UPAYA PENINGKATAN MUTU SEKOLAH
MELALUI PENGAWASAN YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
PROSES BELAJAR MENGAJAR
(Studi Kasus tentang Pengawasan Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Proses Belajar Mengajar
di SDN Pajajaran Kota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
OLEH:
Yuke 009724
ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S2)
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Disetujui dan disahkan
Pembimbing I
]/^S^^^^r^--Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M. A
NIP. 130321112
Pembimbing II
Prof. Drs. H. Aas Svaefuddin
Disetujuidan Disahkan
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana I ersitas Pendidikan Indone
Prof. Dr. H. Tb.VbirkSvamsudin Makmun. M. A
ABSTRAK
Upaya Peningkatan Mutu Sekolah melalui Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah dalam Meningkatkan Proses Belajar
Mengajar
(Studi Kasus tentang Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Proses BelajarMengajar di
SDN Pajajaran Kecamatan Cicendo Kota Bandung)
Pendidikan mempakan salah satii indikator keberhasilan suatu negara untuk
meningkatkan kualitas sumber dayanya. Bangsa
Indonesia yang memiliki cita-cita tersebut dalam mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki
tanggung jawab besar terhadap pendidikan ini.
Baik kualitas pendidikan akan sangat
berpengaruh kepada pembangunan di masa
mendatang.
Salah satunya yang sangat berperan adalah pendidikan sekolah dasar. Sekolah dasar
yang berkualitas akan memperhatikan kualitas proses belajar mengajar siswa. Kualitas proses belajar mengajar (PBM) inilah yang menjadi tulang punggung bagi keberhasilan sekolah
dalam meningkatkan mutu lulusannya.
Adapun teori-teori yang dijabarkan dalam
penelitian ini adalah Konsep Administrasi
Pendidikan, Konsep Supervisi Sekolah dalam
Proses Belajar Mengajar, Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pengajaran, Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Sekolah, Mutu Sekolah.
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan purpossive sampling dan
snowball sampling. Teknik utama pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara yang didukung studi dokumentasi, observasi lapangan serta melalui penyebaran angket.
Proses belajar mengajar tidak dapat
dipungkiri, bahwa sangat diperlukan perbaikan
dan peningkatan. SDN Pajajaran yang tempatnya sangat strategis di tengah Kota
Bandung diharapkan mampu bersaingketingkat yang lebih baik. Melalui peningkatan PBM
maka SDN Pajajaran akan menjadi harapan
masyarakat dalam meningkatkan kualitas
lulusan.
Pada kesimpulannya menerangkan bahwa
perlu adanya peningkatan proses belajar
mengajar (PBM) yang berkelanjutan dari pihak
SDN Pajajaran agar dapat lebih meningkat
dimasa mendatang. Hal ini disebabkan dimasa
mendatang persaingan akan sumber daya manusia yang berkualitas sangat terasa. Oleh
karena PBM adalah tulang punggung bagi keberhasilan sekolah dalam meningkatkan kualitas lulusan, maka perhatian yang cukup serius kearah sana harus menjadi program yang terpenting.
ABSTRACT
Increasing Effort of School Quality through Doing Supervisionby Principal in Increasing the Teaching
and Learning Process
(Case Study of Principal Supervision to Increase
Teachingand LearningProcess in Pajajaran Public
Primary School, Submunicipality of Cicendo, Bandung City)
Education is a successful indicator of a nation to increase the quality of its human resources. The idea of Indonesia in developing of the mind of the nation has the big responsibility for education. The
quality of education will have the strong influence for
the national development in the future.
The level of educational system that has the
very important role in the national development is the education of primary school. The qualified primary
school will concern with the quality of student's
teaching and learning process. The quality of teaching and learning process is the backbone (frame, scheme)
of the school achievement in increasing its graduates' quality.
The frame of theorities are described in the research are the concepts of educational administration, school suvervision for teaching and
learning process, the principal or head of school as a teaching supervisor, the implementation of teaching
supervision inschool, and thequality ofschool.
The research used the qualitative approach
with the purposive and snowball sampling methods. The primary technique to collect data used in the
research was interview, which were supported by the
study of documentation, field observation and
distribution of questionnaires.
The teaching and learning process is an
undenied process of education in school, and it requires the reform and increasing. The Pajajaran State Primary School that has thestrategic place in the
center of Bandung City is expected to have the ability of competition in order to achieve the better level of its
teaching and learning process. By increasing the level
of its teaching and learning process, it can be expected that Pajajaran State Primary School shall be the hope of community in increasing the quality of its
graduates.
In the end, it can be concluded that it's
required the sustainability increasing for teaching and learning process by the Principal of Pajajaran State Primary School in order to achieve the higher level in
the future. The reason is the result of the need for the
qualified human resources in recent and future competition. Because of teaching and learning process
is the frame of the school successful to increase the
quality of graduates, so that the serious concern for supervision of teaching and learning process must be
DAFTARISI
Halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERTMA KASIH v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR/BAGAN xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 9
E. Kerangka Berpikir.... 10
BAB II PENINGKATAN MUTU SEKOLAH MELALUI
PENGAWASAN YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA
SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR
MENGAJAR
A. Konsep Administrasi Pendidikan 11
B. Pelaksanaan dalam Aktivitas Supervisi Pendidikan 15
C. Konsep Supervisi Sekolah dalam Proses Belajar Mengajar 17
D. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pengajaran
;... 19
E. Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Sekolah 25
F. Mutu Sekolah 48
G. Keterkaitan Proses Belajar Mengajar (PBM) dengan
Mutu Sekolah 50
H. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
53
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian 56
B. Lokasidan Objek Penelitian 57
C. Teknik Pengumpulan Data 59
D. Teknik Analisis Data 60
E. Pelaksanaan Penelitian 62
F. Validitas dan Reliabilitas Data 68
BAB TV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Temuan Penelitian 71
B. Pembahasan Hasil Penelitian 85
1. Analisis Pendapat Kepala Sekolah terhadap
Kualitas PBM SDN Pajajaran 85
2. Analisis Pendapat guru terhadap kepala sekolah selaku pengawas Proses Belajar Mengajar di SDN
Pajajaran 102
3. Analisis Kegiatan kepala sekolah selaku pengawas (supervisor) dalam meningkatkan kualitas Proses
Belajar Mengajar di SDN Pajajaran 105
4. Analisis Mengatasi Masalah yang Dihadapi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Proses Belajar
Mengajar yang berkualitas 109
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 123
B. Implikasi
126
C. Rekomendasi J27
DAFTAR PUSTAKA 129
LAMPIRAN
A. Kisi-kisi penelitian 133
B. Angket/Kuesioner 134
C. SK Pembimbing 142
D. Izin Penelitian dari UPI 144
E. Izin Penelitian dari Dinas Kecamatan Cicendo 145
F. DenahSDN Pajajaran 146
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 147
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Rata-rata Nilai Evaluasi Murni (NEM) Sekolah Dasar Negeri
Pajajaran Idanll Bandung 6
2. Latar Belakang Pendidikan Tenaga Pengajar Sekolah Dasar
Negeri Pajajaran I dan II 78
3. Matrik SWOT 83
DAFTAR GAMBAR/ BAGAN
No Halaman
1. Kerangka Berpikir Penelitian 10
2. Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan 14
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian 67
4. Penjabaran Visi, Misi dan Program SDN Pajajaran 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi yang pasti akan kita hadapi, tentunya akan dapat
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Sebagai contoh adalah
arus informasi semakin canggih dan cepat dengan semakin membaiknya
alat-alat komunikasi. Era globalisasi banyak memberikan peluang tetapi juga
sejumlah tantangan dan ancaman bagi kehidupan manusia.
Sebagai negara yang baru berkembang dan terusik oleh krisis moneter
yang berkepanjangan secara langsung maupun tidak, Indonesia akan berat
menghadapi Era Globalisasi. Negara Indonesia akan dapat menjadi tamu di
negaranya sendiri apabila tanpapersiapan dan perencanaan yang matang.
Untuk menghadapi kesemua tantangan tersebut pendidikan nasional
sangat berperan dalam usaha pembangunan dan peningkatan sumber daya
manusia (SDM). Dengan kualitas sumber daya manusia yang tinggi
diharapkan Indonesia dapat merubah tantangan tersebut menjadi peluang.
Pembangunan bidang pendidikan sebagai suatu realisasi pembukaan
UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa merupakan suatu keharusan
untuk dilaksanakan. Kemudian
dipertegas lagi dalam tujuan pendidikan nasional di dalam UU RI No.2
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.Pendidikan nasional yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa merupakan upaya dari Bangsa Indonesia untuk lebih serius
menangani permasalahan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu
mutu pendidikan nasional merupakan suatu tuntutan mutiak. Kualitas
sumber daya manusia (SDM) sangat tergantung dari mutu pendidikan.
Mutu pendidikan nasional sangat menentukan bagi kelangsungan
hidup bangsa. Mutu pendidikan harus menjadi tulang punggung dalam
mengisi pembangunan dan menghadapi tantangan di masa mendatang. Mutu
pendidikan ditentukan oleh banyak faktor antara lain adalah pengelolaan
pendidikan yang masih lemah, kualitas tenaga pengajar (guru) yang rendah
dan anggaran pendidikan yang masih jauh dari harapan. Pendidikan yang
bermutu harus ditempuh dengan harga yang mahal. Artinya pendidikan yang
bermutu tidak dapat tercapai apabila pengelolaan pendidikannya tidak
profesional serta memiliki anggaran pendidikan masih terbatas.
Undang-Udang Sistem Pendidikan Nasional No.2 tahun 1989 telah
digariskan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab orangtua,
pemerintah dan masyarakat.
Peranan pemerintah sangat besar, jika
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan sangat penting. Hal
ini juga mencakup usaha berkesinambungan terhadap pendidikan yang diikuti
oleh seorang anak, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke Perguruan
Tinggi. Dengan tidak mengabaikan faktor-faktor lainnya, maka faktor kualitas
sekolah yang dimasuki oleh siswa mulai dari tingkat SD, SLTP dan SMU
jelas sangat menentukan untuk sampai ke Perguruan Tinggi. Hal ini telah
disadari oleh semua pihak, yaitu pemerintah, orangtua, masyarakat dan
anak-anak itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam UUD 1945 pasal
27, bahwa "Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan".
Secara umum penilaian masyarakat terhadap suatu pendidikan
didasarkan atas beberapa hal yang sekaligus menjadi ciri-ciri khas suatu
wilayah pendidikan seperti: (1) siapa yang menjadi pemimpin pendidikan di
wilayahnya; (2) jumlah sekolah pavorit yang ada di wilayah tersebut;
(3) prestasi yang pernah diraih/dicapai baik secara nasional maupun regional;
(4) sosial ekonomi masyarakat setempat; (5) rata-rata latar belakang
pendidikan tenaga kependidikan; (6) sistem pengawasan yang diterapkan,
baik secara intern maupun ekstern; (7) manajemen pendidikan yang pernah
diterapkan di wilayah tersebut.
Konsekuensinya yang harus diterima menimbulkan kesan bahwa latar
belakang pendidikan guru tidak lagi memenuhi kebutuhan tenaga profesional.
Ada beberapa penyebab terjadinya ketimpangan ini yaitu LPTK tidak
karena profesi guru tidak menarik bagi lulusan SMU maupun SMK dewasa
ini. Apapun yang menjadi alasan kenyataan ialah bahwa masyarakat tidak
lagi menghargai profesi guru sebagaimana yang pernah dinikmati oleh profesi
itu di dalam kebudayaan Indonesia. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Dedi Supriadi (1998: 337), bahwa guru merupakan
kelompok profesional yang paling lemah manajemennya "Teaching is a
lonely profession", guru-guru itu suatu kelompok profesional yang kesepian
dan terasing.
Berbagai pandangan pakar dunia
telah
meramalkan bentuk
masyarakat dunia abad ke-21 ini. Dari pandangan futurology telah kita
ketahui apa yang merupakan ciri-ciri dari pada masyarakat millenium ke tiga.
Minimal ada tiga karakteristik, yaitu: (1) masyarakat teknologi (2) masyarakat
terbuka; dan (3) masyarakat madani. Dimana ketiga karakteristik tersebut
akan berkembang sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusia.
Oleh karena itu peningkatan sedini mungkin terhadap kualitas sumber daya
manusia merupakan suatu keharusan.
Peran pendidikan sebagai lokomatif pembangunan sangat erat
kaitannya dengan kemauan dari bangsa itu sendiri. Pemerintah dalam hal ini
yang lebih bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas pendidikan
bangsa sangat tergantung pada keseriusan dalam menjalankan tujuan
pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia.
Peran pemerintah yang dimaksud adalah menyangkut apa yang
proses belajar mengajar (PBM) yang membaik kearah peningkatan
berkelanjutan akan dapat membentuk suatu sistem pendidikan yang
berkualitas.
Proses belajar mengajar (PBM) merupakan faktor penting dalam
meningkatkan mutu sekolah. Kepala sekolah selaku supervisor dalam proses
belajar mengajar terhadap para guru sangatlah bertanggung jawab. Kepala
sekolah sangat berperan untuk meningkatkan mutu sekolahnya. Menurut
Glicman (1985; 7), bahwa orang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki
guru mengajar dalam hal ini proses belajar mengajar (PBM) adalah Kepala
Sekolah, supervisor yang terdiri dari: Principal subject area, spesialist, asistant
principal departement chairperson, head teacher atau cenral office consultant.
Kemudian hal ini diperkuat oleh pendapat Oteng Sutisna, (1989:272-273),
yaitu :
Tugas kepala sekolah untuk memenuhi fungsi supervisi pengajaran di
sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Kepala kantor di daerah
atau wilayah dan para pejabat lainnya di kantor pendidikan
(pengawas, penilik, konsultan, spesialis) bertanggung jawab atas
keseluruhan dari supervisi sekolah yang berada di dalam daerah atau
wilayahnya.
Sekolah Dasar Negeri Pajajaran Bandung yang menjadi objek
penelitian merupakan sekolah yang pada awalnya adalah sekolah favorit di
Kota Bandung. Perkembangan zaman yang begitu cepat telah membawa
perubahan pada sekolah tersebut. Kepala sekolah yang bertanggung jawab
Walaupun demikian sekolah yang terletak di pusat Kota Bandung ini
masih terus memperbaiki dan meningkatkan mutu sekolahnya. Mutu sekolah
menyangkut mutu guru dalam proses belajar mengajar dan mutu siswa yang
masuk maupun keluar dalam menyelesaikan pendidikannya.
Tabel 1
Rata-rata Nilai Evaluasi Murni (NEM) SDN Pajajaran
Tahun Th 1999/2000 Th 2000/2001 Rata-rata NEM
SDN I 29,50 34,50
SDN II 31,50 36,50
SDN III 32,50 35,00
Rata-rata 31,67 35,33
Perkembangan Nilai Evaluasi Murni (NEM) dapat dilihat adanya
peningkatan dari tahun 1999 s.d 2000. untuk rata-rata SDN Pajajaran
tahun 1999 adalah 31,67 dan tahun 2000 adalah 35,33. Sedangkan untuk
permasalahan manajemen pengawasan dalam pengelolaan sekolah dirasakan
sangat rendah. Hal ini dilihat dari manajemen rekruitmen siswa, kualitas
guru, metode pengajaran dan kepemimpinan kepala sekolah. Sehingga
permasalahan yang mendasar yang akan menjadi fokus penelitian adalah
"Bagaimana Fungsi Kepala Sekolah sebagai supervisor dalam Meningkatkan
Proses Belajar Mengajar yang berkaitan erat dengan
mutu sekolah".
Untuk itu perlu adanya pengkajian yang lebih mendalam terhadap mutu
sekolah yang dititik beratkan pada Proses Belajar Mengajarnya (PBM).
Jumlah siswa SDN Pajajaran saat ini adalah: untuk SDN Pajajaran 1
jumlah siswa SDN Pajajaran 3 adalah 128 orang. Secara keseluruhan jumlah
siswa SDN Pajajaran adalah 430 orang. Dari observasi awal lapangan
ditemukan adanya penurunan jumlah siswa yang sangat signifikan. Hal ini
akan menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan penelitian ini.
Sementara pendidikan akhir guru SDN Pajajaran secara keseluruhan
rata-rata lulusan Diploma dua (D-2) sebesar 80%. Sedangkan 20% lagi adalah
lulusan dari strata satu tingkat sarjana. Secara kuantitas para guru
SDN Pajajaran memiliki tingkat pendidikan akhir yang memadai.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.
Secara umum dengan berlandaskan iatar belakang di atas, maka yang
menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: "Bagaimana Upaya
Perningkatan Mutu Sekolah Melalui Pengawasan yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Proses BelajarMengajar(StudiKasus
tentang Pengawasan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Proses Belajar
Mengajardi SDN Pajajaran Bandung"
Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan kedalam beberapa pertanyaan penelitian berikut ini:
1. Bagaimana persepsi kepala sekolah (XI) terhadap kualitas PBM (Y)
SDN Pajajaran ?
2. Bagaimana persepsi guru (X2) terhadap kepala sekolah selaku supervisor
dalam Proses Belajar Mengajar (Y) di SDN Pajajaran ?
3. Kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan kepala sekolah selaku supervisor
(XI) dalam meningkatkan kualitas Proses Belajar Mengajar (Y) di
J*r„
\\ i1' r- <?/ ' . ,i
: . V X
5 * •* »,.
4. Bagaimana mengatasi kendala yang dihadapi kepala sekolah (Xlmafef^ ,,.-/•'' J'
meningkatkan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang berkualitas (Y)
di SDN Pajajaran?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
yang jelas
tentang
supervisi
pengajaran
yang dilakukan oleh
kepala sekolah agar supervisi tersebut berfungsi sebagai upaya terhadap
peningkatan proses belajar mengajar.
Sedangkan secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah berupaya
untuk mempelajari:
1. Pendapat kepala sekolah terhadap kualitas proses belajar mengajar di
SDN Pajajaran.
2. Pendapat guru terhadap kepala sekolah selaku supervisor dalam Proses
Belajar Mengajar di SDN Pajajaran.
3. Kegiatan kepala sekolah selaku supervisor dalam meningkatkan kualitas
Proses Belajar Mengajar di SDN Pajajaran.
4. Upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi masalah dalam
meningkatkan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang berkualitas.
D. Manfaat Penelitian.
Penelitan ini merupakan studi kasus dimana yang menjadi sasaran
seorang supervisor pengajaran, siswa sebagai produk yang ingin ditingkatkan
serta proses belajar mengajar sebagai alat atau cara untuk meningkatkan
kualitas sekolah. Masalah ini penting untuk diteliti karena mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan usaha pembinaan profesional yang
dilakukan kepala sekolah dasar terhadap para pengajar (guru) dalam upaya
menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih kondusif.
Penelitian ini diharapkan dapat menguji keberlakuan teori-teori
supervisi pendidikan untuk meningkatkan kemampuan guru-guru sebagai
bagianpenting dari administrasi pendidikan.
Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas
tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dasar
terhadap guru-guru dalam fungsinya sebagai seorang supervisor pengajaran
pada SDN Padjadjaran Kecamatan Cicendo Kota Bandung.
Bagi para kepala sekolah khususnya sekolah dasar hasil penelitian ini
dapat memberikan sumbangan dalam membina dan membimbing guru-guru
yang dipimpinnya agar mereka dapat melaksanakan tugas keprofesiannya
secara optimal. Kepala sekolah diharapkan dapat melaksanakan supervisi
pengajaran ini secara efektif demi meningkatkan hasil dari proses belajar
mengajar.
E. Kerangka Penelitian
/^>to® ^ ? v
\\ It
> /i
\\ <% ^-*j uT*
Guba (1985; 223), untuk melihat atau memahami fokus suatu pe^rgjffljstt
secara tajam dalam penelitian naturalistik diperlukan suatu kerangka
penelitian yaitu pernyataan dari suatu teori sebagai pandangan atau pedoman
yang akan membimbing dalam penyelidikan. Selanjutnya Stuart A. Schlegel
(1986; 16) menyatakan dalam suatu "grounded research" diperlukan suatu
kerangka penelitian, karena semua analisis harus berdasarkan berbagai ide
dan pernyataan yang telah ditetapkan.
Pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kerangka penelitian
merupakan cara berpikir yang diambil peneliti dalam melihat atau memahami
realitas objek yang diteliti.
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini akan digambarkan
sebagai berikut:
Fungsi Kepala
Sekolah
Pengawasan
*
Feedback
Mutu
Hasil Belajar
Gambar 1
Kerangka BerpikirPenelitian
c=> Mutu
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sesuai dengan yang dikemukakan Lincoln dan Guba yang dikutif oleh Faisal (1990)
menguraikan ada beberapa pandangan dasar, yaitu (1) pandangan terhadap
realitas, dimana realitas itu dipandang bersifat ganda, hasil konstruksi dalampengertian yang holistik; (2) pandangan terhadap hubungan peneliti dengan yang diteliti yang dikatakan interaktif tidak dapat dipisahkan; (3) pandangan
posibilitas generalisasi, dikatakan bahwa hanya dalam ikatan konteks dan waktu; (4) pandangan membangun jalinan hubungan kausalitas, mustahil memisahkan sebab-sebab dengan akibatnya pada semua keadaan secara simultan, dan (5) pandangan terhadap penaran nilai, disebutkan tidak bebas
nilai.
Pendekatan Kualitatif berkaitan dengan pemilihan dan penentuan
metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Namun demikian dalam hubungan ini perlu ditegaskan bahwa rancangan penelitian kualitatif ini tampak juga masih akan menggunakan pendekatan deskriftif. Oleh karena itu beberapa ciri pendekatan deskriftif juga akan digunakan, terutama dalam rangka pengumpulan informasi atau data yang bersifat kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan snowball
sampling. Maksud dari snowball sampling adalah responden diminta untuk
57
menunjukkan orang lain yang dapat dijadikan sumber informasi. Sedangkan
purposive sampling adalah bahwa sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian. Adapun tujuan penggunaan teknik purposive sampling adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. (Lincoln & Guba, 1985:202). Pendekatan kualitatif dalam upaya memperoleh validitas data, maka dilakukan teknik triangulasi, mitra/ kolega, referensi, dan member check.
Pendekatan kualitatif pada penelitian ini paling tidak akan menguraikan beberapa masalah yang berkaitan dengan sumber data, metode, tehnik dan instrumen pengumpulan data, pelaksanaan analisis data, validasi hasil penelitian dan tahap-tahap pelaksanaan penelitian. Kesemua hal tersebut pada ujungnya untuk menghasilkan analisis yang baik.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penemuan dari mana dan siapa data dikumpulkan dalam pelaksanaan penelitian ini, pada dasarnya adalah mempunyai kaitan yang erat sekali dengan tempat penelitian dilakukan dan satuan kajiannya. Demikian pula
satuan kajian itu mempunyai hubungan dengan fokus penelitian.
5 I"' \^ •* ' $
Berdasarkan tempat pelaksanaan penelitian maupun fok%> ^ni^Iih^
barulah dapat dirancang maupun ditetapkan siapa-siapa yang akan
informan atau sumber data dalam pelaksanaan penelitian ini. Dalam hubungan ini yang pertama dilakukan dengan bertanya atau menggali informasi-informasi tertentu serta mengobservasi situasi-situasi untuk dapat menemukan informan awal yang bisa berfungsi sebagai "membuka pintu" untuk dapat mengenah secara keseluruhan bagaimana proses belajar
mengajar (PBM) tersebut dilaksanakan.
Demikian pula dalam menentukan informan awal itu adalah dengan menggunakan tehnik purfosive sampling dan snowball sampling dengan memilih Kepala Sekolah, guru-guru dan staf lainnya beserta segeriap sumberdaya yang dapat dijadikan sumber informasi yang selanjutnya menggelinding ke sumber data yang lainnya, apakah berbentuk manusia, dokumentasi ataupun situasi yang sesuai dengan kebutuhan data yang penulis perlukan dalam rangka penelitian ini, sehingga data yang diperlukan dapat
terpenuhi.
Dalam menentukan dan menetapkan baik informan awal maupun informan yang berikutnya peneliti berpegang pada persyaratan informan seperti yang dikemukakan oleh Spradley (1980), yaitu sebagai berikut : (1) mereka yang menguasai atau memahami sesutau melalui proses
59
memadai untuk dimintai informasi, (4) mereka yang cenderung tidak menyampaikan hasil kemasannya sendiri, dan (5) mereka yang pada mulanya
tergolong cukup asing akan peneliti, sehingga lebih menggairahkan untuk
dijadikan semacam nara sumber. Jadi sumber data atau informan dalam
penelitian ini tidak terikat oleh jumlah tertentu maupun tidak dilakukan randomisasi seperti halnya pendekatan kuantitatif.
C. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, maka dalam pelaksanaan penelitian ini akan sangat bergantung pada fokus masalahnya, situasi serta jadwal waktu yang diperlukan.
Dengan beberapa pertimbangan seperti yang telah disebutkan di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan metode observasi partisipatif yang
meliputi beberapa tehnik pengumpulan data, yaitu tehnik wawancara, pengamatan, dokumentasi, serta angketbila hal ini dibutuhkan.
Tehnik wawancara adalah sebagai tehnik yang paling pokok digunakan, mengingat hampir semua informasi atau data yang diperlukan
sumbernya adalah berkaitan dengan potensi internal yang dimiliki oleh Sekolah Dasar Negeri Pajajaran Kota Bandung.
60
Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi dengan meneliti dan memeriksa beberapa dokumen, seperti frekuensi kunjungan pengawas, program pengawasan, buku tamu serta laporan lainnya yang biasa dibuat oleh pengawas, serta beberapa peramran dan petunjuk atau edaran dari pemerintah yang dalam hal ini bisa dari
Menteri Pendidikan Nasional atau dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Kemudian instrumen yang diperlukan adalah peneliti sendiri sebagai instrumen yang utama, sudah tentunya juga memerlukan instrumen yang lainnya, seperti misalnya petunjuk wawancara, catatan lapangan dan lain sebagainya.
D. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis secara induktif dan berlangsung selama pengumpulan data di lapangan, dan dilakukan secara terus menerus. Prosedur kegiatan yang dilakukan meliputi: mereduksi data, menyajikan data, display data, menarik kesimpulan dan melaksanakan verifikasi (Nasution 1992, Mekong, 1991).
61
kesimpulannya masih kabur (bersifat tentatif), diragukan tetapi semakin
bertambahnya data maka kesimpulan itu lebih "grounded". Kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian masih berlangsung. Sedangkan kriteria
reduksi yang digunakan adalah: (1) arahkan perhatian langsung kepada
fenomena dari pengalaman, sebagaimana ia menampakkan diri, (2) mendiskripsikan pengamatan itu dan jangan menerangkan,
(3) "horisontalkan" memberikan bobot yang sama terhadap
fenomena-fenomena yang secara langsung menampakkan diri, dan (4) carilah dan telitilah struktur dasar yang tak beraneka dari fenomena itu.
Kriteria pertama mengisyaratkan adanya patokan yang berkaitan
dengan transformasi dari pengalaman dasar kepada pengamatan. Patokan kedua berarti mengungkapkan suatu bidang-bidang murni tampa diimbuhi keterangan yang bermaksud menjelaskan apa yang di balik fenomena itu.
Antara lain adalah mengukuhkan pengalaman yang benar-benar hadir dalam
keadaan yang asli, yang murni. Patokan yang ketiga memberikan bimbingan, janganlah beranggapan bahwa realita yang satu lebih penting dari yang
lainnya, menghindarkan atau menangguhkan keputusan-keputusan atau
anggapan-anggapan yang mungkin menggangu pembacaan fenomena,
sebelum tersingkap kejelasan dalam arti evidensi. Pada patokan keempat
berkaitan dengan tahapan ideasi. Ideasi dilakukan dalam rangka menyingkap
struktur dasar yang melandasi sasaran pengamatan itu.
Untuk menguji keabsahan data menurut Lincoln dan Guba (1985),
62
perpanjangan kehadiran peneliti/ pengamat, pengamatan terus menerus,
triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif, pengecekan atas
kecukupan referensi dan pengecekan kembali.
Untuk menguji kesahihan atau keabsahan data atau informasi juga
menggunakan beberapa teknik seperti perpanjangan jangka waktu penelitian
di lapangan, ketekunan pengamatan, diskusi dengan teman sejawat dan
triangulasi.
E. Pelaksanaan Penelitian
Dari uraian mengenai sumber data, teknik dan instrumen
pengumpulan data, maupun prosedur dan teknik analisis data di atas,
sebenarnya secara tidak langsung sudah tergambar bagaimana
tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pelaksanaan penelitian ini.Sebelum dilaksanakan penelitian sesungguhnya, sebagai langkah awal
yang dilakukan adalah melakukan pra survey yang dilakukan dalam bentuk
wawancara dengan para kepala sekolah, guru, staf maupun dengan siswa itu
sendiri. Kemudian diskusi sesama teman mahasiswa pascasarjana dan selanjutnya diskusi dalam kegiatan bimbingan dengan dosen pembimbing.
63
ijin dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Cicendo tersebut baru
penelitian ini dilaksanakan.
Sebagai kegiatan penelitian tahap pertama adalah tahap eksplorasi yang meluas dan menyeluruh. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pertama
ini adalah dengan melakukan pendekatan secara terbuka kepada responden.
Sasaran yang dicari di sini semacam orientasi untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari proses kegiatan supervisi.
Jadi seperti yang telah disinggung dalam uraian mengenai sumber data atau informasi, maka yang dianggap mengetahui gambaran secara luas dan
menyeluruh dari proses supervisi pendidikan dalam upaya peningkatan mutu
sekolah, dalam hal ini sebagai tahap awal adalah kepala sekolah yang selanjutnya akan menggelinding ke sumber data yang lain sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
64
Perkembangan jumlah lulusan siswa rata-rata pertahun mulai dengan prestasi yang dicapai selama tiga tahun terakhir, keadaan perkembangan kelengkapan alat pelajaran.
Berdasarkan berbagai informasi dapat juga digali informasi tentang isu-isu utama tentang pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia khususnya tenaga kependidikan (guru) pada masa sekarang maupun yang akan datang. Kemudian berbagai data yang menggambarkan efektivitas pelaksanaan supervisi pendidikan di SDN setelah diterapkan program kerja yang akan menentukan keberhasilan pelaksanaan supervisi pendidikan.
Tahap kedua yang dilakukan adalah dengan melakukan eksplorasi fokus masalah. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap kedua ini adalah mencakup menyusun pedoman dalam rangka memperoleh data, seperti membuat pedoman wawancara, mengumpulkan data yang sesuai dengan fokus masalah dan menganalisis data yang diperoleh tersebut.
Pedoman wawancara berisikan petunjuk bagaimana informasi itu dapat diperoleh atau dikumpulkan, siapa saja informannya, informasi apa saja yang perlu digali, bagaimana suatu informasi itu sudah dianggap tercakup dan terpenuhi. Kemudian termasuk berbagai peralatan lainnya yang diperlukan juga. Kemudian penggunaan alat informasi seperti tape recorder,
catatan lapangan, camera untuk mengambil gambar, dan berbagai format
yang diperlukan disediakan sebelumnya.
65
sedang berlangsung secara terus menerus. Prosedur yang dilakukan adalah mereduksi data, yaitu dengan membuat laporan-laporan, rangkuman dam pilihan yang penting-penting yang dikategorikan sesuai dengan taksonomi fokus masalah penelitian, yaitu yang berkaitan dengan proses.
Tahap ketiga yaitu disebut dengan tahap pengencekan dan pemeriksaan keabsahan data. Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah dengan jalan perpanjangan keterlibatan di lapangan, ketekunan pengamatan, diskusi dengan teman sejawat, dan triangulasi.
Perpanjangan keterlibatan di lapangan dalam melaksanakan penelitian kualitatif ini tampaknya sangat diperlukan untuk melakukan pemeriksaan kesahihan atau keabsahan data supaya dapat dipercaya kebenarannya. Terlebih-lebih melihat sumber data itu cukup banyak, maupun data yang dikumpulkan itu juga cukup banyak, oleh karena itu perlu ada kemungkinannya untuk penambahan waktu di lapangan.
Demikian juga tidak hanya waktu yang perlu diperpanjang, tetapi juga diperlukan ketekunan penelitidi dalam mengamati berbagai data atau informasi, sebab pengumpulan data merupakan pekerjaan yang tidak mudah,
memang agak sulit untuk dapat menggali data yang terjamin kebenarannya dan untuk dapat tercapainya ketercakupan dan keterjenuhan data yang
diperlukan.
66
rangka untuk dapat menangkap ide-ide yang dikemukan oleh berbagai pihak
dalam pelaksanaan supervisi pendidikan khusunya di Kota Bandung.
Triangulasi dimaksudkan adalah kegiatan dalam rangka mengecek
data atau informasi yang berasal dari satu sumber. Cara yang dilakukan
adalah dengan cara menggali dan mengumpulkan data atau informasi itu dari
sumber data yang lain dengan menggunakan metode yang berbeda. Secara
nyata di lapangan dalam hubungan ini dilakukan pengumpulan suatu data
atau informasi itu dari sumber yang lain.
Kegiatan
triangulasi
ini
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
membandingkan data atau informasi tentang hal yang sama yang diperoleh
dari berbagai pihak. Dengan demikian tingkat kepercayaan dan kebenaran data atau informasi dapat dijamin, dan demikian pula terjadinya subjektivitas dalam penelitian ini dapat dihindari. Bahkan tidak saja dalam proses
pengumpulan
data atau informasi diusahakan tingkat kebenaran dan
kepercayaan dijamin, tetapi setelah data di analisis dan kemudian dituangkan
dalam bentuk draf laporan yang juga dilakukan seminar dengan mengundang kembali para informan yang dilibatkan dalam penelitian ini. Dengan demikian laporan penelitian inipun tingkat kebenaran dan kepercayaannya
menjadi lebih terjamin.
Untuk lebih mudahnya memahami tahapan-tahapan dari pelaksanaa
penelitian ini, maka dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut di
Tahap I
Bagan 3
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Studi Kepustakaan
hnlnan
V v v
Wawancara Observasi
1
T
1
Dokumentasi
Penyusunan Disain Penelitian
Ijin Penelitian
67
Tahap II
Eksplorasi Pengumpulan dan Analisis Data
K
Azas TriangulasiWawancara Tahap III Member Check Perpanjangan waktu Tahap TV Laporan Penelitian Observasi Klasifikasi Data Analisis Data Makna Pengumpulan dan Analisis Data Diskusi Observasi Klasifikasi Data Analisis Data Makna
Draf Laporan Penelitian
Dokumentasi
Konsep teori
Azas Triangulasi
Dokuimentasi
Konsep Teori
Seminar Draf Laporan Penelitian
68
F. Validitas dan Reliabilitas Data
Untuk mengukur kesahihan data hasil temuan penelitian penelitian kualitatif, digunakan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas (kesahihan/ keabsahan) data tersebut yaitu validitas internal dinyatakan dalam kredibilitas; dan validitas eksternal dinyatakan dalam transferabilitas; sedang reliabilitas dinyatakan dalam dependabihtas; serta objektivitas dinyatakan confirmabilitas (Lincoln and Cuba, 1985: 288).
1. Kredibilitas (Validitas internal)
Untuk mencapai kredibilitas atau kebenaran data yang diperoleh dan mencari kecocokan antara konsep peneliti dengan konsep responden dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Triangulasi, yaitu mengecek kebenaran data dengan cara membandingkan
dengan data atau informasi yang didapat dari sumber lain, pada berbagai
fase lapangan dengan menggunakan metode yang berlainan.
b. Membicarakannya dengan orang lain/ kolega (peer debriefing). Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan catatan lapangan, baik dengan kolega maupun sesama profesi, misalnya dengan sesama karyawan. Kemudian
juga membicarakannya dengan atasan alumni sehingga mendapatkan data
yang sebenarnya. Dari kegiatan ini diharapkan ada masukan-masukan dan pandangan obyektif dan netral, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian.
- •*- - - ,„, z *>i
* t?
diberikan oleh narasumber dan diupayakan untuk mema^am1^a«$£tr
disampaikan, agar kemungkinan kesalahan sangat kecil.
d. Member check. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keyakinan terhadap data/ informasi yang diberikan oleh narasumber, perlu selalu dikonfrrmasikan sehingga tidak terjadi kekeliruan yang berarti. Data /informasi yang didapat apabila ada kekurangan akan ditambah dan diperbaiki bersama dengan narasumber.
2. Transferabilitas (Validitas eksternal)
Transferabilitas yaitu melihat sampai sejauh mana hasil penelitian dapat digunakan dalam situasi yang lain. Bagi peneliti naturalistic,
transferability tergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil
penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu (Nasution, 1996:118-119)
3. Dependabilitas (Reliabilitas)
Hasil penelitian ini memiliki dependabilitas atau reliabilitas tergantung pada kemungkinan orang lain mengulangi penelitian yang sama dengan memperoleh hasil yang sama pula. Oleh karena itu perlu diberi
keterangan jelas mengenai: (1) status dan kedudukan peneliti; (2).pilihan informan; (3) situasi dan kondisi sosial; (4) definisi konsep; (5).metode
pengumpulan dan analisis data.
4. Konfirmabilitas (Objektivitas)
70
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Hasil temuan dan pembahasan yang disajikan dalam Bab IV, maka dalam Bab V ini akan disampaikan kesimpulan, implikasi dan saran sebagai kajian yang telah dilakukan.
A. Kesimpulan
Setelah pembahasan yang dipaparkan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Indikator Proses Belajar Mengajar (PBM) yang berkualitas berdasarkan
pemahaman kepala sekolah SDN Pajajaran yaitu dapat dilihat baik dari
proses belajar mengajar maupun kualitas lulusan. Pada proses belajar
mengajar dapat dilihat dari prosentase anak yang naik kelas, serta kualitas
lulusan dapat dilihat dari prosentase jumlah lulusan yang masuk ke SLTP
negeri tentunya SLTP yang unggulan atau yang difavoritkan. Selain itu
juga tidak kalah pentingnya yaitu memiliki tenaga pengajar yang
profesional, sarana prasarana yang mendukung, metode pengajaran yang
bervariasi dan sistem rekruitmen siswa yang baik. Kesemua indikatortersebut masih berupa gambaran yang ideal namun belum dapat direalisasikan, karena indikator tersebut belum dimiliki oleh
SDN Pajajaran. Dalam hal ini persepsi kepala sekolah terhadap kualitas
PBM SDN Pajajaran masih jauh dari yang diharapkan. Kualitas PBM
yang ada sangat tergantung pada kualitas dan kreativitas pengajar di
124
kelas. Sedangkan para pengajar yang memiliki persyaratan demikian
masih sangat kecil jumlahnya.
2. Pendapat gum terhadap kepala sekolah selaku supervisor pengajaran
dalam Proses Belajar Mengajar di SDN Pajajaran adalah bahwa masih
kurangnya perhatian kepala sekolah terhadap kualitas di sekolah hal ini
disebabkan kurangnya kemampuan kepala sekolah dalam memenej danmerencanakan program yang berkuahtas. Proses Belajar Mengajar (PBM)
SDN Pajajaran Bandung masih membutuhkan perhatian yang cukup
serius, temtama perhatian dari kepala sekolah selaku penanggung jawab
langsung atas proses belajar yang berlangsung. Kepala sekolah sebagai
supervisor proses belajar mengajar (PBM) di sekolah hams terns menerus
memperbaiki kuahtas SDN Pajajaran agar dapat bersaing dimasa
mendatang. Dalam hal ini dalam memberikan bantuan ataupun
memberikan solusi dalam permasalahan yang dihadapi.
3. Kegiatan
kepala
sekolah
selaku
pengawas
(supervisor)
dalam
meningkatkan kuahtas Proses Belajar Mengajar di SDN Pajajaran adalah
dengan mengaktifkan kembali program pertemuan mtin semua pengajar
dalam wadah Kelompok Kerja Guru dan kepala sekolah dalam wadah
Kelompok Kerja Kepala Sekolah. Hal itu dengan tujuan untuk
mengevaluasi perkembangan siswa, serta menindaklanjuti
kendakd-kendala baik yang dilakukan oleh gum ataupun kepala sekolah. Yang
diprogramkan pertemuan dijadwalkan seminggu sekali tersebut tidak
125
kemampuan kepala sekolah dalam meiigelola sekolah kearah yang lebih
baik untuk meningkatkan mutu lulusan yang lebih baik. Dengan
mengatasi kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam meningkatkan
Proses Belajar Mengajar (PBM) yang berkualitas, untuk itu dilakukan
analisis SWOT agar mendapatkan rencana program yang matang.
Sehingga menjadi program yang dapat dimasukan pada program
mendatang.
4. Upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi masalah proses
belajar mengajar dengan cara mengkonsolidasikan kembali
kekuatan-kekuatan seperti tenaga pendidik yang mayoritas PGSD untuk
dioptimalkan kembali kinerjanya. Memperbaiki kepemimpinan kepala
sekolah agar kepercayaan para bawahannya membaik. Dengan begitu
diharapkan kepala sekolah lebih banyak lagi belajar agar dapat memiliki
kemampuan sebagai pimpinan. Mempromosikan sekolah dasar negeri
Pajajaran agar dapat lebih dikenal lagi oleh masyarakat Kota Bandung
dengan cara mengadakan acara Bazar pada Semesteran dimana dalam
acara ini menonjolkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki olah para
siswa/siswi SDN Pajajaran serta mempromosikan program-programnya
untuk pendidikan dimasa mendatang. Terlebih selalu mengikutsertakan
siswa/siswinya dalam mengikuti perlombaan mata pelajaran di tingkat
regional ataupun nasional. Serta mendorong para gum agar dapat
meningkatkan kemampuannya yang maksimal dalam melaksanakan
126
berkesinambungan dan memiliki kreativitas tinggi sehingga para siswa
dan gum tidak merasa jenuh dan dapat menemukan inovasi-inovasi dalam proses belajar mengajarnya. Memberikan pelayanan yang terbaik terhadap kualitas lulusan SDN Pajajaran agar masyarakat Kota Bandung
lebih percaya lagi terhadap sekolah negeri Pajajaran.
B. Implikasi
Imphkasi yang dapat dirasakan langsung oleh pihak Sekolah Dasar
Negeri Padajajran dengan adanya upaya meningkatkan Proses Belajar
Mengajar, adalah:
1. Adanya tenaga pengajar yang profesional, sarana prasarana yang
mendukung, metode pengajaran yang diberikan kepada siswa lebih baik,
kemudian sistem rekruitmen siswa yang baik dapat meningkatkan mutu lulusan. Namun kesemua indikator tersebut mempakan awal dari upaya
kepala sekolah dalam memahami kuahtas SDNPajajaran.
2. Keinginan berperannya gum di SDN Pajajaran dalam meningkatkan
kualitas PBM sangat besar. Tingkat kreativitas guru memberikankontribusi terhadap PBM yang lebih hidup. Jumlah gum SDN Pajajaran
yang memiliki kemampuan profesional serta memihki daya kreativitas
tinggi sangat kecil. Akibatnya adalah bahwa perlu adanya kerja keras
kepala sekolah dalam mengelola kekuatan untuk meningkatkan kualitas
127
3. Kurangnya kemampuan baik itu dalam memenej sekolah maupun kemampuan membuat program mengakibatkan kepala sekolah tidak mendapatkan perhatian yang cukup baik dari para guru maupun personil sekolah lainnya. Ketidakpercayaan guru pada kepala sekolah terhadap
kemampuan memimpin dan mengelola sekolah menjadikan guru dan
kepala sekolah tidak dapat bekerja sama dengan baik. Pertemuan rutin
yang dilaksanakan kepala sekolah dapat terlaksana dengan cara
menentukan tujuan evaluasi sebelumnya dengan jelas. Hal ini harus
didukung dengan adanya rencana program yang jelas dan temkur pula.
Sehingga dukungan para guru terhadap kepala sekolah akan baik.
4. Kendala yang dihadapi SDN Pajajaran saat ini dijadikan sebagai
pendorong untuk melakukan yang lebih baik lagi dengan melakukan
rencana program dimasa mendatang yang lebih matang. Sehingga untuk
mencapai mutu lulusan yang lebih baik dengan cara mengatasi kendala
yang dihadapi kepala sekolah dalam meningkatkan Proses Belajar
Mengajar (PBM) yang baik akan terlaksana.
C. Rekomendasi
Pada tesis ini ada beberapa hal yang menjadi pokok yang dapat
direkomendasikan terhadapbeberapa lembaga sebagai berikut:
1. Pihak Sekolah, diharapkan dapat memanfaatkan kekuatannya sebagai
sekolah yang sudah lama berdiri dan memiliki pengalaman yang lebih.
selayaknya untuk mempromosikan diri kepada masyai
keunggulan yang pernah dicapai sekolah tersebut, sehingga^
lebih tertariklagi dan sekaligus menjadi dekat dengan pihak sekoIa%=--" 2. Dewan Sekolah yang selama ini kurang terjalin baik agar lebih
dikondusifkan lagi terutama demi berlangsungnya kegiatan PBM yang
diharapkan lebih baik lagi.
3. Pihak Dinas Pendidikan Kota Bandung, diharapkan dapat membantu
kepala sekolah selaku supervisor pengajaran dalam Proses Belajar
Mengajar, agar dapat meningkatkan sistem proses belajar mengajar
sekolah dengan baik. Sehingga dalam menyongsong otonomi daerah
nanti SDN Pajajaran cukup siap untuk menghadapinya.
4. Penelitian lebih lanjut. Dengan keterbatasan penelitian yang hanya
menggunakan metode kualitatif pada SDN Padajajaran, maka peneliti
merasakan perlu adanya penelitian yang ruang lingkupnya lebih luas serta
menggunakan
metode
penelitian yang berbeda.
Disamping
itu
diharapkan dapat menindaklanjuti penelitian ini dengan memadukan
DAFTAR PUSTAKA
Adams & Dickey, F.G. (1953). Basic Principles of Supervision. New York:
American Book Company.
Arikunto, Suharsimi. (1987> Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta.
(1996> Prosedur Penelitian; Suatu pendekatan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bennis & Townsend. (1998). Reinventing Leadership, Menciptakan Kembali
Kepemimpinan. Interaksara: Jakarta.
Castetter, William. B. (1996). The Human Resource Function In Educational
Administration. New Jersey: A. Simon & Schuster Company.
Departemen P dan K. (1975). Kurikulum SD, buku III D: Pedoman
Administrasi danSupervisi. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Dimiyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Engkoswara. (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Dirjen Dikti,
Jakarta.
Fattah, Nanang. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung:
Rosdakarya.Faisal, Sanafiah. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Good, Carter V. (1973). Dictionary ofEducation. New York: Mc Graw-Hill
Book Company.
Hadari Nawawi. (1984). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Alfabet.
Hamalik, Oemar. (2000). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bumi
Aksara: Jakarta
130
Handoko, T.H. (1997). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE: Yogyakarta.
Haryono, Hadi. (1998;. MetodologiPenelitian Kualitatif. Jakarta.
Irianto, Jusuf. (2001). Isu-Isu Strategis Pengembangan Sumber Daya Manusia. Insan CendekiaLincoln: Jawa Timur
Jalal, Fasli dan Supriadi, Dedi. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adi Cita
Kast & Rosenzweig. (1970). Organization an management, Asystem approach. McGraw-Hill, Kogasukha, Ltd, Tokyo
Makmun, Abin Syamsuddin. (1999). Analisis Perkiraan Kebutuhan Pendidikan Masa Depan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Biro Perencanaan Sekretariat Jendral.
, (1996> Pengembangan profesi dan Kinerja Tenaga
Kependidikan. Bandung: Program Pascarsarjana IKIP Bandung.
, (1998;. Perencanaan Pendidikan:. Program Pascarsarjana IKIP
Bandung.
, (1999). Pemberdayaan Sistem Perencanaan dan Manajemen
Berbasis sekolah Menuju ke Arah Peningkatan Kualitas Kinerja
Pendidikan yang diharpkan (Pidato Pengukuhan). Bandung: Program
Pascarsarjana IKIP Bandung.
Maleong, J. Lexy. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif Remaja Rosda
Karya. Bandung.Miles. M.B & Huberman, Michael. A. (1984;. Qualitative Data Analysis, A.
SourceBook ofNewMethode. Bavery Hills: Sage Publication.
Moekijat. (1976). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Mandar Maju:
Bandung.Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif
Tarsito: Bandung.
Notoatmodjo, Soekidjo. (1992). Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Rineka: Cipta.Oteng Sutisna. (1980). Asas-asa Supervisi Pengajaran. Publikasi jurusan
Adpen, FIP IKIP Bandung:
.
., (1983). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek
131
, (1986). Peranan Supervisi dalam Pengembangan dan
Pelaksanaan Kurikulum. Makalah disampaikan dalam seminar dan
diskusi tentang pengembangan kurikulum tanggal 26 Agustus 1986 di FPS IKIP Bandung.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1990.
Pidarta Made. (1995). Peranan kepala sekolah pada pendidikan dasar, seri manajemen pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Purwanto Ngalim. (1975). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Mutiara.
Robbins Everett M. (1969). Modernization Among Peasant, The Impact of
Communication, Holt, Rinehart and Cumston, Inc, New York.
Sardiman, A.M. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Ikrar Mandiri abadi.
Sanusi Achmad. (1990). Profesionalisme dalam Pengelolaan Pendidikan Nasional. Makalah: Jakarta.
Satori, Djam'an. (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar
(Disertasi). Bandung, Program Pascasarjana
, (1999). Perencanaan Pendidikan Makro dan Mikro Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Biro Perencanaan Sekretariat
Jendral.
Senge, Peter M. (1996). Seni & Praktek dari Organisasi Pembelajar. Binarupa
Aksara: Jakarta
Selayang Pandang Gugus Sekolah, Kantor Departemen Pendidikan Nasional
Kota Bandung
Sikula, A.W. (1982). Personal Administration anHumanResources
Management, A. WileyTrans Editin, John Wiley & Ssanta Barbara.
Siagian, SP. (1987). Pengembangan SDM. Gunung Agung. Jakarta.
Simamora, H. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
132
Simanjuntak, Payaman J. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya
Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:
Jakarta
Stewart, Aileen Mitchell. (1998). Empowering People, dialih bahasakan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Supriadi, Dedi. (1996). Kreativitas kebudayaan dan perkembangan Iptek.
Bandung: AlfabetaTilaar, H.A.R. (1997). Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era
Globalisasi; Visi, Misi dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan
Menuju 2020. Jakarta: Rosdakarya.
Timpe, Dale. (1999). Manajemen Sumberdaya Manusia; Kinerja, dialih
bahasakan oleh : Sofyan Cikmat. Jakarta : PT. Gramedia., (1999). Manajemen Sumberdaya Manusia:, Kepemimpinan,
dialih bahasakan oleh : Susanto Boedhidarmo. Jakarta : PT. Gramedia.Undang-undang Nomor 2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wahyudi, Bambang. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit
Sulita: Bandung
Wardiman D & Ace Suryadi. (1995). Peningkatan Sumber Daya Manusia
Untuk Pembangunan. Jakarta: PusatInformatik Balitbang Dikbud.
Westerman, John & Donoghue, Pauline, Pengelolaan Sumber Daya
Manusia. Alih bahasa Suparman. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiles, K. (1953). Supervision for Better Schools. New Jersey: Prentice-Hall
Inc.
Winardi. (1983). Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Management.
Bandung: Alumni.Yoyon. (1997). Manajemen Mutu Terpadu. Bandung. Laboratorium