REVISI MAKALAH
Sejarah dan pemikiran pendidikan Islam
“
perbandingan pendidikan masa orde baru dan reformasi
”DOSEN:
DOSEN: Muh. Idris, S.Ag. M.Ag
DISUSUN OLEH:
Nurvita Bani Mamonto
15.2.3.099
FAKULTAS/JURURSAN
TARBIYAH/ PAI 2
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah “sejarah
pemikiran pendidikan islam” yang membahas tentang perbandingan pendidikan masa orde baru dan reformasi. Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan mata
kuliah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
saya hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi . oleh karena itu saya
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak dosen mata kuliah sejarah pemikiran pendidikan islam yang telah
memberikan tugas, petunjuk, kepada saya sehingga termotivasi dan
menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Orang tua, teman dan kerabat yang telah turut membantu, membimbing, dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.
saya sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.Untuk itu kami selaku pemakalah meminta maaf apabila ada
kekurangan. saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
guna meningkatkan kualitas makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan
kesempurnaan hanya Allah-lah yang punya dan maha kuasa .Harapan kami
pemakalah, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan
antara kekuasaanmasa Sukarno (Orde Lama) dengan masa Suharto.Sebagai
masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan Gerakan 30
September tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upaya untuk: mengoreksi total
penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama, penataan kembali
seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia,melaksanakan
Pancasila dan UUD1945 secara murni dan konsekuen dan menyusun kembali
kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat
proses pembangunan bangsa.
Kekuasan Soekarno beralih ke Soeharto ditandai dengan keluarnya Surat
Perintah SebelasMaret (SUPERSEMAR) 1966. Setelah dikeluarkan
Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila
visi pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan
kemajuan bangsa. Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem
pendidikan yang memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah
bangsa. Karena itu, perubahan dalam subsistem pendidikan merupakan suatu
hal yang sangat wajar, karena kepedulian untuk menyesuaikan perkembangan
yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sudah seyogyanya sistem
pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun setiap perubahan juga harus
disertai dan dilandasi visi yang mantap dalam menjawab tantangan zaman.
Dengan lahirnya orde barudan tumpasnya pemberontakan PKI, maka
usaha untuk menegakkan cita-cita proklamasi 17 agustus 1945. Banyak
usaha-usaha yang memerlukan kerja keras dalam rangka untuk mewujudkan suatu
sistem pendidikan yangb betul-betul sesuai dengan tekad orde baru sebagai
orde pembangunan. Namun pada masa inipun pendidikan belum dikatakan
berhasil sepenuhnya, maka pada masa berikutnya yaitu masa reformasi
diperlukan adanya pembenahan, baik dalam bidang kurikulum, dimana
kurikulum harus ditinjau paling sedikit lima tahun.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang saya buat maka rumusan masalah adalah sbb:
1. pengertian dan latar belakang lahirnya masa orde baru
2. perkembangan kekuasaan dan kebijakan pemerintah pada masa orde baru
3. perkembangan sosial-budaya pada masa orde baru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan latar belakang terjadinya masa orde baru
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di
Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era
pemerintahan Soekarno.Setelah Gerakan 30 September 1965/PKI berhasil
ditumpas dan berbagai bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan mengarah pada
PKI, akhirnya ditarik kesimpulan PKI dituding sebagai dalang di belakang
gerakan itu. Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat kepada PKI. Kemarahan
rakyat itu diikuti dengan berbagai demonstrasi-demonstrasi yang semakin
bertambah gencar menuntut pembubaran PKI beserta organisasi massa
(ormasnya) dan tokoh-tokohnya harus diadili.1
Sementara itu, untuk mengisi kekosongan pimpinan Angkatan Darat, pada
tanggal 14 Oktober 1965, panglima Kostrad / Pangkopkamtib Mayor Jenderal
Soeharto diangkat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat. Bersamaan
dengan itu juga dilakukan tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur
PKI dan ormasnya.
Masyarakat luas yang terdiri dari berbagai unsur seperti kalangan partai
politik, organisasi massa, perorangan, pemuda, mahasiswa, pelajar, kaum
wanita secara serentak membentuk satu kesatuan aksi dalam bentuk Front
Pancasila untuk menghancurkan para pendukung Gerakan 30 September 1965 /
PKI yang diduga didalangi oleh PKI. Mereka menuntut dilaksanakannya
penyelesaian politis terhadap mereka yang terlibat dalam gerakan itu. Kesatuan
aksi yang muncul untuk menentang G30S/PKI di antaranya Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana
1
Indonesia (KASI) dan lain-lain. Kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam
Front Pancasila kemudian lebih dikenal dengan sebutan Angkatan 66.
2
Mereka yang tergabung dalam Front Pancasila mengadakan demontrasi
di jalan-jalan raya.Pada tanggal 8 Januari 1966 mereka menuju Gedung
Sekretariat Negara dengan mengajukan pernyataan bahwa kebijakan ekonomi
pemerintah tidak dapat dibenarkan. Kemudian pada tanggal 12 Januari 1966
berbagai kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila berkumpul
dihalaman Gedung DPR-GR untuk mengajukan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura)
yang isinya sebagai berikut:
Pembubaran PKI beserta organisasi massanya, Pembersihan Kabinet
Dwikora, Penurunan harga-harga barang.
Pada tanggal 15 Januari 1966 diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora
di Istana Bogor.Dalam sidang itu hadir para wakil mahasiswa.Presiden
Soekarno menuduh bahwa aksi-aksi mahasiswa itu didalangi oleh CIA (Central Intelligence Agency) Amerika Serikat.Kemudian pada tanggal 21 Februari 1966, presiden Soekarno mengumumkan perubahan kabinet.Ternyata
perubahan itu tidak memuaskan hati rakyat, karena banyak tokoh yang diduga
terlibat dalam G30S / PKI masih bercokol di dalam kabinet baru yang terkenal
dengan sebutan Kabinet Seratus Menteri.
Pada saat pelantikan kabinet tanggal 24 Februari 1966, para mahasiswa,
pelajar, dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana Merdeka.Aksi itu
dihadang oleh pasukan Cakrabirawa.Hal ini menyebabkan terjadinya bentrokan
antara pasukan Cakrabirawa dengan para demonstran yang menyebabkan
gugurnya seorang mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim.
Atas kematian Arif Rahman Hakim itu membuat suasana makin lama
makin memburuk.Sayang pemerintah tidak mengambil tindakan yang tegas
terhadap kejadian itu.Akhirnya demonstrasi semakin menjadi-jadi dan
pengganyangan terhadap PKI berlangsung di mana-mana.Akhirnya pemerintah
Soekarno kewalahan.Sedangkan kepercayaan kepada Mayor Jenderal Soeharto
masih dirong-rong oleh presiden Soekarno.Beliau masih berusaha untuk
mengelak memperjelas keterlibatan PKI. Aksi-aksi mahasiswa dan siswa ini
tidak saja terjadi di ibu kota Jakarta tetapi menjalar ke seluruh kota besar dan
kecil di seluruh tanah air yang mendapat dukungan dari masyarakat dan ABRI.
Aksi mahasiswa dan pelajar ini semakin jelas tujuannya.Mereka menginginkan
agar pemerintah segera memperbaiki keadaan, terutama keadaan ekonomi dan
keamanan.
1. Di Bidang Politik
Seperti telah diketahui, PKI sejak dulu ingin mendirikan negara Komunis
di Indonesia.Keinginan ini mendapat tantangan dari rakyat Indonesia, terutama
para perwira ABRI.Mereka ingin satu saja ideologi di Indonesia.Ideologi itu
ialah Pancasila dasar negara kita. Bila PKI berkuasa, maka ideologi Pancasila
pasti akan dihapuskannya. Apalagi ajaran komunis itu sangat tidak sesuai
dengan kepribadian kita.Indonesia adalah negara Pancasila.
2. Di Bidang Ekonomi
3
Menjelang lahir Tritura, keadaan ekonomi Indonesia sangat parah.Di
mana-mana terjadi kelaparan.Tidak ada lapisan mayarakat yang hidup
berkecukupan.Mereka yang terlihat agak baik kehidupannya adalah
orang-orang yang mendapat fasilitas dari PKI atau orang-orang-orang-orang yang bersekongkol
dengan partai itu.Kebutuhan sepuluh bahan pokok, yaitu kebutuhan sehari-hari
dikuasai oleh pemerintah.Akhirnya kebutuhan itu berada di tangan orang-orang
PKI yang ikut berkuasa dalam pemerintahan Presiden Ir. Soekarno. Dari
3
sepuluh bahan pokok itu yang paling utama ialah sandang dan pangan. Oleh
karena kebutuhan sepuluh bahan pokok itu dikuasai oleh pemerintah, maka
kepada rakyat diberikan jatah beras, sandang atau pangan.Dalih pemerintah Ir.
Soekarno pada waktu itu ialah agar kita berhemat, sebab revolusi belum selesai.
3. Di Bidang Pemerintahan
4
Dalam lembaga pemerintahan sebagian masih terdapat orang yang
berpaham komunis.PKI belum dibubarkan. Jenderal Soeharto sangat hati-hati
akan situasi ini. Ia masih harus memerlukan waktu untuk menentukan mana
kawan dan mana lawan. Bila tidak diambil tindakan yang bijaksana, akibatnya
akan bertambah buruk, apalagi keadaan bertambah buruk lagi, ketika Ir.
Soekarno menolak untuk mengeluarkan orang-orang Komunis atau PKI yang
duduk di lembaga pemerintahan.
DPRGR masih menampung orang-orang PKI.Keadaan seperti ini
menambah sulitnya keadaan.Apalagi orang-orang yang diangkat oleh Presiden
Soekarno menjadi para menteri masih dipenuhi oleh oknum-oknum PKI dan
organisasi yang seazas.Keadaan seperti ini harus dibersihkan.Demikianlah aksi
mahasiswa dan masyarakat.Seluruh rakyat menuntut agar kabinet harus
dibersihkan dari tangan-tangan orang PKI yang telah nyata terlibat dalam
Gerakan 30 September 1965 atau G.30 S/PKI.PKI dan antek-anteknya
mempunyai dasar dan pandangan hidup bangsa PANCASILA dan KAMI
Dibubarkan.
Setelah mempelajari situasi negara yang sangat penting itu Mayor
Jenderal Soeharto selaku Panglima Kostrad, Komando Keamanan dan
Pemulihan Keamanan mulai mencari langkah yang bijaksana untuk
mengatasinya. Sementara itu aksi mahasiswa meningkat terus yang ditunjukkan
langsung kepada Pendukung Soekarnoisme (BPS). Hal ini tentu sangat
berbahaya, sebab sudah ada dua golongan yang akan saling bermusuhan. Tetapi
berkat kebijaksanaan Mayor Jenderal Soeharto keadaan dapat diatasi.BPS
4Sjarif Usman, “Mengapa Rakyat Indonesia Mendukung Presiden Soeharto”, (Jakarta :
hilang dengan sendirinya dan KAMI seolah-olah mendapat angin.Semua
komponen dalam kesatuan aksi itu bekerjasama dengan ABRI selaku pelindung
dan pembela rakyat.Pada tanggal 26 Februari 1966, KAMI dibubarkan oleh
Presiden Soekarno, tetapi aksi Tritura tetap dilanjutkan.Rakyat tetap berdiri
disamping pemimpinnya. Walaupun Mayor Jenderal Soeharto telah mempunyai
konsep untuk menenangkan suasana, akan tetapi belum dapat berbuat banyak
Karena atasannya masih ada yaitu Presiden Soekarno. Oleh sebab itu perlu
dicari waktu yang tepat.
Dari KAMI yang dibubarkan, perjuangan berpindah secara estafet kepada
KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia).Demonstrasi bertambah
hebat.Suasana semakin memuncak.Jakarta berada dalam keadaan demam
revolusi. Penyerangan Cakrabirawa ke U. I. di gagalkan oleh Jenderal Soeharto
dengan menempatkan pasukan Kostrad di sana. Puncak kejadian ialah tanggal
11 Maret 1966, sewaktu Soekarno memimpin kabinet di istana negara, tiba-tiba
Ajudan Presiden, Kolonel Bambang Wijarno menyampaikan laporan kepada
Presiden, bahwa pasukan tentara yang tak dikenal kesatuannya, sedang menuju
istana. Soekarno terkejut, lalu menyerahkan pimpinan sidang kepada Dr.
Leimena, kemudian lari terbirit-birit menuju helikopter yang berada di halaman
istana.Wakil-wakil Perdana Menteri Dr. Soebandrio dan Chairul Saleh
mengikut di belakang.Mereka bertiga terbang ke Bogor.
Jenderal Soeharto mengirim delegasi ke Bogor untuk bermusyawarah
dengan Presiden.Delegasi itu terdiri dari tiga Jenderal, yaitu
AMIRMACHMUD, BASUKI RACHMAT dan M. JUSUF.Musyawarah
menghasilkan Surat Perintah 11 Maret yang berisi tentang pemindahan
kekuasaan eksekutif dari presiden Soekarno kepada Jenderal SOEHARTO.
Berdasarka Surat Perintah 11 Maret ini, Jenderal Soeharto mengeluarkan
keputusan membubarkan PKI atas nama Presiden, Keputusan ini sangat
mengejutkan Soekarno.
Dalam pada itu Jenderal Soeharto berusaha dengan gigih meyakinkan
tuntutan massa demonstran-demonstran, antaranya Dr. Soebandrio, tidak
mungkin dipertahankan lagi. Presiden Soekarno sudah dapat memahami dan
menerima keadaan itu.Tetapi pada tanggal 16 Maret 1966, tiba-tiba Presiden
Soekarno mengeluarkan pengumuman, yang isinya pada hakekatnya mencabut
isi dari Surat Perintah 11 Maret 1966. Pengumuman Presiden Soekarno ini
sangat mengejutkan Jenderal Soharto dan para Panglima militer, serta
membangkitkan kemarahan massa kembali
5
Jenderal Soeharto bertindak mendahului massa, sehingga keadaan tetap
dikuasai. Pada tanggal 18 Maret 1966 dikeluarkan Surat Keputusan atas nama
Presiden oleh Jenderal Soeharto, menangkap dan menahan lima belas Menteri,
serta menunjuk penggantinya sekali. Tindakan Jenderal Soeharto yang
mendahului massa ini, sangat mencengangkan. Jenderal Soeharto yang tadinya
diduga dan dituduh lamban, ternyata seorang yang bertindak tepat pada
waktunya, dengan perhitungan yang masak.Kekuatan Presiden Soekarno sudah
habis.Menurut hukum revolusi, riwayatnya sudah tamat, dan Presiden Soekarno
sudah tidak ada lagi.Kekuasaan sudah berada dalam tangan Jenderal Soeharto.
Sementara itu Jenderal Soeharto telah berusaha menyempurnakan MPRS,
DPRGR, DPA dan Lembaga Pemerintah Pusat yang lain. Dengan cara begini,
ia telah mengambil langkah-langkah untuk memberikan nafas bagi kehidupan
demokrasi kembali, setapak demi setapak, sesuai dengan kemungkinan. Pada
tanggal 20 Juni 1966, sampai tanggal 6 Juli 1966, diadakan sidang MPRS, yang
ke-IV di Jakarta.Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara, diminta
memberikan laporan kepada sidang, mengenai pemberontakan G 30 S yang
gagal.Pemberian laporan pertanggungan jawab oleh Presiden Soekarno itu,
sekaligus juga merupakan langkah mematuhi UUD 45.
B. Perkembangan kekuasaan dan kebijakan pemerintah pada masa
orde baru
1. perkembangan kekuasaan pada masa orde baru
5Sjarif Usman, “
6
Dengan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) Soeharto mengatasi
keadaan yang serba tidak menentu dan sulit terkendali itu.Dengan berkuasanya
Soeharto sebagai pemegang tampuk pemerintahan di negara Republik
Indonesia sebagai pengganti Presiden Soekarno, maka dimulailah babak baru
yaitu sejarah Orde Baru.
Pada hakikatnya, Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan
UUD 1945, atau sebagai koreksi terhadap penyelewengan-penyelewengan yang
terjadi di masa lampau. Di samping itu juga berupaya menyusun kembali
kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat
proses pembangunan bangsa.
Permulaan tahun 1967 suasana bertambah panas
lagi.Mahasiswa-mahasiswa turun ke jalan kembali, dengan sasaran yang terang, yaitu
Soekarno.Pada tanggal 23 Januari 1967, Jenderal Soeharto mengeluarkan
pengumuman yang bernada keras, terhadap kontra-kontra Orde Baru. Dalam
pengumuman itu, ditegaskan bahwa kesabaran yang diperlihatkan Angkatan
Bersenjata dalam menghadapi bencana Gestapu/PKI akan sampai pada
batasnya: “Di saat itu kita akan menarik garis yang jelas antara kita dan mereka
yang berdiri di luar garis yang telah ditentukan oleh MPRS. Barulah di waktu
itu, kita akan mengambil langkah-langkah yang tegas dan tindakan yang keras
terhadap siapapun”.
Setelah peristiwa G30S / PKI, negara Republik Indonesia dilanda
instabilitas politik akibat tidak tegasnya kepemimpinan Presiden Soekarno
dalam mengambil keputusan atas peristiwa itu.Sementara itu, partai-partai
politik terpecah belah dalam kelompok-kelompok yang saling bertentangan,
antara penentang dan pendukung kebijakan Presiden Soekarno.Selanjutnya,
terjadilah situasi konflik yang membahayakan persatuan dan keutuhan bangsa.
Melihat situasi konflik antara masyarakat pendukung Orde Lama dengan
Orde Baru semakin bertambah gawat, DPR-GR berpendapat bahwa situasi
konflik harus segera diselesaikan secara konstitusional. Pada tanggal 3 Februari
1967 DPR-GR menyampaikan resolusi dan memorandum yang berisi anjuran
kepada ketua Presidium Kabinet Ampera agar diselenggarakan Sidang
Istimewa MPRS.
7
Pada tanggal 20 Februari 1967, Presiden Soekarno menyerahkan
kekuasaan pemerintahan kepada Soeharto.Penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soekarno kepada Soeharto dikukuhkan di dalam sidang Istimewa MPRS.MPRS
dalam ketetapannya No.XXXIII/MPRS/1967 mencabut kekuasaan
pemerintahan negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai
Pejabat Presiden Republik Indonesia.Dengan adanya ketetapan MPRS itu,
situasi konflik yang merupakan sumber instabilitas politik telah berakhir secara
konstitusional.
Sekalipun situasi konflik berhasil diatasi, namun kristalisasi Orde Baru
belum selesai. Untuk mencapai stabilitas nasional diperlukan proses yang baik
dan wajar, agar dapat dicapai stabilitas yang dinamis, yang mendorong dan
mempercepat pembangunan. Proses ini dimulai dari penataan kembali
kehidupan politik yang berlandaskan kepada Pancasila dan UUD 1945.
Usaha penataan kembali kehidupan politik dimulai pada awal tahun 1968
dengan penyegaran DPR-GR. Penyegaran ini bertujuan untuk menumbuhkan
hak-hak demokrasi dan mencerminkan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam
masyarakat. Komposisi anggota DPR terdiri dari wakil-wakil partai politik dan
golongan karya.Tahap selanjutnya adalah penyederhanaan kehidupan
kepartaian, keormasan dan kekaryaan dengan cara pengelompokkan
partai-partai politik dan golongan karya. Usaha ini dimulai tahun 1970 dengan
mengadakan serangkaian konsultasi dengan pimpinan partai-partai politik.
Hasilnya lahirlah tiga kelompok di DPR yaitu:
Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari parta-ipartai PNI,
Parkindo, Katolik, IPKI, serta Murba, Kelompok Persatuan Pembangunan yang
terdiri dari partai-partai NU, Partai Muslimin Indonesia, PSII, dan Perti,
Sedangkan kelompok organisasi profesi seperti organisasi pemuda, organisasi
tani dan nelayan, organisasi seniman dan lain-lain tergabung dalam kelompok
Golongsan Karya.8
Selanjutnya pemerintah Orde Baru memurnikan kembali politik luar
negeri yang bebas-aktif.Politik konfrontasi dengan Malaysia
dihentikan.Normalisasi hubungan Indonesia-Malaysia berhasil dicapai dengan
ditandatanganinya Jakarta Accord pada tanggal 11 Agustus 1966.Kemudian pemerintah memutuskan untuk kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28
September 1966, guna mengembalikan kepercayaan dunia internasioanal serta
menumbuhkan saling pengertian yang sangat bermanfaat bagi pembangunan.
Di samping itu, untuk mempererat dan memperluas hubungan kerja sama
regional bangsa-bangsa Asia Tenggara, pada tanggal 8 Agustus 1967 Deklarasi
Bangkok berhasil ditandatangani. Dengan ini, lahirlah Perhimpunan
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau Association of South East Asian Nation
(ASEAN).Perhimpunan ini beranggotakan Indonesia, Muangthai, Malaysia,
Singapura, dan Filipina.
2. Kebijakan pemerintah pada masa orde baru
Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, langkah
selanjutnya yang ditempuh oleh pemerintah adalah melaksanakan
Pembangunan Nasional.Pembangunan Nasional yang diupayakan pada zaman
Orde Baru direalisasikan melalui Pembangunan Jangka Pendek dan
Pembangunan Jangka Panjang.Pembangunan Jangka pendek dirancang melalui
Pembangunan Lima Tahun (pelita).Setiap pelita memiliki misi pembangunan
dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia.
9
Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional
tersebut, maka MPR telah menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) sejak tahun 1973, yang pada dasarnya merupakan pola umum
pembangunan nasional dengan rangkaian program-programnya. GBHN
dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang berisi
program-program konkret yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima
tahun. Pelaksanaan Repelita telah dimulai sejak tahun 1969.Dilakukan
pembangunan nasional pada masa orde baru dengan tujuan terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Arah
dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala
bidang.Pedoman pembangunan nasional adalah Trilogi Pembangunan dan
Delapan Jalur Pemerataan.Inti dari kedua pedoman tersebut adalah
kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan
ekonomi yang stabil.
Selama periode Orde Baru terdapat 6 pelita, yaitu :
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi
landasan awal pembanguna ORBA, Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974
hingga 31 Maret 1979, Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31
Maret 1984, Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989,
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994, Dilaksankan
pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999
C. Perkembangan Sosial Budaya pada Masa orde baru
1. Pendidikan
10
Kebijaksanaan pokok di bidang pendidikan dan sekaligus pembinaan
generasi muda di arahkan kepada pemecahan secara mendasar dari sejumlah
masalah pokok yang berkaitan satu sama lainnya. Pemecahan itu dilakukan
secara sistematis dan bertahap khususnya terhadap sistem pendidikan.
9Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, (Jakarta: Balai pustaka 1992)h.441
Pemecahan secara mendasar itu antara lain menyangkut kebijaksanaan
untuk menciptakan kesempatan belajar yang lebih luas. Dan ini di imbangi pula
dengan kebijaksanaan peningkatan mutu pendidikan.Khususnya pendidikan
tinggi di arahkan pada sasaran pembinaan mahasiswa yang mampu menjawab
tantangan moderanisasi.Pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan
relevansinya dengan situasi riil masyarakat.karena itulah sistem pendidikan
sering di kaitkan dengan kebijaksanaan pengembangan kesempatan dan
kualifikasi bagi jenis-jenis lapangan kerja yang di perlukan oleh pembangunan
nasional. Di samping itu diselaraskan pula dengan keperluan pembangunan
daerah. Dengan kata lain pengembangan sistem pendidikan bertujuan
melakukan pembaharuan sistem pendidikan secara menyeluruh. Tujuannya
adalah terwujudnya sistem pendidikan nasional yang efektif, efisien, dan serasi
dengan tujuan pembangunan dan tujuan nasional. Usaha ini dilakukan dengan
membina dan memantapkan sistem informasi pendidikan. Dan penilaian serta
penelitian secara terus menerus terhadap sistem pendidikan yang sedang
berjalan.
11
dengan patokan penilaian secara terus menerus terhadap sistem
pendidikan itu, maka pertama-tama kita kenalkan dengan konsepsi menteri
Mashuri S.H., Menteri P dan K ini mengajukan kosepsi yang dikenal sebagai
konsepsi sekolah pembangunan.Dalam konsepsi sekolah pembangunan para
anak didik dikenalkan pada jenis-jenis dan lapangan sert lingkungan kerja. Hal
ini dimaksudkan agar mereka dapat melihat kemungkinan untuk memberikan
jasa melalui karyanya. Dan itu berarti kepada anak didik bukan hanya diberikan
pelajaran teori, tapi juga diperkenalkan kepada sejumlah pekerjaan yang
kira-kira bisa mereka lakukan. Dengan cara itu mereka akan dapat menyalurkan
bakatnya masing-masing dan sekaligus dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan kerja yang mereka akan hadapi. Dalam konsepsi ini anak-anak
diberi pengertian akan dirinya sejak mulai dari rumah, disekolah hingga ke
dalam masyarakat.
sekolah pembangunan merupakan perwujudan dari prinsip bahwa
pendidikan harus serasi dengan kenyataan-kenyataan yang hidup dalam
masyarakat. Konsepsi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh terjadinya
perombakan sistem pendidikan dibeberapa Negara, baik di Asia maupun di
Amerika. Perombakan sistem pendidikan yang dilakukan oleh Negara-negara
tersebut umumnya dimaksudkan untuk memecahkan masalah dispensasi
anatara jumlah lulusan sekolah dengan tersediannya lapangan kerja. Bagi
Indonesia usaha itu juga dimaksudkan untuk menghilangkan anggapan bahwa
pendidikan hanya mengejar ijazah saja. Pendidikan bertujuan untuk
memberikan kemampuan kepada anak-anak agar mereka langsung dapat
berkarya.
Dalam Usaha untuk mengkonkretkan konsepsi sekolah pembangunan itu
telah diadakan seminar dan lokakarya sekolah pembangunan. Diantara hasilnya
terdapat pemikiran bahwa penyebaran dan pengembangan sekolah tersebut
tidak menggunakan pendekatan (approach) sekolah, melainkan dengan sistem
teritorial, berdasarkan wilayah gerak pendidikan yang setingkat denga
kabupaten. sedangkan di desa-desa dibentuk wilayah-wilayah desa.
Bagaimanapun juga konsepsi pembangunan sekolah itu harus disesuaikan
dengan prioritas pembangunan, yakni di bidan pertanian. Karena itu menjelang
pelita I bidang pendidikan pertanian ini di peroleh perhatian utama.meskipun
demikian pemerintah tetap menjaga adanya keseimbangan antara pendidikan
umum dengan pendidikan kejuruan. hal itu antara lain disebabkan karena
kebutuhan pembangunan untuk meliputi berbagai bidang, Walaupun bidang
pertanian memperoleh prioritas utama.
Kecuali kebutuhan pembangunan masalah yang dihadapi dalam bidang
pendidikan adalah meledaknya kelompok usia anak-anak yang harus
memperoleh pendidikan. Karena itulah pada pelita II perluasan dan pemerataan
kecuali bertambahnya kelompok-kelompok usia anak didik, juga karena makin
membesarnya jumlah lulusan yang berbakat dan mencari tempat belajar pada
tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Angka-angka berikut ini menggambarkan
bagaimana perluasan kesempatan belajar itu meningkat dengan hebatnya.
Untuk tingkat sekolah dasar umpamanya, pada pelita I baru dapat di tamping
sekitar 13,1 juta murid, tapi pada akhir pelita II jumlah untuk meningkat
menjadi 20,9 juta murid. Tingkat sekolah lanjutan pertama yang pada pelita I
baru 1,5 juta siswa kemudian melonjok menjadi 2,5 juta siswa pada tahun
1978. Begitu juga sekolah lanjutan atas pada tahun1973 berjumlah 864 ribu
siswa pada tahun 1978melonjak menjadi 1.226.000.
12
Selain sistem pendidikan, perluasan kesempatan belajar, satu masalah
lain yang perlu memperoleh perhatian adalah pendidikan luar sekolah
(pendidikan non-formal). Hal ini desebabkan karena tidak semua anak bisa
bersekolah karena alasan-alasan tertentu. Jumlahnya bahkan melebihi
mereka-mereka yang kebetulan memperoleh kesempatan untuk bersekolah.
Usaha-usaha ini umpamanya dilakukan dengan pembinaan melalui karang taruna,
kursus-kursus keterampilan dan sebagainya.
Berhubungan erat dengan sistem pendidikan adalah kurikulum
pendidikan. Selain mata pelajaran yang biasa diberikan di sekolah-sekolah,
mata pelajaran agama menjadi mata pelajaran wajib dari tingkat sekolah dasar
sampai ke perguruan tinggi. Hal ini mulai dilakukan sejak permulaan orde
baru. Menjadi wajibnya mata pelajaran agama antara lain berhubungan juga
denga peristiwa meletus pemberontakan G-30-S/PKI, dimana pada masa-masa
sebelumnya mata pelajran agama agak dikesampingkan .
Dibidang pendidikan Agama dan latihan tenaga keagamaan juga
dilakukan peningkatan mutu. Untuk tujuan itu telah di usahakan kerjasama
antar departemen yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan,
khususnya pada tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah. Kerjasama itu
antara lain dalam usaha pembangunan gedung, bantuan buku-buku pelajaran,
perbaikan kurikulum, serta penataran guru. Sementara itu untuk meningkatkan
pembinaan pondok pesantren, telah diberikan bantuan dan pengarahan agar
lembaga itu dapat berkembang sebagai salah satu pusat pembinaan kader-kader
pembangunan masyarakat desa, di samping funsinya sebagai lembaga
pendidikan isalam.
Dibidang pendidikan tinggi, baik di universitas dan intansi juga di adakan
perbaikan-perbaika. Salah satu usaha perbaikan kurikulum yang menonjol
adalah memperkenalkan sistem kredit, yang pemakaiannya mulai dilaksanakan
di berbagai universitas pemerintah. Sistem ini memungkinkan para mahasiswa
yang berbakat untuk mengatur studinya sendiri sesuai dengan petunjuk
kurikulum yang ditetapkan.Pemakaian sistem kredit ini memungkinkan para
mahasiswa mempercepat penyelesaian pendidikannya disbanding dengan
lamanya waktu yang diperlukan dalam sistem yang lama. Sitem it uterus
disempurnakan dan pemakaiannya diusahakan merata pada berbagai perguruan
tinggi.
13
Dari uraian di atas terlihat bahwa sejak orde baru memegang tampuk
pemerintahan telah banyak perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan dibidang
pendidikan. Namun demikian perbaikan-perbaikan itu di anggap masih belum
memadai disbanding dengan tantangan pendidikan yang yang sedang dan akan
muncul. Karena itulah ketika Dr.Daoed Joesoef menjabat sebagai menteri P
dan K dalam cabinet pembangunan III tindakan fundamental yang
dilakukannya adalah membentuk komisi pembaharuan pendidikan. Komisi ini
terdiri dari wakil-wakil masyarakat yang menghayati dan menaruh perhatian
besar terhadap masalah pendidikan.
Tugas komisi adalah untuk merumuskan dasar-dasar sistem, kerangka
materi dan arah jangka panjang pendidikan.Dalam hal ini sistem pendidikan
harus dilihat di dalam keseluruhan lingkungan kehidupan manusia.Rumusan
komisi setelah mendapat dukungan luas kemudian di jabarkan menjadi
rancangan undang-undang pokok pendidikan dan kebudayaan.
Komisi telah bekerja sama satu setenga tahun dengan tiga tahapan kerja.
tahap pertama bertukar pikiran dengan masyarakat tentang apa yang di inginkan
masyarakat dan pendidikan, di samping mengadakan penilaian keadaan
pendidikan secara menyeluruh. Tahap kedua merumuskan hasil kerja yang
dilakukan pada tahap pertama dengan memperhatikan sara-saran para ahli
pendidikan.Tahap ketiga digunakan oleh komisi untuk mendapatkan
saran-saran dari masyarakat luas tentang rumusan yang telah dibuat, dan kemudian
dirumuskan kembali berdasarkan saran-saran yang masuk.
Masalah yang erat berhubungan dengan pembaharuan sistem pendidikan
adalah suasana kampus sendiri. Kampus yang tenang memungkinkan para
civitas academicamemfokuskan dirinya pada masalah-masalah akademis. Untuk tujuan itu, langkah kedua yang dilakukan Daoed Joesoef adalah
kebijaksanaan yang terkenal dengan nama Normalisasi Kehidupan Kampus
(NKK). NKK pada pokoknya adalah meredefinisi dari lembaga-lembaga
kemahasiswaan secara mendasar, funsional dan bertahap. Menurut jalan pikiran
itu, NKK akan membawa mahasiswa kepada kepribadiannya yang hakiki, yakni
manusia pemikir dan penganalisa. Mahasiswa dibangunkan untuk mewujudkan
kekuasaan riil yang secara potensial di kandungannya.
14
Sasaran terakhir dari NKK adalah mempersiapkan mahasiswa untuk
menduduki tempat-tempat strategis dalam jaringan yang disebut teknostruktur.
Teknostruktur adalah jaringan jaringan dari satu aparat birokratis dalam satu
jenis kegiatan masyarakat itu amat banyak, maka jenis teknostruktur itu juga
menjadi kompleks. Jika pertanian sebagai sebuah teknostruktur akan dijadikan
efektif dan efisien, diperlukan disebelah hilirnya diserangkaian jasa-jasa
penting seperti penelitian, programing,dan studi kasus. Sedangkan dibagian
hilirnya di perlukan pula jasa-jasa berupa pengumpulan yang tepat pada
waktunya, pergudangan, distribusi, transportasi, dan pemasaran. Semuanya itu
harus berjalan dalam satu jaringan organisasi atau permainan
tertentu.Keseluruhan itulah yang disebut teknostruktur.
karena mahasiswa diharapkan nantinya akan menduduki teknostruktur,
maka tanggung jawab esensial mahasiswa adalah membangkitkan kekuatan
penalaran individual (the individual power of the reason). Hal ini antara lain karena pengetahuan dan pemikiran bersumber pada penalaran. Penalaran adalah
dasar yang menentukan untuk mampu berpikir analisis dan sintesis.
Tujuan pokok dari konsepsi membangkitkan kekuatan penalaran
individual adalah merobah aktivitas mahasiswa Indonesia dari
kesibukan-kesibukan yang tidak perlu dan menghabiskan waktu menjadi mahasiswa
pemikir dan penganalisa. Sebagai mahasiswa ia tidak hanya memburu ijazah,
tetapi seharusnya merupakan penghasil gagasan (ide) yang di sajikan dalam
bentuk pemikiran yang sistematis. Kekuatan penalaran, apabila
pembentukannya dilatih dan dibina secara teratur dan sistematis dalam diri
mahasiswa, akan merupakan sumber yang subur dari kreativitas.
Sebaliknya dengan menonjolkan kekuatan penalaran, tidak berarti
mahasiswa dilarang melakukan aksi-politik. Hal itu akan dapat dilakukannya
dengan mengajukan gagasan dan interpretasi mengenai apa yang di anggapnya
sebagai kepentingan masyarakat atau nasional. Jadi politik sebagi arti arena
atau tempat untuk menguji gagasan.Dan itu berarti memasuki Jaringan
teknostruktur.
2. Perkembangan budaya
15
Terdapat Perkembanagn erat antara perkembangan pendidikan dengan
perkembangan pendidikan dengan perkembangan seni. Dalam peningkatan dan
pengembangan seni nasional, segala usaha dan kegitan di arahkan kepada
usaha-usaha yang dapat memperkuat kepribadian nasional, kebanggaan, serta
kesatuan nasional.Untuk itu telah diadakan langkah-langkah peningkatan
pembinaan dari pengembangan seni secara luas.Hal itu dilakukan melalui
sekolah, kursus seni, organisasi seni, dan wadah-wadah kegiatan seni lainnya
dalam masyarakat. Selain itu pembentukan pusat-pusat pengembangan seni
telah diperbanyak. Hal itu karena fungsinya sangat yang sangat penting sebagai
arena usaha pemeliharaan, pembinaan, serta pengembangan kehidupan seni
bangsa. Tidak kalah pentingnya adalah pengamanan seni, untuk menjamin dan
meneruskan warisan seni. Usaha itu antara lain mencakup usaha inventarisasi,
dokumentasi, dan peneli tian warisan budaya nasional, pembinaan dan
pemeliharaan peninggalan-peninggalan purbakala.
Berdasarkan pola umum kebijaksanaan seni maka selama pelita ke I
terlihat dibangun pusat-pusat seni seperti di Jakarta, Surakarta, Yogyakarta,
Medan, Ujungpandang, dan Denpasar.Didirakan pula lembaga konservatori di
Jakarta, di Bandung, Yogyakarta , Surakarta , Denpasar, Ujungpandang.
Dilakukan pula restorasi candi Borobudur, rehabilitasi gedung-gedung museum,
seperti yang telah dilakukan di Jakarta dan Bali.
Dalam pelita II usaha-usaha itu lebih ditingkatkan. Empat langkah penting
telah di ambil oleh pemerintah , yakni meningkatkan usaha penyelamatan
pemeliharaan dan penelitian warisan sejarah budaya nasional serta budaya
daerah, pengembangan pendidikan budaya dan seni, pengembangan bahasa dan
sastra, dan pengembangan pembukuan dan majalah pengetahuan seni. Keempat
langkah tersebut sebelumnya telah dicantumkan dalam pelita II.
Tujuan pendidikan dan pengembangan seni adalah untuk mendidik dan
membentuk seniman dan pengarang yang memiliki daya cipta dan kreativitas
yang tinggi. Kecuali itu telah di usahakan mempertinggi daya penghayatan seni
di kalangan khalayak ramai.
Pengembangan bahasa dan sastra, telah dimulai dengan peresmian
pemakaian ejaan bahasa Indonesia sejak tanggal 16 agustus 1972. Kemudian
diikuti pula dengan memulai meningkatkan pemakaian tata-istilah, kosa-kata,
tata bahasa, dan meniadakan pemakaian kata-kata asing yang benar-benar tidak
buku sumber termasuk buku pedoman tentang ejaan dan istilah indinesia,
penyusunan buku perbendaharaan kata, pengajaran,sosiolinguistik, sejarah
bahasa dan dialektologi. Disamping itu telah diterbitkan pula berbagai kamus
bahasa daerah seperti kamus bahasa mandarin, kamus bahasa jawa, dan banten.
Dalam pengembangan bahasa Indonesia pula telah dilakukan kerjasama antara
Indonesia dan Malaysia , melalui panitia pengembangan bahasa Indonesia dan
majelis bahasa Indonesia untuk masyarakat dilakukan dilakukan melalui siaran
TVRIn dan penerbitan majalah pengajaran bahasa dan sastra.
16
Di bidang penyelamatan, pemeliharaan dan penelitian warisan sejarah
nasional telah dilakukan usaha, antara lain menginventarisasi peninggalan
purbakala, yang meliputi 1165 situs di 26 provinsi. Selain itu telah dilakukan
pula rehabilitasi dan perluasan museum.
17
Tentang perkembangan seni drama, pada masa orde baru usaha-usaha
mempertinggi derajat serta mutu kesandiwaraan umumnya terutama berpusat
pada serikat Artis Sandiwara.Hal ini terutama terdapat pada masa
revolusi.Sejak tahun 1965, bentuk seni drama memperoleh corak baru.
Dramawan-dramawan terkemuka seperti W.S Rendra, Arifin C. Noer,
Ikranegara, dan lain-lain telah membawakan bentuk cerita-cerita baru dalam
setiap pementasannya. Sebagian dari pementasan itu merupakan karya-karya
terjemahan, di samping ciptaan mereka sendiri. Corak cerita adakalanya
mempunyai warna protes sosial, yakni suatu mode yang sering ditampilkan para
seniman pada masa orde baru . Mereka sering juga menampilkan suasana yang
hidup di kalangan masyarakat ke panggung sandiwara, yang sedikit banyak
masih ada pengaruh keresahan. Kalau tidak, mereka sudah berhenti sebagai
seniman.Karena pada jiwa yang resah sering muncul karya-karya yang besar.
Mengenai masalah seni daerah dapatlah dikemukakan bahwa sebagai
akibat meluasnya publikasi dalam pers, banyak orang-orang yang tinggal di
16Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, (Jakarta: Balai pustaka 1992)h.504
daerah telah membaca atau mendengar perkembangan seni di ibukota
negaranya, meskipun mereka tidak pernah pendapatkan kesempatan untuk
menyaksikannya sendiri. Mengenai penyesuaian nilai-nilai tradisional untuk
kehidupan modern hingga saat ini masih berada dalam tingkat percobaan. Seni
tradisional berhubungan erat dengan siklus perkembangan hidup manusia,
misalnya khitanan dan perkawinan. Karena itu seni tradisional bersifat sacral
dan bukan bersifat hiburan.
Perkembangan seni bangunan juga memperlihatkan kemajuan. pada
masa-masa sebelumnya, keadaan bangunan di kota-kota pada umumnya
kurang berketentuan dan tidak menyelaraskan diri dengan alam.
Sekolah-sekolah, kantor-kantor besar, took, gedung tua, pondok rakyat, berselang seling
sepanjang satu jalan atau dalam bagiankota yang seharusnya mempunyai
ketentuang pasti.
18
Sejak Pemerintah Orde Baru maka perubahan-perubahan
Nampak.Bangunan di susul oleh awal pelita III, maka perubahan-perubahanpun
Nampak. Bangunan-bangunan yang akan di dirikan di kota-kota tidak boleh
menyimpang dari rencana induk pemekaran dan pembangunan kota. Di setiap
daerah di bentuk Badan Perancang Pembangunan Daerah ( Bappeda), yang
salah satu bagiannya merencanakan juga bentuk tata kota. Perkembangan ini
juga dengan sendirinya merangsang seni bangunan modern, yang banyak
sedikitnya terpengaruh oleh corak bangunan asing. namun sering juga
dilakukan pencampuran corak bangunan tradisional dengan seni modern , yang
ternyata menghasilkan bentuk yang serasi juga. Hal ini sekaligus
menggambarkan bahwa semangat untuk melestarikan corak bangunan asli tetap
terus hidup di kalangan arsitek-arsitek bangunan kita.Di suatu pihak mereka
memperoleh pendidikan modern disekolah-sekolah tinggi, namun dalam
karya-karya mereka tetap mendekatkan diri pada budaya nasional.
Mengenai film sebagai salah satu wahana budaya dapat dipergunakan
sebagai sarana penerangan, pendidikan dan sekaligus hiburan, pada masa orde
lama diadakan pembatasan yang ketat terhadap film-film impor, khususnya dari
Eropa dan Amerika, maka pemerintah orde baru agak melonggarkan
pembatasan itu, namun dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain, seperti itu
tidak berarti setiap film barat dapat di putar di Indonesia. Keluwesan terhadap
film asing diiringi dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain, seperti seleksi
yang ketat. Tujuannya adalah agar tidak merusak moral bangsa Indonesia dan
sepanjang film-film impor itu tidak mematikan pemasaran film-film produksi
dalam negeri.
Kemajuan teknologi modern dewasa ini telah mampu mengembangkan
dunia perfilman menjadi suatu usaha industri dan perdagangan bebas. Akibat
dari sampingan hal itu adalah munculnya persaingan hebat baik dalam produksi
film, memperebutkan kuota film impor, pemasaran,peredaran dan
perbioskopan. Untuk tujuan itulah pemerintah sedang mempersiapkan sebuah
rancangan undang-undang pokok perfimn, yang tujuannya bukan hanya untuk
melindungi dan mengembangkan perfilmn nasional, juga untuk menjadikan
corak film Indonesia yang kultural edukatif
3. Perkembangan pers dan media elektronika
19
Titik tolak dari pembinaan pers nasional adalah ketetapan siding umum
MPRS IV tahun 1966. Dalam ketetapan ini disebutkan “ Kebebasan pers
Indonesia adalah kebebasan untuk menyatakan serta menegakkankebenaran
dan keadilan, dan bukanlah kebebasan dalam pengertian libelarisme”
Disebutkan juga bahwa kebebasan pers berhubungan erat dengan keharusan
adanya pertanggung jawaban, atau singkatnya pers yang bertanggung jawab
Dengan dasar itu kemudian disyahkan Undang-Undang No.11
tahun1966 tentang ketentuan-ketentuan pokok pers, yang kemudian
disempurnakan lagi dengan Undang-undang No.4 tahun 1967. Fungsi Pers
Nasional menurut undang-undang tersebut adalah sebagai alat revolusi dan
merupakan mass media yang bersifat aktif, dinamis kreatif, edukatif,
informative, dan mempunyai fungsi kemasyarakatan penorong dan penumpuk
daya pikiran kritis dan progresif meliputi segala perwujudan kehidupan
masyarakat Indonesia. Karena itu per mempunyai hak kontrol, kritik dan
koreksi yang bersifat korektif dan konstruktif.
Untuk melaksanakan fungsi, kewajiban dan hak pers, mereka
membentuk tiga organisasi profesi, yakni : Persatuan Wartawan Indonesia (P WI) , Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), dan Serikat Grafika Pers (SGP).
Ketiga organisasi ini kemudian membentuk dewan pers yang bertugas untuk
mendampingi pemerintah dalam bersama-sama membina pertumbuhan dan
perkembangan pers nasional. Anggota dewan pers terdiri dari wakil-wakil
organisasi dan ahli-ahli dalam bidang pers, sedangkan ketuanya langsung di
pegang oleh menteri penerangan. Karena dewan pers bertugas mendampingi
pemerintah, maka secara tidak langsung ia merupakan forum penyalur
aspirasi-aspirasi pers dalam rangka komunikasi timbal balik dan interaksi
antara pemerintah, pers dalam masyarakat.
4. Penataran P-4 Sebagai gerakan Budaya
20
Pancasila adalah bagian dari pada sistem nilai budaya dan filosofis idil
dari bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari jiwa dan nilai-nilai ‟45, Pancasila telah diterima dan disepakati sebagai nilai luhur oleh segenap masyarakat
Indonesia. Pancasila memberi kekuatan hidup kepada bangasa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di
dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Walaupun Pancasila secara resmi telah menjadi falsafah bangsa sejak
tahun 1945, namum hampir tiga dekade sesudah itu baru di tetapkan detail
perumusan konsepsi yang di kandungnya. Pada bulan februari 1959 pernah
diadakan seminar mengenai Pancasila di Yogyakarta, dan setelah itu berbagai
seminar juga diadakan selain bermunculan bengkel-bengkel pancasila di
berbagai di perguruan tinggi. Namun kesemuanya itu malah memunculkan
tafsiran yang bermacam-macam mengenai pancasila karena itulah dalam
banyak kesempatan presiden Soeharto menganjurkan agar pancasila disatu
tafsirkan. Pada Dies Natalis Universitas Gajah Madah tahun 1974 kembali
presiden menekankan anjuranya itu.
Salah satu organisasi sosial yang memanfaatkan seruan itu adalah Dewan
Harian Nasional Angkatan ‟45, yang pada tahun itu juga membentuk panitia
khusus yang terdiri dari : Dr. Moh. Hatta (sebagai ketua) , Mr. Ahmad
Subardjo, Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo, Prof. Mr. Sunario dan A.A Maramis (
masing-masing sebagai anggota). Karena panitia ini terdiri dari lima orang,
maka disebut sebagai panitia lima. Tugas panitia lima adalah merumuskan
tafsiran pancasila. Panitia ini pada tanggal 10 febuari 1975, mengumumkan
hasil kerjanya kepada pers yang mereka namakan „ UraianPancasila”.
D. Pendidikan pada masa orde baru dan pendidikan pada masa
revormasi
1. Pendidikan pada masa orde baru
Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan
sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan
dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Namun, yang
disayangkan adalah pengaplikasian inpres ini hanya berlangsung dari segi
kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang terpenting pada
masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa
memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan.
Pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru ternyata banyak
menemukan kendala, karena pendidikan orde baru mengusung ideologi
EBTANAS, UMPTN, menjadi seleksi penyeragaman intelektualitas peserta
didik.
Pada pendidikan orde baru kesetaran dalam pendidikan tidak dapat
diciptakan karena unsur dominatif dan submisif masih sangat kental dalam pola
pendidikan orde baru. Pada masa ini, peserta didik diberikan beban materi
pelajaran yang banyak dan berat tanpa memperhatikan keterbatasan alokasi
kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang lain untuk menjadi peka
terhadap lingkungan. Beberapa hal negatif lain yang tercipta pada masa ini
adalah:
Produk-produk pendidikan diarahkan untuk menjadi pekerja. Sehingga,
berimplikasi pada hilangnya eksistensi manusia yang hidup dengan akal
pikirannya (tidak memanusiakan manusia), Lahirnya kaum terdidik yang
tumpul akan kepekaan sosial, dan banyaknya anak muda yang berpikiran
positivistik, Hilangnya kebebasan berpendapat. 21
Pemerintah orde baru yang dipimpin oleh Soeharto megedepankan motto
“membangun manusia Indonesia seutuhnya dan Masyarakat Indonesia”. Pada masa ini seluruh bentuk pendidikan ditujukkan untuk memenuhi hasrat
penguasa, terutama untuk pembangunan nasional. Siswa sebagai peserta didik,
dididik untuk menjadi manusia “pekerja” yang kelak akan berperan sebagai alat penguasa
dalam menentukan arah kebijakan negara. Pendidikan bukan ditujukan
untuk mempertahankan eksistensi manusia, namun untuk mengeksploitasi
intelektualitas mereka demi hasrat kepentingan penguasa.
Kurikulum-kurikulum yang digunakan pada masa orde baru yaitu sebagai
berikut:
a. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan.
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif, dengan
hanya menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori
tersebut. Aspek afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini.
Praktis, kurikulum ini hanya menekankan pembentukkan peserta didik hanya
dari segi intelektualnya saja.
b. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif
dan efisien berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI), yang dikenal dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan
instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran,
alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru
wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses
belajar-mengajar berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan
program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah di atur dan dijadwalkan
sedari awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi
sistematis dan bertahap.22
c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”. Proses menjadi
lebih penting dalam pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini
menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi ditemukan dalam kurikulum ini. Pada
kurikulum ini siswa diposisikan sebagai subjek dalam proses belajar mengajar.
Siswa juga diperankan dalam pembentukkan suatu pengetahuan dengan diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan mendiskusikan
sesuatu.
d. Kurilukum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum-kurikulum 1975 dan 1984. Pada kurikulum-kurikulum ini
bentuk opresi kepada siswa mulai terjadi dengan beratnya beban belajar siswa,
dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak
agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Siswa dihadapkan dengan
banyaknya beban belajar yang harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak
memiliki pilihan untuk menerima atau tidak terhadap banyaknya beban belajar
yang harus mereka hadapi.
2. Pendidikan pada masa revormasi
Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan
kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan revolusioner.
Bentuk kurikulum menjadi berbasis kompetensi. Begitu pula bentuk
pelaksanaan pendidikan berubah dari sentralistik (orde lama) menjadi
desentralistik. Pada masa ini pemerintah menjalankan amanat UUD 1945
dengan memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan belanja negara.
“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen (20%) dari anggaran pendapatan dan belanja negara, serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
Dengan didasarkan oleh UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah, yang diperkuat dengan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah, maka pendidikan digiring pada pengembangan
lokalitas, di mana keberagaman sangat diperhatikan. Masyarakat dapat berperan
aktif dalam pelaksanaan satuan pendidikan.
Pendidikan di era reformasi 1999 mengubah wajah sistem pendidikan
Indonesia melalui UU No 22 tahun 1999, dengan ini pendidikan menjadi sektor
pembangunan yang didesentralisasikan. Pemerintah memperkenalkan model
“Manajemen Berbasis Sekolah”. Sementara untuk mengimbangi kebutuhan
akan sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibuat sistem “Kurikulum Berbasis Kompetensi”.
Memasuki tahun 2003 pemerintah membuat UU No.20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menggantikan UU No 2 tahun 1989., dan
sejak saat itu pendidikan dipahami sebagai: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.23
pendidikan di masa reformasi juga belum sepenuhnya dikatakan berhasil.
Karena, pemerintah belum memberikan kebebasan sepenuhnya untuk
mendesain pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan lokal,
misalnya penentuan kelulusan siswa masih diatur dan ditentukan oleh
pemerintah. Walaupun telah ada aturan yang mengatur posisi siswa sebagai
subjek yang setara dengan guru, namun dalam pengaplikasiannya, guru masih
menjadi pihak yang dominan dan mendominasi siswanya, sehingga dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan proses pendidikan Indonesia masih jauh dari
dikatakan untuk memperjuangkan hak-hak siswa.
Ada beberapa kesalahan dalam pengelolaan pendidikan pada masa ini,
telah melahirkan hasilnya yang pahit yakni:
Angkatan kerja yang tidak bisa berkompetisi dalam lapangan kerja pasar global,
Birokrasi yang lamban, korup dan tidak kreatif, Masyarakat luas yang mudah
bertindak anarkis, Sumberdaya alam (terutama hutan) yang rusak parah, Hutang
Luar Negeri yang tak tertanggungkan, Merajalelanya tokoh-tokoh pemimpin
yang rendah moralnya.
Adapun kurikulum-kurikulum yang dipakai pada masa reformasi yaitu
sebagai berikut:
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) / 2004
Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap
perencanaan, terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh
kemungkinan-kemungkinan pendekatan, kompetensi dapat menjawab tantangan
yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau mengadopsi
pemikiran kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang kurikulum harus
mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan pendekatan
kompetensi dalam menjawab tantangan, serta jangkauan validitas pendekatan
tersebut ke masa depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat terus
berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi maupun
dunia ilmu (Suyanto, 2005)
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif. Hal ini mutlak diperlukan mengingat KBK juga
memiliki visi untuk memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik siswa
sebagai subjek pendidikan. Berikut karakteristik utama KBK, yaitu:24
Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi, Kurikulum
dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi siswa (normal,
sedang, dan tinggi), Berpusat pada siswa, Orientasi pada proses dan hasil,
Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual,
24
Guru bukan satunya sumber ilmu pengetahuan, Buku pelajaran bukan
satu-satunya sumber belajar, Belajar sepanjang hayat, Belajar mengetahui (learning how to know), Belajar melakukan (learning how to do), Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be), Belajar hidup dalam keberagaman (learning how to live together).
b. Kurikulim tingkat satuan pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri atas: Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
Struktur dan muatan KTSP Kalender pendidikan Silabus . Prinsip
Pengembangan KTSP Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya Beragam dan terpadu Tanggap
perkembangan IPTEKS Relevan dengan kebutuhan kehidupan Menyeluruh dan
berkesinambungan Belajar sepanjang hayat (life long learning) Seimbang antara
kepentingan nasional dan daerah
Acuan Operasional Penyusunan KTSP Peningkatan iman, taqwa, akhlak
mulia Peningkatan potensi, kecerdasan, minat sesuai tk. perkembangan &
kemampuan peserta didik Keragaman potensi & karakteristik
daerah/lingkungan Tuntutan pembangunan daerah & nasional Tuntutan dunia
kerja Perkembangan IPTEKS Agama Dinamika perkembangan global
Persatuan nasional & nilai-nilai kebangsaan Kondisi sosial budaya masyarakat
seetempat Kesetaraan gender Karakteristik satuan pendidikan
Komponen KTSP Tujuan Pendidikan Tingkat Satdik Stuktur & Muatan
KTSP Mata pelajaran Muatan lokal Kegiatan pengembangan diri Pengaturan
beban belajar Ketuntasan belajar Kenaikan kelas & kelulusan Penjurusan
Pendidikan kecakapan hidup Pendidikan berbasis keunggulan lokal & global
Kalender Pendidikan. Pengembangan Silabus Rencana Pembelajaran pada
25
kompetensi kompetensi dasar materi pokok/pembelajaran kegiatan
pembelajaran indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian alokasi waktu
sumber belajar. Prinsip Pengembangan Silabus Ilmiah Relevan Sistematis
Konsisten Memadai Aktual dan Kontekstual Fleksibel Menyeluruh.
Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip Ilmiah Keseluruhan materi dan
kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan Prinsip Relevan Cakupan, kedalaman,
tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan
tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta
didik. Prinsip Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi Prinsip Konsisten Adanya
hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,
materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian.
Perkembangan Kurikulum juga berkaitan dengan periode Pemerintahan.
Pada era pemerintahan Habibie masih menggunakan kurikulum 1994 yang
disempurnakan sampai pada masa pemerintahan Gus Dur. Pada masa
pemerintahan Megawati terjadi beberapa perubahan tatanan di bidang
pendidikan, antara lain :
1) Dirubahnya kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2000 dan akhirnya
disempurnakan menjadi kurikulum 2002 (KBK). KBK atau Kurikulum
Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum yang pada dasarnya
berorientasi pada pengembangan tiga aspek utama, antara lain aspek
afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (ketrampilan).
2) Pada tanggal 8 juli 2003 disahkannya Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan dasar hukum
untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip
demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung Hak Asasi
Manusia.
Menurut Lembaran Negara Nomor 4301 Pendidikan dalam UU Republik
Indonesia No. 20/2003, pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan
untuk memperbaharui visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional.
Visi dari pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Adapun
misi dari pendidikan nasional adalah sebagai berikut :
Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperleh
pendidikan dan bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia, Membantu dan
memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar,
Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral, Meningkatkan
keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global, Memberdayakan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi
dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian setelah Megawati turun dari jabatannya dan digantikan oleh
Susilo Bambang Yudhoyono, UU No. 20/2003 masih tetap berlaku, namun
pada masa SBY juga ditetapkan UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen.
Penetapan Undang – undang tersebut disusul dengan pergantian kurikulum KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini
berasaskan pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpilan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, peristiwa 30
September 1965 Tragedi Berdarah dalam sejarah bangsa Indonesia membawa
masyarakat Indonesia untuk menata kembali kehidupan berbangsa dan
bernegara kembali kepada ideologi Pancasila dan UUD 1945. Dan keinginan
untuk melaksanakan secara murni dan konsekwen Ideologi negara Pancasila
dan UUD 1945.Dalam peristiwa tanggal 30 September 1965 ini telah membawa
korban rakyat banyak, dan para pemimpin bangsa diantaranya tujuh orang
Perwira Tinggi Angkatan Darat.Tuntutan masyarakat terhadap aksi Gerakan 30
September semakin meningkat.Hal ini menimbulkan tekanan berat bagi
Pemerintah Soekarno untuk memberikan perintah kepada Letnan Soeharto
sebagai Panglima Angkatan Darat untuk memulihkan keadaan dan wibawa
pemerintah. Dalam menjalankan tugas Letnan Jenderal Soeharto juga harus
melaporkan segala sesuatu kepada Presiden Soekarno, mandat itu dikenal
dengan nama Supersemar.
Kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa Orde Baru ini
adalah: menghentikan konfrontasi dengan Malaysia, memprakarsai
terbentuknya ASEAN, keikutsertaan Indonesia dalam Organisasi Internasional.
Kebijaksanaan politik dalam negeri Indonesia pada masa Orde Baru
diantaranya adalah: melasanakan pemilu, penataan dalam bidang Pemerintahan
mulai dari Tingkat Pusat sampai ke bawah, melaksanakan berbagai sektor
pembangunan dalam negeri seperti: sektor ekonomi, sosial, dan budaya.
masa orde baru pendidikan hanya berlangsung dari segi kuantitas tanpa
diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang terpenting pada masa ini
kualitas pengajaran dan hasil didikan. Adapun kurikulum yang digunakan pada
masa ini yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984 dan
kurikulum 1994. Namun pendidikan pada masa berikutnya pada masa orde baru
belum dikatakan berhasil sepenuhnya, maka
pada masa berikutnya masa reformasi diperlukan adanya
pembenahan-pembenahan, baik dalam bidang kurikulum maupun dari segi tenaga
pengajarnya. Kurikulum yang dipakai pada era reformasi ini yaitu Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, Doto.1985 Indonesia pada masa orde baru. Jakarta: Erlangga
http://anisamaulina.blogspot.com/2012/03/kebijakan-ekonomi-pada-masa-orde-baru.html
Usman, Sjarif. 1972. Mengapa Rakyat Indonesia Mendukung Presiden
Soeharto.jakarta. Cetakan ke III
Nogroho, Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jakarta: Balai Pustaka
M.C Rickleft. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta : Serambi Ilmu
Semesta.
Nizar, Samsul . 2011. sejarah pendidikan islam ,Jakarta: Kharisma putra utama
Sunny, Ismail. 1986. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif. Jakarta: Aksara Baru. Mulyono,Doto, 1985. Indonesia pada masa Orde Baru. Jakarta: Erlangga
Notosusanto,Nugroho, 1992. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai pustaka
M.C Rickleft, 2005 Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Balai pustaka
Prof. Dr. S. Nasution, 2008 Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi