METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Juni 2017 di
Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
sedangkan pengujian terhadap kertas dilakukan di Laboratorium Balai Besar Pulp
dan Kertas Bandung.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah kertas,
daun mangga kering, daun pisang kering, dan sampah sawi yang berfungsi sebagai
bahan pembuatan kertas daur ulang yang akan diteliti, sampah plastik dan air yang
berfungsi sebagai bahan tambahan pembuatan kertas daur ulang, dan lem putih (lem
Fox) yang berfungsi sebagai perekat.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender yang
digunakan untuk menghaluskan bahan, kain kasa yang digunakan untuk pelapis pulp
yang sudah dibentuk, papan kayu yang digunakan sebagai tempat penjemuran kertas
agar tetap rata, timbangan digital digunakan untuk menimbang massa bahan, ember
plastik untuk tempat air, gelas ukur untuk mengukur volume air, label nama
digunakan sebagai penanda sampel, oven yang berfungsi untuk mengeringkan daun,
presser yang digunakan untuk menekan bahan daur ulang, alat tulis yang digunakan
sebagai perlengkapan penelitian, kamera yang digunakan umtuk mendokumentasikan
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan 3 jenis sampah daun yaitu daun mangga
(Mangifera indica L), daun pisang (Musaparadisiaca L), dan Sawi
(Brassica juncea L.).Dan 3 kali pengulangan untuk setiap jenis
perbandingan.Perbandingan komposisi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5a. Perbandingan komposisi sampah kertas, sampah daun, dan sampah plastik
Perlakuan Sampah Ketas
Tabel 5b. Perbandingan komposisi sampah kertas, sampah daun, dan sampah
Keterangan: KPMP= Kertas, Plastik, Mangga, Pisang; KPMS= Kertas, Plastik, Mangga, Sayur; KPPS=Kertas, Plastik, Pisang, Sawi, KPMPS=Kertas, Plastik, Mangga, Pisang, Sayur
Perbandingan dilakukan pada sampel dengan berat kering total 100 gram.
Prosedur Penelitian
− Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Prosedur pengeringan sampah daun :
• Mengeringkan daun dibawah sinar matahari hingga daun menjadi
rapuh.
• Menimbang sampah daun yang sudah rapuh.
• Mengeringkan kembali sampah daun yang sudah ditimbang
menggunakan oven dengan suhu ±1050C selama 2-4 jam
• Menimbang kembali daun yang sudah di kering ovenkan.
− Merendam sampah kertas, selama 12 jam agar bahan menjadi lembek
(IDEP, 2010).
− Menghaluskan sampah kertas dan sampah daun menggunakan blender dan
dicacah pula kantong plastik menjadi potongan-potongan kecil sebesar
1-3 mm.
− Menyiapkan ember dan diisi air ¾ bagian.
− Memasukan screen ke dalam air dan dipastikan tidak ada gelembung pada
screen.
− Mencampurkan semua bahan yang sudah dihaluskan kemudian diberikan lem
sebanyak 20% dari berat total campuran ke dalam campuran.
− Menyatukan screen dengan frame yang berada diatas screen dan jaga agar
tinggi air tetap setengah tebal frame.
− Memasukan campuran bahan ke dalam cetakan dan diratakan.
− Menekan menggunakan presser dengan tekanan sebesar 50 kg/cm2 atau
5 MPa
− Menjemur diatas papan kayu selama 2-3 jam dibawah sinar matahari, namun
apabila tidak ada panas matahari maka dijemur selama 12 jam
(Sutyasmi, 2012).
Parameter Penelitian
1. Gramatur Kertas
Gramatur adalah nilai yang menunjukkan bobot kertas per satuan luas kertas
(g/m2). Sebelum menimbang bobot kertas, terlebih disiapkan kertas dengan ukuran
10 cm x 10 cm. Pengambilan contoh dan penimbangan dilakukan pada kondisi
standar. Setelah ditimbang menggunakan neraca analitik, dihitung gramaturnya
dengan persamaan berikut:
... (3)
(BSNI, 2006). 2. Uji Ketahanan Tarik
Ketahanan tarik adalah daya tahan maksimum lembaran pulp, kertas, atau
karton terhadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung jalur tersebut sampai putus,
diukur pada kondisi standar. Contoh uji lembar kertas yang berukuran panjang
200 mm dan lebar 15 mm dengan tepi sejajar (masing-masing untuk arah silang
mesin dan searah mesin) dijepit pada kedua ujungnya dengan jarak 100 mm pada
tensile tester yang dimulai dari ujung atas dan terpasang merata dan tidak melintir.
Motor dijalankan untuk mengayunkan bandul hingga berhenti bersama putusnya
lembaran contoh uji. Ketahanan tarik dapat langsung dibaca pada alat dan dinyatakan
dalam kgf atau kN/m (1 kgf per 15 mm = 0,6538 kN/m). Ketahanan tarik dihitung
menggunakan Persamaan (5) dimana T merupakan skala yang terbaca dalam satuan
gf dan 0,6538 merupakan faktor konversi dan indeks tarik dihitung menggunakan
Persamaan (6).
Ketahanan tarik (kPa) = T x 0,6538 ... (5)
... (6)
(BSNI, 2010).
3. Uji Penyerapan Kertas Terhadap Air
Daya serap kertas terhadap air merupakan salah satu sifat bahan kertas yang
menunjukan kemampuan kertas untuk menyerap air. Pengukuran daya serap air
dilakukan dengan menggunakan alat COBB tester. Pengujian ini dilakukan dengan
menyiapkan kertas dalam ukuran 12 cm x 12 cm dan ditimbang. Selipkan kertas uji
diantara plat dan tabung, kemudian baut penahan dipasang dengan rapat sehingga
tidak bocor. Masukan 100 ml air kedalam alat COBB tester dan diamkan selama 1
menit. Selanjutnya keluarkan air dari alat dan ambil lembar contoh dari alat.
Keringkan atau serap air dipermukaan kertas dengan menggunakan kertas saring.
Timbang kembali contoh uji. Lakukan dengan dua kali ulangan untuk masing-masing
sisi kertas. Daya serap kertas terhadap air dihitung menggunakan
persamaan (4).
Dimana: a = massa lembar contoh uji sesudah dibasahi (g)
b = massa lembar contoh uji sebelum dibasahi (g)
c = luas daerah uji (cm2)
F = faktor konversi terhadap satuan luas daerah uji
Cobbx = daya serap air yang terjadi (g/m2) (BSNI, 2008).
4. Sifat Ketahanan Sobek
Ketahanan sobek adalah gaya yang diperlukan untuk menyobek selembar
kertas yang dinyatakan dalam gram gaya (gf) atau miliNewton (mN) dan diukur
dalam kondisi standar. Contoh uji yang panjangnya (76±2) mm dan lebarnya
(63±0,15) mm dipasang diantara kedua penjepit tearing tester pada kondisi vertikal
searah dengan lebar contoh uji. Penyobekan awal dilakukan dengan menggunakan
pisau yang tersedia pada alat tersebut selebar 20 mm sehingga contoh uji yang belum
tersobek 43 mm. Penahan bandul ditekan sehingga bandul mengayun bebas serta
menyobek contoh uji. Bandul berhenti setelah contoh uji putus dan nilai ketahanan
sobek dapat dibaca pada skala penguji. Ketahanan sobek dihitung menggunakan
persamaan 1 dimana S merupakan skala yang terbaca dan 9,087 merupakan faktor
konversi. Sedangkan indeks sobek dihitung menggunakan Persamaan 2.
Ketahanan sobek (mN) = S x 9,087 ... (1)
Indeks Sobek ... (2)
Analisis Statistika
Pada penelitian ini digunakan uji analisi ragam (ANOVA) untuk menguji
kualitas dari kertas seni tersebut. Analisis ragam (analysis of variance) atau ANOVA
adalah suatu metode analisis statistika yang termasuk ke dalam cabang statistika
inferensi. Uji dalam anova menggunakan uji F karena dipakai untuk pengujian lebih
dari 2 sampel. Dalam praktik, analisis varians dapat merupakan uji hipotesis (lebih
sering dipakai) maupun pendugaan (estimation), khususnya di bidang genetika
terapan). Anova (Analysis of variances) digunakan untuk melakukan analisis
komparasi multivariabel. Teknik analisis komparatif dengan menggunakan tes “t”
yakni dengan mencari perbedaan yang signifikan dari dua buah mean hanya efektif
bila jumlah variabelnya dua. Untuk mengatasi hal tersebut ada teknik analisis
komparatif yang lebih baik yaitu Analysis of variances yang disingkat Anova
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai gramatur, kekuatan tarik, daya
serap air dan ketahanan sobek kertas daur ulang dipengaruhi oleh komposisi bahan
yang dipakai. Bahan penyusun kertas daur ulang yang digunakan adalah sampah
kertas, sampah daun (mangga, pisang dan sawi) dan sampah plastik. Dari penelitian
yang telah dilakukan, diperoleh hasil kertas daur ulang dengan karakteristik kertas
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6a dan Tabel 6b.
Tabel 6a. Hasil uji laboratorium
Perlakuan Gramatur
Tabel 6b. Hasil uji laboratorium
Keterangan: KPMP= Kertas, Plastik, Mangga, Pisang; KPMS= Kertas, Plastik, Mangga, Sayur; KPPS=Kertas, Plastik, Pisang, Sawi, KPMPS=Kertas, Plastik, Mangga, Pisang, Sayur
Dari Tabel 6 dapat dilihat nilai gramatur tertinggi yaitu pada perlakuan KPP3
(85% Kertas, 15% daun pisang dan 5% plastik)sebesar 1750 g/m2 dan nilai gramatur
terendah yaitu pada perlakuan KPS1 (50% Kertas, 45% sawi dan 5% plastik) sebesar
110 g/m2. Nilai kekuatan tarik tertinggi yaitu pada KPP3 sebesar 3,35 mN dan nilai
kekuatan tarik terendah pada KPMP1 (50% Kertas, 45% daun mangga dan pisang
serta 5% plastik) sebesar 1,11mN. Dan untuk nilai ketahanan sobek untuk semua
(a)
(b)
(c)
Kemudian dilakukan pengujian sidik ragam Duncan Multiple Range Test
(DMRT). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang telah
dilakukan menghasilkan perbedaan yang nyata terhadap sample atau tidak. Dan hasil
dari analisis sidik ragam dapat dilihat pada uraian berikut.
1. Gramatur
Kriteria gramatur kertas daur ulang dalam penelitian ini disesuaikan dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 0123-2008 (BSNI, 2008), sehingga nilai gramatur
yang diambil adalah 225 g/m2 - 500 g/m2. Hasil dari perhitungan nilai gramatur kertas
daur ulang yang dihasilkan (Lampiran 3) dapat dilihat pada Gambar 2.
Dari Gambar 2 perbandingan antara komposisi sampah daun dengan nilai
gramatur dapat dilihat bahwa penurunan persentase komposisi sampah daun
berpengaruh terhadap kenaikan nilai gramatur, karena ditandai dengan bentuk grafik
yang semakin naik. Nilai gramatur tertinggi terjadi pada komposisi sampah daun
15%, sedangkan nilai gramatur terendah terjadi pada komposisi sampah daun 45%.
Dan dari Gambar 1(a), dapat dilihat bahwa nilai gramatur paling besar ialah
KPP3 sebesar 1750 g/m2 dan nilai gramatur paling kecil ialah KPS1 sebesar
110 g/m2. Hal ini disebabkan perbedaan jumlah serat yang terkandung didalam
sampah daun. Dalam penelitian ini, jumlah serat terbanyak terdapat pada daun pisang
dan daun sawi. Karena menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (2012) dan
Pereira dkk (2015) bahwa jumlah serat yang terkandung di dalam 100 g sawi sebesar
0,7 g sedangkan jumlah selulosa dan hemiselulosa yang terdapat di dalam daun
Selain dipengaruhi oleh jumlah serat yang terkandung di dalam sampah daun
yang digunakan, hal lain yang mempengaruhi besarnya nilai gramatur kertas daur
ulang tersebut ialah penggunaan bahan pada pembuatan kertas. Dapat dilihat pada
Gambar 1a. bahwa setiap sampel bernomor 3 untuk tiap-tiap perlakuan akan
menghasilkan nilai yang paling besar dibandingkan sampel bernomor 2 dan 3. Hal ini
dikarenakan penggunaan jumlah pulp kertas yang lebih banyak. Faktor ini telah
dikemukakan oleh Ariyani (2012) yang mengatakan bahwa terjadinya keragaman
gramatur mengindikasikan adanya perbedaan pemakaian bahan baku kertas per
satuan luas.
Bila dibandingkan antara nilai gramatur kertas yang didapat dengan kriteria
nilai gramatur yang telah ditetapkan, dapat diambil kesimpulan bahwa kertas daur
ulang yang dihasilkan masih belum memenuhi kriteria Standar Nasional Indonesia
(SNI), karena nilai gramatur yang didapat lebih besar dari nilai maksimum SNI. Nilai
gramatur kertas berbahan sampah daun mangga dengan komposisi 45%, 30% dan
15% ialah 1430 g/m2, 1510 g/m2, dan 1570 g/m2. Nilai gramatur kertas berbahan
sampah daun pisang dengan komposisi 45%, 30%, dan 15% ialah 1610 g/m2,
1680 g/m2, dan 1750 g/m2. Nilai gramatur kertas berbahan sampah sawi dengan
komposisi 45%, 30% dan 15% ialah 110 g/m2, 480 g/m2, dan 1060 g/m2. Nilai
gramatur kertas berbahan sampah daun mangga dan pisang dengan komposisi 45%,
30% dan 15% ialah 1400 g/m2, 1560 g/m2, dan 1730 g/m2. Nilai gramatur kertas
berbahan sampah daun mangga dan sawi dengan komposisi 45%, 30% dan 15% ialah
pisang dan sawi dengan komposisi 45%, 30% dan 15% ialah 900 g/m2, 1250 g/m2,
dan 1500 g/m2. Dan nilai gramatur kertas berbahan sampah daun mangga, pisang dan
sawi dengan komposisi 45%, 30% dan 15% ialah 1560 g/m2, 1630 g/m2, dan
1700 g/m2. Uraian tersebut menunjukan hanya nilai gramatur sampel KPS2 yang
memenuhi SNI yaitu 480 g/m2.
Nilai determinasi pada Gambar 2a hingga Gambar 2g secara berurut ialah
lebih besar dari 0,98. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan komposisi sampah daun
memberikan pengaruh secara linier terhadap nilai gramatur. Karena Chung (2001)
menyatakan bahwa R-square disebut sebagai koefisien determinasi yang dapat
diartikan sebagai rasio variasi yang dijelaskan oleh model terhadap variasi total yang
ada pada Y. R2=1 menunjukan bahwa model tersebut benar-benar menjelaskan
variabilitas pada Y, karena model harus melewati setiap pengukuran. Di sisi lain, bila
R2=0 menunjukan bahwa model tidak menjelaskan variabilitas pada nilai Y. R2 yang
lebih besar dari 0,5 dianggap sebagai hubungan antara variabel terikat dan model
yang signifikan.
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 5), dapat dilihat bahwa perbedaan
perbandingan komposisi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai gramatur
kertas daur ulang. Hasil pengujian dengan menggunakan Duncan Multiple Range
Test (DMRT) dapat dilihat pada Tabel 7 hingga Tabel 14.
Tabel 7. Hasil uji duncan terhadap nilai gramatur kertas sampah daun mangga
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPM1 1430 a A
2 36,93 55,95 KPM2 1510 b B
3 38,27 58,05 KPM3 1570 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Tabel 7 menunjukkan bahwa perbedaan persentase sampah daun mangga
memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 0,05 dan berbeda sangat nyata
pada taraf 0,01terhadap nilai gramatur kertas.
Tabel 8. Hasil uji duncan terhadap nilai gramatur kertas sampah daun pisang
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPP1 1610 a A
2 20,27 30,72 KPP2 1680 b B
3 21,01 31,87 KPP3 1750 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Berdasarkan Tabel 8, hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pada taraf 0,05
perlakuan memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai gramatur kertas dan pada
taraf 0,01 perlakuan memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai
gramatur kertas.
Tabel 9. Hasil uji duncan terhadap nilai gramatur kertas sampah sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPS1 110 a A
2 23,43 35,51 KPS2 480 b B
3 29,35 44,52 KPS3 1060 c C
Dari hasil uji Duncan yang disajikan pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa pada
taraf 0,05 perlakuan memberikan pengaruh yang nyata dan pada taraf 0,01
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai gramatur kertas daur ulang
yang dihasilkan dalam penelitian ini.
Tabel 10. Hasil uji duncan terhadap nilai gramatur kertas sampah daun mangga dan pisang
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPMP1 1400 a A
2 14,66 22,22 KPMP2 1560 b B
3 15,20 23,05 KPMP3 1730 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Tabel 10 menunjukkan bahwa perbedaan persentase sampah daun mangga dan
pisang memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 0,05 dan berbeda sangat
nyata pada taraf 0,01 terhadap nilai gramatur kertas.
Tabel 11. Hasil uji duncan terhadap nilai gramatur kertas sampah daun mangga dan sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPMS1 1300 a A
2 20,20 30,60 KPMS2 1410 b B
3 20,93 31,75 KPMS3 1500 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Berdasarkan Tabel 11, hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pada taraf 0,05
persentase sampah daun mangga dan sawi memberikan perbedaan yang nyata
terhadap nilai gramatur kertas dan pada taraf 0,01 persentase sampah daun mangga
Tabel 12. Hasil uji duncan terhadap nilai gramatur kertas sampah daun pisang dan sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPPS1 900 a A
2 44,44 67,35 KPPS2 1250 b B
3 46,06 69,86 KPPS3 1500 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Dari hasil uji Duncan yang disajikan pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa pada
taraf 0,05 perlakuan memberikan pengaruh yang nyata dan pada taraf 0,01
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai gramatur kertas daur ulang
yang dihasilkan dalam penelitian ini.
Tabel 13. Hasil uji duncan terhadap nilai gramatur kertas sampah daun mangga, pisang dan sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPMPS1 1560 a A
2 12,19 18,47 KPMPS2 1630 b B
3 12,63 19,16 KPMPS3 1700 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Tabel 14. Hasil uji duncan terhadap nilai gramatur kertas
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Berdasarkan Tabel 14, hasil uji DMRT dengan taraf uji 0,05 menunjukkan
bahwa perlakuan perbandingan sampah daun 45% berbeda nyata dengan perlakuan
perbandingan sampah daun 30% dan 15%. Pada taraf 0,01 menunjukkan bahwa
perlakuan perbandingan sampah daun 45% berbeda sangat nyata dengan perlakuan
perbandingan sampah daun 30% dan 15%.
2. Ketahanan Tarik
Kriteria indeks tarik kertas daur ulang dalam penelitian ini disesuaikan dengan
tarik kertas. Hasil dari perhitungan nilai indeks tarik kertas daur ulang yang
dihasilkan (Lampiran 4) akan dibahas pada uraian selanjutnya dan nilai ketahanan
tarik kertas daur ulang yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3.
Dari Gambar 3 perbandingan komposisi sampah daun dari setiap perlakuan
berpengaruh pada nilai ketahanan tarik. Nilai ketahanan tarik tertinggi terjadi pada
komposisi sampah daun 15%, sedangkan nilai ketahanan tarik terendah terjadi pada
komposisi sampah daun 45% yang berarti semakin rendah persentase sampah daun
maka nilai ketahanan tariknya akan semakin besar. Hal ini ditandai dengan bentuk
garis linier yang semakin naik pada tiap grafik.
Dari hasil pengujian kertas daur ulang, didapatkan nilai ketahanan tarik yang
paling tinggi ialah KPP3 yaitu sebesar 3,35 kN/m dan nilai kekuatan tarik yang paling
rendah ialah KPMP1 yaitu sebesar 1,11 kN/m. Hal ini disebabkan karena jumlah serat
yang terkandung paling banyak terdapat di daun pisang yaitu sebesar 66%-73% dan
yang paling sedikit terdapat di daun sawi yaitu sebesar 0,7%. Namun, kekuatan tarik
juga dipengaruhi oleh tekstur bahan penyusunnya juga. Sehingga dengan tekstur daun
mangga yang bertulang dan berurat dapat menurunkan nilai kekuatan tarik. Karena
menurut Pratiwi (2015) ketahanan tarik kertas dipengaruhi oleh panjang serat,
banyaknya ikatan antara serat, jumlah selulosa dan homogenitas perekat. Serta
didukung oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (2012) yang menyatakan
bahwa kadar serat dalam sawi sebesar 0,7 g dari 100 g sawi dan Pereira dkk (2015)
yang menyatakan kadar selulosa dan hemiselulosa dalam daun pisang sebesar
Gambar 3b. Grafik hubungan antara nilai ketahanan tarik dengan persentase sampah daun. (e) persentase sampah daun mangga dan sawi (KPMS), (f) persentase sampah daun pisang dan sawi (KPPS), (g) persentase sampah daun mangga, pisang dan sawi (KPMPS).
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai ketahanan tarik yang dihasilkan oleh
kertas daur ulang mengalami penurunan bila persentase sampah daun meningkat.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan penurunan nilai ketahanan tarik kertas
daur ulang yang dihasilkan, diantaranya ialah panjang serat dan homogenitas bahan.
Pada penelitian ini, sampah daun yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu,
kemudian dicacah menjadi potongan kecil tanpa adanya proses kimiawi sehingga
masih ada unsur-unsur lain yang terkandung di dalam campuran kertas daur ulang
seperti tulang daun. Hal ini berpengaruh pada ukuran serat yang ada pada daun dan
berkurangnya daya ikat antar serat sehingga menyebabkan penurunan nilai ketahanan
tarik pada kertas. Karena menurut Widiastono dan Zen (2007) faktor yang
mempengaruhi ketahanan tarik lembaran adalah ikatan atau jalinan antar serat,
panjang serat dan kandungan fines. Peningkatan jumlah dan kualitas ikatan atau
jalinan antar serat akan meningkatkan ketahanan tarik lembaran, begitu pula dengan
panjang serat yang lebih tinggi akan menghasilkan ketahanan tarik yang lebih baik.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai ketahanan tarik ialah penggunaan bahan
perekat. Penelitian ini menggunakan lem putih/ lem fox sebagai bahan tambahan
untuk merekatkan campuran bahan kertas daur ulang. Bahan perekat ini akan
memperkuat kertas dan membuat kertas menjadi tidak mudah putus karena bersifat
elastis sehingga dapat memanjang saat dikenakan gaya tarik yang saling berlawanan
arah. Karena menurut Wahyuningtias (2007) ketahanan tarik dipengaruhi oleh
menyatakan bahwa sifat kekuatan kertas ditentukan oleh penambahan bahan perekat
dalam pembentukan lembaran kertas.
Nilai determinasi pada Gambar 3a hingga Gambar 3g ialah lebih besar dari
0,94 yang berarti perbedaan komposisi sampah daun dan nilai ketahanan tarik pada
gambar tersebut memiliki hubungan yang signifikan. Hasil korelasi ( Lampiran 6)
menunjukan bahwa nilai korelasi dari gambar tersebut lebih besar dari 0,97 dan
bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan persentase sampah daun
mempengaruhi nilai ketahanan tarik dan tanda negatif pada nilai korelasi
menandakan bahwa arah hubungan yang terjadi ialah berlawanan yang berarti
semakin rendah persentase sampah daun maka nilai ketahanan tarik akan semakin
tinggi.
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 6), dapat dilihat bahwa perbedaan
perbandingan komposisi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai
ketahanan tarik kertas daur ulang. Hasil pengujian dengan menggunakan Duncan
Multiple Range Test (DMRT) dapat dilihat pada Tabel 15 hingga Tabel 22.
Tabel 15. Hasil uji duncan terhadap nilai ketahanan tarik kertas sampah daun mangga
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPM1 1,75 A A
2 0,126 0,191 KPM2 2,35 B B
3 0,131 0,199 KPM3 2,96 C C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Hasil uji Duncan yang tertera dalam Tabel 15 menunjukkan perlakuan yang
nilai ketahanan tarik kertas. Perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
pada taraf 0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf 0,01 terhadap nilai ketahanan
tarik.
Tabel 16. Hasil uji duncan terhadap nilai ketahanan tarik kertas sampah daun pisang
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPP1 3,15 a A
2 0,464 0,703 KPP2 3,21 a A
3 0,481 0,729 KPP3 3,35 a A
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Tabel 16 menunjukkan bahwa perbedaan persentase sampah daun pisang
memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap nilai ketahanan tarik kertas.
Tabel 17. Hasil uji duncan terhadap nilai ketahanan tarik kertas sampah sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPS1 2,31 a A
2 0,290 0,439 KPS2 2,77 b B
3 0,300 0,455 KPS3 2,98 b B
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Dari hasil uji Duncan yang disajikan pada Tabel 17, dapat dilihat bahwa pada
taraf 0,05 perlakuan KPS1 (50% kertas, 45% sampah sawi dan 5% plastik)
memberikan pengaruh yang nyata dan pada taraf 0,01 memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap perlakuan KPS2 (65% kertas, 30% sampah sawi dan 5%
plastik) dan KPS3 (80% kertas, 15% sampah sawi dan 5% plastik). Namun,
Tabel 18. Hasil uji duncan terhadap nilai ketahanan tarik kertas sampah daun mangga dan pisang
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPMP1 1,11 a A
2 0,089 0,135 KPMP2 2,03 b B
3 0,093 0,140 KPMP3 2,97 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Hasil uji Duncan yang tertera dalam Tabel 18 menunjukkan perlakuan yang
berupa perbedaan persentase sampah daun mangga dan pisang memberikan pengaruh
terhadap nilai ketahanan tarik kertas. Perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf 0,01 terhadap nilai
ketahanan tarik.
Tabel 19. Hasil uji duncan terhadap nilai ketahanan tarik kertas sampah daun mangga dan sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPMS1 1,81 a A
2 0,063 0,096 KPMS2 2,42 b B
3 0,066 0,100 KPMS3 3,08 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Berdasarkan Tabel 19, hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pada taraf 0,05
persentase sampah daun mangga dan sawi memberikan perbedaan yang nyata
terhadap nilai ketahanan tarik kertas dan pada taraf 0,01 persentase sampah daun
mangga dan sawi memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai ketahanan
Tabel 20. Hasil uji duncan terhadap nilai ketahanan tarik kertas sampah daun pisang dan sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPPS1 2,05 a A
2 0,089 0,135 KPPS2 2,36 b B
3 0,093 0,140 KPPS3 2,50 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Hasil uji Duncan yang tertera dalam Tabel 20 menunjukkan perlakuan yang
berupa perbedaan persentase sampah daun pisang dan sawi memberikan pengaruh
terhadap nilai ketahanan tarik kertas. Perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf 0,01 terhadap nilai
ketahanan tarik.
Tabel 21. Hasil uji duncan terhadap ketahanan tarik kertas sampah daun mangga, pisang dan sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPMPS1 1,75 a A
2 0,089 0,135 KPMPS2 1,83 a A
3 0,093 0,140 KPMPS3 1,97 b B
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Dari hasil uji Duncan yang disajikan pada Tabel 21, dapat dilihat bahwa pada
taraf 0,05 perlakuan KPMPS1 (50% kertas, 45% sampah daun mangga, pisang dan
sawi dan 5% plastik) dan KPMPS2 (65% kertas, 30% sampah daun mangga, pisang
dan sawi daun dan 5% plastik memberikan pengaruh yang nyata dan pada taraf 0,01
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap perlakuan KPMPS3 (80% kertas,
Tabel 22. Hasil uji duncan terhadap nilai ketahanan tarik kertas
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Berdasarkan Tabel 22, hasil uji DMRT dengan taraf uji 0,05 menunjukkan
bahwa perlakuan perbandingan sampah daun 45% berbeda nyata dengan perlakuan
perbandingan sampah daun 30% dan 15%. Pada taraf 0,01 menunjukkan bahwa
perlakuan perbandingan sampah daun 45% berbeda sangat nyata dengan perlakuan
Gambar 4. Hubungan antara perbandingan komposisi dan indeks tarik
Indeks tarik merupakan perbandingan antara ketahanan tarik dan gramatur
kertas. Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai indeks tarik yang paling tinggi ialah pada
sampel KPS1 (50% kertas, 45% sampah sawi dan 5% plastik) yaitu sebesar 21 Nm/g
sedangkan nilai Indeks tarik yang paling rendah pada sampel KPMP1 sebesar
0,8 Nm/g. Dari hasil perhitungan indeks tarik (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa
sampel KPS1 memiliki nilai gramatur terkecil sedangkan sampel KPMP1 memiliki
nilai gramatur yang lebih besar daripada sampel KPS1 namun memiliki nilai
kekuatan tarik yang paling kecil.
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai indeks tarik akan semakin naik
dengan menurun nya perbandingan komposisi sampah daun, namun pada sampel
indeks tarik mengalami apabila persentase sampah daun berkurang. Hal ini
dikarenakan nilai ketahanan tarik dari kertas daur ulang berbahan sampah daun
pisang, daun sawi serta daun pisang dan sawi memiliki nilai ketahanan tarik yang
tinggi, namun memiliki nilai gramatur yang rendah.
Nilai determinasi pada Gambar 5a hingga Gambar 5g lebih besar dari 0,68
yang menandakan bahwa persentase sampah daun memberikan pengaruh secara
linier terhadap nilai indeks tarik. Selain itu, nilai determinasi pada gambar tersebut
menunjukkan pula bahwa hubungan antara nilai indeks tarik dan persentase sampah
daun yang signifikan. Hal ini didukung dengan nilai korelasi Gambar 5a-5g yang
lebih besar dari 0,82.
Bila dibandingkan antara nilai indeks tarik kertas yang didapat dengan kriteria
nilai indeks tarik yang telah ditetapkan, dapat diambil kesimpulan bahwa kertas daur
ulang yang dihasilkan masih belum memenuhi kriteria Standar Nasional Indonesia
(SNI), karena nilai indeks tarik yang didapat lebih kecil dari nilai minimum SNI.
Nilai indeks tarik kertas berbahan sampah daun mangga dengan komposisi 45%, 30%
dan 15% ialah 1,22 Nm/g, 1,55 Nm/g, dan 1,89 Nm/g. Nilai indeks tarik kertas
berbahan sampah daun pisang dengan komposisi 45%, 30%, dan 15% ialah
1,96 Nm/g, 1,91 Nm/g, dan 1,91 Nm/g. Nilai indeks tarik kertas berbahan sampah
sawi dengan komposisi 45%, 30% dan 15% ialah 21 Nm/g, 5,79 Nm/g, dan
2,81 Nm/g. Nilai indeks tarik kertas berbahan sampah daun mangga dan pisang
Nilai indeks tarik kertas berbahan sampah daun mangga dan sawi dengan komposisi
45%, 30% dan 15% ialah 1,39 Nm/g, 1,72 Nm/g, dan 2,05 Nm/g. Nilai indeks tarik
kertas berbahan sampah daun pisang dan sawi dengan komposisi 45%, 30% dan 15%
ialah 2,28 Nm/g, 1,89 Nm/g, dan 1,67 Nm/g. Dan nilai indeks tarik kertas berbahan
sampah daun mangga, pisang dan sawi dengan komposisi 45%, 30% dan 15% ialah
1,12 Nm/g, 1,12 Nm/g, dan 1,16 Nm/g. Uraian tersebut menunjukan bahwa hanya
sampel KPS1 yang memenuhi nilai SNI indeks tarik yaitu 21 Nm/g.
3. Daya Serap Air (Cobb)
Kriteria daya serap air kertas daur ulang dalam penelitian ini disesuaikan
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 14-2995-2000, sehingga nilai daya serap air
yang diambil adalah 20-40 g/m2. Uraian nilai daya serap air kertas daur ulang untuk
setiap jenis daun dapat dilihat pada Gambar 6.
Dari Gambar 6. dapat dilihat bahwa nilai daya serap air yang paling besar
adalah KPMS1 (50% kertas, 45% sampah daun mangga dan sawi dan 5% plastik)
yaitu sebesar 2068,6 g/m2 sedangkan nilai daya serap air yang paling kecil adalah
KPM1 (50% kertas, 45% sampah daun mangga dan 5% plastik) yaitu sebesar 56,4
g/m2. Adanya perbedaan nilai daya serap air yang terjadi diakibatkan oleh perbedaan tingkat kehalusan serat, perbedaan kehalusan serat bahan akan memperngaruhi
kekasaran permukaan kertas. Apabila permukaan kertas halus, maka tingkat
menyerapan air akan semakin sedikit, sebab pori-pori kertas akan semakin sedikit.
permukaan kertas yang halus cenderung memiliki pori-pori yang lebih sedikit,
dibandingkan dengan permukaan kertas yang kasar.
Bila dibandingkan antara nilai daya serap air kertas yang didapat dengan
kriteria nilai daya serap air yang telah ditetapkan, dapat diambil kesimpulan bahwa
kertas daur ulang yang dihasilkan masih belum memenuhi kriteria Standar Nasional
Indonesia (SNI), karena nilai daya serap air yang didapat lebih besar dari nilai
maksimum SNI. Nilai daya serap air kertas berbahan sampah daun mangga dengan
komposisi 45%, 30% dan 15% ialah 56,4 g/m2, 168,3 g/m2, dan 289,1 g/m2. Nilai
daya serap air kertas berbahan sampah daun pisang dengan komposisi 45%, 30%, dan
15% ialah 658,2 g/m2, 496,6 g/m2, dan 335,2 g/m2. Nilai daya serap air kertas
berbahan sampah sawi dengan komposisi 45%, 30% dan 15% ialah 531,1 g/m2,
486,7 g/m2, dan 448,1 g/m2. Nilai daya serap air kertas berbahan sampah daun
mangga dan pisang dengan komposisi 45%, 30% dan 15% ialah 1999,1 g/m2,
351,5 g/m2, dan 217 g/m2. Nilai daya serap air kertas berbahan sampah daun mangga
dan sawi dengan komposisi 45%, 30% dan 15% ialah 2068,6 g/m2, 1598,8 g/m2, dan
529,9 g/m2. Nilai daya serap air kertas berbahan sampah daun pisang dan sawi
dengan komposisi 45%, 30% dan 15% ialah 1233,1 g/m2, 956,4 g/m2, dan763,8 g/m2.
Dan nilai daya serap air kertas berbahan sampah daun mangga, pisang dan sawi
dengan komposisi 45%, 30% dan 15% ialah 326,3 g/m2, 864,6 g/m2, dan
1529,7 g/m2. Uraian tersebut menunjukan nilai daya serap air kertas masih jauh diatas
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai daya serap air akan semakin turun
dengan menurun nya perbandingan komposisi sampah daun, namun pada sampel
kertas berbahan sampah daun mangga dan daun mangga, pisang dan sawi nilai indeks
tarik mengalami kenaikan disetiap penurunan perbandingan komposisi sampah daun.
Hal ini dikarenakan sifat daun mangga yang tidak menyerap air menghalangi
penyerapan air pada permukaan kertas sedangkan sifat sampah kertas ialah menyerap
air, sehingga dengan meningkatnya jumlah sampah kertas akan meningkatkan daya
serap air.
Nilai determinasi pada Gambar 4a hingga Gambar 4g lebih besar daripada
0,95. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sampah daun memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap nilai daya serap air secara linier dan didukung pula dengan
nilai korelasi yang lebih besar dari 0,97. Nilai tersebut menandakan bahwa adanya
hubungan sebab akibat yang mempengaruhi nilai ketahanan tarik dengan adanya
perbedaan persentase sampah daun.
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 8), dapat dilihat bahwa perbedaan
perbandingan komposisi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai daya serap
air kertas. Hasil pengujian dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test
(DMRT) dapat dilihat pada Tabel 23 hingga Tabel 30.
Tabel 23. Hasil uji duncan terhadap daya serap air kertas sampah daun mangga
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPM1 56,40 a A
2 0,23 0,36 KPM2 168,30 b B
3 0,24 0,37 KPM3 289,10 c C
Dari hasil uji Duncan yang disajikan pada Tabel 23, dapat dilihat bahwa pada
taraf 0,05 perlakuan memberikan pengaruh yang nyata dan pada taraf 0,01
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai daya serap air. Hal ini
ditunjukkan dengan perbedaan notasi disetiap perlakuan.
Tabel 24. Hasil uji duncan terhadap daya serap air kertas sampah daun pisang
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPP3 335,20 a A
2 59,94 90,82 KPP2 496,60 b B
3 62,12 94,22 KPP1 658,20 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Berdasarkan Tabel 24, hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pada taraf 0,05
persentase sampah daun pisang memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai
daya serap air kertas dan pada taraf 0,01 persentase sampah daun mangga dan sawi
memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai daya serap air kertas. Hal ini
didukung oleh perbedaan huruf yang terdapat pada kolom notasi.
Tabel 25.Hasil uji duncan terhadap daya serap air kertas sampah daun sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPS3 449,10 a A
2 0,19 0,29 KPS2 486,70 b B
3 0,20 0,30 KPS1 531,10 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Tabel hasil uji duncan terhadap daya serap air kertas sampah daun sawi
menunjukkan bahwa perbedaan persentase sampah daun memberikan pengaruh yang
daya serap air kertas. Hal ini dicirikan dengan perbedaan huruf dalam kolom notasi
antar perlakuan.
Tabel 26. Hasil uji duncan terhadap daya serap air kertas sampah daun mangga dan pisang
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPMP3 217,00 a A
2 0,51 0,77 KPMP2 1051,50 b B
3 0,52 0,79 KPMP1 1999,10 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Dari hasil uji Duncan yang disajikan pada Tabel 26, dapat dilihat bahwa pada
taraf 0,05 perlakuan memberikan pengaruh yang nyata dan pada taraf 0,01
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai gramatur kertas daur ulang
yang dihasilkan dalam penelitian ini. hal ini ditunjukkan dengan perbedaan notasi di
setiap perlakuan.
Tabel 27. Hasil uji duncan terhadap daya serap air kertas sampah daun mangga dan sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPMS3 529,90 a A
2 0,24 0,37 KPMS2 1598,80 b B
3 0,25 0,39 KPMS1 2068,60 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Hasil uji Duncan yang tertera dalam Tabel 27 menunjukkan perlakuan yang
berupa perbedaan persentase sampah daun mangga dan sawi memberikan pengaruh
terhadap nilai daya serap air kertas. Perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf 0,01 terhadap nilai
Tabel 28. Hasil uji duncan terhadap daya serap air kertas sampah daun pisang dan sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPPS3 763,80 a A
2 0,23 0,35 KPPS2 956,40 b B
3 0,24 0,36 KPPS1 1233,10 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Berdasarkan Tabel 28, hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pada taraf 0,05
persentase sampah daun mangga dan sawi memberikan perbedaan yang nyata
terhadap nilai ketahanan tarik kertas dan pada taraf 0,01 persentase sampah daun
pisang dan sawi memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai daya serpa
air.
Tabel 29. Hasil uji duncan terhadap daya serap air kertas sampah daun mangga, pisang dan sawi
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- KPMPS1 326,30 a A
2 0,24 0,37 KPMPS2 864,60 b B
3 0,25 0,39 KPMPS3 1529,70 c C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Dari hasil uji Duncan yang disajikan pada Tabel 29, dapat dilihat bahwa pada
taraf 0,05 perlakuanmemberikan pengaruh yang nyata dan pada taraf 0,01
Tabel 30. Hasil uji duncan terhadap nilai daya serap kertas
Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
Keterangan:notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%.
Berdasarkan Tabel 30, hasil uji DMRT dengan taraf uji 0,05 dan 0,01
menunjukan pengaruh yang signifikan antara perlakuan yang diberikan terhadap nilai
daya serap kertas. Dimana dari hasil uji DMRT menunjukan pengaruh berbeda nyata
pada taraf 0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf 0,01 terhadap nilai daya serap
kertas yang dihasilkan.
4. Ketahanan Sobek
Ketahanan sobek adalah gaya yang diperlukan untuk menyobek kertas dalam
1600 mN. Besarnya nilai ketahanan sobek dari kertas daur ulang dipengaruhi oleh
jumlah serat yang terdapat didalam kertas, semakin banyak jumlah serat yang ada
didalam kertas, maka semakin besar pula ketahanan sobek kertas. Menurut Sugiarto
dkk. (2012) sifat ketahanan sobek dipengaruhi oleh jumlah selulosa yang terdapat
pada lembaran yang tersobek. Bahan yang mengandung selulosa yang lebih banyak
akan menghasilkan lembaran pulp dengan ketahanan sobek yang lebih tinggi.
5. Karakteristik Kertas
Kertas yang dihasilkan dari campuran sampah kertas, sampah daun dan plastik
ini memiliki beberapa tekstur yaitu kasar, agak keras, memiliki ikatan partikel yang
kurang padu, dan memiliki penampakan serat yang timbul di permukaan kertas. Hal
ini menyebabkan sampel kertas untuk ketahanan sobek yang diuji pada laboratorium
Balai Besar Pulp dan Kertas gagal (tidak terhitung) karena nilai ketahanan sobek
kertas melebihi batas yang diijinkan alat penguji.
Perbedaan ketebalan kertas yang sangat besar dipengaruhi oleh ukuran serat
dan kadar air bahan. Pada penelitian ini sampah daun yang digunakan dikeringkan
terlebih dahulu sehingga tidak mengganggu kadar air dari pulp kertas. Setelah
dikeringkan, sampah daun dan sampah plastik dipotong-potong menjadi ukuran
1 mm- 3 mm agar serat dapat tercampur sacara homogen dengan pulp kertas.
Berdasarkan nilai gramatur, kertas yang dihasilkan pada penelitian tidak dapat
digolongkan ke dalam kertas cetak A maupun kertas cetak B, namun dapat
digolongkan ke dalam jenis kertas katon duplex. Berdasarkan standar dari Badan
100 g/m2 dan kertas cetak B memiliki gramatur maksimum 150 g/m2. Sedangkan
untuk karton duplex gramaturnya mencapai 500 g/m2.
Perlakuan terbaik diperoleh pada sampel KPS2 yang memiliki gramatur
sebesar 480 g/m2, nilai ketahanan tarik 2,77 kN/m dan daya serap air 486,7 g/m2,
serta nilai ketahanan sobek diatas 1600 mN. Sampel KPS2 dapat dikatakan yang
paling baik karena memiliki nilai kekuatan tarik yang tinggi dan daya serap air yang
tidak terlalu besar, selain itu sampel KPS2 memiliki karakteristik yang memenuhi
SNI. Kertas yang dihasilkan cocok dimanfaatkan menjadi kertas seni sebagai bingkai
foto, pajangan dinding rumah, dan lain–lain. Sugiarto dkk. (2012) menyatakan
kualitas kertas seni untuk dijadikan produk handycraft sangat penting dilihat dari
ketahanan tarik dan ketahanan sobek. Semakin tinggi nilai ketahanan tarik dan
ketahanan sobek suatu kertas seni, maka kualitas kertas yang dihasilkan semakin
baik.
Kertas daur ulang ini dapat dimanfaatkan menjadi kertas seni yang digunakan
sebagai kotak kado, bingkai foto, kertas hias, dan sebagainya, serta dapat digunakan
sebagai panel dinding dan plafon, namun diperlukan penambahan beberapa
bahan.Berdasarkan penelitian Syafiisab (2010), campuran serat dan kertas bekas
dapat digunakan sebagai panel dinding.Dalam penelitian tersebut digunakan kertas
bekas yang merupakan kertas HVS dengan campuran sabut kelapa dan sekam padi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kertas yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki tekstur yang kasar, agak
keras, memiliki ikatan partikel yang kurang padu, dan memiliki penampakan
serat yang timbul di permukaan kertas.
2. Kertas yang dihasilkan tidak dapat digolongkan menjadi kertas cetak A dan
kertas cetak B namun dapat digolongkan ke dalam jenis kertas karton duplex.
3. Gramatur kertas tertinggi diperoleh pada perlakuan KPP3 yaitu 1750 g/m2 dan
gramatur terkecil diperoleh pada perlakuan KPS1 yaitu 110 g/m2.
4. Kekuatan tarik tertinggi diperoleh pada perlakuan KPP3 sebesar 3,35 kN/m
dan kekuatan tarik terendah yaitu pada perlakuan KPMP1 sebesar 1,11 kN/m.
5. Ketahanan sobek kertas yang dihasilkan ialah diatas 1600 mN.
6. Perlakuan terbaik diperoleh pada KPS2 dengan gramatur sebesar 480 g/m2,
kekuatan tarik sebesar 2,77 kN/m dan daya serap air yang tidak terlalu tinggi
sebesar 486,7 g/m2.
7. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan memberikan perngaruh
sangat nyata terhadap nilai gramatur, ketahanan tarik dan daya serap air.
8. Hanya 2 sampel yang memenuhi nilai SNI yaitu KPS1 dengan nilai gramatur
110 g/m2, ketahanan tarik 2,31 kN/m, nilai indeks tarik 21 Nm/g serta
531,1 g/m2 dan KPS2 dengan nilai gramatur 480 g/m2, ketahanan tarik
Saran
1. Diperlukan penelitian lanjutan menggunakan metode kimiawi untuk melihat
apakah ada perbedaan kualitas kertas yang dihasilkan.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai ukuran sampah daun untuk
melihat pengaruhnya terhadap kualitas kertas.