• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KPU KOTA SERANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PILKADA PROVINSI BANTEN TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI KPU KOTA SERANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PILKADA PROVINSI BANTEN TAHUN 2017"

Copied!
272
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KPU KOTA SERANG UNTUK MENINGKATKAN

PARTISIPASI PEMILIH DALAM PILKADA PROVINSI BANTEN

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Administrasi Publik Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Di Susun Oleh: Satrio Sakti Darmawan

NIM 6661130603

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ABSTRAK

Satrio Sakti Darmawan. 661130603. 2018. Strategi KPU Kota Serang Untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada Gubernur Banten Tahun 2017. Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Abdul Hamid, Ph.D; Dosen Pembimbing II, Dr. Ismanto, MM

Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan pemilihan kepala daearah secara langsuang umum bebas dan rahasia oleh rakyat. Pemilihan umum Kepala Daerah Provinsi Banten dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2017, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Dalam lingkup Kota Serang, KPU Kota Serang mempunyai strartegi dalam Pilkada Banten tahun 2017. Permasalahan penelitian ini, masih rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kota Serang, partisipasi masyarakat Kota Serang dalam Pemilu cenderung menurun, kurangnya sosialisasi yang dilakukan KPU Kota Serang guna meningkatkan partisipasi pemilih. sosialisasi masih belum tepat sasaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan dan mendeskripsikan mengenai bagaimana Strategi KPU Kota Serang Untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada Banten 2017. Penelitian ini menggunakan teori teknik analisis SWOT menurut Kotler (2008 : 88). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan strategi yang dipakai oleh KPU Kota Serang untuk meningkatkan partisipasi pemilih antara lain : Anggota KPU Kota Serang saling bekerja sama dalam melaksanankan Pilkada, Bimbingan teknis dan Pelatihan-pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan Pilkada Banten Tahun 2017, Memanfaatkan media elektronik dan media internet dalam memvalidasi data pemilih dan melayani masyarakat supaya lebih maksimal dan Sosialisasi di berbagai segmen masyarakat. Pencapaian strategi yang belum maksimal ini tidak terlepas dari faktor-faktor keterbatasan Sumber Daya Manusia, keterbatasan anggaran yang dimiliki KPU, KPU Kota Serang hanya mengandalkan sosialisasi konvensional, KPU Kota Serang kurang memanfaatkan media sosial dalam bersosialisasi, keterbatasan sarana dan prasarana, masih banyak ditemukan permasalahan DPT.

(3)

ABSTRACT

Satrio Sakti Darmawan. 661130603. 2018. Strategy KPU Serang City To Increase Voter Participation In Governor Election 2017. Study Program of Public Administration Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Supervisor I, Abdul Hamid, Ph.D; Supervisor II, Dr. Gandung Ismanto, MM

General Election is a means of conducting head election in general free and secret public. The general election of the Head of Banten Province on February 15, 2017, which implemented directly, which is one form of Democracy. Within the scope of Serang City, the Serang City KPU has a strartegi in the Banten Election of 2017. The problem of this study is that the low voter participation rate in Serang City, the participation of the people of Serang City in the election tends to decrease, the lack of socialization conducted by Serang City KPU to increase voter participation. socialization is still not on target. The purpose of this study is to describe and describe how KPU Serang City Strategy To Increase Voter Participation In Pilkada Banten 2017. This research uses SWOT analysis technique theory according to Kotler (2008: 88). The method used in this research is qualitative descriptive. The result of the research shows the strategy used by KPU of Serang City to increase voter participation, among others: KPU member of Serang City to work together in conducting Pilkada, Technical Guidance and Ongoing Training to improve performance in Pilkada Banten 2017, Utilizing electronic media and internet media in validating the voter data and serving the community to maximize and socialize in various segments of society. The achievement of this strategy that is not maximized can not be separated from the factors of human resource limitations, the limited budget of KPU, KPU Serang City only rely on conventional socialization, KPU Serang City less use social media in socializing, limited facilities and infrastructure, DPT.

Keywords: Election of Regional Head, Political Participation, Strategy

(4)
(5)
(6)
(7)

Bila Anda ingin bahagia, buatlah tujuan yang bisa

mengendalikan pikiran, melepaskan tenaga, serta mengilhami

harapan Anda, (Andrew Carnegie)

“Aku tidak gagal. AKu hanya menemukan 10 ribu cara yang tidak bekerja.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbill’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten yang berjudul “Strategi KPU Kota Serang Untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada Provinsi Banten Tahun 2017”.

Selesainya proposal penelitian ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa mendukung dan membimbing penulis. Maka dari itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan I Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Imam Mukrhoman, S.Ikom, M.Ikom, Wakil Dekan II Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan III Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, S.Sos, M.Si, Ketua Program Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(9)

8. Abdul Hamid Ph.D Sebagai Dosen Pembimbing I dan selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun Skripsi ini dan sabar dari awal hingga saat ini.

9. Dr. Ismanto, MM Sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun proposal penelitian ini dan sabar dari awal hingga saat ini.

10.Seluruh dosen dan staf Jurusan Admnistrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11.KPU Kota Serang yang telah mengizinkan dan membantu peneliti mengumpulkan data.

12.Seluruh SKPD terkait yang tergabung dalam Pilkada Banten tahun 2017 yang telah mengizinkan dan membantu peneliti mengumpulkan data.

13.Ibu dan Bapak yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh strata satu. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan membalas segala kebaikan yang diberikan.

14.Terimakasih kepada seluruh keluarga dan saudara-saudara yang selalu memberikan semangat selama pembuatan Skripsi ini.

15.Kawan-kawan Administrasi Publik 2013 yang memberikan warna, masukan dan nasehat yang bermanfaat.

(10)

Serang, Februari 2018

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ………...………. v

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……….……... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2Identifikasi Masalah ………...… 13

1.3Pembatasan Masalah ...………...14

1.4Rumusan Masalah ………... 14

1.5Tujuan Penelitian ………... 14

(12)

1.7Sistematika Penelitian ………15

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI DASAR ………... 21

2.1Deskripsi Teori ………... 21

2.1.1 Definisi Manajemen ...20

2.1.2 Definisi Strategi ...22

2.1.3 Definisi Manajemen strategi...24

2.1.4 Proses Manajemen Strategi...25

2.1.5 Analisis SWOT ……….……28

2.1.6 Komisi Pemilhan Umum ………..29

2.1.7 Pengertian Partisipasi Politik ………30

2.1.8 Pengertian Pilkada ………33

2.2 Penelitian Terdahulu ………..35

2.3 Kerangka Berfikir ..………39

2.4 Asumsi Dasar ………...41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….… 43

3.1 Metode Penelitian ...43

3.2 Fokus Penelitian... 46

3.3 Lokasi Penelitian... 47

3.4.Instrumen Penelitian... 47

3.5.Informan penelitian ... 47

(13)

3.7.Teknik Analisis Data... 54

3.8 .Triangulasi... 58

3.9 Jadwal Penelitian ……….…….. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian……….... 61

4.1.1 Profil Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Serang……….61

4.1.2 Gambaran Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Serang..63

4.1.2.1 Susunan Organisasi dan Uraian Kerja KPU ………69

4.1.2.2 Uraian Kerja ……….70

4.1.2.3 Tata Kerja………..71

4.2 Deskripsi Data……….73

4.3 Informan Penelitian………..75

4.4 Analisis Hasil Penelitian………...………76

4.5. Perencanaan Strategi KPU Kota Serang……….76

4.5.1 Analisis lingkungan strategi menggunakan SWOT….…………..77

4.5.1.1 Strengths (kekuatan)…….……….………..77

4.5.1.2 Weakness (kelemahan)…….………...………106

4.5.1.3 Oportunities (Peluang)………....125

4.5.1.4 Threats (Ancaman)………..133

4.6 Pembahasan………..……….138

4.6.1 Strenghts (kekuatan)……...………138

4.6.2 Weaknesess (kelemahan)………..………..149

(14)

4.6.4 Threats (Ancaman)……….………163 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan………..……..179

5.2 Saran ……….182

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1.1 Nama Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur ...6

TABEL 1.2 Tingkat Partisipasi Pemilih Kota Serang ...8

TABEL 1.3 Tingkat Partisipasi Pilkada 2011...10

TABEL 3.1 Informan Penelitian...47

TABEL 3.2 .Pedoman Wawancara...49

TABEL 3.3 Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif………..54

TABEL 3.3 Jadwal Penelitian...58

TABEL 4.1 Informan Penelitian………75

TABEL 4.2 Jadwal pelaksanaan kegiatan sosialisasi informasi dan pendidikan pemilih kepada Pemilih Pemula………..………….103

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 2.1 Kerangka Berfikir...47

GAMBAR 4.1 Susunan Keanggotaan Komisioner KPU Kota Serang Periode

2008-2013………..………62

GAMBAR 4.2 Susunan Keanggotaan Komisioner KPU Kota Serang Periode

2013-2018………..………63

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Dokumentasi

LAMPIRAN 2 Surat izin penelitian dari fakultas

LAMPIRAN 3 Catatan bimbingan dosen

LAMPIRAN 4 Member Check

LAMPIRAN 5 Pedoman wawancara

LAMPIRAN 6 Matriks Hasil Penelitian

(18)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai demokrasi di Indonesia, maka pasti akan berkaitan dengan pemilihan umum. Salah satu indikator suksesnya suatu penyelenggaran pemilihan umum adalah partisipasi politik masyarakat yang diwujudkan dalam hal pemberian hak suara yang dimiliki oleh masyarakat yang telah memiliki hak pilih pada pemilihan umum tersebut. Indonesia adalah negara yang menggunakan sistem demokrasi, yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 Undang Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar, untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, maka dilakukan pemilihan umum. Pemilihan umum diartikan sebagai proses pemungutan suara dimana semua warga negara mempunyai hak yang sama untuk memilih dan dipilih menjadi pemimpin.

(19)

Menurut pasal 1 ayat 6 Undang-undang nomer 10 tahun 2015 adalah Pemilih adalah penduduk yang berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin yang terdaftar dalam Pemilihan. Dan juga selain yang berusia paling rendah 17 tahun yaitu anggota TNI-Polri ini pun telah diatur dalam Undang-undang No 2 tahun 2002 di dalam Pasal 28 ayat

1, “Kepolisian Negara Republik Indonesia bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis. Pemilihan umum Kepala Daerah Provinsi Banten akan dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2017, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi.

Bagi sebuah negara yang mengakui kedaulatan rakyatnya, Pemilu (Pemilihan Umum), Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) atau Pilgub (Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur) merupakan proses politik yang menjadi tanggung jawab rakyat secara menyeluruh untuk dapat berpartisipasi menyukseskannya. Keberhasilan dalam pelaksanaan Pemilu merupakan indikator pendewasaan sikap politik rakyat dalam menentukan arah dan masa depan pembangunan Negara dan bangsa Indonesia. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu pada kenyataannya tidak semata-mata menunjukkan tingkat demokrasi yang tinggi, karena munculnya fenomena partisipasi yang dimobilisasi.

(20)

merupakan lembaga eksekutif di daerah, sedangkan DPRD, merupakan lembaga legislatif di daerah baik di provinsi, maupun kabupaten/kota.

Sejalan dengan semangat desentralisasi, sejak tahun 2005 Pemilu Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung (Pemilukada/Pilkada). Semangat dilaksanakannya pilkada adalah koreksi terhadap sistem demokrasi tidak langsung (perwakilan) di era sebelumnya, dimana kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh DPRD, menjadi demokrasi yang berakar langsung pada pilihan rakyat (pemilih). Melalui pilkada, masyarakat sebagai pemilih berhak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara, dalam memilih kepala daerah. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(21)

Masyarakat juga merasa dirugikan dengan kasus-kasus korupsi yang menyebabkan merosotnya kredibilitas penyelenggara (lembaga-lembaga) negara. sedikitnya aktor politik muda yang diharapkan membawa perubahan, menambah daftar panjang apatisme publik. Lemahnya kaderisasi partai politik juga menjadi penyebab menurunnya partisipasi pemilih. Untuk itu, momentum pemilu juga membutuhkan sebuah keterlibatan masyarakat secara maksimal.

Tanpa adanya keterlibatan masyarakat, maka pemilu hanya akan menjadi instrumen formal dan indikator penilaian demorkasi saja, tanpa adanya substansi. Dengan demikian partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemilu harus ditingkatkan.

Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pemilu bahwa penyelenggaraan pemilu yang berkualitas diperlukan sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu berkualitas mensyaratkan penyelenggaran pemilu sesuai dengan asas jujur, adil, tertib, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Penyelenggara pemilu harus adil, yaitu adil dalam aturan main dan memberi kesempatan yang sama kepada semua pihak yang terlibat. Pilkada serentak tahun 2017 merupakan momentum bagi rakyat Indonesia untuk membuka lembaran baru sejarah demokrasi Indonesia. Demi terlaksananya pemilu yang berkualitas, peningkatan kinerja penyelenggara pemilu harus diperbaiki dan ditingkatkan, bukan hanya terkait dengan kinerja teknis penyelenggaraan, namun juga dalam hal penumbuhan kesadaran tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu.

(22)

pengembangan format politik dalam negeri dan pengembangan sistim pemerintahan, termasuk sistim penyelenggaraan pemerintahan daerah ke arah yang lebih demokratis. Konsekuensi dari negara hukum dengan adanya amandemen tersebut, berdampak pada perubahan format politik dan sistem pemerintahan, yang harus ditindaklanjuti dengan perubahan peraturan perundang-undangan di bidang politik dan pemerintahan.

Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat, yang saat ini telah dilaksanakan dengan penuh antusias dan disambut dengan penuh semangat dan sukacita. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Langsung (Pilkada), dapat dikatakan sebagai hasil dari reformasi yang diperjuangkan oleh segenap komponen bangsa. Hal ini merupakan perubahan yang sangat signifikan terhadap perkembangan demokrasi di daerah, sesuai dengan tuntutan reformasi, adalah pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung. Pilkada langsung merupakan konsekuensi perubahan tatanan kenegaraan Republik Indonesia, akibat dari Amandemen kedua Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Undang-undang yang baru diamandemen ini pada dasarnya mengatur mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan desentralisasi. Hal tersebut dapat dilihat melalui penjabaran dari amanat konstitusi pasal 18 ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan bahwa gubernur, bupati, dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara lansung dan demokratis.

Pada Pilkada Banten tahun 2017 ini akan diikuti oleh dua pasang calon Gubenrnur dan Wakil Gubernur, yang masing-masing pasangan diusung beberapa partai politik, kedua pasangan cagub dan cawagub ini adalah :

Tabel. 1.1

Nama Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur No. Nama Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Partai Politik

(23)

1. Dr. H. Wahidin Halim, M.Si dan H. Andhika Hazrumy,

Pilkada langsung dimaksud sebagai awal menciptakan sistem pemerintah daerah yang baik, dan sebagai syarat utama yang mutlak untuk pemimpin yang terpilih secara demokratis, jujur, berkredibilitas, cerdas dan mampu menjalankan program-program kerja secara nyata untuk kemajuan daerah dan kemakmuran masyarakat daerah. Secara sistematik dengan perlahan tapi pasti, pemilukada langsung diakui sebagai bagian proses penting, yang mempengaruhi masa depan masyarakat daerah. Hal ini, dikarenakan pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dari UUD 1945, sebagai sarana pembelajaran demokrasi dan politik bagi masyarakat untuk memilih pemimpin yang benar sesuai dengan hati nurani.

Pilkada langsung juga sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah, karena keberhasilan daerah salah satunya ditentukan juga oleh pemimpin daerah, yaitu semakin baik pemimpin daerah yang dihasilkan dalam pemilukada langsung, maka komitmen pemimpin daerah dalam mewujudkan tujuan otonomi daerah dapat diwujudkan dengan nyata dan bukan hanya sekedar janji pada saat kampanye.

(24)

masalah atau kegiatan kenegaraan. Rendahnya tingkat partisipasi politik rakyat direfleksikan dalam sikap golongan putih (golput) dalam pemilu. Dalam perspektif berdemokrasi, tentunya sikap golput akan berimplikasi pada pembangunan kualitas demokrasi, sehingga perlu demokratisasi dalam menghadapi Pilkada Banten pada tanggal 15 Februari 2017 .

Dalam pelaksanaan Pilgub terakhir yang dilakukan KPU Kota Serang pada tahun 2011 dibandingkan dengan kabupaten atau kota di Provinsi Banten, tingkat partisipasi pemilih di Kota Serang menjadi yang paling rendah bersama Kabupaten Pandeglang dengan persentase partisipasi hanya 66%. Lalu persentase yang paling tertinggi adalah Cilegon yang mencapai 75%. Dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.1

Sumber : KPUD Provinsi Banten

(25)

Pandeglang (59%), Kabupaten Tangerang (60%), dan Kabupaten Serang (62%) dan bisa dilihat tabel dibawah ini:

Tabel 1.3

Sumber : KPUD Provinsi Banten

Dari tahun 2008, KPU Kota Serang sudah melaksanakan delapan kali pelaksanaan Pemilihan Umum. Tingkat partisipasinya mengalami pasang surut dan tiap pelaksanaan Pemilu tidak pernah mencapai target KPU Kota Serang yakni diatas 77,5%. Dalam pelaksanaan Pilkada di tahun 2017 tingkat partisipasinya cenderung mengalami penurunan. Bisa dlihat dari table dibawah ini:

68%

64% 64% 59%

64% 60%

69%

62%

50% 55% 60% 65% 70% 75%

TINGKAT PARTISIPASI PILKADA 2017

(26)

Tabel. 1.2

Sumber: KPU Kota Serang

Hal ini menunjukan bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat Kota Serang dalam Pemilu masih sangat minim dan dibutuhkan kerja keras berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam hal ini misalnya Komisi Pemilihan Umum ataupun partai politik untuk memberikan pendidikan politik pada masyarakat untuk meningkatkan partisipasi poilitik masyarakat Kota Serang dalam Pemilu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan suatu lembaga independen yang diberi wewenang untuk mengurusi pemilihan umum di Indonesia baik itu pemilihan legislative, presiden, serta kepala daerah merupakan wewenang dari lembaga ini. Dalam hal ini sukses atau tidak pemilihan umum di Indonesia turut pula dipengaruhi oleh kinerja dari komisi pemilihan umum itu sendiri. Maka dari itu, komisi pemilihan umum juga berkewajiban untuk melakukan sosialisasi pemilihan umum pada masyarakat. Hal ini sejalan dengan amanat undang-undang no. 22 tahun 2007 pasal 8 (1) mengenai tugas, wewenang, dan kewajiban Komisi Pemilihan Umum.

Sosialisasi pemilihan umum yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum pada masyarakat luas ini bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan politik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Sosialisasi ini juga bisa berdampak pada tingkat partisipasi politik

(27)

masyarakat. Oleh karena itu, keberhasilan dari sosialisasi ini akan memiliki pengaruh terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilu.

Namun, realita di masyarakat pada umumnya, banyak hal yang mempengaruhi rendahnya tingkat partisipasi politik masyarakat. Menurut Ali Faisal selaku anggota KPU Kota Serang memaparkan bahwa:

“Keragaman tingkat pendidikan serta latar belakang pekerjaan masyarakat turut mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilu. Tingginya intensitas kesibukan pekerjaan yang dialami oleh masyarakat, seringkali menurunkan minat untuk datang ke tempat pemungutan suara dan memberikan hak suaranya”. Beliau menambahkan bahwa skeptisme masyarakat terhadap pemilihan umum juga bisa dipengaruhi karena minimnya akses informasi serta kurang optimalnya sosialisasi

yang dilakukan oleh komisi pemilihan umum”.

Selain daripada itu, dalam penyelenggaraan Pemilu di Indonesia diakui masih sangat sulit untuk mencapai partisipasi politik yang berkualitas yang tercemin dari pemilih yang cerdas. Masyarakat yang memiliki hak pilih masih sulit untuk memilih yang dilandasi dengan nalar yang benar, hal ini juga dipengaruhi oleh masih maraknya fenomena politik uang (money politics), intervensi kekuasaan, serta premanisme dan terorisme.

Fenomena politik uang yang seringkali dilakukan oleh para oknum kandidat peserta pemilu ini tentu saja mencederai jalannya demokrasi yang menjadi landasan dalam Pemilu. Intervensi kekuasaan yang dimiliki oleh beberapa kelompok seringkali digunakan untuk memaksakan masyarakat menyalurkan hak pilihnya pada salah satu kandidat tertentu. Jauh daripada itu kampanye-kampanye yang bersifat keras serta agresif pun tak jarang terjadi di masyarakat, perilaku premanisme yang menyebarkan terror serta membuat isu yang menjatuhkan kandidat lain juga bisa membutakan nalar masyarakat dalam memberikan hak pilihnya.

(28)

pemilu, tentunya dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum bertanggungjawab untuk melindungi hak pilih masyarakat dengan cara melakukan langkah preventif melalui pendidikan politik yang dilakukan melalui sosialisasi pemilu.

Sosialisasi pemilu dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan politik untuk mewujudakan partisipasi politik masyarakat yang berkualitas. Masyarakat yang menggunakan hak pilihnya sesuai dengan nalar serta hati nuraninya tanpa mendapat intervensi dari pihak manapun.

Usaha untuk mewujudkan partisipasi politik yang berkualitas ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mampu mewujudkan warga negara yang baik dan cerdas. Begitu pula dalam hal menggunakan hak pilih, seorang warga negara yang baik sudah seharusnya bisa menggunakan hak pilihnya dengan bijak dan berdasarkan nalar serta hati nuraninya.

Dalam pelaksanaan Pilgub Banten tahun 2017, masyarakat harus mempunyai e-KTP atau Surat Keterangan (Suket) supaya bisa terdaftar DPT. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Serang mencoret sebanyak 5.338 pemilih pada daftar pemilih sementara (DPS) untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten 2017. Ribuan pemilih tersebut dihapus karena tidak memenuhi syarat. Diantaranya adalah warga yang tidak memiliki KTP elektronik. Harus ada sosialisasi mengenai ini karena tidak semua masyarakat Kota Serang sudah tahu akan hal ini.

(29)

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Dari latar belakang masalah diatas maka penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Masih rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kota Serang.

2. Partisipasi masyarakat Kota Serang dalam Pemilu cenderung menurun.

3. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan KPU Kota Serang guna meningkatkan partisipasi pemilih.

4. Sosialisasi masih belum tepat sasaran. 1.3 Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah ini maka peneliti akan membatasi bagaimana strategi KPU Kota Serang untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam pilkada Banten 2017, sebagai upaya untuk mendukung proses demokrasi dalam Pilkada Provinsi Banten. 1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana

strategi KPU Kota Serang untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam pilkada Banten 2017 ?”

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan dan mendeskripsikan mengenai bagaimana Strategi KPU Kota Serang Untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada Banten 2017 dan juga sebagai bahan masukan untuk pihak yang terkait dalam penelitian ini

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun secara teoritis.

(30)

Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut : a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Strategi KPU Kota Serang Untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada Banten 2017.

b. Bagi pembaca, Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi instansi lokal khususnya KPU Kota Serang.

1.6.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi upaya aplikasi atas teori-teori Administrasi Negara atas Permasalahan Manajemen pada lingkupan pengetahuan sosial.

1.7 SISTEMATIKA PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari :

1.1Latar Belakang Masalah, menjelaskan mengapa peneliti mengambil judul penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti yang tentunya relevan dengan judul yang diambil. Materi dari uraian ini, dapat bersumber dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman pribadi, dan intuisi logik. Latar belakang timbulnya masalah perlu diuraikan secara jelas, faktual dan logik.

(31)

1.3Pembatasan Masalah, yaitu lebih difokuskan pada masalah-masalah yang akan di ajukan dalam rumusan masalah yang akan diteliti, dapat diajukan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.

1.4Rumusan Masalah, menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan judul penelitian.

1.5Tujuan Penelitian, mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.

1.6Manfaat Penelitian, menggambarkan tentang manfaat penelitian baik secara praktis maupun teoritis.

1.7Sistematika Penelitian, berisi sistematika penulisan. BAB II DESKRIPSI TEORI

Terdiri dari :

2.1 Deskripsi Teori, mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan masalah.

2.2 Penelitian Sebelumnya, kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik skripsi, tesis, disertasi atau jurnal penelitian.

2.3 Kerangka Berpikir, menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.

(32)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian, bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian 3.2Fokus Penelitian, bab ini menjelaskan tentang batasan penelitian agar dapat fokus

pada fokus penelitian yang akan dijalankan. Jadi dapat memudahkan peneliti untuk lebih fokus dengan penelitian yang akan dijalankan.

3.3Lokasi Penelitian, tempat yang dijadikan penelitian

3.4Instrumen Penelitian, bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri.

3.5Informan Penelitian, bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber untuk mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Dapat diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling.

3.6Teknik Pengumpulan Data, menguraikan teknik pengumpulan data hasil penelitian dan cara menganalisis yang telah diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data yang diperoleh, melalui pengamatan, wawancara, dokumentasi dan bahan-bahan visual.

(33)

3.8Uji Keabsahan Data, bab ini menggambarkan sifat keabsahan data dilihat dari objektifitas dalam subjektivitas. Untuk dapat mendapat data yang objektif berasal dari unsur subjektivitas objek penelitian, yaitu bagaimana menginterpretasikan realitas sosial terhadap fenomena-fenomena yang ada.

3.9Pedoman Wawancara, disusun dengan focus penelitian peneliti berdasarkan apa yang nantinya akan akan peneliti kaji dan temukan saat dilapangan yang kemudian akan diolah dan dikembangkan sesuai data yang diperoleh.

3.10 Lokasi dan Jadwal Penelitian, menjelaskan tempat yang dijadikan penelitian dan jadwal penelitian yang akan dilaksanakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Terdiri dari :

4.1 Deskripsi Objek Penelitian, menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.

4.2 Hasil Penelitian, menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.

4.3 Pembahasan, merupakan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data dan wawancara narasumber.

BAB V PENUTUP

Terdiri dari :

(34)
(35)

BAB II

DESKRIPSI TEORI

2.1 Deskripsi Teori

Secara umum deskripsi teori ini menjelaskan berbagai teori yang sesuai dan relevan dengan permasalahan dan fokus penelitian yang akan diteliti, lalu disusun secara sistematis dan rapi agar mudah dimengerti. Dengan mempelajari berbagai teori yang sesuai dengan permasalahan penelitian maka akan terbentuk konsep penelitian yang jelas sehingga dapat mengarahkan peneliti agar melakukan penelitian yang tepat dan bagus. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori, pembahasannya perlu dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan peneliti yang akan dilakukan. Selain itu, pada bagian ini akan disertakan asumsi dasar peneliti, dimana asumsi dasar tersebut merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti dan akan diuji kebenarannnya.

2.1.1 Definisi Manajemen

Manajemen menurut Stoner (dalam Handoko, 2011:2) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Hasibuan (2011:2) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan manajemen menurut G.R.Terry (dalam Hasibuan, 2011:2) adalah :

(36)

telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya)”.

Berdasarkan definisi manajemen di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses untuk membagi tugas, tanggung jawab, pekerjaan karena terbatasnya kemampuan manusia itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya sehingga terbentuklah kerja sama yang baik di dalam suatu organisasi demi mencapai tujuan yang ingin dicapai organisasi tersebut.

2.1.2 Definisi Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategos (stratos = militer dan ag = memimpin), yang berarti generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang (Rachmat 2014:2). Merumuskan strategi bukanlah pekerjaan mudah. Kendala utamanya adalah komitmen internal terhadap segala hal yang telah dirumuskan sebagai konsekuensi strategi. Porter (dalam Rachmat, 2014:6) menjelaskan makna terpenting dari pemahaman strategi sebagai mengambil tindakan yang berbeda dari perusahaan pesaing dalam satu industri guna mencapai posisi yang lebih baik. Artinya, strategi antarperusahaan dalam satu industri berbeda dengan lainnya, karena masing-masing perusahaan mengalami kondisi internal dan tujuan yang berbeda, walaupun pada umumnya kondisi eksternal dapat sama.

(37)

Definisi lain mengenai strategi menurut Menurut George Steiner (dalam Rachmat, 2014:2) adalah secara umum, kita mendefinisikan strategi sebagai cara mencapai tujuan. Strategi merupakan rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan. Strategi terdiri atas aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Adapun pengertian strategi menurut Menurut Chandler (dalam Rangkuti, 2013:3) adalah Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Sedangkan menurut Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner (dalam Rangkuti, 2013:4) strategi adalah merupakan respons secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluangdan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat memengaruhi organisasi.

Selain itu, pengertian lain tentang strategi diungkapkan oleh James Brian Quiin (dalam Iriantara, 2004:12) mengatakan bahwa strategi adalah pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan pokok, kebijakan, dan rangkaian sebuah organisasi ke dalam satu kesatuan yang kohesif.

Berdasarkan definisi-definisi diatas maka peneliti menarik kesimpulan bahwa strategi merupakan suatu rencana atau cara terbaik dan langkah-langkah yang harus dijalani untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan agar memperoleh keberhasilan. Hal ini mengidentifikasikan adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan dalam kegiatan mengelola organisasi dan mencegah pengaruh dari luar.

2.1.3 Definisi Manajemen Strategi

(38)

organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran serta pengalokasian sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi.

Manajemen strategik mengombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Siagian (dalam Rachmat, 2014:14) manajemen strategik adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Sedangkan menurut Ansoff dan McDonnell (dalam Iriantara, 2004:3) manajemen strategis adalah pendekatan sistematis terhadap tanggung jawab umum manajemen yang besar dan terus meningkat arti pentingnya untuk memposisikan dan mengaitkan perusahaan dengan lingkungannya dengan cara yang akan menjamin keberhasilan perusahaan dan mengamankan perusahaan dari ketidakterdugaan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa manajemen strategis merupakan usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di dalam suatu perusahaan atau organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen strategi akan efektif bila manajemen puncak menyalurkan setiap informasi mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan ke arah pencapaian sasaran dan pelanggan, pesaing dan produk.

2.1.4 Proses Manajemen Strategi

(39)

mengamati lingkungan internal untuk melihat kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor yang paling penting untuk masa depan perusahaan disebut faktor-faktor strategis dan diringkas dengan singkatan S.W.O.T yang berarti Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),

Opportunities (kesempatan), dan Threats (ancaman). Adapun penjelasan proses manajemen

strategis menurut Hunger dan Wheelen (2003:9-19) sebagai berikut:

1. Pengamatan Lingkungan

a. Analisis Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian : lingkungan kerja dan lingkungan sosial. Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok yang secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi.Beberapa elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan. Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan-kekuatan umum kekuatan itu tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang. b.Analisis Internal

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada didalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi. Struktur adalah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang, dan arus kerja. Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi.

2. Perumusan Strategi

(40)

3. Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali ketika diperlukan perubahan secara drastis pada perusahaan, manajer level menengah dan bawah akan mengimplementasi strateginya secara khusus dengan pertimbangan dari manajemen puncak.

4. Evaluasi dan Pengendalian

Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melaluinya aktivitas-aktivitas perusahaan danhasil kinerja dimonitor dan kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Para manajer di semua level menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah. Walaupun evaluasi dan pengendalian merupakan elemen akhir yang utama dari manajemen strategis, elemen itu juga dapat menunjukan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali.

Menurut David (2004:7) proses manajemen strategis adalah usaha untuk mengulangi apa yang apa yang terjadi dalam pikiran orang cerdas, intuisi yang mengetahui bisnis dan mengaitkannya dengan analisis. Proses manajemen strategis menurut David (2004:5-6) terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Perumusan Strategi

(41)

2. Implementasi Strategi

Menuntut perusahaan untuk menetapkan obyektif tahunan, memperlengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi, dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi organisasi.

3. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Para manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi terutama berarti usaha untuk memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah (David, 2004:5-6)

.2.1.5 Analisis SWOT

Menurut salah satu pakar SWOT Kotler (2008 : 88) mengemukakan bahwa analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut analisis SWOT.

Analisis SWOT terdiri dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan) yang merupakan faktor dalam tubuh organisasi, sedangkan Opportunities (peluang), Threats (ancaman) merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis yang bersangkutan. Analisis SWOT dapat merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Strengths (kekuatan) merupakan kekuatan yang dimiliki perusahaan antara lain

(42)

serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Opportunities (peluang) merupakan berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis.

Threats (ancaman) merupakan faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu

satuan bisnis (Siagian 2008:172).

2.1.6 Komisi Pemilhan Umum

Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi Pemilihan Umum Anggota DPR/DPD/DPRD, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Komisi Pemilihan Umum tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan lembaga-lembaga negara yang lain yang kewenangannya ditentukan dan diberikan oleh UUD 1945. Bahkan nama Komisi Pemilihan Umum belum disebut secara pasti atau tidak ditentukan dalam UUD 1945, tetapi kewenangannya sebagai penyelenggara pemilihan umum sudah ditegaskan dalam Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 yaitu Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Artinya, bahwa Komisi Pemilihan Umum itu adalah penyelenggara pemilu, dan sebagai penyelenggara bersifat nasional, tetap dan mandiri.

(43)

penyelenggara pemilihan umum, hanya ditegaskan dalam Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 yaitu Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Komisi pemilihan umum dengan demikian adalah penyelenggara pemilihan Umum, dan sebagai penyelenggara yang bersifat nasional, tetap dan mandiri (independen).

2.1.7 Pengertian Partisipasi Politik

Partisipasi politik merupakan faktor terpenting dalam suatu pengambilan keputusan, karena tanpa partisipasi politik keputusan yang dibuat oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan baik. Partisipasi politik merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah tatanan Negara yang demokrasi, partisipasi politik juga menunjukkan tentang ciri khas adanya sebuah moderenisasi politik. Di Negara-negara yang proses moderenisasi secara umum telah berjalan dengan baik, biasanya tingkat partisipasi masyarakatnya meningkat.

Pada umumnya masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa berpartisipasi dalam pemilu, pilpres atau pilkada hanyalah sebatas memberikan dukungan kepada salah satu calon peserta pemilu mulai penusukan gambar atau memberikan hak suaranya. Kalau kita melihat pengertian partisipasi politik yang dikemukakan oleh para ahli politikt tentunya anggapan itu adalah anggapan yang sangat keliru, karena sejatinya berpartisipasi politik itu adalah ikut serta dalam pemilu/ pilkada/ pilpres baik dalam pemungutan suara atau mengikuti pelatihan/ trening atau kampanye baik secara legal ataupun ilegal, secara paksaan atau kehendak sendiri. Bahkan orang yang tergabung dalam suatu partai politik juga telah berpartisipasi dalam politik.

(44)

pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum (dalam Budiarjo 1998:2).

b. Menurut Nice dan Verba partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga Negara yang legal, yang sedikit banyaknya langsung bertujuan untuk mempengruhi seleksi pejabat-pejabat Negara dan atau tindakan-tindakan diambil oleh mereka (dalam Budiarjo 1998:124).

c. Menurut Budihardjo mengemukakan pendapat bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencangkup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dan sebagainya (dalam Budiarjo 1998:183).

(45)

pendidikan. Di Indonesia saat ini penggunakan kata partisipasi politik lebih sering mengacu kepada dukungan yang diberikan warga untuk pelaksanaan keputusan yang sudah dibuat oleh para pemimpin politik dan pemerintah.

2.1.8 Pengertian Pilkada

Pilkada dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2016 pasal 1 ayat 1 Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur, Bupati, dan Walikota secara langsung dan demokratis. Kemudian pemilukada adalah sarana pelaksana kedaulatan rakyat diwilayah provinsi kabupaten/kota berdasarkan pancasila dan UUD 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat UUD 1954, pemeritah daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan data saing antar daerah dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerintahan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam suatu sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pilkada langsung mengambil hak-hak dasar masyarakat didaerah untuk memberikan kewenangan yang udah utuh dalam rangka rekruitmen lokal secara demokratis.

(46)

element atau aktor politik. Oleh karena itu, kinerja penyelenggara pemilu akan sangat menentukan proses dan hasil pemilu.

Fungsi utama penyelenggrara adalah merencanakan tahapan-tahapan kegiatan. Disinilah KPU sebagai penyelenggara pilkada harus bersifat mandiri dan non participant. Pengertian KPU itu sendiri adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri sebagaimana dimaksud dalam undang-undang penyelenggara pemilihan umum dan diberikan tugas dan wewenang dalam penyelenggaraan Pemilihan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang undang Pemilihan. KPU secara teknis bertugas melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan, dari tahapan pendaftaran pemilih sampai penetapan calon terpilih. KPU membuat regulasi, mengambil keputusan, dan membuat kebijakan yang tentu saja sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) adalah sebuah mekanisme politik untuk mengartikulasikanaspirasi dan kepentingan warga negara dengan cara yang diselenggarakan untuk memilih wakil-wakil rakyat secara demokratis.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik skripsi, tesis, disertasi atau jurnal penelitian. Adapun penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang upaya meningkatkan partisipasi masyarakat, yaitu:

Hasil penelitian Tauchid Noor tahun 2009 dari Universitas Kanjuruhan Malang

(47)

Dalam Pemilihan Umum”. Penelitian ini menjelaskan bagaimana peran KPU meningkatkan

partisipasi masyarakat. Komisi Pemilihan Umum merupakan metamorfosis dari Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Sehubungan dengan peran KPU sesuai dengan wewenang yang ada maka KPU harus menjalankan perannya dalam pemilu sesuai undang-undang yaitu dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dan stakeholder. Dalam interaksi sosial tersebut terdapat peran yang signifikan terhadap partisipasi. Adapun peran KPU yang diimplementasikan dalam pemilu tersebut sebagai berikut antara lain :

a. Mengadakan sosialisasi dengan menggunakan media komunikasi multi jalur pada setiap tahapannya secara tepat, baik melalui media cetak, elektronik maupun melalui forum-forum organisasi nonformal dalam masyarakat, misalnya radio, koran, kelompok tahlil, pengajian, ibu-ibu PKK, dan sebagainya.

b. Fungsionalisasi institusi pemerintahan secara proporsional di tingkat kelurahan, misalnya dengan memberdayakan lembaga tingkat desa kelurahan, seperti desa kelurahan, RW, dan RT.

c. Mampu membangun kerja sama dan koordinasi yang harmonis dengan desk pemilu/pemerintah dan pemerintah daerah, media massa, dan instansi terkait di daerah, dengan kerja sama dan koordinasi tersebut diharapkan terjadi komunikasi yang efektif dengan masyarakat.

(48)

Lalu yang kedua adalah hasil penelitian M. Yusuf A.R, tahun 2010 dari Universitas

Kanjuruhan Malang dengan judul “Peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Pendidikan

Politik”. Skripsi atau jurnal ini menjelaskan peran KPU dalam memberikan pendidikan

politik kepada masyarakat pemilih guna meningkatkan partispasi pemilh dalam pemilu. KPU secara undang-undang memiliki wewenang untuk menyosialisasikan kegiatan pemilu kepada masyarakat.

Untuk menjalankan tugas di bidang 12 sosialisasi tersebut, secara struktural KPU telah menjangkau semua tingkatan wilayah dan geografis karena di setiap wilayah dibentuk kepanjangan tangan KPU. Pada wilayah provinsi terdapat KPU Provinsi, di wilayah Kabupaten/Kota dibentuk KPUD kabupaten/kota, di tingkat wilayah Kecamatan dibentuk PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan), di tingkat Desa/kelurahan terdapat PPS (Panitia pemungutan Suara).

(49)

Lalu selanjutnya adalah skripsi dari Novendi Setiawan tahun 2015 dari Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul “Strategi KPU Kabupaten Bantul Untuk

Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pemula Dalam Pilkada Kabupaten Bantu Tahun 2015” dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan strategi KPU Bantul dengan cara pertama identifikasi misi KPU Bantul, yang kedua analisis lingkungan strategi dengan analisi SWOT, dan yang ketiga analisis isu strategi.

(50)

koordinasi anggota KPU untuk bersosialisasi kepada masyarakat, memaksimalkan program KPU dengan meminimalkan biaya, meningkatkan mutu sosialisasi kepada masyarakat.

3. Strategi KPU Kabupaten Bantul dalam meningkatkan partisipasi pemilih pemula dipilkada 2015 antara lain : Memaksimalkan kemampuan media elektronik dan media internet untuk bersosialisasi, Meningkatkan kerjasama dari organisasiorganisasi terkait untuk bersosialisasi, dan Validasi Data Pemilih.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir merupakan alur berpikir peneliti. Kerangka berpikir

menggambarkan konsep penelitian mengenai “Strategi KPU Kota Serang Untuk

Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada Provinsi Banten Tahun 2017”, dimana ditujukan untuk menjawab rumusan masalah dan mencapai tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian yang akan dilakukan. Adapun permasalahan-permasalahan yang ada terkait Strategi KPU Kota Serang Untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada Provinsi Banten Tahun 2017 yaitu :

1. Masih rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kota Serang 2. Sebagian warga Kota Serang belum terdaftar DPT

3. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan KPU Kota Serang guna meningkatkan partisipasi pemilih.

4. Sosialisasi masih belum tepat sasaran

(51)

1. Strengths (kekuatan) 2. Weaknesses (kelemahan) 3. Opportunities (peluang) 4. Threats (ancaman)

Variabel analisis SWOT ini yang akan membantu peneliti menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya serta dinilai dan dianggap rasional dan tepat. Variabel dari analisis SWOT diatas akan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan suatu strategi baik dilihat dari faktor internal mau eksternal karena dalam salah satu proses pengambilan kebijakan itu membutuhkan strategi antara lain melakukan analisis SWOT terutama untuk analisis kebijakan yang dijalankan mengingat banyak faktor yang harus diperhatikan dan berpengaruh terhadap produk akhir sebuah kebijakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan kebijakan tersebut adalah faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan, sosial politik, serta para stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap produk kebijakan dan faktor internal seperti masalah kelembagaan, sumber daya manusia, masalah ketersediaan waktu atau masalah biaya/anggaran karena dengan adanya strategi bisa menganalisis tantangan dan kesempatan eksternal, menilai kekuatan dan kelemahan internal, mengembangan dan mengevaluasi alternatif strategi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berfikir di bawah ini.

Strategi KPU Kota Serang Untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada Provinsi Banten Tahun 2017

IDENTIFIKASI MASALAH

1. .Masih rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kota Serang

2. Partisipasi masyarakat Kota Serang dalam Pemilu cenderung menurun.

3. Kurangnya sosialisai yang dilakukan KPU Kota Serang guna meningkatkan partisipasi pemilih.

(52)

(Sumber: Peneliti, 2017)

Teori tentang teknik analisis SWOT yang dikutip dari Kotler (2008:88), terdapat empat variabel yang mempengaruhi keberhasilan strategi yang sudah digunakan, yaitu :

1. Strengths 2. Weaknesses 3. Opportunities 4. Threats

Menemukan cara yang tepat bagi KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih di Kota Serang pada

Pilkada Provinsi Banten tahun 2017

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 Asumsi Dasar

Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Asumsi yang disimpulkan berdasarkan pada pengamatan peneliti di lapangan yang menunjukan berbagai permasalahan yang ada. Selain itu, peneliti menarik asumsi berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan dimana peneliti melakukan wawancara awal dengan informan tersebut dan menemukan berbagai permasalahan.

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian yang baik harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, agar apa yang menjadi hasilnya merupakan hasil yang maksimal. Tujuan penelitian ada tiga macam yaitu bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan penulis adalah melalui pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitianm kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci, dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

(54)

kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapapun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan (Creswell, 2007 : 4)

Creswell (2007 : 20) mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan penelitian kualitatif terdapat lima strategi, yaitu :

1. Entografi merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang didalamnya peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara. Proses penelitiannya fleksibel dan biasanya berkembang sesuai kondisi dalam merespon kenyataan-kenyataan hidup yang dijumpai dilapangan (LeCompte & Schensul, 1999)

2. Grounded theory merupakan strategi penelitian yang didalamnya peneliti

“memproduksi” teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi

(55)

3. Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake, 1995).

4. Fenomenologi merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman-pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama didalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasi-relasi makna (Moustakas, 1994). Dalam proses ini, peneliti mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman-pengalaman pribadinya agar ia dapat memahami pengalaman-pengalaman partisipan yang ia teliti (Nieswiadomy, 1993).

5. Naratif merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki kehidupan individu-individu dan meminta seseorang atau sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini kemudian di ceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi naratif. Di akhir tahap penelitian, peneliti harus menggambungkan dengan gaya naratif pandangan-pandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin & Connelly, 2000).

3.2. Fokus Penelitian

(56)

dapat memudahkan peneliti untuk lebih fokus dengan penelitian yang akan dijalankan, yaitu

mengenai “Strategi KPU Kota Serang Untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam

Pilkada Provinsi Banten Tahun 2017”.

Pembatasan ruang lingkup penelitian didasarkan pada permasalahan yang dibahas pada latar belakang masalah yang dijelaskan secara terperinci dan ringkas ke dalam identifikasi masalah. Jadi, ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menjabarkan mengenai bagaimana Strategi KPU Kota Serang Untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada Provinsi Banten Tahun 2017 secara lebih mendalam lagi.

3.3. Lokasi Penelitian

KPU Kota Serang dipilih sebagai lokasi penelitian berdasarkan pada permasalahan-permasalahan yang dijabarkan pada latar belakang masalah penelitian, yaitu masih rendahnya tingkat partisipasi pemilih di Kota Serang sebagian warga Kota Serang belum terdaftar DPT, kurangnya sosialisasi yang dilakukan KPU Kota Serang guna meningkatkan partisipasi pemilih, sosialisasi masih belum tepat sasaran guna meningkatkan partisipasi pemilih. KPU Kota Serang diwajibkan untuk segera memperbaiki strategi yang dijalankan agar terciptanya solusi bagi permasalahan-permasalahan tersebut.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti rekaman dan kamera. Tetapi alat-alat tersebut benar-benar tergantung kepada peneliti yang menggunakannya. Seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2006:130) bahwa, pencari tahu alamiah (peneliti) dalam mengumpulkan data lebih banyak bergantung pada dirinya sendiri sebagai alat pengumpul data.

(57)

Pada penentuan informan dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana informan kunci

(key informan) di dapat dalam situasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Sedangkan

pemilihan informan kedua (secondary informan) berfungsi sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak dapat menentukan partisipasi secara langsung.

Teknik pengumpulan informan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data purposive sampling yaitu memilih informan yang dianggap layak dan representatif dalam memberikan informasi dan fakta. Berikut informan yang menurut peneliti sebagai berikut :

Tabel 3.1

Informan Penelitian

Kode Informan

Informan Status Informan I1 KPU Kota Serang Key Informan I2 KPUD Provinsi Banten Secondary Informan I3 Panwaslu Kota Serang Secondary Informan I4 Bawaslu Povinsi Banten Secondary Informan I5 Partai Politik Secondary Informan I6 Masyarakat Kota Serang Secondary Informan

(Sumber: Peneliti, 2017)

3.6. Teknik Pengumpulan Data

(58)

1. Observasi kualitatif merupakan observasi yang didalamnya peneliti langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu dilokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam / mencatat baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti) aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat teribat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-partisipan hingga partisipan utuh.

2. Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan perkelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (openended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan.

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara

Analisis Faktor Internal

No Dimensi Subdimensi Pernyataan Kode

(59)

1

didapatkan oleh pegawai KPU

dan pihak ketiga yang terkait

atau media elektronik sebagai

media dalam bersosialisasi

atau menyampaikan informasi.

I1, I2,I3,I4,I5,I6

I1, I2,I3,I4,I5,I6

Anggaran - Bagaimana anggaran untuk

(60)

bagi KPU Kota Serang.

Serang jika sosialisasi tidak

tepat sasaran.

- Sejauhmana koordinasi yang

(61)

Kelemahan

diberikan Pemeritah Pusat dan

Daerah dalam program atau

sosialisasi terkait pilkada.

- Bagaimana KPU

memanfaatkan dukungan dari

Pemerintah seperti penentuan

hari libur untuk pencoblosan,

penyiapan dana atau yang

lainnya.

(62)

4, Threats

3. Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen-dokumen publik (seperti, koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, diary, surat, e-mail).

4. Kategori terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual. Data ini bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau segala jenis suara/bunyi. 3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam peneltian kualitatif sebagai suatu proses penerapan langkah-langkah dari yang spesifik hingga yang umum dengan berbagai level analisi yang berbeda, sebagaimana yang di tunjukan dalam gambar 3.3, mengilustrasikan pendekatan linier dan hierarkis yang dibangun dari bawah ke atas, tetapi dalam praktiknya pendekan ini lebih interaktif beragam tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang telah disajikan Creswell (2007 : 276-284).

Gambar 3.3

Gambar

Tabel 1.1 TINGKAT PARTISIPASI PILKADA 2011
Tabel 1.3 TINGKAT PARTISIPASI PILKADA 2017
Tabel. 1.2
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa CD Pembelajaran Matematika Berbantuan Software Geogebra Dengan Pendekatan Konstruktivisme Berbasis Teori Jean Piaget Pada Materi

konsentrat pakan fermentasi dengan penambahan tepung daun sisik naga (Drymoglosum pilloselloides Presl.) (82,82%) lebih tinggi dari batas minimal kecernaan bahan

Selanjutnya, hipotesis minor pada penelitian ini adalah ada hubungan negatif signifikan antara konsep diri dengan kesepian yang artinya semakin rendah konsep diri

kesesuaian informasi yang dicari dan kepuasan terhadap penggunaan katalog Universitas Terbuka. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kinerja layanan sumber informasi dan

Operasi mikrolaring ini membutuhkan anestesi umum yang keamanannnya menyeluruh, dengan respirasi yang edekuat, melindungi jalan nafas bawah dan dapat mengembalikan reflek-reflek

Menurut Moqsith, Islam tidak hanya mengakui ajaran agama dan umat agama lain, namun sebagaimana yang dikabarkan dalam al-Qur’an, golongan non-Muslim juga akan diselamatkan

Sedangkan tujuan khusu penelitian ini adalah untuk mengungkap dan untuk mengetahui data tentang: (a) cara rekrutmen peserta didik dalam mengikuti pembelajaran

Kondisi kesurupan terhadap interaksi sosial penari sebagai pelajar yang berkaitan dengan bentuk sosial pertikaian atau pertentangan (conflict) adalah: (1) pelajar