ini timbul pada keadaan lembab. Patogen ini merupakan cendawan parasit fakultatif yang sebagian hidupnya sebagai saprofit.

Gejala:

Cendawan menyerang pada pangkal batang, bagian dari tanaman yang lunak, menimbulkan bercak-bercak hitam. Tanaman yang terserang akan layu dan mati. Pada batang terdapat miselium jamur berwarna putih seperti bulu dan pada serangan yang lebih lanjut terdapat sklerotium yang juga berada di sekitar tanah dekat dengan pangkal batang.

Gambar 3 busuk batang pada kacang tanah Oleh: Anggi

Gambar 4 busuk batang pada pangkal batang www.google.com/image/Sclerotium-rolfsii Gambar 5 hifa dan sklerotia S. rolfsii www.google.com/image/Sclerotium-rolfsii Penyebab :

Dalam sistem klasifikasi, S. rolfsii dimasukan dalam filum Deuteromycota, kelas Agonomycetes, karena jamur ini tidak diketemukan spora seksual maupun aseksualnya atau disebut dengan miselia sterilia (Alexopoulos dan Mims, 1979). Akan tetapi di daerah subtropis jamur dapat membentuk basidiospora dan termasuk Corticium.

Daur hidup penyait:

Dalam lingkungan yang lembab, cendawan S. rolfsii membentuk miselium tipis, berwarna putih, teratur seperti bulu pada pangkal batang dan permukaan tanah di sekitarnya. Pada tingkat

(5)

sterigma. Ukuran basidio spora sekitar 3,5-5×6-7. Pada miselium ini, kelak akan terbentuk banyak butir-butir kecil, berbentuk bulat atau jorong dengan permukaan yang licin. Butiran-butiran kecil ini mula-mula berwarna putih, kemudian menjadi coklat muda sampai coklat tua. Butiran ini dinamakan sklerotium. Sklerotium berperan sebagai alat bertahannya cendawan karena memiliki sifat yang sangat tahan terhadap lingkungan yang tidak mendukung (Agrios). Sclerotium mempertahankan hidup dengan membentuk sklerotia yang dapat melekat pada pangkal batang tanaman yang terserang. Sklerotium kemudian jatuh ke tanah dan dapat bertahan lama hingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya. Kein dan Webster

(1974)menemukan bahwa viabilitas (daya tahan hidup) sklerotia menurun setelah mengalami penggenangan kurang lebih 4 bulan. Perkembangan penyakit terjadi pada suhu 25-350C perkembangan yang maksimum terjadi pada suhu 30C. pangkal batang dan akar tanaman sakit berwarna hitam, kadang-kadang terdapat miselium pada tanaman sakit. Sklerotium biasanya melekat pada pangkal batang dan akar.

Teknik pengendalia:

Untuk mencegah meluasnya penyakit, tanaman yang sakit dicabut dan dibakar. Harus diusahakan agar tanah yang mengandung miselium dan sklerotium tidak tersebar. Karena ini dapat

menyebabkan jamur atau cendawan baru berkembang. Perbaikan sanitasi agar daerah sekitar tanaman tidak lembab yang mendukung pertumbuhan cendawan.

http://titinrahayu08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/penyakit-pada-tanaman-kubis-dan-kacang-tanah/

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

MAKALAH BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH

MAKALAH PENYAKIT BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH

DI SUSUN O

(6)

Nama : Nim :

Prodi :agroteknologi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

2011

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH (Arachis hypogea)

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian BERCAK DAUN PADA KACANG TANAH (Arachis hypogea)

Sehingga kita bisa mengetahui bahwa salah satu penyakit pada kacang tanah iyalah klorosis

Kami menyadari bahwa makah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan ini

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusun makalah dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru,2 november 2011

PENDAHULUAN Sejarah Singkat

(7)

jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.

Jenis Tanaman

Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup Klas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua Ordo : Polipetales

Famili : Leguminosae Genus : Arachis  Spesies :

Arachis hypogeae L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica Chod & Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachishelodes Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachis namby quarae Hochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth.

Varietas : Gajah, Macan, Rusa, Anoa, Tupai, dan lain-lain.

Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:

a) Daya hasil tinggi.

b) Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari. c) Hasilnya stabil.

d) Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun). e) Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.

 Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu: a) Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).

b) Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).

(8)

Bercak daun merupakan salah satu penyakit utama pada kacang tanah (Arachis hypogea) yang menurunkan hasil sampai 60%. Penyakit ini sering dijumpai di lapangan, tetapi pengendaliannya jarang dilakukan. Efisiensi produksinya dapat ditingkatkan dengan merakit genotipe kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun

Kacang Tanah (Arachis hypogea L) merupakan sejenis spesies kacang-kacangan dari famili Fabaceae yang berasal dari Amerika Selatan. Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil.

Kacangnya pula tumbuh didalam tanah. Kacang tanah biasanya dimakan langsung tanpa diolah dan juga disajikan dalam berbagai cara seperti direbus, digoreng, dibakar, dihancurkan dan berbagai lagi tergantung selera seseorang itu mengolah makanan ini.

Kacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung. Memakan segenggam kacang tanah setiap hari terutama pesakit kencing manis dapat membantu kekurangan zat.

Kacang tanah mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 0ns kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9.

Kacang tanah mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL

kolesterol.

Kajian-kajian menunjukkan kacang tanah dapat sebagai penurun tekanan darah tinggi dan juga kandungan kolestrol dalam darah, berkesan untuk melegakan penyakit hemofilia atau

kecenderungan mudah berdarah, penyakit keputihan dan insomnia.  TINJAUAN PUSTAKA

(9)

Penyebab penyakit bercak daun awal adalah jamur Cercospora arachidicola. Penyakit ini dapat ditularkan melalui tanah.

Gejala awal berupa bercak bulat berwarna cokelat tua sampai hitam pada permukaan bawah daun dan cokelat kemerahan sampai hitam pada permukaan atas daun. Pada daun terdapat hal

berwarna kuning jelas.

penyakit ini disebut bercak akhir karena gejalanya timbul pada saat mendekati akhir

pertumbuhan tanaman. Penyakit ini lebih berbahaya dibanding bercak daun awal. Suhu dan kelembaban tinggi mendorong timbulnya peyakit. Jamurnya dapat bertahan pada sisa brangkasan dan tanaman kacang tanah yang tumbuh setelah panen. Sejauh ini belum ditemukan inang bagi jamur di luar jenis Arachis. Penye

Penelitian terdiri atas persilangan interspesifik; penapisan plasma nutfah; penentuan kriteria seleksi tambahan untuk perakitan kultivar tahan penyakit bercak dan berdaya hasil tinggi, selain karakter gejala penyakit visual; dan persilangan kultivar unggul dengan galur introduksi tahan penyakit bercak daun serta penanganan zuriatnya.

Dua spesies liar tahan penyakit bercak daun, A. cardenasii dan A. chacoense, yang memiliki set kromosom diploid telah diintroduksi pada persilangan interspesifik. Persilangan telah dilakukan antara kultivar Gajah yang memiliki set kromosom tetraploid dan A. cardenasii secara

konvensional. Penanganan zuriat dilakukan mengikuti tahapan khusus guna mengatasi perbedaan set kromosom antartetua. Benih dari tanaman triploid telah diperoleh, baik tanaman yang

diperlakukan dengan kolkisin untuk menggandakan set kromosom maupun tanaman yang tidak diperlakukan dengan kolkisin. Benih ini bermanfaat untuk eksplorasi biologi dan sitogenetika kacang tanah.

Penapisan plasma nutfah dilakukan di lapangan dan rumah plastik. Genotipe koleksi plasma nutfah yang menonjol ketahanannya terhadap penyakit bercak daun, khususnya bercak daun hitam, ialah galur harapan GH 532 dan GH 530 yang merupakan rakitan dalam negeri serta galur ICG 10890 yang diintroduksi dari ICRISAT. Galur harapan GH 532 yang tingkat ketahanannya tinggi juga memiliki sifat khas, warna daunnya hijau tua.

(10)

tinggi dan diduga tidak berkaitan dengan daya hasil rendah, demikian pula warna daun hijau. Dari beberapa karakter tersebut, warna hijau tua ditetapkan sebagai kriteria seleksi tambahan untuk diterapkan di lapangan.

Beberapa kultivar unggul telah disilangkan dengan galur introduksi tahan penyakit bercak daun. Galur introduksi tahan penyakit bercak daun diperoleh dari NCU-AS (4 galur) dan ICRISAT-India (5 galur). Dari beberapa persilangan yang dilakukan, persilangan ‘Gajah’ x GP-NCWS4 merupakan satu-satunya yang zuriatnya dapat ditangani hingga generasi F7. Penanganan zuriat yang ditempuh ialah tanam curah (bulk) untuk generasi F1, F2, dan F3, sedangkan generasi F4 mulai digalurkan. Pada generasi F5 dan F6 mulai diseleksi ketahanannya terhadap penyakit bercak daun berdasarkan pada karakter warna daun hijau tua dan gejala penyakit visual, serta seleksi daya hasil berdasarkan pada karakter jumlah polong per tanaman. Generasi F7 diuji daya hasilnya terhadap 27 galur terseleksi di Kuningan dan Muara (Bogor) selama dua musim. Pada penamanan musim pertama di Kuningan diperoleh 10 galur yang jumlah polongnya sama atau lebih banyak daripada jumlah polong kultivar lokal sebagai pembanding (galur uji sebanyak 16-19 polong per tanaman, kultivar lokal sebanyak 16 polong per tanaman), sedangkan di Muara hanya dua galur yang jumlah polongnya lebih tinggi daripada kultivar lokal.

Kultivar Gajah menghasilkan polong jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kultivar lokal di kedua lokasi. Dari semua galur yang diuji, tidak ada yang tingkat ketahanannya terhadap

penyakit bercak daun lebih baik daripada galur harapan GH 532 sebagai pembanding. Meskipun demikian, hanya satu atau dua galur yang sama rentan seperti kultivar Gajah yang merupakan pembanding rentan di tiap lokasi uji. Galur terseleksi tersebut dipandang perlu ditindaklanjuti dengan uji daya hasil dan uji multi lokasi untuk kemudian dapat dilepas sebagai kultivar unggul baru kacang tanah tahan penyakit bercak daun dan berdaya hasil tinggi.

 Mekanisme infeksi patogen

(11)

Akibatnya semua kultivar kacang tanah yang dibudidayakan secara luas rentan terhadap kedua jenis patogen bercak daun (Porter et al., 1982).

Kusumo (1991) mendapatkan variabilitas ketahanan terhadap penyakit bercak daun pada genotipe-genotipe kacang tanah berupa galur harapan dan kultivar lokal yang dipelajarinya. Serangan patogen bercak daun yang berakibat defoliasi bahkan keringnya tajuk tanaman, tercermin pada sangat bervariasinya bobot brangkasan basah antar genotipe yang diuji.

Persentase panjang batang utama bebas penyakit bercak daun merupakan peubah yang diajukan untuk menilai secara kuantitatif tingkat ketahanan genotipe kacang tanah terhadap bercak daun. Evaluasi tingkat ketahanan genotipe acak menggunakan karakter tersebut menunjukkan korelasi genotipik dan fenotipik negatif nyata dengan daya hasil (Yudiwanti et al., 1998).

Selanjutnya Yudiwanti (2006) mengemukakan bahwa korelasi negatif tersebut adalah karena peran antagonis stomata terhadap daya hasil dan terhadap tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun. Stomata yang membuka sempit dengan kerapatan rendah mendukung tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun karena dapat menurunkan peluang penetrasi patogen melalui stomata, akan tetapi karakter yang sama mengurangi difusi karbondioksida ke dalam daun sehingga kapasitas fotosintesis berkurang dan akibatnya daya hasilnya lebih rendah. Tiga karakter utama sebagai kriteria seleksi untuk mengembangkan kultivar kacang tanah tahan penyakit bercak daun dengan daya hasil yang tinggi adalah persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' sebagai karakter tingkat ketahanan berdasarkan gejala visual, intensitas warna hijau daun sebagai kriteria seleksi tak langsung untuk ketahanan terhadap penyakit bercak daun, serta jumlah polong total sebagai karakter kriteria seleksi tak langsung untuk hasil dengan peubah bobot biji. Karakter persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' prospektif diterapkan sebagai peubah tingkat ketahanan visual di lapangan. Peubah ini praktis diterapkan di lapangan dan obyektivitasnya mudah dijaga. Peubah ini juga memiliki nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi, yaitu mencapai 80.77%, yang menunjukkan bahwa keragaman peubah tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik(Yudiwanti et al., 2006).

(12)

Karakter ini juga memiliki nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi (72.98%; Yudiwanti et al., 2006), oleh karena itu potensial digunakan sebagai kriteria seleksi. Peubah jumlah polong total per tanaman memiliki nilai duga heritabilitas arti

luas di atas 60% berdasarkan percobaan tunggal. Kasno (1986) bahkan melaporkan nilai duga heritabilitas arti luas 72% untuk jumlah polong total berdasarkan seri percobaan yang melibatkan interaksi genotipe*musim*lokasi. Oleh karena itu peubah ini sangat baik digunakan sebagai kriteria dalam menyeleksi daya hasil. Karakter ini berkorelasi positif sangat nyata dengan bobot biji yang mencerminkan produktivitas tanaman (Kasno, 1986; Kusumo, 1996).

Evaluasi pendahuluan beberapa galur terpilih zuriat hasil persilangan kultivar

Gajah dengan galur GPNC WS4 yang tahan bercak daun memperlihatkan potensi daya hasil yang baik, yaitu menghasilkan polong total rata-rata lebih dari 15 polong per tanaman. Meskipun demikian beberapa nomor memperlihatkan masih memiliki ragam dalam galur yang nyata untuk karakter tersebut, yang menunjukkan bahwa seleksi dalam galur untuk meningkatkan kehomogenan masih perlu dilakukan. Galur-galur yang telah homogen jumlah polong total per tanamannya perlu ditindaklanjuti dengan perbanyakan benih untuk pengujian daya hasil lanjutan

 Pengendalian efektif (hayati)

Hingga saat ini, pengendalian paling efektif hanyalah dengan fungisida Topsin-M 70 WP sebanyak dua kali (7 dan 9 minggu setelah tanam) dengan dosis 0,5 kg/ha/aplikasi. Selain itu, Antracol 70 WP, Dithane M – 45, Nemispor 70 WP, dan Baycor 300 EC pun dapat digunakan. Dosis digunakan sesuai petunjuk penggunaan pada kemasan. Cara tersebut dapat dikombinasikan dengan menahan varietas tahan, tidak menanam secara berurutan (rotasi tanaman), dan

membakar sisa tanaman sakit.

Kesimpulan

(13)

jarang dilakukan. Efisiensi produksinya dapat ditingkatkan dengan merakit genotipe kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun

Tiga karakter utama sebagai kriteria seleksi untuk mengembangkan kultivar

kacang tanah tahan penyakit bercak daun dengan daya hasil yang tinggi adalah persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' sebagai karakter tingkat ketahanan berdasarkan gejala visual, intensitas warna hijau daun sebagai kriteria seleksi tak langsung untuk ketahanan terhadap penyakit bercak daun, serta jumlah polong total sebagai karakter kriteria seleksi tak langsung untuk hasil dengan peubah bobot biji. Karakter persen panjang batang utama yang dedaunannya 'hijau' prospektif

diterapkan sebagai peubah tingkat ketahanan visual di lapangan. Peubah ini praktis diterapkan di lapangan dan obyektivitasnya mudah dijaga. Peubah ini juga memiliki nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi, yaitu mencapai 80.77%, yang

menunjukkan bahwa keragaman peubah tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik

Semoga saja dari makalah ini kitabisa mulai belajar untuk mengembangkan pengetahuan dari segala macam jenis penyakit yang menyerang dari tanaman kacang tanah maupun tanaman lain yg dapat merugikan para petani kita

DAFTAR PUSTAKA

Bari, A., Sjarkani Musa., Endang Sjamsudin. 2006. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 91 hal

(14)

Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.698 hal. Semangun, Haryono. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta. 754 hal.

Yudiwanti., Basuki Wirawan., dan Desta Wirnas. 2006. Korelasi antara kandungan klorofil, ketahanan

terhadap penyakit bercak daun dan daya hasil pada kacang tanah. Prosiding Seminar Nasional

Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman, 1-2 Agustus 2006. Hal 329-334

http://rinoyuhendra.blogspot.com/2011/11/makalah-bercak-daun-pada-kacang-tanah.html aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

MEKANISME PENYERANGAN PATOGEN PADA TUMBUHAN

Patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara guna memperoleh zat

makanan yang dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang. Untuk dapat masuk kedalam inang patogen mampu mematahkan reaksi pertahanan tumbuhan inang.

Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan sekresi zat kimia yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang. Beberapa cara patogen untuk dapat masuk kedalam inang diantaranya dengan cara mekanis dan cara kimia.

===================================================================== =========

Cara Mekanis

(15)

melunakkan dinding sel.

Pada jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan penetrasi sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang tersebut membesar dan

membentuk semacam gelembung pipih yang biasa disebut dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk ke dalam lapisan kutikula dan dinding sel.

Skema penetrasi patogen terhadap dinding sel tanaman

===================================================================== ============

Cara Kimia

Pengaruh patogen terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya karena proses biokimia akibat dari senyawa kimia yang dikeluarkan patogen atau karena adanya senyawa kimia yang

diproduksi tumbuhan akibat adanya serangan patogen.

(16)

busuk basah, sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya bengkak akar atau batang. Selain itu toksin berpengaruh terhadap terjadinya hawar.

Enzim

Secara umum, enzim dari patogen berperan dalam memecah struktur komponen sel inang, merusak substansi makanan dalam sel dan merusak fungsi protoplas. Toksin berpengaruh terhadap fungsi protoplas, merubah permeabilitas dan fungsi membran sel. Zat tumbuh mempengaruhi fungsi hormonal sel dalam meningkatkan atau mengurangi kemampuan membelah dan membesarnya sel. Sedang polisakarida hanya berperan pasif dalam penyakit vaskuler yang berkaitan dengan translokasi air dalam inang dan ada kemungkinan polisakarida bersifat toksik terhadap sel tumbuhan.

Enzim oleh sebagian besar jenis patogen dikeluarkan setelah kontak dengan tumbuhan inang. Tempat terjadinya kontak antara patogen dengan permukaan tumbuhan adalah dinding sel epidermis yang terdiri dari beberapa lapisan substansi kimia. Degradasi setiap lapisan tersebut melibatkan satu atau beberapa enzim yang dikeluarkan patogen.

Contoh bagian tanaman yang telah rusak akibat adanya enzim dari patogen tanaman.

(17)

Toksin merupakan substansi yang sangat beracun dan efektif pada konsentrasi yang sangat rendah. Toksin dapat menyebabkan kerusakan pada sel inang dengan merubah permeabilitas membran sel, inaktivasi atau menghambat kerja enzim sehingga dapat menghentikan reaksi-reaksi enzimatis. Toksin tertentu juga bertindak sebagai antimetabolit yang mengakibatkan defisiensi faktor pertumbuhan esensial.

Toksin yang dikeluarkan oleh patogen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu patotoksin, vivotoksin dan fitotoksin.

Patotoksin

Patotoksin ialah toksin yang sangat berperan dalam menentukan tingkat keparahan penyakit. Berdasarkan luas kisaran inangnya patotoksin digolongkan menjadi dua, yaitu spesifik dan non-spesifik. Vivotoksin dan fitotoksin umumnya bersifat non-non-spesifik.

Vivotoksin

Vivotoksin ialah substansi kimia yang diproduksi oleh patogen dalam tumbuhan inang dan/atau oleh inang itu sendiri yang ada kaitanya dengan terjadinya penyakit, tetapi toksin ini bukan agen yang memulai terjadinya penyakit. Beberapa kriteria yang ditunjukkan oleh vivotoksin

diantaranya: dapat dipisahkan dari tumbuhan inang sakit, dapat dipurifikasi dan karakterisasi kimia, menyebabkan dari sebagian gejala kerusakan pada tumbuhan sehat, dan dapat diproduksi oleh organisme penyebab penyakit.

Fitotoksin

(18)

Contoh gejala pada tanaman inang akibat toksin nonspesifik

(19)

Zat Tumbuh

Zat tumbuh yang terpenting yaitu auksin, giberellin dan sitokinin, selain itu etilen dan penghambat tumbuh juga memegang peranan penting dalam kehidupan tumbuhan. Patogen tumbuhan dapat memproduksi beberapa macam zat tumbuh atau zat penghambat yang sama dengan yang diproduksi oleh tumbuhan, dapat memproduksi zat tumbuh lain atau zat

penghambat yang berbeda dengan yang ada dalam tumbuhan, atau dapat memproduksi substansi yang merangsang atau menghambat produksi zat tumbuh atau zat penghambat oleh tumbuhan. Patogen seringkali menyebabkan ketidak seimbangan sistem hormonal pada tumbuhan dan mengakibatkan pertumbuhan yang abnormal sehingga pada tumbuhan yang terinfeksi oleh patogen tersebut akan timbul gejala kerdil, pertumbuhan berlebihan, terlalu banyaknya akar-akar cabang dan berubahnya bentuk batang.

Contoh gejala pembengkakan pada akar tanaman

(20)

Beberapa pathogen mungkin dapat mengeluarkan substansi lender yang menyelubungi tubuh pathogen tersebut untuk melindungi diri dari factor lingkungan luar yang tidak menguntungkan. Peranan polisakarida pada penyakit tumbuhan hanya terbatas pada layu. Pada vaskuler,

polisakarida dalam jumlah yang cukup banyak akan terakumulasi pada xilem yang akan menyumbat aliran air pada tanaman.

Sumber: G.N. Agrios. Plant Pathology. A. Latief Abadi. Ilmu Penyakit Tumbuhan.

http://planthospital.blogspot.com/2011/08/mekanisme-penyerangan-patogen-pada.html aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

MACAM-MACAM PENYAKIT PADA JAGUNG

(21)

Disebabkan oleh cendawan Sclerospora maydis. Penyakit bulai meyebabkan kerugian paling besar dalam budidaya jagung. Akibat serangan penyakit bulai, tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi lagi. Penyakit bulai berbahaya pada tanaman jagung yang berumur <3 minggu. Faktor-faktor yang mendukung berkembangnya penyakit bulai adalah: 1. Kondisi lingkungan yang lembab (musim hujan) 2. Tanah yang lembab atau basah (irigasi jelek) mendukung

perkecambahan jamur Sclerospora maidis. 3. Pemupukan N yang berlebihan dan sifat fisik tanah yang liat mempermudah perkembangan penyakit bulai. Gejala tanaman jagung yang terserang penyakit bulai tergantung dari umur tanaman. Bagaimana gejala-gejalanya? Berikut adalah gejala-gejala yang sering muncul: 1. Tanaman jagung yang berumur 2-3 minggu mempunyai daun menguning, kaku dan meruncing. Tanaman jagung yang terserang pada umur ini tidak dapat lagi diharapkan hasinya. 2. Tanaman jagung yang berumur 3-5 minggu menunjukkan tanda-tanda daun yang baru muncul menguning, pertumbuhan lambat, tongkol hanya berbiji sedikit, produksi turun hingga 50%. 3.Tanaman jagung berumur 5 minggu, daunnya terdapat garis-garis kuning. Pada tahap ini tanaman jagung akan tetap berproduksi turun 30%.

Pengendalian

Pengedalian yang utama adalah mengatur waktu tanam, sehingga pada awal musim hujan tanaman jagung telah berumur lebih dari 5 minggu. Dengan kondisi cuaca sekarang yang tidak menentu, saluran irigasi harus lancar.Perlakuan benih dengan fungisida yang mengandung belerang atau tembaga, agar konidia yang terbawa benih tidak berkembang.

(22)

Penyakit karat

Disebabkan oleh cendawan Puccinia sorghi. Tanaman jagung yang terserang menunjukkan tanda bercak-bercak kuning kemerahan seperti warna karat besi. Akibat dari serangan penyakit karat, produksi tanaman jagung akan menurun.

Gejala yang ditimbulkan:

1. Penyakit karat daun muncul ketika tanaman akan berbunga 2. Bercak-bercak kuning kemerahan pada daun, dan kelobot jagung.

Faktor pendukung perkembangan penyakit bulai adalah kelembapan udara dan curah hujan yang tinggi. Pengendalian tanaman yang dapat dilakukan adalah membuang bagian tanaman yang terserang.

(23)

===============

Penyakit Gosong (smut)

Disebabkan oleh cendawan Ustilago maydis. Gejala tanaman yang terseramg penyakit gosong adalah warna hitam pada tongkol, batang atau daun jagung.

Faktor-faktor pendukung berkembangnya penyakit gosong adalah:

1. Curah hujan tinggi dan angin yang kencang

2. Pupuk Nitrogen yang berlebihan meningkatkan keparahan penyakit.

Pengendalian

(24)

===================================================================== ============

Penyakit busuk tongkol

Disebabkan cendawan Fusarium verticillioides. Gejala yang terlihat tongkol jagung berwarna merah atau merah kecoklatan dan busuk. Pengendalian dilakukan dengan pergiliran tanaman, membakar bagian tanaman yang terserang dan menanam varietas yang tahan.

http://planthospital.blogspot.com/2011/08/macam-macam-penyakit-pada-jagung.html aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

(25)

Penyakit Hawar Pada Daun Padi

Klasikasi Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye adalah sebagai berikut:

Phylum : Prokaryota Kelas : Scizomycetes Ordo : Pseudomonadales Famili : Pseudomonadaceae Genus : Xanthomonas

Spesies : Xanthomonas campestris pv. Oryzae

(26)

patogennya dinamai xanthomonas kresek schure. Terbukti bahwa penyakit ini sama dengan penyakit hawar daun bakteri yang terdapat di Jepang.

Pengembangan varietas padi unggul dengan dengan hasil tinggi tetapi peka terhadap penyakit menyebabkan semakin tersebar luasnya penyakit ini.Gejala serangan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi bersifat sistematis dan dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka ,(2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning pucat.

Gejala layu yang kemudian dikenal dengan nama kresek umumnya terhadap pada tanaman muda berumur 1-2 minggu setelah tanam atau tanaman dewasa yang rentan .Pada awalnya gejala terdapat pada tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak kebasahan, bercak tersebut meluas berwarna hijau keabu-abuan , selanjutnya seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Sering kali bila air irigasi tinggi, tanaman yang layu terkulai kepermukaan air dan menjadi busuk.Pada tanaman yang peka terhadap penyakit

ini,gejala terus berkembang hingga seluruh permukaan daun,bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai mengering.Pada pagi hari cuaca lembab ,eksudat bakteri sering keluar ke permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan angin,gesekan angin,geekan daun atau percikan air hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang efektif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit hawar daun bakteri kultivar padi mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap Xanthomonas.Ketahanan disebabkan karena: 1. Bakteri terhambat penetrasinya, 2. Bakteri tidak dapat meluas secara sistematik, dan 3. Tanaman bereaksi langsung tehadap bakteri. Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh

Xanthomonas dibantu juga oleh hujan,karena hujan akan meningkatkan kelembaban dan membantu pemencaran bakteri. Intensitas penyakit yang tertinggi terjadi pada akhir musim hujan.Menjelang musim kemarau,suhu optimum untuk perkembangan Xanthomonas adalah sekitar 300C.

(27)

dan daun bibit yang akan ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam dan menghindari pemberian pupuk N yang terlalu tinggi.

Upaya pengendalian untuk mengatasi penyakit ini yaitu dengan melakukan beberapa hal : 1. Perbaikan cara bercocok tanam,melalui:

Pengolahan tanah secara optimal.

Pengaturan pola tanam dan waktu tanam serempak dalam satu hamparan. Pergiliran tanam dan varietas tahan

Penanaman varietas unggul dari benih yang sehat. Pengaturan jarak tanam.

Penanaman varietas unggul dari benih yang sehat. Pengaturan jarak tanam

Pemupukan berimbang (N,P,K dan unsur mikro) sesuai dengan fase pertumbuhan dan musim Pengaturan sistem pengairan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.

2. Sanitasi lingkungan.

3. Pemanfaatan agensi hayati Corynebacterium.

4. Penyemprotan bacterisida anjuran paling efektif dan diizinkan secara bijaksana berdasarkan. hasil pengamatan.

(28)

berwarna putih pucat.Semenjak dikembangkan varietas padi yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan terutama nitrogen, serta cara tanam debgan jarak yang rapat menyebabkan perkembangan hawar pelepah semakin parah.Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.

Dilihat dari segi biologi dan ekologinya,Penyakit hawar pelepah mulai terlihat berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan terus berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di pembibitan dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah, sehingga disamping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi, cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan. Cendawan ini bertahan di tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium yang dorman. Sklerosia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah tanaman yang lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam berikutnya.Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber inokulum penyakit hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.

Rhizoctonia solani terutama menyerang benih tanaman dibawah permukaan tanah, tetapi juga dapat menginfeksi polong,akar,daun dan batang.Gejala yang paling umum dari Rhizoctonia adalah “redaman off”, atau kegagalan benih yang terinfeksi untuk berkecambah.Rhizoctonia soloni dapat menyerang benih sebelum berkecambah atau dapat membunuh bibit sangat muda segera setelah terjadi perkecambah.Ada berbagai kondisi lingkungan yang menempatkan tanaman pada risiko tinggi infeksi karena Rhizoctonia patogen lebih suka iklim basah hangat untuk infeksi dan pertumbuhan. Bibit adalah yang paling rentan terhadap penyakit hawar pada pelepah.

(29)

mati.Ini adalah rincian dari sel dinding dan kolonisasi pathogen dalam host adalah apa bentuk sclerotia tersebut.Baru innoculum diproduksi didalam jaringan host,dan siklusyang baru diulang saat tanaman baru menjadi tersedia.Siklus penyakit dimulai seperti 1) yang sclerotia atau

miselium melewati musim dingin pada tanaman puing,tanah atau host. 2) Para hifa muda dan basidia berbuah (jarang) muncul dan menghasilkan miselium dan basidiospora. 3) Produksi sangat jarang dari basidiospora berkecambah menembus stoma sedangkan tanah miselium pada permukaan tanaman dan mengeluarkan enzim yang diperlukan ke permukaan tanaman dalam rangka untuk memulai infeksi dari tanaman inang. 4) Setelah mereka berhasil menyerang miselium host-nekrosik dan membentuk sclerotia dalam dan di sekitar jaringan yang terinfeksi yang kemudian mengarah ke berbagai gejala yang berhubungan dengan penyakit seperti tanah busuk,busuk batang,rendaman dan lain sebagainya.

Dilihat dari cara hidupnya patogen dikenal lebih menyukai cuaca yang basah,hangat dan wabah biasanya terjadi pada bulan-bulan awal musim panas kebanyakan gejala patogen tidak terjadi sampai akhir musim panasdan dengan demikian sebagian besar petani tidak menyadari tanaman terjangkit sampai panen.Kombinasi faktor lingkungan telah dikaitkan dengan prevalensi patogen seperti:adanya tanaman inang,curah hujan sering atau irigasi dan suhu meningkat di musim semi dan musim panas.Selain itu, pengurangan drainase tanah karena berbagai teknik seperti

pemadatan tanah juga dikenal untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi patogen.Patogen tersebar sebagai sclerotia,dan sclerotia ini dapat berpergian dengan sarana angin,air atau tanah gerakan antara tanaman inang.

Pengendalian hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn) dapat dikendalikan secara kimia,biologi dan teknik budidayanya. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl,difenoconazal,mankozeb,dan validamycin dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air dapat menekan perkembangan cendawa R. Solani kuhn

Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang sudah terdekomposisi

sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio ±10) dengan dosis 2 ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah dan menghambat laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.

(30)

cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju infeksi cendawan R. solani pada tanaman padi. Disamping itu, pengurangan sumber inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma disekitar sawah.Pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang keberhasilan yang lebih tinggi bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas dipadukan (pengendalian penyakit secara terpadu).

Penyakit Blas

Spesies : Pyricularia oryzae Cav.

Di Indonesia Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan penyakit penting terutama pada padi gogo. Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur Pantura Jawa Barat. Penyebab penyakit dapat menginfeksi tanaman pada semua stadium tumbuh dan menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast).

Dilihat dari segi biologi dan ekologinya, gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.

(31)

eksplosif, karena pecahnya sel kecil di bawah konidium sebagai akibat dari pengaruh tekanan osmotik. Penetrasi kebanyakan terjadi secara langsung dengan menembus kutikula. Permukaan atas daun dan daun-daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. Patogen P. oryzae dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman dan gabah dalam bentuk miselium dan konidium. Penyakit blas tingkat keparahannya di pengaruhi oleh beberapa faktor.Kelebihan nitrogen dan kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut

menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.

Perkecambahan konidium Pyricularia grisea memerlukan air. Jangka waktu pengembunan atau air hujan merupakan kondisi yang sangat menentukan bagi konidium yang menempel pada permukaan daun untuk berkecambah dan selanjutnya menginfeksi jaringan tanaman. Bila kondisi sangat baik yaitu periode basah lebih dari 5 jam, sekitar 50% konidium dapat menginfeksi jaringan tanaman dalam waktu 6-10 jam. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan apresorium adalah 25-28 C.

(32)

Kita tahu bahwa ketahanan varietas terhadap penyakit tidak berlangsung lama, maka diperlukan pendukung untuk menjaga ketahanan varietas itu yaitu dengan menggunakan fungisida.Fungisida merupakan teknologi yang sangat praktis untuk mengatasi penyakit blas,namun hal tersebut menyebabkan terganggunya ekosistem disekitarnya.,maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu harus memperhatikan jenis,dosis dan waktu aplikasi yang tepat.

Busuk Batang

Klasifikasi busuk batang jamur Helminthosporium oryzae di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Myceteae

Divisio : Amastigomycotae Kelas : Deuteromycetes Ordo : Monitiales Famili : Dematlaceae Genus : Helminthosporium

Spesies : Helminthosporium oryzae

Di indonesia penyakit busuk pada batang padi merupakan penyakit utama. Kehilangan hasil padi akibat penyakit busuk batang 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas padi beranakan banyak yang ditanam pada lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek. Umumnya penyakit ini kurang mendapat perhatian, karena dianggap sebagai gangguan yang bersifat klasik dan biasa-biasa saja

Dilihat dari sifat biologi dan ekologinya,gejala penyakit diawali dengan bercak kecil kehitaman pada pelepah bagian luar di atas batas permukaan air, selanjutnya bercak membesar. Cendawan penyebab penyakit menembus bagian dalam pelepah dan menginfeksi batang sehingga

menyebabkan busuk pada batang dan pelepah. Cendawan penyebab busuk batang menghasilkan sklerosia yang berbentuk bulat kecil berwarna hitam. Sklerosia banyak terdapat pada bagian dalam batang padi yang membusuk.Selama kondisi lingkungan kurang menguntungkan, cendawan menghasilkan sklerosia secara berlimpah sebagai alat untuk bertahan hidup. Sklerosia tersimpan dalam tunggul dan jerami sisa panen. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit busuk batang pada musim tanam berikutnya.

(33)

menggunakan fungisida yang berbahan aktif difenoconazal untuk menggendalikan penyakit busuk batang.selain itu teknik pengolahan lingkungan seperti jerami dan tunggul dari tanaman yang terinfeksi diangkut keluar petakan sawah dan dibakar ,pengeringan sawah secara

berkala,dan lain sebagainya. Bercak Daun Cercospora

Klasifikasi penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora sp sebagai berikut: Kingdom : Myceteae

Divisi : Amastigomycotae Kelas : Deuteromycetes Ordo : Moniliales Famili : Dematiaceae Genus : Cercospora Spesies : Cercospora sp

(34)

Dari sifat biologi dan ekologinya,gejala yang ditimbulkan akibat serangan Cerospora sp berupa bercak-bercak sempit memenjang,berwarna coklat kemerahan sejajar ibu tulang daun,dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan 1-1,5 mm. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan.Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun mengering dan batang menjadi

rebah.Jamur penyebab penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata.Perkembangan penyakit bercak daun sangat dipengaruhi oleh faktor ketahanan varietas dan pemupukan. Pengendalian penyakit bercak daun cercospora adalah dengan penanaman varietas tahan dan perbaikan kondisi tanaman.Pemupukan N, P, dan K yang mencukup kebutuhan tanaman sangat efektif menekan perkembangan penyakit.

Penyemprotan fungisida difenoconazol satu kali dengan dosis 1 cc per satu liter air volume semprot 400-500 l /ha pada stadium anakan maksimum, menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora hingga 32,10%.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan kita dapat menarik kesimpulan bahwa padi yang ditemukan di ngijo dan lamongan memiliki penyakit sangat beragam hal itu mungkin

(35)

Untuk mengatasi penyakit pada tanaman padi kita dapat melakukan pengendalian dengan menanam varietas tahan,karena varietas tahan dapat menekan penyakit yang terdapat pada tanaman padi,namun kita tidak bisa bergantung sepenuhnya pada varietas tahan karena ketahanan tanaman memiliki batas ketahanannya masing-masing.Untuk itu kita dapat menggunakan fungisida yang telah terbukti dapat mengendalikan serangan jamur,untuk mendukung keberlangsungan varietas tahan.Pemakaian fungisida tidak boleh digunakan secara berlebihan karena dapat membahayakan ekosistem yang ada ditempat itu dan dapat mencemari lingkungan untuk itu pemakaiannya harus sesuai takaran agar merusak lingkungan secara berlebihan.

Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya saya sendiri,saya mengerti makalah ini kurang sempurna.Untuk itu saya mohon kritik dan saran yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi,A.,2005.Ilmu Penyakit Tumbuhan.Bayu media.Jakarta.

Agros.G.,1999.Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Andoko.A.,2002.Budidaya Padi Secara Organik.Penebaran Swasembada.Jakarta.

Anonymous,2011.http://wikipedia.org/wiki/hama

Anonymous,2011.http://wikipedia.org/wiki/gejala

Anonymaus,2011.http://wikipedia.org/wiki/tamda

Anonymous,2011.http://wikipedia.org/wiki/patogen

Anonymous,2012.http://www.klasifikasi penyakit tumbuhan.html

Barnet.H.,1988.Imperfect Fungi.Burgess Publishing Compony. Virginia

(36)

Luh B.,1991.Rice Production.Unyversity Of California.New York.

Mornawy.H.,1984.Perlindungan Tanaman.Kansius.Yogyakarta

Semangun.H,.1993.Penyakit Tanaman Pangan DiIndonesia.Gaadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Sinaga.M.,2004.Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan.Penebaran Swadaya.Jakarta.

Singh.R.,2001.Plant Diseases. Oxford And IBH Publishing CO.New Delhi.

Steert.R,B.,1980 .Diagnosis Penyakit Tanaman Terjemahan Imam Santoso.University Of Arizonza Press.Tuscan,USA.

Sudarma.S.,1995.Pengendalian Serangan Hama Penyakit dan Gulma Padi.Kanisius. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PERSEDIAAN BARANG PADA PD RUDY MOTORS

Dari hasil perhitungan uji korelasi dengan menggunakan rumus product moment didapatkan hasil p &lt; 0,04 maka ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara Mutu

Abstrak: Kajian ini bertujuan untuk mengenalpasti kategori-kategori masalah yang dihadapi oleh para pelajar Tahun Satu Fakulti Pendidikan, Universiti Teknologi

Kategori masalah mengikut status mendapati responden yang telah berkahwin dan responden yang masih bujang menghadapi masalah yang sama iaitu masalah pelajaran dan kerjaya masa

menyetujui pemberian fasilitas sebesar Rp 200.000.000.000 yang bersifat non revolving dalam bentuk pembiayaan kredit kendaraan, yang berakhir pada tanggal 28 Pebruari 2013 dengan

Proses penyangraian akan menghasilkan aroma yang khas dari kopi dan akan menyebabkan perubahan pada biji kopi serta terjadi perubahan warna, aroma, rasa dan volume dari biji

Perubahan sosial ekonomi masyarakat Nagari Talang Kubu Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan tahun 1995 – 2014 mengalami perubahan yang berarti, hal ini dapat dilihat