1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wayang Orang Ngesti Pandowo merupakan satu dari 3 Kelompok Wayang Orang di Indonesia. Ngesti Pandowo sendiri didirikan pada tahun 1937 oleh lima orang tokoh. Kelima tokoh tersebut antara lain: Sastro Sabdo, Sastro Sudirdjo, Kartodiwiryo, Narto Sabdo, Darso Sabdo, dan dibantu Kusni. Diera 1950an, Ngesti Pandowo menetap di Gedung GRIS Semarang. Oleh Ngesti Pandowo, gedung ini dianggap sebagai gedung yang representatif dalam melakukan pertunjukan Wayang Orang. Namun, pada tahun 1994 gedung GRI“ dipindah tangkan oleh pemerintah ke pihak ketiga. Kini gedung tersebut sudah berubah menjadi bangunan gedung Mall Paragon.
Semenjak itu, sebagai kompensasi, Pemerintah memberikan kesempatan kepada Ngesti Pandowo untuk menggunakan sebuah gedung di TBRS yang bernama Gedung Ki Narto Sabdo sebagai ganti dari gedung GRIS yang lama. Ngesti Pandowo diberi hak mengadakan pementasan di Gedung Ki Narto Sabdo tersebut selama tiga hari dalam seminggu yaitu kamis, jumat, dan sabtu. Sisanya, senin dan digunakan oleh Dekase untuk latihan tari, selasa digunakan untuk latihan karawitan serta rabu untuk latihan teater lingkar. Bagi Ngesti Pandowo sendiri, gedung Ki Narto Sabdo mereka anggap belum layak untuk melakukan pementasan seni Wayang Orang karena pada saat gedung ini didesain tidak melibatkan user, sehingga akhirnya userlah yang mengikuti ruangan-ruangan yang ada. Tata akustik, tata cahaya, dan penempatan ruang belum begitu maksimal sebagaimana halnya Gedung Pertunjukan yang didesain khusus untuk pertunjukan wayang Orang Sriwedari di Solo. Untuk itu, sebagai satu dari 3 Komunitas Wayang Orang di Indonesia, sudah selayaknya Ngesti Pandowo dibangunkan Gedung Pertunjukan Khusus yang representatif bagi mereka melakukan pertunjukan Wayang Orang.
1.2 Tujuan dan Sasaran (LP3A)
1.2.1 Tujuan
Mendapatkan landasan konseptual perencanaan dan perancangan bangunan Gedung Pertunjukan Wayang Orang di TBRS Semarang sebagai gedung pertunjukan khusus wayang orang yang layak bagi WO Ngesti Pandowo Semarang.
1.2.2 Sasaran
Terwujudnya langkah-langkah dalam pembuatan bangunan Gedung Pertunjukan Wayang Orang di TBRS Semarang berdasarkan aspek-aspek panduan perancangan. Dalam hal ini berkaitan dengan konsep-konsep perancangan, program ruang dan lainnya.
1.3 Manfaat (LP3A)
1.3.1 Secara Subjektif
2 proses Studio Grafis Tugas Akhir yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembuatan Tugas Akhir.
1.3.2 Secara Objektif
Sebagai pegangan dan acuan selanjutnya dalam perancangan bangunan serupa, serta diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan arsitektur khususnya dan masyarakat umum pada umumnya.
1.4 Ruang Lingkup
Lingkup pembahasan menitikberatkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan bangunan Gedung Pertunjukan Wayang Orang di TBRS Semarang ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur. Hal-hal di luar ilmu arsitektur akan dibahas seperlunya sepanjang masih berkaitan dan mendukung masalah utama.
1.5 Metoda Pembahasan (LP3A)
Pembahasan didasarkan pada penelitian tentang kondisi Gedung Pertunjukan WO Sriwedari di Solo yang dilakukan dengan beberapa metode untuk dianalisa dan diambil kesimpulannya agar diperoleh gambaran yang cukup lengkap mengenai karakteristik dan kondisi yang ada, sehingga dapat tersusun suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan arsitektur bangunan Gedung Pertunjukan Wayang Orang di TBRS Semarang
a.
Metode Deskriptif, yaitu dengan melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukandengan cara: studi pustaka/studi literatur, data dari instansi terkait, wawancara dengan narasumber, observasi lapangan serta browsing internet.
b.
Metode Dokumentatif, yaitu mendokumentasikan data yang menjadi bahan penyusunanpenulisan ini. Cara pendokumentasian data adalah dengan memperoleh gambar visual dari foto-foto yang di hasilkan.
c.
Metode Komparatif, yaitu dengan mengadakan studi gambaran bentuk ruangan pada Gedung Pertunjukan WO Sriwedari di Solo1.6 Sistematika Pembahasan
Kerangka bahasan laporan perencanaan dan perancangan Tugas Akhir dengan judul Gedung Pertunjukan Wayang Orang di TBRS Semarang adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, metode penulisan dan sistematika bahasan yang mengungkapkan permasalahan secara garis besar serta alur pikir dalam menyusun Landasan Program Perencanaan dan Perancangan (LP3A).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB III TINJAUAN TAPAK
Membahas tentang tinjauan tapak TBRS berupa data-data fisik dan non fisik seperti letak, luas wilayah, kondisi topografi, kegiatan/aktivitas yang ada, fasilitas eksisting yang ada di TBRS Semarang
BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Gedung Pertunjukan Wayang Orang di TBRS Semarang
Berisi tentang pendekatan untuk menentukan fasilitas yang dibutuhkan dan kajian mengenai besaran ruang maupun kajian aspek aspek yang mendukung
BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERANCANGAN
Berisi konsep, program perencanaan dan perancangan arsitektur untuk Gedung Pertunjukan Wayang Orang di TBRS Semarang
1.7
Alur Pikir
Pada pembangunannya, desain Gedung Ki Narto Sabdo dalam pembuatannya tidak melibatkan user yaitu WO Ngesti Pandowo, sehingga akhirnya userlah yang mengikuti bangunan gedung. Banyak barang-barang properti yang tidak tertampung dalam ruangan gedung
Secara arsitektural, Gedung Ki Narto Sabdo belum memenuhi persyaratan teknis sebagai gedung pertunjukan kaitannya akustik dsb
WO Ngesti Pandowo memiliki hak menempati Gedung Ki Narto Sabdo selama 3 hari, yaitu Kamis Jumat dan Sabtu. Karena besarnya biaya produksi, maka pementasan dilakukan hanya pada hari sabtu. Sisanya digunakan untuk latihan. Kedepannya, Jika gedung sudah representatif, WO Ngesti Pandowo akan melakukan pementasan di 3 hari tersebut, latihan hanya dilakukan sebentar sebelum pementasan dimulai (wujud keprofesionalan kerja) Dalam perjalanannya, gedung ini juga digunakan oleh Dekase Komite Karawitan untuk
melakukan latihan karawitan, dan juga dipakai oleh Sanggar Tari Yasa Budaya untuk melakukan latihan tari. Latihan dilakukan setiap hari senin dan selasa (karawitan) dan rabu (tari)
Untuk itu, diperlukan desain sebuah gedung yang mampu menampung aktivitas dari 3 user tersebut.
Berikut adalah jadwal yang terbentuk setelah melihat kegiatan dari 3 user tersebut:
Hari Subjek Kegiatan Waktu
Senin Dekase Latihan Karawitan 18.30 – 21.30
Selasa Dekase Latihan Karawitan 18.30 – 21.30
Rabu Sanggar Tari Yasa budaya Latihan Tari 16.00 – 18.00 Kamis WO Ngesti Pandowo Pertunjukan WO 14.00 – 16.00 Jumat WO Ngesti Pandowo Pertunjukan WO 14.00 – 16.00 Sabtu WO Ngesti Pandowo Pertunjukan WO 20.00 – 22.00