• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKSPANSI CEPAT ADIABATIS TERHADAP PERUBAHAN SUHU GAS IDEAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar sarjana sains (S.Si) Program studi fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH EKSPANSI CEPAT ADIABATIS TERHADAP PERUBAHAN SUHU GAS IDEAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar sarjana sains (S.Si) Program studi fisika"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKSPANSI CEPAT ADIABATIS TERHADAP PERUBAHAN SUHU GAS IDEAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar sarjana sains (S.Si)

Program studi fisika

Oleh :

Yuliana Hanik Indrayani NIM : 023214007

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

EFFECT OF ADIABATIC RAPID EXPANSION TO THE TEMPERATURE CHANGE OF AN IDEAL GAS

SKRIPSI

Precented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the Sarjana Sains Degree

In Physics

By

Yuliana Hanik Indrayani NIM : 023214007

PHYSICS STUDY PROGRAM PHYSICS DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar

kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5)

“Kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau “

(Amsal 2:11-12)

PERSEMBAHAN :

"Skripsi ini aku persembahkan untuk Yesus yang selalu

memberikan jalan saat tiada jalan dan yang selalu

menguatkanku. I love u Yesus.

Ayah dan Ibuku tersayang , nenekku, mas Daniel, adikku

milla yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa,

dan kasih sayang sepanjang hidupku, Almameterku dan

(6)
(7)

PENGARUH EKSPANSI CEPAT ADIABATIS TERHADAP PERUBAHAN SUHU GAS IDEAL

ABSTRAK

(8)

EFFECT OF ADIABATIC RAPID EXPANSION TO THE TEMPERATURE CHANGE OF AN IDEAL GAS

ABSTRACT

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul : ”PENGARUH EKSPANSI CEPAT ADIABATIS TERHADAP PERUBAHAN SUHU GAS IDEAL”, yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik berupa waktu, tenaga, bimbingan, dorongan, dan sumbang saran yang penulis butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Drs. Vet. Asan Damanik, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mendampingi, memberikan dorongan dan semangat dalam pengerjaan tugas akhir ini.

2. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si. selaku Kepala program studi Fisika yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan serta saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

(10)

mahasiswa serta yang telah memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

4. Bapak Suryadi, SU, yang telah berkenan meluangkan waktu untuk menguji penulis serta memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

5. Ayah dan Ibuku tercinta yang tanpa henti memberikan dukungan, dorongan, doa, dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Adikku tercinta milla yang selalu memberikan semangat dan doanya pada waktu penulis mengerjakan skripsi.

7. Mas Daniel yang selalu memberikan dukungan, dan doanya dalam penulis mengerjakan skripsi.

8. Andre, Duwi, Inke, Melin, Kia, Lori, Ima yang selalu mendukungku dalam mengerjakan skripsi.

9. Temen-teman fisika yang selama bertahun-tahun selalu berjuang bersamaku.

10.Teman-teman Fisika 2002 yang bertahun-bertahun bersama-sama belajar di Sanata Dharma. Iman, Inke, Erni, Ook, Frida, Danang, Ridwan, Gita, Tri, Yuda, Ima, Basil, Adit, Lori, Ratna, Kia, Adet, Dian.

(11)

12.Seluruh Staff Pengajar Jurusan Fisika yang telah memberikan pengajaran dan pendampingan.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu demi satu. Terimakasih atas segala bantuannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sangat membangun dari berbagai pihak.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan khususnya pembaca.

Yogyakarta, Oktober 2007

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... iii

HALAMAN PENGESAHAN .……….... iv

HALAMAN MOTTO PERSEMBAHAN …………...………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK………... vii

ABSTRACT ………...viii

KATA PENGANTAR ………... ix

DAFTAR ISI ……….... xii

DAFTAR GAMBAR..………...xiii

BAB I. PENDAHULUAN……….... 1

1.1. Latar Belakang ……….... 1

1.2. Perumusan Masalah ………... 2

1.3. Batasan Masalah ………... 3

1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 3

1.4.1. Tujuan Penelitian... 4

1.4.2. Manfaat Penelitian... 4

1.5. Sistematika Penulisan... 4

(13)

2.1. Konsep Suhu... 6

2.2. Konsep Teori Kinetik Gas... 8

2.3. Konsep Ekspansi Lambat... 15

2.4. Ekspansi Cepat... 24

2.5. Integrasi Numerik Dengan Menggunakan Maple 9.5... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 32

3.1. Jenis Penelitian... 32

3.2. Sarana Penelitian... 32

3.3. Langkah-Langkah Penelitian... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

4.1. Hasil Penelitian... 34

4.1.1. Parameter Stroke... 34

4.1.2. Parameter Kecepatan... 36

4.1.3. Parameter Stroke dan Parameter Kecepatan... 37

4.2. Pembahasan... 38

BAB V. PENUTUP... 40

5.1. Kesimpulan... 40

5.2. Saran... 40

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Perbandingan skala Kelvin, Celcius, Rankine, dan Fahrenheit... 8

Gambar 2.2. Siklus Carnot... 23

Gambar 2.3. Skema proses ekspansi cepat pada gas ideal... 25

Gambar 2.4. Grafik f (y) =sin y... 31

Gambar 4.1. ΔT T0 sebagai fungsi ξ dan λ1=0.01,λ2=0.03, λ3=0.05, λ4=0.07, λ5=0.09... 35

Gambar 4.2. ΔT T0 sebagai fungsi λdan ξ1=0.1, ξ2= 0.3, ξ3=0.5, ξ4=0.7, ξ5=0.9... 36

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam fisika, konsep kerja, panas atau kalor yang masuk atau keluar dari sistem, dan perubahan energi dalam sebuah sistem dipelajari secara khusus dalam cabang fisika yang dikenal sebagai termodinamika. Hubungan antara perubahan energi dalam (dU), kerja yang dilakukan atau diterima sistem (dW), kalor atau panas yang masuk atau keluar dari sistem (dQ) adalah yang dikenal sebagai Hukum I Termodinamika. :

dQ = dU+ dW (1.1)

Sistem dapat berupa benda atau daerah yang dibatasi oleh suatu pembatas. Pembatas sebuah sistem dapat berbentuk real ataupun imajiner. Energi dalam sebuah sistem pada umumnya merupakan fungsi tekanan (P), suhu (T), dan volume (V). Secara matematis energi dalam (U) dapat dituliskan sebagai

(

T V P

)

U

U = , , (1.2) sehingga dalam termodinamika ada kaitan antara P,V dan T . Jika dituliskan sebagai f (P,V,T ) =0.

dV V U dT

T U dU

T V

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

∂ ∂ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

∂ ∂

= (1.3)

(16)

T0V0γ−1 =T1V1γ−1 (1.4) dengan γ =cP cV ( γ adalah rasio panas jenis pada tekanan tetap terhadap panas

jenis pada volume tetap).

Jika ditinjau sebuah piston yang mengalami ekspansi adiabatis dengan kecepatan piston lebih kecil dari kecepatan termal molekul-molekul atau partikel-partikel gas ideal, maka terjadi perubahan suhu sehingga berlaku persamaan (1.4). Ekspansi gas ideal dengan kecepatan piston lebih kecil dari kecepatan termal molekul-molekul atau partikel-partikel sering disebut sebagai ekspansi lambat.

Jika ekspansi gas ideal yang ada dalam suatu sistem berlangsung dengan cepat ( kecepatan piston lebih besar dari kecepatan molekul-molekul atau partikel-partikel gas ideal), maka relasi pada persamaan (1.4) tidak berlaku lagi. Oleh karena itu penelitian tentang perubahan suhu gas ideal yang mengalami ekspansi cepat secara adiabatis merupakan penelitian yang menarik.

1.2. Perumusan Masalah

Proses gas ideal melalui ekspansi cepat telah dilaporkan (Zimba , 2005) dengan meninjau gas ideal monoatomik bermassa m, dan suhu mula-mula

T0 yang terdapat dalam sebuah silinder yang panjangnya L. Dengan mendefenisikan dua buah parameter, yaitu parameter kecepatan

0 2 2

kT mu

(17)

antara panjang ekspansi dengan panjang silinder L, (Zimba, 2005). Zimba melaporkan bahwa rasio perubahan suhu terhadap suhu awal

l

0

T T

Δ adalah

(

)

( )

⎦ ⎤ ⎢

⎣ ⎡

− +

− =

Δ − − 2

2 1 2

0

2 2

1 3

ξ ξ π ξ ξ

e erfc

T T

(1.5)

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana relasi suatu parameter kecepatan ξ sebagai fungsi jumlah atom atau molekul N, massa m, suhu awal T0, dan parameter stroke λ sebagai fungsi panjang silinder L, dan panjang ekspansi ? l

b. Bagaimana pengaruh kecepatan piston u, parameter kecepatan ξ dan parameter strokeλ terhadap ΔT T0 ?

1.3. Batasan Masalah

Masalah yang diteliti dibatasi hanya untuk sistem gas ideal yang terdapat dalam sebuah silinder gas ideal yang dilengkapi dengan sebuah piston yang mengalami ekspansi cepat secara adiabatis khususnya rasio perubahan suhu terhadap suhu awal ΔT T0 sebagai fungsi parameter

kecepatan ξ dan parameter stroke λ. Gas yang ada dalam piston dianggap sebagai gas ideal sehingga teori kinetik gas dan prediksinya dapat diberlakukan.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

(18)

a. Merumuskan parameter kecepatan ξ dan parameter strokeλ.

b. Mengetahui secara eksplisit pengaruh parameter kecepatan ξ dan parameter strokeλ terhadapΔT T0 untuk gas ideal.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan terhadap perubahan suhu gas ideal melalui ekspansi cepat secara adiabatis dan implikasinya.

1.5. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan

Pada Bab I dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penelitian.

Bab II. Dasar Teori

Pada Bab II dijabarkan mengenai konsep suhu, konsep teori kinetik gas, ekspansi lambat, ekspansi cepat, integrasi numerik dengan menggunakan Maple 9.5.

Bab III. Metode Penelitian

(19)

Bab IV Analisa dan pembahasan

Pada Bab IV akan ditampilkan hasil penelitian secara numerik serta pembahasannya.

Bab V Penutup

(20)

BAB II DASAR TEORI

2.1.Konsep Suhu

Salah satu besaran fisis yang penting dalam termodinamika adalah suhu

(T). Suhu suatu benda atau sistem yang diukur dengan menggunakan alat yang

disebut termometer. Suhu gas secara empiris θg didefinisikan sebagai (Sears dan

Salinger,1975):

V P

g

P P

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ × =

→ 3 3

0 3

lim

θ

θ (2.1)

dengan θgsuhu gas kenyataan , θ3 suhu titik tripel (triple-point) , P3 tekanan pada saat

suhu θ3, dan P tekanan. Untuk menentukan nilai θ3 terlebih dahulu didefinisikan suhu

uap air murni (θs) sebesar 100 derajat dan suhu es (θi) sebesar nol derajat. Karena

suhu sebanding dengan tekanan maka perbandingan antara θs dan θi adalah :

V i s i s

P P

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ =

θ θ

(2.2)

dan

θs - θi =100 derajat (2.3)

(21)

1 100 − = i s i P P

θ (2.4)

Berdasarkan hasil eksperimen, nilai Ps Pi adalah 1.3661 (Sear dan Salinger, 1975).

Jika nilai Ps Pi =1.3661 dimasukkan ke persamaan (2.4), maka diperoleh

273.15

1 3661 . 1 100 = − = i

θ derajat (2.5)

Karena nilai θ3 = 273.16, θi ≈θ3 atau tepatnya θi = θ3 - 0.01, maka persamaan (2.1)

dapat dituliskan menjadi

V P g P P ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ × = → 3 0 3 lim 16 . 273

θ (2.6)

Satuan suhu menurut satuan Internasional (SI) adalah Kelvin atau

disingkat K. Dengan menuliskan θg =T, persamaan (2.6) dapat dituliskan

V P P P K T ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = → 3 0 3 lim 16 .

273 (2.7)

Satuan suhu selain Kelvin adalah derajat Celcius (°C), Rankine (°R), dan Fahrenheit

(°F). Perbandingan skala antara Kelvin, Celcius, Rankine, dan Fahrenheit dapat

(22)

Gambar 2.1. Perbandingan skala Kelvin, Celcius, Rankine, dan Fahrenheit. Titik didih

Titik beku

Nol absolut

K °C °R °F

373

273

0

100

0

-273

672

492

0

212

32

-460

2.2. Konsep Teori Kinetik Gas

Dalam teori kinetik gas, molekul-molekul atau atom-atom yang dianggap

sebagai gas ideal bergerak secara acak dengan kecepatan yang berbeda.

Molekul-molekul atau atom-atom yang dianggap sebagai gas ideal terutama gas monoatomik

mengikuti distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann. Karena molekul-molekul yang

bergerak mengikuti distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann, maka molekul-molekul

atau atom-atom termasuk ke dalam molekul atau atom terbedakan (distinguishable

(23)

Fungsi distribusi dalam statistik Maxwell-Boltzmann dapat dituliskan sebagai T k g T k N N B j j B j ε μ − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛

= exp exp (2.8)

dengan Nj hunian rata-rata pada aras ke–j, μ potensial kimia, gj adalah degenerasi

aras yang ke-j, N jumlah atom atau molekul, εj energi pada aras yang ke-j, kB

konstanta Boltzmann, dan T suhu.

Karena N N

j j =

, dan potensial kimia μ tidak tergantung pada j, maka

T k g T k N N N B j j j B j j ε μ − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = =

exp exp (2.9)

atau Z T k N N B j j ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ =

exp μ (2.10)

dengan T k g Z B j j j ε −

exp (2.11)

Z disebut fungsi partisi.

Dari persamaan (2.9) dan (2.11) diperoleh bahwa

T k Z B μ exp 1

= (2.12)

(24)

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = T k Z N g N B j j j ε

exp (2.13)

dengan Nj gj adalah jumlah molekul atau atom rata-rata untuk setiap keadaan pada

aras energi ke-j.

Molekul atau atom (selanjutnya disebut partikel) bergerak bebas dan

acak diantara dua dinding. Karena diantara partikel-partikel tidak saling berinteraksi

kecuali pada saat bertumbukan (tidak ada pengaruh medan konservatif luar).

Tumbukan yang terjadi bersifat elastis karena tumbukan bisa terjadi ke segala arah.

Tumbukan-tumbukan yang terjadi antara partikel-partikel dengan dinding –dinding

akan mempertahankan energi kinetik, sehingga energi kinetik partikel diberikan oleh

m p

mvj j

j

2 2

1 2 = 2

=

ε (2.14)

dengan , dan L jarak antara dua dinding. Dengan menggunakan mekanika

kuantum, nilai

mv pj =

j

p adalah

L h n pj j

2

= , sehingga

23 2 2 8 − = V m h nj j

ε (2.15)

dengan , h tetapan Planck, m massa partikel, dan V volume

sistem. 2 2 2 2 z y x

j n n n

n = + +

Aras energi pada sistem gas ideal begitu rapat sehingga nilai aras energi

(25)

pengelompokkan keadaan makro yang mempunyai nilai energi berdekatan.

Pengelompokkan aras makro membuat fungsi partisi Z dapat dinyatakan sebagai

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − Δ =

kT G Z j j j ε

exp (2.16)

dengan ΔGj adalah aras makro yang energinya antara εj dan εj + Δεj. dan jumlah aras

makro Gjadalah

gj V

8 1

= (2.17)

dengan V adalah volume bola. Jika volume bola adalah 3

3 4

j n

V = π , maka

3 3 4 8 1 j

j x n

G = π

3

6nj

π

= (2.18)

sehingga

ΔGj = x n2jΔnj

3 6

π

= n2jΔnj

2

π

(2.19)

Dari persamaan (2.14) dan (2.15) diperoleh j V vj

h m n = 3Δ

1

2

.

Dari persamaan (2.14), (2.15), dan (2.19) diperoleh

V vj

h m

Gv= Δ

Δ 2

3 3

(2.20)

(26)

j j j

j n n

mkT V h n

Z ⎟Δ

⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = −

3 2

2 2 2 8 exp 2 π (2.21)

Secara pendekatan, persamaan (2.21) dapat dinyatakan dalam bentuk integral yaitu

j nj dnj

mkT V h n

Z

⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = − ∝

3 2

2 2 0 2 8 exp 2 π (2.22)

Persamaan (2.22) menjadi

3 2 2 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = h mkT V

Z π (2.23)

Distribusi kecepatan partikel, dapat dituliskan

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − Δ = Δ kT mv G Z N

Nv v

2 exp

2

(2.24)

dengan Nv menyatakan banyaknya molekul atau partikel yang kecepatannya lebih

kecil atau sama dengan ν. Karena ΔNv menyatakan banyaknya degenerasi pada

keadaan kecepatan molekul atau partikel antara ν dan ν+Δν . Maka dengan

menggunakan persamaan (2.20), (2.23) dan (2.24) nilai ΔNv diberikan oleh

v kT mv Vv h m h mkT V N

Nv ⎟⎟Δ

⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = Δ 2 exp 4 2 2 2 3 3 3 2 2 π

π (2.25)

atau ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = Δ Δ kT mv v kT m N v Nv 2 exp 2

4 2 2 2

3

(27)

Dari persamaan (2.26) dapat dicari nilai kecepatan terbolehjadi (the most probable speed) atau vm untuk partikel atau molekul dengan menggunakan

⎟=0

⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ Δ Δ v Nv dv d (2.27)

Dari persamaan (2.26) dan persamaan (2.27) diperoleh

0 2 exp 2 2 = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − kT mv v dv d

( )

0

2 exp 2 2 2 exp 2 2 2 2 = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛− + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − kT mv v kT m v kT mv v sehingga m kT

vm = 2 (2.28)

Jadi fungsi distribusi kecepatan Maxwell-Boltzmann diberikan oleh

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = Δ Δ 2 2 2 3 exp 4 m m v v v v v N v N

π (2.29)

Jika ada sebanyak N molekul atau N partikel dengan masing-masing molekul atau

partikel mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, maka pada ruang tiga dimensi ada

tiga komponen kecepatan yaitu komponen kecepatan ke arah sumbu x, y, dan z.

Kecepatan rata-rata

( )

v adalah

=

vΔNv N

v 1 (2.30) Jika persamaan (2.29) disubstitusikan ke persamaaan (2.30), maka

(28)

dv v v v v v m m ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ −

= ∝

22

0 3 3 exp 4 π 3 4 2 m v mv π

= (2.31)

Untuk menghitung hasil integral pada persamaan (2.31) telah digunakan relasi (Boas ,

1983)

(

)

2 2 0 3 2 1 exp a dx ax

x − =

(2.32)

dengan a=1 vm2 .

Jika persamaan (2.28) disubstitusikan ke persamaan (2.31), maka kecepatan rata-rata

menjadi m kT v v m π π 8 2 =

= (2.33)

Akar kuadrat kecepatan rata-rata (νrms) adalah :

2 1 2

2 1

⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ Δ =

=

v

rms v N

N v

v (2.34)

Jika persamaan (2.26) disubstitusikan ke persamaan (2.34), maka diperoleh:

2 1 2 4 3 2 2 exp 2 4 ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ Δ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

=

v

kT mv v kT m vrms π atau v kT mv v kT m

vrms ⎟Δ

⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ =

2 exp 2

4 3 4 2

2 2

(29)

Dengan menggunakan relasi yang ada pada persamaan (2.28), persamaan (2.35) menjadi v v v v v v m m

rms ⎟⎟Δ

⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ −

=

4 22

3 2

exp 4

π (2.36)

Secara pendekatan persamaan (2.36) dapat dituliskan menjadi :

dv v v v v v m m

rms ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ −

=

∝ 22

0 4 3 2 exp 4 π 3 2 3 m v

= (2.37)

atau m kT vrms 3 =

Untuk memperoleh hasil integral pada persamaan (2.37) telah digunakan

(

)

5 2 0 4 8 3 exp a dx ax

x − = π

(2.38)

2.3. Konsep Ekspansi Lambat

Secara umum energi dalam U suatu sistem dapat dinyatakan sebagai

fungsi variabel tekanan (P), volume (V), dan suhu (T), atau secara matematis

(30)

U =U

(

P,V,T

)

(2.39)

sehingga dalam termodinamika ada kaitan antara P,V dan T . Jika dituliskan sebagai f

(P,V,T ) =0.

dV V U dT T U dU T V ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂

= (2.40)

Karena energi dalam sebagai fungsi suhu (T) dan volume (V) yang bebas

dapat dituliskan dV V U dT T U dU T V ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂

= (2.41)

Selanjutnya menggunakan Hukum I Termodinamika (Halliday dan Resnick, 1985)

dQ= dU+ PdV (2.42)

dengan dQ adalah perubahan panas, dU adalah perubahan energi dalam, P dV adalah

kerja yang dilakukan. Jika persamaan (2.41) disubstitusikan ke persamaan (2.42),

diperoleh P dV V U dT T U dQ T V ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂

= (2.43)

Untuk volume konstan (tetap), dV=0, persamaan (2.43) menjadi

V V T U c ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂

= (2.44)

(31)

Karena

V

T U

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

∂ ∂

dapat dituliskan juga

dT dU

dari persamaan (2.44). Berdasarkan Hukum

I Termodinamika Dari persamaan (2.42) dan persamaan (2.44) diperoleh

Q=cVdT +PdV (2.45)

Karena persaman keadaan gas ideal adalah PV=nRT (Martin,1986) sehingga dapat

dideferensialkan menjadi

PdV +VdP=nRdT (2.46)

Dari persamaan (2.45) dan persamaan (2.46) diperoleh

Q=

(

cV +nR

)

dTVdP (2.47)

Untuk proses adiabatik dimana dQ=0 (Nainggolan, 1978) persamaan (2.45) menjadi

cVdT =−PdV (2.48)

Dengan mengeliminasikan dT, dari persamaan (2.47) dan (2.48) diperoleh

cV

(

PdV +VdP

)

+nRPdV =0 (2.49) karena nR =cPcV.

Dari persamaan (2.48) dan persamaan (2.49) diperoleh

cVVdP+cpPdV =0 (2.50)

Jika masing-masing suku dibagi dengan CV VP dari persamaan (2.50)

menjadi

+ =0

V dV c c

P dP

V P

(32)

karena

V P

c c

=

γ . Persamaan (2.51) menjadi

+ =0

V dV P

dP γ

(2.52)

dengan c adalah panas jenis suatu sistem (Joule / K), cV(panas jenis pada volume

tetap), cP (panas jenis pada tekanan tetap), n (jumlah mol), R (konstanta umum gas),

P (tekanan), V (volume), T (suhu), γ ( rasio panas jenis pada tekanan tetap dengan

panas jenis pada volume tetap).

Menurut Hukum Boyle menyatakan bahwa tekanan, volume, berbanding

terbalik dengan suhu sehingga dituliskan

C T PV

= (2.53)

dengan C konstanta.

Persamaan (2.53) dari masing-masing suku dideferensialkan, diperoleh

T V C P= ∂

∂ (2.54)

Karena P sebagai fungsi T dan V, maka dapat dituliskan

dV

V P dT T P dP

∂ ∂ + ∂

= (2.55)

Jika persamaan (2.54) disubstitusikan ke persamaan (2.55) menjadi

dV

V CT dT

V C

dP

⎠ ⎞ ⎜

⎝ ⎛− +

= 2 (2.56)

(33)

− + =0

V dV V

dV T

dT γ

(2.57)

atau

+

(

−1

)

=0

V dV T

dT γ

(2.58)

Jika persamaan (2.58) diintegralkan, maka diperoleh

lnT +

(

γ −1

)

ln V = K (2.59) dengan K tetapan integrasi (konstanta). Persamaan (2.59) dapat dituliskan menjadi

lnT+ ln Vγ-1 = K (2.60) atau

T1V1γ−1 =T2V2γ−1 (2.61) dengan T2 suhu ahkir , V2 volume ahkir , T1suhu awal, V1volume awal.

Hukum I Termodinamika (Halliday dan Resnick, 1985)

dU =dQdW (2.62) dan Hukum II Termodinamika

dQ=Tds (2.63)

dengan s (entropi), ds (perubahan entropi), dQ (perubahan panas), dU (perubahan

energi dalam), dW (kerja yang dilakukan), T (suhu).

Dari persamaan (2.62) dan (2.63) diperoleh

dU =TdsPdV (2.64)

(34)

dT T s dV V s ds V T ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂

= (2.65)

Dari persamaan (2.64) dan (2.65) diperoleh

dT T s T dV P V s T dU V T ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂

= (2.66)

dan dari persamaan (2.41) dan (2.66) diperoleh relasi

P V s T V U T T − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ (2.67) dan V V T s T T U ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ (2.68)

Kalau f (U, V , T) = 0, maka

⎟ =−1

⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ V U T U T T V V U (2.69) atau T V U V U T U T V ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ − = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ (2.70)

Dari persamaan (2.63) dan (2.68) diperoleh relasi

(35)

V T Q ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ =

=cV (2.71) Dari persamaan (2.70) dan (2.71) diperoleh relasi

T V U V U c T V ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ − = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ (2.72) atau U V T V T c V U ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ − = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ (2.73)

Persamaan (2.67) dapat pula dituliskan dalam bentuk lain yaitu

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ + = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ T T V U P T V s 1 (2.74)

dan persamaan (2.68) dalam bentuk

V V T U T T s ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ 1 (2.75)

Jika persamaan (2.74) diturunkan terhadap T, dan persamaan (2.75), diturunkan

terhadap V, maka diperoleh relasi

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ + ∂ ∂ ∂ = ∂ ∂ ∂ P V U T T P V T U T T V U

T V T

(36)

V T T P T P V U ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ atau P k T V U T − = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ β (2.77) dengan p T V V ⎟⎠

⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ = 1 β , T P V V k ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ −

= 1 (Zeemansky dan Dittman, 1981).

Persamaan (2.77) dapat juga dituliskan dalam bentuk

( )

0

1

1 =

= ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ P P T T V U T (2.78)

Dari persamaan (2.78) terlihat bahwa energi dalam (U) tidak bergantung pada volume

(V).

Jika suatu sistem berubah, maka keadaan sistem ikut berubah. Sistem

yang mengalami perubahan disebut mengalami suatu proses. Salah satu proses yang

ditinjau dalam termodinamika adalah proses yang berlangsung secara adiabatik.

Proses adiabatik adalah suatu proses yang berlangsung tanpa ada kalor atau panas

yang masuk atau keluar dari sistem. Proses adiabatik dapat digambarkan dalam siklus

Carnot yang ditunjukkan dengan hubungan antara tekanan (P) dan volume (V) dapat

(37)

Dari gambar diatas didapatkan empat proses yaitu : Gambar 2.2. Siklus Carnot

1. Sistem yang mengalami proses dari a ke b dengan suhu T2 (ekspansi

isotermal) dan panas atau kalor Q2 masuk ke dalam sistem sehingga

(38)

2. Proses dari b ke c adalah ekspansi adiabatik sehingga mengakibatkan suhu turun dari T2 ke T1.

3. Proses dari c ke d adalah kompresi isotermal pada suhu T1 dan kalor

atau panas keluar Q1 dari sistem dan kerja yang dilakukan adalah W1.

4. Proses dari d ke a adalah kompresi adiabatik dan suhu naik dari T1 ke

T2.

2.4. Ekspansi cepat

Untuk mendefinisikan ekspansi cepat ditinjau suatu sistem gas ideal

dalam sebuah silinder yang dilengkapi dengan sebuah piston. Jika kecepatan piston

lebih besar dari kecepatan maksimum partikel (gas), maka gas disebut mengalami

ekspansi cepat. Kalau gas mengalami ekspansi cepat, persamaan (2.61) tidak berlaku

lagi karena pada proses ekspansi cepat terlibat parameter kecepatan (ξ) dan

parameter stroke (λ).

Untuk menjelaskan keterkaitan ξ dan λ pada proses ekspansi cepat suatu

(39)

t=0 t=τ

Gas (N,m,T0)

piston

x=-L x=0 x=l

x

Molekul Aj

(v0x > 0)

Molekul Bj

(v0x < 0)

piston

j1

j-1

Aj

j j

V

Gambar 2.3. Skema proses ekspansi cepat pada gas ideal.

Menurut statistika Maxwell-Boltzmann, dari Gambar 2.3, pada saat t =0

posisi horizontal partikel xo terdistribusi dalam (-L, 0) dan kecepatan horizontal vox

terdistribusi dalam (-∞, ∞). Partikel–partikel dalam gas didasarkan pada kondisi awal.

Partikel-partikel dalam gas dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu

partikel-partikel kelompok Ajdan partikel-partikel kelompok BBj. Partikel-partikel kelompok Aj

mempunyai vox > 0 dan partikel-partikel kelompok Bj B mempunyai vox< 0. Karena

dalam sistem terdapat gas yang berisi partikel-partikel yang dilengkapi dengan piston

yang bergerak sehingga dalam sistem terdapat gerak partikel-partikel dan gerak

piston.

Pada saat partikel-partikel kelompok Aj menabrak piston tepatnya j kali

(banyaknya tumbukan) membutuhkan waktu t1, t3, t5 .. t2j-3, sampai τ atau selama

selang waktu (0,τ). Partikel-partikel kelompok BBj menabrak piston tepatnya j kali

(40)

menabrak dinding sebelah kiri selama j kali. Partikel-partikel yang tidak mengalami

tumbukan dengan piston selama selang waktu (0,τ) tidak berpengaruh.

Pada saat partikel-partikel kelompok Aj mengalami tumbukan dengan

piston dalam waktu t =τ mengakibatkan kecepatan partikel-partikel kelompok Aj

menjadi sangat lambat dari kondisi awal x0. Secara eksplisit gerak partikel-partikel Aj

dapat dituliskan

x0 +v0xt1 =ut1 (2.79) ut1 +

(

v0x +2u

)(

t2t1

)

=−L (2.80) ut2j3 +

(

v0x +

(

2j−2

)

u

)

(

t2j2t2j3

)

=−L (2.81) −L+

(

v0x

(

2j−2

)

u

)

(

τ −t2j2

)

=uτ (2.82)

Dari persamaan (2.79), (2.80), (2.81) menjelaskan waktu tumbukan ,

maka diperoleh relasi

[

(

)

]

(

v ku

)

x L k t

x

k

− − =

0

0

1

(2.83)

dengan menggunakan hubunganv0xdan x0 dari persamaan (2.82) diperoleh

(

)

(

)

⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =

τ τ

τ 0

0 2 2 2 1

x j

L j

v x l (2.84)

Partikel-partikel kelompok Aj mengalami penurunan kecepatan 2u dalam

masing-masing j tumbukan dengan piston. Karena adanya tumbukan antara

partikel-partikel dan piston akan mengakibatkan energi kinetik hilang maka dituliskan

(41)

ε’ = ε2 -ε1

= ½ m (v0X – 2 ju)2 – ½ mv0X2

=-2jmu(v0X – ju) (2.85)

dengan ε(energi kinetik total), ε2 (energi kinetik ahkir), dan ε1 (energi kinetik awal).

Jika semua partikel-partikel dalam kondisi awal dan dalam bidang dx0dv0x dengan

(x0, v0x) ∈Aj sehingga energi kinetik yang hilang dU oleh partikel-partikel kelompok

Ajdapat dituliskan (Zimba, 2005)

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

= x x

dv kT mv kT m dx L N dU 0 0 0 2 0 0 2 exp 2π

×

[

−2jmu

(

v0xju

)

]

(2.86)

dengan

(

N L

)

dx0 adalah jumlah partikel-partikel dengan posisi horizontal antara x0

dan x0 + dx0 , x

x dv kT mv kT m 0 0 0 2 0 2 exp

2 ⎟⎟

⎞ ⎜⎜

⎝ ⎛

− adalah bagian partikel-partikel yang masih

ada, dan adalah energi kinetik yang hilang oleh masing-masing

partikel.

(

v ju

jmu x

−2 0

)

Integrasi persamaan (2.86) untuk kelompok Ajmenghasilkan total energi

kinetik yang hilang . Total energi kinetik yang hilang dapat dituliskan menjadi

j

A

U

Δ

( )1 ( )2 ( )3

j j

j

j A A A

A U U U

U =Δ +Δ +Δ

Δ (2.87)

dengan U( ) jr

( )

, NkT0 adalah energi kinetik yang hilang dari kelompok A

r =α ξ λ

(42)

yang berada di daerah r, dan (r = 1, 2, 3). Fungsi αjr

( )

ξ,λ diberikan oleh (Zimba, 2005)

( )

( ) ( )( )

[

( ) ( )( )

(

)

ξ

π

λ

λ

ξ

α

ξ ξλ λ ξ

ξ

2

1

4

,

2 1 2 1

2 2 1 2

1

=

− + −

− +

y

j

j

j j j j j

(

2j−2

)(

)

]

×

(

yj

)

ey2dy

− ξ λ ξ (2.88)

( )

(( +) () + ( )() )

(

)

− + − − − − = ξ ξλ λ ξ ξ ξ π ξ λ ξ

α j j

j j

y

j y j e dy

j 2 1 2 1 2 1 2 2 2 4

, (2.89)

( )

, 4 ((2 1)) (2( 1)() )

[

(

2 1

)

(

2 1

)

2 1 2

3 =−

+ + +

+ + +

+

+ j j

j j j j j j ξ π λ λ ξ α ξ ξ λ λ ξ ξ

(

)

y

]

(

yj

)

ey2dy

× ξ λ ξ (2.90)

Hal yang sama untuk kelompok partikel yang bergerak ke kiri yaitu

kelompok BBjmemberikan

( )

(( )) ( ( )() )

[

(

) (

)

−− −− −− − − − − − = ξ ξ λ λ ξ ξ ξ π λ λ ξ

β 2 1 2 1

2 1 2

1 2 1 2 1

4

, j j

j j

j j j

j

(

)

y

]

(

y+ j

)

ey2dy

× ξ λ ξ (2.91)

( )

(( −) () − ( )() )

(

)

+ − + − − + = ξ ξ λ λ ξ ξ ξ π ξ λ ξ

β j j

j j

y

j y j e dy

j 2 1 2 1 2 1 2 2 2 4

, (2.92)

( )

(( +) () (− +))(( ))

[

(

) (

)

+ − + − + + + = ξ ξ λ λ ξ ξ ξ π λ λ ξ

β 2 1 2 1

2 2 1 2

3 2 1 2 2

4

, j j

j j

j j j

j

(

)

+ y

]

(

y+ j

)

ey2dy

× ξ λ ξ (2.93)

(43)

Perubahan energi dalam pada ekspansi cepat didefenisikan sebagai energi

kinetik total yang hilang dari partikel-partikel kelompok Ajdan BBj. Perubahan energi

dalam (ΔU) dapat dituliskan

(

jr

( )

jr

( )

)

o

r

j NkT

U 3 α ξ,λ β ξ,λ

1

1 +

=

Δ

=

= (2.94)

dengan N jumlah molekul , k konstanta Boltzman (k=1.38 x10-23JK-1), T0 suhu awal.

Fungsi αjr (ξ,λ) adalah fraksi energi kinetik total yang hilang dari partikel-partikel

kelompok Aj. Fungsi βjr (ξ,λ) adalah fraksi energi kinetik total yang hilang dari

partikel-partikel kelompok BBj . Dari persamaan (2.94.) hanya partikel-partikel

kelompok Aj yang berada di daerah Aj untuk r =1 saja yang kemungkinan mengalami

tumbukan dengan piston sehingga hanya ada koefisien α11. Dengan demikian

persamaan (2.88) menjadi

11 4

(

y2 2y 2

)

ey2dy

+

− +

= λ

ξ ξ

ξ

ξ ξ π

λ

α (2.95)

Karena ΔU NkT0 merupakan fungsi αjr, maka ΔU NkT0 untuk α11 diberikan oleh

Δ ≈− ⎡⎢⎣

(

+ 2

)

( )

− −12 − 2⎤⎥⎦ 0

2 2

1 ξ ξ π ξ ξ

λ erfc e

NkT U

(2.96)

dengan ξ adalah parameter kecepatan, λ adalah parameter stroke dan

erfc

( )

z e dy z

y

∝ −

≡ 2 2

π (2.97)

Secara eksplisit parameter kecepatan (ξ) dan parameter stroke (λ) dapat dituliskan

(44)

m kT u v

u

m 2

= =

ξ

0 2

2kT mu

= . (2.98)

dan

L

l =

λ (2.99)

Perubahan energi dalam pada proses ekspansi gas ideal hanya bergantung pada suhu

saja, maka rasio perubahan suhu terhadap suhu awal ΔT T0 untuk bentuk tiga

dimensi adalah

0

0 3

2

NkT U T

T Δ

= Δ

(2.100)

sehingga persamaan (2.96) dapat dituliskan menjadi

Δ =− ⎡⎢⎣

(

+ 2

)

( )

− −12 − 2⎤⎥⎦ 0

2 2

1 3

ξ ξ π ξ ε

e erfc

T T

(2.101)

2.5. Integrasi Numerik Menggunakan Maple 9.5

Bentuk-bentuk eksponensial numerik dalam integral yang ada di dalam

persamaan (2.95) akan diselesaikan secara numerik dengan menggunakan paket

program Maple 9.5. Secara umum penyelesaian eksponensial dalam integral untuk

dengan menggunakan paket program Maple 9.5 adalah

− = max

min

2

) (

y

y

(45)

(

*(

)

, min.. max);

int f ey2 y = y y , dengan f adalah fungsi yang akan diintegralkan,

adalah bilangan pengali dikalikan fungsi yang akan diintegralkan, ymin adalah

batas bawah, ymax adalah batas atas, dan int adalah perintah yang digunakan untuk

mengevaluasi integrasi numeriknya.

2

y e

Selain itu ada juga penyelesaian untuk trigonometri dengan menggunakan Maple 9.5

secara langsung dengan menuliskan plot(f(x), x=xmin..xmax); dimana f(x) adalah

fungsi yang akan diplotkan, xmin adalah batas bawah, xmax adalah batas atas. Dalam

Maple 9.5 terdapat perintah yang menggunakan evalf, evalf adalah perintah untuk

menampilkan hasil dari input.

Contoh 1: >input :=int(4*exp(-y^2),y=0..5);

Output:=2erf

( )

5 π

Contoh 2 :>evalf(int(4*exp(-y^2),y=0..5));

Output:=3.544907702

Contoh 3 : >plot(sin(y), y = 0..2*Pi);

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian studi pustaka dan paket pemrograman Maple 9.5.

3.2. Sarana Penelitian

Sarana yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan ekspansi cepat yang terdapat di UPT Perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta.

3.3. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menelusuri bahan-bahan mengenai konsep suhu, teori kinetik gas, konsep ekspansi lambat, ekspansi cepat secara adiabatis serta integrasi numerik dengan menggunakan paket pogram Maple9.5.

(47)

3. Menghitung koefisien α11 secara numerik dengan menggunakan Maple 9.5. dan selanjutnya mencari nilai ΔT T0 .

4. Memberikan batasan-batasan nilai untuk parameter ξ dan λ pada rasio perubahan suhu terhadap suhu awal ΔT T0 dengan paket program

Maple 9.5.

5. Memplotkan hasil ahkir dari persamaan (2.101) untuk parameter kecepatan ξ, , parameter stroke λ pada rasio perubahan suhu terhadap suhu awal ΔT T0.

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Sebagaimana telah diketahui dari persamaan (2.101) bahwa rasio perubahan suhu terhadap suhu awal ΔT T0 (akibat ekspansi secara adiabatis) bergantung pada dua buah parameter yaitu parameter kecepatan ξ dan parameter

stroke λ. Untuk mengetahui secara jelas pengaruh ξdan λ terhadap ΔT T0, maka

persamaan (2.101) diselesaikan secara numerik dengan menggunakan paket pemrograman Maple 9.5.

4.1.1. Parameter Stroke (λ)

Hasil perhitungan secara numerik dengan menggunakan paket pemrograman Maple 9.5 untuk menghitung rasio perubahan suhu terhadap suhu awal

0

T T

Δ sebagai fungsi parameter kecepatan ξ pada berbagai nilai parameter strokeλ

(49)

Gambar 4.1. ΔT T0 sebagai fungsi ξ dan λ1 =0.01, λ2 =0.03, λ3 =0.05, λ4 =0.07, λ5 =0.09

ξ

0

T T

Δ

Keterangan :

• Warna hijau untuk λ =0.01.

• Warna merah untuk λ =0.03.

• Warana biru untuk λ =0.05.

• Warna orange untuk λ =0.07.

• Warna hitam untuk λ =0.09.

(50)

4.1.2. Parameter Kecepatan (ξ)

Hasil perhitungan secara numerik dengan menggunakan paket pemrograman Maple 9.5 untuk menghitung rasio perubahan suhu terhadap suhu awal

0

T T

Δ sebagai fungsi parameter strokeλ pada berbagai nilai parameter kecepatan ξ ditampilkan dalam bentuk grafik sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. ΔT T0 sebagai fungsi λ dan ξ1=0.1, ξ2=0.3, ξ3=0.5, ξ4=0.7, ξ5=0.9

0

T T

Δ

λ

Keterangan :

• Warna biru untuk ξ =0.1.

• Warna merah untuk ξ =0.3.

• Warna hijau untuk ξ =0.5.

• Warna hitam untuk ξ =0.7.

(51)

4.1.3. Parameter Stroke (λ) dan Parameter Kecepatan (ξ)

Hasil perhitungan secara numerik dengan menggunakan pemrograman

Maple 9.5 untuk menghitung ΔT T0 sebagai fungsi ξ dan λ ditampilkan pada Gambar 4.3.

0 T

T

Δ

λ

ξ

(52)

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan secara numerik dengan menggunakan

Maple 9.5, pengaruh parameter kecepatan ξ dan parameter stroke λ terhadap

0

T T

Δ (Gambar 4.1) terlihat bahwa semakin besar nilai ξ semakin kecil nilai

0

T T

Δ . Dari Gambar 4.1 juga terlihat bahwa penurunan nilai ΔT T0 akibat bertambahnya nilai ξ adalah berbentuk eksponensial. Semakin besar nilai λ semakin besar nilai ΔT T0 pada nilai ξ yang sangat kecil. Artinya, jika piston mempunyai kecepatan lambat (u < vm ), maka terjadi penurunan suhu gas semakin besar, sebaliknya kalau u > vm nilai ΔT T0 sangat kecil.

Karena λ sebagai fungsi l dan ξ sebagai fungsi u, maka dari λ dan ξ diperoleh suatu relasi. Semakin besar l dan u maka nilai ΔT T0 sangat kecil (lambat). Nilai ΔT T0 yang sangat kecil jika u > vm untuk sembarang nilai λdapat

dijelaskan dengan meninjau proses yang terjadi pada ekspansi adiabatis. Kalau u >

vm , partikel-partikel tidak akan pernah menumbuk dinding piston yang bergerak sehingga tidak ada kehilangan energi kinetik. Karena tidak ada kehilangan energi kinetik, maka tetap sesuai dengan persamaan (2.28).

(53)

ξ diperoleh suatu relasi. Semakin besar l semakin kecil u, maka nilai ΔT T0 sangat kecil.

(54)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan proses yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut

1. Perubahan suhu khususnya penurunan suhugas ideal pada proses ekspansi cepat adiabatis terjadi jika kecepatan piston u

(

ξ =u vm

)

lebih kecil

dibandingkan kecepatan maksimum molekul-molekul atau partikel-partikel gas (vm).

2. Semakin besar nilai parameter stroke λ semakin besar perubahan suhu khusunya kenaikan suhu gas ideal yang mengalami ekspansi cepat secara adiabatis.

5.2. Saran

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Boas, M.L. 1983, Mathematical Methods in the Physical Science, New York : John Wiley.

Halliday, D., dan Resnick, R., 1985, Fisika, 3 rd. Ed, Jakarta : Erlangga.

Martin, M. C., 1986, Elements of Thermodynamics, New Jersey : Prentice – Hall. Nainggolan, W. S., 1978, Thermodinamika, Bandung: Penerbit Armico.

Putz, John F., Maple Animation, Presss Company : Chapman & Hall / CRC.

Sears, F. W., dan Salinger, G. L., 1982, Thermodynamics, Kinetic Theory, and Statistical Thermodynamics, Massachusetts : Addison-Wesley Publishing Company.

Zeemansky, M. W., dan Dittman, R. H., 1981, Heat and Thermodynamics, New York : McGraw-Hill Book Company.

(56)

Nama lengkap penulis adalah Yuliana Hanik Indrayani, lahir di Klaten, 13 Mei 1984. Semasa SD bersekolah di SD N Duwet II, lulus tahun 1996. SLTP bersekolah di SMP Pangudi Luhur I Klaten lulus tahun 1999. SMUN I Karangnongko lulus tahun 2002. Tahun 2002 masuk ke Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengambil jurusan Fisika dan dinyatakan lulus tanggal 6 Oktober 2007.

Gambar

Gambar 2.1. Perbandingan skala Kelvin, Celcius, Rankine, dan Fahrenheit..........  8
Gambar 2.1. Perbandingan skala Kelvin, Celcius, Rankine, dan Fahrenheit.
Gambar 2.2. Siklus Carnot
Gambar 2.3. Skema proses ekspansi cepat pada gas  ideal.
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Biaya pembatalan ini juga berlaku bagi peserta yang oleh karena sesuatu dan lain hal mengganti tanggal keberangkatan atau pindah ke jenis tour yang lain. Pembatalan sebagian

Faktor yang mempengaruhi proses pengasapan di antaranya suhu pengasapan. Agar penempelan dan pelarutan asap berjalan efektif, suhu awal pengasapan sebaiknya rendah.

Persetujuan ini mulai berlaku pada tanggal diterimanya pemberitahuan terakhir dimana Para Pihak pada Persetujuan saling memberitahukan melalui saluran diplomatik bahwa persyaratan

Dengan bekal yang diberikan oleh orang tua mereka, kelak anak-anak Datu Wani akan menjadi seorang yang pemberani

Jadi menurut tiga (3) para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Prosedur adalah suatu langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan yang saling terkait dalam menyelesaikan

Suatu sifat transformasi linier yang penting adalah bahwa suatu transformasi linier ditentukan (tertentu) secara natural tunggal oleh peta dari vektor-vektor basis. Jadi jika peta

Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat ajakan tersebut adalah