• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Penempatan Alat Peredam Viskos Terhadap Respons Struktur Gedung Tinggi dengan menggunakan Metode Analisis Riwayat Waktu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Penempatan Alat Peredam Viskos Terhadap Respons Struktur Gedung Tinggi dengan menggunakan Metode Analisis Riwayat Waktu"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Filisofi Desain Bangunan Tahan Gempa

Suatu bangunan yang baik pada daerah yang terletak berdekatan dengan daerah pertemuan lempengan benua seperti di Indonesia hendaknya didesain terhadap kemungkinan beban gempa yang akan terjadi di masa yang akan datang yang waktunya tidak dapat diketahu secara pasti. Berikut yang termasuk bangunan tahan gempa adalah:

1. Apabila terjadi gempa ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural (dinding retak, genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah dan sebagainya) maupun pada komponen strukturalnya (kolom dan balok retak, pondasi amblas, dan lainnya).

2. Apabila terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-strukturalnya akan tetapi komponen structural tidak boleh rusak.

3. Apabila terjadi gempa kuat, bangunan boleh mengalami kerusakan baik komponen non-struktural maupun komponen non-strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untuk keluar/mengungsi ketempat aman.

(2)

Pendekatan disain ini bukan dengan cara memperkuat struktur bangunan tetapi adalah dengan mereduksi gaya gempa yang akan bekerja pada bangunan atau menambah suatu sistem pada struktur yang dikhususkan untuk menyerap sebagian besar energi gempa yang masuk ke bangunan dan hanya sebagian kecil (sisanya) akan dipikul oleh komponen struktur bangunan itu sendiri.

Dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa dengan tingkat keamanan memadai, struktur harus dirancang dapat memikul gaya horizontal atau gaya gempa. Struktur harus dapat memberikan layanan yang sesuai dengan perencanaan.

Menurut T. Paulay (1988), tingkat layanan dari struktur akibat gaya gempa terdiri dari tiga, yaitu:

1. Kemampuan layan (serviceability)

Jika gempa dengan intensitas (intensity) percepatan tanah yang kecil dalam waktu ulang yang besar mengenai suatu struktur, disyaratkan tidak mengganggu fungsi bangunan, seperti aktivitas normal di dalam bangunan dan perlengkapan yang ada. Artinya tidak dibenarkan terjadi kerusakan pada struktur baik pada komponen struktur maupun elemen non-struktur yang ada. Dalam perencanaan harus diperhatikan control dan batas simpangan (drift) yang dapat terjadi semasa gempa, serta menjamin kekuatan yang cukup bagi komponen struktur untuk menahan gaya gempa yang terjadi dan diharapkan struktur masih berperilaku elastis.

2. Kontrol kerusakan (damage control)

(3)

3. Ketahanan (survival)

Jika gempa kuat yang mungkin terjadi pada umur (masa) bangunan yang direncanakan membebani struktur, maka struktur direncanakan untuk dapat bertahan dengan tingkat kerusakan yang besar tanpa mengalami keruntuhan (collapse). Tujuan utama dari keadaan batas ini adalah untuk menyelamatkan jiwa manusia.

2.2. Peraturan Pembebanan Gempa Berdasarkan SNI 03-1726-2012

Perencanaan suatu konstruksi gedung harus memperhatikan aspek kegempaan, terutama di Indonesia karena merupakan salah satu daerah dengan zona gempa yang tinggi. Aspek kegempaan tersebut dianalisis berdasarkan peraturan yang berlaku di negara tersebut dan Indonesia memiliki peraturan sendiri dan peta gempanya. Peraturan yang berlaku saat ini ialah SNI 03-1726-2012 yang merupakan revisi dari SNI 03-1726-2002 dimana parameter wilayah gempanya sudah tidak digunakan lagi dan diganti berdasarkan dari nilai Ss (parameter respons spectral percepatan gempa pada periode pendek) dan nilai S1 (parameter

respons spectral percepatan gempa pada periode 1 detik) pada setiap daerah yang ditinjau. Dalam hal ini, tata cara perencanaan bangunan gedung tahan gempa menjadi lebih rasional dan akurat.

2.2.1. Gempa Rencana dan Faktor Keutamaan

(4)

Tabel 2.1 Faktor keutaman untuk berbagai kategori gedung dan bangunan (SNI 03-1726-2012)

Katergori risiko

- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan - Fasilitas sementara

- Gudang penyimpanan

- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya

- Perumahan

- Rumah toko dan rumah kantor - Pasar

- Gedung perkantoran

- Gedung apartemen/ Rumah susun - Pusat perbelanjaan/ Mall - Bangunan industri

- Fasilitas penitipan anak - Penjara

- Bangunan untuk orang jompo

- Pusat pembangkit listrik biasa - Fasilitas penanganan air - Fasilitas penanganan limbah - Pusat telekomunikasi

II

III Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat

Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:

Gedung dan struktur lainnya yang tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak dimana jumlah kandungan bahanya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.

Jenis pemanfaatan

Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:

I

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:

(5)

Tabel 2.1 Faktor keutaman untuk berbagai kategori gedung dan bangunan (SNI 03-1726-2012) (Lanjutan)

- Bangunan-bangunan monumental - Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan

-Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.

IV

Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat

Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat

Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya

Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat

Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat

Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:

Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat

Untuk berbagai kategori resiko struktur bangunan gedung dan non gedung sesuai

Tabel 2.1 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Iemenurut Tabel 2.2 khusus untuk struktur bangunan dengan kategori resiko IV, bila dibutuhkan pintu masuk untuk operasional dari struktur bangunan yang bersebelahan, maka struktur bangunan yang bersebelahan tersebut harus didesain sesuai dengan kategori resiko IV.

Tabel 2.2 Faktor keutaman gempa (SNI 03-1726-2012)

IV

1,5

Kate gori risiko

Faktor ke utamaan ge mpa, Ie

I atau II

1,0

(6)

2.2.2. Klasifikasi Situs dan Parameter

Prosedur untuk klasifikasi suatu situs untuk memberikan kriteria seismik adalah berupa faktor-faktor amplifikasi pada bangunan. Dalam perumusan kriteria seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklasifikasi terlebih dahulu. Profil tanah di situs harus diklasifikasikan berdasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas. Penetapan kelas situs harus melalui penyelidikan tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan oleh otoritas yang berwenang atau ahli desain geoteknik bersertifikat.

Tabel 2.3 Klasifikasi situs

Kelas Situs (m/detik) atau (kPa)

Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Indeks plastisitas, PI > 20,

Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik berikut:

- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitive, tanah tersementasi lemah

- Lempung sangat organic dan/atau gambut (ketebalan H > 3m)

(7)
(8)

Tabel 2.3 berisi klasifikasi situs tanah yang diperlukan dalam perumusan criteria seismik suatu bangunan. Nilai harus ditentukan sesuai dengan persamaan (2.1).

di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter;

vsi = kecepatan gelombang geser lapisan i dalam satuan m/detik;

Nilai dan harus ditentukan sesuai dengan persamaan (2.2) dan (2.3).

(9)

dalam 30 m lapisan paling atas. Ni adalah tahanan penetrasi standar 60 persen energi (N60) yang terukur langsung di lapangan tanpa koreksi, dengan nilai tidak lebih dari 305 pukulan/m. Jika ditemukan perlawanan lapisan batuan, maka nilai Ni tidak boleh diambil lebih dari 305 pukulan/m.

2.2.3. Parameter Percepatan Gempa

Parameter Ss (percepatan batuan dasar pada perioda pendek) dan S1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) harus ditetapkan masing-masing dari respons spectral percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismic pada Bab 14 yang tertera dalam SNI 03-1726-2012 dengan kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun (MCER, 2 persen dalam

50 tahun), dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.

Untuk penentuan respons spectral percepatan gempa MCER di permukaan tanah,

diperlukan suatu factor amplifikasi seismic pada perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa) dan factor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (Fv). Parameter spectrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan menggunakan persamaan (2.4) dan (2.5).

s a MS F S

S = (2.4)

1

1 F S

SM = a (2.5)

dimana:

Ss = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda pendek; Ss = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0 detik.

(10)

Tabel 2.4 dan Tabel 2.5.

Tabel 2.4 Koefisien situs, Fa

Kelas situs

Parameter respons spectral percepata gempa (MCER) terpetakan pada perioda pendek, T = 0,2 detik, Ss

Ss 0,25 Ss 0,5 Ss 0,75 Ss 1,0 Ss 1,25

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0

SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0

SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9

SF SSb

Tabel 2.5 Koefisien situs, Fv

Kelas situs

Parameter respons spectral percepata gempa (MCER) terpetakan pada perioda 1 detik, S1

S1 0,1 S1 0,2 S1 0,3 S1 0,4 S1 0,5

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3

SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0

SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9

SF SSb

2.2.4. Parameter Percepatan Spektral Desain

(11)

kategori analisis riwayat waktu. Penggunaan metode ini hanya terbatas pada pencarian respons-respons maksimum. Dengan memakai spektrum respons yang telah disiapkan (tiap-tiap daerah gempa), maka respons-respons maksimum dapat dicari dalam waktu yang relatif singkat dibanding dengan cara analisis riwayat waktu. Namun demikian penyelesaian problem dengan cara ini hanya bersifat pendekatan artinya spektrum respons akan diperoleh dengan asumsi-asumsi tertentu.

Pada kenyataannya perlu diketahui prinsip dasar pada analisis dan desain struktur bangunan tahan gempa yaitu antara suplai (supply) dan kebutuhan (demand). Kebutuhan yang dimaksud dalam hal ini adalah kebutuhan kekuatan struktur sedemikian sehingga dengan tercukupinya kebutuhan kekuatan struktur mampu menahan beban dengan aman. Spektrum respons akan berfungsi sebagai alat untuk mengestimasi dalam menentukan strenght demand. Di lain pihak, suplai kekuatan dapat dilakukan setelah melakukan desain elemen struktur. Desain elemen dapat dilakukan dengan berdasar pada kekuatan bahan hasil uji elemen di laboratorium. Dengan demikian desain kekuatan harus didasarkan atas kekuatan yang nyata/riil atas bahan yang dipakai. Estimasi kebutuhan kekuatan struktur (strenght demand) akibat beban gempa pada prinsipnya adalah menentukan seberapa besar beban horisontal yang akan bekerja pada tiaptiap massa. Hal ini terjadi karena beban gempa akan mengakibatkan struktur menjadi bergetar dan pengaruhnya dapat diekivalenkan/seolah-olah terdapat gaya horisontal yang bekerja pada tiap-tiap massa. Spektrum respons dapat dipakai untuk menentukan gaya horisontal maupun simpangan struktur MDOF tersebut.

(12)

maksimum (spektrum percepatan, Sa) massa struktur. Terdapat dua macam spektrum yaitu spektrum elastik dan spektrum inelastik. Spektrum elastik adalah spektrum yang didasarkan atas respons elastik struktur, sedangkan spektrum inelastik (juga disebut desain spektrum respons) adalah spektrum yang direduksi dari spektrum elastik dengan nilai daktilitas tertentu. Nilai spektrum dipengaruhi oleh perioda getar, rasio redaman, tingkat daktilitas dan jenis tanah. Umumnya beban gempa, rasio redaman, daktilitas dan jenis tanah sudah dijadikan suatu variabel kontrol sehingga grafik yang ada tinggal diplot antara periode getar,

T, lawan nilai spektrum, apakah simpangan, kecepatan atau percepatan maksimum. Secara umum yang dipakai adalah spektrum akselerasi.

Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak tanah dari speksifik-situs tidak digunakan, maka kurva spectrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu Gambar 2.1 dan mengikuti ketentuan berikut:

1. Untuk perioda yang lebih kecil dari To, spektrum respons percepatan desain, Sa , harus ditentukan berdasarkan persamaan (2.6).



dengan Ts, spectrum respons percepatan desain, Sa , sama dengan SDS.

3. Untuk perioda lebih besar dari Ts , spectrum respons percepatan desain, Sa , dihitung

SDS = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda pendek;

(13)

T = perioda getar fundamental struktur;

T0 = 0,2 DS D S S 1

TS = DS D S S 1

Gambar 2.1 Spektrum respons desain

2.2.5. Periode Fundamental Pendekatan

Perioda fundamental pendekatan (Ta), dalam detik, harus ditentukan dengan menggunakan persamaan (2.8).

x n t a C h

T = (2.8)

dimana:

hn = ketinggian struktur di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur ,m;

Ct = koefisien yang ditentukan dari Kinerja Struktur Gedung

(14)

dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertical dari pusat massa tingkat di atasnya. Tabel 2.6;

x = koefisien yang ditentukan dari Kinerja Struktur Gedung

Kinerja struktur gedung dipengaruhi adanya simpangan antar tingkat, akibat pengaruh gempa rencana. Penentuan simpangan antar lantai tingkat disain (Δ) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertical, diijinkan untuk menghitung defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertical dari pusat massa tingkat di atasnya.

Tabel 2.6;

2.2.6. Kinerja Struktur Gedung

Kinerja struktur gedung dipengaruhi adanya simpangan antar tingkat, akibat pengaruh gempa rencana. Penentuan simpangan antar lantai tingkat disain (Δ) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertical, diijinkan untuk menghitung defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertical dari pusat massa tingkat di atasnya.

Tabel 2.6 Koefisien Ct dan x

Tipe Struktur Ct x

Sistem rangka pemikul momen di maan rangka memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa:

Rangka baja pemikul momen 0,0724a 0,80

Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,90

Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731a 0,75

(15)

Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75

Defleksi pusat massa di tingkat x, (δx), dalam mm harus ditentukan sesuai dengan persamaan (2.9).

e xe d x

I

C δ

δ = × (2.9)

dimana:

Cd = faktor pembesaran defleksi;

δxe = defleksi pada lokasi yang diisyaratkan, yang ditentukan dengan analisis elatis, mm;

Ie = faktor keutamaan.

Simpangan antar tingkat desain (Δ) yang ditentukan tidak boleh melebihi simpangan antar lantai ijin (Δa) seperti yang didapatkan dari

Tabel 2.7 untuk semua tingkat.

Tabel 2.7 Simpangan antar lantai izin (Δa)

Struktur

Kategori Resiko

I atau II III IV

Struktur, selain dari struktur dinding geser batu bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk

mengakomodasi simpangan antar lantai

0,025 hsx 0,025 hsx 0,025 hsx

(16)

hsx = tinggi tingkat di bawah tingkat x.

2.3. Peraturan Pembebanan Berdasarkan SNI 03-1727-2013

Pada perencanaan konstruksi bangunan beban – beban yang diperhitungkan adalah beban mati, beban hidup yang mengikuti peraturan yang berlaku saat ini ialah SNI 03-1727-2013 yang merupakan revisi dari PBI 1983, dimana terdapat beberapa perbedaan salah satunya misalnya pada PBI 1983 beban hidup pada lantai bangunan perkantoran ditetapkan sebesar 250 kg/m2 atau 25 kN/m2 sedangkan yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku

saat ini SNI 03-1727-2013 telah direvisi menjadi 500 kg/m2 atau 50 kN/m2.

Dalam hal ini, besarnya beban hidup yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku saat ini menjadi lebih aman jika digunakan dalam perencaan sebab besar beban yang direncanakan lebih besar.

Beban Hidup Kg/m2

Lantai dan tangga,

Lantai dan rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang tidak

penting, yang bukan untuk toko atau ruang kerja

Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, restorant, hotel, asrama

dan rumah sakit.

Lantai ruang olahraga Lantai ruang dansa

Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang

lain dari pada yang di sebut dalam (a) s/d (e), seperti mesjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop, dan panggung penonton dengan tempat duduk tetap.

Panggung penonton tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton

yang berdiri

Tangga, bordes tangga, lantai, dan gang dari ruang-ruang yang

disebut dalam poin (c)

Tangga, bordes tangga, lantai, dan gang dari ruang-ruang yang

(17)

Lantai ruang pelengkap dari ruang-ruang yang di sebut (c), (d), (e),

(f), dan (g)

Lantai untuk : pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip,

toko buku, toko besi, ruang alat-alat danruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum

Lantai gedung parkir bertingkat : Untuk lantai bawah

Untuk lantai tingkat lainnya

m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan

terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum

250

400

800 400

300 (Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983)

2.3.1. Beban Mati

Berat sendiri dari bahan-bahan bangunan penting dan dari beberapa komponen gedung diambil dari Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung (SNI 03-1727-2013)

No

Bahan bangunan

kg/m3 kN/m3 kg/m2 kN/m2

1 Baja 7850 76.93

2 Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 2600 25.48

3 Batu karang (berat tumpuk) 1500 14.7

4 Batu pecah 700 6.86

5 Besi tuang 1450 14.21

6 Beton (1) 7250 71.05

7 Beton bertulang (2) 2200 21.56

8 Kayu (Kelas I) (3) 2400 23.52

9 Kerikil, Koral (kerikil udara sampai lembab, tanpa

diayak) 1000 9.8

Tabel 2.8 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung (SNI 03-1727-2013) (Lanjutan)

(18)

diayak)

10 Pasangan batu bata 1650 16.17

11 Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 1700 16.66

12 Pasangan batu karang 2200 21.56

13 Pasir (kering udara sampai lembab) 1450 14.21

14 Pasir (jenuh air) 1600 15.68

15 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1800 17.64 16 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai

lembab) 1850 18.13

17 Tanah, lempung dan lanau (basah) 1700 16.66

18 Timah hitam (timbal) 2000 19.6

19 Komponen gedung 11400 111.72

20 Adukan, per cm tebal :

- dari semen 21 0.21

21 - dari kapur, semen merah atau tras 17 0.17 17 0.17

22 Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per

cm tebal 14 0.14 14 0.14

23 Dinding pasangan batu bata :

- satu batu 450 4.41

- setengah batu 250 2.45

24 Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari :

- semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan

tebal maksimum 4 mm 11 0.11

- kaca, dengan tebal (3-4) mm 10 0.1

25 Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup maksimum 200 kg/m2

40 0.4

26 Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 5 m dan jarak sumbu ke sumbu minimum 0.8 m

7 0.068

27 Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per

m2 bidang atap 50 0.49

28 Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2

bidang atap 40 0.39

29 Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa

gording 24 0.24

30 Penutup lantai dari ubin semen Portland, teraso dan

beton tanpa adukan, per cm tebal 11 0.11

CATATAN :

(19)

(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan tersendiri;

(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis-jenis kayu tertentu dapat dilihat pada NI 5 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.

2.3.2. Beban Hidup

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin, serta peralatan yang bukan bagian tak terpisahkan dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap. Khusus pada atap, beban hidup juga mencakup beban hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air. Beberapa beban hidup yang bekerja pada gedung dapat diambil dari Tabel 2.9.

Beban hidup tersebut sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan kegunaan lantai ruang yang bersangkutan dan juga dinding-dinding pemisah dengan berat tidak lebih dari 100 kg/m2.

Tabel 2.9 Beban hidup pada lantai gedung (SNI 03-1727-2013)

Hunian atau penggunaan Merata psf (kN/m2)

Terpusat lb (kN) Apartemen (lihat rumah tinggal)

Sistem lantai akses Ruang kantor Ruang komputer

50 (2.4) 100 (4.79)

(20)

Ruang pertemuan dan bioskop Kursi tetap (terikat di lantai) Lobi

Kursi dapat dipindahkan Panggung pertemuan Lantai podium

60 (2.87) 100 (4.79) 100 (4.79) 100 (4.79) 150 (7.18) Balkon (eksterior)

Rumah untuk satu atau dua keluarga, dan luas tidak melebihi 100 ft2 (9.3 m2)

100 (4.79)

60 (2.87) Lintasan bowling, ruang kolam renang, dan tempat

rekreasi sejenis lainnya 75 (3.59)

(21)

Tabel 2.9 Beban hidup pada lantai gedung (SNI 03-1727-2013) (Lanjutan)

Hunian atau penggunaan Merata psf (kN/m2)

Terpusat lb (kN) Koridor

Lantai pertama

Lantai lain, sama seperti pelayanan hunian kecuali

disebutkan lain 100 (4.79)

Ruang dansa dan ruang ballroom/pesta 100 (4.79) Dek (pekarangan dan atap)

Sama seperti daerah yang dilayani, atau untuk jenis hunian yang diakomodasi

Ruang makan dan restoran 100 (4.79)

Hunian (lihat rumah tinggal)

Ruang mesin elevator (pada daerah seluas 4 in2 [2580

mm2]) 300 (1.33)

Konstruksi pelat lantai finishing ringan (pada luasan 1

in2[645 mm2]) 200 (0.89)

Jalur penyelamatan terhadap kebakaran Hunian satu keluarga saja

100 (4.79) 40 (1.92)

Tangga permanen Lihat pasal 4.4

Garasi (mobil penumpang saja)

Truk dan bus 40 (1.92)

a,b

Tribun (lihat stadion dan arena, tempat duduk di stadion)

Lantai utama gymnasium dan balkon 100 (4.79)

Susunan tangga, rel pengaman dan batang pegangan Lihat pasal 4.4 Rumah sakit :

Ruang operasi, laboratorium Ruang pasien

Koridor diatas lantai pertama

(22)

Tabel 2.9 Beban hidup pada lantai gedung (SNI 03-1727-2013) (Lanjutan)

Hunian atau penggunaan Merata psf (kN/m2)

Koridor di atas lantai pertama

60 (2.87)

Kanopi di depan pintu masuk gedung 75 (3.59)

Gedung perkantoran:

Ruang arsip dan komputer harus dirancang untuk beban yang lebih berat berdasarkan pada perkiraan hunian Lobi dan koridor lantai pertama

Kantor

Koridor di atas lantai pertama

100 (4.79)

Hunian (satu keluarga dan dua keluarga) Loteng yang tidak dapat didiami tanpa gudang Loteng yang tidak dapat didiami dengan gudang Loteng yang dapat didiami dan ruang tidur Semua ruang kecuali tangga dan balkon Hotel dan rumah susun

Ruang pribadi dan koridor yang melayani mereka Ruang publik dan koridor yang melayani mereka

(23)

Tabel 2.9 Beban hidup pada lantai gedung (SNI 03-1727-2013) (Lanjutan)

Hunian atau penggunaan Merata psf (kN/m2)

Terpusat lb (kN)

Atap

Atap datar, pelana, dan lengkung Atap digunakan untuk tempat berjalan

Atap yang digunakan untuk taman atap atau tujuan pertemuan

Atap yang digunakan untuk tujuan khusus Awning dan kanopi

Konstruksi struktur yang didukung oleh struktur rangka kaku ringan

Semua konstruksi lainnya

Komponen struktur atap utama, yang terhubung langsung dengan perkerjaan lantai

Titik panel tunggal dari batang bawah ranga atap atau setiap titik sepanjang komponen struktur utama yang mendukung atap diatas pabrik, gudang, dan perbaikan garasi

Semua hunian lainnya

Semua permukaan atap dengan beban pekerja pemeliharaan

Koridor diatas lantai pertama Koridor lantai pertama Bak-bak/scuttles, rusuk untuk atap kaca dan langit-langit

yang dapat diakses 200 (0.89)

Pinggir jalan untuk pejalan kaki, jalan lintas kendaraan,

dan lahan/jalan untuk truk-truk 250 (11.97)

e 8000 (35.6)f

Stadion dan arena Tribun

Tempat duduk tetap (terikat di lantai)

100 (4.79)d

(24)

Tabel 2.9 Beban hidup pada lantai gedung (SNI 03-1727-2013) (Lanjutan)

Hunian atau penggunaan Merata psf (kN/m2)

Terpusat lb (kN)

Tangga dan jalan keluar

Rumah tinggal untuk satu dan dua keluarga saja

100 (4.79)

40 (1.92) g

Ruang gudang diatas langit-langit 20 (0.96)

Gudang penyimpang barang sebelum disalurkan ke pengecer (jika diantisipasi menjadi gudang penyimpanan, maka harus dirancang untuk beban lebih berat)

Ringan Glosir, di semua lantai

100 (4.79)

Susuran jalan dan panggung yang ditinggikan (selain jalan

keluar) 60 (2.87)

Pekarangan dan teras, jalur pejalan kaki 100 (4.79)

2.4. Karakteristik Dinamik Struktur Bangunan

(25)

2.4.1. Massa

Suatu struktur yang kontinu berkemungkinan mempunyai banyak derajat kebebasan karena banyaknya massa yang mungkin dapat ditentukan. Banyaknya derajat kebebasan umumnya berasosiasi dengan jumlah massa tersebut akan menimbulkan kesulitan. Hal ini terjadi karena banyaknya persamaan differensial yang ada. Sama seperti struktur dengan derajat kebebasan tunggal, maka pada struktur dengan derajat kebebasan banyak juga diperlukan beberapa asumsi atau penyederhanaan.

Umumnya terdapat dua pemodelan pokok yang dilakukan untuk mendeskripsikan massa struktur. Pemodelan pertama, lumped mass model adalah sistem diskretisasi massa yaitu massa dianggap menggumpal pada tempat-tempat tertentu. Apabila prinsip bangunan geser (shear building) dipakai maka setiap masa hanya akan bergerak secara horizontal. Karena percepatan hanya terjadi pada struktur yang mempunyai massa maka matriks massa merupakan matriks diagonal. Pemodelan kedua adalah menurut prinsip consistent mass matrix yang mana element struktur akan berdeformasi menurut bentuk fungsi (shape function) tertentu.

a. Model Massa Tergumpalkan (Lumped Mass Model)

(26)

ada rotation moment of inertia. Hal ini terjadi karena pada model ini massa dianggap menggumpal pada suatu titik yang tidak berdimensi (momen inersia massa dapat dihitung apabila titik tersebut mempunyai dimensi fisik). Dalam kondisi tersebut terdapat matriks massa dengan diagonal mass of moment inertia sama dengan nol.

Pada bangunan gedung bertingkat banyak, konsentrasi beban akan terpusat pada tiap-tiap lantai tingkat bangunan. Dengan demikian untuk setiap-tiap tingkat hanya ada satu tingkat massa yang mewakili tingkat yang bersangkutan. Karena hanya terdapat satu derajat kebebasan yang terjadi pada setiap massa atau tingkat, maka jumlah derajat kebebasan pada suatu bangunan bertingkat banyak akan ditunjukkan oleh banyaknya tingkat bangunan yang bersangkutan. Pada kondisi tersebut matriks massa hanya akan berisi pada bagian diagonal saja.

b. Model Massa Tergumpalkan (Lumped Mass Model)

Pada prinsip consistent mass matrix, elemen struktur akan berdeformasi menurut bentuk fungsi (shape function) tertentu. Apabila tiga derajat kebebasan (horizontal, vertikal dan rotasi) diperhitungkan pada setiap titik maka consistent mass matrix yang standar akan dapat diperoleh dengan matriks off-diagonal tidak sama dengan nol sebagaimana terjadi pada prinsip lumped mass. Pada struktur yang massanya terdistribusi secara merata misalnya analisis getaran balok atau cerobong, pemakaian prinsip consistent mass matrix menjadi lebih tepat. Namun demikian, pada struktur bangunan gedung bertingkat banyak yang mana massa struktur umumnya terkonsentrasi pada masing-masing tingkat, maka prinsip lumped mass

banyak dipakai dan cukup akurat (Carr 1993).

Untuk menghitung massa baik yang single lumped mass maupun multiple lumped mass

(27)

g W

m= (2.10)

dimana:

m = massa struktur (kN-s2/m); W = berat struktur (kN);

g = percepatan gravitasi (9.81 m/s2)

2.4.2. Kekakuan

Kekakuan merupakan salah satu karakteristik dinamik struktur bangunan yang sangat penting disamping massa bangunan. Antara massa dan kekakuan struktur akan mempunyai hubungan yang unik yang umumnya disebut karakteristik diri atau eigen problem. Hubungan tersebut akan menetukan nilai frekuensi sudut, ω, dan perioda getar struktur, T. ω merupakan parameter yang sangat penting dan akan sangat mempengaruhi respon dinamik struktur. Pada prinsip bangunan geser (shear building) balok pada lantai tingkat dianggap tetap horizontal baik sebelum maupun sesudah terjadi penggoyangan. Adanya lantai yang menyatu secara kaku dengan balok diharapkan dapat membantu kekakuan balok sehingga anggapan tersebut tidak terlalu kasar. Pada prinsip desain bangunan tahan gempa dikehendaki agar kolom lebih kuat dibanding dengan balok, namun demikian rasio tersebut tidak selalu linier dengan kekakuannya. Dengan prinsip shear building maka dimungkinkan pemakaian lumped mass

model. Pada prinsip ini, kekakuan setiap kolom dapat dihitung dengan rumus standar.

(28)

Kekakuan kolom jepit-jepit dapat dihitung dengan rumus,

3

12

h EI

K = (2.11)

Kekakuan kolom jepit-sendi dapat dihitung dengan rumus,

3

3

h EI

K = (2.12)

dimana:

K = kekakuan kolom (kN/m);

E = modulus elastisitas (MPa);

I = inersia kolom (m4); h = tinggi kolom (m).

2.4.3. Redaman

Redaman merupakan peristiwa pelepasan energy (energy dissipation) oleh struktur akibat adanya berbagai macam sebab. Beberapa penyebab itu diantaranya adalah pelepasan energy oleh adanya gerakan antar molekul didalam material, pelepasan energy oleh gesekan alat penyambung maupun sistim dukungan, pelepasan energy akibat gesekan dengan udara dan pada respon inelastik pelepasan energy akibat adanya rotasi sendi plastis. Karena redaman berfungsi melepaskan energy maka hal tersebut akan mengurangi respon struktur.

Secara umum redaman atau damping dapat dikategorikan menurut damping system dan

(29)

a. Redaman Klasik (Clasical Damping)

Apabila dalam sistem struktur menggunakan bahan yang sama bahannya mempunyai rasio redaman (damping ratio) yang relatif kecil dan struktur damping dijepit didasarnya maka sistem struktur tersebut mempunyai damping yang bersifat klasik (classical damping). Redaman dengan sistem ini akan memenuhi kaidah kondisi ortogonal (orthogonality condition).

b. Redaman Non-Klasik (Non Clasical Damping)

Redaman dengan sistem ini akan terbentuk pada suatu sistem struktur yang memakai bahan yang berlainan yang mana bahan-bahan yang bersangkutan mempunyai rasio redaman yang berbeda secara signifikan. Sebagai contoh suatu bangunan yang bagian bawahnya dipakai struktur beton bertulang sedangkan bagian atasnya memakai struktur baja. Antara keduanya mempunyai kemampuan disipasi energy yang berbeda sehingga keduanya tidak bisa membangun redaman klasik. Adanya interaksi antara tanah dengan struktur juga akan membentuk sistem redaman yang non-klasik, karena tanah mempunyai redaman yang cukup besar misalnya antara 10% hingga 25%, sedangkan struktur atasnya mempunyai redaman yang relatif kecil, misalnya 4% hingga 7%. Kasus yang lain berlakunya redaman non klasik adalah apabila massa, kekakuan ataupun matriks redaman berubah-ubah menurut frekuensi. Hal ini terjadi pada analisis yang memperhitungkan pengaruh tanah terhadap analisis struktur.

2.5. Derajat Kebebasan (Degree of Freedom)

(30)

umumnya hanya diperhitungkan berpindah tempat dalam satu arah saja yaitu arah horizontal. Karena simpangan yang terjadi hanya terjadi dalam satu bidang (2-dimensi) maka simpangan suatu massa pada setiap saat hanya mempunyai posisi ordinat tertentu baik bertanda positif maupun negatif. Pada kondisi 2-D tersebut simpangan suatu massa pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat tunggal yaitu y(t). Struktur seperti itu dinamakan struktur dengan derajat kebebasan tunggal. Secara umum bangunan 1 tingkat dianggap hanya mempunyai derajat kebebasan tunggal (single degree of freedom, SDOF) dan struktur yang mempunyai n

tingkat akan mempunyai n derajat kebebasan atau struktur dengan derajat kebebasan banyak (multi degree of freedom, MDOF).

2.5.1. Persamaan Differensial pada Struktur SDOF

Struktur dengan derajat kebebasan tunggal (SDOF) hanya akan mempunyai satu koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi massa pada saat tertentu yang ditinjau. Bangunan satu-tingkat, menara air (water tower) adalah salah satu contoh bangunan dengan derajat kebebasan tunggal.

Gambar 2.2 Pemodelan struktur SDOF

(31)

intensitasnya merupakan fungsi dari waktu. Struktur seperti Gambar 2.2.a kemudian digambar secara ideal seperti tampak pada Gambar 2.2.b. Notasi m, c dan k seperti seperti yang tampak di gambar tersebut berturut-turut adalah massa, koefisien redaman dan kekakuan kolom. Pada Gambar 2.2.c ditampilkan model matematik untuk struktur SDOF yang mempunyai redaman.

Apabila beban dinamik P(t) seperti tampak pada Gambar 2.2.c bekerja ke arah kanan, maka akan terdapat perlawanan pegas, redaman dan gaya inersia. Gambar 2.2.d adalah gambar keseimbangan dinamik yang bekerja pada massa m. Gambar tersebut umumnya disebut free body diagram. Berdasarkan prinsip keseimbangan dinamik pada free body diagram tersebut, maka dapat diperoleh hubungan,

( )

t FD FS FI

P = atau FI +FD +FS =P

( )

t (2.13)

u m

FI = && (2.14)

u c

FD = & (2.15)

cu

FS = (2.16)

dimana:

I

F = gaya inersia;

D

F = gaya redaman;

S

F = gaya pegas;

u&& = percepatan massa (m/s2); u& = kecepatan massa (m/s);

u = perpindahan massa (m).

(32)

Reference source not found., maka akan diperoleh:

( )

t P ku u c u

m&&+ &+ = (2.17)

Persamaan Error! Reference source not found. adalah persamaan differensial gerakan massa suatu struktur SDOF yang memperoleh pembebanan dinamik P(t). Pada problem dinamik, sesuatu yang penting untuk diketahui adalah simpangan horizontal tingkat atau dalam persamaaan tersebut adalah u(t). Simpangan horizontal tingkat akan berpengaruh langsung terhadap momen kolom maupun momen balok.

2.5.2. Persamaan Differensial pada Struktur SDOF akibat Pergerakan Dasar

Beban dinamik yang umum dipakai pada anlisis struktur selain beban angin adalah beban gempa. Gempa bumi akan mengakibatkan permukaan tanah menjadi bergetar yang getarannya direkam dalam bentuk aselogram. Tanah yang bergetar akan menyebabkan semua benda yang berada di atas tanah akan ikut bergetar termasuk struktur bangunan. Di dalam hal ini masih ada anggapan bahwa antara fondasi dan tanah pendukungnya bergerak secara bersama-sama atau fondasi dianggap menyatu dengan tanah. Anggapan ini sebetulnya tidak sepenuhnya benar karena tanah bukanlah material yang kaku yang mampu menyatu dengan fondasi. Kejadian yang sesungguhnya adalah bahwa antara tanah dan fondasi tidak akan bergerak secara bersamaan. Fondasi masih akan bergerak horizontal relatif terhadap tanah yang mendukungnya. Kondisi seperti ini cukup rumit karena sudah memperhitungkan pengaruh tanah terhadap analisis struktur yang umumnya disebut soil-structure interaction analysis.

(33)

dasar bergerak secara bersamaan. Persamaan diferensial gerakan massa struktur SDOF akibat gerakan tanah selanjutnya dapat diturunkan dengan mengambil model seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Pemodelan struktur SDOF akibat pergerakan dasar

Jika pergeseran (displacement) pada tanah dinotasikan dengan ug, total perpindahan dari massa struktur dinotasikan dengan ut, dan perpindahan relatif antara massa dan tanahnya dinotasikan dengan dengan u, maka berdasarkan Gambar 2.3 dapat dirumuskan,

( )

t u

( )

t u

( )

t

ut = + g (2.18)

Dari free body diagram yang mengandung gaya inersia fI tampak bahwa persamaan kesetimbangannya menjadi,

0

= + + D s

I f f

f (2.19)

dengan,

t I mu

f = (2.20)

(34)

g

u m ku u c u

m&&+ &+ =− && (2.21)

Persamaan tersebut disebut persamaan difrensial relatif karena gaya inersia, gaya redam dan gaya pegas ketiga-tiganya timbul akibat adanya simpangan relatif. Ruas kanan pada persamaan Error! Reference source not found. disebut sebagai beban gempa efektif atau beban gerakan tanah efektif. Ruas kanan tersebut seolah menjadi gaya dinamik efektif yang bekerja pada elevasi lantai tingkat. Kemudian gaya luar ini akan disebut sebagai gaya efektif gempa.

Perkembangan persamaan gerakan SDOF dapat digambarkan dengan struktur bangunan berlantai satu dengan dipasang alat peredam seperti pada gambar 2.3a. Massa pada struktur diasumsikan pada struktur atap saja, dilambangkan m .

Gambar 2.4a Pemodelan struktur SDOF dengan pemasangan damping diagonal

Persamaan gerakan dari gambar 2.3a sebagai berikut :

(35)

Untuk Fluid Viscous Damper , persamaan gerakan SDOF (2.21a) disederhanakan menjadi :

m.ẍ + Cs.ẋ + Cd.ẋcosφ + ks.x = -m.ẍg (2.21b)

m.ẍ + (Cs+ Cd.cosφ) ẋ +ks.x = -m.ẍg (2.21c)

2.5.3. Persamaan Differensial pada Struktur MDOF

Secara umum struktur bangunan gedung tidaklah selalu dapat dinyatakan didalam suatu sistem yang mempunyai derajat kebebasan tunggal (SDOF). Struktur bangunan gedung justru banyak yang mempunyai derajat kebebasan banyak (multi degree of freedom, MDOF). Struktur seperti cerobong asap dan sejenisnya merupakan struktur yang mempunyai bentuk fisik kontinu, maka pada struktur-struktur seperti itu akan mempunyai derajat kebebasan yang jumlahnya tak terhingga, walaupun kadang-kadang dianggap sebagai struktur yang mempunyai derajat kebebasan terbatas. Pada struktur bangunan gedung bertingkat banyak umumnya massa struktur dapat digumpalkan pada tempat-tempat tertent (lumpedmass) yang umumnya pada tiap-tiap lantai-tingkat.

(36)

Struktur bangunan gedung bertingkat-3 akan mempunyai 3 derajat kebebasan. Sering kali jumlah derajat kebebasan dihubungkan secara langsung dengan jumlah tingkatnya. Persamaan diferensial gerakan tersebut umumnya disusun berdasarkan atas goyangan struktur menurut first mode atau moda pertama. Berdasarkan pada keseimbangan dinamik pada free body diagram maka akan diperoleh,

(

2 1

)

2

(

2 1

)

1

( )

0

Pada persamaan-persamaan tersebut di atas tampak bahwa keseimbangan dinamik suatu massa yang ditinjau ternyata dipengaruhi oleh kekakuan, redaman dan simpangan massa sebelum dan sesudahnya. Persamaan dengan sifat-sifat seperti itu umumnya disebut coupled equation karena persamaan-persamaan tersebut akan tergantung satu sama lain. Penyelesaian persamaan coupled harus dilakukan secara simultan artinya dengan melibatkan semua persamaan yang ada. Pada struktur dengan derajat kebebasan banyak, persamaan diferensial gerakannya merupakan persamaan yang dependent atau coupled antara satu dengan yang lain.

Selanjutnya dengan menyusun persamaan-persamaan di atas menurut parameter yang sama (percepatan, kecepatan dan simpangan) selanjutnya akan diperoleh,

(

c c

)

u c u

(

k k

)

u k u F

( )

t

(37)

( )

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam matriks yang lebih kompleks,

[ ]

M

{ }

U&& +

[ ]

C

{ }

U& +

[ ]

K

{ }

U =

{

F

( )

t

}

(2.28)

Yang mana [M], [C] dan [K] berturut-turut adalah mass matriks, matriks kontanta redaman dan matriks kekakuan yang dapat ditulis menjadi,

[ ]

kecepatan, vektor simpangan dan vektor beban atau,

(38)

Secara visual Chopra (1995) menyajikan keseimbangan antara gaya dinamik, gaya pegas, gaya redam dan gaya inersia seperti diilustrasikan dalam .

Gambar 2.5 Keseimbangan gaya dinamik dengan Fs, FD, dan FI (Chopra, 1995)

2.6. Pengenalan Jenis-Jenis Alat-Alat Seismik (Seismic Devices)

(39)

Gambar 2.6 Desain konvensional struktur bangunan tahan gempa

Gambar 2.7 Alat-alat seismik (a) base isolation, (b) alat peredam energy, (c) peredam getaran dinamis

(40)

Alat-alat seismik pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Alat seismik aktif (actived seismic device) bekerja pada saat gempa terjadi dengan cara menerima data getaran dari sensor yang dipasang disekeliling struktur. Melalui komputer data tersebut digunakan untuk mengatur besarnya gaya gempa yang dibutuhkan untuk melawan gaya gempa yang terjadi sesuai dengan input gempa ke bangunan, namun

actived seismic device memerlukan perawatan yang lumayan mahal.

2. Alat seismik pasif (passive seismic device) bekerja setelah energy gempa masuk ke struktur. Pada umumnya reaksi seismic device semakin besar bila response struktur atau energy yang masuk semakin besar. Passived seismic devices sesuai fungsinya, secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu yang bersifat isolasi dan yang bersifat disipasi energy. Jenis yang pertama disebut seismic isolator dan yang kedua disebut

Damper , salah satunya seperti fluid viscous damper.

3. Alat isolasi dasar (base isolator device) yang terbuat dari bantalan karet. Bantalan karet ini tergolong murah dan bukan merupakan alat berteknlogi tinggi. Bantalan yang digunakan untuk melindungi gempa bumi dibuat dari kombinasil lempengan karet alam dan lempeng baja. Bantalan tersebut dipasang di setiap kolom yaitu diantara pondasi dan bangunan. Karet alam berfungsi untuk mengurangi getaran akibat gempa bumi sedangkan lempeng baja digunakan untuk menambah kekakuan bantalan karet sehingga penurunan bangunan saat bertumpu diatas bantalan karet tidak besar.

(41)

2.6.1. Alat peredam friksi (Friction Damper)

Friction damper sesuai dengan namanya adalah alat yang bekerja dengan cara gesekan dimana pada saat gempa terjadi energi gempa dissipasi dengan cara gesekan antara 2 buah benda padat seperti Gambar 2.8. Alat ini tidak sensitif terhadap suhu dan memiliki performa yang bagus dalam penggunaannya.

Gambar 2.8 Sumitomo friction damper (sumber: Aiken et al., 1992.Passive Energy Dissipation Device for Seismic Applications. Hal : 14)

Karakteristik friction damper dengan metallic yielding damper sama tetapi memiliki perbedaan masing-masing dalam mendissipasi energy. Friction damper dikontrol dengan slip load sedangkan metallic yielding damper dikontrol dengan yield load atau gaya leleh. Perilaku histeretik dari friction damper yang umum diberikan pada Gambar 2.9.

(42)

Gambar 2.9 Perilaku ideal histeretik dari friction damper (a) friction device pada kekakuan bresing, (b) friction device dilengkapi dengan flexible support

Parameter desain dari sebuah fricton damper yaitu kekakuan dan rasio slip nya. Parameter desain friction damper dapat berbeda pada tiap tingkatan. Beberapa kombinasi kemungkinan dari parameter desain friction damper dapat dilihat pada Gambar 2.11.

2.6.2. Alat Peredam Leleh Metal (Metallic Yielding Damper)

Alat ini bekerja atau bereaksi setelah energi gempa masuk ke struktur. Pada umumnya reaksi seismic device semakin besar bila response struktur atau energy yang masuk semakin besar kemudian suatu elemen struktur akan mengalami kelelehan sehingga suatu struktur akan tetap aman ketika gempa atau guncangan keras terjadi.

(43)

lileratur namun the Bechtel’s Added Damping and Stiffness (ADAS) and Triangular-plate Added Damping and Stiffness (TADAS) lebih sesuai untuk bangunan yang telah ada maupun bangunan yang baru akan dibangun.

Gambar 2.10 Kurva histeretik yang dihasilkan oleh model Bouc-Wen dalam pembebanan sinusoidal untk nilai frekuensi dan amplitudo deformasi yang berbeda (a) bresing kaku (ߛ =

0.9, ߚ = 0.1, ݊ = 25, ܪ = 1), (b) bresing fleksibel (ߛ = 0.9, ߚ = 0.1, ݊ = 25, ܪ = 1)

(sumber :Moreschi, Luis M. 2000. Seismic Design of Energy Dissipation Systems for Optimal Structural Performance. Disertasi. Hal: 153)

(44)

akan mengalami mekanisme histeristik dan deformasi inelastik yang dapat menyerap sejumlah energy dari getaran pada pelat tersebut. Pemasangan alat peredam ini dihubungkan dengan sebuah bresing. Oleh sebab itu, ketika gempa atau guncangan kuat terjadi, kekuatan struktur akan bertambah dan mengurangi deformasi yang akan terjadi sehingga struktur akan menjadi lebih kuat. Contoh bentuk pemasangan alat metallic yielding damper pada komponen struktur dan parameter kelelehan dari elemen bresing dan alat peredamd serta sifat kekakuan pada perangkat bresing dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.11 Kemungkinan kombinasi dari parameter desain friction damper pada tingkatan yang berbeda (a) distribusi seragam dari gaya slip dan rasio, (b) kekakuan yang konstan dari

beragam gaya slip, (c) variasi gaya slip dan rasio

(45)

Gambar 2.12 Jenis-jenis metallic yielding damper untuk bangunan struktur (a) ADAS

device, (b) TADAS device

(46)

Gambar 2.13 (a) bentuk pemasangan metallic yielding damper pada komponen struktur, (b) parameter kelelehan elemen bresing dan alat peredam, (c) sifat kekakuan pada preangkat

bresing

(47)

2.6.3. Alat Peredam Visko-Elastis Solid (Solid Viscoelastic Device)

Gambar 2.14 memperlihatkan contoh dari solid viscoelastic device. Alat ini bergantung pada mekanisme deformasi akibat gaya geser dari material polimetrik untuk mendissipasi energi gempa yang masuk kedalam stuktur pada saat gempa atau guncangan besar terjadi. Pemasangan alat ini berfungsi untuk memperkuat struktur secara keseluruhan disamping menambah kemampuan redaman atau rasio redaman struktur. Perbedaan antara solid viscoelastic device dan fluid viscoelastic device terdapat pada segi material yang digunakan untuk mendissipasi energy. Namun terdapat kesamaan pada karakteristik respon siklik terhadap beban yang bekerja. Respon daripada gaya perpindahan sangat bergantung pada kecepatan relatif diujung-ujung dari alat tersebut, frekuensi, amplitudo dan kondisi temperature yang bekerja mencakup meningkatnya temperature pada material viscoelastis yang disebabkan oleh beban siklik. Namun, dalam mendesain viskoelastis ini sangatlah umum jika diasumsikan perubahan temperatur yang terjadi sangatlah kecil dan alat ini memikul tingkat gaya regangan menengah sehingga karakteristik daripada gaya dan perpindahan pada alat ini ditunjukkan dengan model persamaan linier.

Gambar 2.14 Solid viscoelastic device untuk struktur penahan gempa

(48)

2.6.4. Alat Peredam Viskos Cair (Fluid Viscous Damper)

Evolusi alat peredam ukuran besar dimulai dengan munculnya meriam yang mempunyai muatan bagian belakang yang besar pada tahun 1860. Beberapa konsep untuk meredam gerakan mundur pada senjata setelah penembakan telah diusahakan, termasuk gulungan pegas dan balok karet. Sementara para peneliti masa itu mulai meneliti bidang baru dari komponen hidrolis, akhir tahun 1860, penelitian menggunakan damper hidrolik untuk meredam getaran meriam.

Pada akhir perang dunia I, puluhan ribu fluid dampers mulai digunakan dalam bidang militer, angkatan darat, angkatan laun, dan angkatan udara. Beberapa alat peredam pada masa itu merupakan type semi-aktif, dimana perubahan ketinggian sudut senjata akan mengubah resultan gaya redam. Hal ini dilakukan dengan menggunakan kereta beroda diantara pengangkut senjata dan damper.

Tahun 1920-an dan 1930-an merupakan periode dimana mobil menjadi fitur yang dominan dalam budaya Amerika. Salah satu ciri paling menarik yang dimiliki mobil adalah dapat berjalan mulus pada semua jenis permukaan jalan. Fluid damper dipasang pada

suspension mobil yaitu Houdaille rotary damper yang ditemukan oleh Ralph Peo dari Houdaille Company, di Buffalo, New York, U.S.A pada tahun 1925.

Pada awal perang dingin, Amerika dan Rusia mulai mengembangkan Intercontinental Ballistic Missiles (ICBM), dilengkapi dengan huku ledak nuklir. Dalam beberapa kasus,

spring-damper digunakan untuk mengisolasi rudal tersebut dan beberapa item penting dalam kompleks peluncuran. Sementara di waktu lain, keseluruhan struktur diisolasi baik bidang horizondal dan vertical dengan menggunakan kumparan pegas dan fluid dampers.

(49)

terhadap gangguan seismik dan angin yang kuat. Tidak banyak pengembangan yang diperlukan untuk menggunakan fluid dampers pada struktur bangunan. Foto dari jenis fluid viscous damper yang biasa dipakai pada bangunan dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Fluid viscous damper

Gambar 2.16 Fluid viscous damper untuk struktur penahan gempa

(sumber :Moreschi, Luis M. 2000. Seismic Design of Energy Dissipation Systems for Optimal Structural Performance. Disertasi. Hal: 79)

(50)

mendesain struktur.

Elemen desain penting dari fluid viscous damper relatif sedikit. Namun, rincian dari elemen-elemen ini dalam beberapa hal bisa jadi sulit sekaligus kompleks. Gambar 2.17 menggambarkan fluid damper dan bagian-bagiannya.

Gambar 2.17 Bagian-bagian fluid viscous damper

Beberapa bagian penting dari sebuah fluid viscous damper adalah sebagai berikut:

1. Piston rod. Dikarenakan piston rod itu relatif ramping dan harus menahan beban kolom, biasanya piston rod dibuat dari material baja mutu tinggi. Baja tahan karat (stainless steel) lebih dipilih untuk digunakan karena korosi pada permukaan piston rod dapat menyebabkan fluid viscous damper tidak dapat berfungsi dengan baik.

2. Cylinder. Cylinder ini berisi media cairan dan harus menerima tekanan keika alat peredam beroperasi. Cylinder biasanya terbuat dari pipa-pipa baja. Konstruksi las dan cor tidak diizinkan untuk cylinder damper mengingat kekhawatiran akan umur kelelahan dan reetak tegang.

(51)

flashpoint lebih dari 340° C. Cairan silikon yang digunakan pada alat peredam ini sebenarnya identik dengan silikon yang umum digunakan dalam kosmetik seperti krim tangan dan wajah.

4. Seal. Seal yang digunakan pada fluid viscous damper harus mampu berfungsi minimal 25 tahun tanpa memerlukan pergantian secara periodik. Kebanyakan alat peredam menggunakan seal dinamik pada permukaan piston rod, dan seal statik dimana ujung penutup atau penahan seal melekat ke cylincer.

5. Piston head. Piston head melekat pada piston rod, dengan efektif membagi cylinder ke dalam dua ruang tekan.

6. Seal retainer. Digunakan untuk menutup dan membuka ujung silinder.

7. Accumulator. Fungsi dari accumulator adalah untuk mengontrol laju pergerakan piston rod masuk dan keluar alat peredam selama bekerja. Fungsi lainnya adalah untuk menyeimbangkan temperatur dan penyusutan cairan.

8. Orifices. Aliran bertekanan dari cairan melalui piston head diatur oleh orifice.

Cara kerja fluid viscous damper adalah dengan cara memberikan perlawanan gaya melalui pergerakan yang dibatasi seperti diilustrasikan pada Gambar 2.18. Gaya yang diberikan oleh fluid viscous damper timbul akibat adanya gaya luar yang berlawanan arah yang bekerja pada alat tersebut. Peralatan ini bekerja dengan menggunakan konsep mekanika fluida dalam mendispasikan energy.

(52)

perubahan kecepatan stroke-nya (stroking velocity). Mekanisme kerja ini dianalogikan seperti suspensi atau shock absorbser pada mobil, yang digunakan untuk mengatur pergerakan pegas di posisi tumpuan. Gaya redaman yang dibutuhkan relatif kecil, dibandingkan gaya yang dipikul pegas, akibat beban kendaraan dan beban guncangan.

Gambar 2.18 Cara kerja fluid viscous damper

Aplikasi dari pemakaian fluid viscous damper dapat dilihat pada Gambar 2.19. Fluid viscous damper umumnya dipasangkan bersama dengan suatu sistem bresing pada bangunan gedung. Fluid viscous damper ini dapat dipasangkan dengan menggunakan bebearapa cara. Gambar 2.20 memperlihatkan beberapa jenis konfigurasi pemasangan fluid viscous damper

pada bangunan gedung yaitu chevron brace, diagonal bracing, dan toggle brace-damper system.

(53)

Gambar 2.20 Jenis konfigurasi pemasangan fluid viscous damper, (a) chevron brace, (b)

diagonal bracing, (c) toggle brace-damper system

(54)

Pada saat gempa terjadi, bangunan akan mengalami perpindahan lateral. Perpindahan geser antar lantai akan mengakibatkan fluid viscous damper yang terpasang mengalami perpindahan juga sehingga alat peredam ini akan berfungsi memberikan gaya peredam untuk menahan pergerakan ini. Gambar 2.21 mengilustrasikan model pergeseran struktur dengan

fluid viscous damper pada saat terkena goyangan gempa.

Gambar 2.21 Model pergeseran struktur dengan fluid viscous damper

(sumber :Moreschi, Luis M. 2000. Seismic Design of Energy Dissipation Systems for Optimal Structural Performance. Disertasi. Hal: 83)

(55)

kolom normal, tegangan kolom adalah minimum. Dengan demikian penggunaan fluid viscous damper sebagai alat peredam struktur, tidak akan meningkatkan beban pada kolom akibat gaya yang dikeluarkan fluid viscous damper, karena saat terjadi gempa dan gaya damper maksimum, tegangan kolom justru minimum.

Beberapa kelebihan fluid viscous damper adalah :

1. Dapat mereduksi tegangan, gaya geser dan defleksi pada struktur, serta dapat bekerja secara pasif (tidak membutuhkan peralatan atau sumber daya dalam penggunaannya). 2. Dapat bekerja dengan tekanan fluida lebih tinggi, sehingga bentuknya semakin kecil dan

Gambar

Tabel 2.1 Faktor keutaman untuk berbagai kategori gedung dan bangunan (SNI 03-1726-
Tabel 2.1 Faktor keutaman untuk berbagai kategori gedung dan bangunan (SNI 03-1726-
Tabel 2.4 Koefisien situs, Fa
Gambar 2.1 Spektrum respons desain
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum pada standart Ph kulitas air minum yaitu

Basisdata Penduduk Basisdata Spasial Basisdata Keuangan Basisdata Pegawai Sistem Dokumen Elektronik. Aplikasi E-Governance untuk

BAB IV MACAM – MACAM KISAH ISRA<I<LIYYA<T DAN PENGGUNAAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERAGAMAAN UMAT ISLAM A. Penggunaan Kisah-Kisah Isra>i>liyya>t

Pengukuran ini dilakukan akibat dampak yang ditimbulkan dari sumber ancaman (Threat-Source) yang mengeksploitasi kelemahan sistem khususnya terhadap keberadaan sistem

memberikan gambaran yang lebih fokus tentang hasil pengamatan sesuai dengan permasalahan penelitian; (3) kategorisasi atau klasifikasi data, yaitu proses

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

Pelanggan berulang merupakan nasabah yang telah membeli produk atau jasa perusahaan lebih dari satu

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM Teknologi.