EFEKTIVITAS KEGIATAN LABORATORIUM
BERBASIS INKUIRI PADA MATERI
SISTEM RESPIRASI MANUSIA
DI SMA NEGERI 1 LASEM KABUPATEN REMBANG
skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi
Oleh Laily Mu’ayadah
4401407082
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Efektivitas Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada Materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.
Semarang, Juli 2011
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
Efektivitas Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada Materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang
Disusun oleh :
Nama : Laily Mua’yadah NIM : 4401407082
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada hari Jum’at tanggal 8 Juli 2011.
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Dr. Kasmadi Imam S., M.S. Dra. Aditya Marianti, M.Si.
19511115 197903 1001 19671217 199303 2001
Penguji Utama
Dra. Aditya Marianti, M.Si. 19671217 199303 2001
Anggota Penguji / Anggota Penguji /
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Nur Rahayu Utami, M.Si. Drs. Supriyanto, M.Si.
iv ABSTRAK
Mu’ayadah, Laily. 2011. Efektivitas Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada Materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Ir. Nur Rahayu Utami, M. Si dan Drs. Supriyanto, M. Si.
Proses belajar mengajar biologi di SMA N 1 Lasem umumnya masih bersifat Teacher centered learning. Guru belum memanfaatkan media dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar siswa, sehingga aktivitas siswa belum mencapai maksimum. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan di SMA Negeri 1 Lasem. Permasalahan pembelajaran di SMA Negeri 1 Lasem dapat diminimalkan dengan menerapkan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri. Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri menjadikan siswa dapat mengeksplorasi gejala, merumuskan permasalahan, mengusulkan hipotesis, mendesain dan melaksanakan cara pengujian hipotesis, mengorganisasikan dan menganalisa data yang diperoleh serta mengambil simpulan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Pre Experimental dengan desain One
Shot Case Study. Sampelnya adalah kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 di SMA Negeri
1 Lasem Tahun Ajaran 2010/2011. Variabel bebas meliputi kegiatan laboratorium berbasis inkuiri, variabel terikat yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 di SMA Negeri 1 Lasem serta variabel kendali adalah guru, sarana dan prasarana pembelajaran. Sebagai data pendukung adalah tanggapan siswa dan tanggapan guru. Data tentang aktivitas, hasil belajar dan tanggapan siswa dianalisis menggunakan analisa deskriptif kuantitatif, sedangkan data tentang tanggapan guru dianalisis menggunakan analisa deskriptif. Hasil penelitian pada kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 menunjukkan bahwa > 75% siswa sangat aktif yaitu sebesar 89,84%. Secara klasikal tingkat ketuntasan siswa dalam kriteria sangat baik sebesar 89,06% serta > 75% tanggapan siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 selama proses pembelajaran termasuk kriteria sangat baik.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri efektif diterapkan pada materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada Materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang ”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian waktu dan tenaga demi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di UNNES.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNNES yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi.
4. Ibu Ir. Nur Rahayu Utami, M.Si. dosen pembimbing I yang penuh kesabaran dalam membimbing, memberikan arahan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
5. Bapak Drs. Supriyanto, M.Si. dosen pembimbing II yang penuh kesabaran dalam membimbing dan memberikan arahan sehingga skripsi ini dapat selesai. 6. Ibu Dra. Aditya Marianti, M.Si. dosen penguji yang telah memberikan
masukan kepada penulis demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Parmin, S.Pd, M.Pd. dosen wali yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
vi
9. Ibu Endang Widyaningsih, S.Pd. guru Biologi SMA Negeri 1 Lasem yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian.
10.Bapak dan Ibu tercinta, Kakak, Adik dan semua Keluarga Besar Mbah Kasri yang dengan tulus memberikan kasih sayang, cinta, semangat dan doa serta dukungan yang tiada henti-hentinya.
11.Sahabat terdekat, teman-teman Bio ’07 dan teman kos Trisanja 1 yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti-hentinya.
12.Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangatlah penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Semarang, Juli 2011
vii DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... PENGESAHAN... ABSTRAK…... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... B. Rumusan Masalah... C. Penegasan Istilah... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian... BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka... B. Hipotesis... BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian... B. Populasi dan Sampel... C. Variabel Penelitian... D. Rancangan Penelitian... E. Prosedur Penelitian... F. Sumber Data, Jenis Data dan Cara Pengambilan Data... G. Metode Analisis Data... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian... B. Pembahasan... BAB V SIMPULAN DAN SARAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Sintaks pembelajaran inkuiri... 2. Hasil analisis validitas butir soal uji coba materi Sistem respirasi
Manusia di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Lasem ... 3. Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba materi Sistem respirasi Manusia di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Lasem ………... 4. Soal yang digunakan untuk penelitian pada pembelajaran materi Sistem respirasi Manusia dengan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Lasem………... 5. Rekapitulasi aktivitas siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 pada materi Sistem respirasi Manusia dengan menggunakan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri di SMA Negeri 1 Lasem………... 6. Hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 pada materi Sistem
respirasi Manusia dengan menggunakan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri di SMA Negeri 1 Lasem ……….... 7. Analisis hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran materi
Sistem respirasi Manusia dengan menggunakan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri di SMA Negeri 1 Lasem... 8. Tanggapan guru terhadap pembelajaran materi Sistem respirasi Manusia
dengan menggunakan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri di SMA Negeri 1 Lasem ………..… 9. Rekapitulasi hasil penelitian efektivitas kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem...
Halaman 9
16
18
18
23
24
25
25
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kerangka berpikir pelaksanaan kegiatan laboraorium berbasis inkuiri pada materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang... 2. Rancangan penelitian The One-Shot Case Study...
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1. Jadwal pembelajaran materi Sistem respirasi Manusia menggunakan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri di SMA Negeri 1 Lasem…...….. 2. Silabus ...………...
3. RPP……….
4. Lembar Kerja Siswa dan Lembar Diskusi Siswa... 5. Kunci Jawaban LKS dan LDS... 6. Sampel hasil pengerjaan LKS & LDS oleh siswa ………...….. 7. Daftar nama peserta kelas uji coba………. 8. Analisis validitas, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal ………...…… 9. Contoh perhitungan validitas butir soal……….. 10.Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal……… 11.Contoh perhitungan reliabilitas soal uji coba………. 12.Kisi-kisi soal tes evaluasi (postes)…...……… 13.Soal postes...……….. 14.Kunci jawaban soal tes evaluasi (postes)…………...……… 15.Daftar peserta penelitian...……… 16.Sampel hasil observasi aktivitas siswa………... 17.Lembar penilaian laporan... 18.Rubrik penilaian laporan………... 19.Sampel pengerjaan soal evaluasi (postes) oleh siswa………...…. 20.Analisis aktivitas siswa selama praktikum dan diskusi………... 21.Hasil belajar siswa ………... 22.Sampel hasil angket tanggapan siswa………. 23.Analisis angket tanggapan siswa………
24.Hasil wawancara guru………
25.Dokumentasi penelitian………..
26.Surat penetapan dosen pembimbing………...
27.Surat ijin penelitian……….
28.Surat keterangan penelitian………
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas bangsa, melalui kegiatan pendidikan di sekolah, diharapkan dapat menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan dapat memajukan bangsa. Pemerintah telah memprogramkan suatu kurikulum sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam setiap jenjang dan jalur pendidikan khususnya pada jalur sekolah.
Kurikulum yang sekarang diterapkan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan dan dikembangkan sesuai dengan potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik (Mulyasa 2004). Dalam kurikulum ini, memungkinkan terjadinya interaksi dalam pembelajaran, sehingga pola pembelajarannya mengarah pada aktivitas siswa untuk menguji pengetahuan awalnya atau Student centered learning (Saptono 2003). Student centered
learning menekankan pada kebutuhan siswa dan mengandung berbagai proses
pembelajaran yang menjadikan siswa aktif (Good dan Robertson 2006). Pembelajaran kontekstual adalah salah satu strategi pembelajaran yang karakteristiknya memenuhi harapan tersebut. Strategi tersebut menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
kebenaran atau pengetahuan daripada mengkonsumsi pengetahuan. Proses inkuiri dimulai dengan mengumpulkan informasi dengan menggunakan organ indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan membaui. Seimears (2010) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan menjadikan siswa mampu untuk menghubungkan eksplorasi di dalam kelas dengan kehidupan nyata ketika mereka melakukan eksperimen.
Berdasarkan observasi awal, diperoleh gambaran bahwa proses belajar mengajar di SMA 1 Lasem masih bersifat teacher centered learning. Kurangnya pemanfaatan fasilitas sekolah oleh guru dalam proses pembelajaran dan kesulitan siswa dalam memahami materi yang berkaitan dengan fisiologi manusia karena bersifat abstrak menjadikan aktivitas/keaktifan siswa belum mencapai maksimum. Hasil belajar yang dicapai siswa juga masih rendah karena berdasarkan hasil Ulangan Semester Gasal Tahun 2010/2011, jumlah siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 64,06%.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan pendekatan yang sesuai untuk pembelajarannya, yaitu suatu pembelajaran yang dapat mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka yaitu pembelajaran kontekstual (Trianto 2009), sehingga siswa akan lebih memahami materi tersebut dan terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar.
Bagian inti dari pembelajaran ini yaitu inkuiri, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil penemuan sendiri. Guru harus mendukung proses inkuiri dalam kelas dan mendesain pembelajaran berbasis inkuiri agar pemahaman siswa tentang konsep-konsep penting dapat meningkat dan siswa dapat berlatih bereksperimen dalam biologi. Pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang sangat berperan dalam meningkatkan pengetahuan sains (Sampson and Gleim 2009).
3
menarik simpulan. Menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan akhirnya mencapai simpulan yang disetujui bersama. Dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri, dapat membentuk dan mengembangkan “
self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan
ide-ide lebih baik.
Proses pembelajaran inkuiri meliputi perumusan masalah yang diajukan pada siswa, misalnya guru menunjukkan sesuatu benda/barang/buku yang masih asing kepada siswa di kelas. Semua siswa diminta mengamati, meraba, melihat dengan indranya. Guru memberikan masalah/pertanyaan kepada seluruh siswa yang sudah siap dengan jawaban/pendapat, sehingga siswa akan mendapat giliran mengemukakan pendapatnya. Jawaban yang sudah dikemukakan oleh temannya terdahulu, tidak boleh diulang oleh temannya sendiri, sehingga masalah tersebut berkembang sesuai arahan dari guru. Siswa menemukan banyak masukan baru yang berarti. Hal itu bisa menjadikan proses interaksi belajar mengajar menjadi
student centered learning (Roestiyah 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang: “Efektivitas Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada Materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ”Apakah kegiatan laboratorium berbasis inkuiri efektif diterapkan pada pembelajaran materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang?”
C. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dari judul ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul dan memberikan gambaran yang lebih jelas kepada para pembaca.
Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Efektivitas Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti keberhasilan (tentang usaha, tindakan). Efektivitas adalah tercapainya tujuan belajar dalam proses belajar mengajar, secara ideal dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang pasti.
Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri adalah kegiatan laboratorium yang memungkinkan siswa untuk merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik simpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan pada akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru (Roestiyah 2008).
5
sehingga mendorong siswa lebih aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Penerapan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri ini dikatakan efektif diterapkan dalam pembelajaran materi Sistem respirasi Manusia bila: tingkat ketuntasan siswa secara klasikal dalam kriteria baik dan sangat baik, 75% siswa aktif dan sangat aktif dalam kegiatan laboratorium berbasis inkuiri serta 75% tanggapan siswa terhadap penerapan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dalam kriteria baik dan sangat baik.
2. Konsep Sistem Respirasi Manusia
Berdasarkan Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA untuk pengajaran Biologi kelas XI IPA, yang tercantum dalam konsep Sistem Respirasi Manusia dan Hewan yang mempunyai Kompetensi Dasar mengkaitkan struktur, fungsi, proses dan kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem respirasi manusia dan hewan tertentu. Standar Kompetensinya yaitu menganalisis sistem organ pada organisme tertentu serta kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Dalam penelitian ini, konsep yang dimaksud adalah Sistem Respirasi pada Manusia.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada pembelajaran materi sistem respirasi manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang.
E. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi siswa, guru dan sekolah.
1. Bagi Siswa
masalah, meningkatkan minat terhadap pelajaran Biologi, meningkatkan pemahaman terhadap konsep Biologi, serta membuka wawasan siswa terhadap ilmu atau konsep biologi dan keterkaitannya dalam peristiwa di kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Guru
Manfaat penelitian bagi guru adalah guru akan memperoleh pengetahuan dalam menambah variasi dalam penggunaan pendekatan pada proses pembelajaran Biologi, menciptakan suatu kegiatan belajar yang menarik dan memberikan alternatif pendekatan serta metode pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran sesuai KTSP dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
3. Bagi Sekolah
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran biologi
Belajar merupakan perubahan tingkah laku hasil belajar pada diri individu atau perubahan konsepsi dan kebiasaan berpikir siswa. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara dirinya dengan individu lain atau lingkungannya (Rustaman 2003).
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain dan sebagainya. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi“
(live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.
Biologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang manusia dan alam. Biologi mempelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh manusia yang bekerja masing-masing, tetapi saling membantu. Biologi juga dapat diartikan sebagai suatu proses investigasi (penelusuran/penyelidikan). Proses pengamatan, gejala alam, merumuskan hipotesis, melakukan pengujian serta membuat generalisasi merupakan serangkaian yang seharusnya diperhatikan oleh guru pada saat melakukan aktivitas pembelajaran Biologi (Rustaman 2003).
Pembelajaran Biologi erat kaitannya dengan pengembangan keterampilan proses sains. Salah satu area dalam pengajaran sains dan standar pengembangan profesional adalah pengembangan program pembelajaran berbasis inkuiri dan pembelajaran konten sains melalui inkuiri. National Science Education Standards
pelajaran ke belajar berdasarkan inkuiri, selanjutnya siswa mencoba menjawab untuk memahami dan atau memecahkan masalah. Cara mengajar (paedagogik) menganjurkan suatu pembelajaran inkuiri, yang melibatkan siswa aktif menggunakan proses sains dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif seperti siswa menemukan jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan mengkonstruk pengetahuan. Pembelajaran Biologi menekankan pada lingkungan belajar yang menyenangkan dan memudahkan siswa untuk menguasai konsep (Sidharta 2004).
Dalam pembelajaran Biologi, adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan. Biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta ataupun konsep, karena dalam Biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata. Belajar Biologi seharusnya dapat mengakomodir kesenangan dan kepuasan intelektual bagi siswa dalam usahanya membongkar dan memperbaiki berbagai konsep yang masih keliru (Saptono 2003).
Observasi dan eksperimen penting dalam mempelajari Biologi. Kemampuan observasi sangat mendasar untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan dan untuk menguji gagasan dengan melibatkan penggunaan semua indera. Observasi sangat erat kaitannya dengan rasa ingin tahu. Eksperimen dalam Biologi memerlukan kecermatan dalam memilih obyek untuk dibandingkan setelah diberi perlakuan pada salah satunya (Rustaman 2003).
2. Metode Pembelajaran Inkuiri
9
Pelaksanaan metode inkuiri mempunyai tiga macam cara yaitu:
a. Inkuiri Terpimpin: pada inkuiri terpimpin pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada siswa berupa pertanyaan pembimbing. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari pertanyaan/masalah. Dari jawaban yang dikemukakan siswa, guru mengajukan berbagai pertanyaan pelacak, dengan tujuan mengarahkan siswa ke suatu titik simpulan yang diharapkan. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan-percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakan proses inkuiri.
b. Inkuiri bebas: dalam hal ini siswa melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientis. Masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri dan simpulan konsep disimpulkan sendiri.
c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi: berdasarkan masalah yang diajukan guru, dengan konsep atau teori yang sudah dipahami, siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenarannya.
Proses inkuiri dapat mengembangkan potensi intelektual dan emosional. Dalam implementasinya pembelajaran inkuiri mempunyai sintaks/tahapan pembelajaran (Trianto 2009).
Tabel 1 Sintaks pembelajaran inkuiri
No. Fase Perilaku Guru dan Siswa
1. Menyajikan masalah Guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa, kemudian guru membagi siswa dalam kelompok.
2. Membuat hipotesis Guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan.
4. Melakukan percobaan Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
5. Mengumpulkan dan mengolah data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh.
Santoso (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar kognitif siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Siswa yang belajar dengan pendekatan inkuiri bebas termodifikasi, rata-rata hasil belajar kognitifnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang belajar dengan pendekatan inkuiri terpimpin. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Surtikanti et al. (2001) yang menyatakan bahwa metode penemuan lebih baik dalam peningkatan pemahaman konsep dibandingkan dengan metode konvensional. Metode ini juga mampu menumbuhkan sikap positif (kreatif, kritis, inovatif, percaya diri, terbuka dan mandiri). Siswa menjadi lebih berperan aktif dalam mencari informasi, mengolah data, memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar dan mengembangkan bakat.
3. Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri
Suprijono (2009) menyatakan bahwa inkuiri adalah penemuan. Belajar penemuan melibatkan siswa dalam keseluruhan proses metode keilmuan sebagai langkah-langkah sistemik menemukan pengetahuan baru atau memverifikasi pengetahuan lama. Belajar penemuan mengintegrasikan aktivitas belajar siswa ke dalam metode penelitian sebagai landasan operasional melakukan investigasi. Dalam investigasi, siswa tidak hanya belajar memperoleh informasi, namun juga pemrosesan informasi. Pemrosesan ini tidak hanya melibatkan kepiawaian peserta didik berdialektika berpikir fakta ke konsep, konsep ke fakta, namun juga penerapan teori. Tidak kalah penting sebagai hasil pemrosesan informasi adalah kemampuan siswa memecahkan masalah dan mengkonstruksikannya ke dalam bentuk laporan atau lainnya sebagai bukti tindak produktif siswa dari belajar penemuan. Prosedur inkuiri terdiri dari tahapan yaitu melontarkan permasalahan, mengumpulkan data dan verifikasi, mengumpulkan data dan eksperimentasi, merumuskan penjelasan dan menganalisis proses inkuiri.
11
2008). Pembelajaran Biologi akan lebih bermakna dan menyenangkan jika ditunjang dengan kegiatan laboratorium. Dalam pendidikan IPA, kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, khususnya Biologi (Rustaman 2003).
Kegiatan laboratorium dibagi menjadi dua yaitu kegiatan laboratorium berbasis verifikasi dan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri. Kegiatan laboratorium berbasis verifikasi ini melakukan proses sebuah penelitian meliputi pengamatan/pengukuran, pengolahan data, dan penarikan simpulan untuk memberikan pengertian kepada siswa terhadap teori atau konsep yang telah guru berikan melalui suatu eksperimen, sehingga siswa dapat mengerti dan memahami betul atas konsep dan teori tersebut. Pada kegiatan ini, guru berperan menerangkan suatu teori, kemudian siswa dapat membuktikanya melalui sebuah eksperimen. Pada saat melakukan eksperimen, siswa akhirnya dapat menarik kesimpulan bahwa teori atau konsep tersebut sesuai atau tidak dengan percobaan.
Rustaman (2003) menyatakan bahwa kegiatan laboratorium berbasis inkuiri adalah kegiatan laboratorium yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi gejala dan menyatakan permasalahan, mengusulkan hipotesis, mendesain dan melaksanakan cara pengujian hipotesis, mengorganisasikan dan menganalisis data yang diperoleh, serta merumuskan simpulan. Dengan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri, siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau yang lebih canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen.
Sidharta (2004) menyatakan bahwa kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat meningkatkan perkembangan siswa melalui proses belajar sains
(learning science), belajar tentang sains (learning about science) dan belajar
Keuntungan model kegiatan laboratorium berbasis inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebik baik. b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
c. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
e. Memberi kepuasan secara intrinsik serta mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang dan memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
g. Meningkatkan keterampilan secara ilmiah.
h. Menjadi lebih kreatif dan terjalin kerjasama yang baik antara murid dan guru (Roestiyah 2008).
Selain mempunyai beberapa keuntungan, kegiatan laboratorium berbasis inkuiri juga mempunyai kelemahan yaitu:
a. Guru yang tidak dapat merumuskan pertanyaan dengan baik kepada muridnya untuk memecahkan permasalahan secara sistematis, maka akan membuat murid lebih bingung dan tidak terarah.
b. Guru yang tidak memahami secara keseluruhan proses kegiatan laboratorium berbasis inkuiri tersebut, berakibat siswa tidak pernah memahami tujuan yang sesungguhnya.
c. Adanya kelemahan pada siswa dalam melakukan eksperimen sehingga guru sulit untuk mencapai pada tujuan yang dituju.
d. Kurangnya alat bantu untuk melakukan proses eksperimen secara inkuiri. e. Harus memiliki waktu dan tenaga pendidik yang lebih banyak, karena dalam
13
Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri
a. Meningkatkan pemahaman tentang konsep dasar
b. Mentransfer pengetahuan pada situasi baru
c. Mendorong untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri d. Mengembangkan bakat siswa e. Memberi kebebasan siswa
untuk belajar sendiri Efektif diterapkan dalam
pembelajaran materi Sistem Respirasi
4. Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada materi sistem respirasi manusia
Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada pembelajaran sistem respirasi manusia merupakan suatu kegiatan laboratorium dimana siswa diarahkan untuk melakukan penyelidikan dan percobaan tentang struktur, fungsi dan proses sistem respirasi manusia serta kelainan yang terjadi pada sistem respirasi manusia. Kerangka berpikir pelaksanaan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka berpikir pelaksanaan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri
B. Hipotesis
Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan untuk menjawab permasalahan adalah kegiatan laboratorium berbasis inkuiri efektif diterapkan pada pembelajaran materi sistem respirasi manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang.
Fasilitas laboratorium di SMA Negeri 1 Lasem belum dimanfaatkan
oleh guru Pembelajaran materi
14 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 di SMA Negeri 1 Lasem kelas XI IPA.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah seluruh kelas XI IPA reguler di SMA Negeri 1 Lasem pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 yang terdiri atas 2 kelas yaitu XI IPA 2 dan XI IPA 3. Penelitian merupakan penelitian populasi yang meneliti seluruh populasi yang ada yaitu kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 dengan jumlah siswa masing-masing kelas sebanyak 32 siswa.
C. Variabel Penelitian
Penelitian terdiri dari tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kendali. Variabel bebas dalam penelitian adalah kegiatan laboratorium berbasis inkuiri. Variabel terikat dalam penelitian adalah aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 di SMA Negeri 1 Lasem. Variabel kendali dalam penelitian adalah guru SMA Negeri 1 Lasem, sarana dan prasarana pembelajaran.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pre Experimental Design
dengan menggunakan rancangan The One-shot Case Study (Arikunto 2010). Dengan pola penelitian :
Gambar 2 Rancangan penelitian The One-shot Case Study
Keterangan :
X : Perlakuan yaitu penerapan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada materi Sistem Respirasi Manusia
15
E. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam persiapan penelitian:
a. Melakukan observasi awal dengan teknik pengamatan dan wawancara untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar Biologi di SMA Negeri 1 Lasem. b. Merancang perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
berupa Silabus, RPP, LKS, LDS untuk membantu siswa dalam pembelajaran.
c. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dalam diskusi kelompok dan presentasi hasil pengamatan/percobaan siswa. Keterampilan siswa dalam praktikum dapat diketahui melalui lembar penilaian aktivitas siswa dalam praktikum.
d. Membuat angket tanggapan siswa dan lembar wawancara untuk guru mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
e. Menyusun alat evaluasi berupa postes untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari. Soal tes yang digunakan berupa soal obyektif dalam bentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Waktu mengerjakan tes selama 45 menit, dengan jumlah soal sebanyak 35 butir soal.
f. Uji coba soal tes, dilakukan setelah perangkat tes disusun diluar sampel penelitian. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah soal layak digunakan sebagai alat pengambilan data atau tidak. Indikatornya adalah dengan menghitung validitas, reliabilitas dan tingkat kesukaran. Pada penelitian ini obyek uji coba dipilih siswa kelas XII IPA di sekolah yang sama yaitu SMA Negeri 1 Lasem, karena siswa kelas XII IPA 1 sudah pernah mendapatkan pelajaran Sistem Respirasi Manusia.
g. Analisis butir soal postes, meliputi: 1) Validitas
menggunakan rumus Corelasi Product Moment untuk analisis butir soal pilihan ganda. Rumus yang digunakan adalah :
rxy =
(
)
{
2 − 2}
{
2 −(
)
2}
Y)X)( ( -XY N
Y Y
N X X
N
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi X = skor tiap butir soal Y = skor total
X = jumlah skor butir soal yang dijawab siswa Y = jumlah angka setiap skor soal
N = jumlah peserta tes
Kemudian hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan = 5%, jika rxy > rtabel maka butir soal valid (Arikunto 2010).
Hasil analisis validitas soal uji coba disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisis validitas butir soal uji coba materi Sistem Respirasi Manusia di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Lasem
*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 8
2) Reliabilitas
Suatu tes mempunyai reliabilitas tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap walaupun diujikan berulang-ulang. Dalam penelitian ini reliabilitas tes diukur dengan menggunakan rumus KR-20, yaitu sebagai berikut:
No Kriteria
validitas soal Jumlah Nomor soal 1
2
Valid
Tidak valid
39
11
1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 47, 48, 49, 50
17
−
− =
2 2
1 t
t xy
S pq S
K K r
Keterangan:
pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q rxy : reliabilitas secara keseluruhan
K : banyaknya butir soal atau pertanyaan p : proporsi subyek yang menjawab benar
q : proporsi subyek yang menjawab salah (q = 1 – p) St2 : varians total
Kemudian hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel dengan = 5%, jika rxy > rtabel maka instrumen reliabel (Arikunto 2010).
Hasil analisis reliabilitas soal menunjukan bahwa soal tes bersifat reliabel yaitu sebesar 0,85. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
3) Tingkat kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Rumusnya adalah sebagai berikut:
JS B
P=
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : banyaknya peserta tes yang menjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa (Arikunto 2010).
Kriteria tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
0,00 – 0,30 = soal tergolong sukar
0,31 – 0,70 = soal tergolong sedang
Soal yang baik dan layak digunakan harus mencapai kriteria validitas dan
reliabilitas yang tinggi atau sangat tinggi (valid dan reliabel) dengan tingkat
kesukaran mudah, sedang dan sukar.
Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil analisis tingkat kesukaran soal uji coba
Kriteria tingkat
kesukaran soal Jumlah Nomor soal 1
2
3
Sukar
Sedang
Mudah
3
22
25
3, 5, 12
2, 8, 9, 10, 11, 14, 18, 20, 23, 24, 28, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 43, 45
1, 4, 6, 7, 13, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 25, 26, 27, 29, 30, 32, 38, 42, 44, 46, 47, 48, 49, 50
*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 8
Berdasarkan analisis validitas, tingkat kesukaran butir soal dan
reliabilitas soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang dinyatakan
valid, reliabel, sedangkan untuk tingkat kesukaran butir soal dilihat komposisinya
antara soal yang sukar, sedang dan mudah. Soal yang akan digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Soal yang digunakan untuk penelitian
Jenis soal Nomor butir soal
Digunakan Tidak digunakan Pilihan ganda 1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 15,
17, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 47, 49, 50
3, 4, 8, 11, 12, 16, 18, 21, 25, 30, 32, 36, 45, 46, 48
Jumlah 35 15
*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 8
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lasem pada siswa kelas XI
IPA 2 dan XI IPA 3. Penelitian dilakukan dalam 6 kali pertemuan. Masing-masing
pertemuan disusun dalam suatu rencana pembelajaran yang telah dibuat. Secara
19
a. Guru mengawali pembelajaran dengan memberikan pertanyaan/apersepsi
kepada siswa agar mereka dapat mengkaitkan materi sistem respirasi
manusia dengan kehidupan nyata.
b. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari 5 atau 6 siswa.
c. Guru membagi LKS dan LDS kepada masing-masing kelompok yang sudah
dibentuk.
d. Guru menjelaskan prosedur kerja.
e. Pelaksanaan kegiatan eksperimen, siswa diberi suatu masalah, kemudian
menyusun desain pengamatan/eksperimen secara kelompok. Desain tersebut
dikonsultasikan pada guru sebelum pelaksaan kegiatan eksperimen. Setelah
guru menyetujui desain tersebut, siswa melakukan pengamatan dan
penyelidikan secara mandiri.
f. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
percobaannya di depan kelas dan kelompok yang lain boleh menanggapi
sehingga timbul tanya jawab antar kelompok.
g. Guru meluruskan dan menguatkan konsep yang dipahami siswa.
h. Memberikan evaluasi kepada siswa (postes).
3. Pengambilan data
Setelah peneliti melakukan persiapan penelitian dan pengujian instrumen,
kemudian peneliti mengambil data yang berupa hasil ulangan harian siswa
(postes), penilaian aktivitas siswa dalam praktikum, diskusi dan presentasi, angket
tanggapan siswa serta lembar wawancara tanggapan guru.
4. Laporan Penelitian
Setelah pelaksanaan penelitian, dilakukan analisis data dan pembahasan
untuk mengambil simpulan yang merupakan jawaban dari hipotesis penelitian.
F. Sumber Data, Jenis Data dan Cara Pengambilan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru SMA Negeri 1
Lasem. Jenis data dan cara pengambilan data adalah sebagai berikut: data tentang
aktivitas siswa diambil menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dalam
nilai LDS dan nilai postes pada materi Sistem Respirasi Manusia, data tentang
tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran diambil menggunakan lembar
angket tanggapan siswa, dan data tentang tanggapan guru terhadap kegiatan
laboratorium berbasis inkuiri diambil menggunakan lembar wawancara guru.
G. Metode Analisis Data
Dari hasil penelitian dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan
kualitatif.
1. Data nilai hasil belajar siswa
Data hasil belajar didapat dari hasil post tes diakhir pertemuan, nilai
laporan lembar kerja siswa dan nilai hasil diskusi siswa, dianalisis secara
deskriptif kuantitatif. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Menghitung nilai evaluasi dengan cara:
Nilai Evaluasi = x 100
maksimal skor
jumlah
diperoleh yang
skor jumlah
b. Menghitung Nilai Akhir (NA) dengan cara:
Keterangan :
NH : Nilai Hasil Belajar
NL LKS : Nilai Rata-Rata Laporan Lembar Kerja Siswa
NL LDS : Nilai Rata-Rata Laporan Lembar Diskusi Siswa
PT : Postes
c. Menentukan rata-rata kelas
Sudjana (2002) menyatakan bahwa untuk mengetahui nilai rata-rata kelas
adalah sebagai berikut :
Ν Χ = Χ
Keterangan :
X = nilai rata-rata
X = jumlah nilai seluruh kelas
21
d. Menentukan ketuntasan belajar klasikal
Setelah didapatkan data nilai hasil belajar, data dianalisis untuk
mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal, dihitung dengan teknik analisis
presentase menggunakan rumus sebagai berikut (Mulyasa 2004):
P = 100%
n ni
x
Keterangan :
P : Ketuntasan belajar klasikal
ni : Jumlah siswa yang tuntas secara individu (nilai 75)
n : Jumlah total siswa
Penilaian kualitas hasil belajar dilakukan dengan mengkonfirmasikan
persentase ketuntasan klasikal dengan parameter sebagai berikut:
Skor 54% : Jelek
Skor 55% - 59% : Kurang baik
Skor 60% - 75% : Cukup baik
Skor 76% - 85% : Baik
Skor 86% - 100% : Sangat baik
2. Data aktivitas siswa
a. Menghitung jumlah skor untuk masing-masing siswa
b. Menghitung presentase tingkat aktivitas siswa dengan rumus :
Tingkat Keaktifan Siswa = NP = x 100
Keterangan :
R : Jumlah skor yang diperoleh siswa
SM : Skor maksimal ideal 100 : Bilangan tetap
c. Menentukan kriteria tingkat keaktifan siswa dengan parameter berikut ini:
Skor 54% : Tidak aktif
Skor 55% - 59% : Kurang aktif
Skor 60% - 75% : Cukup aktif
Skor 76% - 85% : Aktif
3. Analisis data angket tanggapan siswa
Analisis data angket mengenai tanggapan siswa terhadap penerapan
kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dianalisis menggunakan skala Guttman
untuk mengetahui nilai persetujuan angket. Dalam penelitian ini angket yang
digunakan mempunyai jawaban ya atau tidak.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Arikunto 2010) :
% 100 maksimal
skor jumlah
ya menjawab yang
skor jumlah
× =
nilai
Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :
Skor 54% : Jelek
Skor 55% - 59% : Kurang baik
Skor 60% - 75% : Cukup baik
Skor 76% - 85% : Baik
Skor 86% - 100% : Sangat baik
4. Data hasil wawancara guru
Data hasil wawancara guru terhadap efektivitas kegiatan laboratorium
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data yang
meliputi data aktivitas siswa dalam praktikum, diskusi dan presentasi hasil
praktikum, hasil belajar siswa, tanggapan siswa dan tanggapan guru terhadap
kegiatan laboratorium berbasis inkuiri. Adapun data yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas siswa dalam praktikum, diskusi dan presentasi hasil
praktikum. Hasil observasi aktivitas siswa pada 2 kelas yang diteliti dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5 Rekapitulasi aktivitas siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3
Kriteria aktivitas siswa dalam
praktikum
Jumlah siswa Kriteria aktivitas siswa dalam diskusi Jumlah siswa Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 Tidak aktif (TA) 0 0 Tidak aktif (TA) 0 0 Kurang aktif (KA) 0 0 Kurang aktif (KA) 0 0 Cukup aktif (CA) 6 3 Cukup aktif (CA) 4 0
Aktif (A) 9 5 Aktif (A) 8 10
Sangat aktif (SA) 17 24 Sangat aktif (SA) 20 22
SA + A 26 29 SA + A 28 32
Jumlah siswa 32 32 Jumlah siswa 32 32 Persentase SA + A 81,25 90,62 Persentase SA + A 87,50 100 Rata-rata aktivitas
siswa dari kedua kelas (%)
85,94
Rata-rata aktivitas dari kedua kelas (%)
93,75
*Data selengkapnya disajikan pada lampiran 20
Berdasarkan Tabel 5, persentase aktivitas siswa pada 2 kelas yang diteliti
efektif karena > 75% siswa sangat aktif dalam kegiatan laboratorium berbasis
inkuiri. Persentase rata-rata keaktifan siswa dalam praktikum dan diskusi dari
[image:33.595.108.535.417.625.2]2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini meliputi nilai LKS, LDS dan
nilai postes pada akhir pertemuan. Nilai tersebut kemudian dianalisis dan
diperoleh nilai hasil belajar siswa pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3
Data Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 Nilai tertinggi 85,06 83,60 Nilai terendah 69,44 70,20 Nilai rata-rata 79,52 79,20
Jumlah siswa 32 32
Jumlah siswa yang tuntas 29 28 Ketuntasan klasikal (%) 90,63 87,50 Rata-rata ketuntasan
klasikal dari kedua kelas (%)
89,06
*Data selengkapnya disajikan pada lampiran 21
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA
3 menunjukkan tingkat ketuntasan klasikal siswa dalam kriteria sangat baik yaitu
sebesar 90,63% dan 87,50%. Rata-rata ketuntasan klasikal siswa dari kelas XI
IPA 2 dan XI IPA 3 yaitu 89,06%.
3. Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Tanggapan siswa terhadap Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri
diperoleh melalui angket dengan responden seluruh siswa dalam penelitian, yaitu
siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 yang masing-masing berjumlah 32 siswa.
Angket tanggapan siswa diberikan pada saat akhir pembelajaran. Ringkasan hasil
angket tanggapan siswa terhadap Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri dapat
dilihat pada Tabel 7.
Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan tanggapan siswa yang sangat baik
terhadap Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri. Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3
menunjukkan tanggapan yang sangat baik terhadap kegiatan laboratorium berbasis
inkuiri dengan persentase berturut-turut yaitu 95,94% dan 95,00%. Rata-rata
25
Tabel 7 Analisis angket tanggapan siswa
No.
Aspek yang diamati Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3
% %
1. Siswa menyukai suasana kelas saat
pembelajaran 30 93,75 32 100 2. Siswa tertarik mengikuti pembelajaran 32 100 30 93,75 3. Keaktifan siswa dapat meningkat 32 100 31 96,88 4. Guru menghubungkan materi dengan
peristiwa kehidupan yang terkait 30 93,75 32 100 5. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran 31 96,88 26 81,25 6. Siswa menggunakan metode ilmiah dalam
kegiatan praktikum 29 90,62 32 100 7. Kemampuan intelektual siswa meningkat 32 100 29 90,62 8. Siswa menyukai media dan metode yang
diterapkan oleh guru 31 96,88 32 100 9. Siswa mudah menerima pelajaran 29 90,62 30 93,75 10. Siswa menyukai pendekatan pembelajaran 31 96,88 30 93,75 Rata-Rata Kelas 30,7 95,94 30,4 95 Rata-rata dari kedua kelas (%) 95,47
*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 23
4. Tanggapan Guru terhadap Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran diperoleh berdasarkan
hasil wawancara dengan guru tentang Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri
yang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Tanggapan guru terhadap kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem
No. Pernyataan Jawaban
1. Kesan terhadap pembelajaran Kegiatan laboratorium berbais inkuiri dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar (selama percobaan, diskusi dan presentasi). 2. Aktivitas dan hasil belajar siswa
selama pembelajaran
Aktivitas dan hasil belajar siswa rata-rata meningkat.
3. Kendala selama pembelajaran Kendala: pengelolaan waktu dan biaya. 4. Kekurangan dan kelebihan
penerapan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri
Kelebihan: dapat meningkatkan pemahaman siswa, aktivitas dan kerjasama antar siswa. Kekurangan: membutuhkan banyak waktu. 5. Ketertarikan menggunakan
kegiatan laboratorium berbasis inkuiri
Tanggapan positif, yaitu kegiatan ini dapat meningkatkan semangat belajar siswa, sehingga pembelajaran ini perlu diterapkan pada materi biologi tertentu.
[image:35.595.120.528.127.397.2] [image:35.595.112.520.504.730.2]Berdasarkan Tabel 8, guru memberikan tanggapan positif terhadap
pembelajaran dengan menggunakan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri.
Hasil penelitian pada pembelajaran materi Sistem Respirasi Manusia dengan
menggunakan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada kelas XI IPA 2 dan
XI IPA 3 di SMA Negeri 1 Lasem secara ringkas terangkum pada Tabel 9.
Tabel 9 Rekapitulasi hasil penelitian efektivitas Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem
Kelas Ketuntasan
klasikal Aktivitas Tanggapan siswa XI IPA 2 % 90,63 84,38 95,94
Kriteria Sangat baik Aktif Sangat baik XI IPA 3 % 87,50 95,31 95,00
Kriteria Sangat baik Sangat aktif Sangat baik Rata-rata % 89,06 89,84 95,47
Kriteria Sangat baik Sangat aktif Sangat baik
B. Pembahasan 1. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran diamati dengan
menggunakan lembar observasi. Setiap observer melakukan observasi terhadap 2 kelompok. Aktivitas yang diamati selama proses pembelajaran yaitu aktivitas
siswa dalam praktikum, aktivitas siswa dalam diskusi dan presentasi. Berdasarkan
analisis hasil observasi aktivitas siswa pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata
aktivitas dari kedua kelas tersebut dapat dikatakan efektif karena > 75% siswa
sangat aktif dalam kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada materi sistem
respirasi Manusia, yaitu sebesar 89,84%. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran, siswa aktif berinteraksi dengan guru maupun siswa lainnya dan
siswa mengikuti pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh guru. Hal ini
didukung oleh pendapat guru Biologi SMA N 1 Lasem yang menyatakan bahwa
dengan pembelajaran menggunakan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri, dapat
meningkatkan pemahaman, semangat, kerjasama serta dapat mengurangi rasa
kebosanan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat kegiatan belajar
27
gambar. Misalnya pada pertemuan kedua, siswa diminta untuk mempraktikkan
cara bernafas yang benar. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan pada siswa
,”Bagaimana udara mengalir dari hidung menuju ke paru-paru?”. Berdasarkan
jawaban yang telah dikemukakan, siswa mengajukan suatu masalah tentang
“Bagaimana struktur dan mekanisme pernafasan pada manusia?”. Selanjutnya,
siswa merumuskan hipotesis yaitu “Ada banyak organ yang mendukung kinerja
pernafasan pada manusia dan ada perbedaan antara pernafasan dada dan
pernafasan perut”. Siswa merancang kegiatan percobaan, melakukan praktikum
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan serta merumuskan simpulan
sendiri. Guru hanya memberikan masukan apabila rancangan kegiatan yang akan
dilakukan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam praktikum, siswa
melakukan percobaan secara berkelompok sesuai dengan rancangan kegiatan yang
telah disetujui oleh guru, kemudian hasil percobaan dipresentasikan di depan
kelas. Dengan memberikan kebebasan siswa untuk belajar sendiri, maka situasi
proses belajar menjadi lebih merangsang dan dapat mengembangkan bakat atau
kecakapan siswa (Roestiyah 2008). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian oleh Ariyadi (2010) yang menyatakan bahwa pembelajaran Guide
Discovery Inquiry Laboratory Lesson dengan media preparat dapat meningkatkan
interaksi dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi lebih
aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran karena dituntut untuk mencari,
menemukan, mengamati dan mengidentifikasi sendiri serta bekerja secara
kelompok dalam melakukan kegiatan pengamatan.
Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Indisari (2009) yang
menyatakan bahwa penerapan metode Discovery Inquiry pada materi ciri-ciri
makhluk hidup dapat meningkatkan aktivitas siswa di kelas VII SMP 22
Semarang. Dalam penelitian ini, jumlah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 yang
masuk kriteria aktif dan sangat aktif dalam praktikum yaitu 26 dan 29 siswa,
sedangkan dalam diskusi yaitu 28 dan 32 siswa. Keaktifan siswa kelas XI IPA 3
lebih tinggi dari kelas XI IPA 2, karena siswa kelas XI IPA 3 aktif melakukan
tanya jawab saat praktikum dan diskusi. Pada pertemuan pertama di kelas XI IPA
untuk bertanya jika belum memahami percobaan yang sedang dilakukan. Dalam
hal ini, guru menyarankan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahaminya kepada teman dalam kelompoknya atau bertanya pada guru saat
istirahat sekolah. Siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan
pendapat, menjawab pertanyaan ataupun mengajukan pertanyaan dalam proses
pembelajaran, dan menjadikan siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran, sehingga kepuasan dan kepercayaan dirinya meningkat.
Kesulitan yang dialami oleh siswa selama pembelajaran dengan kegiatan
inkuiri, yaitu siswa merasa kesulitan untuk bekerja secara mandiri. Pada awal
pertemuan, guru hanya menjelaskan secara ringkas tentang bagaimana cara
merumuskan suatu masalah, menyusun hipotesis, mendesain praktikum serta
merumuskan suatu simpulan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, siswa
belum terbiasa membuat laporan hasil praktikum sehingga kegiatan pembelajaran
belum tercapai secara optimal. Oleh sebab itu, guru diharapkan dapat memberikan
penjelasan tentang cara menyusun suatu laporan percobaan yang tepat.
Keaktifan siswa juga dipengaruhi oleh ketertarikan siswa terhadap
pembelajaran, terlihat dari hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran.
Menurut siswa, pembelajaran yang dilaksanakan membuat mereka lebih aktif,
menyenangkan, serta kegiatan pembelajaran menjadi lebih hidup, sehingga siswa
termotivasi untuk belajar biologi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Yuningrum (2009) yang menyatakan bahwa metode Discovery Inquiry
dapat meningkatkan hasil belajar, aktivitas dan motivasi siswa serta aktivitas guru
dalam pembelajaran materi Jamur di SMA N 2 Kudus.
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar merupakan hasil dari perubahan konsepsi dan kebiasaan
berpikir siswa (Rustaman 2003). Hasil belajar siswa pada materi Sistem Respirasi
Manusia dengan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri, diukur dari tiga aspek
sumber penilaian yaitu nilai LKS, nilai rata-rata dari LDS, serta nilai tes tertulis
(postes) dengan bobot masing-masing yaitu 1. Tes tertulis (postes) yang
digunakan adalah tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan analisis
29
kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada materi Sistem Respirasi Manusia
menunjukkan hasil yang baik, yaitu dari kedua kelas tersebut ketuntasan klasikal
hasil belajar siswa mencapai lebih dari 75% siswa mencapai KKM SMA Negeri 1
Lasem yaitu 75.
Roestiyah (2008) menyatakan bahwa kegiatan laboratorium berbasis
inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan “self concept”, sehingga siswa
mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, menggunakan konsep-konsep
yang sudah dimiliki untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran inkuiri
juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan hipotesis,
menggali informasi, merancang dan melakukan percobaan, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan. Oleh karena itu, melalui implementasi
model pembelajaran inkuiri penguasaan konsep biologi siswa dapat ditingkatkan.
Dalam penelitian ini, siswa mencari suatu masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan topik yang telah ditentukan oleh guru, Pada
pertemuan kedua, guru memberikan pertanyaan “Apa yang kalian rasakan setelah
berlari?”. Berdasarkan fakta yang telah diungkapkan oleh siswa bahwa frekuensi
pernafasan siswa akan meningkat setelah berlari, maka dapat dirumuskan suatu
masalah tentang frekuensi pernafasan pada manusia. Kemudian siswa menyusun
proposal kegiatan yang berisi tentang judul, tujuan, rumusan masalah, hipotesis
dan metode penelitian. Proposal tersebut dikonsultasikan kepada guru pada jam
istirahat atau setelah jam pelajaran sekolah. Jika proposal tersebut disetujui, maka
pada pertemuan berikutnya siswa dapat melaksanakan kegiatan sesuai proposal
yang telah dibuat. Pelaksanaan kegiatan secara mandiri menuntut kreativitas
siswa untuk mencari kegiatan yang berbeda dari kelompok siswa yang lain,
sehingga siswa mampu mempelajari masalah secara sistematis dan merancang
solusi yang tepat. Siswa juga dituntut untuk belajar sebelum proses pembelajaran
di sekolah berlangsung, sehingga pemahaman siswa dapat meningkat. Hal ini
dapat diketahui dari rata-rata nilai akhir siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3
berturut-turut 79,52 dan 79,20.
Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat melatih siswa untuk lebih
siswa. Hal ini didukung oleh pendapat siswa yang menyatakan bahwa mereka
tertarik mengikuti pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas
siswa berbanding terbalik dengan hasil belajar karena aktivitas siswa yang tinggi
pada kelas XI IPA 3 tidak mempengaruhi hasil belajarnya. Sebagian besar siswa
kelas XI IPA 3 aktif dalam berdikusi dan melakukan praktikum, tetapi mereka
kurang mematuhi tugas dari guru. Siswa kelas XI IPA 3 membawa alat dan bahan
yang tidak digunakan dalam praktikum. Guru menyusun lembar penilaian
aktivitas siswa yang salah satu aspeknya yaitu mengecek kesesuaian alat dan
bahan praktikum, sehingga siswa tidak dapat melakukan aktivitas sendiri di luar
kegiatan praktikum yang ditentukan.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Santoso (2009) yang
menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa. Suasana pembelajaran menggunakan metode ini menjadi semakin
lebih hidup, banyak siswa yang bertanya kepada temannya yang sedang presentasi
dan saling memberi masukan jika penyampaian presentasi kurang relevan dengan
materi. Dengan suasana pembelajaran yang demikian akan menimbulkan motivasi
sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat. Kegiatan diskusi dan
presentasi tersebut merangsang keberanian dan kreativitas siswa dalam
mengemukakan gagasan, membiasakan siswa bertukar pikiran dengan teman,
menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui
diskusi mereka belajar bertanggung jawab tehadap hasil pemikiran bersama.
3. Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Tanggapan siswa merupakan balikan yang diberikan oleh siswa terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tanggapan ini diperoleh berdasarkan
angket yang diberikan pada akhir proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis
angket tanggapan siswa terhadap kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada
materi Sistem respirasi Manusia bahwa siswa memberikan tanggapan yang sangat
baik terhadap pembelajaran yang dilakukan. Siswa sangat senang ketika guru
mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dan menggunakan
metode ilmiah dalam praktikum, sehingga dapat membangkitkan semangat siswa
31
Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri menjadikan pembelajaran menjadi
menyenangkan. Hal ini bisa dilihat pada persentase hasil angket siswa kelas XI
IPA 2 sebesar 96,88% dan siswa kelas XI IPA 3 sebesar 93,75% yang
menyatakan bahwa siswa senang belajar dengan kegiatan laboratorium berbasis
inkuiri, karena menjadikan lebih kreatif, percaya diri, berpikir kritis dan mandiri.
Pemilihan kegiatan praktikum secara mandiri menjadikan siswa mampu berpikir
kreatif dan tidak selalu tergantung pada guru. Banyak siswa yang aktif bertanya
dalam kelas mengenai hal-hal di luar pembelajaran yang sedang berlangsung
tetapi masih terkait dengan materi pelajaran. Siswa merasa lebih percaya diri
karena pertanyaan dari seorang siswa akan dijawab oleh siswa lain dengan
bimbingan dari guru, sehingga siswa akan berpikir kritis untuk menemukan
sendiri jawaban dari pertanyaan tersebut.
Respon siswa terhadap pembelajaran ini sangat baik, karena berdasarkan
hasil penelitian diperoleh rata-rata tanggapan siswa kelas XI IPA 2 sebesar
95,94% dan kelas XI IPA 3 sebesar 95,00%. Keduanya termasuk dalam kriteria
sangat baik. Dalam kegiatan pembelajaran ini, kerja sama dan semangat belajar
yang tinggi menjadikan tugas yang diberikan oleh guru menjadi lebih ringan.
Situasi proses belajar menggunakan kegiatan laboratorium berbasis
inkuiri dapat merangsang dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar sendiri sehingga siswa menjadi tidak bosan (Roestiyah 2008). Dalam
penelitian ini, siswa dituntut untuk mencari dan melakukan praktikum sendiri,
agar siswa menggunakan lebih banyak kemampuan dan usahanya. Tetapi, ada
juga siswa yang kurang menyukai pembelajaran ini karena membutuhkan banyak
waktu dan biaya. Pengelolaan waktu yang tepat sangat diperlukan dalam
pembelajaran ini, oleh sebab itu sebelum proses pembelajaran berlangsung guru
harus memahami Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
Pembagian waktu dalam RPP harus disusun sedemikian rupa serta dipatuhi
sehingga pembelajaran berlangsung efektif. Biaya praktikum yang ditanggung
oleh siswa sendiri dapat dikurangi dengan pemakaian barang-barang bekas yang
masih bisa digunakan. Guru tidak membatasi siswa untuk menggunakan
Akses internet di SMA N 1 Lasem sudah mencukupi, tetapi belum dimanfaatkan
oleh siswa sehingga guru dapat mencarikan referensi yang mendukung, kemudian
menggandakan dan memberikan pada masing-masing kelompok. Pemanfaatan
perpustakaan juga sangat membantu siswa untuk menunjang kegiatan belajar.
4. Tanggapan Guru terhadap Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Tanggapan guru terhadap kegiatan laboratorium berbasis inkuiri
diperoleh dari hasil wawancara terhadap guru. Guru SMA N 1 Lasem tertarik
terhadap kegiatan laboratorium berbasis inkuiri karena dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat saat siswa melakukan
praktikum, diskusi dan presentasi yaitu siswa menyiapkan, melakukan dan
menyimpulkan kegiatan belajar secara mandiri.
Kendala yang diamati oleh guru ketika pembelajaran berlangsung yaitu
pengelolaan waktu dan biaya, sehingga perlu pengelolaan waktu yang tepat saat
pembelajaran. Kesulitan ini dapat diatasi dengan cara mematuhi alokasi waktu
yang telah ditetapkan dalam RPP. Kendala dalam pembelian alat dan bahan
praktikum dapat diatasi dengan adanya kreatifitas siswa untuk memanfaatkan
barang bekas yang dapat digunakan dalam praktikum ini. Jika alat dan bahan
tersebut harus dibeli, maka guru dapat mengadakan demonstrasi di depan kelas
untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan siswa. Selain itu, siswa dapat membeli
alat tersebut dengan cara iuran, cukup satu alat/bahan untuk satu kelas. Kegiatan
laboratorium berbasis inkuiri juga mempunyai kelebihan yaitu dapat
meningkatkan pemahaman siswa, aktivitas siswa dan kerja sama antar siswa.
Peningkatan aktivitas siswa ditunjukkan oleh peran aktif siswa dalam praktikum,
diskusi dan presentasi.
Dalam proses pembelajaran menggunakan kegiatan laboratorium
berbasis inkuiri pada materi Sistem Respirasi Manusia terjadi interaksi antara
siswa dengan guru serta siswa dengan siswa, sehingga pembelajaran menjadi
lebih menyenangkan karena berpusat pada siswa. Aktivitas siswa menjadi lebih
hidup, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa meningkat. Guru SMA
Negeri 1 lasem juga tertarik menerapkan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri
33 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa kegiatan laboratorium berbasis inkuiri efektif diterapkan pada
pembelajaran materi Sistem Respirasi Manusia di SMA Negeri 1 Lasem
Rembang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, guru hendaknya memahami dan mematuhi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun saat
menerapkan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri agar pembelajaran
berlangsung secara efektif.
2. Guru sebaiknya memberikan penjelasan secara rinci tentang cara penulisan
laporan agar siswa dapat menyusun laporan dengan tepat.
3. Guru hendaknya memberikan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa saat praktikum serta menyusun lembar penilaian aktivitas siswa agar
siswa tidak melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan praktikum.
4. Guru sebaiknya memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya
perpustakaan sekolah untuk menunjang pembelajaran.
5. Guru hendaknya menyediakan referensi yang dibutuhkan siswa,
menggandakan dan membagikannya untuk mengurangi pengeluaran biaya
pada siswa.
6. Guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan demonstrasi untuk
34
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arianto S. 2008. Pengertian Laboratorium. On line at
http://smileboys.blogspot.com/2008/05/pengertian-laboratorium.html
[diakses tanggal 8 April 2011]
Ariyadi. 2010. Efektivitas Pembelajaran Guide Dis