BAB VIII
ASPEK PEMBIAYAAN
8.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah
daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan
daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan
Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus.
Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan
Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan
yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan
yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan
Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres
56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan
dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):
Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian
sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di
perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan
memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan
rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan
memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
- kerawanan sanitasi;
- cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan
Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat,
dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang
telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan
pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan
bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara
Tabel 8.1 Proyeksi
Uraian 2008 (Juta Rp) 2009 (Juta Rp) 2010 (Juta Rp) 2011 (Juta Rp) 2012 (Juta Rp)
Pendapatan 297,948,000 327,065,000 332,848,000 479,469,000 487.392.000
1. Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Laba BUMD
d. Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah
2. Dana Perimbangan
a. Bagi Hasil Pajak dan
Bukan Pajak
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
c. Dana Alokasi Khusus
(DAK)
d. Bantuan Keuangan dari
Provinsi
e. Transfer Pemerintah
Pusat Lainnya (Dana
Penyesuaian)
4. Bantuan Daerah 12,340 14,659 - -
-BELANJA
1. Belanja Tidak Langsung
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Bunga
c. Belanja Subsidi
d. Belanja Hibah
e. Belanja Bantuan Sosial
f. Belanja Bagi Hasil Kepada
Prop/Kab/ Kota dan
Pemerintah
g. Belanja Bantuan
Keuangan Kepada
Prop/Kab/ Kota dan
Pemerintah
h. BelanjaTak terduga
4,161
2. Belanja Langsung
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Modal
233,845
3. Penerimaan Pembiayaan
a. Penggunaan Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran
(SILPA)
b. Pencairan Dana Cadangan
c. Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
d. Penerimaan Pinjaman
e. Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman
f. Penerimaan Piutang Daerah
99,924
4. Pengeluaran Pembiayaan
a. Pembentukan Dana
Cadanga
b. Penyertaan Modal
(Investasi) Pemerintah
Daerah
10,498
10.498
7,498
c. Pembayaran Pokok Utang
Jatuh Tempo/
d. Pemberian Pinjaman
Daerah
-Surplus/Defisit
8.2. Profil APBD Kabupaten Bangka Tengah
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Bangka Tengah selama 5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir.
Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
Profil APBD Kabupaten Bangka Tengah disajikan dalam tabel sebagai berikut ini.
Tabel 8. 1 Perkembangan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Kabupaten Bangka Tengah dalam Lima Tahun Terakhir
Sumber : Bangka Tengah Dalam Angka 2013
8.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
8.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada
daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan
peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya
dan realisasinya di daerah tersebut. Alokasi APBN Cipta Karya di Kabupaten Bangka Tengah dalam lima tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 8. 2 Alokasi APBN Cipta Karya di Kabupaten Bangka Tengah dalam Lima Tahun Terakhir
No. Sub.Bidang Tahun (Rp. Juta)
2010 2011 2012 2013 2014
1. Pengembangan
Permukiman
Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp.
-2. Penataan
Bangunan &
-Lingkungan
3. Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Rp. - Rp. 6.093.734.000,- Rp. 1.597.783.000,- Rp. 3.130.892.000,- Rp.
10.100.000.000,-4. Penyediaan Air
Minum
Rp. 5.337.572.000,- Rp. 19.639.685.000,- Rp. 10.423.237.400,- Rp. 18.956.970.000,- Rp.
-Total
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui
penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai
prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria
Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 8. 3 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Bangka Tengah dalam Lima Tahun Terakhir
No. Sub.Bidang Tahun (Rp. Juta)
2010 2011 2012 2013 1014
1. DAK Air Minum Rp. 576.159.500,- Rp. 744.995.074 Rp. 2.509.401.000,- Rp. 1.443.814.300,- Rp.
1.275.535.000,-2. DAK Sanitasi Rp. 696.189.000,- Rp. 779.474.500,- Rp. 1.603.819.000,- Rp. 1.617.000.000,- Rp.
1.961.100.000,-Total
Sumber:
Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 5 tahun terakhir, seperti disajikan dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 9. 4 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Bangka Tengah Lima Tahun Terakhir
No. Sub.Bidang Tahun (Rp. Juta)
2010 2011 2012 2013 2014
1 Penyediaan Air Minum Rp. 3.909.657.250,- Rp. 4.308.937.296,- Rp. 6.000.321.500,- Rp. 3.496.821.300,- Rp. 2.818.584.000
2 Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Rp. 696.189.000,- Rp. 921.874.500,- Rp. 2.485.596.000,- Rp. 1.617.000.000,- Rp. 2.200.940.000
3 Pengembangan Permukiman Rp. 244.603.500,- Rp. 405.159.000,- Rp. 776.360.000,- Rp. 1.006.477.500,- Rp. 3.519.415.000
Tabel 8.5 Perkembangan DDUB Kabupaten Bangka Tengah Dalam Lima Tahun Terakhir
Uraian Tahun (Rp. Juta)
2010 2011 2012 2013 2014
Pengembangan
Permukiman
APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB
Penataan
Sedangkan perkembangan proporsi belanja APBD untuk pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Bangka Tengah disajikan melalui diagram berikut ini.
Tabel 8. 6 Perkembangan DDUB Kabupaten Bangka Tengah dalam Lima Tahun Terakhir
Uraian Tahun (Rp. Juta)
2010 2011 2012 2013 2014
Pengembangan
Permukiman
APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB APBN DDUB
Penataan
Penyediaan Air
Minum
8.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
8.4.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar
trend historis. Setelah diketahui proyeksi pendapatan dan belanja maka dapat diperkirakan kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving. Net Public Saving atau
Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang
tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Proyeksi APBD dan analisa Net Public Saving (NPS) Kabupaten
Tabel 8.6 Proyeksi APBD dan Analisa NPS Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2014-2019
Uraian Pertumbuhan(%) 2008 (Juta Rp) 2009 (Juta Rp) 2010 (Juta Rp) 2011 (Juta Rp) 2012 (Juta Rp)
Pendapatan 297,948,000 327,065,000 332,848,000 479,469,000 487.392.000
Pendapatan Asli
Daerah
(PAD)
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Laba BUMD
d. Lain-lain
Pendapatan Asli
Daerah
dan Bukan Pajak
b. Dana Alokasi
Umum (DAU)
c. Dana Alokasi
Khusus (DAK)
d. Bantuan
Keuangan dari
Provinsi
e. Transfer
Pemerintah
Pusat Lainnya
(Dana
-BELANJA
Belanja Tidak
Langsung
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Bunga
c. Belanja Subsidi
d. Belanja Hibah
e. Belanja Bantuan
Sosial
f. Belanja Bagi Hasil
Kepada Prop/Kab/
Kota dan
Pemerintah
g. Belanja Bantuan
Keuangan Kepada
Prop/Kab/ Kota dan
Pemerintah
h. BelanjaTak terduga
192,415
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang dan
Jasa
c. Belanja Modal
233,845
a. Penggunaan Sisa
Lebih Perhitungan
Anggaran (SILPA)
99,924
99,924
142,635
b. Pencairan Dana
Cadangan
c. Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
d. Penerimaan
Pinjaman
e. Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman
f. Penerimaan Piutang
Daerah
-Pengeluaran
Pembiayaan
a. Pembentukan Dana
Cadangan
b. Penyertaan Modal
(Investasi)
Pemerintah Daerah
c. Pembayaran Pokok
Utang Jatuh Tempo
d. Pemberian Pinjaman
Daerah
10,498
10.498
-7,498
7,498
-Surplus/Defisit
Net Public Saving
(NPS)
8.4.2 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 tahun ke depan
Sebagai upaya menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, maka diperlukan daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di
bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta, berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan. Rencana kerjasama pemerintah dan swasta bidang Cipta Karya Kabupaten
Tabel 8. 7 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Kegiatan Lokasi Biaya (Rp.
Ribu)
Tahun
Pelaksanaan
8.5 Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman diperlukan dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2JM. Strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya,
Kabupaten Bangka Tengah meliputi sebagai berikut ini:
1. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;
a. Pemberdayaan BUMD sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah melalui reformasi visi BUMD, restrukturisasi BUMD, dan profitisasi BUMD.
b. Memberikan arahan yang jelas tentang alokasi anggaran terhadap sumber - sumber penerimaan baik PAD maupun transfer pusat.
c. Memperluas basis penerimaan pajak melalui identifikasi pembayar pajak baru/potensial serta meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan
d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pelayanan yang optimal
e. Melakukan intensifikasi sumber-sumber Pos Retribusi Daerah.
f. Meningkatkan mekanisme kontrol masyarakat terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan Daerah sebagai wujud nyata pelaksanaan asas transparansi dan akuntabilitas
fiskal
2. Strategi peningkatan pembiayaan infrastruktur
a. Melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan yang berpotensi didanai melalui skema KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta).
b. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur Bidang Cipta Karya.