• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: MARITA RAHAYU

091134015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakkan, dan bertekunlah dalam doa. Roma 12:12.

There are so many people out there who will tell you that you can’t. What you’ve got to do is turn around and say “watch me.”

-unknown-

No one is born to lose. Everyone is born to win. And the biggest difference that separates the one from the other is the

willingness to learn, to change, and to growth. -Yulikuspartono-

Karya ilmiah sederhana ini Penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan menyertai setiap

langkahku, serta mendengarkan dan mengabulkan permohonanku.

2. Bunda Maria perantara segala rahmat.

3. Kedua orangtua, Kakak dan Adikku yang selalu memberikan

semangat dan banyak dukungan.

4. Semua sahabat yang selalu memberikan banyak dukungan dan

bantuan.

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Rahayu, Marita. 2013. Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: inkuiri, kemampuan mengaplikasi, kemampuan mengingat, mata pelajaran IPA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana terhadap kemampuan 1) mengaplikasi dan 2) menganalisis pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

Desain penelitian yang digunakan adalah quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Sample terdiri dari kelas VA sebanyak 36 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebanyak 36 siswa sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa satu soal essai untuk kemampuan mengaplikasi dan satu soal essai untuk kemampuan menganalisis. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi soal pretest dan posttest,

(8)

viii ABSTRACT

Rahayu, Marita. 2013. The effect of using inquiry method on the application and analyze ability on science in 5th grade Kanisius Sorowajan Yogyakarta Elementary School. Skripsi. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

Key word: inquiry, ability to apply, ability to remember, science subject.

This research aim to determine the effect of using inquiry method in science subject at part simple machine toward the ability to apply and to analyze at 5th grade student at Kanisius Sorowajan Elementary School Yogyakarta at 2012/2013 academic year.

The type of research that use in this study is quasi-experimental and the type is non-equivalent control group design. The population of this research are students in 5th grade in Kanisius Sorowajan Yogyakarta elementary School. The sample divided into 36 students at class V A as experimental class and 36 students at class V B as control class. The research instrument consist of two essay, the first for ability to apply and the second for ability to analyze. The data collect by give the student tasks to fill the essay (pretest and posttest). The data processing in this research using IBM SPSS statistics 20 for Windows. There are some test to get the main purpose of this research: 1) test pretest differences, 2) increase in test scores pretest to posttest, 3) test the difference in posttest scores, 4) test the influence, 5) different test posttest I and posttest II both the control group and the experimental group.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat, kasih,

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati

dan rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan

motivasi dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal peyusunan

hingga selesai.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakaprodi PGSD.

4. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc., selaku Dosen

Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dengan

penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal hingga akhir penyusunan

skripsi.

5. Brigitta Erlita Tri A., S.Psi., M.Psi., selaku dosen penguji III yang telah

banyak memberikan masukkan dan saran untuk skripsi ini.

6. B. Suwardi, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di

SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

7. Yanuar Setyarso, S.Pd., selaku guru mitra SD peneliti yang sudah banyak

membantu peneliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

8. Siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang telah

bekerjasama dan bersedia menjadi subjek peneltian sehingga penelitian

(10)

x

9. Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian sampai

skripsi ini selesai.

10. Kedua orangtua terkasih, Stepanus Tukimin dan Yosepine Sukiyem yang

selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

11. Adik dan Kakak terkasih, Fx. Selamet Waluyo dan Eko Hadi Susanto atas

semangat, motivasi dan doanya.

12. Sahabat terkasih, Freddy N. Wetty atas motivasi, dukungan dan doanya.

13. Teman-teman penelitian kolaboratif payung IPA (Era, Santi, Ika, Dita, Ica,

Yuni, Berek, Shiro, Pram, Erming, Ulin, Lia, Danang, Sri) yang memberi

banyak masukkan dan bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian

dan menyelesaikan karya skripsi ini.

14. Teman-teman kos Sang Lebun I (Dita, Esti, Tina, Cathrine, Wulan, Mbak

Danik, Denok, Mbak Ratih, Mbak Desi, Mbak Hesti, Mbak Nia & Anik)

yang telah memberikan semangat dan dukungan selama kuliah. Terima

kasih atas kebersaannya selama ini sehingga penulis merasa menemukan

keluarga baru di Yogyakarta.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

semuanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca. Namun, penulis berharap karya ilmiah sederhana ini dapat

bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

(11)

xi DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 21

2.2.1 Penelitian-penelitian tentang Inkuiri ... 21

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan kognitif ... 23

(12)

xii

4.1.1 Pengaruh Penggunaan Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 41

4.1.1.1 Uji Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 44

4.1.1.2 Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengaplikasi .. 45

4.1.1.3 Uji Selisih Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengaplikasi .. 47

4.1.1.4 Uji Besarnya Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 48

4.1.1.5 Retensi Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 49

4.1.2 Pengaruh Penggunaan Inkuiri Terhadap Kemampuan Menganalisis ... 50

4.1.2.1 Uji Perbedaan skor Pretest Kemampuan Menganalisis ... 53

4.1.2.2 Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Menganalisis .... 54

4.1.2.3 Uji Selisih Skor pretest ke Posttest Kemampuan Menganalisis ... 55

4.1.24 Uji Besarnya Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 57

4.1.2.5 Retensi Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 58

4.1.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 60

4.3 Pembahasan ... 60

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 60

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 61

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rincian jumlah siswa tiap kelas ... 30

Tabel 2. Jadwal Pengambilan Data ... 30

Tabel 3. Matriks Pengembangan Instrumen ... 34

Tabel 4. Hasil Uji Validitas dari Semua Variabel ... 35

Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen dari Semua Aspek ... 35

Tabel 6. Perhitungan Reliabilitas ... 36

Tabel 7. Teknik Pengumpulan Data ... 37

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Mengaplikasi. ... 43

Tabel 9. Perbandingan Skor Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 45

Tabel 10. Perbandingan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengaplikasi .... 46

Tabel 11. Perbandingan Selisih Skor Kemampuan Mengaplikasi ... 48

Tabel 12. Hasil Perhitungan Besarnya Effect Size Kemampuan Mengaplikasi ... 49

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas PosttestII Kemampuan Mengaplikasi ... 50

Tabel 14. Perbandingan Skor Posttest I dan Posttest II Kemampuan Mengaplikasi ... 50

Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menganalisis ... 52

Tabel 16. Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Menganalisis ... 53

Tabel 17. Perbandingan Skor Pretest Ke Posttest Kemampuan Menganalisis ... 54

Tabel 18. Perbandingan Selisih Skor Kemampuan Menganalisis ... 55

Tabel 19. Hasil Perhitungan Besarnya Effect Size Kemampuan Mengaplikasi .... 56

Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Posttest II Kemampuan Menganalisis ... 59

Tabel 21. Perbandingan Skor Posttest I dan Posttest II Kemampuan Menganalisis 59 Tabel 22. Rangkuman Perbandingan Skor Pretest ... 60

Tabel 23. Rangkuman Perbandingan Skor Pretest Ke Posttest ... 60

Tabel 24. Rangkuman Perbandingan Skor Posttest ... 60

Tabel 25. Rangkuman Perbandingan Skor Besarnya Pengaruh (Effect Size) ... 60

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Prinsip kerja pengungkit golongan I ... 17

Gambar 2. Alat yang menggunakan prinsip pengungkit golongan I ... 17

Gambar 3. Prinsip kerja pengungkit golongan II ... 18

Gambar 4. Alat yang menggunakan prinsip pengungkit golongan II ... 18

Gambar 5. Prinsip kerja pengungkit golongan III ... 18

Gambar 6. Alat yang menggunakan prinsip pengungkit golongan III ... 19

Gambar 7. Alat-alat yang menggunakan prinsip bidang miring ... 19

Gambar 8. Katrol tetap ... ... 20

Gambar 15. Grafik Perbandingan antara skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen kemampuan mengaplikasi ... 48

Gambar 16. Grafik perbandingan pretest, posttest I, dan posttest II kemampuan mengaplikasi ... 51

Gambar 17. Grafik Perbandingan antara skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen kemampuan menganalisis ... 57

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Silabus Kelompok Kontrol ... 69

Lampiran 2. Silabus Kelompok Eksperimen ... 72

Lampiran 3. RPP Kelompok Kontrol ... 75

Lampiran 4. RPP Kelompok Eksperimen ... 84

Lampiran 5. Soal Essai Penelitian ... 100

Lampiran 6. Kunci Jawaban ... 102

Lampiran 7. Rubrik Penilaian ... 103

Lampiran 8. Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ... 105

Lampiran 9. Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ... 107

Lampiran 10. Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I,dan Posttest II ... 108

Lampiran 11. Rekapitulasi Nilai ... 114

Lampiran 12. Uji Normalitas Data Kemampuan Mengaplikasi ... 115

Lampiran 13. Uji Beda Pretes Kemampuan Mengaplikasi ... 116

Lampiran 14. Uji Kenaikan Skor Pretes ke Posttes Kemampuan Mengapikasi ... 117

Lampiran 15. Uji Normalitas Selisih Pretes ke Posttes Kemampuan Mengaplikasi ... 118

Lampiran 16. Uji Selisih Pretest dan Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 119

Lampiran 17. Uji Normalitas Data Kemampuan Menganalisis ... 120

Lampiran 18. Uji Beda Pretes Kemampuan Menganalisis ... 121

Lampiran 19. Uji Kenaikkan Skor Pretes ke Posttes Kemampuan Menganalisis ... 122

Lampiran 20. Uji Normalitas Selisih Pretes ke Posttes Kemampuan Menganalisis ... 123

Lampiran 21. Uji Selisih Pretest dan Posttest Kemampuan Menganalisis ... 124

Lampiran 22. Uji Normalitas Data Posttest II ... 125

Lampiran 23. Uji Retensi Pengaruh Metode Inkuiri Kemampuan Mengaplikasi ... 126

Lampiran 24. Uji Retensi Pengaruh Metode Inkuiri Kemampuan Menganalisis ... 127

Lampiran 25. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) Kemampuan Mengaplikasi ... 128

Lampiran 26. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) Kemampuan Menganalisis ... 129

Lampiran 27. Lembar Kerja Siswa ... 130

Lampiran 28. Hasil Jawaban Anak ... 145

Lampiran 29. Foto-foto Penelitian di SDK Sorowajan Yogyakarta Kelas Kontrol ... 149

Lampiran 30. Surat Izin Penelitian ... 151

Lampiran 31. Surat Keterangan Penelitian ... 152

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada Bab I ini akan dibahas latar belakang penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bagian-bagian tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut.

1.1Latar Belakang Penelitian

Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang paling utama dan paling

penting bagi setiap orang karena akan berpengaruh terhadap tingkat

perkembangan dan pengetahuan seseorang ke dalam tahap berikutnya. Karena itu,

proses pendidikan menjadi hal yang vital serta tidak terlepas dari proses

pembelajaran yang ada di sekolah. Pada kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh

seorang guru, ia harus mampu menggerakkan siswanya untuk aktif (student centered learning) berperan dalam setiap proses pembelajaran. Salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA). Peserta didik harus diperkenalkan dengan IPA sebagai mata pelajaran yang

menarik karena bisa membantu untuk memahami tentang dunia dan diri sendiri

(Jarvis dalam Fauziah, 2011:99). Pada proses pembelajaran, siswa hendaknya

bukan sebagai penerima informasi, melainkan siswa sendiri yang menemukan

informasi juga dapat mengaplikasikan dan menganalisis suatu informasi yang

didapatnya. Hal ini dikarenakan pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang

dapat berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar. Selain itu hendaknya IPA

juga menjadi salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan

kognitif pada tahap mengaplikasi dan menganalisis.

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru kelas V dan observasi

kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran IPA kelas VA dan VB SD Kanisius

Sorowajan pada tanggal 11 dan 18 Januari 2013, peneliti menemukan bahwa

pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru masih bersifat tradisional.

Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered learning), model pembelajaran kurang bervariasi, cenderung monoton menggunakan metode ceramah dan mencatat. Selain itu, guru lebih

(17)

2

siswa dalam proses pembelajaran IPA masih sangat kurang. Siswa tidak diberi

permasalahan untuk dipecahkan melainkan hanya berperan sebagai penerima

informasi saja. Dominasi guru dalam proses pembelajaran tersebut menyebabkan

siswa lebih banyak diam, bukan mencari dan menemukan sendiri pengetahuan,

serta tidak mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan. Hal ini menyebabkan

siswa menjadi pasif dan perkembangan proses kognitif pada kemampuan

mengaplikasi dan menganalisis kurang dikembangkan. Padahal semestinya

kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa hendaknya mulai digali dan

dikembangkan ketika siswa berada pada pendidikan dasar karena akan

berpengaruh pada perkembangan dan pengetahuan siswa pada tahap berikutnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kegiatan belajar-mengajar yang

dilakukan di SD Kanisius Sorowajan, peneliti menemukan adanya kesenjangan

antara kondisi yang seharusnya dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran

IPA dengan kenyataan yang ada di kelas. Kemampuan kognitif peserta didik yang

seharusnya dapat dikembangkan pada tingkat yang lebih tinggi, seperti

mengaplikasi dan menganalisis (bukan hanya menghafal) tidak dikembangkan

sebagaimana mestinya. Kesenjangan yang terjadi diduga karena metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas hanya terfokus pada metode

ceramah. Kondisi ini mengakibatkan siswa sulit untuk mengembangkan

kemampuan mengaplikasi dan menganalisis dengan menemukan informasi

sendiri. Hal tersebut menjadikan proses pembelajaran di kelas menjadi kurang

menarik dan siswa belum dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya pada

tingkat yang lebih tinggi.

Berdasarkan realitas pembelajaran IPA yang belum sesuai dengan yang

diharapkan yaitu rendahnya kemampuan kognitif mengaplikasi dan menganalisis,

perlu diujicobakan suatu metode pembelajaran yang dapat menempatkan siswa

sebagai subjek belajar, mengembangkan kemampuan berpikir kognitif siswa yaitu

mengaplikasi dan menganalisis, serta mengembangkan keterampilan siswa dalam

IPA. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat menempatkan siswa sebagai

subjek dalam belajar, mengembangkan kemampuan berpikir kognitif dan

keterampilan siswa dalam IPA. Metode inkuiri merupakan salah satu jawaban

(18)

3 Mahmudatussa’adah (2011:117) berpendapat bahwa inkuiri bukan hanya metode atau pendekatan pembelajaran, melainkan juga sebuah filosofi belajar. Peserta

didik dilatih untuk selalu bertanya kemudian menentukan strategi atau cara

menjawab, menganalisis dan akhirnya menemukan jawaban dari pertanyaannya.

Dalam pembelajaran dengan inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar

melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru

mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang

memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri sendiri. Jadi dalam

pembelajaran dengan inkuiri, siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek

belajar. Dari beberapa metode inkuri yang ada, metode inkuri yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing dengan tujuh

langkah. Hal ini karena siswa SD masih memerlukan banyak pengarahan dan

petunjuk dari guru dalam belajar dengan metode inkuiri.

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap

kemampuan mengaplikasi dan menganalisis dalam mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun

pelajaran 2012/2013. Kemampuan mengaplikasi dan menganalisis diukur dari hasil pretest dan posttest. Kelas yang dipakai dalam penelitian ini adalah kelas VA dan VB. Standar kompetensi yang digunakan yaitu Standar Kompetensi 5.

Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya. Kompetensi

Dasar yang digunakan adalah 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat

membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimental dengan tipe non-equivalent control group design.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengaplikasi pada mata pelajaran IPA materi pembelajaran pesawat sederhana siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran

2012/2013?

1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

(19)

4

sederhana siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran

2012/2013?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengaplikasi pada mata pelajaran IPA materi pembelajaran pesawat sederhana siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran

2012/2013.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

menganalisis pada mata pelajaran IPA materi pembelajaran pesawat sederhana siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan tahun pelajaran

2012/2013.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti mendapat pengalaman baru dalam menerapkan metode inkuiri

pada pelajaran IPA sehingga dapat lebih memahami metode inkuiri dan

menjadi inspirasi bagi peneliti untuk menggunakan metode inkuiri dalam

melakukan pembelajaran di kelas.

1.4.2 Bagi Guru

Guru mendapatkan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran IPA

dengan metode inkuiri dan diharapkan dapat dikembangkan untuk

pembelajaran lainnya sehingga dapat menambah variasi mengajar guru

dalam menggunakan metode pembelajaran.

1.4.3 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman yang baru dalam belajar dengan

menggunakan metode inkuiri khususnya pada materi pesawat sederhana.

Metode inkuiri dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa sampai

ke level kognitif yang lebih tinggi.

1.4.4 Bagi Sekolah

Dapat menambah bahan bacaan terkait dengan penelitian khususnya

materi pesawat sederhana dengan menggunakan metode inkuiri dan dapat

(20)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini akan dibahas kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan,

kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Pada bagian kajian pustaka akan

dipaparkan teori-teori yang relevan yaitu metode inkuiri, proses kognitif, dan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Pada penelitian sebelumnya akan dibahas

penelitian-penelitian tentang inkuiri, penelitian-penelitian tentang kemampuan proses kognitif, dan

literature map. Kerangka berpikir berisi kerangka teoritis yang menghubungkan variabel-variabel penelitian. Hipotesis berisi jawaban sementara dari rumusan

masalah penelitian.

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Relevan 2.1.1.1Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Pembelajaran yang optimal tercapai jika pembelajaran memberikan pengaruh

positif dalam perkembangan kognitif siswa. Metode pembelajaran memiliki

keterkaitan dengan kegiatan belajar yang dilakukan guru dalam proses

pembelajaran. Metode mengajar digunakan guru sebagai cara penyampaian materi

pembelajaran kepada siswa. Metode pembelajaran menurut Yamin (2009:145)

berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan

memberi latihan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Terdapat banyak metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Salah satu

metode yang dapat menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kognitif adalah metode inkuiri.

Metode inkuiri menurut Sanjaya (2006:194) adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis dan analitis untuk

mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertayakan.

Menurut Gulo (2004:84-85) inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang

(21)

6

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Adapun Piaget (dalam Mulyasa, 2006:108) mengemukakan bahwa metode

inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk

melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin

melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban

sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain,

membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik

lain. Selanjutnya Hanafiah dan Suhana (dalam Fitriana, dkk., 2013) menjelaskan

bahwa inkuiri merupakan suatu rangkaian yang melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri

pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri menurut

Sanjaya (2006:194-195) antara lain:

1) Metode inkuiri menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya

berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara

verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi

pelajaran itu sendiri.

2) Seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban

sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat

menumbuhkan sikap percaya diri (self confidence). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber

belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

3) Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses

mental. Dengan demikian, dalam metode inkuiri siswa tidak hanya

dituntut menguasai materi pelajaran akan tetapi bagaimana mereka dapat

(22)

7

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa metode inkuiri

merupakan suatu metode pembelajaran yang bersifat penemuan yang berpusat

pada siswa. Metode pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpikir lebih

kompleks, yaitu siswa didorong untuk terlibat secara langsung untuk melakukan

inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan eksperimen, mengumpulkan

data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan untuk menemukan jawaban dari

permasalahan.

2. Prinsip Metode Inkuiri

Beberapa prinsip dan penjelasannya yang harus diperhatikan guru dalam

melakukan metode inkuiri menurut Sanjaya (2006:197-199) sebagai berikut.

1) Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan

berpikir. Kriteria keberhasilan dari pembelajaran inkuri bukan ditentukan

oleh sejauh mana siswa dapat mengusai materi pelajaran, akan tetapi

sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu sendiri.

2) Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik

interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan

interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses

interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi

sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru

mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya

melalui interaksi mereka.

3) Prinsip bertanya

Peran yang harus dilakukan guru adalah sebagai penanya. Hal ini

karena kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan adalah pada

dasarnya merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu,

kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat

diperlukan.

4) Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar

(23)

8

mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan;

baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran

berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5) Prinsip keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan

berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan

kebenarannya. Dalam metode inkuiri, tugas guru adalah menyediakan

ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan

hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang

diajukan.

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri

Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006:109) mengemukakan tiga macam

metode inkuiri sebagai berikut:

1) Inkuiri Terpimpin (guided inquiry)

Pada inkuri terpimpin pelaksanaan penyelidikan dilakukan siswa

berdasarkan petunjuk-petunjuk guru, petunjuk yang diberikan pada umumnya

berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.

2) Inkuiri Bebas (free inquiry)

Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang

ilmuwan. Masalah dirumuskan sendiri, eksprimen dilakukan sendiri dan

kesimpulan konsep diperoleh sendiri.

3) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (modified free inquiry)

Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa

diminta memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi,

dan prosedur penelitian.

Berdasarkan pendapat di atas maka macam-macam metode inkuiri dapat

disimpulkan bahwa (1) metode inkuiri terbimbing atau terpimpin yaitu

pendekatan yang dilakukan pada peserta didik yang belum berpengalaman

menggunakan metode inkuiri, (2) metode inkuiri bebas yaitu siswa melakukan

penelitian seperti ilmuwan, dan (3) metode inkuiri bebas yang dimodifikasi yaitu

siswa diberi permasalahan dan kemudian siswa diminta memecahkan masalah

(24)

9

Berdasarkan ketiga macam metode inkuiri di atas, metode inkuiri yang cocok

digunakan dalam penelitian di SD adalah inkuiri terbimbing. Penerapan metode

inkuiri harus dengan bimbingan pendidik karena peserta didik belum mempunyai

pengalaman dengan kegiatan inkuiri. Dalam proses pembelajarannya peserta didik

terlibat aktif dalam menemukan konsep melalui petunjuk dari guru. Petunjuk

tersebut berupa pertanyaan yang bersifat membimbing dan ketika siswa

melakukan percobaan, siswa diberi penjelasan seperlunya.

4. Metode Inkuiri Terbimbing

Ambarsari, dkk. (2013:83) berpendapat bahwa pembelajaran inkuiri

terbimbing merupakan pembelajaran kelompok di mana siswa diberi kesempatan

untuk berpikir mandiri dan saling membantu teman yang lain. Sedangkan Amien

(1979:15) menjelaskan bahwa istilah inkuiri terbimbing digunakan apabila di

dalam kegiatan inkuiri guru menyediakan bimbingan/petunjuk yang cukup luas

kepada siswa. Siswa tidak merumuskan problema, petunjuk yang cukup luas

tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Dengan

demikian, metode inkuiri terbimbing merupakan metode inkuiri yang dilakukan

siswa dalam pembelajaran dengan masih banyak mendapat bimbingan dari guru

yang dalam prosesnya dilakukan bersama kelompok dan dapat saling membantu.

Ada beberapa pendapat mengenai langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan metode inkuiri terbimbing. Menurut Gulo (dalam Trianto,

2009:168) langkah-langkah pelaksanaan metode inkuiri adalah sebagai berikut.

1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.

2) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

permasalahan yang dapat diuji dengan data.

3) Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang

(25)

10

4) Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan

dengan menganalisis data yang diperoleh.

5) Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan

sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Menurut Sanjaya (2006:199) proses pembelajaran dengan menggunakan

metode inkuiri dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Pada tahap ini guru menjelaskan topik,

tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan, menjelaskan pokok-pokok

kegiatan yang harus dilakukan, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan

belajar.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah mengajak siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah

persoalan yang mendorong siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Dalam

merumuskan masalah, hal yang harus diperhatikan yaitu masalah harus

dirumuskan sendiri oleh siswa. Masalah yang dikaji adalah masalah yang

mengandung teka-teki.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

dikaji. Potensi berpikir dimulai dari kemampuan setiap individu untuk

menebak jawaban (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Salah satu cara

yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak

jawaban (berhipotesis) pada anak adalah dengan mengajukan pertanyaan

yang mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara dari

masalah yang dikaji.

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi yang

(26)

11

data memerlukan motivasi dalam belajar dan juga membutuhkan

pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir. Dalam tahap ini guru

berperan dalam mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk

berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data yang diperoleh berdasarkan pengumpulan

data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir

rasional. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan

argumentasi tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Untuk penelitian ini, langkah pembelajaran inkuiri terbimbing dirancang

menjadi tujuh langkah sebagai berikut:

1) Orientasi

Orientasi adalah langkah awal dari pembelajaran inkuiri yaitu membagi

siswa dalam kelompok, menyampaikan masalah aktual yang berhubungan

dengan suatu materi belajar, pendidik membagikan lembar kerja siswa

(LKS) dan siswa mempelajarinya, menjelaskan langkah-langkah

pembelajaran dengan metode inkuiri yang akan digunakan serta

menjelaskan media atau alat yang digunakan untuk pembelajaran.

2) Merumuskan masalah

Peran pendidik pada langkah merumuskan masalah adalah membimbing

peserta didik untuk merumuskan sendiri masalah atau pertanyaan. Peserta

didik merumuskan permasalahan tentang materi dengan pertanyaan yang dapat dijawab “ya” atau “tidak” dan diawali dengan kata tanya “apakah”. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, peserta didik harus melakukan

percobaan. Pendidik juga harus mendorong peserta didik untuk

menemukan jawaban sendiri dan membantu dalam mengkaji teori, konsep,

(27)

12

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

permasalahan yang akan diujikan dengan data. Pada langkah ini peran

guru adalah membimbing dengan pertanyaan yang dapat mendorong siswa

untuk merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai

perkiraan kemungkinan jawaban dari permasalahan yang akan diuji.

Hipotesis harus relevan dengan masalah yang diujikan.

4) Melakukan eksperimen

Dalam langkah ini peserta didik dengan bimbingan guru mendiskusikan

jenis percobaan yang akan diambil kemudian menentukan dan

mengurutkan langkah percobaan. Setelah merumuskan

langkah-langkah percobaan, peserta didik melakukan percobaan dan kemudian

mengumpulkan data-data hasil dari pengamatan atau percobaan.

Kemudian langkah terakhir adalah peserta didik melakukan analisis data.

Dalam menganalisis data peserta didik bertanggung jawab untuk menguji

hipotesis yang telah dibuat benar atau salah.

5) Menarik kesimpulan

Menarik kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan rumusan masalah dan pengujian hipotesis. Peserta

didik membuat kesimpulan dengan bimbingan guru agar mencapai

kesimpulan yang akurat dan guru juga harus mampu menunjukkan pada

siswa data yang relevan. Dalam tahap ini siswa diharapkan dapat

mendiskusikan alasan memilih solusi percobaan tersebut atau kesimpulan

yang mereka buat.

6) Mempresentasikan hasil

Peserta didik dengan bimbingan guru setelah melakukan percobaan harus

menyusun laporan hasil percobaan. Laporan hasil percobaan mencakup

langkah-langkah yang urut. Peserta didik dapat memberi penjelasan

tambahan untuk memperjelas masalah. Peserta didik juga diberi

(28)

13

7) Mengevaluasi

Dalam mengevaluasi, peran guru membimbing siswa untuk mengevaluasi

apakah seluruh proses inkuiri sejak awal sampai akhir sudah benar. Jika

ada kesalahan dapat berdiskusi apa saja yang perlu diperbaiki.

2.1.1.2Proses Kognitif

A. Proses Kognitif S. Bloom

Anderson dan Krathwohl (2010:43) menjelaskan bahwa kategori pada dimensi

proses kognitif merupakan pengklasifikasian dari proses kognitif siswa secara

komprehensif yang terdapat pada tujuan-tujuan di bidang pendidikan. Model

taksonomi Bloom yang sudah direvisi memetakan proses kognitif yang terjadi

dalam pembelajaran ke dalam 6 level dari tingkat terendah yaitu mengingat,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan tingkatan yang paling

tinggi yaitu mencipta.

Penjelasan keenam kategori proses berpikir menurut Anderson dan Krathwohl

(2010:99-133) adalah sebagai berikut:

1. Mengingat

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari

memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling

sederhana, meliputi mengenali dan mengingat kembali.

2. Memahami

Memahami adalah proses mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran,

baik yang sifatnya lisan, tulisan yang disampaikan melalui pengajaran, buku,

atau layar komputer. Proses kognitif dalam kategori memahami meliputi

menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,

menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

3. Mengaplikasikan

Mengaplikasi merupakan menerapkan atau menggunakan sesuatu berdasarkan

prosedur dan keadaan tertentu untuk menyelesaikan masalah. Proses kognitif

(29)

14

4. Menganalisis

Menganalisis berarti kemampuan dalam memecah-mecah materi menjadi

bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian

itu serta memberi alasan yang logis, meliputi membedakan,

mengorganisasikan, dan mengatribusikan.

5. Mengevaluasi

Megevaluasi yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau

standar, meliputi memeriksa dan mengkritik.

6. Mencipta

Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang

baru dan koheren untuk membuat suatu produk yang orisinal. Proses kognitif

ini meliputi merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Penelitian ini hanya berfokus pada proses kognitif mengaplikasi dan menganalisis. Kedua kemampuan proses kognitif tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1. Proses Kognitif Mengaplikasi

Mengaplikasi merupakan proses kognitif pada level ketiga menurut taksonomi

S. Bloom (Anderson & Krathwohl, 2010:43) yang berarti menerapkan atau

melakukan sesuatu berdasarkan prosedur dan dalam keadaan tertentu. Proses

kognitif mengaplikasi melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk

mengerjakan atau menyelesaikan masalah (Anderson & Krathwohl, 2010:116).

Menurut Uno (2011:57) penerapan atau aplikasi diartikan sebagai kemampuan

seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai

masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Kategori proses kognitif

mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif yaitu:

a. Mengeksekusi

Mengeksekusi yaitu menerapkan prosedur tertentu sebagai latihan untuk

mengerjakan suatu tugas yang sudah dikenali siswa sebelumnya. Nama lain

dari mengeksekusi adalah melaksanakan.

b. Mengimplementasikan

Mengimplementasikan berlangsung saat siswa memilih dan menggunakan

(30)

15

sebelumnya atau tidak familier. Nama lain dari mengimplementasikan yaitu

menggunakan.

2. Proses Kognitif Menganalisis

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi

bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian-bagian dan antara setiap

bagian dan struktur keseluruhannya (Anderson & Krathwohl, 2010:120).

Kemampuan analisis bisa dikembangkan melalui:

a. Membedakan

Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang

relevan atau penting dari sebuah struktur. Proses membedakan terjadi ketika

siswa mendiskriminasikan informasi yang relevan dan yang tidak relevan,

yang dianggap penting dan tidak penting, setelah itu siswa mampu

memperhatikan informasi yang relevan dan penting. Nama-nama lain dari

membedakan yaitu menyendirikan, memilah, memfokuskan, dan memilih.

b. Mengorganisasi

Melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau

situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk

sebuah struktur yang koheren. Dalam mengorganisasi peserta didik akan

membangun hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren antarpotongan

informasi. Nama-nama lain dari mengorganisasi adalah menemukan

koherensi, memadukan, membuat garis besar, mendeskripisikan peran, dan

mengkonstruksi.

c. Mengatribusikan

Mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang,

pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi. Mengatribusikan melibatkan

proses dekonstruksi di mana pembelajar mencoba menemukan maksud

pengarang dibalik materi yang dipelajari. Mengatribusikan melampaui

pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang tujuan atau sudut

(31)

16 2.1.1.3Ilmu Pengetahuan Alam

IPA menurut Fisher (dalam Amien 1987:4) dikatakan sebagai suatu kumpulan

pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode berdasarkan

observasi. Ada pun Wahyana (dalam Trianto, 2010:136) mengatakan bahwa IPA

adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam

penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya

tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode

ilmiah dan sikap ilmiah.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian

IPA yaitu kumpulan ilmu tentang gejala-gejala alam diperoleh dengan

menggunakan metode observasi yang perkembangannya tidak hanya ditandai oleh

adanya fakta tetapi juga ditandai oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Trianto (2010:141) menjelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan

yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan

proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud

sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen penting berupa konsep,

prinsip dan teori yang berlaku secara universal.

Menurut Laksmi (dalam Trianto, 2010:142) pendidikan IPA di sekolah

mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut:

a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan

bagaimana bersikap.

b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.

c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.

d. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai

para ilmuwan penemunya.

e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan.

2.1.1.4Materi Pesawat Sederhana

A. Pengertian Pesawat Sederhana

Menurut Sulistyanto dan Wiyono (2008:109) semua jenis alat yang digunakan

(32)

17

penggunaannya menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat

sederhana. Pada prinsipnya pesawat sederhana terbagi menjadi empat macam,

yaitu:

1. Pengungkit atau Tuas

Pengungkit merupakan salah satu alat pesawat sederhana yang dapat

digunakan untuk mengungkit, mencabut, atau mengangkat benda. Terdapat

tiga titik yang menggunakan gaya ketika kita mengungkit suatu benda, yaitu

beban, titik tumpu, dan kuasa. Beban merupakan berat benda, sedangkan titik

tumpu merupakan tempat bertumpunya suatu gaya. Gaya yang bekerja pada

tuas disebut kuasa (Sulistyanto, 2008:110).

Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa, tuas

digolongkan menjadi tiga, yaitu tuas golongan pertama, tuas golongan kedua,

dan tuas golongan ketiga.

a. Pengungkit Golongan Pertama (I)

Pada pengungkit golongan I, letak titik tumpu berada di antara beban dan

kuasa.

(Azmiyawati, dkk. 2008:99) Gambar 1. Prinsip kerja pengungkit golongan I

(Azmiyawati, dkk. 2008:99)

(33)

18

b. Pengungkit Golongan Kedua (II)

Pada pengungkit golongan II, letak beban di antara titik tumpu dan kuasa.

Contoh alat yang menggunakan prinsip pengungkit golongan kedua yaitu

gerobak sorong, pemotong kertas dan pemecah biji, dan lain-lain.

(Azmiyawati, dkk. 2009:99)

Gambar 3. Prinsip kerja pengungkit golongan II

(Azmiyawati, dkk. 2009:99)

Gambar 4. Alat yang menggunakan prinsip pengungkit golongan II (gerobak dorong, pemotong kertas, dan pemecah biji)

c. Pengungkit Golongan Ketiga (III)

Pada pengungkit golongan III, posisi kuasa berada di antara titik tumpu

dan titik beban. Pada penggunaan pengungkit jenis III, besar kecil gaya yang

dikeluarkan dipengaruhi oleh besarnya jarak antara titik tumpu dan titik kuasa.

Contoh alat yang menerapkan pengungkit golongan ketiga adalah stapler,

pinset, sapu, sekop dan lain-lain.

(Azmiyawati, dkk. 2009:100)

(34)

19

(Azmiyawati, dkk. 2009:100)

Gambar 6. Alat yang menggunakan prinsip pengungkit golongan III (stapler, pinset, sapu, sekop)

2. Bidang miring

Bidang miring adalah alat yang permukaannya dibuat miring atau

permukaan datar dengan salah satu ujungnya lebih tinggi daripada ujung yang

lain. Tujuan digunakan bidang miring adalah untuk mempermudah seseorang

memindahkan suatu benda. Alat yang menggunakan prinsip bidang miring

adalah papan yang dimiringkan, baji, sekrup, pisau, pahat, paku, baut,

kampak, obeng dan jalan di pegunungan yang berkelok-kelok. Bidang miring

memiliki keuntungan, yaitu kita dapat memindahkan benda ke tempat yang

lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil (Sulistyanto & Wiyono, 2008:115).

(Sulistyanto & Wiyono, 2008:115)

Gambar 7. Alat-alat yang menggunakan prinsip bidang miring

3. Katrol

Katrol adalah suatu roda yang berputar pada porosnya. Katrol biasanya

digunakan untuk mengangkat atau menarik benda. Katrol digolongkan menjadi

tiga macam yaitu katrol tetap, katrol bebas, katrol majemuk (Sulistyanto &

Wiyono, 2008:118)

a. Katrol tetap

Katrol tetap merupakan katrol yang tidak berpindah pada saat digunakan.

(35)

20

(Sulistyanto & Wiyono, 2008:117) Gambar 8. Katrol tetap

b. Katrol bebas

Berbeda dengan katrol tetap, pada katrol bebas kedudukan atau posisi

katrol berubah dan tidak dipasang pada tempat tertentu. Katrol ini biasanya

ditempatkan di atas tali yang kedudukannya dapat berubah seperti tampak

pada gambar 9. Katrol jenis ini bisa ditemukan pada alat-alat pengangkat peti

kemas di pelabuhan.

(Sulistyanto & Wiyono, 2008:118) Gambar 9. Katrol bebas

c. Katrol majemuk

Katrol majemuk merupakan perpaduan dari katrol tetap dan katrol bebas.

Kedua katrol ini dihubungkan dengan tali. Pada katrol majemuk, beban

dikaitkan pada penampang katrol tetap. Jika ujung tali yang lainnya ditarik

(36)

21

(Sulistyanto & Wiyono, 2008:118) Gambar 10. Katrol Majemuk

4. Roda Berporos

Roda berporos merupakan roda yang dihubungkan dengan sebuah poros

yang dapat berputar bersama-sama. Roda berporos merupakan salah satu jenis

pesawat sederhana yang banyak ditemukan pada alat-alat seperti setir mobil,

setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan bermotor, dan gerinda.

(Sulistyanto & Wiyono, 2008:119) Gambar 11. Roda berporos pada sepeda

2.2Hasil Penelitian Sebelumnya

2.2.1 Penelitian-Penelitian tentang Inkuiri

Penelitian yang berkaitan dengan inkuiri sudah banyak dilakukan, dengan

mengaitkan beberapa variabel. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Li, dkk.

(2010:729) yang menggunakan model Inquiry-Based Learning With E-Mentoring (IBLE) dalam memberikan pengajaran kepada siswa di daerah pelosok Kanada

(akses pendidikan yang minim), menunjukkan bahwa model inkuiri tersebut

mampu meningkatkan keterlibatan dan motivasi belajar siswa. Peningkatan

keterlibatan dan motivasi belajar siswa ditunjukkan dengan hasil uji statistik yang

(37)

22

Sari (2010:93) meneliti inkuri dengan judul penelitian peningkatan kualitas

pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri dan objek penelitiannya siswa kelas

IV SDN I Maribaya Karanganyar Purbalingga. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Peningkatan keaktifan dapat dilihat dari hasil aktivitas siswa diperoleh rata-rata

persentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 42,3% dengan kategori sedang,

rata-rata persentase aktivitas siswa siklus II adalah 58,1% dengan kategori

sedang. Rata-rata persentase aktivitas siswa siklus III adalah 66,1% dengan

kategori tinggi.

Penelitian inkuri dilakukan oleh Bilgin (2009) dengan memberikan treatment menggunakan inkuiri pada lingkungan pembelajaran untuk mahasiswa tahun

pertama jurusan Ilmu Kimia. Hasil dari penelitiannya tersebut menunjukkan

bahwa mahasiswa yang diberi treatment inkuiri terbimbing lebih paham mengenai konsep-konsep dasar yang diajarkan, serta memiliki sikap yang lebih positif

terhadap inkuiri terbimbing.

Tema inkuiri juga menjadi bagian utama dalam penelitian yang dilakukan oleh

Praptiwi, dkk. (2012:93). Penelitian mereka tentang efektivitas model

pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan My Own Dictionary untuk meningkatkan penguasaan konsep dan unjuk kerja siswa pada populasi Siswa

SMP RSBI. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa unjuk kerja siswa kelas

eksperimen sebesar 82,50% dan kelas kontrol 81,40%. Hal ini menunjukkan

bahwa kelas eksperimen memiliki hasil rata-rata persentase yang lebih besar dan

berarti dapat lebih meningkatkan unjuk kerja siswa. Selanjutnya pada keefektifan

pengusaan konsep dapat dilihat berdasarkan hasil uji t-test one sample diperoleh teksperimen >ttabel yaitu 22,37 > 2,00 dan tkontrol > ttabel yaitu 16,11 > 2,00 sehingga

dapat disimpulkan bahwa kenaikan skor rata-rata pretest dan posttest untuk kelas eksperimen terjadi secara signifikan.

Selanjutnya penelitian Wahyudin, dkk. (2010:62) tentang kefektifan

pembelajaran berbantuan multimedia menggunakan metode inkuiri terbimbing

untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa. Hasil penelitian mereka

menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus II cukup

(38)

23

meningkat dari 13 siswa menjadi 38 siswa. Pemahaman siswa meningkat dari

60% siswa yang dinyatakan tidak paham pada siklus I menjadi 5% siswa yang

dinyatakan tidak paham pada siklus II, hasil analisis tanggapan siswa terhadap

pengajaran diperoleh rata-rata tanggapan siswa sebelum tindakan sebesar 72,90%.

Setelah tindakan, nilai rata-rata tanggapan siswa meningkat menjadi 76,81%.

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif

Penelitian tentang kemampuan proses kognitif dilakukan oleh Septiani (2012).

Judul penelitiliannya yaitu pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan menganalisis dan mengevaluasi pada mata pelajaran IPA di SD Kanisius Sengkan.

Penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan metode mind map berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menganalisis dan mengevaluasi. Hal

tersebut ditunjukkan dari analisis data kemampuan menganalisis dengan statistik

parametrik independent samples t-test diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 dan diperoleh harga sig. (2-tailed) sebesar 0,043 pada kemampuan mengevaluasi. Hal ini membuktikan bahwa metode mind map efektif meningkatkan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi siswa.

Susilawati (2012) meneliti pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan mengaplikasikan dan mencipta pada pelajaran IPA di SD Kanisius

Wirobrajan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa metode mind map berpengaruh secara signifikan terhadap proses kognitif mengaplikasikan. Hal ini

dilihat dari analisis data kemampuan mengaplikasi dengan statistik non parametik yaitu Mann-Whitney U test, diperoleh harga signifikansi sebesar 0,36 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok

kontrol dengan kelompok eksperimen.

Penelitian tentang kemampuan kognitif dilakukan oleh Anggraini (2012),

penelitiannya berjudul pengaruh penggunaan mind map terhadap kemampuan mengaplikasi dan mencipta pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa data hasil analisis selisih skor pretest dan posttest diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,006 < 0,05 yang berarti H0 ditolak

dan Hi diterima atau penggunaan mind map berpengaruh secara signifikan

(39)

24

mencipta ditunjukkan dengan data hasil analisis selisih skor pretest dan posttest yaitu nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,003 < 0,05 yang berarti penggunaan mind map berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mencipta.

Berdasarkan beberapa penelitian tentang metode inkuiri dan proses kognitif

yang dilakukan sebelumnya, terlihat bahwa metode inkuiri memberikan pengaruh

positif terhadap variabel yang dipengaruhi. Peneliti menyoroti bahwa penelitian

tersebut masih bersifat universal dan belum ada yang meneliti pengaruh

penerapan metode inkuri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Karena itu, perlu adanya penelitian untuk melihat pengaruh metode inkuiri

(40)

25 2.2.3 Literature Map

Berikut ini literature map dari penelitian-penelitian terdahulu:

Gambar 12. Literature Map dari Penelitian terdahulu

2.3Kerangka Berpikir

Salah satu materi IPA untuk kelas V SD yang dapat dikatakan tingkat

kesulitannya tinggi adalah pesawat sederhana. Pada materi pesawat sederhana

terdapat empat macam pesawat sederhana yaitu tuas, katrol, bidang miring,

dan roda berporos, serta terdapat tiga jenis tuas yang masing-masing Li, Moorman, Moorman & Dyjur

(2010)

Inkuiri dengan E-Mentoring (IBLE)-keterlibatan dan motivasi belajar

Wahyudin, Sutikno, & Isa (2010) Inkuiri-minat dan pemahaman

Septiani (2012)

Mind map-kemampuan kognitif menganalisis dan mengevaluasi

Yang perlu diteliti yaitu pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan

mengaplikasi dan menganalisis Praptiwi, Sarwi & Handayani (2012)

Inkuiri dengan My Own Dictionary-penguasaan konsep dan unjuk kerja

Anggraini (2012)

Mind map-kemampuan kognitif mengaplikasi dan mencipta Bilgin (2009)

(41)

26

mempunyai ciri berbeda-beda. Siswa SD akan kesulitan dalam memahami

materi pesawat sederhana jika hanya manghafal materi saja tanpa melihat

benda konkretnya secara langsung.

Pelajaran IPA seharusnya menjadi pelajaran yang menarik dan

mengasyikkan bagi para peserta didik, karena alam dan hukum alam mereka

alami dan rasakan secara langsung setiap hari dan setiap waktu. Pembelajaran

IPA hendaknya juga dapat mendorong siswa menjadi aktif dan

mengembangkan kemampuan kognitifnya pada tahap mengaplikasi dan

menganalisis. Karena itu, pemilihan metode pembelajaran yang tepat

merupakan salah satu kunci utama suksesnya penyerapan materi-materi

pelajaran IPA. Hal tersebut didukung oleh pendapat Rohmawati (2012:79)

yang menjelaskan bahwa pembelajaran IPA akan lebih bermakna jika siswa

diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan

konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.

Karena itu pembelajaran yang cocok adalah pembelajaran dengan penemuan

(inkuiri).

Metode inkuiri menurut Sanjaya (2006:194) adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis dan analitis untuk

mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan. Metode inkuiri yang tepat diterapkan pada siswa SD yaitu

metode inkuri terbimbing. Hal ini dikarenakan tingkat pemikiran siswa SD

belum dapat berpikir seperti para ilmuwan pada umumnya dan masih

membutuhkan banyak bimbingan dari guru dalam melakukan inkuri.

Kemampuan mengaplikasi dan menganalisis merupakan tahap berpikir

kognitif pada level ketiga dan keempat dalam proses berpikir kognitif menurut

taksonomi Benjamin S. Bloom. Kemampuan mengaplikasi berarti menerapkan

atau melakukan sesuatu berdasarkan prosedur dan keadaan tertentu. Proses

kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu

untuk mengerjakan atau menyelesaikan masalah. Sedangkan menganalisis

melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan

(42)

27

struktur keseluruhannya. Kemampuan menganalisis dikembangkan agar siswa

dapat menarik kesimpulan dari apa yang dilakukan dan dipelajarinya.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang terdahulu dan manfaat dari metode

pembelajaran inkuri terhadap pembelajaran IPA, jika metode inkuiri

diterapkan dalam pembelajaran pesawat sederhana, maka akan membantu

siswa dalam mengaplikasi dan menganalisis pesawat sederhana.

2.4Hipotesis Penelitian

2.4.1 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi pada mata pelajaran IPA materi pembelajaran pesawat sederhana kelas V

SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.

2.4.2 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis pada mata pelajaran IPA materi pembelajaran pesawat sederhana siswa

(43)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab III ini akan dibahas jenis penelitian, setting penelitian, populasi

dan sampel, jadwal pengambilan data, variabel penelitian, definisi operasional,

instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, dan jadwal penelitian. Bagian-bagian tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut.

3.1Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:107) penelitian eksperimen diartikan sebagai

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Terdapat beberapa

bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian yaitu Pre-Experimental Designs (Nondesigns), True Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design (Sugiyono, 2010:110-116). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu quasi experimental design tipe non-equivalent control group design (Sugiyono, 2010:114-116).

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental karena penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan dua kelompok dan pemilihan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random.

Pada kedua kelompok tersebut diberi pretest dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal sebelum adanya perlakuan dan melihat adakah perbedaan di

antara kedua kelompok tersebut. Kemudian pada kelompok eksperimen diberi

perlakukan atau treatment yaitu dengan menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing. Pada kelompok kontrol tidak diberi perlakuan atau menggunakan

pembelajaran biasa. Setelah dilakukan pembelajaran, dilakukan posttest pada masing-masing kelas. Posttest dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada kelas eksperimen. Pengaruh perlakuan dihitung dengan cara:

(44)

29

Desain penelitian dengan tipe non-equivalent control group design dapat dilihat pada tabel berikut:

O1 = Rerata skor pretest kelompok eksperimen

O2 = Rerata skor posttest kelompok ekspeimen

X = Perlakuan (treatment)

O3= Rerata skor pretest kelompok kontrol

O4= Rerata skor posttest kelompok kontrol

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang

beralamatkan Jl. Sorowajan No. 111, Kelurahan Banguntapan, Kecamatan

Banguntapan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kode

Pos 55198, Nomor Telepon (0274) 4534850. SD Kanisius Sorowajan

memiliki kondisi bangunan fisik yang cukup baik dan nyaman sehingga sangat

mendukung untuk melakukan kegiatan proses belajar mengajar. SD Kanisius

Sorowajan Yogyakarta bernaung di bawah Yayasan Kanisius. Kelas di SD

Kanisius Sorowajan merupakan kelas paralel, pada setiap tingkatan kelas

terdapat sebanyak 2 kelas yaitu A dan B. Jumlah siswa SD Kanisius

Sorowajan pada tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 341 siswa dengan rincian

(45)

30

Tabel 1. Rincian jumlah siswa tiap kelas

Kelas Jumlah siswa

3.2.2 Waktu pengambilan data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama bulan Februari

2013. Berikut adalah jadwal pengambilan data yang dilakukan pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen.

Tabel 2. Jadwal Pengambilan Data

(46)

31 3.3Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius

Sorowajan Yogyakarta yang berjumlah 72 siswa.

Sugiyono (2010:118) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam

penelitian ini adalah kelas VA SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebagai

kelompok eksperimen yang terdiri dari 36 siswa dengan jumlah siswa laki-laki

sebanyak 14 siswa, siswa perempuan sebanyak 22 siswa. Sementara sampel

untuk kelompok kontrol adalah siswa kelas VB yang berjumlah 36 siswa

dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 14 siswa, siswa perempuan sebanyak

22 siswa.

Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada penelitian ini

ditentukan dengan cara diundi (random assignment). Undian kelompok eksperimen jatuh pada kelas VA dan kelompok kontrol jatuh pada kelas VB.

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan

oleh guru yang sama (guru mitra) untuk mengurangi faktor bias dan kegiatan

pengamatan dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti.

3.4Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1991:102).

Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini ada dua yaitu:

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Sugiyono (2010:61) mengatakan bahwa variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan

timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas pada penelitian ini

adalah penggunaan metode inkuiri terbimbing yang terdiri dari tujuh

langkah yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, mempresentasikan hasil,

Gambar

Gambar 1. Prinsip kerja pengungkit golongan I
Gambar 3. Prinsip kerja pengungkit golongan II
Gambar 6. Alat yang menggunakan prinsip pengungkit golongan III
Gambar 9. Katrol bebas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Menyelesaikan Studi pada Program Diploma III. Fakultas Ekonomi Universitas

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan nilai ujian nasional SLTP dengan prestasi belajar mata pelajaran alat ukur siswa kelas X Mekanik Otomotif di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa memperhatikan tingkat kecocokan CRM, iklan yang menggunakan CRM lebih berpengaruh dibandingkan dengan iklan yang tidak

dijangkau, calon mahasiswa akan mendapatkan informasi wilayah FT lebih cepat daripada harus datang ke kampus FT. Berbagai informasi wilayah FT bisa berisi mengenai

dengan judul “ Pengaruh Lingkungan Kerja Non Fisik dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja (Studi pada Karyawan Hotel Bintang Dua di Yogyakarta) ”.. Semoga skripsi

mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan persoalan, (6) membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan berbagai alat peraga/media

Sebaiknya dalam memilih sepeda motor yang baik perlu memperhatikan hal- hal seperti bobot motor yang ringan, kestabilan motor dalam kecepatan tinggi, teknologi fuel injection ,

Saya menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya Khususnya kepada Para Pejabat yang mewakili Kementerian Keuangan dan juga seluruh Peserta Rekonsiliasi, Para