ILMU PENDIDIKAN
PERAN PROFESIONAL GURU BERSERTIFIKASI DALAM
KURIKULUM 2013
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengganti Ujian Tengah Semester Mata
Kuliah Ilmu Pendidikan
Oleh :
Aji Dwianto
NIM. 13202241071
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS JURUSAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Guru merupakan pendidik professional yang tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta di jalan pendidikan formal (UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen). Kita pasti inggat mengenai pandangan klasik yang berpendapat bahwa guru merupakan seseorang yang harus di patuhi dan diteladani, “digugu lan ditiru” guru haruslah pribadi yang tanpa cela, berpenampilan diri dengan kewibawaan sebagai seorang dewasa yang bersahaja. Ia akrab dengan anak-anak didiknya, keluarga dan masyarakat disekitar tempat tinggalnya. Ia tak hanya menghasilkan ilmu, ia juga mengajarkan kehidupan dan cara memperoleh kebahagiaan. Ia melayani tanpa pamrih, tanpa mengharapkan upah, jujur dan disiplin.(Darmaningtiyas:2005)
Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah kurangnya kesejahteraan guru. Di berbagai daerah masih banyak guru yang berpenghasilan sangat rendah, sehingga mereka melakukan berbagai cara demi memenuhi kebutuhan hidup mereka, seperti melakukan pekerjaan sampingan, atau mengajar di beberapa tempat. Akibatnya mereka lebih memikirkan bagaimana caranya agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dan mengesampingkan aspek profesionalitas. Maka dari itu, demi meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah berusaha meningkatkan kualitas dan profesionalitas guru melalui program sertifikasi, yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan guru agar mereka dapat mengajar secara sungguh-sungguh dan profesional. Kurikulum pendidikan nasional pun terus diperbaiki hingga sekarang lahir kurikulum 2013 yang mengutamakan penyederhanan dan mata pelajaran yang saling berkait. Kurikulum yang ada sebelumnya dinilai terlalu padat sehingga memberatkan guru sebagai pendidik dan Siswa sebagai peserta didik, namun benarkah para guru bersertifikasi bekerja lebih profesional dibandingkan yang lain?
Kemudian, bagaimana seorang guru dapat berlaku professional, dan bagaimana peran mereka dalam kurikulum 2013? Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pembentukan karakter guru profesional melalui program sertifikasi, serta peran mereka dalam kurikulum 2013.
B. Rumusan masalah:
1. Bagaimanakah guru yang profesional itu?
2. Apakah yang dimakud dengan program sertifikasi? 3. Seperti apakah karakteristik Kurikulum 2013?
BAB II PEMBAHASAN A. Profesionalitas guru
Guru professional yang sejati adalah guru yang membantu proses memerdekakan pribadi dari segala yang menghalang-halangi pemanusiaan dan membantu proses penyingkiran segala penindasan dan tindak humanisasi. Guru, walaupun berat, harus melawan instant solution yang ditawarkan dunia modern. Profesionalisme guru terletak pada kemampuannya untuk mengantarkan peserta didik masuk ke dalam process of being dan bukan semata-mata menuntu hasil belajarnya.
Guru dituntut mematuhi tingkah laku seperti yang digariskan kode etik guru sehingga tindakan keguruannya yang luhur mampu menggerakkan siswa dan warga masyarakat untuk bertingkah laku yang baik. Pada titik inilah moralitas, yang sebenarnya tidak terlalu mutlak bagi seorang professional, dituntutkan kepada guru. Nilai professional di dalam guru itu bersifat normative; ia memperjuangkan nilai-nilai dan norma-norma moral kehidupan, berangkat dari keyakinan nilainya dan sekaligus merupakan realisasi kesusilaan hidupnya. Konkritnya profesionalitasnya itu ditopang oleh sikapnya yang jujur, bertanggung jawab, bermental sehat dan stabil, tampil rapi dan pantas baik dalam berpakaian, bertutur kata, bertindak, bersahabat dengan semua orang, dan seterusnya.
Sangatlah tidak fair menuntut terlalu banyak kepada guru. Progam sertifikasi yang menuntut laporan dan portofolio, tidak jarang membuat para guru stress, masih ditambah dengan jam mengajar yang padat dan birokrasi yang berbelit-belit. Agenda professional yang mau dicapai lewat sertifikasi itu, tidak bisa berjalan beriringan. Kalau sertifikasi guru dimaksudkan demi peningkatan kesejahteraan guru, berikanlah apa yang menjadi haknya. Jujur saja, sertifikasi guru tidak lebih dari urusan administrasi dan dokumentasi belaka. Tidak ada proses profesionalisasi di sana. Kalau memang Pemerintah mau menghargai jasa dan usaha mereka maka layaklah mereka mendapat tunjangan.
B. Program Sertifikasi
pendidik profesional. Untuk itu, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana atau Diploma IV (S1/D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran.
Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik minimal S1/D-IV dibuktikan dengan ijazah dan pemenuhan persyaratan relevansi mengacu pada jejang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran yang dibina. Misalnya, guru SD dipersyaratkan lulusan S1/D-IV Jurusan/Program Studi PGSD/Psikologi/Pendidikan lainnya, sedangkan guru Matematika di SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dipersyaratkan lulusan S1/D-IV Jurusan/Program Pendidikan Matematika atau Program Studi Matematika yang memiliki Akta IV. Pemenuhan persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi guru bertujuan untuk (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2) meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, (4) meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Sertifikasi guru diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru. Bentuk peningkatan kesejahteraan tersebut berupa pemberian tunjangan profesi bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus bukan pegawai negeri sipil (swasta).
Di beberapa negara, sertifikasi guru telah diberlakukan, misalnya di Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Di Denmark kegiatan sertifikasi guru baru dirintis dengan sungguh-sungguh sejak tahun 2003. Memang terdapat beberapa negara yang tidak melakukan sertifikasi guru, tetapi melakukan kendali mutu dengan mengontrol secara ketat terhadap proses pendidikan dan kelulusan di lembaga penghasil guru, misalnya di Korea Selatan dan Singapura. Semua itu mengarah pada tujuan yang sama, yaitu berupaya agar dihasilkan guru yang bermutu.
C. Karakteristik Kurikulum 2013
D. Peran Guru Profesional Dalam Kurikulum 2013
Darmaningtiyas,”Guru Minder tapi Terpaksa Keminter”,Basis(07-08)Tahun ke-54,2005.
Hartoko,D.(ed),”Memanusiakan Manusia Muda.Tinjauan Pendidikan Humaniora”,Kanisius-BPK Gunung mulia Yogyakarta, 1989.
Koehen,D,”Landasan Etika Profesi”,Kanisius, Yogyakarta,2000. Pramono,M,”Menyelami Spirit Epistemology Paolo Freire”,Al-ruzz,Yogyakarta,2006
Sumber internet: