• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Cabai Merah (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Cabai Merah (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Botani Cabai Merah

Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis cabai yang mempunyai daya adaptasi tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, di lahan sawah maupun lahan tegalan. Sifat inilah yang menyebabkan tanaman cabai dapat dijumpai hampir di semua daerah. Cabai merah berasal dari Mexico, sebelum abad ke-15 spesies ini lebih banyak dikenal di Amerika Tengah dan Selatan. Sekitar tahun 1513 Columbus membawa dan menyebarkan cabai merah dan diperkirakan masuk ke Indonesia melalui pedagang dari Persia ketika singgah di Aceh.

Menurut Kusandriani (1996), klasifikasi tanaman cabai merah adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Dividi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Sympetalae

Ordo : Tubiflorae (solanales) Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

(2)

Cabai merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan batang berkayu, banyak cabang, serta ukuran yang mencapai tinggi 120 cm dan lebar tajuk tanaman hingga 90 cm. Umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip. Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun oval dengan ujung yang meruncing, tergantung spesies dan varietasnya.bentuk buah cabai berbeda-beda, dari cabai keriting, cabai besar yang lurus dan bisa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi pedas, cabai paprika yang berbentuk seperti buah apel, dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang banyak ragamnya. Cabai berakar tunggang, terdiri atas akar utama dan akar lateral yang mengeluarkan serabut dan mampu menembus kedalam tanah hingga 50 cm dan melebar sampai 45 cm (Agromedia, 2008).

(3)

Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya. Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabai (300-500 gr biji) (Sugiarti, 2003).

Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran (hortikultura) yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sesuai dengan namanya, cabai merah memiliki warna kulit buah yang merah sewaktu buah sudah tua dan masak. Bentuk buahnya silindris dan mengecil ke arah ujung buah. Ciri dari jenis sayuran ini rasanya pedas dan aromanya khas dimasak atau dikonsumsi mentah, sehingga sayuran bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Selain itu, cabai merah mengandung vitamin, khususnya vitamin C. Meskipun cabai merah bukan bahan pangan utama bagi masyarakat kita, namun komoditi ini tidak dapat ditinggalkan, harus tersedia setiap hari dan harus dalam bentuk segar. Ketersediannya secara teratur setiap hari bagi ibu rumah tangga menjadi suatu keharusan. Meningkatnya harga cabai merah atau kelangkaan pasokan di pasaran mendapat reaksi sangat cepat dari masyarakat dan insan pers. Oleh sebab itu penyediaan cabai merah dalam bentuk segar setiap hari sepanjang tahun perlu dirancang secara baik (Santika, 2001).

(4)

(Solanaceae). Dinamakan Cabai merah dikarenakan cabai ini memiliki buah yang besar dengan warna merah. Di Indonesia sendiri, ada banyak nama-nama lokal yang beredar di masyarakat, misalnya di Jawa, dikenal dengan nama Lombok atau Lenkreng, Campli (Sumatera), Capli (Aceh), Lacina (Batak Karo), Cabi (Lampung), dan masih banyak lagi nama cabai yang lainnya. Cabai merah ini terdiri dari beberapa macam diantaranya cabai keriting, cabai tit/ cabai super, cabai hot beauty, dan cabai merah lainnya (Tosin dan Nurma, 2010).

Berdasarkan tingkat kepedasannya cabai dikelompokkan kedalam empat golongan berdasarkan aturan pasar internasional. Cabai berdasarkan tingkat kepedasannya dibagi menjadi cabai dengan tingkat kepedasan sangat pedas, kepedasan pertengahan, kepedasan kurang dan tidak pedas. Masing-masing kelompok cabai memiliki bentuk fisik serta kegunaan yang berbeda-beda (Suyanti, 2007).

2.1.2Luas Lahan

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang (Soekartawi, 2002).

2.1.3 Pupuk

(5)

satunya adalah menurunnya (degradasi) tingkat kesuburan tanah, terutama menurunnya kandungan bahan organik tanah dari musim ke musim yang tidak bisa digantikan peranannya oleh pupuk anorganik. Upaya mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah antara lain dengan pemberian bahan organik (Bahua, 2014).

Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri. Pemupukan tanaman muda sangat penting agar tanaman tumbuh subur dan sehat sehingga dapat mulai berproduksi pada umur yang normal (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Menurut Anonimous (2015), pupuk kandang yang diperlukan untuk satu hektar lahan penanaman cabai adalah sebanyak 20-30 ton, tergantung kondisi kesuburan tanahnya. Pupuk kimia yang diberikan adalah ZA dengan dosis 650 kg/ha, Urea dengan dosis 250 kg/ha, Sp 36 dengan dosis 500 kg/ha, dan KCI dengan dosis 400 kg/ha. Keempat jenis pupuk ini diberikan pada umur tanaman 2,6, dan 9 minggu dengan masing-masing sepertiga dosis.

(6)

2.1.4 Pestisida

Pestisida merupakan pilihan utama cara mengendalikan hama, pentakit dan gula, karena dapat membunuh langsung jasad pengganggu. Kemanjurannya dapat diandalkan,penggunaannya mudah, tingkat keberhasilannya tinggi, ketersediaannya mencukupi dam mudah didapat serta biaya relatif murah. Pestisida merupakan salah satu hasil teknologi modern karena mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini terbukti di beberapa negara sedang berkembang produksi pertanian melimpah, namun kesehatan masyarakat terjaga dengan cara yang tepat dan aman. Di sisi lain apabila pestisida pengelolaannya tidak baik maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa aspek kehidupan yang pada akhirnya langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia (Panut, 2004).

Berdasarkan hama sasarannya, pestisida dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Insektisida

(7)

2. Nematisida

Nematisida adalah jenis pestisida untuk membasmi hama cacing. Hama ini sering merusak bagian umbi tanaman atau akar. Contohnya adalah oksamil dan natrium metam.

3. Rodentisida

Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas binatang pengerat, contohnya adalah tikus. Contoh rodentisida adalah warangan (senyawa arsen) dan thalium sulfat.

4. Herbisida

Herbisida adalah pestisida untuk membasmi tumbuhan liar atau gulma pengggangu tanaman. Contohnya adalah amonium sulfonat, pentaklorefenol, gramoxone dan totacol.

5. Fungisida

Fungisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk memberantas fungi atau jamur. Contohnya adalah natrium dikromat, timbel (I) oksida, tembaga oksiklorida dan carbendazim (Panut, 2004).

2.1.5Tenaga Kerja

(8)

tidak perlu tenaga kerja ahli (skilled). Sebaliknya pada usaha pertanian skala besar lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa dan sering dijumpai diperlukannya tenaga kerja yang ahli, misalnya tenaga kerja yang mampu mengerjakan traktor, dan sebagainya. Selanjutnya dalam analisa ketenagakerjaan juga diperlukan pembedaan tenaga kerja pria, wanita, anak-anak, dan ternak. Pembedaan tentang hal ini terjadi karena setiap jenis tahapan pekerjaan dalam suatu usaha pertanian adalah berbeda dan juga faktor kebiasaan juga menentukan (Soekartawi, 2002).

2.1.6Bibit

Bibit adalah salah satu input produksi pertanian yang sangat terkait dengan ketahanan pangan keluarga, komunitas, dan ketahanan pangan nasional. Bibit merupakan mata rantai pertama dari keseluruhan mata rantai pangan, oleh karena itu kebebasan petani untuk memperoleh akses pada bibit tidak hanya syarat penting bagi terjaminnya kelestarian pangan suatu negara (Soekartawi, 1993).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Fungsi Produksi

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat

produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk

menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi

menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang

dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti tenaga

kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya

sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap

(9)

Dalam melakukan usaha pertanian seorang petani akan selalu berfikir bagaimana

mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh produksi yang

maksimal. Cara pemikiran demikian wajar mengingat petani melakukan konsep

memaksimukan keuntungan (profit maximization). Di lain pihak, manakala petani

dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam melaksanakan usahataninya, maka mereka

mencoba bagaimana meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala biaya

usahataninya yang terbatas. Suatu tindakan yang dapat dilakukan adalah bagaimana

memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan produksi sekecil-kecilnya

(Soekarwati, 1990).

Dengen pendekatan di atas, maka dapat digunakan konsep hubungan antara input

produksi yang digunakan petani petani dengan output yang dihasilkannya. Hubungan

fisik antara input dan output sering disebut dengan fungsi produksi. Secara

matematika dinyatakan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, …, Xn)

Di mana : Y : Produk yang dihasilkan (variabel dependen)

X1….Xn : Faktor produksi yang dipakai menghasilkan Y (variabel

independen)

Fungsi produksi merupakan jumlah output maksimum yang diperoleh dari

sekumpulan input tertentu atau hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y)

dan variabel yang menjelaskan (x). Hubungan fungsional antar input dan output dapat

dilihat pada hubungan rata-rata (PR), produk marginal (PM), dan produk total (PT)

(10)

2.2.2 Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Menurut Daniel (2002), apabila sebaran data memenuhi hukum Law of Diminishing Returns (LDR), maka dipakai fungsi produksi Cobb-Douglas.

Pertambahan input, tidak selamanya akan menyebabkan pertambahan output. Apabila sudah jenuh (setelah melewati titik maksimum) maka pertambahan hasil akan semakin kecil. Dalam hukum ekonomi kejadian ini disebut Law of Diminishing Returns.

Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel; variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan, (Y), dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan, (X). Penyelesaian hubungan anatara Y dan X biasanya dengan cara regresi, yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan seperti :

Y = aX1b1X2b2 …Xnbneu (1)

Bila fungsi Cobb-Douglass tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka Y = f(X1,X2,…,Xi,…,Xn), (2)

Di mana: Y = Variabel yang dijelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = besaran yang akan diduga

(11)

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan 1, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Untuk memudahkan penjelasan, maka persamaan (1) ditulis kembali, yaitu:

Y = aX1b1X2b2eu (3)

Logaritma dari persamaan di atas adalah:

Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + v (4)

Persamaan (4) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi berganda. Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1 dan b2 tetap walau variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada fungsi Cobb-Douglas sekaligus menunjukkan elastisitas X terhadap Y (Soekartawi, 2002).

2.2.3 TheLaw of Diminishing Return

(12)

Gambar 2.1Elastisitas Produksi dan Daerah-daerah Produksi

Gambar di atas menunjukkan hubungan antar produk total (PT), produk marginal (PM) dan produk rata-rata (PR), elastisitas produk (EP) yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya. Sebaliknya, bila PM = 0 dalam situasi PR sedang menurun, maka Ep = 0 b. Ep > 1 bila PT menaik pada tahapan “increeasing rate” dan PR juga

menaik di daerah I. Di sini petani masih mampu memperoleh sejumlah PT

PR

PM EP > 1

I

1>EP>O II

EP < 0 III

X X Y

(13)

produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumblah input masih ditambahkan.

c. Nilai Ep lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1 < Ep < 0. Dalam keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa sepeti ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik pada tahapan “decreasing rate”.

d. Selanjutnya nilai Ep < 0 yang berada di daerah III; pada situasi yang demikian PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun. Dalam situasi Ep < 0 ini maka setiap upaya untuk menambah sejumblah input tetap akan merugikan bagi petani yang bersangkutan (Soekartawi,1993).

2.2.4 Efisiensi

Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input tersebut; atau dapat dituliskan:

NPMx = Px ; atau

���/�� = 1

di mana :NPM = Nilai Produksi Marginal

(14)

2.2.5 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan skripsi Romedina Banjarnahor (2013) dengan judul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Tanaman Kopi di Kabupaten Dairi” didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa luas lahan, tenaga kerja dan jenis kopi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi pada taraf signifikansi � = 1%. Umur pohon berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan pupuk berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi kopi. Nilai efisensi teknis adalah sebesar 0,694 maka dapat dikatakan bahwa usahatani kopi di Kabupaten Dairi tidak efisien secara teknis sehingga perlu pengurangan penggunaan faktor produksi. Nilai efisiensi ekonomi adalah sebesar 25,975 yang berarti usahatani kopi di Kabupaten Dairi tidak efisien secara ekonomi sehingga perlu penambahan penggunaan faktor produksi. Selain itu, terdapat perbedaan produksi kopi arabika yang lebih tinggi sebesar 2743,417 dibandingkan produksi kopi robusta.

(15)

Tingkat efisiensi teknis mencapai 0,715, tingkat efisiensi harga mencapai 11,3 dan ekonomis mencapai 0,08. Dengan demikian, penggunaan faktor produksi usahatani cabai merah di tidak efisien.

2.3 Kerangka Pemikiran

Usahatani cabai merah merupakan salah satu usahatani hortikultura yang memiliki prospek yang cerah karena merupakan salah satu jenis buah yang sangat digemari oleh masyarakat. Hal tersebut karena cabai merah dapat memberikan rasa pedas pada makanan serta bermanfaat sebagai antioksidan dan sumber vitamin c bagi kesehatan.

Petani sering menambahkan dosis penggunaan pupuk maupun pestisida dengan harapan dapat meningkatkan produksinya. Hal tersebut terjadi karena petani belum menentukan batas yang optimum dalm menambahkan input produksi tersebut. Ketika jumlah pupuk maupun pestisida yang ditambah dengan jumlah yang tetap namun input lain jumlahnya tetap, belum tentu akan menignkatkan produksinya. Atau bisa saja akan menurunkan produksinya.

(16)

Penerimaan seorang petani akan semakin meningkat apabila penggunaan faktor input produksi telah efisien. Penggunaan input yang efisien akan mengurangi biaya produksi sehingga pendapatan petani meningkat.

(17)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran Input Produksi

1.Pupuk (X1) 2. Pestisida (X2)

3. Tenaga Kerja 4. Bibit

Produksi

Penerimaan

Pendapatan Bersih

Efisien / Tidak Efisien

Biaya Produksi

Harga Output Harga Input

Keterangan:

(18)

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Penggunaan input produksi (pupuk, pestisida, tenaga kerja dan bibit) secara parsial dan serempak tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi cabai merah di daerah penelitian.

Gambar

Gambar 2.1Elastisitas Produksi dan Daerah-daerah Produksi
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi Singkat : Pada mata kuliah ini dibahas bagaimana mengatur pola dan tata kerja dalam lingkup suatu organisasi/perusahaan desain beserta strategi

it was in 1866 that the formula for dynamite was found by Alfred Nobel. Alfred Nobel found the formula for dynamite

Tujuan Tugas: Mahasiswa mampu menciptakan dan menjelaskan makna visual dari sudut pandang psikologi persepsi. Uraian

Mathematics (is/are) considered a difficult subject for most of school children.. The committee (is/are) having its meeting at Senggigi Beach

Dari hasil penelitian tampak bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah dan pengendalian mutu secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja guru SMK di

Berdasarkan hasil survey awal pada guru SMP di Surabaya, para guru dituntut untuk bisa mengoperasikan komputer, disisi lain penggunaan komputer tidak diikuti dengan pelatihan

Pandangan muncul dari linguistik struktural dengan tokoh Bloomfield (dalam Sumarsono 2012:18) bahwa bahasa adalah sebuah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat

Berdasarkan analisis data tentang bentuk, fungsi dan, makna numeralia BMDKH, dapat disimpulkan bahwa bentuk numeralia bahasa Melayu dialek Kapuas Hulu khususnya