• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Negara dalam Pemenuhan Kesejahtera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Negara dalam Pemenuhan Kesejahtera"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN

KESEJAHTERAAN ANAK PENYANDANG TUNA GANDA:

STUDI KASUS WISMA TUNA GANDA PALSIGUNUNG

CAMILA BANI ALAWIA

1106005471

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

(2)

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Pokok Permasalahan ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Kerangka Konsep ... 4

E. Metode Penelitian ... 7

BAB II: KAJIAN TEORI A. Welfare State... 10

B. Hak Dasar Anak Penyandang Cacat... 11

C. Tanggung Jawab Negara dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial...14

BAB III: KAJIAN DATA PRIMER A. Seputar Wisma Palsigunung ... 15

B. Kebutuhan Anak Wisma Tuna Ganda Palsigunung ... 16

C. Peranan Pemerintah dalam Memenuhi Kebutuhan Anak Wisma Tuna Ganda Palsigunung ... 18

BAB IV: KESIMPULAN ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA... 22

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Welfare State atau negara kesejahteraan adalah konsep yang menjadi landasan bernegara Indonesia. Dalam konsepsi ini, negara hadir dengan tujuan

untuk mensejahterakan warga negaranya. Berkebalikan dengan negara

kesejahteraan, negara penjaga malam hadir hanya untuk menjaga ketertiban

diantara warganya, bukan menjamin kesejahteraan setiap kawulanya.

Indonesia mencantumkan bahwa negaranya merupakan negara

kesejahteraan didalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 nya. Implikasi

dari dicantumkannya kesejahteraan sebagai tujuan negara melahirkan kewajiban

Negara untuk memenuhi kesejahteraan dasar warga negaranya.

Kesejahteraan sosial menurut definisi Undang Undang no 11 tahun 2009

adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga

negaranya. Dari pengertian tersebut, terlihat jelas bahwa kesejahteraan yang

dimaksud bukanlah hanya dari satu perspektif, melainkan dari berbagai perspektif.

Tidak hanya melibatkan kesejahteraan materil, melainkan juga kesejahteraan

immateril seperti spiritual dan sosialnya. Menurut Undang Undang ini,

kesejahteraan sosial ini terwadahi dalam empat bentuk, yaitu rehabilitas sosial,

perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, dan jaminan sosial.

Rehabilitas sosial memiliki tujuan agar seseorang yang mengalami

disfungsi sosial dapan kembali berfungsi secara sosial. Fungsi sosial yang

dimaksud adalah berjalannya peran dan status berdasarkan nilai dan norma

didalam masyarakat. Perlindungan sosial menurut pasal 9 Undang Undang

tersebut memiliki arti sebagai semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan

menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial. Sedangkan

pemberdayaan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan

menangani risiko dari kerentanan sosial. Kerentanan yang dimaksud disini artinya

keadaan tidak stabil yang terjadi secara tiba tiba sebagai akibat dari situasi krisis

sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena. Selain rehabilitas dan jaminan

sosial, ada pula pemberdayaan sosial. Pemberdayaan sosial adalah semua upaya

yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mempunyai masalah sosial

(4)

yang terakhir, jaminan sosial, adalah skema yang melembaga untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Keempat bentuk usaha kesejahteraan sosial tersebut dibuat dengan

harapan dapat mengakomodir seluruh warga Indonesia, termasuk pula mereka

yang memiliki kecacatan. Penyandang cacat sering dianggap sebagai warga

masyarakat yang tidak produktif, tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya sehingga hak haknya pun terkadang diabaikan. Mereka dipaksa menjadi

marginal, seolah dibuang dari kehidupan normal.

Para penyandang cacat seringkali mengalami diskriminasi ganda, bukan

hanya disektor informal, melainkan juga sektor formal seperti sekolah. Menurut

Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

dikatakan bahwa setiap pendidikan harus menerima peserta didik tanpa

diskriminasi, termasuk diskriminasi berdasarkan kondisi fisik dan mental. Namun

hingga kini, sebanyak 90% dari 1.5 juta anak dengan disabalitas justru tidak dapat

menikmati pendidikan, tentunya yang sesuai dengan kebutuhannya.

Meskipun mindset dan stigma masyarakat masih banyak yang

memarginalkan penyandang cacat, perlu diingat bahwa ia mempunyai hak hak

dasar yang setara dengan orang normal biasa. Mereka sama dengan kita, seperti

yang disampaikan oleh salah satu perawat di wisma Tuna Ganda Palsigunung : “Tidak ada yang berbeda dari mereka, sama sama perasa, sama sama pecinta,

hanya saja, mereka punya cara berbeda dalam mengungkapkannya” –ibu Sarah, 7.5 Tahun bertahan di Wisma Tuna Ganda.

Di Indonesia sendiri, jumlah penyandang cacat mencapai sekitar 1.541.942

orang per tahun 2009.1 Dari sejumlah orang tersebut, sebanyak 7.03% nya

merupakan tuna ganda. Tuna ganda adalah kondisi dimana seseorang

menyandang lebih dari 2 jenis kecacatan, baik itu fisik maupun mental. Anak

dengan Tuna ganda adalah objek yang akan diteliti lebih dalam dalam penelitian

kali ini. Untuk memudahkan penelitian, dipilihlah wisma tuna ganda Palsigunung

sebagai studi kasus, apakah pemerintah telah berperan sesuai dengan yang

undang undang amanatkan?

Alasan penulis mengangkat tema ini adalah karena penulis merasa kerap

kali anak dengan Tuna Ganda dilupakan baik oleh masyarakat umumnya maupun

pemerintah khususnya. Peneliti melihat adanya ketidakseriusan pemerintah dalam

mengakomodir kesejahteraan mereka yang ada dalam posisi marjinal tersebut.

(5)

Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa anak dengan Tuna Ganda memiliki

kebutuhan yang lebih banyak dibanding penyandang cacat biasa.

Hal hal yang telah peneliti ketahui antara lain bahwa secara yuridis,

Indonesia telah memiliki landasan hukum yang kokoh untuk menjamin

kesejahteraan penyandang cacat. Terbukti dengan undang undang tentang

kesejahteraan sosial juga undang undang ratifikasi Konvensi Hak Hak

Penyandang Disabilitas. Sedangkan hal yang belum diketahui adalah

bagaimanakah kenyataan dilapangannya, apakah pemerintah telah menjalankan

peranan yang diharapkan oleh Undang Undang atau belum. Penelitian ini

dikhususkan untuk mengevaluasi Pemerintah dalam memberikan sokongan

terhadap wisma tuna ganda Palsigunung yang secara sukarela menyediakan

bantuan untuk penyandang disabilitas tersebut.

B. Pokok Permasalahan

1. Bagaimanakah perundang-undangan mengatur tentang peranan

pemerintah dalam mensejahterakan anak tuna ganda?

2. Apa sajakah kebutuhan untuk memenuhi kesejahteraan anak penyandang

tuna ganda di Panti Walsigunung?

3. Bagaimanakah peran pemerintah dalam menunjang kebutuhan yang

dibutuhkan oleh anak tuna ganda di Panti Walsigunung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja kebutuhan wisma tuna

ganda Palsigunung dalam memenuhi kesejahteraan anak anak yang

diasuhnya. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi peranan

Pemerintah dalam berkontribusi untuk menyejahterakan anak anak yang

diasuh di Wisma Palsigunung.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui secara langsung tentang keadaan anak anak Wisma Tuna

Ganda dan hal hal apa saja yang mereka butuhkan.

2. Mengevaluasi Pemerintah khususnya Kementerian Sosial terkait

dengan kewajiban Negara untuk menjamin kesejahteraan seluruh

(6)

D. Kerangka Konseptual

1. Pemerintah

Pemerintah adalah yang menjalankan fungsi eksekutif dalam suatu negara.

Di indonesia, puncak kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden dengan

menunjuk menteri menterinya untuk menjalankan pemerintahan. Dalam konteks

kesejahteraan sosial, kementerian yang berwenang untuk menjalankan fungsi

tersebut adalah kementerian sosial.

2. Anak

Definisi tentang “anak” memiliki banyak pengertian. Menurut KUHPerdata, anak adalah mereka yang berumur dibawah 18 tahun dan belum pernah menikah

sebelumnya. Sedangkan menurut Konvensi Hak Anak, anak adalah mereka yang

belum berumur 18 tahun, tanpa dibatasi syarat belum menikah, termasuk mereka

yang masih ada didalam kandungan. Pendefinisian ini dimaksudkan untuk

menghindari kejahatan orang tua yang tidak bertanggung jawab untuk

menghilangkan nyawa yang ada didalam kandungan. Definisi anak yang

digunakan dalam penelitian ini adalah yang teradapat didalam konvensi hak anak

tersebut.

3. Kecacatan

Menurut KBBI, cacat artinya “kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna”, sedangkan kecacatan memiliki arti “perihal cacat, keburukan; kekurangan”.

Menurut Kartono (1997), anak cacat adalah:

“Anak anak yang dinilai dan didiagnosa sebagai keterbelakangan mental / tuna grahita, tunarungu, sulit mendengar, bisu/tunawicara,

tunadaksa, gangguan wicara, buta (tunanetra,cacat visual), gangguan

emosional serius, hambatan ortoredikal, gangguan kesehatan, buta tuli,

bisu tuli, cacat ganda/ multi handicapped, ketidakmampuan belajar, yang

disebabkan oleh gangguan ketunaan yang memerlukan pendidikan khusus

dan pelayanan perlakuan yang berkaitan”.

Kecacatan yang diartikan oleh berbagai definisi diatas memiliki banyak

(7)

kejadian kejadian sepasca ia lahir. Dalam penelitian ini, kecacatan yang dimaksud

adalah kecacatan yang didefinisikan oleh Kartono tersebut.

4. Tuna Ganda

Menurut KBBI, tuna memiliki arti luka/rusak atau tidak memiliki. Sedangkan

Ganda artinya dua, atau lebih. Tuna Ganda memiliki arti kecacatan atau

ke-tidak-memiliki-an yang lebih dari dua. Artinya, seseorang dengan tuna ganda bisa saja

memiliki lebih dari satu kecacatan fisik, atau lebih dari satu kecacatan mental, atau

bahkan lebih dari satu kecacatan fisik dan mental.

5. Disfungsi sosial

Fungsi sosial adalah bersesuaiannya peran, status, dengan apa yang

diekspektasikan oleh masyarakat. Pelaksaaan fungsi sosial dapat dikatakan baik

apabila seseorang tersebut dapat diterima dan bertahan untuk hidup didalam

masyarakat. Sedangkan disfungsi sosial artinya mereka yang tidak dapat hidup

secara normal didalam masyarakat. Menurut Undang Undang no 11 tahun 2009

tentang Kesejahteraan Sosial, orang yang mengalami disfungsi sosial adalah:

“Seseorang yang mengalami disfungsi sosial antara lain penyandang cacat fisik,cacat mental, cacat fisik dan mental, tuna susila, gelandangan, pengemis, eks

penderita penyakit kronis, eks narapidana, eks pecandu narkotika, pengguna

psikotropika sindroma ketergantungan, orang dengan HIV/AIDS (ODHA), korban

tindak kekerasan, korban bencana, korban perdagangan orang, anak terlantar,

dan anak dengan kebutuhan khusus.” 2

6. Jaminan Sosial

Menurut Undang Undang no 40 tahun 2004, jaminan sosial adalah salah

satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. 3 Jaminan sosial ini diberikan

kepada fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang

cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang

mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi agar kebutuhan dasarnya

terpenuhi.

2 Undang Undang no 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

(8)

7. Indikator Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang Undang Kesejahteraan Sosial, indikator dari

kesejahteraan sosial adalah terpenuhinya kebutuhan materil, spirituil, dan sosial

warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga

dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Kebutuhan Materil adalah kebutuhan paling dasar agar manusia dapat

melanjutkan hidupnya. Kebutuhan ini berupa kebutuhan akan sesuatu yangt

terlihat dan benar benar dibutuhkan oleh tubuh manusia, seperti makanan,

minuman,dan tempat tinggal.

Kebutuhan Spiritual menurut definisi yang dipaparkan oleh Howard

Clinebell (1992) adalah kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan akan kepercayaan

dasar, kebutuhan untuk mempertahankan nilai nilai dan prioritas, kebutuhan untuk

mengembangkan diri, kebutuhan untuk bersosialisasi dengan masyarakat,

kebutuhan untuk memiliki sumber spiritualitas untuk menghapuskan perasaan

bersalah, harga diri, kegembiraan dan harapan hidup. 4

Sedangkan kebutuhan sosial teori yang dapat dijadikan acuan adalah teori

Abraham Maslow tentang Hierarki Kebutuhan. Menurut Maslow, kebutuhan sosial

tergambarkan dalam kebutuhan di lapis tiga segitiga kebutuhannya, yaitu the love needs. Dalam kebutuhan ketiga tersebut, dikatakan bahwa seorang manusia membutuhkan cinta, teman, dan afeksi dari orang orang sekitarnya.5 Kebutuhan

tersebut akan membawa manusia untuk sepenuhnya menjadi makhluk sosial,

karena memang pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial.

4 University of Minnesota, “Seven Spiritual Needs”, diunudh pada tanggal 29 Desember

2013 di http://www.takingcharge.csh.umn.edu/create-healthy-lifestyle/life-purpose-and-spirituality/what-life-purpose/seven-spiritual-needs

(9)

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud dapat

memperoleh data yang lebih akurat. (Sugiyono, 2008) mendefinisikan pendekatan

kualitatif sebagai:

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan merupakan data yang

diperoleh dari wawancara dan observasi atau pengamatan. Peneliti melakukan

wawancara kepada para perawat dan petugas yang berkerja di wisma tuna ganda

Palsigunung tentang apa saja hal hal yang dibutuhkan oleh panti tersebut dan apa

saja peran Pemerintah didalam pemenuhannya. Penelitian ini juga menggali para

karyawan yang bekerja di panti tersebut tentang hambatan apa yang mereka

hadapi selama bekerja disana.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis

Empiris, dimana dalam penelitian yuridis, penelitian akan berdasarkan kepada

peraturan tertulis maupun tidak tertulis. Peraturan tersebut menjadi dasar bagi

penelitian empirisnya, yaitu penelitian yang mengharuskan peneliti utnuk terjun

langsung ke lapangan untuk mencari data primer tentang suatu masalah. Dalam

penelitian ini, peraturan yang menjadi dasar adalah Undang Undang Penyandang

Cacat serta Undang Undang Perlindungan anak. Sedangkan yang menjadi objek

penelitiannya adalah Wisma Tuna Ganda Palsigunung.

Dilihat dari segi tujuannya, penelitian ini merupakan penelitan evaluatif,

yaitu suatu penelitian yang berujuan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah

selama ini, apakah telah benar benar menjalankan tugasnya sebagai

Untuk mendukung penelitian ini, ada dua jenis data yang digunakan, yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung

dengan informan yaitu karyawan yang bekerja di wisma tuna ganda Palsigunung.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari penelitian yang telah ada tentang wisma

(10)

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari:

a. Undang Undang Dasar 1945 pasal 28H

b. Undang Undang no 19 tahun 2011 tentang Penyandang Cacat

Sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan adalah penjelasan

terhadap kedua undang undang tersebut serta berbagai pendapat ahli hukum yang

berusaha untuk memaknainya.

Bentuk laporan penelitian akan berupa evaluasi terhadap pemerintah,

apakah telah benar benar berperan dalam memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan

oleh Wisma Palsigunung.

2. Lokasi Pengumpulan Data

Penelitian diadakan di tempat Wisma Palsigunung berada, yaitu di Jalan

Raya Bogor km 28.5, Jakarta.

3. Waktu Pengumpulan Data

Adapun waktu pengumpulan data dimulai sejak tanggal 21 Desember 2013

hingga 1 Januari 2014.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan dan Dokumentasi

Studi kepustakaan dan dokumentasi adalah untuk mendapatkan data

sekunder yang dapat memperkuat data primer yang didapat dari sumber data yang

berupa catatan, teori – teori dan bahan – bahan acuan penelitian serta untuk

mendapatkan data – data sekunder dari dokumen, buku buku, artikel berita,

dokumen, dan laporan media massa. (Nazir, 2003:60)

Studi kepustakaan yang digunakan berasal dari data data yang dimiliki oleh

Wisma Palsigunung selaku lembaga yang menangani masalah anak dengan

kebutuhan khusus terutama anak anak dengan kecacatan ganda. Selain itu data

(11)

b. Wawancara

Tujuan dari wawancara adalah untuk menemukan jawaban permasalahan

secara lebih terbuka, dimana yang diwawancara dapat menjawab pertanyaan

pertanyaan berdasarkan pengalamannya juga dapat dimintakan sara sarannya.

Penelitian ini menjadikan perawat dan juga pengurus sebagai informan.

Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang telah ditentukan sambil

(12)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Welfare State

Pada mulanya, negara Welfare State muncul sebagai anti thesa dari ketidak berhasilan negara penjaga malam dalam menciptakan kesejahteraan

rakyatnya. Negara dengan konsep welfare state menjadikan kesejahteraan warga

negaranya sebagai tujuan negaranya. Oleh sebab tujuan inilah maka negara

dengan konsep welfare state berkewajiban untuk mengupayakan setinggi

tingginya pelayanan kesejahteraan untuk rakyatnya. Sedangkan negara penjaga

malam hanya berperan sebagai penjaga ketertiban pasar agar persaingan pasar

berjalan dengan tertib dan aman.

Pengertian tentang welfare state banyak dirumuskan oleh beberapa ahli

dunia. Menurut Richard Quinney (1999), pengertian negara kesejahteraan adalah

a state which provides all individuals a fair distribution of the basic resources necessary to maintain a good standard of living. Sedangkan menurut Daecon, negara kesejahteraan adalah a society in which the goverment accepts responsibility for ensuring that all citizens receive a minimum income, and have access to the highest possible provision in the fields of health care, housing, education, and personal social services.

Meskipun Negara kesejahteraan memiliki tujuan yang sama, namun bukan

berarti konsepnya tidak beragam. Negara kesejahteraan memiliki beberapa

tipologi, yaitu model liberal/residual, model konservatif, dan model sosial

demokrasi.

a. Model Liberal

Negara kesejahteraan model liberal memiliki pandangan bahwa campur

tangan negara dalam masalah kesejahteraan merupakan sebuah ultimum remidium apabila pasar dan masyarakat gagal memenuhi kebutuhan individu. Tanggung jawab negara hanya muncul ketika seorang individu tidak mampu lagi

ditanggung oleh keluarganya, oleh masyarakatnya, oleh lembaga agamanya, dan

berbagai sistem lainnya. Negara tipe ini merupakan negara kesejahteraan yang

paling sedikit menempatkan alokasi anggaran untuk kesejahteraan sosialnya.

Oleh sebab itulah negara kesejahteraan model liberal disebut juga negara

(13)

b. Model Konservatif

Negara kesejahteraan tipe konservatif berprinsip bahwa kesejahteraan

bukanlah satu satunya tanggung jawab negara, melainkan juga tanggung jawab

pihak pihak lainnya, seperti misalnya pihak swasta juga warga negaranya sendiri

yang diajak bekerjasama oleh negara. Negada dengan model ini memfokuskan

pada pemberdayaan komunitas kecil warga negaranya yaitu keluarga, sebagai

aktor yang berperan penting dalam memperoleh kesejahteraan.

c. Model Sosial Demokrasi

Negara kesejahteraan tipe sosial demokrasi menempatkan kesejahteraan

warga negara sepenuhnya sebagai kewajiban negara. Warga negara yang

diperjuangkan oleh Negara bukan hanya kalangan marginal saja melainkan

keseluruhan anggotanya. Negara Kesejahteraan model sosial demokrasi

menjunjung tinggi adanya kesetaraan akses terhadap hak hak dasar untuk

dinikmati seluruh warga negaranya. Hak dasar yang dimaksud contohnya hak

untuk menikmati kesehatan, pendidikan, fasilitas umum, dll.

B. Hak Dasar Anak Penyandang Cacat

Meski tak terlihat secara jelas, anak memiliki suatu peran yang sangat

strategis bagi suatu bangsa. Anak adalah aset berharga bagi kesuksesan dan

masa depan negara. Dengan peran yang teramat vital, anak membutuhkan

instrumen hukum yang melindunginya, mengingat pula bahwa anak belum

memiliki kemampuan yang cukup untuk melindungi dirinya sendiri. Dengan kondisi

anak yang belum matang perkembangan fisik dan mentalnya, anak dirasa tak

cukup kuat untuk sekedar dapat memenuhi hak hak dasarnya. Hal tersebut senada

dengan pertimbangan yang terdapat dalam Undang Undang Perlindungan, yaitu:

a. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan yang maha Esa, yang

dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai mahasiswa

seutuhnya

b. Anak adalah penerus cita cita perjuangan bangsa yang memiliki

peran strategis, dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang

diharapkan dapat menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan

(14)

c. Anak perlu mendapat kesempatan seluas luasnya untuk tumbuh

dan berkembangan secara optimal, baik secara fisik, mental,

maupun sosial, dan mempunyai akhlak yang mulia

d. Pada kenyataanya masih terdapat banyak anak yang:

i. Belum terlindungi dari berbagai bentuk kekerasan dan

eksploitasi

ii. Masih hidup terlantar dan tidak mendapat kesempatan

memperoleh pendidikan yang wajar, apalagi memadai

Atas dasar pertimbangan tersebutlah maka hukum perlu untuk

memproteksi hak hak dasar anak. Adapun hak hak dasar anak berdasarkan

Undang Undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak adalah:

a. Hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

b. Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status

kewarganegaraan

c. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir, dan berekspresi

sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan

orang tua

d. Hak mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang

tuanya sendiri

e. Dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin

tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlandar maka

anak tersebut diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak

angkat oleh orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

undangan yang berlaku

f. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial

sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.

g. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan

bakatnya

h. Hak memperoleh pendidikan luar biasa bagi anak yang

menyandang cacat dan hak mendapatkan pendidikan khusus bagi

(15)

i. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya,

menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan

tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai

dengan nilai – nilai kesusilaan dan kepatutan

j. Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul

dengan anak sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai

dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi

pengembangan diri

k. Hak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan

taraf kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat.

Hak hak tersebut wajib dipenuhi oleh Negara bersama sama dengan

masyarakat dengan tetap memperhatikan asas non diskriminasi, memprioritaskan

kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan

perkembangan, serta penghargaan terhadap pendapat anak.

Dalam konteks anak cacat, tak satupun ke 11 hak anak tersebut boleh

dihilangkan dan tidak dianggap sebagai hak dasar mereka. Anak cacat harus tetap

mendapatkan hak hak yang dinikmati oleh anak normal lainnya. Bahkan karena

keterbatasan mereka, hak dasar mereka jadi bertambah, yaitu mendapatkan

pendidikan yang khusus dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan anak cacat, Indonesia telah

meratifikasi konvensi penyandang cacat yang tertulis dalam Undang Undang no

19 tahun 2011. Dalam undang undang ini, hak dasar penyandang cacat dirinci

dalam pasal 4 nya, yaitu:

“Setiap penyandang disabilitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan martabat manusia, bebas

dari eksploitasi, kekerasan dan perlakuan semena-mena, serta memiliki hak untuk

mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan

kesamaan dengan orang lain. Termasuk didalamnya hak untuk mendapatkan

perlindungan dan pelayanan sosial dalam rangka kemandirian, serta dalam keadaan darurat.”

Selain Undang Undang tersebut, Konstitusi Indonesia secara tersirat

(16)

negara. Hak hak dasar itu pula juga dinikmati oleh seluruh penyandang cacat di

Indonesia.

Adanya pengaturan tersebut secara otomatis mengikat Indonesia, sebagai

negara yang meratifikasi bertanggung jawab sepenuhnya dalam menegakkan

hukum atas pelanggaran yang terjadi apabila terjadi penyiksaan yang tidak

manusiawi dan semena mena yang dilakukan kepada penyandang cacat. Dalam

pasal tersebut juga disebutkan bahwa penyandang cacat berhak untuk

mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial dalam rangka kemandirian.

C. Tanggung Jawab Negara dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan

sosial

Tanggung jawab Negara dalam memberikan jaminan sosial banyak

tergambarkan melalui berbagai peraturan perundang-undangan. Dari konstitusi

kita tepatnya pada pasal 28 H, disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup

secara sejahtera lahir dan batin. Dalam ayat (3) nya, disebutkan bahwa warga

negara memiliki hak dasar untuk mendapatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan

dasar hidupnya untuk mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang

bermartabat. Implikasi dari hak dasar warga negara tersebut memunculkan

kewajiban bagi negara untuk memenuhinya. Tak hanya itu, Pasal 34 ayat (2) UUD

45 juga menyebutkan, negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan sesuai dengan

martabat kemanusiaan.

Sementara itu dalam undang undang No 11 tahun 2009 tentang

kesejahteraan sosial didalam pasal 4 nya dikatakan bahwa Negara bertanggung

jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial, tentunya, termasuk pula

menjamin tercapainya kesejahteraan bagi anak penyandang cacat. Masih dalam

undang undang yang sama, pada pasal 25 disebutkan beberapa tanggung jawab

Pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial, diantaranya

melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan

(17)

BAB III

KAJIAN DATA PRIMER

A. Seputar Wisma Palsigunung

Wisma Palsigunung didirikan pada tahun 1978 atas prakarsa dari Badan

Pembina Koordinasi Kegiatan Sosial DKI Jakarta. Empat tahun sebelum

pendiriannya, telah diadakan pertemuan antara BPKKS DKI Jakarta dengan

pengurus yayasan yang telah lama berkecimpung dalam kegiatan merawat anak

terlantar, yayasan piatu muslimin. Pertemuan tersebut membahas tentang urgensi

didirikannya Panti untuk Tuna Ganda. Akhirnya disepakatilah pendirian sebuah

panti untuk anak dengan cacat ganda. Pada awal tahun pendirian wisma

Palsigunung ini, pengurus berasal dari BPKKS DKI Jakarta dan Yayasan Piatu

Muslimin. Namun dikarenakan kondisi, pada tahun 1985, Wisma Palsigunung

diserahkan sepenuhnya kepada Yayasan Piatu Muslimin.

Tujuan dari didirikannya wisma Palsigunung adalah untuk merawat dan

mengusahakan rehabilitasi bagi anak anak penyandang cacat ganda. Rehabilitasi

disini artinya mengusahakan agar anak anak dengan cacat ganda ini dapat

kembali memiliki fungsi sosialnya. Namun dikarenakan semua anak anak yang

dirawat di wisma tuna ganda telah cacat sejak lahir, sulit untuk membuat mereka

dapat berfungsi secara sosial seperti orang normal. Berdasarkan data yang

diperoleh, sejak pendirian Wisma Palsigunung sebanyak 5.4% dari jumlah anak

yang dirawat dapat diteruskan untuk dididik ke SLB bagian G (untuk cacat ganda)

di panti lain. Sebanyak 44% meninggal dunia, 16,3% dimbil kembali oleh

keluarganya, dan 34.3% masih dirawat di Wisma Palsigunung.

Saat ini, jumlah anak yang dirawat oleh wisma Palsigunung terdiri dari 31

orang, dengan proporsi 19 anak laki laki dan 12 anak perempuan. Setelah satu

tahun dirawat, anak anak ini dikategorisasikan kedalam 3 jenis kategori: Anak

mampu didik, anak mampu latih, dan anak mampu rawat. Anak mampu didik

adalah mereka yang telah siap untuk diberikan pendidikan seperti berbicara dan

berinteraksi dengan orang lain. Anak mampu latih adalah mereka yang mampu

menerima latihan melakukan hal hal yang berkaitan dengan fisik sendiri, seperti

makan dan buang air. Sedangkan anak mampu rawat adalah anak yang benar

benar tidak dapat di latih dan dididik, hidupnya sepenuhnya bergantung pada

(18)

4 orang, anak mampu latih sebanyak 5 orang, dan anak mampu rawat sebanyak

21 orang.

Anak yang diasuh di Wisma Palsigunung berasal dari masyarakat (seperti

orang tua atau keluarga yang bersangkutan), Rumah sakit, Organisasi/panti sosial,

dan lain lain. Latar belakang mereka dikirim ke wisma tuna ganda antara lain

karena:

1. Mereka memang bukan anak yang diharapkan lahir

2. Keluarga tidak mau menerima kenyataan sehingga tidak siap untuk

merawat titipan tuhan tersebut

3. Keluarga tidak mampu untuk menanggung biaya perawatan anak

penyandang tuna ganda

4. Anak tersebut ditemukan terlantar, seperti ditinggal begitu saja setelah

dilahirkan atau ditemukan dijalanan

5. Panti lain tidak sanggup untuk merawatnya

Keberadaan wisma tuna ganda sangat dibutuhkan. Namun sayangnya, di

Indonesia hanya ada 5 panti yang khusus merawat anak anak dengan tuna ganda.

Keadaan ini membuat wisma tuna ganda Palsigunung sering kebanjiran antrian

anak anak yang menanti untuk dirawat di wisma Pasigunung ini.

B. Kebutuhan Anak Wisma Tuna Ganda Palsigunung

Berdasarkan hasil wawancara terhadap karyawan Wisma Tuna Ganda

dan pengamatan yang dilakukan, didapatlah pengetahuan tentang kebutuhan

Anak dengan Tuna Ganda, yaitu:

1. Kebutuhan pengasuh

Dari semua Anak dengan Tuna Ganda yang ada dan diasuh di wisma

Palsigunung, hanya ada sedikit yang bisa melakukan kegiatan ringan seperti

makan, minum, mandi, atau buang air secara mandiri. Sisanya sepenuhnya

menggantungkan pemenuhan kebutuhannya kepada para pengasuh mereka.

Jumlah pengasuh ada 58 orang, terdiri dari pengasuh pribadi anak, pencuci baju,

dan yang memasakkan makanan khusus untuk anak dengan tuna ganda. Mereka

bekerja dengan sistem shift. Satu hari ada 3 shift, pagi hingga siang, siang hingga

malam, dan malam hingga pagi. Kebanyakan dari pengasuh yang ada tinggal di

(19)

Palsigunung. Pengasuh biasanya dicari oleh yayasan ini sendiri atau ditawarkan

oleh masyarakat sekitar. Mekanisme penerimaan pengasuh adalah pengasuh

harus menjalani ujicoba terlebih dahulu selama satu bulan untuk membiasakan

atmosfer bekerja yang tidak biasa, baru setelah itu benar benar diterima oleh

wisma Palsigunung ini.

2. Kebutuhan dokter jaga

Anak anak yang diasuh dalam Wisma Palsigunung ini adalah anak anak

yang menderita kelainan syaraf otak. Kelainan syaraf otak ini menyebabkan

mereka seringkali mendapat serangan kejang kejang yang apabila tidak ditangani

dengan baik dan benar, maka dapat berakibat kematian. Selain kejang kejang,

anak Palsigunung juga sangat rentan terkena penyakit karena sistem imun tidak

berfungsi secara normal. Oleh sebab itu, keberadaan Dokter Jaga 24 Jam sangat

dibutuhkan di Palsigunung ini. Di Wisma Palsigunung ini terdapat satu orang

dokter jaga yang bekerja secara shift pula. Dokter yang berjaga diperoleh dari

keluarga pemiliki yayasan rumah piatu muslimin. Karena yayasan rumah piatu

muslimin adalah yayasan yang dimiliki oleh sebuah keluarga yang banyak

dokternya, maka akses untuk mendapatkan dokter jaga tidaklah sulit. Apalagi

salah satu keluarga tersebut menjadi pengajar juga di FKUI. Dokter tersebut

mewajibkan kepada muridnya untuk mengabdikan diri di wisma Palsigunung ini.

3. Kebutuhan obat

Anak dengan tuna ganda banyak yang memiliki autism dan berbagai

kelainan mental lainnya. Untuk dapat bertahan, anak dengan tuna ganda harus

mengkonsumsi obat penenang bila sedang tidak stabil emosinya. Namun untuk

memperoleh obat penenang ini sangat sulit karena peraturan yang membatasi

Apotek dalam melakukan penjualan obat penenang. Kebutuhan obat penenang

hingga kini belum dapat dicarikan solusinya oleh Wisma Palsigunung.

4. Kebutuhan alat terapi

Sebagian besar dari anak anak penyandang tuna ganda yang ada di

Wisma Palsigunung mengalami gangguan di saraf sensorinya, oleh sebab itu alat

alat terapi sangat dibutuhkan keberadaannya untuk melatih syaraf anak anak

tersebut agar dapat berfungsi. Keberadaan alat fisioterapi dapat mempercepat

proses rehabilitasi seperti yang menjadi tujuan dari Wisma Tuna Ganda, namun

(20)

ini, wisma Palsigununng tidak dapat memenuhi kebutuhan akan alat fisioterapi

tersebut. Beberapa upaya telah dilakukan seperti mengajukan permohonan ke

Pemerintah (dalam hal ini Kementerian Kesejahteraan Sosial), namun, bantuan

berupa alat fisioterapi ini tak kunjung menjadi bahasan.

5. Kebutuhan dana

Wisma tuna ganda Palsigunung mengeluarkan dana hampir 100 juta setiap

bulannya. Kebutuhan ini dipergunakan untuk membeli pakaian, makanan,

peralatan belajar khusus anak tuna ganda, membayar gaji karyawan, juga

peralatan rumah tangga lainnya. Kebutuhan akan dana yang tak kecil ini berasal

dari sumbangan masyarakat, baik itu masyarakat umum maupun masyarakat yang

merupakan pihak keluarga dari anak yang bersangkutan. Selain dari masyarkat,

pembiayaan tersebut dipenuhi dari subsidi Yayasan Rumah Piatu Muslimin,

yayasan yang menelurkan wisma Palsigunung ini. Namun diantara sumber

tersebut, proporsi sumbangan paling besar berasal dari masyarakat yang

berkunjung ke Wisma tersebut. Banyak diantaranya yang menjadi donatur tetap

setelah tersentuh hatinya.

6. Kebutuhan pengajar

Sesuai dengan amanat UUD 45, seluruh rakyat Indonesia berhak

menikmati pendidikan. Begitu pula dengan Undang Undang no 4 tahun 1997,

dikatakan bahwa setiap penyandang cacat berhak untuk memperoleh pendidikan

pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan

derajat kecacatannya. Wisma Palsigunung berusaha memenuhi hak tersebut

dengan mengadakan pelatihan bicara oleh speechtherapis, latihan fisik/jasmani

oleh fisioteraphis, dan latihn keterampilan dibawah guru pendidikan luar biasa.

Namun karena keterbatasan pengajar pengajar ahli di bidang ini, wisma

Palsigunung memenuhinya melalui memberikan pelatihan kepada para pengasuh

untuk dapat bekerja pula sebagai pengajar bagi anak anak di Palsigunung ini.

C. Peran Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan Wisma Tuna Ganda

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Suciati, Kepala Bidang

Administrasi Wisma Tuna Ganda Palsigunung, peran pemerintah dalam

memenuhi kebutuhan yang telah dirinci diatas hampir bisa dikatakan tidak ada.

(21)

terhadap kerja tulus mereka pun tidak berasal dari pemerintah, melainkan dari

sumbangan para donatur sendiri. Berharap para pengasuh menjadi pegawai

negeri seolah jauh panggang dari api.

Begitu pula dengan kebutuhan atas dokter jaga. Pemenuhan kebutuhan ini

dipenuhi oleh keluarga pemilik yayasan ini. Dengan memanfaatkan profesi

sebagai pengajar FKUI, salah satu pihak keluarga kerap kali meminta bantuan

kepada mahasiswanya yang baru lulus untuk mengabdi di Wisma Palsigunung ini.

Sejatinya, peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan

dokter 24 jam ini, entah itu berupa mengatur mutasi dokter yang berstatus PNS

untuk bertugas disana atau dengan mengangkat dokter sebagai PNS untuk

ditugaskan disana. Hal yang seharusnya juga dilakukan untuk menjawab

kebutuhan atas tenaga pengajar. Menyediakan pendidikan bagi seluruh

penyandang cacat juga merupakan tanggung jawab negara. Fakta bahwa tenaga

pengajar di Wisma Tuna Ganda bukanlah tenaga yang ahli dibidang pendidikan

untuk anak penyandang tuna ganda, melainkan pengasuh yang mendapat

pelatihan singkat dari speectherapis ataupun fisiotherapis. Dalam memenuhi

kebutuhan obat penenang, ada baiknya pemerintah memberikan izin khusus agar

memudahkan proses penyembuhan anak anak dengan tuna ganda.

Dan mengenai pembiayaan, fakta yang sangat miris ditemukan adalah

bahwa Pemerintah, dalam hal ini kementerian Sosial, tidak memberikan

sumbangsihnya sedikitpun kepada wisma tuna ganda. Pemerintah membiarkan

begitu saja wisma Palsigunung untuk berdiri sendiri dalam melakukan pemenuhan

kebutuhan keuangan pantinya. Pemerintah seolah merasa tanggung jawabnya

(22)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam penelitian ini, ditemukan fakta bahwa Negara seolah menutup mata

terhadap kebutuhan Wisma Palsigunung, meskipun lembaga ini pernah meminta

bantuan berupa pengadaan alat fisioterapi, permintaan itu tak kunjung digubris.

Ada kesan bahwa Negara merasa Wisma Palsigunung telah independen dan

dapat berdiri meski tanpa campur tangannya, oleh sebab itu Negara tidak perlu

turun tangan dalam memenuhi kebutuhannya karena peran tersebut telah diambil

alih oleh masyarakat.

Minimnya campur tangan pemerintah dalam mengurusi masalah

kesejahteraan anak dengan tuna ganda seolah menegaskan bahwa Indonesia

adalah sebuah negara kesejahteraan dengan tipe minimal.

Saran untuk pemerintah adalah mempunyai panti khusus tuna ganda

sendiri yang berada dibawah kementerian sosial langsung. Hal ini karena Wisma

Tuna Ganda Palsigunung telah sudah tidak memiliki kapasitas lagi untuk

menampung anak anak tuna ganda yang mengantri untuk dititipkan di wisma

tersebut. Mengingat pula bahwa wisma tuna ganda di Indonesia baru ada 5

dengan rata rata kapasitas 30 orang. Kapasitas tersebut masih sangat jauh dari

(23)

Daftar Pustaka

Clinebell, Howard, Well Being: A Personal Plan for Exploring and Enriching the Seven Dimensions of Life : Mind, Body, Spirit, Love, Work, Play, Earth. Harpercollins : 1992

Quinney, Richard, The Prophetic Meaning of Modern Welfare State, Ohio: Wadsworth Publishing, 1999

Herlina, Apong, et all, Perlindungan Anak: Berdasakan Undang Undang no 23 tahun 2003, Jakarta: Harapan Prima, 2003.

Maslow, A.H, A Theory of Human Motivation, Ontario: York University Press: 1943

Safitrasari, Dwia, Dukungan Sosial oleh Perawat Terhadap Anak Penyandang Cacat Ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung, Depok: Universitas Indonesia, 2012

Irwanto, et all, Analisis Situasi Penyandang Disabilitas Di Indonesia: Sebuah Desk Review, Jakarta: Pusat Kajian Disabilitas, 2010.

University of Minnesota, “Seven Spiritual Needs”, diunudh pada tanggal 29

Desember 2013 di

http://www.takingcharge.csh.umn.edu/create-

healthy-lifestyle/life-purpose-and-spirituality/what-life-purpose/seven-spiritual-needs

Redwoods University, Mashlow Hierarchy of Needs, diunduh pada tanggal 29 Desember 2013 di

http://redwoods.edu/Departments/Distance/Tutorials/MaslowsHierarc

hyPDF/maslows_hierarchy.pdf

Perundang Undangan

Indonesia, Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Indonesia, Undang Undang Nomor 19 tahun 2011 tentang Pengesahan

Konvensi Mengenai Hak Hak Penyandang Disabalitas

Indonesia, Undang Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Sosial

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2012 tentang

(24)

Lampiran I

Daftar pertanyaan wawancara

Nama :

Jenis Kelamin :

Jabatan di Lembaga :

Pertanyaan

- Pengetahuan tentang konsep Tuna Ganda

o Apa yang ibu/bapak ketahui tentang konsep penyandang cacat?

o Dari yang ibu/bapak tahu, apa saja faktor penyebab kecacatan pada yang

diasuh di Wisma Tuna Ganda?

o Apakah di Wisma Tuna Ganda memiliki klasifikasi kecacatan?

o Bagaimanakah perawatan dari tiap klasifikasi? Jelaskan!

o Apa dasar penentuan klasifikasi? Jelaskan!

o Adakah kebutuhan dasar bagi setiap klasifikasi? Jelaskan!

- Tentang Keorganisasian

o Wisma ini awalnya dibentuk atas dasar apa?

o Adakah peran pemerintah didalamnya?

o Jika ada, apa saja peranan tersebut?

- Menurut ibu, seberapa penting dukungan sosial terhadap mereka? - Darimana sajakah mereka mendapat dukungan sosial?

(25)

Lampiran II (Verbatim)

Percakapan dilakukan pada tanggal 21 Desember 2013. C adalah Camila dan S

adalah Ibu Suciati, kepala Administrasi WTG Palsigunung

(Percakapan awalan off the record)

C: Hmm ingin tahu bu, sebenernya yang mencetuskan pendirian wisma tuna

ganda ini dulu siapa ya bu pertamanya?

S: bu nasetion, pada waktu itu sekitar taun 80an itu jadi ketua bkks badan

koordinasi kegiatan kesejahteraan sosial

C: ehmm berarti kemen....

S: iya kalo sekrang adanya dnks dewan, kalo jaman dulu namanya badan kegiatan

kordinasi kegiatan sosial. Terus dulu itu bu nasution kerjasama dengan umatun

muslimin, sedangkan umatu muslimin sendiri pusatnya disana tuh, jalan keramat

raya nomer 11.

C: daerah mana bu?

S: daerah senen, sini belok kanan

C: ow yang tadi aku telpon aku salah nelpon ya bu malah nelpon yang senen

S: kalo disana yatim piatu normal biasa, kalo yang khusus untuk anak-anak cacat

disini

C: sebenernya kalo dari pengelolaannya ini dibawah kemensos apa sendiri bu?

S: sendiri, yayasan mandiri

C:jadi bukan dibawah pemerintah ya bu?

S: bukan

C: berartikan kalo bukan pemerintah yayasan ini yang berusaha memenuhi

kebutuhannya sendiri ya bu ya?

S: iya secara mandiri

C: gimana sih bu kiat2 tuna ganda biar bisa bertahan hingga 2013 ini? Apalagi

ditengah kondisi yang seperti ini, kebutuhan mahal, terus butuh orang yang sabar

banget buat ngurusinnya, itu gimana bu?

S: jadi kita ya mungkin kerjasamanya ya, kerjasama dengan tim, dengan

pengasuhannya, disini kan pengasuhnya banyak, terus juga pengunjung ya,

biasanya dari mulut ke mulut, belom pernah kesini terus di a penasaran apasih

wisma tunaganda itu, jadi kami terangkat. Terus juga pelayanan ke donatur,

tempat kami harus bersih, terus yang bau2 itu kami hilangkan caranya gimana,

(26)

semua yang di konsumsi anak2 yang dipake anak2 semua dari masyarakat jadi

kami alhamdulillah bersyukur, masyarakat yang dateng kemari ini terkadang

menanyakan apa yang dibutuhkan ibu, saya ingin menyumbang, saya punya dana

sekian. Kami butuh tempat tidur, kalo memang dananya besar, dan tempat tidur

itu ga sembarang beli, kita harus pesen. Pesennya dimana, jadi kami siapkan

alamat, jadi kita kerjasama dengan yang bikin tempat tidur, kursi roda, terus kalo

ada yang mau nyumbang mebel juga, kan meja dikelas misalnya, harus khusus.

Jadi emang kalo mau narik itu harus dari donatur, apalagi dengan donatur baru,

kita harus ramah, ibukan juga punya masalah ya, dengan suami dengan anak,

dengan siapa aja gitu, kita ya harus dihilangkan yang seperti itu keselnya

jengkelnya, harus ramah. Itu biasanya kalo ditanyakan ke tamu kesannya disini

biasanya seperti itu, oh aku senang disini pengasuhnya ramah-ramah, ibu2nya

ramah semua, jadi nggak cuek lah, adakan yang terus silahkan nengok yasudash,

disana ada pelayanan tamu, anak2nya juga, mereka suka kalo ditengo itu

seneng,v dan ibu2 itu terus biasanya pengen kesini lagi, kangen gituloh sekali

kesini pengen lagi. Anak2 ini ngangenin. Karna kan kami khususnya pengasuh kan

kerja harus dengan hati, ga seperti kita dengan benda mati, kalo rusak tinggal

dibuang, kalo disini kan kita harus mengerti mereka. Jadi repotnya itu kalo pengasuhnya lagi ga ada, kalo tiba tiba ada yang bilang “bu saya ga sanggup lagi”, ada lagi yang nikah keluar nikah keluar, nah nyari penggantinya itu yang susah,

kan mereka harus dikasih perawatan 24 jam, karena kadang sewaktu waktu

kejang. Makanya perawat perawat itu harus dikasih pelatihan, dikasih kursus dulu

gimana menanganinya. Bahkan ada anak yang untuk BAB pun susah, harus

dipompa.

C: Itu yang ngelatih siapa?

S: Dokter

C: Dokternya dari mana bu?

S: Dari yayasan, untungnya yayasan ini punya keluarganya dokter, jadinya

gampang lah dapet dokternya. Yayasan ini jadi kayak warisan, yang pertama itu

ibu siti gunawan, anak nya Cuma satu, namanya bu Shofie, sekarang tinggal di

bogor, suaminya udah meninggal. Dia umur 92 tahun

C: Wah panjang umur

(27)

S: Di Psikologi, mantan dekannya psikologi. Ada anaknya lagi namanya wiranti,

dosen di kedokteran UI. Jadi kalo murid muridnya praktek, suruh kesini.

C: itu semacam pengabdian dokternya itu ya

S: Iya. Jadi ini kan yayasan keluarga. Uang nya ya dari sumbangan sumbangan.

Tapi kita ga minta minta ke perusahaan. Caranya gini aja, kalo ada acara, ada

yang ngundang biasanya. Nah kita disitu sebarin brosur

C tapi pernah krisis ga bu?

S: Gapernah sih.. eh pernah deh. Pas lagi krismon. Tapi justru yang peduli itu yang

non muslim, tapi orang orang budha. Mereka nelpon, bilang khawatir , soalnya

posisinya ga deket sama bogor dan jauh juga sama jakarta. Mereka kirim beras

sampe bertruk truk. Alhamdulillah jadinya malah wisma ini bisa bagi bagiin ke panti

lain. Anak anak ini bawa rejeki

C: kalo yang bantu bantu disini ada berapa bu?

S: hampir 60, ya 58 pasnya. Ada yang nyuci, ada yang masak

C: itu semua tinggal disini bu?

S: ga, ada yang disini, ada yang pulang

C: Oiya bu, kalo dari segi pelayanan segala macem, ada ga sih bu peran yang ibu

harapkan ada, baik dari pemerintah, ataupun masyarakat, atau mungkin

mahasiswa, yang harusnya mengabdikan dirinya untuk masyarakat juga?

S: Kalo itu sih ga muluk muluk ya, karena anak ini cacatnya fisik dan mental, sulit.

Seperti ini nih, dimas (sambil menunjuk ke Dimas), dia cakep tapi dia banyak

kurangnya. Kepada pemerintah, kita butuh perhatiannya aja. Gimana caranya ya

supaya dapet teraphis, karena pada umumnya mereka mengalami kaku syaraf

kan. Ya paling fasilitas lah. Atau kami berharap banget Pemerintah punya panti

kayak gini sendiri, karena panti tuna ganda itu sedikit sekali. Padahal hampir tiap

hari ada yang dateng mau nitipin, kan kami Cuma punya kapasitas 30, jadi

terpaksa kami tolak. Ditambah lagi yang kami pertimbangkan untuk masuk itu yang

dibawah 10 tahun.

C: Tapi ada yang umurnya udah besar juga kan bu?

S: Iya ada, umurnya 48 tahun. Ada sejak berdirinya panti ini. Mau dibalikin ke orang

tuanya juga gimana, kita telurusrin alamat rumahnya juga ga ada. Banyak keluarga

yang udah lepas tanggung jawab.

C: aa sedih banget

S: Terus ga pernah nengok, ga pernah nyumbang juga. Padahal di surat perjanjian

(28)

semampunya. Itu syarat bukan untuk memberatkan, tapi untuk membuat ada rasa

ikut berkontribusi untuk anaknya. mereka rata rata bukan anak yang diharapkan

lahir. Hamil luar nikah lah, diminumin obat obat aborsi lah, dibuang diselokan.

Terus diambil sama pemerintah buat ditaro di Panti Cipayung, pantinya

Pemerintah. Terus lima tahun ga bisa apa apa, dititipin ke kita. Haa haa. Si Nina,

yang dari NTB, ditinggal gitu aja dirumah sakit. Di tampung di panti sayap ibu, eh

ga sanggup dikasih ke panti yang di bandung. Ga sanggup lagi, kasih ke kita deh.

Haa haa. Nah itu dia perlunya peran pemerintah

C: Untuk pengeluaran, kira kira sebulan berapa ya bu?

S: mm Sekitaran 100 juta an lah sebulan

C: kegiatan rutinnya ada apa ajasih bu disini?

S: sekolah, kerja bakti, sekolahnya juga sekolah kelas-kelasan, jadi untuk

merangsang otak, untuk belajar motoriknya juga

C: kegiatannya ngapain bu?

S: ya paling mewarnai, ya seperti anak tk lah, main puzzel, mengenal flora fauna

berupa gambar

C: itu yang ngelatih siapa bu?

S: ada gurunya

C: o ada gurunya, beda lagi berarti

S: iya beda lagi

C: itu dapet gurunya darimana ya bu?

S: ya dari pengasuhnya yang dikursusin

C: o dari pengasuh yang dikursusin jadi guru

S: heem. Ada juga yang emang dia lulusan itu (guru untuk pendidikan luar biasa)

kalo dia dapt kerjaan diluar ya terus keluar tapi, cari yang laen. Yang akhinya

pengasuh juga, dikursusin, diajarin, kalo ga liat aja, jadi pengasuh itukan harus

bisa ngertiin mereka, kan karakter anak ga sama, si a si b begini, yang ini begini,

terus belajar, jadi dengan praktek secara langsung, ilmu jiwa kan (ketawa),

otomatis bisa.kalo kita mau pake guru khusus kan juga gabisa, kan mereka ga

bakal mau kerja disini ga digaji, gitu

S: kalo sekarang-sekarang kan orang nyari kan materi ya,

C: kalo perkembangan anaknya gimana bu? Perkembangannya dari hari ke hari

S: lambat perkembangannya, tapi ada juga yang cepet ya, ada yang namanya

dani tuh cepet, awalnya takut ketemu orang sekarang uda enggak, terus awalnya

(29)

C: ada yang sampe berhasil sampe sembuh ga bu?

S: susah

C: ada yang meninggal ga bu?

S: ada banyak, karna kan anak-anak gini rentan penyakit, juga kebanyakan

punya kelainan jantung

C: ow lemah jantung gagal jantung

S: lemah jantung, jantungnhya lemah. Kadang ada juga kelainan jantung. Ada

yang jantungnya bocor, ada. Ada yang serangan jantung

C: jadi tiba-tiba langsung kena serangan jantung bu?

S: iya iya, tapi ya kita usahalah untuk bawa ke rumah sakit. Tapi kadang sampe

depan pintu uda meninggal, terus panas tinggi juga bisa. Kalo umpamanya ga

meninggal ya, sembuh nih kita obatin sembuh, itu biasanya kondisinya terus

menurun, yang tadinya bisa Jalan terus jadi gabisa, kadang kejangkejang

C: kejang2nya itu karna apasih bu?

S: saraf

C: tapi faktor yang buat dia kambuh kejang2nya itu apa?

S: ya karna ga stabil kan syarafnya ini kadang

C: jadi murni internal ya? Bukan karna makanan atau apa

S: enggak. Karna inikan anaknya emang cacat bawaan, jadi susah, adalagi yang

cacatnya karna sakit ya. Panas tinggi,saking panasnya, kejang, waktu umur dua

tahun contohnya, padahal awalnya uda bisa lari-lari, ada, tiba2 panas tinggi, itu

bisa bikin kelumpuhan, lumpuh, kena saraf. Apalagi kalo kayak gitu terus

langsung biasanya bawa kerumah sakit terus diinfus, itu dengan infus itu

langsung ke saraf, bisa malah lumpuh. Ada juga karna pernikahan sedarah

C: ow jadi faktor2nya ya bu

S: pernikahan sedarah, disamping mau diaborsi tapi gagal, sering jatuh juga

C: dianya yang sering jatuh atau ibunya yang sering jatuh?

S: ibunya yang sering jatuh bisa waktu hamil, lalu anaknya uda jadi baby jatuh,

terus kena virus, virus tokso itu juga bisa

C: kalo kurang gizi gimana bu?

S: gizi enggak

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti akan meneliti yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan akhlak pemuda dan kendala apa saja yang mempengaruhi pembinaan akhlak pemuda di lembaga pemasyarakatan kelas

ANALISIS HANDOFF JARINGAN UMTS DENGAN MODEL PENYISIPAN WLAN PADA PERBATASAN DUA BASE STATION UMTS.. Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya Tugas Akhir

membujur pegunungan Meratus Utara dari barat ke timur yang juga menjadi.. batas wilayah Provinsi

Jaringan granulasi pada dasar ulkus merupakan komponen jaringan ikat yang terdiri dari fibroblas, makrofag, dan sel endotel yang berproliferasi membentuk pembuluh darah

Metode yang digunakan terhadap “Analisis Semiotik Dalam Kumpulan Puisi Love Poems ‘Aku dan Kamu’ Saduran Sapardi Djoko Damono,” adalah metode kualitatif deskriptif..

Menjelaskan Kewajiban Wajib Pajak dalam Pemeriksaan Tujuan Lain dengan benar 5.21.. Menjelaskan Kewajiban Wajib Pajak dalam Pemeriksaan Kantor untuk

Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini terkait dengan bahwa business governance,IT governance, dan kemampuan manajerial TI adalah penentu adaptabilitas

Terlihat bahwa energi mikro mini/mikro hidro naik mencapai 264 MW ( Off Grid ) atau 0,08% dari total energi nasional (target 0,1%) dengan skenario dasar pada tahun 2025 dan