• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara intensitas mengakses facebook dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara intensitas mengakses facebook dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa - USD Repository"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

MAHASISWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Masnita Elvida Sinaga

NIM : 069114082

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

MAHASISWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Masnita Elvida Sinaga

NIM : 069114082

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Your talent is God's gift to you. What you do with it is your

gift back to God

-Leo Buscaglia-

“Segala perkara dapat kutanggung

di dalam Dia yang

memberi kekuatan kepadaku”

Filipi 4:13

Do what you say and say what you can do, no lebay yaa….

(6)

v

ini untuk :

My beloved God, Jesus Christ.. skripsi ini sebagai salah satu

bukti cinta kasih Tuhan untuk ku.. thank you Lord

Kedua orang tua terdahsayatku.. You are

my

motivation to do all the things right.. terkhusus

untuk papi, skripsi ini hadiah dari kami sebelum

papi pensiun.. we love u both :*

Abang dan ade-ade ku tersayang yang mengajarkanku untuk

bersikap dewasa sebagai kakak tapi tetep boleh manja

sebagai ade, hohoho ^^,

(7)
(8)

vii

Masnita Elvida Sinaga

ABSTRAK

Masnita Elvida Sinaga (2010). Hubungan antara Intensitas Mengakses Facebook dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas mengakses Facebook dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara intensitas mengakses Facebook dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memiliki account di Facebook dan tidak sedang mengalami masa penundaan kegiatan akademik. Alat pengumpulan data yang digunakan terdiri angket intensitas mengkases Facebook dan skala prokrastinasi akademik. Reliabilitas skala prokrastinasi akademik diuji dengan menggunakan metode koefisien reliabiltas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,952. Data penelitian ini dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Koefisien korelasi yang diperoleh 0,843 dengan probabilitas 0,000 (p< 0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas mengakses Facebook dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

(9)

viii

Masnita Elvida Sinaga

ABSTRACT

Sinaga, Masnita Elvida (2010). The Relation between Intensity to Access Facebook and

Student’s academic Procrastination. Yogyakarta: Faculty of Psychology Sanata Dharma

University. This research is aimed to determine the relation between intensity to access Facebook

and student’s academic procrastination. The hypothesis proposed in this research was that there is

a positive relation between intensity to access Facebook and student’s academic procrastination. The subject of this research were 100 students of Psychology Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta which have account on Facebook, is an active student, and never leave before. Collection of data used in this research was academic procrastination scales and Facebook intensity questionnaire. Reliability of academic procrastination scales tested by using reliability coefficient alpha cronbach and obtained results is 0.952. The research data were analyzed using Pearson product moment correlation techniques. The results showed the value of correlation coefficient (r) at 0.843 and significant value at 0.000 (p< 0,01). According to this results, the hypothesis is accepted. It means that there was a significant positive relation between intensity to

access Facebook and student’s academic procrastination.

(10)
(11)

x

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan dan kasih

setiaNya yang tidak pernah berubah sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik dan indah pada waktunya. Skripsi dengan judul

“Hubungan antara Intensitas Mengakses Facebook dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa” ini merupakan salah satu prasyarat dalam mencapai tingkat Strata Satu (S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses pengerjaan skripsi ini melibatkan bantuan dan dukungan dari

banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Siwi Handayani selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma yang telah mempermudah serta memperlancar segala proses yang

terkait dengan permohonan ijin pengambilan data penelitian.

2. Ibu Tjipto Susana, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Terima kasih atas

masukan dan kesabaran ibu selama ini.

3. Bapak Minto Istono, S. Psi. selaku dosen pembimbing akademik. Terima

kasih sudah menceramahi kami setiap semester sehingga bisa menyelesaikan

kuliah teori tepat waktu.

4. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi., dan Bapak V. Didik Suryo H., S.Psi., M.Si

(12)

xi

6. Para staff Fakultas Psikologi. Mas Gandung dan Mbak Nanik yang setia

melayani urusan adminstrasi mahasiswa, Duet maut Mas Doni dan Mas Muji

yang bikin Psikologi makin hidup, haha.. makasih lowh mas buat candaannya

di Lab, dan terlebih khusus untuk Pak Gi, yang menginspirasi penulis untuk

mencontoh kerendahan hati dan keramahannya, makasih ya Pak, I Lapp u

pull, haha..

7. Seluruh karyawan yang telah memperlancar proses belajar-mengajar di

Fakultas Psikologi.

8. Mahasiswa dan mahasiswi Psikologi yang mengisi angket, terimakasih atas

kesediaan kalian dalam membantu proses pengambilan data.

9. My sweetest family and the funky crew inside. Papi dan mami terkasih terima

kasih buat doa dan kasih sayang yang sudah diberikan. I Love u both, boru

kalian ini udah jadi sarjana lowh, hahaha... Thanks to my big bro, bang Rud

yang selalu nanyain kapan aku pendadaran dan wisuda, ini ni harinya udah

tiba, hoho.. thanks for your support bro. Untuk dua ade centilku, Qeneyy dan

Ancenn, terima kasih karena sudah mengajariku arti tanggung jawab.

Menjaga kalian itu susah yaaa ternyata, hahaha… Thank you buat keceriaan dan keramaiannya di rumah. You all are my motivation to do all the things

right.

10. Keluarga besar Sinaga Jogja, khususnya IMM. Wahh, kalian emang canggih.

(13)

xii

jalannya selama ini. Inget motto kita ya “Untuk semua hal yang positif, Maju sude!! Ribbakkk” hahaha…

11. Keluarga besar SS yang walaupun baru aku kenal 1 tahun belakangan ini tapi

sudah berhasil memberikan kesan di hatiku, hoho. Terima kasih untuk

kejailan kalian selama ini. I’ll be missing u all.

12. Spice girls alias kepompong. Guys, you are my best friend. Keluarga kecil ini

bener-bener lengkap kaya gado-gado. Ada mami n dady, terima kasih untuk

kemesraan kalian yang perlu dicontoh, haha. Bundaaaa tak kanduang

terimakasih karena sudah mendengarkan keluh kesah ku, jangan nakal yah

bundaa nanti ta’remove lowh, haha. Buat Kentirr, saudara tiri ku, thanks ya beibh buat kenarsisanmu yang mengacaukan hariku, haha :p. Dua cece ku

tersayang, Didi dan Mee, makasih sudah menganggapku ade sekaligus anak

kalian. Yang terakhir untuk asisten tergokil sedunia, bebek dan inem, spicy

jadi berwarna dan ceria karena kalian. Makasih yang sahabat-sahabat ku.

Jangan diingat kalau untuk dilupakan semua kenangan genk centil kita ini,

hahaha…

13. Duo centil, ka Ingga n Cungkring. Thanks ya sudah mencontohkan arti

persahabatan. Buat kaka centil ku, makasih bantuannya setiap kali aku main

ke perpus UGM. Paling heboh ni yaa, terimakasih buat kalian berdua karna

sudah berhasil manas-manasin aku dengan TA kalian, tapi sekarang aku juga

(14)
(15)

xiv

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ……….. iii

HALAMAN MOTTO ………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi

ABSTRAK ………...…vii

ABSTRACT ………...viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……… ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI ………... .xiv

DAFTAR TABEL ………...………..…. .xviii

BAB I. PENDAHULUAN ……….. .1

A. Latar Belakang Masalah ……….1

B. Rumusan Masalah ………...9

C. Tujuan Penelitian ………..10

D. Manfaat Penelitian ………10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 11

A. Prokrastinasi Akademik………...………. 11

1. Pengertian Umum ………...11

(16)

xv

b. Teori Ketakutan Dasar ………..20

c. Teori Psikodinamika ……….23

d. TeoriBehavioristik ………24

e. Teori Cognitive Behavioral ...25

f. Teori Steel ………27

B. Intensitas Mengakses Facebook……….. 31

1. Intensitas Mengakses ………..……….. 31

2. Definisi Jejaring Sosial Maya ……… 31

3. Definisi Facebook ……….. 33

4. Faktor Penyebab Seseorang Mengakses Facebook……… 35

C. Hubungan antara Intensitas Mengakses Facebook dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa ………. 36

D. Hipotesa Penelitian ……….. 41

BAB III. METODE PENELITIAN ……...……….. 42

A. Jenis Penelitian ………. 42

B. Identifikasi Variabel Penelitian .……….. 43

C. Definisi Konseptual ……….. 43

D. Definisi Operasional ………. 44

E. Subjek Penelitian ……….. 45

F. Metode Pengambilan Sampel ………... 46

(17)

xvi

2. Angket Intensitas Mengakses Facebook ……… 53

I. Uji Coba Alat Ukur ……….. 54

J. Validitas dan Reliabilitas ………. 54

1. Validitas ………...……….. 55

2. Reliabilitas ………. 56

K. Seleksi Item ………. 57

L. Metode Analisis Data ……….. 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 61

A. Pelaksanaan Penelitian ……….……… 61

B. Deskripsi Subjek Penelitian ………. 63

C. Hasil Penelitian ……… 63

1. Deskripsi Data Penelitian ………... 63

2. Kategorisasi Skor Skala ………. 64

D. Analisis Data Penelitian ………... 69

1. Uji Asumsi ………. 69

a. Uji Normalitas ………. 69

b. Uji Linearitas ………... 70

2. Uji Hipotesis ………. 70

(18)

xvii

B. Saran ………..77

DAFTAR PUSTAKA………. 79

(19)

xviii

Tabel 1 : Data Jumlah Mahasiswa yang Belum Lulus di Tahun Akademik

2009/2010/Genap ……….. 4

Tabel 2 : Data Jumlah Mahasiswa Psikologi Sanata Dharma ……… 49

Tabel 3 : Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Uji Coba …… 53

Tabel 4 : Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Pada Skala Prokrastinasi Akademik ……… 58

Tabel 5 : Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Uji Coba …….. 59

Tabel 6 : Distribusi Subjek Penelitian ……… 63

Tabel 7 : Deskripsi Data Penelitian ……… 64

Tabel 8 : Kategori dan Distribusi Skor Skala Prokrastinasi Akademik ……. 67

Tabel 9 : Pengelompokkan Intensitas Mengakses Facebook………. 68

Tabel 10 : Hasil Uji Normalitas Sebaran ………. 69

Tabel 11 : Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel ……….. 70

(20)

1

Sebelum membahas lebih jauh mengenai penelitian ini, akan diterangkan

terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang permasalahan,

rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Permasalahan

Mahasiswa mempunyai pola kehidupan yang berbeda dengan pelajar

ataupun mereka yang sudah bekerja. Dalam hal ini, mahasiswa memiliki

tuntutan-tuntutan tersendiri dalam menyelesaikan tugas dan tanggung

jawabnya di dunia perkuliahan. Menurut Ignas (2002), masyarakat abad 21

adalah masyarakat yang terus mengejar kualitas dan keunggulan. Hal ini

secara tidak langsung menuntut mahasiswa untuk mandiri, dewasa,

berprestasi, dan dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu. Namun, kenyataan

yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit mahasiswa yang menyelesaikan

kuliah melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Hal ini terbukti dengan

masih adanya mahasiswa yang belum juga menyelesaikan penulisan

skripsinya meskipun telah mencapai semester belasan.

Ketidakmampuan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan

tanggung jawabnya secara tepat waktu dapat disebabkan oleh kebiasaan

menunda pekerjaan. Kebiasaan ini lebih dikenal dengan istilah prokrastinasi.

(21)

membagi prokrastinasi menjadi dua bagian, yaitu prokrastinasi yang

fungsional dan disfungsional. Sementara itu berdasarkan jenis tugasnya,

prokrastinasi dibagi menjadi dua, yaitu prokrastinasi akademik dan

non-akademik. Dalam studi ini, jenis prokrastinasi yang akan diteliti adalah

prokrastinasi akademik yang disfungsional. Menurut Solomon dan Rothblum

(1984), prokrastinasi akademik yang disfungsional adalah kecenderungan

yang ditunjukkan individu hampir selalu dan selalu dalam menunda tugas

akademik dengan tidak bertujuan sehingga berakibat tidak baik dan

menimbulkan masalah. Sementara itu, seseorang yang mempunyai

kecenderungan untuk menunda, atau tidak dengan segera memulai suatu

pekerjaan ketika menghadapi suatu kerja atau tugas disebut sebagai

prokrastinator.

Menurut Deean (dalam Anna, 2009), ciri utama prokrastinator ialah

kelambanannya dalam melakukan suatu tugas. Para prokrastinator

membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan orang pada umumnya

dalam mengerjakan suatu tugas. Mereka menghabiskan waktu untuk

melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan guna menyelesaikan suatu tugas,

tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Hal ini

mengakibatkan para prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam

memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh diri sendiri maupun oleh

orang lain. Tanpa disadari, prokrastinator telah merusak dirinya sendiri

(22)

melewatkan kesempatan-kesempatan yang mungkin tidak akan terulang

(Burka & Yuen, 1983).

Ferrari, profesor psikologi dari De Paul University di Chicago, dan

Pychyl, professor psikologi dari Carleton University Ottawa menyebutkan

bahwa sekitar 20 % masyarakat Amerika mengidentifikasikan dirinya sebagai

pengidap kronis prokrastinasi. Sementara itu, Ellis dan Knaus (dalam Ferrari,

dkk, 1995) menemukan bahwa 25% -75 % pelajar di seluruh dunia

melakukan prokrastinasi. Ahli lain, yaitu Solomon dan Rothblum (1986)

melalui penelitian mereka menemukan bahwa 95 % pelajar yang diteliti

merupakan prokrastinator. Tidak kalah mengejutkan juga ketika Rivzi (1996)

melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah

Mada dan menemukan 69 % subjek melakukan prokrastinasi, 11 %

diantaranya digolongkan sebagai prokrastinator pada taraf berat.

Di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, ditemukan

beberapa indikasi adanya perilaku prokrastinasi akademik pada kalangan

mahasiswa. Berdasarkan data statistik masa kuliah mahasiswa Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma (tabel 1), dapat dilihat bahwa sebagian

besar mahasiswa membutuhkan waktu yang melebihi batas normal untuk

(23)

Tabel 1

Catatan. Diambil dari “Sekretariat Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, 2010

Ada beberapa faktor yang menyebabkan individu melakukan

penundaan, salah satunya ialah hadirnya revolusi di bidang informasi. Internet

sebagai wadah pertukaran informasi antar masyarakat dapat menjadi salah

satu bukti adanya revolusi informasi. Menurut Drucker (1999), jaringan

internet merupakan pokok utama bagi distribusi saluran barang, jasa, dan

secara mengejutkan juga pekerjaan-pekerjaan manajerial dan professional.

Tetapi dampak yang diakibatkan akan secara lebih besar terjadi pada

masyarakat, dalam kaitannya terhadap bagaimana kita melihat dunia dan diri

kita di dalamnya. Menurut Drucker, salah satu akibat yang dapat ditimbulkan

ialah semakin menjalarnya kebiasaan menunda-nunda pekerjaan akibat

ketagihan menggunakan layanan internet.

Indonesia sebagai salah satu negara yang menjadi bagian dari

hadirnya internet tentunya tidak terlepas dari berbagai akibat yang

ditimbulkan oleh maraknya penggunaan internet tanpa kontrol tersebut.

Secara mendasar, Greenfield (dalam Elia, 2009) menjelaskan bahwa internet

(24)

suara, ketidakterbatasan informasi, dan kesegaraan respons yang membuat

individu tertarik untuk membukanya. Godaan daya tarik internet akan terus

berlangsung bahkan saat seseorang tidak sedang terhubung dengan internet.

Hal inilah yang membuat internet secara negatif dapat berujung pada

penundaan dalam mengerjakan tugas. Senada dengan hal tersebut, Ardana

(2009) mengemukakan bahwa orang yang ketagihan menggunakan internet

akan memilih untuk melarikan diri dari masalah dan depresinya ke internet.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di Work Station

Kampus 3 Universitas Sanata Dharma pada tanggal 10 Maret 2010

menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang mengakses internet di

Work Station membuka situs-situs jejaring sosial. Ironisnya keadaan ini

terjadi justru di jam-jam aktif perkuliahan sehingga membuat pihak Work

Station mengeluarkan peraturan yang membatasi waktu penggunaan

situs-situs jejaring sosial ini dengan cara memblokirnya di jam-jam tertentu.

Situs-situs jejaring sosial ini baru dapat diakses di kampus setelah pukul empat

sore. Hal ini dilakukan mengingat pada jam-jam tersebut mahasiswa dinilai

efektif untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab perkuliahannya.

Chas (2008) menggambarkan penggunaan akses internet tanpa kontrol

melalui hasil riset global yang dilakukan oleh Universal McCann di 29 negara

hingga Maret 2008 lalu. Riset ini menunjukkan bahwa 73% pengguna internet

global membaca blog yang saat ini berjumlah 184 juta blog. Sebanyak 57%

pengguna internet juga bergabung dengan berbagai jaringan online sosial

(25)

ditinjau lagi, 55% dari mereka meng-upload foto dan 22% meng-upload

video pada jaringan-jaringan online sosial tersebut. Sementara itu, lama

penggunaan per hari mencapai 1,1 miliar menit dengan pengguna empat juta

jiwa pada tahun 2008. Di tahun 2009 terjadi perubahan drastis dalam

penggunaan situs jejaring sosial, yaitu telah mencapai lebih dari 3 miliar

menit dengan pengguna 18 juta jiwa.

Daya hipnotis internet semakin diperkuat dengan hadirnya beragam

interaksi pada media ini, baik itu antar individu maupun antar komunitas

dengan berbagai kepentingan tertentu. Salah satu media pertukaran informasi

di dunia maya adalah melalui situs-situs jejaring sosial seperti Friendster,

Twitter ataupun Facebook. Hadirnya situs jejaring sosial menambah

keunggulan media internet dibanding media komunikasi lainnya sekaligus

juga membuat para penggunanya seolah tidak ingin jauh dari situs jejaring

sosial yang dimilikinya. Menurut Douglas (dalam Elia, 2009), hal ini

didukung pula oleh semakin murah dan mudahnya koneksi internet,

tersebarnya jaringan, serta semakin tersedianya peralatan komputer,

handphone, iPhone, maupun BlackBerry. Maraknya penjualan media

komunikasi seperti ini semakin memudahkan masyarakat untuk mengakses

internetkapan saja dan di mana saja.

Salah satu situs jejaring sosial yang tengah diminati oleh masyarakat

Indonesia saat ini adalah Facebook. Ardana (2009) bahkan mencatat

Facebook sebagai social network service peringkat teratas yang paling

(26)

tiga miliar menit per hari. Senada dengan hal tersebut, surat kabar harian

Kompas (dalam “Revolusi Informasi”, 2009) juga mencatat bahwa pada

tahun 2008, Indonesia masuk sebagai negara yang mengalami pertumbuhan

Facebook tertinggi di dunia, yaitu mencapai 40 %. Pertumbuhan pengguna

Facebook di Indonesia per Maret 2009 mencapai 1,4 juta jiwa sehingga

menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki anggota Facebook

terbanyak se-Asia dan terbanyak kelima di dunia.

Menurut Ardana (2009), Facebook atau lebih dikenal dengan istilah

FB merupakan salah satu situs jejaring sosial yang dibuat oleh Mark

Zuckerberg, seorang mahasiswa di Harvard University dan diluncurkan pada

4 Februari 2004. Tiga bulan setelah diluncurkan, lebih dari setengah jumlah

mahasiswa Harvard telah bergabung menjadi anggota FB. Kurang dari empat

bulan, 30 kampus telah ikut bergabung dan saat ini FB sudah diterjemahkan

dalam 40 bahasa dengan pengguna aktif lebih dari 175 juta jiwa di seluruh

dunia. Hampir semua pengguna internet telah mengenal bahkan memiliki

account di FB. Fenomena ini membuat FB dinilai mampu membuat sejarah

baru dalam perkembangan situs jejaring sosial.

Aktivitas para pengguna bersama FB telah dimulai sejak bangun tidur,

ketika sampai di kantor atau kampus, sambil bekerja atau kuliah bahkan

hingga pulang dari kantor atau kampus. Dapat dikatakan bahwa aktivitas

sehari - hari kini tidak bisa lepas dari FB. Hal senada muncul melalui

pengakuan dari beberapa reponden yang dimuat di surat kabar harian

(27)

hanya untuk melihat pesan, komentar atau status terbaru dari teman - teman

mereka di jejaring FB. Mereka mengaku tidak ingin kehilangan informasi

mengenai kondisi terkini di dunia FB walaupun sedang bekerja atau kuliah

(dalam “Kecanduan Internet”, 2009). Hal lain yang juga tampak di Makassar

dimana sejumlah warung internet (warnet) di Makassar dipadati oleh siswa

SMP dan SMA yang asyik ber-FB ria. Selain itu para pelajar sekolah

menengah di Makassar juga terlihat memenuhi kafe yang memiliki fasilitas

wi-fi agar dapat membuka FB sambil menikmati hidangan makan siang

mereka (dalam “Warnet Dipenuhi”, 2009).

Fakta ini seolah memperkuat pendapat seorang ahli bernama

Schouwenburg (dalam Ferrari, dkk, 1995) yang menyatakan bahwa individu

memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Selain itu,

Pychyl (2001) juga menilai bahwa individu akan memilih untuk melarikan

diri dari masalah ke internet. Hal inilah yang kemudian dapat memunculkan

penundaan dalam menyelesaikan tugas. Senada dengan hal tersebut, Anna

(2009) berpendapat bahwa sebagian besar masyarakat memiliki

kecenderungan untuk menunda-nunda menyelesaikan pekerjaan, dan hanya

sedikit dari mereka yang khawatir ketika menunda pekerjaan yang seharusnya

segera diselesaikan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera

melakukan tugasnya, tetapi justru menggunakan waktu yang dimiliki untuk

melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan

(28)

berhubungan dengan kegiatan yang sedang dikerjakan, ngobrol, ber-online ria

ataupun jalan-jalan.

Uraian sebelumnya menunjukkan bahwa jejaring internet tidak hanya

bersifat menghubungkan, melainkan juga dapat menjadi perangkap bagi

penggunanya. Hampir 20% pengguna internet terlibat dengan satu atau lebih

masalah pengabaian diri, perilaku mengecek dan mengklik terus-menerus,

terisolasi secara sosial dan menghindari orang lain, hilangnya produktivitas,

depresi, problem pernikahan, penyalahgunaan internet di tempat kerja, dan

kegagalan studi (dalam “Statistik Asosiasi”, 2007). Internet telah menjadi

persoalan yang serius bagi banyak orang. Jika dikaitkan dengan prokrastinasi,

sifat menunda-nunda ini sudah ada sejak awal kebudayaan manusia yang

apabila dibiarkan dapat menimbulkan masalah yang tidak kalah serius. Para

prokrastinator lebih rentan terkena stres dan masalah kesehatan akut

dibandingkan mereka yang mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ini

merupakan permasalahan yang harus dicermati secara serius guna

menghindari dampak negatif dari penggunaan Facebook, khususnya pada

munculnya perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adala sebagai berikut:

“Apakah ada hubungan yang positif antara intensitas mengakses Facebook

(29)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

positif antara Intensitas Mengakses Facebook dengan Prokrastinasi Akademik

pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara

teoretis maupun praktis :

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu melihat hubungan

antara intensitas mengakses Facebook dengan prokrastinasi akademik.

Selanjutnya bukti empiris dari penelitian ini diharapkan dapat menggugah

semangat para peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai

masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan situs jejaring sosial dan

prokrastinasi akademik pada pelajar. Bagi ilmu psikologi, penelitian ini dapat

memberikan kontribusi dalam mempelajari kajian yang berkaitan dengan

psikologi pendidikan.

Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai

prokrastinasi dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, sehingga pada masa

mendatang dapat diusahakan program-program yang bertujuan untuk

(30)

11

Dalam bab ini dibahas tinjauan kepustakaan yang berkaitan dengan

intensitas mengakses Facebook dan prokrastinasi akademik. Kemudian

dipaparkan juga beberapa teori untuk menunjukkan hubungan antara keduanya.

A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Umum

Secara harafiah berasal dari kata “procrastinare” dalam bahasa latin

yang berarti menunda sampai hari berikutnya. Ferrari, dkk (1995)

menerjemahkannya sebagai perilaku penundaan sampai hari nanti, yang

identik dengan bentuk kemalasan dalam masyarakat. Berbeda dengan Ferrari

yang menyebutkan prokrastinasi sebagai perilaku negatif, The Oxford

English Dictionary (dalam Ferrari, dkk, 1995) mengartikan prokrastinasi

secara positif, yakni penundaan yang dipilih secara bijaksana untuk

menunggu saat yang tepat. Disini pengertian prokrastinasi lebih merujuk pada

tuntutan untuk kesempurnaan tugas dengan optimal.

Prokrastinasi pada dasarnya dapat terjadi di setiap aktivitas kehidupan

manusia. Beberapa individu menganggap prokrastinasi sebagai salah satu

masalah yang sulit dihilangkan, namun bagi individu yang lain prokrastinasi

(31)

baik. Untuk memahami prokrastinasi secara umum, berikut terdapat beberapa

definisi prokrastinasi dari para ahli, antara lain :

Solomon & Rothblum (1984)

Prokrastinasi adalah fakta mengenai penundaan tugas secara tidak

bertujuan guna menghindari ketidaknyamanan individu

Lay (1986)

Prokrastinasi adalah kecenderungan irasional dalam menunda sesuatu

yang seharusnya dikerjakan

Stell (2005)

Prokrastinasi adalah menunda dengan sukarela pengerjaan tugas

meskipun tahu hasilnya akan lebih buruk

Dari definisi yang dijabarkan oleh para ahli tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa prokrastinasi secara umum merupakan tingkah laku

menunda yang dilakukan oleh individu terhadap suatu aktivitas yang harus

dilakukannya. Tingkah laku menunda tersebut dapat berupa penundaan dalam

memulai atau untuk menyelesaikan aktivitas. Pada umumnya para ahli lebih

sepakat mengartikan prokrastinasi dalam konotasi negatif, dengan

menyebutnya sebagai penundaan yang tidak berguna (needless) dalam

penyelesaian tugas. Para prokrastinator sering melakukan penundaan dan

menggantinya dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna, misalnya

keluyuran, menonton televisi, mengobrol, dan kegiatan lain yang bersifat

(32)

Penundaan yang dilakukan sebenarnya tidak perlu terjadi. Melalui hal

tersebut, mereka mencoba mengatakan bahwa prokrastinasi adalah tingkah

laku yang dilakukan untuk menghindari sesuatu, dan bukan tingkah laku yang

terjadi dikarenakan tidak tersedianya waktu. Penundaan ini telah menjadi

suatu kebiasaan yang dilakukan oleh individu tersebut. Kebiasaan

menunda-nunda pekerjaan terjadi karena ada faktor-faktor dalam diri individu yang

mendorongnya untuk melakukan prokrastinasi. Hal ini menunjukkan adanya

konsistensi dari individu untuk melakukan prokrastinasi dengan alasan

tertentu.

Berdasarkan alasan-alasan tertentu tersebut, Ferrari, dkk (1995)

membagi prokrastinasi menjadi dua bagian, yaitu:

a) functional procrastination, yaitu penundaan mengerjakan tugas yang

bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat.

b) dysfunctional procrastination, yaitu penundaan yang tidak bertujuan,

berakibat tidak baik dan menimbulkan masalah.

Dari dysfunctional procrastination, Ferrari, dkk (1995) membagi

kembali menjadi dua bentuk prokrastinasi berdasarkan tujuan individu

melakukan prokrastinasi, yaitu decisional procrastination dan avoidance

procrastination.

a) Decisional procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil

keputusan. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam

(33)

individu, sehingga akhirnya seseorang memutuskan untuk menunda

menyelesaikan masalah. Decisional procrastination berhubungan dengan

kelupaan, kegagalan proses kognitif. Akan tetapi, tidak berkaitan dengan

kurangnya tingkat intelegensi seseorang.

b) Avoidance procrastination atau Behavioral procrastination adalah suatu

penundaan dalam perilaku yang tampak. Penundaan dilakukan sebagai

suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa kurang menyenangkan

dan sulit untuk dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari

kegagalan yang akan memberikan penilaian negatif kepada dirinya.

Avoidance procrastination berhubungan dengan tipe self presentation,

keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang, dan

impulsiveness.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan

bahwa prokrastinasi didefinisikan sebagai suatu penundaan yang dilakukan

secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang

tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas. Prokrastinasi dapat dibedakan

menjadi dua jenis berdasarkan alasan dari penundaan, yaitu prokrastinasi

yang fungsional dan disfungsional. Prokrastinasi fungsional merupakan

penundaan yang disertai alasan yang kuat, mempunyai tujuan yang pasti

sehingga tidak merugikan, bahkan berguna untuk melakukan suatu upaya

konstruktif agar suatu tugas dapat diselesaikan dengan baik. Sedangkan

(34)

merugikan. Pada akhirnya dalam penelitian ini, pengertian prokrastinasi

dibatasi sebagai suatu penundaan yang dilakukan secara sengaja dan

berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam

pengerjaan tugas, dengan jenis disfunctional procrastination, yaitu penundaan

yang dilakukan pada tugas yang penting dengan tidak bertujuan, dan bisa

menimbulkan akibat yang negatif, baik dalam kategori decisional

procrastination atau avoidance procrastination.

Dalam ruang lingkup akademis, menurut Lee (2005) prokrastinasi

adalah salah satu perilaku yang sering muncul pada era akademis, dan

mungkin berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh banyak

mahasiswa. Solomon dan Rothblum (1984) menunjukkan bahwa mahasiswa

yang sering melakukan prokrastinasi percaya bahwa kecenderungan mereka

untuk prokrastinasi secara signifikan berdampak pada akademis mereka,

kemampuan untuk menguasai materi kuliah, dan kualitas hidup mereka.

Solomon, Rothblum, dan Murakami (dalam Ferrari, dkk, 1995) juga

mengusulkan bahwa prokrastinasi mungkin merugikan untuk kerja akademis,

kemungkinan mengarah pada pengunduran diri dan rendahnya nilai akademis.

Wesley (dalam Ferrari, dkk, 1995) mendukung penemuan ini dengan

mengatakan bahwa prokrastinasi merupakan prediktor negatif dari nilai

rata-rata mahasiswa.

Oleh karena banyaknya masalah prokrastinasi yang timbul dalam

lingkungan akademis, maka dalam penelitian ini akan lebih berfokus pada

(35)

dengan prokrastinasi akademik. McCown, dan Roberts (dalam Ferrari, dkk,

1995) berpendapat bahwa lingkungan akademis merupakan salah satu area

kehidupan manusia yang menjadi fokus penelitian prokrastinasi, selain di

lingkungan kerja. Pemahaman mengenai prokrastinasi akademik secara garis

besar tidak berbeda jauh dengan pemahaman prokrastinasi yang telah

disampaikan sebelumnya. Berikut adalah beberapa definisi prokrastinasi

akademik yang dijabarkan oleh beberapa ahli, antara lain:

Ferrari & Scher (2000)

Prokrastinasi akademik adalah penundaan dalam memulai pengerjaan

tugas dan/atau kegagalan dalam menyelesaikan suatu tugas yang ada

pada individu

Milgram, Batori & Mowrer (2001)

Prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk menunda atau

menghindar dari tugas sekolah dan kegiatan belajar

Rothblum (1986)

Prokrastinasi akademik adalah penundaan tugas yang berhubungan

dengan studi, kerja atau penyelesaian tugas akademik

Berdasarkan definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

prokrastinasi akademik menitikberatkan pada penundaan tugas-tugas

akademis termasuk kegiatan belajar. Adapun pengertian dari prokrastinasi itu

sendiri tetap sebagai tingkah laku untuk menunda atau menghindar yang telah

(36)

akademik merupakan tingkah laku menunda untuk memulai atau

menyelesaikan suatu tugas akademik. Oleh karena itu, definisi prokrastinasi

disfungsional akademik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkah

laku menunda yang dilakukan oleh mahasiswa dalam mengerjakan ataupun

menyelesaikan tugas-tugas akademik dengan tidak bertujuan sehingga

berakibat tidak baik dan menimbulkan masalah.

2. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik

Ferrari, dkk (1995) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku

penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator

tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-cirinya sehingga dapat

membedakannya dengan perilaku lain. Ciri-ciri tersebut antara lain berupa:

a) Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang

dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas

yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya.

Akan tetapi, ia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau

menunda-nunda untuk menyelesaikannya sampai tuntas, jika sudah mulai

mengerjakan sebelumnya.

b) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Individu yang melakukan

prokrastinasi, memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang

dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang

prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk

(37)

tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa

memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Terkadang

tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil dalam

menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti

lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi

ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.

c) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang

prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang

prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi

deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun

rencan-rencana yang telah dibuatnya sendiri. Seseorang mungkin telah

merencanakan untuk memulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah

ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga segera

melakukannya sesuai dengan apa yang direncanakan, sehingga

menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan

tugas secara memadai.

d) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan

tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak

segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang

dimiliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih

menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membuka Facebook,

(38)

tidak berhubungan dengan kegiatan yang sedang dikerjakannnya,

ngobrol, jalan, mendengarkan musik dan sebagainya, sehingga menyita

waktu yang dimiliki untuk mengerjakan tugas yang harus

diselesaikannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi disfungsional akademik

adalah suatu perilaku penundaan yang dapat diukur dan diamati ciri-cirinya,

antara lain penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada

tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan

waktu antara rencana dan kinerja aktual, serta melakukan aktivitas lain yang

lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang dikerjakan.

3. Teori Penyebab Prokrastinasi

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai perspektif teoretis mengenai

prokrastinasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain :

a. Teori Magnetik

Bernard (dalam Ema, 2007) menggunakan istilah magnetik untuk

menandakan adanya suatu ciri yang khas dari tingkah laku prokrastinasi.

Hal ini dapat diilustrasikan sebagai gaya tarik menarik antar magnet.

Individu yang seharusnya mengerjakan tugas, tiba-tiba mendapat daya

tarik dari magnet tertentu (dalam hal ini aktivitas lain) sehingga ia

menjauhi tugas yang seharusnya dikerjakan dan justru mengikuti aktivitas

lain yang tidak berhubungan sehingga pada akhirnya tugas utamanya tidak

(39)

Bernard (dalam Ema, 2007) mengemukakan sepuluh faktor yang

bertindak sebagai magnet yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi.

Faktor-faktor tersebut adalah (1) kecemasan, (2) mencela diri sendiri (

self-depriciation), (3) toleransi yang rendah terhadap tugas (low discomfort

tolerance), (4) mencari kesenangan (pleasure seeking), (5) disorganisasi

waktu, (6) disorganisasi lingkungan, (7) pendekatan yang kurang baik

terhadap tugas (poor task approach), (8) perilaku asertif yang rendah, (9)

antipati terhadap individu lain, serta (10) stres dan kelelahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi

berbeda-beda pada tiap individu. Individu dapat melakukan prokrastinasi

akibat satu faktor saja ataupun lebih dari satu faktor. Faktor manapun yang

dimiliki individu, faktor tersebut menariknya untuk menjauhi tugas yang

dituju dan disaat bersamaan mendatangi tugas lain yang lebih

menyenangkan. Hal ini membuat tugas yang hendak dikerjakan pada

awalnya menjadi tertunda dan terjadilah prokrastinasi.

b. Teori Ketakutan Dasar

Burka dan Yuen (1983) mengatakan bahwa prokrastinasi

digunakan sebagai strategi untuk melindungi diri dari ketakutan-ketakutan

yang mendasar atau dari ancaman-ancaman. Adapun ketakutan dasar

(basic fears) tersebut terdiri dari lima jenis, yaitu ketakutan akan

kegagalan (fear of failure), ketakutan akan keberhasilan (fear of success),

(40)

ketakutan akan keterkungkungan (fear of attachment), dan ketakutan akan

keterasingan (fear of separation). Apapun jenis ketakutan dasar yang

dimiliki individu, akan membuatnya merasa “aman” ketika menunda untuk

memulai ataupun menyelesaikan tugasnya. Prokrastinasi menjadi salah

satu cara yang dianggap individu tersebut cukup ampuh untuk menjaga

harga dirinya. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai katakutan

dasar tersebut.

1) Ketakutan akan kegagalan (fear of failure)

Fear of failure dapat diartikan sebagai adanya kekhawatiran yang

berlebihan terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan. Faktor ini

melibatkan adanya faktor kognitif seperti berpikir bahwa tidak

melakukan sesuatu adalah lebih baik (lebih tidak menyakitkan) daripada

melakukan dan gagal; adanya harapan yang terlalu tinggi pada dirinya

sehingga khawatir akan kemungkinan tidak dapat memenuhi harapan

tersebut, dan lebih baik tidak melakukan daripada membiarkan individu

lain tahu akan kekurangan dirinya.

2) Ketakutan akan keberhasilan (fear of success)

Berlawanan dengan faktor sebelumnya, fear of success adalah adanya

ketakutan akan akibat yang mungkin didapat dari keberhasilan yang

dicapai. Faktor ini melibatkan hal-hal seperti khawatir bahwa sukses

akan mendatangkan tuntutan yang lebih besar, khawatir akan dijauhi

(41)

merasa tidak pantas mendapatkan keberhasilan, atau menganggap

dirinya sempurna namun merasa bersalah akan hal itu.

3) Ketakutan akan kehilangan kontrol atas diri (fear of losing the battle)

Fear of losing the battle dapat diartikan sebagai adanya suatu

kekhawatiran yang berlebihan akan kehilangan kontrol terhadap

dirinya. Hal-hal yang ditentukan oleh individu lain (seperti batas waktu,

aturan-aturan) dilihat sebagai suatu usaha menghilangkan kontrol

individu terhadap dirinya.

4) Ketakutan akan keterkungkungan (fear of attachment)

Untuk kedua faktor yang terakhir ini lebih berkaitan dengan comfort

zone. Fear of attachment menunjukkan adanya kekhawatiran akan

menjadi terkungkung atau terbatasi kedekatannya dengan orang lain

akibat mengerjakan tugas.

5) Ketakutan akan keterasingan (fear of separation)

Fear of separation adalah dimana individu merasa terlalu khawatir akan

menjadi sendirian. Prokrastinasi memberikan indikasi pada individu

lain bahwa individu membutuhkan bantuan. Mahasiswa misalnya,

menunda kelulusan karena tidak ingin meninggalkan statusnya dan

mempertahankan “perlindungan” dari fakultas dan dosen, atau karena

sulit membuat keputusan walaupun sudah mendapatkan banyak saran

(42)

c. Teori Psikodinamika

Teori Psikodinamika yang dikemukakan Ferrari (dalam Ratna,

1999) menyebutkan bahwa munculnya prokrastinasi tidak terlepas dari

trauma masa kanak-kanak dan kesalahan dalam pengasuhan anak.

Pengalaman masa kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangan proses

kognitif individu ketika dewasa, terutama trauma. Individu yang pernah

mengalami trauma akan suatu tugas tertentu, misalnya gagal

menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi

ketika dihadapkan pada suatu tugas yang sama. Individu tersebut akan

teringat pada pengalaman kegagalan maupun perasaan tidak

menyenangkan yang pernah dialami di masa lalu sehingga membuatnya

menunda mengerjakan tugas sekolah, yang dipersepsikannya akan

mendatangkan perasaan seperti yang dialaminya di masa lalu. Sementara

itu, orangtua yang terlalu menuntut prestasi (dalam bidang apapun) dari

anak akan memunculkan kecemasan, kekhawatiran dan ketidakberartian

anak manakala tidak bisa memenuhi harapan mereka. Hal ini pada

akhirnya akan memicu anak untuk menunda-nunda dalam melakukan

pekerjaan.

Berkaitan dengan konsep tentang penghindaran dalam tugas, Freud

(dalam Ferrari, dkk, 1995) mengatakan bahwa seseorang yang dihadapkan

pada tugas yang mengancam ego pada alam bawah sadarnya akan

menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Perilaku penundaan atau

(43)

mekanisme pertahanan diri. Bahwa individu secara tidak sadar melakukan

penundaan, untuk menghindari penilaian yang dirasakan akan mengancam

keberadaan ego atau harga dirinya. Akibatnya, tugas yang cenderung

dihindari atau yang tidak diselesaikan adalah jenis tugas yang mengancam

ego seseorang, misalnya tugas-tugas di sekolah, seperti tercermin dalam

perilaku prokrastinasi akademik, sehingga bukan semata karena ego yang

membuat individu melakukan prokrastinasi akademik.

d. Teori Behavioristik

Teori behavioristik menyatakan bahwa prokrastinasi muncul akibat

proses pembelajaran. Menurut Ferrari (dalam Ratna, 1999), individu

melakukan prokrastinasi akademik karena ketiadaan sangsi atau hukuman

(punishment) untuk pelaku, yang terjadi secara berulang-ulang. Selain itu,

Bijou (dalam Ferrari, dkk, 1995) mengemukakan bahwa individu yang

pernah merasakan kesuksesan dalam melakukan tugas dengan penundaan,

akan cenderung mengulangi lagi perbuatannya. Sukses ini dijadikan

reward untuk mengulangi perilaku yang sama di masa yang akan datang.

Menurut McCown dan Johnson (dalam Ferrari, dkk, 1995), adanya

obyek lain yang memberikan reward lebih menyenangkan daripada objek

yang diprokrastinasi dapat memunculkan perilaku prokrastinasi akademik.

Individu yang memandang bermain video game lebih menyenangkan

daripada mengerjakan tugas akan lebih sering memprokrastinasi tugas

(44)

prokrastinasi akademik juga cenderung dilakukan pada jenis tugas yang

mempunyai punishment atau konsekuensi dalam jangka waktu yang lebih

lama daripada tugas yang tidak ditunda. Hal ini terjadi karena punishment

yang akan dihadapi kurang begitu kuat untuk menghentikan perilaku

prokrastinasi, misalnya ketika individu diminta untuk memilih menunda

belajar ujian semester atau menunda untuk mengerjakan pekerjaan rumah

mingguan, maka kecenderungan untuk menunda belajar dalam

menghadapi ujian semeseter lebih besar daripada menunda mengerjakan

pekerjaan rumah mingguan. Hal ini terjadi karena resiko nyata yang

dihadapi saat menunda mengerjakan pekerjaan rumah lebih pendek

daripada belajar untuk ujian.

e. Teori Cognitive Behavioral

Teori Cognitive Behavioral lebih detil dalam menjelaskan

prokrastinasi. Teori ini menyebutkan bahwa munculnya prokrastinasi

dikarenakan adanya kesalahan dalam berpikir atau adanya pikiran-pikiran

yang irasional terhadap tugas, seperti takut gagal dalam penyelesaian

(Solomon & Rothblum, 1984). Lebih lanjut teori ini menjelaskan

alasan-alasan logis mengapa prokrastinasi muncul, yaitu:

1) Kepercayaan irrasional. Prokrastinator menilai bahwa standar yang

ada terlalu tinggi sedangkan kemampuannya tidak sebanding dengan

standar yang ditetapkan, sehingga kegagalan itu sesuatu yang tidak

(45)

untuk menghadapi kegagalan sehingga ia mengambil jalan untuk

menunda menyelesaikan tugas. Ferrari, dkk (1995) menguatkan hal ini

dengan hasil penelitiannya pada mahasiswa di Amerika bahwa

penyebab munculnya prokrastinasi di kalangan mahasiswa adalah

takut gagal (fear of failure).

2) Locus of control. Individu yang memiliki kendali diri internal

cenderung tidak melakukan prokrastinasi atau prokrastinasinya

rendah. Sebaliknya, individu yang memiliki kendali diri eksternal

cenderung melakukan prokrastinasi (Rivzi, 1998).

3) Learned helplessness. Seseorang yang merasa tidak berdaya dengan

tugas-tugas yang dihadapi karena sering kecewa dengan hasil yang

diperoleh sebelumnya akan mudah melakukan prokrastinasi karena

baginya hal itu lebih aman.

4) Perfeksionisme yang irrasional. Prokrastinator selalu berdalih bahwa

ia butuh banyak waktu untuk melengkapi tugas sehingga dapat

menyajikan tugas dengan lebih sempurna. Irrasionalitas itu tampak

dari standar yang ditetapkan oleh individu sendiri, yang notabene

(46)

f. Teori Steel

Penyebab prokrastinasi cukup kompleks dan teori yang

dikembangkan oleh Steel (2005) mencoba menerangkan beberapa faktor

penyebab prokrastinasi yaitu :

1) Seberapa pentingnya tugas tersebut bagi individu

2) Keinginan atau ketertarikan tugas tersebut bagi individu

3) Keinginan seseorang untuk menunda

4) Waktu yang tersedia dalam mengerjakan tugas

Berikut adalah ilustrasi dari penyebab prokrastinasi.

Gambar 1 Penyebab Prokrastinasi

Tinggi Rendah

berperan dalam mempengaruhi perilaku prokrastinasi adalah faktor

keinginan seseorang untuk menunda. Faktor ini dijabarkan oleh Steel

(47)

Gambar 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keinginan untuk Melakukan Prokrastinasi

Berikut adalah penjelasan dari setiap faktor :

1) Aversion to the task

Beberapa prokrastinasi akademik berhubungan dengan penghindaran

diri terhadap tugas yang tidak menyenangkan. Mahasiswa bisa saja

memiliki kemampuan untuk mengerjakan, namun tidak berkeinginan

untuk segera memulai atau menyelesaikan tugas akademik yang

dimilikinya. Karena mahasiswa tersebut menyadari akan adanya

ancaman dari tugas (seperti akan menyita waktu, mengeluarkan beaya

yang besar untuk mencari data, dll).

2) Worry about failure

Beberapa mahasiswa merasa cemas dengan hasil yang akan diperoleh

setelah mengerjakan tugas akademik. Mereka ingin mendapatkan nilai

yang sempurna dan tidak menginginkan adanya kecacatan dari tugas

yang dikerjakan. Sehingga pada akhirnya mereka menunda untuk

(48)

menyelesaikan karena selalu muncul kekhawatiran akan

kesempurnaan tugasnya.

3) Depression or mood related

Faktor ini berhubungan dengan mood, atau dalam beberapa kasus

berkaitan dengan depresi yang dialami pelaku prokrastinasi. Dalam

kaitannya dengan mood, individu akan menunda mengerjakan atau

menyelesaikan tugas jika mood-nya belum positif. Jadi selama mood

-nya negatif, mereka akan melakukan prokrastinasi.

4) Rebellion

Merupakan perlawanan atau respon terhadap suatu tugas karena tugas

tersebut dirasa tidak adil dalam proporsi, tidak penting, dan terlalu

banyak diberikan di suatu waktu. Sehingga individu akan melakukan

prokrastinasi sebagai bentuk perlawanan terhadap tugas yang

diterimanya.

5) Impulsiveness

Blatt dan Quinn (1967) mengatakan bahwa individu yang impulsif

akan berkecenderungan untuk melakukan prokrastinasi, selama

mereka sibuk dengan suatu kejadian pada saat ini, dibandingkan apa

yang terjadi di masa depan. Sehingga perhatian mereka mudah beralih

pada apa yang mereka lihat daripada tugas yang dikerjakan. Dengan

kata lain, individu yang impulsif mudah sekali ter-distract. Mereka

akan sulit untuk memfokuskan diri, yang pada akhirnya berimbas pada

(49)

6) Time management issue

Faktor ini sangat sesuai pada konteks akdemik. Misalnya, seorang

mahasiswa yang baru saja memulai aktivitas akademik setelah liburan

panjang. Mereka akan terbiasa dengan aturan waktu yang lebih

longgar (tidak ada deadline tugas) sehingga mempersepsikan waktu

dengan santai. Masalah muncul ketika mereka mendapat suatu tugas

akademik, dan mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas tersebut

(menunda menyelesaikan) karena konteks waktu mereka yang lebih

longgar, sedangkan tugas tersebut memiliki tenggang waktu untuk

dikumpulkan.

7) Environmental factors

Penelitian Onwuegbuzie dan Jiao (2000) menunjukkan bahwa

individu yang berada pada suatu lingkungan tertentu akan

mempengaruhi kecenderungan prokrastinasinya. Misalnya, ketika

berada di dalam perpustakaan beberapa individu cenderung tidak

fokus dengan tugasnya (mencari teori), namun justru tertarik dengan

buku-buku lain yang tidak berkaitan dengan tugasnya tersebut.

8) Enjoy working under pressure

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat individu yang

merasa senang dan tertantang ketika bekerja dalam tekanan. Dalam

hal ini adalah bekerja menjelang batas akhir pengumpulan tugas.

Mereka merasa mendapatkan ide-ide kreatif jika berada dalam tekanan

(50)

B. Intensitas Mengakses Facebook 1. Intensitas Mengakses

Menurut Tim Penyusun Kamus (1988), arti kata intensitas adalah

keadaan (tingkatan, ukuran) intensnya (kuatnya, beratnya). Wikipedia

menerjemahkan intensitas sebagai ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Sementara itu, Drever (1986) menyebutkan intensitas sebagai aspek kuantitatif perasaan (atau pelengkap

perasaan), atau berapa banyak kualitas arti khusus, tidak boleh dikacaukan

dengan besar atau ukuran tempat, atau dengan intensitas atau kuantitas

ransangan fisik.

Menurut P. Salim dan Y. Salim (1991), kata mengakses berasal dari

kata akses yang berarti jalan untuk memasuki suatu tempat atau jalan masuk

satu-satunya.

Berdasarkan dua pengertian tersebut, intensitas mengakses yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah lamanya mengakses (Facebook)

dalam kurun waktu satu minggu dengan satuan ukur jam.

2. Definisi Jejaring Sosial Maya

Boyd dan Ellison (2007) mendefinisikan jejaring sosial maya sebagai

situs layanan yang memperbolehkan penggunanya untuk membangun profil

publik atau profil semi publik dalam sistem yang mengikat dan dapat

menyambungkan pengguna dengan jaringannya serta dapat melihat daftar

(51)

mendefinisikan jejaring sosial maya sebagai situs yang mendorong

penggunanya untuk berinteraksi serta membangun jaringan dengan pengguna

lain. Interaksi yang dilakukan dapat melalui berbagai bentuk, yaitu:

a. Email : mengirim pesan elektronik ke pengguna lain

b. Blog (web lob) posting : pengisian jurnal secara online

c. Comment posting : pengiriman respon terhadap gambar, layout halaman,

atau video musik yang telah dipilih oleh sesama pengguna layanan

d. Instant messaging : percakapan secara real time antara dua orang yang

berhubungan (percakapan dengan banyak orang yang terjadi dalam satu

waktu)

e. Picture, video dan music sharing : menggunggah serta mengirimkan

lagu, video klip, serta gambar melalui email

f. Gaming : bertemu dengan pemain lain secara online dan berkompetisi

secara virtual

g. Survey dan quiz talking : mengisi informasi personal yang menciptakan

topik yang menarik atau menjawab pertanyaan pada majalah remaja

untuk mencari tahu mengenai sesuatu

h. Bulletin posting : pengiriman pesan secara massal

i. Personalized content : pengisian materi situs secara personal meliputi

(52)

Menurut Dwyer dan Widmeyer (2008), untuk mampu mendukung

interaksi sosial, jejaring sosial maya mempunyai komponen-komponen yang

sesuai dengan fungsi tersebut, yaitu:

a. Gambaran diri secara digital melalui profil

b. Alat berkomunikasi melalui kontak yang synchronous dan asynchronous

c. Terhubung

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jejaring sosial maya

adalah layanan situs secara online yang menyediakan fitur-fitur yang

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi sehingga dapat

menyerupai komunikasi secara bertatap muka.

3. Definisi Facebook

Menurut Ardhana (2009) Facebook adalah suatu website yang

bergerak di bidang social network service yang memungkinkan seseorang

untuk menemukan teman lama, teman baru, menjalin pertemanan, bergabung

dalam komunitas seperti kota, pekerjaan, sekolah, dan daerah untuk

melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain, mengirimkan pesan

ataupun komentar. Website merupakan suatu software atau program yang

dibangun di atas dokumen-dokumen maupun perintah-perintah Hyper Text

Markup Language atau disingkat HTML, gambar-gambar, dan script

pemrogramannya yang dapat divisualisasikan melalui internet. Umumnya

website memiliki alamat yang ditulis dalam bentuk seperti:

(53)

Ardhana (2009) dalam bukunya menyebutkan bahwa Facebook atau

lebih dikenal dengan istilah FB dibuat oleh Mark Zuckerberg, seorang

mahasiswa di Harvard University dan diluncurkan pada 4 Februari 2004.

Awalnya FB digunakan untuk komunikasi antar mahasiswa Universitas

Harvard. Pada waktu itu FB masih menggunakan nama TheFacebook dan

bukan Facebook. TheFacebook diambil dari nama lembar dokumen yang

diberikan ke setiap mahasiswa baru di Harvard University yang menampilkan

profil civitas akademika. Kemudian baru pada bulan Agustus 2005 berganti

nama menjadi Facebook. Setelah beberapa waktu, target pengguna FB adalah

seluruh mahasiswa dan masyarakat umum.

Tiga bulan setelah diluncurkan, lebih dari setengah jumlah mahasiswa

Harvard telah bergabung menjadi anggota FB. Kurang dari empat bulan, 30

kampus telah ikut bergabung Pada bulan Januari 2005, FB mulai

menambahkan jaringan-jaringan sekolah internasional. Menjelang akhir 2006,

FB mencapai hampir 2 juta orang pemakai di Kanada dan 1 juta orang

pemakai di Inggris. Memasuki bulan Oktober 2007, pemakai aktif FB

mencapai 50 juta orang di seluruh dunia. Hingga pertengahan tahun 2008, FB

telah diterjemahkan dalam bahasa Spanyol, Perancis dan Jerman. Di bulan

Juli 2008 FB telah mencapai 90 juta orang pemakai aktif secara global dan

mereka sudah menterjemahkan FB ke dalam puluhan bahasa. Pertumbuhan

FB ini meledak di Amerika Selatan. Pada awal 2009, pengguna aktif FB

sudah mencapai 150 juta orang dan saat ini FB sudah diterjemahkan dalam 40

(54)

4. Faktor Penyebab Frekuensi Mengakses Facebook

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ermida (2008)

menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang

mengakses Facebook, yaitu:

a. Kebutuhan untuk Berafiliasi

Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk dicintai

atau berafiliasi terhadap orang lain (Schultz, 1991). Social network

service ini mampu memberikan kesempatan pada seseorang untuk

berafiliasi dengan orang lain. Dengan adanya wadah ini maka

terbentuklah perilaku seseorang untuk berafiliasi secara cyber. Hal ini

membentuk suatu fenomena baru, yaitu pergeseran gaya hidup dari

afiliasi di dalam dunia nyata menjadi afiliasi dunia cyber.

b. Ketertolakan Daya Tarik Fisik

Di dalam layanan jaringan sosial maya, faktor daya tarik fisik dan

perilaku dapat diminimalkan pengaruhnya sehingga orang-orang akan

lebih mudah diterima maupun memperoleh dukungan dari orang lain,

sebab pertemuan mereka secara tidak langsung.

c. Fasilitas pada Facebook

Facebook memiliki banyak pengguna di seluruh dunia, khususnya

Indonesia. Oleh karena itu, Facebook pun berkembang menjadi web

social network service yang memungkinkan para penggunanya

memasang foto, mengomentarinya, mengubah status, mengomentari

(55)

Facebook. Dengan banyaknya fasilitas yang disediakan maka bertambah

pula lah jumlah peminatnya.

C. Hubungan Antara Intensitas Mengakses Facebook dengan Prokrastinasi Akademik

Kehidupan kampus selalu diwarnai dengan berbagai pandangan

mengenai kewajiban yang harus diambil dan dijalankan oleh mahasiswa. Hal

ini terkait dengan pandangan yang ada dalam kehidupan sosial, yaitu bahwa

seorang mahasiswa harus menjalankan kewajibannya untuk menuntut ilmu.

Selain itu menurut pandangan masyarakat pada umumnya, mahasiswa adalah

sekelompok individu yang berpendidikan tinggi dengan sikap kritis dan cara

berpikir yang ilmiah, sehingga secara tidak langsung dinilai mampu bersaing

di era globalisasi.

Kenyataan yang ada justru menunjukkan bahwa banyak mahasiswa

yang terhambat untuk lulus karena buruknya penyesuaian diri dan tidak

adanya disiplin dalam diri mereka. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

mahasiswa tingkat akhir yang tidak kunjung menyelesaikan tugas dan

tanggung jawab perkuliahaannya dengan baik. Salah satu penyebabnya ialah

adanya kebiasaan menunda pekerjaan atau yang lebih dikenal dengan istilah

prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi akademik menitikberatkan pada penundaan tugas-tugas

akademis termasuk di dalamnya kegiatan belajar. Pada mahasiswa,

(56)

drop out, penundaan belajar, dan penundaan dalam menyelesaikan tugas

kuliah (Beswick, Rothblum, & Mann, 1988; Lay & Burns, 1991; Rothblum et

al., 1986). Prokrastinasi disfungsional akademik dapat didefinisikan sebagai

kecenderungan irasional untuk menunda dengan tidak bertujuan dalam

memulai atau menyelesaikan suatu tugas akademik (Sene’cal, Julien & Guay,

2003).

Di sisi lain, internet hadir sebagai bukti adanya revolusi di bidang

informasi. Kehadiran internet memberikan layanan virtual social network

service yang membantu seseorang untuk menjalin relasi dan berbagi dengan

orang lain tanpa perlu berbicara atau tatap muka secara langsung. Salah satu

bentuk virtual social network service adalah hadirnya Facebook sebagai situs

jejaring sosial yang semakin menambah kuatnya daya hipnotis dari internet.

Menurut Douglas (dalam Elia, 2009), hal ini didukung pula oleh semakin

murah dan mudahnya koneksi internet dengan tersebarnya jaringan, dan

semakin tersedianya peralatan komputer, handphone, iPhone, maupun

BlackBerry yang menyediakan fasilitas berinternet. Maraknya penjualan

media komunikasi seperti ini semakin memudahkan masyarakat untuk

mengakses internetkapan saja dan di mana saja sekaligus juga membuat para

penggunanya seolah tidak ingin jauh dari situs jejaring sosial yang

dimilikinya.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli syaraf, Greenfield

dari Oxford University menunjukkan bahwa situs pertemanan seperti

Gambar

Tabel 1 Jumlah
Gambar 1 Penyebab Prokrastinasi
Gambar 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keinginan untuk
Tabel 2 Data Jumlah Mahasiswa Psikologi Sanata Dharma
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa ini selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan kegiatan Pelelangan yang akan diumumkan

langsung dalam praktek dunia kerja membuat penulis mengerti seperti apa3. sebenarnya fungsi Public Relations itu

[r]

Dalam perencanaan pondasi KSLL ini, kami membatasi pembahasan pada aspek teknis saja, meliputi perencanaan dimensi rib konstruksi dan settlement, perhitungan ketebalan

Untuk mewujudkan salah satu pemantauan kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal Loji Wetan maka pada tugas akhir ini dianalisis kinerja simpang dengan

Thesis is Submitted as Partial of the Requirement for a Bachelor Degree in Management Department-Faculty of Economics.

[r]

Como Van Gogh, la imagen de Pablo Picasso lo convirtió en una figura icónica fuera del círculo artístico. Mientras que Van Gogh simboliza la propia destrucción, maniaco depresivo