• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VII. KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

94 VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan optimalisasi pada Mill MNO, maka kesimpulan yang dapat dijabarkan adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil pencarian solusi terbaik dengan menggunakan aplikasi goal programming bagi kendala tujuan yang digunakan, yaitu : a. Rencana Target Produksi (RTP), b. minimisasi biaya listrik, c. minimisasi jam tenaga kerja dan d. minimisasi biaya air dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut :. • Hasil menunjukan bahwa tujuan pemenuhan rencana target produksi (RTP)

sebaik tidak menjadi prioritas pertama karena adanya nilai yang yang melebihi atau adanya ketidaktercapaian target pemenuhan produksi yang melampaui batasan toleransi yang telah ditetapkan PPIC sebesar 10% sehingga pada formulasi ini tujuan pemenuhan RTP berada pada prioritas ketiga. Hal ini berdampak pada jumlah kapasitas gudang yang tidak dapat menampung kelebihan produksi yang dapat juga berdampak pada kualitas produk yang diproduksi karena akan terjadi penurunan kualitas produk dengan adanya batasan kadarluarsa produk.

• Pada minimisasi biaya listrik diformulasikan pada prioritas pertama, hal ini dikarenakan pada tujuan minimisasi biaya listrik tidak terjadi deviasi di atas maupun di bawah sasaran sehingga nilai yang dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh PPIC yang tidak melebihi batasan toleransi.

• Minimisasi jam tenaga kerja diberi prioritas kedua hal ini dikarenakan nilai ketidaktercapain yang terjadi pada minimisasi berada pada batasan yang tidak terlalu melampaui batasan nilai toleransi yang terlalu signifikan. Pada kelebihan jam tenaga kerja mengakibatkan adanya jam lembur yang harus ditambahkan pada pekerja sehingga dapat diartikan bahwa adanya sumberdaya yang harus ditambahkan pada setiap Mill yang membutuhkan sumberdaya. • Minimisasi biaya air merupakan formulasi prioritas keempat yang memiliki

nilai terlampau signifikan. Hal ini dimungkinkan adanya batasan nilai sisi kanan yang diberi manajemen terlalu kecil. Kelebihan biaya yang melampaui batsan toleransi menyebabkan adanya penambahan biaya yang dapat

(2)

95 berdampak pada biaya produksi produk tepung terigu sehingga perlu adanya revisi dari pihak PPIC untuk merencanakan nilai biaya air untuk bulan berikutnya yang menggunakan rencana yang sama dengan bulan Februari 2010.

2. Dari implementasi hasil kendala tujuan yang telah dianalisis dengan mengacu pada pihak PT. ISM Bogasari Flour Mills, maka kesimpulan yang dapat dijabarkan adalah sebagai berikut :

Pada penentuan implementasi hasil dengan mengacu pada tujuan-tujuan yang ingin dicapai setelah hasil identifikasi dengan pengolahan data menggunakan goal programming dan hasil wawancara langsung dengan pihak PT. ISM Bogasari Flour Mills, maka kendala tujuan Rencana Target Produksi (RTP) untuk produk tepung terigu Piramida yang diasumsikan tidak efektif dan efisien untuk diproduksi karena melampai batasan nilai toleransi yang telah ditetapkan PPIC yaitu sebesar 10% dari hasil pengolahan dengan menggunakan goal programming. Sedangkan pada minimisasi jam tenaga kerja yang terjadi pada minggu pertama menggambarkan bahwa adanya kelebihan jam tenaga kerja yang menyebabkan penambahan jam lembur pekerja atau penambahan sumberdaya untuk memenuhi kelebihan jam tenaga kerja pada mill yang membutuhkan. Sedangkan pada minimisasi biaya air terjadi nilai kelebihan yang sangat signifikan hal ini dimungkinkan adanya batasan nilai sisi kanan yang diberi manajemen terlampau kecil. Sehingga berdampak pada penambahan biaya air yang dibutuhkan untuk proses produksi meningkat sangat signifikan yang melampaui batasan nilai toleransi yang telah ditetapkan PPIC.

Pada hasil wawancara dengan PT. ISM Bogasari Flour Mills untuk ketidaktercapaian produksi dengan menggunakan olahan goal programming, maka tanggapan yang diberikan pihak PT. ISM Bogasari Flour Mills yaitu : a. adanya kemungkinan ketidaktercapaian produksi tetapi tidak keseluruhan dari produk tepung terigu Piramida, kemungkinan tersebut pada realitanya terjadi penurunan sebesar 9% dari rencana target produksi yang diinginkan pada bulan Februari 2010 serta adanya kelebihan jam tenaga kerja terjadi dikarenakan adanya kerusakan serta perawatan mesin yang dilakukan oleh Mill sehingga menyebabkan penambahan jam tenaga kerja pada minggu pertama. Pada nilai

(3)

96 biaya air yang terjadi kelebihan nilai biaya terjadi karena adanya nilai batasan rencana yang terlampau kecil sehingga mengakibatkan adanya kelebihan biaya yang sangat besar. Hal ini mengacu pada rencana target biaya air yang menggunakan rencana target pada sebelumnya. b. produksi tepung terigu Piramida tidak dapat dihentikan karena pada realita yang ada pangsa pasar untuk merek dagang Piramida saat ini masih sangat efektif dan efisien untuk diproduksi terutama untuk daerah-daerah tertentu seperti sebagaian wilayah Jawa Barat dan hamper keseluruhan wilayah Jawa Tengah. c. ketidaktercapaian pada kendala tujuan minimisasi jam tenaga kerja merupakan kendala yang harus disikapi dengan tindakan yang sesuai, hal ini disebabkan realita bahwa jam tenaga kerja lebih besar dari target yang direncanakan, dengan adanya analisis ini maka pihak PT. ISM Bogasari Flour Mills dapat merevisi kembali rencana target jam tenaga kerja dengan memperhatikan adanya kerusakan ataupun perawatan mesin. d. Pada kelebihan biaya air perlu adanya revisi pada pihak PPIC sehingga tidak mengacu pada rencana target pada bulan sebelumnya yang tidak sesuai dengan biaya air untuk bulan yang berlainan karena adanya perbedaan kondisi.

7.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan dari hasil pembahasan, maka dapat diberikan beberapa saran untuk lebih membangun PT. ISM Bogasari Flour Mills, yaitu sebagai berikut :

1. Perusahaan dapat mengembangkan decision maker untuk penentuan nilai batasan rencana target untuk tujuan yang ingin dibentuk.

2. Dalam penelitian ini model Goal Programming untuk melihat solusi terbaik dari tujuan yang ingin dicapai diterapkan pada model yang sederhana. Untuk peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan pengembangan solusi terbaik dengan mengacu pada Goal Programming yang lebih kompleks

3. Bagi peneliti selanjutnya sangat menarik jika dapat menambahkan penggunaan ssstem produksi dan operasi lainya sehingga terdapat terlihat hasil solusi terbaik dengan mengacu pada analisis dengan menggunakan goal programming.

(4)

97 DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi IV. Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI.

Buffa, Sarin. 1996. Manajemen Produksi & Operasi Modern, Edisi VIII. Jakarta : Binarupa Aksara.

Jeremy F. Shapiro. Modeling The Supply Chain. Massachusetts Institute of Technology. USA. 2001

Maarif MS, Machfud M, Sukron. 1989. Teknik Optimasi Rekayasa Proses Pangan. Bogor : PAU Pangan dan Gizi IPB.

Mulligan JG. 1989. Managerial Economic. Boston : Allyn and Bacon. Mulyono, Sri. 1991. Operation Research. Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI. Nicholson W. 1999. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Rajawali Pers.

Pappas, James L, Hirschey M. 1995. Ekonomi Manajerial, Jilid I. Jakarta :Binarupa Aksara.

Pratiwi Indah. Evaluasi Bullwhip Effect pada Suplly Chain. Surabaya. 2002. Render B, Stair RM. 1994. Quantitative Analysis for Management, Fifth Edition.

Boston : Allyn and Bacon.

Situs PT. ISM Bogasari Flour Mill

Taha HA. 1992. Operation Research : An Introduction, Fifth Edition. New York : Macmillan Publishing Company.

Tandoko E. 2000. Optimalisasi Penggunaan Sumberdaya : Studi Kasus PT. Rimbun Loka Mitra, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Taylor III BW. 1993. Introduction To Management Science, Fifth Edition. Boston

: Allyn and Bacon.

Wijaya H. 2003. Optimalisasi Produksi Tepung Terigu : Studi Kasus PT. ISM Bogasari Flour Mills, Jakarta [Skripsi}. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Yenny. 2000. Manajemen Produksi Kertas di PT. Pindo Deli Pulp dan Paper Mill, Karawang, Jawa Barat : Aplikasi Goal Programming [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(5)

98 Lampiran 1. : Prosedur Perhitungan Goal Programming Dengan Menggunakan

LINDO

1. Buat model optimalisasi goal programming. 2. Minimisasi fungsi tujuan dengan prioritas utama.

3. Tambahkan constrain berupa variabel deviasi prioritas pertama yang nilainya didapat dari minimisasi prioritas pertama ke dalam model optimasi yang sudah ada, sehingga constrain bertambah.

4. Minimisasi fungsi tujuan dengan prioritas kedua

5. Tambahkan constrain berupa variabel deviasi prioritas kedua yang nilainya didapat dari minimisasi prioritas kedua ke dalam model optimasi yang sudah ada, sehingga model memuat variabel deviasi dari prioritas pertama dan kedua.

6. Minimisasi sampai didapat nilai variabel deviasi pada prioritas terakhir dengan langkah yang sama seperti langkah 4 dan 5.

*Jika model pada penelitian ini ingin digunakan sebagai periode mingguan, maka kendala yang dimasukan ke dalammodel hanya variabel keputusan dan kendala minggu tertentu itu saja dengan cara pengolahan sama seperti yang telah dijelaskan dengan menggunakan LINDO.

Membaca Hasil Goal Programming Dengan LINDO

1. Pada bangian objective function hanya hanya dibaca kolom variable dan value, sedangkan kolom reduce cost dapat diabaikan atau diacuhkan. 2. Kolom variable dan value menunjukan nilai dari variabel deviasional dan

variabel keputusan.

3. Pada bagian Row, Slack or Surplus, Dual Prices menunjukan nilai sisi kanan atau sumberdaya yang tersisa atau perlu ditambah dalam tingkat optimal.

4. Dalam Goal Programming hanya dipakai nilai pada kolom Row dan Slack or Surplus, sedangkan Dual Prices dapat diacuhkan atau tidak dipakai. 5. Row menunjukan baris kendala atau constrain pada model optimasi yang

dihitung, sedangkan Slack or surplus menunjukan nilai sumberdaya yang tersisa atau perlu ditambah.nilai posistif pada kolom Slack or Surplus menunjukan Slack atau sumberdaya mengalami kelebihan sumberdaya

(6)

99 atau ketersisaan. Nilai negatif pada kolom Slack or Surplus menunjukan Surplus atau jumlah sumberdaya yang perlu ditambah untuk berproduksi pada tingkat optimal.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun pengaturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012, yang secara khusus mengatur tentang Bahan Tambahan Pangan. Dan peraturan ini menjadi

Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus.. (Ngastiyah, 1997

Setelah Islam berkembang pesat di tanah Jawa wayang mengalami perkembangan pula yaitu dibuat dari kulit kerbau (Sajid, 1958; 62). Bima atau Werkudara di dalam

Pembiayaan secara luas, berarti financing atau pembiayaan, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

Apabila kami lalai untuk melaksanakan pernyataan pada angka 1 sampai angka 5 di atas, kami bersedia bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Dan semua ini ketika perkembangan tubuh dan akal seorang anak telah mencapai kesempurnaan Namun, ketentuan ini berlaku apabila seorang anak sudah sempurna akalnya, jika

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui dampak kondisi sosial ekonomi pelaku usaha sekitar flyover setelah adanya flyover, (2) Mengetahui keberlangsungan

Optimasi Simpang Kawasan Industri Candi dilakukan dengan perubahan geometrik simpang berupa pelebaran pendekat (timur = 19,5 m, selatan = 11,5 m, barat = 14 m, utara = 5,5