• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, BEBAN MENGAJAR, DAN STATUS GURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, BEBAN MENGAJAR, DAN STATUS GURU"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI

BAGI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI

TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA,

BEBAN MENGAJAR, DAN STATUS GURU

Studi Kasus : Guru- guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Aloysius Loyola Widyatmoko

031334034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

J enius adalah 1% inspir asi dan 9 9 %

ker ingat . Tidak ada yang dapat

menggant ikan ker ja ker as.

Keber unt ungan adalah sesuat u yang

t er jadi ket ika kesempat an ber t emu

dengan kesiapan.

# Thomas A. Edison #

Hidup adalah soal keber anian

menghadapi ” t anda t anya” t anpa kit a

bisa menawar . Ter imalah dan

hadapilah!!

J ika kit a sungguh- sungguh

menginginkan cint a, maka cint alah

pada akhir nya yang akan menunggu

(5)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Agustus 2008 Penulis,

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama :

Aloysius Loyola Widyatmoko

Nomor Mahasiswa :

031334034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, BEBAN MENGAJAR, DAN STATUS GURU

Studi Kasus : Guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 04 September 2008

Yang menyatakan

(7)

v

MOTTO

PERSEMBAHAN

K A R YA I NI K U P E R S E M BA H K A N

K E P A D A

T uhan Y esus K ristus J uru S lamatku

K edua O rang T uaku T ercinta, A lbertus M agnus

D aliman dan L idya S iti R ahayu

K edua K akakku, Charoline I ka M aya

K omalasari dan O livia F ieny P uspitasari

K edua Adikku, Cristopher W idya L istyanto dan

Carolus U tut W ijayanto

T he S pecial O ne, M aria I rene E ndah T itisari

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Mahakasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Drs. T.Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritikan, dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritikan, dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd. selaku Dosen Penguji II yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritikan, dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. yang telah memberikan masukan bagi saya dalam melakukan proses pengolahan data penelitian.

(9)

ix

9. Semua kepala sekolah tempat saya melakukan penelitian (SD Cebongan, SD Kanis ius Duwet, SMPN 1 Sleman, SMP Kanisius Sleman, SMAN 1 Sleman, SMA St.Mikael Warak) terima kasih atas kerjasama, dan sambutan yang ramah bagi saya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

10.Pihak Yayasan Kanisius Yogyakarta, terima kasih sudah memperbolehkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah Yayasan Kanisius.

11.Seluruh Staff pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah menyampaikan materi pelajaran dengan baik. Semoga apa yang saya dapatkan dalam perkulihan ini dapat berguna dalam kehidupan mendatang.

12.Tenaga Administrasi Sekretariat Pendidikan Akuntansi (Pak Wawiek, Mbak Aris,dkk), terima kasih telah memberikan pelayanan bagi kami dalam hal administrasi. Maaf ya, saya dan teman-teman semuanya selalu merepotkan. . . 13.Papa dan Mama di Pekanbaru, terima kasih atas perhatian dan dukungan untuk

ku setiap minggunya. Tanpa dukungan dari Papa n Mama saya mungkin bisa putus asa menghadapi ini semua. . .

14.Saudara ku semuanya (mb Maya, mb Pipin, Kocek, n Utut) makasih sudah mau mengalah untuk ku. Semoga besok-besok aku bisa membalas semua pengorbanan kalian semua. . .

15.Alm. Mbah Ranu (Mboro), aku sudah lulus ne. . .,maaf sebelumnya karena aku tidak bisa sepenuhnya menemani mbah.. . .

16.Mbah Kakung dan Mbah Putri (cebongan), makasih ya selama ini sudah menjaga aku di Yogya sampai Skripsi ku bisa kelar semua . . . .

17.Pakde, Bude, dan saudara semua di kronggahan, makasih ya sudah banyak membantu aku selama ini. . .

18.My Soulmate Titis, mas gak bisa bilang apa-apa lagi selain terima kasih banyak untuk adek. Maaf ya kalo selama ini mas sering ngepoti adek. Semoga besok mas bisa membalasnya (bener gak booong kalo besok deh, he . . he. . .he. . .).

(10)

x

Agoes depok) makasih udah jadi kawan yang baik, n mau menemani aku saat lagi suntuk ya. . .

20.Pade dan Budenya Ari gendut, makasih tumpangannya kalau aku lagi ingin menginap di Yogya. . .

21.Bapak dan Ibu Ari Coeloen, makasih atas perhatiannya selama di Yogya. Serasa punya bokap n nyokap dua ne yang kasih masukkan wejangannya, he. . .he. . . he. . . .(makanya didengerin ya Coi!!!)

22.Bokap n Nyokap Agoes Gudhel, maap ya sering ngrepotin tidur di rumah. Semoga besok-besok kalo main ke Yogya lagi bapak n ibu tidak bosen, he. . .he. . .he. . .

23.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua dukungan, saran, kegilaan, ataupun doanya untuk saya selama ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena kemampuan penulis yang terbatas. Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memnutuhkan.

Yogyakarta, 7 Agustus 2008

(11)

xi ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA,

BEBAN MENGAJAR, DAN STATUS GURU

Studi kasus: Guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman Aloysius Loyola Widyatmoko

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja, (3) apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari beban mengajar, (4) apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari status guru.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada guru- guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman. Populasi adalah guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman yang berjumlah 8.608 orang. Sampel penelitian adalah guru- guru SD Cebongan, SD Kanisius Duwet, SMPN 1 Sleman, SMP Kanisius Sleman, SMAN 1 Sleman, dan SMA St. Mikael Warak yang berjumlah 168 orang. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Teknik analisis data penelitian menggunakan statistik deskriptif dan one-way ANOVA.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan (F = 0,493 < Ftabel = 3,080); (2) tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja (F = 0,992 < Ftabel = 2,030); (3) tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari beban mengajar (F = 0,029 < Ftabel = 3,927); dan (4) tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari status guru (F = 2,638 <

(12)

xii ABSTRACT

TEACHERS’ PERCEPTION TOWARDS CERTIFICATION OF TEACHERS IN THEIR PROFESSION PERCEIVED FROM EDUCATION LEVEL, PERIOD OF TEACHING, TEACHING LOAD,

AND TEACHERS’ STATUS

A Case Study: Primary School, Junior High School and Senior High School Teachers in Sleman Regency

Aloysius Loyola Widyatmoko Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purpose of this research is to know whether there is different teachers’ perception towards the program of teacher’s certification perceived from: (1) education level; (2) period of teaching; (3) teaching load; and (4) teachers’ status.

This research is a case study in Primary School, Junior and Senior High School teachers in Sleman Regency. The populations were 1,608 teachers of Primary Schools, Junior High Schools, and Senior High Schools in Sleman Regency. The samples were 168 teachers of Cebongan Primary School, Duwet Primary School, Public Junior High School 1 in Sleman, Kanisius Junior High School in Sleman, Public Senior High School 1 in Sleman, and St. Michael Senior High School in Warak. The samples were chosen by applying purposive sampling technique. The data analyzing technique for this research was descriptive statistics and one- way ANOVA.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan 1. Persepsi ... 11

(14)

xiv B. Tingkat pendidikan

1. Pendidikan Dasar ... 22

2. Pendidikan Menengah ... 22

3. Pendidikan Tinggi ... 23

C. Masa kerja ... 24

D. Beban Mengajar ... 24

E. Status Guru ... 25

F. Kerangka Teoretik 1. Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 27

2. Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Masa Kerja ... 28

3. Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Beban Mengajar ... 29

4. Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Status Guru ... 30

G. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 33

2. Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian ... 34

2. Objek Penelitian ... 34

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 34

(15)

xv E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi

Guru Dalam Jabatan ... 35

2. Tingkat Pendidikan Guru ... 38

3. Masa Kerja Guru ... 38

4. Beban Mengajar Guru ... 39

5. Status Guru ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas a. Aspek Kepribadian ... 42

b. Aspek Pedagogik ... 43

c. Aspek Profesional ... 44

d. Aspek Sosial ... 44

2. Pengujian Reliabilitas ... 45

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif ... 46

2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Pengujian Normalitas ... 47

b. Pengujian Homogenitas ... 47

3. Pengujian Hipotesis a. Rumusan Hipotesis ... 48

b. Pengujian Hipotesis ... 49

c. Penarikan Kesimpulan ... 51

d. Pengujian Perbedaan Rata-rata ... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sekolah Dasar Negeri Cebongan Sleman, Yogyakarta 1. Visi ... 52

2. Misi ... 52

(16)

xvi

4. Data Formasi Sekolah Dasar Negeri Cebongan ... 53

B. Sekolah Dasar Kanisius Duwet 1. Visi ... 53

2. Misi ... 54

3. Data Formasi Sekolah Dasar Kanisius Duwet ... 54

C. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sleman, Yogyakarta 1. Visi ... 54

2. Indikator Visi ... 55

3. Misi ... 55

4. Tujuan ... 55

5. Program ... 56

6. Data Formasi SMP Negeri 1 Sleman ... 57

D. Sekolah Menengah Pertama Kanisius Sleman 1. Visi ... 57

2. Misi ... 57

3. Susunan Personalia, Tugas Mengajar, Urusan & Tugas Lain ... 58

4. Pembagian Tugas Guru ... 59

E. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sleman, Yogyakarta 1 Visi Sekolah ... 59

2 Misi Sekolah ... 59

3 Tujuan Sekolah ... 60

4 Daftar Guru & Staff Tata Usaha SMA Negeri 1 Sleman .... 61

F. Sekolah Menengah Atas Santo Mikael Warak, Sleman 1 Visi Sekolah ... 61

2 Misi Sekolah ... 61

3 Daftar Guru SMA Santo Mikael ... 62

(17)

xvii

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 63

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 67

B. Analisis Data 1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Pengujian Normalitas ... 72

b. Pengujian Homogenitas ... 76

2. Pengujian Hipotesis a. Hipotesis 1... 78

b. Hipotesis 2 ... 79

c. Hipotesis 3... 80

d. Hipotesis 4 ... 80

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Guru ... 81

2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Masa Kerja Guru ... 83

3. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Beban Mengajar Guru ... 86

4. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Status Guru... 88

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Keterbatasan Penelitian ... 91

C. Saran... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru Terhadap Program

Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan ... 36

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Guru ... 38

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Masa Kerja Guru ... 38

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Beban Mengajar Guru ... 39

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Status Guru ... 40

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Dari Aspek Kepribadian ... 42

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Dari Aspek Pedagogik ... 43

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Dari Aspek Profesional ... 44

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Dari Aspek Sosial . 44 Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 46

Tabel 3.11 Tabel Persiapan Anova ... 49

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Mengajar ... 64

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 65

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Mengajar ... 65

(19)

xix

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Status ... 67

Tabel 5.7 Interpretasi Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan ... 67

Tabel 5.8 Interpretasi Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Dari Aspek Kepribadian ... 68

Tabel 5.9 Interpretasi Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Dari Aspek Pedagogik ... 69

Tabel 5.10 Interpretasi Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Dari Aspek Profesional ... 70

Tabel 5.11 Interpretasi Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Dari Aspek Sosial ... 71

Tabel 5.12 Pengujian Normalitas Data Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 72

Tabel 5.13 Pengujian Normalitas Data Berdasarkan Masa Kerja ... 73

Tabel 5.14 Pengujian Normalitas Data Berdasarkan Beban Mengajar ... 74

Tabel 5.15 Pengujian Normalitas Data Berdasarkan Status Guru ... 75

Tabel 5.16 Pengujian Homogenitas Data Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 76

Tabel 5.17 Pengujian Homogenitas Data Berdasarkan Masa Kerja ... 76

Tabel 5.18 Pengujian Homogenitas Data Berdasarkan Beban Mengajar ... 77

Tabel 5.19 Pengujian Homogenitas Data Berdasarkan Status Guru ... 77

Tabel 5.20 Hasil Uji Beda Data Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 78

Tabel 5.21 Hasil Uji Beda Data Berdasarkan Masa Kerja ... 79

Tabel 5.22 Hasil Uji Beda Data Berdasarkan Beban Mengajar ... 80

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 96

Lampiran 2. Data untuk Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 104

Lampiran 3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Aspek-Aspek Sertifikasi . 106 Lampiran 4. Data Formasi Sekolah ... 113

Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian ... 131

Lampiran 6. Perhitungan Interpretasi Penilaian Variabel Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Dan Masing-Masing Aspeknya Berdasarkan PAP (Penilaian Acuan Patokan) tipe II ... 146

Lampiran 7. Statistik Deskriptif ... 150

Lampiran 8. Pengujian Normalitas ... 157

Lampiran 9. Uji Homogenitas, Uji Beda Sertifikasi, dan Perhitunga n F tabel 162 Lampiran 10. Tabel Nilai- nilai r Product Moment ... 167

Lampiran 11. Tabel F ... 169

Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian ... 172

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Maju mundurnya peradaban suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan warga negaranya. Dimana pendidikan yang berkualitas akan lahir dari penyelenggaraan pendidikan yang profesional. Dan kualitas penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh keprofesionalan seorang guru. Oleh sebab itu guru senantiasa dituntut untuk berkembang seiring berkembangnya zaman. Jika sebelumnya peran guru adalah aktor utama pembentukan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan pada abad industri, kini peranan guru bergeser menjadi fasilitator pembelajaran.

(23)

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, banyak komponen yang harus disempurnakan seperti peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, penyempurnaan kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim belajar yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan (political will) pemerintah, baik di pusat maupun daerah. Dari kesemuanya itu, guru merupakan komponen yang paling penting, karena di tangan gurulah kurikulum, sarana dan prasarana serta iklim pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan peserta didik.

Pendidik (guru) adalah tenaga profesional sebagaimana diamanatkan dalam pasal 39 ayat (2) UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 2 ayat (1) UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; dan pasal 28 ayat (1) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pendidik (guru) yang profesional harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 42 UU RI No. 20 Tahun 2003). Hal ini ditegaskan kembali dalam pasal 28 ayat (1) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan pasal 8 UU RI No. 14 Tahun 2005:

(24)

Di beberapa negara Asia, persyaratan kualifikasi akademik minimum dan sertifikasi telah diterapkan. Di Jepang, telah memiliki Undang-Undang tentang Guru sejak tahun 1974, dan Undang-Undang tentang Sertifikasi sejak tahun 1949. Di Cina telah memiliki Undang-Undang tentang Guru tahun 1973, dan peraturan pemerintah (PP) yang mengatur kualifikasi guru diberlakukan sejak tahun 2001. Begitu juga di Philipina dan Malaysia belakangan ini telah mempersyaratkan kualifikasi akademik dan standar kompetensi bagi guru. Di Indonesia, dalam UU RI tahun 2005 tentang guru dan Dosen, sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sertifikat pendidik diberikan kepada seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan profesi pendidik dan lulus uji sertifikasi pendidik. Dalam hal ini, uj ian sertifikasi pendidik dimaksudkan sebagai kontrol mutu hasil pendidikan, sehingga seorang guru yang dinyatakan lulus dalam ujian sertifikasi pendidik mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan menilai hasil belajar peserta did ik (http://jalan- mendaki.blogspot.com/2007 /07/sertifikasi-guru. html).

(25)

adalah: (1) kualifikasi akademik; (2) pendidikan dan pelatihan; (3) pengalaman mengajar; (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian dari atasan dan pengawas; (6) prestasi akademik; (7) karya pengembangan profesi; (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

(26)

ada tujuh (7) celah yang mungkin dijadikan ”permainan” dalam uji sertifikasi portofolio.

1. Celah pertama, dalam seleksi internal yang dilakukan oleh dinas pendidikan. Untuk menjadi peserta program sertifikasi, pertama-tama harus lolos seleksi internal di dinas pendidikan kota/kabupaten. Setelah persyaratan kualifikasi akademik terpenuhi selanjutnya dilihat (1) masa kerja, (2) usia, (3) pengalaman mengajar, (4) pangkat atau golongan, (5) tugas mengajar, (6) beban mengajar, dan (7) prestasi kerja. ”Permainan” diperkirakan akan terjadi dalam seleksi setiap komponennya sehingga guru lolos seleksi internal tersebut. Pendorong utama adalah kedekatan pribadi dengan tim asesor. Bagaimanapun tim asesor adalah manusia yang punya hati dan perasaan yang tidak mungkin membiarkan guru mengalami kesulitan dalam proses sertifikasi ini, apalagi bila melihat usia peserta sudah di atas 50 tahun.

2. Celah kedua, pada saat guru mengejar kualifikasi akademik. Bukan rahasia lagi, jual beli gelar, jual beli karya tulis, dan jual beli ijasah dilakukan. Disinilah ”permainan” akan dilakukan, bagaimana dapat memperoleh ijasah tanpa harus bekerja keras belajar.

3. Celah ketiga, dalam memenuhi komponen portofolio pendidikan dan pelatihan. Yang bisa dilakukan sebagai ”permainannya” adalah kegiatan pelatihan, seminar, lokakarya, rapat kerja fiktif.

4. Celah keempat, dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Komponen ini sangat mudah untuk dijadikan ”permainan” oleh guru peserta dengan kepala sekolah atau pengawas.

5. Celah kelima, keikutsertaan dalam forum- forum ilmiah. Di sini para guru bisa saja tiba-tiba aktif dan melakukan berbagai pendekatan pribadi dengan pengurus forum ilmiah demi memperoleh selembar bukti fisik.

6. Celah keenam, keterlibatan dalam organisasi sosial, semisal menjadi RT, RW, anggota LKMD, anggota posyandu, panitia 17 agustusan. ”Permainannya” akan terjadi antara guru dengan aparat desa atau kelurahan demi memperoleh selembar bukti fisik, bukan karena pengabdian terhadap masyarakat.

(27)

Dilaksanakannya program sertifikasi guru dalam jabatan akan menimbulkan berbagai pandangan di kalangan guru. Perbedaan tingkat pendidikan masing- masing guru diduga kuat akan menimbulkan pandangan yang berbeda terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan. Pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) dimana mayoritas guru belum memiliki kualifikasi akademik D4/S1 diduga mereka akan memiliki persepsi yang negatif terhadap program sertifikasi ini. Berbeda halnya dengan guru yang telah memiliki kualifikasi D4/S1, mereka akan memandang sertifikasi sebagai sarana untuk peningkatkan kesejahteraan. Karena untuk dapat mengikuti uji sertifikasi, syarat utama yang harus dipenuhi guru adalah memiliki kualifikasi minimum D4/S1. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda diduga pemahaman terhadap kompetensi sebagai agen pembelajaran juga akan berbeda. Semakin ia memahami kompetensi tersebut maka semakin besar pula kesempatan mereka untuk lulus uji sertifikasi.

(28)

prioritas atau kriteria ranking (masa kerja, usia, pangkat/golongan, beban mengajar, jabatan/tugas tambahan, prestasi kerja). Yang mana prioritas pertama adalah masa kerja guru. Hal tersebut dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan bagi guru yang telah lama mengajar.

Dalam pasal 35 ayat (2) UU Guru dan Dosen disebutkan bahwa beban mengajar guru untuk dapat mengikuti program sertifikasi ini sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka per minggu. Dalam pelaksanaan program sertifikasi aturan tersebut membuat guru yang memiliki beban mengajar kurang dari 24 jam pertemuan per minggu akan kebingungan. Bagi guru yang memiliki beban mengajar kurang dari 24 jam/tatap muka per minggu (misalnya guru agama, guru olahraga) diduga akan memiliki persepsi yang lebih buruk terhadap program sertifikasi dari pada guru yang memiliki beban mengajar 24 jam tatap muka per minggu.

(29)

guru dalam jabatan dari pada mereka yang berstatus guru bantu dan guru kontrak. Karena hanya guru yang berstatus PNS dan guru tetap yang dapat mengikuti uji sertifikasi ini.

Pada akhirnya program sertifikasi diharapkan dapat berdampak positif terhadap berbagai hal. Profesi kegur uan yang sementara ini masih dianggap kurang bergengsi berangsur akan mendapat simpati masyarakat. Penghargaan masyarakat tidak hanya merujuk pada indikator kesejahteraan, tetapi juga pada pembuktian komitmen guru dalam meningkatkan unjuk kerja demi mutu pendidikan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap sertifikasi guru dalam jabatan, khususnya persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, beban mengajar, dan status guru. Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul “Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Masa Kerja, Beban Mengajar, Dan Status Guru”. Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman.

B. Batasan Masalah

(30)

yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sedangkan persepsi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, beban mengajar, dan status guru di sekolah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari beban mengajar?

4. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari status guru?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan.

(31)

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari beban mengajar.

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari status guru.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan, yaitu:

1. Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan pertimbangan untuk pelaksanaan dan atau evaluasi terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan yang diadakan pemerintah.

2. Bagi Sekolah

Dengan melihat hasil penelitian ini diharapkan sekolah-sekolah dapat meningkatkan kualitas sekolah, pendidik khususnya dengan pelatihan/ perekrutan pendidik yang profesional.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

(32)

11

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan 1. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Walgito, 1994:53). Sedangkan Davidoff (Walgito, 1994:53) mendefinisikan persepsi sebagai pengimplementasian stimulus yang diindera, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu. Sejalan dengan Davidoff, Thoha (1988:138) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.

(33)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pemahaman atau penafsiran akan suatu hal melalui alat indera. Kesimpulannya : objek/peristiwa à alat indera (penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, penciuman) à proses à hasil persepsi.

Ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi agar individu dapat menyadari dan mengadakan persepsi (Walgito, 1994:54):

a. Ada objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang datang dari luar atau dalam dan langsung mengenai alat indera atau syaraf yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera atau reseptor

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus dan akan meneruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak.

c. Perhatian

Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.

Homans (Thoha, 1988:143) menyebutkan bahwa persepsi seseorang dapat berkembang. Ada tiga faktor utama yang dapat mengembangkan persepsi seseorang, yaitu:

a. Psikologi

(34)

b. Famili atau keluarga

Keluarga dapat memberikan pengaruh terbesar terhadap seseorang, karena keluarga merupakan tempat pembentukan sifat atau watak seseorang untuk pertama kalinya.

c. Kebudayaan

Sama halnya dengan keluarga, kebudayaan dalam lingkungan tempat tinggal seseorang akan mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang dalam memahami suatu keadaan.

2. Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

Pengertian sertifikasi menurut National Commision on Educational Services (NCES) adalah “aprocedure whereby the state evaluates and reviews a teacher candidate’s, credentials and provides him or her a

(35)

kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan.

Sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Untuk mendapatkan sertifikasi guru, seorang guru harus terlebih dahulu lulus dalam ujian sertifikasi. Adapun manfaat ujian sertifikasi guru adalah untuk: (a) melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru; (b) melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional; (c) menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kerja), dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan; (d) menjaga LPTK dari penyimpangan; (e) memperoleh tunjangan profesi bagi guru yang sudah lulus ujian sertifikasi (http:jalan- mendaki.blogspot.com/2007/07/sertifikasi -guru.html).

(36)

dikti tentang panduan penyusunan portofolio, 2007:3 ). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan, disebutkan komponen portofolio meliputi: (a) kualifikasi akademik; (b) pendidikan dan pelatihan; (c) pengalaman mengajar; (d) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; (e) penilaian dari atasan dan pengawas; (f) prestasi akademik; (g) karya pengembangan profesi; (h) keikutsertaan dalam forum ilmiah; (i) pengalaman organisasi di bidang ilmiah; dan (j) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Dimana ke-10 komponen portofolio tersebut, merupakan penjabaran dari kompetensi guru, harus dipenuhi guru dengan cara mengumpulkan dokumen keprofesiannya yang disusun dengan sistematika sebagaimana diatur dalam Peraturan Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas tentang Pedoman Penyusunan Portofolio.

(37)

sertifikasi guru dalam jabatan adalah untuk menilai kompetens i guru dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran (surat dikti tentang panduan penyusunan portofolio, 2007:3).

Menurut PP RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 yang dimaksud pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi (http://Jalan_mendaki. blogspot.com/2007/07/SertifikasiGuru.html), yaitu:

a. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian dapat dinilai melalui penilaian dari atasan dan pengawasan.

b. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan diagogis. Kompetensi pedagogik dinilai melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

c. Kompetensi sosial

(38)

tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial dapat dinilai melalui penilaian dari atasan dan pengawasan.

d. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran yang dapat menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Kompetensi profesional dapat dinilai melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi akademik.

Untuk dapat mengikuti uji sertifikasi, ada persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan uji sertifikasi dibedakan menjadi dua, yaitu persyaratan akademik dan non akademik (http://Jalan_mendaki.blogspot. com/2007/07/Sertifikasi- Guru.html). Adapun persyaratan akademik adalah sebagai berikut:

a. Bagi guru TK/RA, kualifikasi akademik minimum D4/S1, latar belakang pendidikan tinggi di bidang PAUD, sarjana kependidikan lainnya, dan sarjana psikologi.

b. Bagi guru SD/MI kualifikasi akademik minimum D4/S1, latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lainnya, atau psikologi

c. Bagi guru SMP/MTS dan SMA/MA/SMK, kualifikasi akademik minimal D4/S1, latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan

(39)

Sedangkan persyaratan non-akademik adalah sebagai berikut: a. Umur guru maksimal 56 tahun pada saat mengikuti ujian sertifikasi. b. Prioritas keikutsertaan dalam ujian sertifikasi bagi guru didasarkan

pada jabatan fungsional, masa kerja dan pangkat/golongan.

c. Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam bidang non-akademik, dapat diusulkan mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari kepala sekolah, dewan guru, dan diketahui serta disahkan oleh kepala cabang dinas dan kepala dinas pendidikan

d. Jumlah guru yang dapat mengikuti ujian sertifikasi di tiap wilayah ditentukan oleh ditjen PMPTK (Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kerja) berdasarkan prioritas.

Prioritas yang dimaksud adalah kriteria ranking yang dilakukan oleh dinas Kabupaten kota dalam penentuan calon peserta uji sertifikasi guru dalam jabatan. Penentuan ranking tersebut dapat dilakukan setelah memenuhi persyaratan utama dalam uji sertifikasi guru dalam jabatan, yaitu memiliki ijasah akademik atau kualifikasi akademik minimal S1 atau D4. Kriteria penyusunan ranking tersebut adalah sebagai berikut (http://pedoman_penetapan_peserta_pdf - pdf2html.htm):

a. Masa kerja/pengalaman mengajar

Masa kerja dihitung sejak yang bersangkutan bekerja sebagai guru, baik sebagai PNS maupun non PNS,

b. Usia

Usia yang dihitung adalah usia kronologis, diperinci sampai dengan bulan supaya dapat terlihat perbedaannya,

c. Pangkat/golongan

Kriteria ini khusus untuk guru PNS saja. Pangkat/golongan adalah pangkat/golongan yang sedang diduduki guru saat ini,

d. Beban mengajar

Beban mengajar adalah jumlah jam mengajar per minggu yang dilakukan guru saat didaftarkan sebagai peserta sertifikasi guru,

e. Jabatan atau tugas tambahan

(40)

f. Prestasi kerja

Prestasi kerja yang dimaksudkan di sini adalah prestasi yang pernah diraih guru, seperti meraih predikat sebagai guru teladan, guru berprestasi, guru berdedikasi, disiplin, loyalitas, pembimbing tema n sejawat, pembimbing siswa sampai mendapatkan penghargaan baik tingkat kecamatan, Kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional.

Penyelenggaraan ujian sertifikasi guru melibatkan unsur lembaga, sumberdaya manusia, dan sarana pendukung. Lembaga penyelenggara ujian sertifikasi adalah LPTK yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Pemerintah, yang anggotanya dari unsur lembaga penghasil (LPTK), lembaga pengguna (Ditjen Didasmen, Ditjen PMPTK, dan dinas pendidikan provinsi), dan unsur asosiasi profesi pendidik.

Adapun prosedur dalam penyelenggaraan ujian sertifikasi yang diselenggarakan oleh Ditjen PMPTK sebagai berikut: (http://pedoman_ penetapan_peserta_pdf - pdf2html.htm).

a. Guru dalam jabatan peserta sertifikasi, menyus un dokumen portofolio dengan mengacu Pedoman Penyusunan Portofolio Guru,

b. Dokumen portofolio yang telah disusun kemudian diserahkan kepada dinas pendidikan Kabupaten/kota untuk diteruskan kepada rayon LPTK penyelengara sertifikasi untuk dinilai oleh asesor dari rayon LPTK tersebut,

c. Rayon LPTK penyelenggara sertifikasi terdiri atas LPTK induk dan sejumlah LPTK mitra,

d. Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi dapat mencapai angka minimal kelulusan, maka dinyatakan lulus dan memperoleh sertifikat pendidik,

e. Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi belum mencapai angka minimal kelulusan, maka berdasarkan hasil penilaian (skor) portofolio, rayon LPTK menetapkan alternatif sebagai berikut.

1) Melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan profesi pendidik untuk melengkapi kekurangan portofolio.

(41)

3) Lama pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memperhatikan skor hasil penilaian portofolio.

4) Apabila peserta lulus ujian DPG, maka peserta akan memperoleh sertfikat pendidik.

5) Bila tidak lulus, peserta diberi kesempatan ujian ulang dua kali (untuk materi yang belum lulus), dengan tengga ng waktu sekurang-kurangnya dua minggu. Apabila belum lulus juga, maka peserta diserahkan kembali ke dinas pendidikan Kabupaten/kota. Seorang guru dinyatakan lulus ujian sertifikasi apabila telah mengumpulkan skor dengan rentang nilai 850 sampai dengan 1500 dari pengumpulan dokumen portofolio. Namun, guru yang hasil penilaian portofolionya memperoleh nilai kurang sedikit dari batas minimal (850 poin) diberi kesempatan untuk melengkapi portofolio, dan bagi mereka yang memperoleh nilai jauh lebih rendah dari batas kelulusan, kemungkinan yang harus ditempuh yaitu mengikuti diklat profesi guru, atau mengikuti pendidikan profesi pendidik.

(42)

B. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah taraf pendidikan yang diselenggarakan secara berkelanjutan yang berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik dan tingkat kerumitan pembelajaran (Siagian, 1988:185). Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan formal harus memiliki keahlian, kemampuan dan keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan berhasil. Hal tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan, baik pendidikan formal, maupun pendidikan dalam jabatan, pengalaman jabatan. Seperti diungkapkan oleh para ahli berikut ini (http://elearn.bpplsp-reg5.go.id/index.php?pilih=news&aksi=lihat&id=18): Mandolang, dalam penelitiannya menyimpulkan adanya hubunga n kemampuan petugas dengan tingkat pendidikan formal yang dimilikinya. Sejalan dengan itu, Sulaiman menyimpulkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya adalah tingkat pendidikan formal yang telah ditempuhnya. Oleh sebab itu untuk mencapai dayaguna dan hasilguna yang sebesar-besarnya bagi guru, maka pemerintah menyelenggarakan pendidikan in-service atau pendidikan dalam jabatan, yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilan siap pakai (Widjaya).

(43)

1. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Di akhir masa pendidikan dasar selama 6 (enam) tahun pertama (SD/MI), para siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs) denga n lama pendidikan 3 (tiga) tahun. Satuan pendidikan penyelenggara yaitu: (a) sekolah dasar (SD); (b) madrasah ibtidaiyah (MI); (c) program paket A; (d) sekolah menengah pertama (SMP); (e) madrasah tsanawiyah (MTs); (f) program paket B; (g) pendidikan diniyah dasar dan menengah pertama (http://id.wik ipedia.org/wiki /Pendidikan_dasar). 2. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah (sebelumnya dikenal dengan sebutan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) adalah jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Jenis pendidikan menengah ada dua, yaitu:

a. Pendidikan menengah umum

(44)

b. Pendidikan menengah kejuruan

Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) atau madrasah aliyah kejuruan (MAK). Pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan dalam bidang kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dunia industri/dunia usaha, ketenagakerjaan baik secara nasional, regional maupun global, kecuali untuk program kejuruan yang terkait dengan upaya- upaya pelestarian warisan budaya.

Satuan pendidikan penyelenggara adalah: (1) sekolah menengah atas (SMA); (2) madrasah aliyah (MA); (3) sekolah menengah kejuruan (SMK) (4) madrasah aliyah kejuruan (MAK); (5) program paket C; (6) pendidikan diniyah menengah atas (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_ Menengah).

3. Pendidikan tinggi

(45)

C. Masa Kerja

Masa kerja diartikan sebagai lamanya pengalaman mengajar seseorang setelah menjadi guru. Bagi guru pegawai negeri sipil (PNS), masa kerja dihitung mulai dari diterbitkannya surat keterangan melaksanakan tugas berdasarkan SK CPNS. Bagi guru non PNS masa kerja dihitung selama guru mengajar yang dibuktikan dengan surat keputusan dari sekolah berdasarkan surat pengangkatan dari yayasan (http://faq04_pdf-pdf2html_files\view.htm).

Pemberian skor dalam ujian sertifikasi guru terhadap masa kerja guru adalah sebagai berikut (surat dikti tentang panduan penyusunan portofolio, 2007:50):

1. >25 tahun diberi skor 160. 2. 23 – 25 tahun diberi skor 145. 3. 20 – 22 tahun diberi skor 130. 4. 17 – 19 tahun diberi skor 115. 5. 14 – 16 tahun diberi skor 100. 6. 11 – 13 tahun diberi skor 85. 7. 8 – 10 tahun diberi skor 70. 8. 5 – 7 tahun diberi skor 55. 9. 2 – 4 tahun diberi skor 40.

D. Beban Mengajar

(46)

(http://pedoman_penetapan_peserta pdf- pdf2html.htm). Mengajar merupakan tugas pokok yang harus dilakukan guru sebelum guru memperoleh haknya. Beban mengajar merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mengikuti program sertifikasi guru dalam jabatan. Seperti tercantum dalam Peraturan Menteri No. 18 Tahun 2007, pasal 6, dan atau dalam pasal 35 ayat (1) UU Guru dan Dosen dimana untuk dapat mengikuti program sertifikasi, beban mengajar guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka per minggu, baik untuk guru PNS maupun guru non PNS (guru swasta). Bagi guru yang belum memenuhi jumlah wajib mengajar, maka mereka dapat melakukan:

1. Mengajar di sekolah lain yang memiliki ijin operasional Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

2. Melakukan team teaching.

Bagi guru dengan alasan tertentu sama sekali tidak dapat memenuhi kewajiban mengajar 24 jam misalnya guru yang mengajar di daerah terpencil, maka seperti dalam Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 pasal 6 ayat (3), guru tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat yang ditunjuk (http://faq04pdf-pdf2html files\view.htm).

E. Status Guru

(47)

dan pemberhentian diatur oleh peraturan pemerintah. Sebelum diangkat menjadi PNS, guru berstatus CPNS (calon pegawai negeri sipil) atau guru bantu/honorer. Guru honorer adalah guru yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas mengajar pada instansi pemerintah atau guru yang penghasilannya menjadi beban anggaran pendapatan dan belanja negara atau daerah (PP Nomor 48 Tahun 2005 pasal 1).

Sedangkan guru yang berstatus swasta adalah guru yang diangkat oleh satuan kerja dengan kesepakatan kerja bersama. Perjanjian kerja tersebut dilakukan atas dasar (Aritonang, 2007:9):

1. Kesepakatan kedua belah pihak.

2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum. 3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.

4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya ketenaga-kerjaan, perjanjian kerja terdiri dari dua jenis (Aritonang, 2007:10), yaitu: 1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu

(48)

Apabila telah melewati masa tersebut guru dapat dikategorikan sebagai pegawai tetap.

2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu

Pekerja untuk waktu tidak tertentu sering disebut pegawai tetap. Pegawai tersebut telah melakukan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dengan suatu organisasi (dalam hal ini sekolah melakukan hubungan kerja dengan guru secara terus menerus). Dalam perjanjian guru akan mendapatkan surat pengangkatan yang memuat syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian kerja ya ng dibuat secara tertulis.

Yang dimaksud guru dalam jabatan dalam program sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah guru PNS dan non PNS yang sudah mengajar pada satuan pendidik, baik yang diselenggarakan pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, dan sudah mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama (http://pedoman_penetapan_peserta_pdf-pdf2html.htm). Jadi dalam program sertifikasi ini yang dapat menjadi peserta uji sertifikasiadalah guru yang berstatus PNS dan guru tetap.

F. Kerangka Teoretik

1. Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan

(49)

dalam bentuk penilaian portofolio. Persepsi guru akan berbeda pada latar belakang guru yang berbeda.

Adanya perbedaan tingkat pendidikan masing- masing guru akan menimbulkan pandangan yang berbeda terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan tersebut karena guru dengan latar belakang pendidikan yang berbeda akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap kompetensinya sebagai agen pembelajaran. Semakin ia memahami kompetensi tersebut maka semakin besar kesempatan untuk lulus uji sertifikasi.

Bagi guru yang belum menyelesaikan tahap pendidikannya sampai dengan tingkat D4/S1 diduga akan memiliki persepsi yang lebih negatif dibandingkan guru yang telah menyelesaikan tahap pendidikan D4/S1. Untuk dapat mengikuti uji sertifikasi, syarat utama (syarat akademik) yang harus dipenuhi guru yaitu memiliki kualifikasi minimum D4/S1 (http://pedoman_penetapan_peserta_pdf-pdf2html.htm). Sedangkan guru yang telah memenuhi syarat untuk ikut uji sertifikasi diduga akan memiliki persepsi positif terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan. Mereka hanya menunggu kesempatan untuk dapat mengikuti uji sertifikasi ini (setelah memenuhi syarat non akademik/ kriteria ranking).

2. Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Masa Kerja

(50)

guru dalam menjalani profesinya diduga akan membentuk persepsi mereka terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ini. Guru yang sudah memiliki pengalaman mengajar bertahun-tahun akan mendapat peluang yang lebih besar untuk mengikuti program sertifikasi ini dibandingkan dengan guru yang baru saja menjalani profesinya.

Bagi guru yang memiliki masa kerja yang banyak diduga kuat akan memiliki persepsi positif terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan. Mereka akan mendapat peluang yang besar untuk menjadi peserta uji kompetensi dan kesempatan untuk lolos dalam uji sertifikasi ini juga besar. Dimana dalam uji sertifikasi ini bagi guru yang memiliki masa mengajar di atas 25 tahun akan dihargai 160 poin (skor minimal untuk lolos uji sertifikasi adalah 850 poin).

Berbeda halnya dengan guru yang memiliki masa kerja yang sedikit, diduga mereka akan memiliki persepsi negatif terhadap program uji sertifikasi ini. Selain peluang untuk menjadi peserta sertifikasi kecil, mereka juga pesimis untuk dapat lolos dalam uji sertifikasi guru dalam jabatan.

3. Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Beban Mengajar

(51)

Bagi guru yang memiliki beban mengajar kurang dari 24 jam tatap muka per minggu (misalnya guru agama, guru olahraga) diduga akan memiliki persepsi yang negatif terhadap program sertifikasi dari pada guru yang memiliki beban mengajar 24 jam tatap muka per minggu. Karena mereka belum memenuhi syarat sebagai peserta uji sertifikasi guru dalam jabatan. Seperti masa kerja, beban mengajar merupakan salah satu prioritas/kriteria ranking untuk menentukan peserta uji sertifikasi.

Sedangkan guru yang memiliki beban mengajar 24 jam tatap muka per minggu diduga akan memiliki persepsi positif terhadap program sertifikasi ini. Dengan beban mengajar 24 jam per minggu akan meningkatkan pemahaman guru dalam hal perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan kesempatan mereka untuk menjadi peserta uji sertifikasi semakin terbuka.

4. Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Status Guru

(52)

Guru ada yang bekerja di lembaga pendidikan negeri atau sering disebut pegawai negeri sipil dan ada yang bekerja di lembaga pendidikan swasta. Pada dasarnya status bagi guru negeri dibedakan menjadi guru PNS dan guru bantu/honorer (calon pegawai negeri sipil/CPNS). Sedangkan status guru swasta dibedakan menjadi guru tetap dan guru kontrak. Dengan adanya perbedaan status guru ini diduga akan membentuk pandangan yang berbeda terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan. Bagi guru PNS dan guru tetap diduga akan memiliki persepsi yang positif terhadap program sertifikasi ini karena peserta uji sertifikasi hanya diperuntukkan bagi guru yang berstatus PNS dan guru tetap. Mereka akan semakin memperlihatkan unjuk kerja mereka kepada atasan agar direkomendasikan untuk dapat mengikuti uji sertifikasi.

(53)

G. Hipotesis

Dalam penelitian ini ada empat hipotesis yang dibuat dari variabel-variabel berikut ini:

1. Ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan.

2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja.

3. Ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam jabatan ditinjau dari beban mengajar.

(54)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yang berupa studi kasus, yaitu suatu penelitian yang terinci mengenai suatu subjek atau objek tertentu selama kurun waktu tertentu termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya dengan cukup mendalam dan menyeluruh (Umar, 2005:23). Sehingga kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku terbatas pada subjek atau objek yang diteliti. Studi kasus dalam penelitian ini adalah pada guru- guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SDN1 Cebongan dan SD Kanisius Sleman, SMPN1 Sleman dan SMP Kanisius Sleman, serta SMAN1 Sleman dan SMA Santo Michael Sleman seperti yang telah ditunjuk sebagai sampel penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2008.

(55)

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru- guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan, tingkat pendidikan guru, masa kerja guru, beban mengajar guru, dan status guru.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakter yang sama. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman. Jumlah populasi penelitian adalah lebih kurang 8.608 guru, yang terdiri dari 5.347 guru tetap dan 3.261 guru tidak tetap.

2. Sampel

(56)

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang dilakukan adalah purposive sampling

dimana tujuan dari penarikan sampel ini dimaksudkan untuk tujuan penelitian dan dilakukan dengan melihat karakteristik sekolah (swasta dan negeri) serta jenjang sekolah yang berbeda (SD, SMP, dan SMA).

E. Operasionalisasi Variabel

Variabel penelitian ini adalah persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan. Sedangkan persepsi dilihat dari tingkat pendidikan, masa kerja, beban mengajar dan status guru. Berikut ini disajikan operasionalisasi variabel penelitian:

1. Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

(57)

keikutsertaan dalam forum ilmiah; (i) pengalaman organisasi di bidang ilmiah; dan (j) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Dimana ke-10 komponen portofolio tersebut, merupakan penjabaran dari kompetensi guru, harus dipenuhi guru dengan cara mengumpulkan dokumen keprofesiannya yang disusun dengan sistematika sebagaimana diatur dalam surar Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas tentang pedoman penyusunan portofolio. Secara umum dimensi program sertifikasi guru dalam jabatan mencakup empat kompetensi pokok guru, yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

Pernyataan No Dimensi Indikator

Positif Negatif 1. Kompetensi

kepribadian

a. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil

b.Memiliki kepribadian yang dewasa

c. Memiliki keprib adian yang arif dan berwibawa

d.Memiliki kepribadian yang disiplin

e. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan

1 2 3

5

4

2. Kompetensi pedagogik

a. Memahami peserta didik b.Merancang dan

melaksanakan pembelajaran c. Merancang dan

melaksanakan evaluasi pembelajaran

d.Mengembangkan peserta

(58)

didik untuk

mengaktualisasikan potensi yang dimiliki

3. Kompetensi profesional

a. Menguasi substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi

b.Menguasai langkah- langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam

pengetahuan atau materi bidang studi.

20

26,27 21,22, 23,24,

25

4. Kompetensi sosial

a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik b.Mampu berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan c. Mampu berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar

28

29

31 30

Masing- masing indikator tersebut di atas dalam penelitian ini akan dinyatakan dalam bentuk pernyataan dan diukur dalam skala sikap dari skala Likert: SS (sangat setuju) =5, S (setuju) =4, RR (ragu-ragu) =3, TS (tidak setuju) =2, STS (sangat tidak setuju) =1 untuk pernyataan positif. Sedangkan untuk pernyataan negatif akan dinyatakan sebaga i berikut: SS (sangat setuju) =1, S (setuju) =2, RR (ragu-ragu) =3, TS (tidak setuju) =4, STS (sangat tidak setuju) =5.

(59)

Tingkat pendidikan guru adalah tingkat pendidikan yang diselenggarakan secara berkelanjutan yang berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik dan tingkat kerumitan pembelajaran (Siagian, 1988:185). Berikut ini disajikan tabel pemberian skor terhadap variabel tingkat pendidikan guru.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Guru

No Tingkat Pendidikan Guru Skor

1. <D4/S1 1

2. D4/S1 2

3. >D4/S1 3

3. Masa Kerja Guru

Masa kerja guru adalah lamanya pengalaman mengajar seseorang setelah menjadi guru. Masa kerja dihitung selama seseorang menjadi guru. Bagi guru PNS masa kerja dihitung mulai dari diterbitkannya surat keterangan melaksanakan tugas berdasarkan SK CPNS. Bagi guru non PNS masa kerja dihitung selama guru mengajar yang dibuktikan dengan surat keputusan dari Sekolah berdasarkan surat pengangkatan dari Yayasan (http://faq04_pdf - pdf2html_files). Berikut ini disajikan pemberian skor masa kerja guru:

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Masa Kerja Guru

No Masa Kerja Guru Skor

1. 2 – 4 tahun 1

2. 5 – 7 tahun 2

3. 8 – 10 tahun 3

4. 11 – 13 tahun 4

5. 14 – 16 tahun 5

6. 17 – 19 tahun 6

(60)

8. 23 – 25 tahun 8

9. >25 tahun 9

4. Beban Mengajar Guru

Beban mengajar guru adalah jumlah jam mengajar per minggu yang dilakukan oleh guru. Mengajar merupakan tugas pokok yang harus dilakukan guru sebelum guru memperole h haknya. Beban mengajar merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mengikuti program sertifikasi guru dalam jabatan. Seperti tercantum dalam Peraturan Menteri No. 18 Tahun 2007, pasal 6, dan atau dalam pasal 35 ayat (1) UU Guru dan Dosen dimana untuk dapat mengikuti program sertifikasi, beban mengajar guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka per minggu, baik untuk guru PNS maupun guru non PNS (guru swasta). Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel beban mengajar guru:

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Beban Mengajar Guru

No Beban Mengajar Guru Skor

1 < 24 jam mengajar 1

2 = 24 jam mengajar 2

5. Status Guru

Status guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam suatu

sistem sosial (Sahertian, 1994:10). Guru dikatakan berstatus Pegawai Negeri

Sipil (PNS), bilamana sistem pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan

pemberhentian diatur oleh peraturan pemerintah (PP Nomor 48 Tahun 2005

(61)

(Calon Pegawai Negeri Sipil) atau guru bantu/honorer. Sedangkan guru yang

berstatus swasta adalah guru yang diangkat oleh satuan kerja dengan

kesepakatan kerja bersama. Guru non PNS dibedakan menjadi guru tetap dan

guru kontrak. Yang dimaksud guru dalam jabatan dalam program sertifikasi

guru dalam jabatan adalah guru PNS dan non PNS yang sudah mengajar pada

satuan pendidik, baik yang diselenggarakan pemerintah, pemerintah daerah,

maupun masyarakat, dan sudah mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan

kerja bersama (http://pedoman_penetapan_ peserta_pdf-df2html.htm). Berikut

ini disajikan tabel operasionalisasi variabel status guru:

Tabel 3.5

Operasionalisasi Variabel Status Guru

No Status Guru Skor

1 Guru honorer dan guru kontrak 1

2 Guru PNS dan guru tetap yayasan 2

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat ditempuh untuk

memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah

teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002:128). Kuesioner ini

digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi guru terhadap program

sertifikasi guru dalam jabatan, tingkat pendidikan guru, masa kerja guru, beban

mengajar guru, dan status guru.

(62)

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan yang hendak diungkapkannya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pernyataan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid bila dapat mengungkap data yang diteliti dengan tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Suatu instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk pengujian validitas butir instrumen, dalam penelitian ini menggunakan teknik Product Moment Co-Efficien Of Correlation dari Pearson (Arikunto, 2002:146) yaitu:

rxy =

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

− −

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi X dan Y dengan taraf signifikansi (α) = 5%

N = jumlah subjek

ΣX = jumlah nilai (skor) maksimum pernyataan responden

ΣY = total nilai (skor) pernyataan responden

ΣX2 = jumlah skor kuadrat variabel X

ΣY2 = jumlah skor kuadrat variabel Y

(63)

a. Jika rhitung > rtabel pada taraf keyakinan 95%, maka suatu butir pernyataan dikatakan valid

b. Jika rhitung < rtabel pada taraf keyakinan 95%, maka suatu butir pernyataan dikatakan tidak valid

Pengujian validitas instrumen penelitian ini dilakukan sebelum penelitian dan pelaksanaannya dengan mendatangi rumah-rumah guru dan menjadikannya sebagai responden untuk pengujian validitas. Data dikumpulkan dari jawaban 30 responden atas kuesioner variabel persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan yang tercermin dalam aspek kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Rangkuman hasil pengujian validitas dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

a. Aspek Kepribadian

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

Dari Aspek Kepribadian

Nomor Butir

Koefisien

Validitas Nilai Kritis Keterangan

1 0,765 0,374 Valid

2 0,682 0,374 Valid

3 0,857 0,374 Valid

4 0,690 0,374 Valid

5 0,700 0,374 Valid

Sumber: Data Primer Penelitian (lampiran 3, hal 107).

(64)

(rhitung) lebih besar dari (rtabel) 0,374 dan dinyatakan valid serta dapat digunakan sebagai pengumpul data penelitian ini.

b. Aspek Pedagogik

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Validitas Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

Dari Aspek Pedagogik

Nomor Butir

Koefisien

Validitas Nilai Kritis Keterangan

6 0,506 0,374 Valid

7 0,606 0,374 Valid

8 0,661 0,374 Valid

9 0,527 0,374 Valid

10 0,431 0,374 Valid

11 0,672 0,374 Valid

12 0,422 0,374 Valid

13 0,733 0,374 Valid

14 0,765 0,374 Valid

15 0,676 0,374 Valid

16 0,505 0,374 Valid

17 0,603 0,374 Valid

18 0,527 0,374 Valid

19 0,510 0,374 Valid

Sumber: Data Primer Penelitian (lampiran 3, hal 108).

(65)

c. Aspek Profesional

Tabel 3.8

Hasil Pengujian Validitas Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

Dari Aspek Profesional

Nomor Butir

Koefisien

Validitas Nilai Kritis Keterangan

20 0,662 0,374 Valid

21 0,540 0,374 Valid

22 0,690 0,374 Valid

23 0,632 0,374 Valid

24 0,434 0,374 Valid

25 0,375 0,374 Valid

26 0,495 0,374 Valid

27 0,536 0,374 Valid

Sumber: Data Primer Penelitian (lampiran 3, hal 110)

Dari tabel 3.8 dapat diketahui besarnya koefisien korelasi (rhitung) 8 item kuesioner variabel persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan dari aspek profesional. Pada taraf keyakinan 95% (a =0,05) diperoleh semua item kuesioner memiliki koefisien korelasi (rhitung) lebih besar dari (rtabel) 0,374 dan dinyatakan valid serta dapat digunakan sebagai pengumpul data penelitian ini.

d. Aspek Sosial

Tabel 3.9

Hasil Pengujian Validitas Variabel Persepsi Guru Terhadap Program Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

dari Aspek Sosial

Nomor Butir

Koefisien

Validitas Nilai Kritis Keterangan

28 0,506 0,374 Valid

29 0,685 0,374 Valid

30 0,494 0,374 Valid

31 0,446 0,374 Valid

(66)

Dari tabel 3.9 dapat diketahui besarnya koefisien korelasi (rhitung) 4 item kuesioner variabel persepsi guru terhadap program sertifikasi

guru dalam jabatan dari aspek sosial. Pada taraf keyakinan 95% (a =0,05) diperoleh semua item kuesioner memiliki koefisien korelasi

(rhitung) lebih besar dari (rtabel) 0,374 dan dinyatakan valid serta dapat digunakan sebagai pengumpul data penelitian ini.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali diambil, hasilnyapun tetap akan sama. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas in

Gambar

Gambar 4.1   Struktur Organisasi SD Negeri Cebongan ................................    53
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru Terhadap Program
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Guru
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian isolasi dan uji aktivitas antibakteri dari fraksi nonpolar spon laut Axinella carteri terhadap bakteri penyebab penyakit layu

Bahwa rapat Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Jalur Intake DIII universitas Anda-las tanggal 12 Juni 2017,

Dengan pengembangan model yang dilakukan yaitu koordinasi rantai pasok desentralisasi untuk lead time yang terkontrol dengan menggunakan mekanisme revenue sharing akan

[r]

(peNakilan tetap) dari berbagai negara anggota van8 berasal dari organissi ini telah berkenb g Misinisinya, Pada unuhnva, scbagai. p€nghnbug &amp;taJa negara negara

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ethical leadership berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi di panti asuhan yang berada di bawah Dinas Sosial

Model YPR ini pada prinsipnya adalah suatu model keadaan tetap (steady state model), yaitu, model yang menggambarkan keadaan stok dan hasil tangkapan dimana.. pola

Nilai p-value dari wilks lambda yang didapatkan kurang dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa variabel durasi dan nilai kontrak mempunyai pengaruh signifikan terhadap model