• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan MOL terhadap Kadar NDF dan NDF...Gagan setiawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Penambahan MOL terhadap Kadar NDF dan NDF...Gagan setiawan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENAMBAHAN MIKROBA LOKAL (MOL) TERHADAP KADAR NEUTRAL DETERGENT FIBER DAN ACID DETERGENT FIBER

PADA RANSUM LENGKAP TERFERMENTASI

THE EFFECT OF INDIGENOUS MICROORGANISM ADDITION

ON THE CONTENS OF NEUTRAL DETERGENT FIBER AND ACID DETERGENT FIBER IN THE FERMENTED COMPLETE FEED

Gagan Setiawan*, Tidi Dhalika, Mansyur

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2014 e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan cairan mikroba lokal (MOL) terhadap kadar Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) pada ransum lengkap terfermentasi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat lima jenis perlakuan penambahan MOL ( R1 = 0%, R2 = 0,1%, R3 = 0,3% dan R4 = 0,5% dan R5=0,7%) tiap perelakuan mendapat empat ulangan. Peubah yang diukur adalah kandungan NDF dan ADF ransum lengkap terfermentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan MOL sampai dengan tingkat 0,7% pada ransum lengkap terfermentasi memberikan pengaruh terhadap penurunan kandungan NDF dan ADF. Kata kunci : MOL, NDF, ADF , Ransum Lengkap, Fermentasi

.

ABSTRACT

This research aims to know the effect of Indigenous Microorganism (IMO) addition on the contens of Neutral Detergent Fiber (NDF) and Acid Detergent Fiber (ADF) in the fermented complete feed. The research was done by using experimental method; the experimental plan used is Completely Randomized Design.There were five kind treatments of IMO, that is: (R1 = 0 %, R2 = 0,1 %, R3 = 0,3 %, and R4 = 0,7 %), each was repeated four times. The variable of measured were the NDF and ADF contents of the fermented complete feed. The result of the research shows that the addition of 0,7 % IMO gave the effect on the lowest of the NDF and ADF contents.

(2)

2 PENDAHULUAN

Ransum lengkap adalah suatu formulasi ransum yang mencampur semua bahan pakan yang terdiri dari hijauan dan konsentrat yang dicampur menjadi satu. Namun pada pembuatan ransum lengkap penggunaan rumput Gajah sebagai sumber serat harus optimal karena serat yang dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia dalam proses pencernaan hanya selulosa dan hemiselulosa. Salah satu pengolahan untuk menguraikan serat kasar yang tidak dapat dicerna oleh ternak ruminansia adalah pengolahan secara biologis yaitu fermentasi dengan penambahan mikroba lokal.

Mikroba lokal (MOL) adalah cairan yang terbuat dari berbagai sumber daya alam yang tersedia di lingkungan setempat. MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung mikroba yang berpotensi sebagai perombak bahan organik. Mikroba yang umum digunakan sebagai tambahan dalam fermentasi untuk meningkatkan ketersediaan zat-zat makanan dan kualitas fermentasi adalah bakteri asam laktat. MOL yang ditambahkan pada ransum lengkap diharapkan dapat mendegradasi serat kasar seperti lignoselulosa dan hemilignoselulosa yang tidak dapat dicerna oleh ternak ruminansia serta diharapkan mampu memecah komponen kompleks menjadi komponen sederhana sehingga dapat menurunkan kandungan Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) karena kandungan NDF dan ADF yang rendah pada pakan dapat meningkatkan kecernaan pakan.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan dalam penelitian ransum lengkap ini meliputi bahan untuk pembuatan ransum lengkap dan mikroba lokal. Bahan untuk pembuatan ransum lengkap terdiri atas rumput gajah, molases dan konsentrat yang terdiri dari onggok, ampas kecap dan ampas tahu. Rumput gajah yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput gajah yang berumur 50-60 hari setelah pemotongan dengan berat masing- masing perlakuan dan ulangan 10 kg, bagian tanaman yang diambil adalah bagian aerial. Kultivar yang digunakan adalah Taiwan. Rumput gajah diperoleh dari lahan penelitian Laboratorium Hijauan Makanan Ternak. Pereaksi adalah

(3)

3

larutan detergent asam, dekalin, aceton, air suling 1 liter, natrium lauril sulfat 30 gram, EDTA 18,61 gram, Natrium borat 10 H2O 6,81 gram, dinatrium hydrogen fosfat 4,56 gram, 2-

etoksietanol (murni) 40 ml.

Perlengkapan yang digunakan antara lain; Chopper berfungsi untuk memotong bahan pakan, Mesin penggiling untuk menghaluskan ransum lengkap,Plastik untuk fermentor, Plastik, thermometer, pH meter. Peralatan yang digunakan selama proses analisis kadar NDF dan ADF adalah beaker glass 600 ml tanpa bibir, pendingin yang sesuai dengan beaker glass, pemanas listrik, pompa vakum, lemari pengering, tanur, desikator, cawan kaca masis/cawan penyaring, corong buchner dan penjepit.

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan NDF

Nilai rata-rata kandungan NDF dari tiap perlakuan penambahan cairan mikroba lokal pada ransum lengkap terfermentasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan NDF Ransum Lengkap Terfermentasi Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 1 58,04 56,52 48,27 45,72 44,30 2 58,27 53,22 49,09 45,46 42,73 3 58,27 56,03 50,19 46,33 43,97 4 58,11 56,74 50,64 45,45 44,72 Rata-rata 58,17 55,63 49,55 45,74 43,93 Keterangan :

P1= tanpa penambahan cairan mikoba lokal

P2= perlakuan dengan penambahan cairan mikroba lokal 0,1% P3= perlakuan dengan penambahan cairan mikroba lokal 0,3% P3= perlakuan dengan penambahan cairan mikroba lokal 0,5% P4= perlakuan dengan penambahan cairan mikroba lokal 0,7%

(4)

4

Rata-rata kandungan NDF ransum lengkap terfermentasi dengan penambahan MOL berkisar antara 43,93% sampai dengan 58,17 %. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan cairan MOL memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap kandungan NDF ransum lengkap terfermentasi (Lampiran 1). Penambahan jumlah penggunaan cairan MOL dari perlakuan (P1) sampai dengan perlakuan (P5) menunjukkan penurunan kandungan NDF.

Penurunan kandungan NDF ransum lengkap terfermentasi ini diduga karena selama berlangsungnya fermentasi terjadi pemutusan ikatan lignoselulosa dan hemiselulosa. Mikroba di dalam MOL membantu perombakan ikatan lignoselulosa sehingga selulosa dan lignin dapat terlepas dari ikatan tersebut. Fenomena ini terlihat dengan menurunnya kandungan NDF pada ransum lengkap terfermentasi.

Menurunnya kandungan NDF menunjukkan bahwa selama fermentasi terjadi penguraian ikatan lignin dan hemiselulosa. Menurut Amini (1998), penurunan kandungan NDF terjadi karena MOL yang mengandung mikroba selulolitik menghasilkan enzim selulase, sehingga bahan pakan berserat tinggi dapat dihidrolisis menjadi senyawa monosakarida yang sangat penting bagi pertumbuhan mikroba rumen dalam proses fermentasi ruminal. Senyawa monosakarida yang dihasilkan dari proses degradasi selulosa menyebabkan kadar NDF menurun. Hal serupa juga dikemukakan oleh Winarno dkk (1980) bahwa fermentasi dapat meningkatkan kualitas zat makanan dan adanya perlakuan fermentasi dapat melepas ikatan ligniselulosa dan lignohemiselulosa. Dengan demikian, akan memudahkan mikroba untuk merombak selulosa dan hemiselulosa.

(5)

5

Ilustrasi 2. Pengaruh Penambahan Mikroba Lokal (MOL) Terhadap Kandungan Neutral Detergent Fiber pada Ransum Lengkap Terfermentasi

Ilustrasi 2 disajikan hasil analisis kandungan NDF pada ransum lengkap terfermentasi. Kandungan NDF terendah terdapat pada perlakuan P5 dengan penambahan cairan MOL 0,7%.

Nilai R2=0,9692 menunjukan nilai regresi linear yang tinggi bahwa perlakuan penambahan cairan mikroba lokal berpengaruh terhadap menurunnya kandungan NDF pada ransum lengkap terfermentasi.

Selanjutnya, dilakukan Uji Lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Lampiran 2), hasilnya diperlihatkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap

.Kandungan NDF

Perlakuan Rata-rata Jumlah NDF Signifikasi (α, 0.05)

P1 58,17 a

P2 55,67 b

P3 49,55 c

P4 45,74 d

P5 43,93 e

Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukan hasil yang tidak berbeda.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata. Hal itu disebabkan oleh penambahan cairan MOL yang berpengaruh terhadap penurunan pH dan produksi enzim selulase yang dihasilkan oleh mikroorganisme selulolitik. Keduanya

58.17(e) 55.67(d) 49.55(c) 45.74(b) 43.93(a) y = -3.841x + 62.135 R² = 0.9692 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 P1 0% P2 0.1% P3 0.3% P4 0.5% P5 0.7% K a da r NDF

Level Pemberian Cairan MOL

Kan d u n gan ND F

(6)

6

mampu menghidrolisa ikatan lignin dengan selulosa dan hemiselulosa yang sukar didegradasi. Sehingga kandungan NDF menurun dan pakan lebih mudah dicerna oleh enzim yang disekresikan oleh mikroorganisme yang terlibat di dalam proses fermentasi seperti Aspergillus niger dan Trichoderma viride. Yunilas (2009) menyatakan bahwa dengan menurunnya kadar NDF menunjukkan telah terjadi pemecahan selulosa dinding sel sehingga pakan akan menjadi lebih mudah dicerna oleh ternak.

Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan ADF

Nilai rata-rata kandungan ADF dari tiap perlakuan penambahan cairan mikroba lokal pada ransum lengkap terfermentasi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan ADF ransum lengkap terfermentasi Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 1 38,72 37,64 36,84 34,54 32,85 2 38,34 37,41 35,42 33,85 33,72 3 39,61 37,21 36,06 33,80 31,50 4 38,77 36,94 36,46 34,13 29,38 Rata-rata 38,86 37,30 36,20 34,08 31,86 Keterangan :

P1= tanpa penambahan cairan mikroba lokal

P2= perlakuan dengan penambahan cairan mikroba lokal 0,1% P3= perlakuan dengan penambahan cairan mikroba lokal 0,3% P3= perlakuan dengan penambahan cairan mikroba lokal 0,5% P4= perlakuan dengan penambahan cairan mikroba lokal 0,7%

Rata-rata kandungan ADF ransum lengkap terfermentasi dengan penambahan MOL berkisar antara 31,86% sampai dengan 38,86 %. Hasil analisa ragam menunjukan bahwa penambahan cairan MOL memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap menurunnya kandungan ADF ransum lengkap terfermentasi, pengaruh penambahan cairan MOL terhadap kandungan ADF disajikan pada Ilustrasi 3. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa penambahan jumlah penggunaan cairan MOL dari perlakuan (P1) sampai dengan perlakuan (P5)

(7)

7

menyebabkan kandungan ADF menurun. Penurunan kandungan ADF terjadi karena perombakan dinding sel menjadi komponen yang lebih sederhana yaitu hemiselulosa dan glukosa selama proses fermentasi serta terlarutnya sebagian protein dinding sel dan hemiselulosa dalam larutan detergent asam. Sehingga meningkatkan porsi ADS dan menyebabkan menurunnya kadar ADF. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1994) yang menyatakan bahwa hemiselulosa larut dalam larutan alkali dan terhidrolisis dengan larutan asam encer. Sebagaimana hasil penelitian Akmal (1994), menurunnya kandungan ADF disebabkan karena terjadinya pemutusan ikatan lignoselulosa dan aktivitas mikroba yang berkembang selama berlangsungnya fermentasi, serta dipertahankannya kondisi anaerob.

Ilustrasi 3. Pengaruh Penambahan Mikroba Lokal (MOL) Terhadap Kandungan Acid Detergent Fiber pada Ransum Lengkap Terfermentasi

Ilustrasi 3 disajikan hasil analisis kandungan ADF pada ransum lengkap terfermentasi. Kandungan ADF terendah terdapat pada perlakuan P5 dengan penambahan cairan MOL 0,7%.

Nilai R2=0,9833 menunjukan nilai regresi linear yang tinggi bahwa perlakuan penambahan cairan mikroba lokal berpengaruh terhadap menurunnya kandungan ADF pada ransum lengkap terfermentasi. 38.86(d) 37.30(c) 36.20(c) 34.08(b) 31.86(a) y = -1.722x + 40.826 R² = 0.9833 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 P1 0% P2 0.1% P3 0.3% P4 0.5% P5 0.7% K a da r ADF

(8)

8

Selanjutnya, dilakukan uji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Lampiran 2) yang hasilnya diperlihatkan pada Tabel 7.

Tabel 8. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap ..Kandungan ADF

Perlakuan Rata-rata Jumlah ADF Signifikasi (α, 0.05)

P1 38,86 a

P2 37,30 b

P3 36,20 b

P4 34,08 d

P5 31,86 e

Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukan hasil yang tidak berbeda. Berdasarkan Tabel 8. Dapat dilihat bahwa perlakuan P2 dan P3 tidak berbeda nyata.

Sedangkan perlakuan P1, P4, dan P5 menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Kandungan ADF

tanpa penambahan cairan MOL lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberikan perlakuan penambahan cairan MOL. Kandungan ADF terendah diperoleh dari perlakuan penambahan MOL pada level 0,7% dari berat bahan kering. Penurunan kandungan ADF disebabkan oleh penambahan bahan pakan onggok, ampas tahu, ampas kecap, dan molases yang mempunyai kandungan ADF lebih rendah. Persentase kandungan ADF yang tinggi pada ransum akan menyebabkan daya cerna menurun. Dengan penambahan cairan MOL maka kandungan ADF pada ransum lengkap terfermentasi menjadi menurun.

Perlakuan penambahan mikroba lokal pada ransum lengkap terbukti dapat menurunkan kandungan NDF dan ADF ransum. Perlakuan P1 sampai dengan perlakuan P5 memperlihatkan

rata- rata penurunan yang significant dalam analisis statistik sehingga jika dilihat dari grafik (Ilustrasi 2 dan 3) penambahan mikroba lokal dengan level lebih tinggi dapat di lakukan. Tapi yang menjadi pertimbangan jika melihat data Lampiran 8, pada level pemberian cairan mikroba lokal 0,7% menunjukan penurunan nilai KcBk dan KcBo sehingga penambahan yang optimal untuk ditambahkan pada ransum lengkap terfermentasi yaitu di level 0,5%.

(9)

9 Simpulan

Penambahan cairan MOL sampai 0,7% dari berat bahan kering ransum lengkap terfermentasi berpengaruh terhadap penurunan kandungan NDF dan ADF. Persentase penambahan cairan MOL yang menurunkan kandungan NDF dan ADF paling rendah adalah 0,7% dengan nilai kandungan NDF 43,93% dan ADF 31,86%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan bahwa penggunaan cairan MOL sebagai aditif pada fermentasi ransum lengkap untuk menurunkan kandungan NDF dan ADF maksimal adalah sebanyak 0,7% dan disarankan untuk mengurangi lama waktu fermentasi karena ransum lengkap yang dibuat selama 7 hari sudah memberikan nilai pH yang rendah. Ucapan Terimakasih

Penulis dengan rasa hormat dan bangga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Mansur, S.Pt. M.Si. dan Ir. Tidi Dhalika, MS. selaku Dosen Pembimbing dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Akmal.1994. Pemanfaatan Wastelarge Jerami Padi sebagai Bahan Pakan Sapi FH jantan. Tesis. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Anas, Serli dan Andy. 2010. Kandungan NDF dan ADF Silase Campuran Jerami Jagung (Zea Mays) dengan Beberapa Level Daun Gamal (Gliricidia maculata) . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Gorontalo

Anam, N. K., R. I. Pujaningsih dan B. W. H. E. Prasetiyono. 2012. Kadar Neutral Detergent Fiber dan Acid Detergent Fiber pada Jerami Padi dan Jerami Jagung yang Difermentasi Isi Rumen Kerbau. Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p 352 – 361

Antaribaba, N.K. Tero, B. Tj. Hariadi dan B. Santoso. 2009. Pengaruh Taraf Inokulum Bakteri Asam Laktat dari Ekstrak Rumput Terfermentasi Terhadap Kualitas Fermentasi Silase Rumput Raja. JITV 14(4):278-283

Amini, R. 1998. Pengaruh Penggunaan Jerami Padi Fermentasi terhadap Performa Ternak Sapi Peranakan Ongole. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan I (2): 40-47.

(10)

10

Arief, R. 2001. Pengaruh Penggunaan Jerami pada Amoniasi Terhadap Daya Cerna NDF, ADF, dan ADS dalam Ransum Domba Lokal. Jurnal Agroland . Vol 8 (2) : 208 – 215

Budiman, R.D.Soetrisno,S.P.S.Budhi and A. Indrianto. 2012. Morphological Characteristics, Productivity and Quality of Three Napier Grass (Pennisetum purpureum schum) Cultivars Harvested at Different Age. Universitas Gajah Mada.Yogjakarta. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture: Vol. 37

Bath D.L., F.N. Dickinson., H.A. Tucker., R.D. Appleman. 1985. Dairy Cattle ; Principles, Practises, Problems, Profits. 3rd ed., Lea and Febiger, Philadelphia.

Chang, S.T and P.G. Miles. 1981. Enible Mushroom and Their Cilvitation. C.R.C.Press. Inc. Boca Ration. Florida

Francisco E. Contreras-Govea, Richard E. Muck, Glen A. Broderick, Paul J. Weimer. 2013. Lactobacillus plantarum effects on silage fermentation and in vitro microbial yield. Animal Feed Science and Technology 179 (2013) 61–68

Goering, H.K, and P.J. Van Soest. 1970. Forage Fiber Analysis. Agriculture Handbook. USDA. Washington DC. USA. 379: 187 – 198

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Handayani, I.P. 2002. Laporan Penelitian Pendayagunaan vegetasi invasi dalam proses agradasi tanah untuk percepatan restorasi lahan kritis. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Kearl, J. 1982. Nutrien Requitment of Ruminant in Developing Countries International Feedstufs Institute, Uthan Arg. Exp. Sta, Logan.

Owen, T.B. 1981. Complete diet feeding of dairy cow. p. 312—324. In W. Haresign and D.J.A. Cole (Eds) Recent development in ruminants nutrition.University of Nottingham School of Agriculture, Butterworths, London.

Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan. Dalam Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 19-20 Oktober 2009. Ratnakomala, Shanti. R Ridwan, G Kartina. Y Widyastuti. 2005. Pengaruh Inokulum

Lactobacillus Plantarum 1a-2 Dan 1bl-2 Terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI. Cibinong.

Ridwan, R., S. Ratnakomala, G. Kartina dan Y. Widyastuti. 2005. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus Plantarum Ibl-2 dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Jurnal Media Peternakan-IPB. 28(3): 117-123.

(11)

11

Santoso, B.Tj. Hariadia, H. Manikb & H. Abubakarc. 2009. Kualitas Rumput Unggul Tropika Hasil Ensilase dengan Bakteri Asam Laktat dari Ekstrak Rumput Terfermentasi. Media Peternakan: Vol. 32, No. 2 hlm. 137-144

Senjaya, T. Dhalika, A. Budiman, I. Hernaman dan Mansyur. 2010. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Aditif dalam Pembuatan Silase Terhadap Kandungan NDF dan ADF Silase Rumput Gajah. Jurnal Ilmu Ternak: Vol. 10 No. 2, 85-89

Supriyati. 2010. Peningkatan Nilai Nutrisi Jerami Padi Melalui Amoniasi dan Fermentasi yang Diperkaya dengan Sumber Mineral Ca, P dan S. Proceeding Seminar Nasional 2010 Universitas Padjadjaran. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang. Skerman, P.J. and Riveros. 1990. Tropical Grasses. FAO, Rome.

Wahyuni, Sri. 2010 . Kadar Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) Pucuk Tebu Tercerna Secara In Vitro Yang Diamoniasi dan Difermentasi Menggunakan Starter Mikrobia. Jurnal Inkoma Undaris: Vol. 21

Wina, Elizabeth. 2005. Teknologi Pemanfaatan Mikroorganisme didalam Pakan untuk Meningkatkan Produklivitas Ternak Ruminansia di Indonesia. Balai Penelitian Ternak. Vol: 15 No.4

Wijayanti. 2012. Kecernaan Nutrien dan Fermentabilitas Pakan Komplit dengan Level Ampas Tebu yang Berbeda Secara In Vitro. Animal Agricultural Journal: Vol. 1 No.1 2012, Hlm 167 – 179

Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi melalui Fermentasi sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Gambar

Tabel 5.  Rata-rata Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan NDF  Ransum Lengkap  Terfermentasi  Ulangan  Perlakuan     P1  P2  P3  P4  P5  1  58,04  56,52  48,27  45,72  44,30  2  58,27  53,22  49,09  45,46  42,73  3  58,27  56,03  50,19  46,33  43,97  4  58
Ilustrasi 2. Pengaruh Penambahan Mikroba Lokal (MOL) Terhadap Kandungan Neutral Detergent  Fiber pada Ransum Lengkap Terfermentasi
Tabel 7.  Rata-rata Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan ADF  ransum lengkap  terfermentasi  Ulangan  Perlakuan        P1  P2  P3  P4  P5  1  38,72  37,64  36,84  34,54  32,85  2  38,34  37,41  35,42  33,85  33,72  3  39,61  37,21  36,06  33,80  31,50  4
Ilustrasi  3.  Pengaruh  Penambahan  Mikroba  Lokal  (MOL)  Terhadap  Kandungan  Acid  Detergent  Fiber pada Ransum Lengkap Terfermentasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PENAMBAHAN CAIRAN KOLON PSEUDORUMINANSIA PADA KULTUR MIKROBA SELULOLITIK SUPER UNTUK FERMENTASI FESES.. SAPI PFH TERHADAP

Kandungan MDA telur puyuh yang berasal dari puyuh yang diberikan ransum sorgum tanpa penambahan tepung duckweed memiliki nilai yang paling tinggi jika

Berdasarkan pemikiran di atas, dengan penambahan konsentrat dalam ransum basal dengan kandungan level protein kasar berbeda secara berturut-turut yaitu 13%, 16%, dan 19%

Kesimpulan penelitian ini bahwa penambahan tepung temulawak sampai taraf 1,5% dari total ransum tidak perlu digunakan dalam ransum ternak domba lokal jantan

Melalui penambahan tepung jahe merah dalam ransum diharapkan akan meningkatkan penyerapan nutrisi dari ransum dengan kandungan nutrien yang seimbang dan

Hasil berat telur itik lokal ( Anas domesticus ) dengan penambahan biomassa talas dengan level yang berbeda dalam ransum itik lokal ( Anas domesticus) terhadap

Kesimpulan penelitian ini bahwa penambahan tepung temulawak sampai taraf 1,5% dari total ransum tidak perlu digunakan dalam ransum ternak domba lokal jantan

PENGARUH PENAMBAHAN CAIRAN KOLON PSEUDORUMINANSIA PADA KULTUR MIKROBA SELULOLITIK SUPER UNTUK FERMENTASI FESES.. SAPI PFH TERHADAP