• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hub kebiasaan merokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hub kebiasaan merokok"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLI DALAM RAWAT JALAN RSU SUMEDANG TAHUN 2014

Ema, Titin Mulyatin, Sumbara

ABSTRAK

Menurut data Kemenkes Indonesia, berdasarkan tingkat kefatalannya penyebab kematian tahun 2010, PJK menempati urutan teratas (8,7%) di Indonesia. Salah satu faktor resiko PJK adalah kebiasaan merokok. Tahun 2008 Indonesia dinobatkan sebagai negara konsumsi rokok nomor 3 terbesar dunia dengan jumlah 65 juta perokok atau 28 % per penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian PJK pada pasien di Poli Dalam Rawat Jalan RSU Sumedang tahun 2014.

Faktor resiko PJK yang dapat dikendalikan meliputi: merokok, hiperlipidemia, hipertensi, dan DM. Rokok mengandung nikotin dan karbon monoksida, yang dapat mengakibatkan vasokontriksi dan menurunkan suplai O2 ke miokard.

Jenis penelitian menggunakan case control, jumlah sampel masing-masing 32 sampel. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling; analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat, uji statistik digunakan uji chi square.

Hasil analisa data didapatkan P value = 0,004, dan OR: 6,120, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian PJK dan perokok beresiko mengalami PJK 6,120 kali lebih besar dibanding yang tidak merokok. Sebagai saran hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya.

Kata Kunci : Kebiasaan, Merokok, Penyakit Jantung Koroner

(2)

Bhakti Kencana Medika, Volume 4, No. 1, Maret 2014. Hal. 1-74 46

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat disertai pembangunan isik yang sangat pesat. Tetapi di sisi lain pembangunan isik yang pesat dan perkembangan dunia yang semakin modern memberikan dampak terhadap perubahan perilaku, gaya hidup dan perubahan mental emosional. Pertumbuhan pembangunan dibidang kesehatan terbukti dengan meningkatnya jumlah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang menyebar ke seluruh pelosok pedalaman, sehingga penyuluhan kesehatan mudah untuk dilakukan dan penanganan penyakit infeksi dan menular dapat lebih cepat ditangani. Hal ini mengakibatkan pergeseran penyebab kematian bukan lagi penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi dan penyakit menular seperti malaria, TBC dan penyakit infeksi lainnya yang diakibatkan oleh kemiskinan dan buruknya lingkungan, tetapi b eralih ke penyakit tidak menular (PTM) seperti kanker, penyakit cardio vaskuler, DM, stroke, penyakit paru obstruksi kronis dan penyakit kronis lainnya sebagai akibat dari pola dan kebiasaan hidup tidak sehat dan gangguan emosional (stres) ( Kementrian Kesehatan, 2012).

Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM termasuk di dalamnya penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbesar (39%) dunia, diikuti kanker (27%), diabetes melitus (4%), dan sisanya penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan penyakit lainnya menyebabkan sekitar 30% kematian. Berdasarkan tingkat kefatalan Case Fatality Rate (CFR) penyebab kematian pada tahun 2010, PJK dan stroke menempati urutan teratas (8,7%) penyebab kematian di Indonesia ( Kementrian Kesehatan, 2013).

Berdasarkan data dari medikal rekord RSUD Sumedang, penulis mendapatkan data PJK menduduki urutan ke-8 dari 10 besar penyakit yang berada di Poli Dalam Rawat Jalan RSU Sumedang

setelah hipertensi, ASHD, Dispepsia, gastritis, asma bronchiale, PPOK, dan hipertiroid. Angka kunjungan pasien PJK pada dua tahun terakhir mengalami peningkatan, yaitu tahun 2012 dari 20.000 jumlah kunjungan, 564 kasus adalah PJK atau sekitar 2,81%, dan pada tahun 2013 sampai bulan November, dari 22.337 kunjungan, 644 orang atau sekitar 2.88% adalah kasus PJK.

Berbagai hasil penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa rokok merupakan salah satu faktor risiko utama dari penyakit jantung koroner. Menurut data WHO tahun 2008 Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India. Jumlah perokok Indonesia adalah 65 juta perokok atau 28 % per penduduk, artinya dari setiap 4 orang penduduk Indonesia, terdapat seorang perokok (Cancer Helps. co.id, 2013). Temuan dari Global Adult Tobacco Survey (2011) menyatakan bahwa sebanyak 61,4 juta orang dewasa di Indonesia adalah perokok aktif.

Menurut data Riset Kesehatan dasar ( Riskesdas) 2010, Jawa Barat merupakan provinsi ketiga jumlah perokok aktif tertinggi setelah Jawa Timur dan Jawa tengah, sebanyak 426.000 perokok adalah anak-anak berusia 10 - 14 tahun. Dari hasil studi pendahuluaan, penulis juga mendapatkan data dari 10 orang penderita PJK yang sedang dirawat di ruang ICU RSU Sumedang, 7 orang mempunyai riwayat kebiasaan merokok.

Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, bagian dari kehidupan sosial dan gaya hidup, tanpa memahami risiko dan bahaya kesehatan terhadap dirinya dan orang serta masyarakat di s ekitarnya.

(3)

Ema-Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian... 47

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah studi korelasi ( Correlation Study). Dimana jenis penelitian ini pada hakikatnya merupakan penelitian hubungan antara kedua variable pada suatu situasi, atau sekelompok subyek. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah case control, yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Variabel dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok sebagai variabel independen, dan kejadian PJK sebagai variabel dependen. pengambilan sample dari populasi pasien yang berobat ke Poli Dalam Rawat Jalan RSU Sumedang pada periode bulan Maret-Mei 2014, dengan menggunakan teknik consecutive sampling, dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan dimasukan dalam sampel penelitian sampai jumlah yang diperlukan terpenuhi. Jumlah sampel pada kelompok kasus dan kontrol masing-masing adalah 32 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisa Univariat

Penyajian data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, yang di dalamnya memuat prosentase dari responden yang mempunyai kebiasaan merokok dan tidak pada kelompok kasus dan kontrol.Kebiasaan merokok pada penelitian ini dikategorikan kedalam merokok dan tidak.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Pada Pasien Poli Dalam Rawat Jalan RSUD SumedangTahun 2014

Kebiasaan Merokok Frekuensi %

Kasus (Menderita PJK):

Merokok 27 84,4

Tidak 5 15,6

Kontrol (Tidak Menderita PJK):

Merokok 15 46,9

Tidak 17 53,1

Sumber: Data primer, Maret 2014

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukan bahwa pasien yang menderita PJK hampir seluruh responden (84,4%) mempunyai kebiasaan merokok,

dan hanya sebagian kecil dari responden (15,6%) yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Sedangkan pada pasien yang tidak menderita PJK sebagian besar (53,1%) tidak mempunyai kebiasaan merokok, dan kurang dari setengahnya yang mempunyai kebiasaan merokok.

Analisa Bivariat

Hasil analisis untuk hubungan kebiasaan m erokok dengan kejadian penyakit jantung koroner di Poli Dalam Rawat Jalan RSU Sumedang tahun 2014 d engan menggunakan uji chi square dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2

Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian PJKdi Poli Dalam Rawat Jalan RSU Sumedang Tahun

2014

Merokok 27 84,4 15 46,9 6,120 0,004

Tidak 5 15,6 17 53,1

Jumlah 32 100 32 100

Sumber: Data primer, Maret 2014

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukan bahwa Hasil penelitian didapatkan nilai P-value = 0,004 (< 0.005), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang berarti terdapat hubungan signiikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian PJK. Selain itu didapatkan nilai OR = 6,120, ini berarti pasien dengan kebiasaan merokok beresiko mengalami PJK 6,120 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mempunyai kebiasaan merokok.

KESIMPULAN DAN SARAN

(4)

Bhakti Kencana Medika, Volume 4, No. 1, Maret 2014. Hal. 1-74 48

Disarankan hasil penelitian ini hendaknya digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang faktor resiko lainnya, serta klasiikasi perokok yang dapat berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner.

Selain itu hasil penelitian ini hendaknya d igunakan sebagai bahan masukan dan data awal bagi institusi rumah sakit, dalam memberikan k onseling kesehatan, khususnya tentang dampak rokok terhadap penyakit jantung koroner pada pasien Poli Dalam Rawat Jalan RSU Sumedang.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam P enyakit Mematikan Yang Paling Sering Menyerang Kita. Jogjakarta: Buku Biru.

Bangun, A.P. 2008. Sikap Bijak Bagi Perokok. Jakarta: Bentara Cipta Prima.

CancerHelps.co.id. 2013. 10 Negara Perokok Dunia. [online]. Tersedia : http://www.cancerhelps. co.id/Hot-News/daftar-10-negara-perokok-terbesar-di-dunia.html (16 Desember 2013). Kementerian Kesehatan RI. 2012. Buletin Jendela

Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Proil

Keseha-tan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Gambar

Tabel 1Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Pada Pasien

Referensi

Dokumen terkait

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kunandar (2008,Iskandar, 2011:21) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Data yang telah terkumpul diatas kemudian dihitung untuk menghasilkan nilai total calon karyawan untuk setiap kriteria utama (MC1, MC2, MC3 dan MC4) dengan mengkalikan skor dari

[r]

Pada penelitian tersebut berusaha menggabungkan antara Konseling Ringkas Berfokus Solusi dengan teknik guided imagery dan diterapkan tahap demi tahap untuk mereduksi

Penelitian yang dilakukan oleh Agrianti (2009) menunjukan bahwa dengan adanya komite audit secara statistik tidak dapat mempengaruhi tinggi rendahnya earnings management tetapi

Siagian (2002:103) menyatakan bahwa dalam perencanaan kegiatan dirumuskan dan ditetapkan seluruh aktivitas lembaga yang menyangkut apa yang harus dikerjakan, mengapa

Pada era globalisasi ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya kesehatan melalui pengkonsumsian makanan-makanan sehat yang diharapkan akan memberikan efek lebih baik

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP N 2 Rambah Hilir