• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE UNTUK ORANGTU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE UNTUK ORANGTU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN MEDIA KAMPANYE UNTUK ORANGTUA DI KOTA BANDUNG MENGENAI PENTINGNYA MENDONGENG PADA ANAK

USIA 1-5 TAHUN Proposal Tugas Akhir

Disusun oleh: Nama: Fathimah Shobrina

NIM: 1401122331

Konsentrasi : Desain Grafis

FAKULTAS INDUSTRI KREATIF TELKOM UNIVERSITY

JALAN TELEKOMUNIKASI, TERUSAN BUAH BATU BANDUNG

(2)

ABSTRAK

Dongeng adalah salah satu metode belajar paling efektif untuk anak, karena mengajarkan banyak cerita moral pada anak dengan cara yang menyenangkan dan tanpa menggurui. Dongeng paling berkesan jika disampaikan dari orangtua kepada anaknya. Menurut Hurlock, pada pembagian periode umurnya anak memiliki masa efektif bermain dan belajar yaitu pada masa kanak-kanak awal pada rentang satu sampai lima tahun. Pada masa itulah dongeng sangat efektif diterapkan. Namun, dilihat dari observasi yang dilakukan di Bandung dan opini dari pendongeng serta budayawan, kebiasaan mendongeng dari orangtua ke anaknya sudah jauh berkurang khususnya di daerah Bandung. Orangtua lebih senang melihat gadgetnya dan menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Penelitian ini menggunakan teori Dongeng, psikologi perkembangan dewasa, kampanye, dan teori yang berkaitan dengan Desain Komunikasi Visual. Dengan teori kampanye dan persuasi dari Virus (2004), dan menggunakan metode penelitian kualitatif (observasi, wawancara, kuesioner) yang diambil dari teori Sugiyono (2013),

maka saya menemukan bahwa untuk menanamkan pada orangtua mengenai pentingnya dongeng pada masa kanak-kanak awal dibutuhkan sebuah kampanye yang sesuai.

(3)

ABSTRACT

Fairy tale is one of the most effective learning methods for children, because it teaches many moral stories to children in a fun way and without patronizing. The most memorable fairy tale if it is delivered from parents to their children. According to Hurlock, on the distribution of age the children have a period of play and learning is effective in early childhood in the range of one to five years. At the time that the fairy tale is very effectively applied. However, judging from observations made in Bandung and opinions of storytellers as well as cultural, storytelling habits from parents to their children were much reduced, especially in the area of Bandung. Parents prefer to see the gadget and hand over children's education entirely at the Institute of Early Childhood Education. This study uses the theory of Fables, adult developmental psychology, campaigns, and theories related to Visual Communication Design. With the theory of campaigns and persuasion of the Virus (2004), and using qualitative research methods (observation, interviews, questionnaires) drawn from Sugiyono‟s theory (2013), then I find that to instil in parents the importance of fairy

tales in childhood early needed an appropriate campaign.

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dongeng merupakan bagian dari budaya Indonesia yang sejak dulu diceritakan pada anak-anak. Dongeng adalah cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar terjadi berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik) dan

juga menghibur (Trianto, 2007:46) .

Dongeng pada umumnya memiliki manfaat pada beberapa aspek perkembangan anak, yaitu aspek bahasa, aspek sosial, dan aspek moral. Pada saat mendongeng, anak akan mendengar kalimat yang diucapkan oleh pendongeng dan berusaha mengerti maknanya. Jika terdapat kata yang tak dipahaminya, anak akan bertanya arti dari kata tersebut. Hal ini sangat penting bagi tumbuh kembang anak, untuk mempermudah komunikasi agar dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.

Dongeng juga menumbuhkan kematangan sosial anak. Dalam mendongeng, terdapat beberapa situasi sosial tertentu yang akan dipahami anak. Contohnya,

dalam dongeng Malin Kundang anak akan berfikir apabila durhaka kepada orangtua adalah perbuatan yang buruk dan mencelakakan diri. Saat mendengar kisah Bawang Merah Bawang Putih anak akan berfikir bahwa sifat tamak tidak baik. Hal-hal seperti ini akan diterapkannya pada lingkungan sosialnya sehingga anak akan terasah empatinya, mudah beradaptasi dalam situasi tertentu, dan belajar norma-norma kehidupan.

(5)

pada anaknya sebelum tidur mulai jarang dilakukan. Pada Penelitian yang diadakan penulis kepada orangtua yang menyekolahkan anaknya di 3 Kelompok Bermain di kecamatan Buah Batu Bandung, sebanyak 93% orangtua mengetahui manfaat mendongeng, namun hanya 23% yang meluangkan waktunya untuk mendongeng pada anak.

Pudarnya tradisi mendongeng pada anak salah satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran orangtua terhadap pentingnya mendongeng untuk anak. Bambang Bimo Suryoto, seorang pedongeng ternama Indonesia yang akrab dipanggil Kak Bimo, menyatakan bahwa “Nilai, jati diri, karakter, dan kepribadian sebuah bangsa dapat dilihat dari cerita-cerita rakyat yang hidup dibangsa itu. Maka dari itu, jelas mendongeng adalah aktifitas yang memiliki manfaat jangka panjang dan bukanlah sesuatu yang berakibat sederhana. Orang yang paling ideal untuk menjadi pendongeng bagi anak adalah orang tua mereka sendiri. Namun banyak orangtua tidak membiasakan tradisi mendongeng tersebut. Alasan pertama yang sering dilontarkan orang tua adalah sibuk dengan kerjaan domestik maupun menjalankan profesinya. Alasan kedua, orang tua merasa tidak percaya diri untuk bercerita.”

Melihat fenomena diatas, penulis membuat sebuah penelitian yang berjudul „Perancangan Media Kampanye untuk Orangtua Menengah Keatas di Kota Bandung mengenai Pentingnya Mendongeng pada Anak Usia 1-5 Tahun.‟ dengan harapan agar orangtua dengan kelas menengah keatas di kota Bandung mengetahui pentingnya mendongeng dan ingin meluangkan waktu mendongeng untuk anaknya.

1.2Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, masalah yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut :

(6)

2. Mental block orangtua berumur 30-35 tahun menengah keatas di Bandung untuk meluangkan waktu mendongeng pada anak.

3. Orangtua tidak percaya diri untuk bercerita

1.2.2 Rumusan Masalah

Permasalahan utama yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah bagaimana merancang desain kampanye untuk merubah mental block orangtua usia 30-35 tahun agar bersedia meluangkan waktu mendongeng pada anak?

1.3 Ruang Lingkup

Agar masalah tidak meluas, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:

1.3.1. What (Apa)

Perancancangan media kampanye mengenai pentingnya mendongeng untuk anak usia 1-5 tahun

1.3.2. Where (Dimana)

Penelitian akan dilakukan di kota Bandung 1.3.3. When (Kapan)

Pengumpulan data penelitian : Februari - April 2016 Eksekusi perancangan media : April – Juni 2016 1.3.4. Who (Siapa)

(7)

1.4 Tujuan Perancangan

Perancangan ini memiliki tujuan utama, yaitu merancang desain kampanye untuk merubah mental block orangtua usia 30-35 tahun agar bersedia meluangkan waktu mendongeng pada anak.

1.5 Cara Pengumpulan Data dan Analisis 1.5.1. Cara Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Menurut Sugiyono, metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna. Teknik yang digunakan dalam metode penelitian kualitatif adalah : 1. Observasi

Sutrisni Hadi (dalam Sugiyono 2013:145) mengemukakan bahwa,

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan langsung dengan mengunjungi beberapa playgroup di Bandung. Observasi dilakukan secara mendalam kepada sekelompok orangtua yang sedang berkumpul menunggu anaknya pulang dari taman kanak-kanak.

2. Wawancara

(8)

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terstruktur dengan beberapa ahli yang diperlukan seperti psikolog, budayawan, pemantun Jawa Barat (ahli dongeng), dan guru di taman kanak-kanak.

1. Bapak Jakob Soemardjo, selaku Budayawan dan filsuf seni 2. Ibu Rika Rachmawati, S.Pi. M.Pi. selaku psikolog

3. Kak Idzma Mahayattika, selaku pendongeng dan praktisi pendidikan anak di Kidzsmile Foundation

4. Bapak Andi Yudha, selaku pendongeng Indonesia, dan Founder Pacu Picu

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013:142). Dalam penelitian ini penulis menyebarkan kuesioner kepada orangtua yang menyekolahkan anaknya di playgroup di kota Bandung, untuk mengetahui apakah mereka meluangkan waktu mendongeng pada anaknya atau tidak. Juga untuk

mengetahui kendala yang dialami saat mendongeng pada anak. 1.5.2 Analisis

Analisis data dilakukan dengan cara : 1. Analisis SWOT

(9)
(10)

1.7 Pembabakan Bab I. Pendahuluan

Membahas mengenai latar belakang diangkatnya dongeng sebagai permasalahan, identifikasi masalah yang terdapat pada dongeng masa kini sehingga menjadi alasan kuat untuk perancangan. Bab ini juga membahas ruang lingkup yang terdiri dari 5W+1H, tujuan dari perancangan tugas akhir, cara pengumpulan data dan analisis yang digunakan. Selain itu juga membahas tentang kerangka perancangan, dan pembabakan atau sistematika penulisan.

Bab II. Dasar Pemikiran

Menjelaskan dasar pemikiran dari teori-teori yang relevan untuk digunakan sebagai pijakan dalam merancang media pembelajaran yang menarik dan tepat untuk orangtua. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya tarik orangtua untuk kembali membiasakan mendongeng pada anaknya.

Bab III. Data Dan Analisis Masalah

Penjelasan mengenai data-data yang telah diperoleh sebagai acuan dalam perancangan serta uraian mengenai hasil wawancara, observasi, serta analisis yang berkaitan terhadap masalah yang dibahas sebagai dasar perancangan.

Bab IV. Konsep Dan Hasil Perancangan

Hasil yang didapat dari analisis dan data berdasarkan teori-teori, digunakan untuk merancang konsep yang menjadi acuan output perancangan secara menyeluruh.

Bab V. Penutup

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, B. (2013) Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga Sudjana. (2000). Metode Statistik, Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka.

Sumber lain :

Astuti, Dwi. 2012. “Kak Bimo: Orangtua Pendongeng Paling Ideal” Koran Kedaulatan Rakyat, 3 Juni 2012, hal. 19.

Hilmi, Muhammad. 2015. “Dongeng Anak Bangsa bersama Pak Raden.”

http://www.whiteboardjournal.com/interview/24303/dongeng-anak-bangsa-bersama-pak-raden/ Diakses pada 28 Februari 2016

Satwati, Atmi. 2013. HUBUNGAN KEBIASAAN MENDONGENG DENGAN

TINGKAT KECEREDASAN ANAK & MENDONGENG SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Kumpulan kutipan buku. Perpustakaan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dewi. 2010. TINJAUAN ANAK, PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD),

DAN PENDEKATAN “BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME” (BCCT).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara terhadap seluruh pegawai Kantor Kearsiapan dan Perpustakaan Kabupaten Halmahera Selatan yang berjumlah 14 orang diperoleh informasi bahwa

PENEMUAN BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI VOLUM BALOK DAN KUBUS. GRADEMARK REPORT GENERAL COMMENTS Instructor PAGE 1 PAGE 2 PAGE 3 PAGE 4 PAGE 5 PAGE 6 PAGE 7 PAGE 8 PAGE 9 PAGE

Kepada guru pendidikan jasmani, siswa dan pembaca pada umumnya hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan gaya mengajar divergen memberikan pengaruh yang

mengimplementasikan kurikulum 2013. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya mengapa ada integrasi dua kurikulum berbeda di SMP Al Izzah Batu adalah untuk bisa mencapai target

Hasil penelitian mengenai manfaat ekstrak kayu manis ( Cinnamomum burmannii) sebagai obat kumur dalam menghambat pertumbuhan plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2013 akan

Peningkatan sumber daya keluarga dapat ditempuh dengan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta pendampingan berdasar kebutuhan masyarakat, potensi lokal maupun

Mengingat masih dijumpainya kontroversi peran homosistein pada kognitif usia lanjut seperti yang telah dikemukakan di atas dan adanya faktor risiko yang

Tahap ini dilaksanakan setelah melakukan observasi fisik sekolah. Tahap ini bertujuan agar mahasiswa mempunyai pengetahuan dan pengalaman terlebih dahulu mengenai tugas menjadi