MAHASISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Masnita Elvida Sinaga
NIM : 069114082
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
MAHASISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Masnita Elvida Sinaga
NIM : 069114082
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Your talent is God's gift to you. What you do with it is your
gift back to God
-Leo Buscaglia-
“Segala perkara dapat kutanggung
di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku”
Filipi 4:13
Do what you say and say what you can do, no lebay yaa….
v
ini untuk :
My beloved God, Jesus Christ.. skripsi ini sebagai salah satu
bukti cinta kasih Tuhan untuk ku.. thank you Lord
Kedua orang tua terdahsayatku.. You are
my
motivation to do all the things right.. terkhusus
untuk papi, skripsi ini hadiah dari kami sebelum
papi pensiun.. we love u both :*
Abang dan ade-ade ku tersayang yang mengajarkanku untuk
bersikap dewasa sebagai kakak tapi tetep boleh manja
sebagai ade, hohoho ^^,
vii
Masnita Elvida Sinaga
ABSTRAK
Masnita Elvida Sinaga (2010). Hubungan antara Intensitas Mengakses Facebook dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas mengakses Facebook dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara intensitas mengakses Facebook dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memiliki account di Facebook dan tidak sedang mengalami masa penundaan kegiatan akademik. Alat pengumpulan data yang digunakan terdiri angket intensitas mengkases Facebook dan skala prokrastinasi akademik. Reliabilitas skala prokrastinasi akademik diuji dengan menggunakan metode koefisien reliabiltas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,952. Data penelitian ini dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Koefisien korelasi yang diperoleh 0,843 dengan probabilitas 0,000 (p< 0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas mengakses Facebook dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
viii
Masnita Elvida Sinaga
ABSTRACT
Sinaga, Masnita Elvida (2010). The Relation between Intensity to Access Facebook and
Student’s academic Procrastination. Yogyakarta: Faculty of Psychology Sanata Dharma
University. This research is aimed to determine the relation between intensity to access Facebook
and student’s academic procrastination. The hypothesis proposed in this research was that there is
a positive relation between intensity to access Facebook and student’s academic procrastination. The subject of this research were 100 students of Psychology Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta which have account on Facebook, is an active student, and never leave before. Collection of data used in this research was academic procrastination scales and Facebook intensity questionnaire. Reliability of academic procrastination scales tested by using reliability coefficient alpha cronbach and obtained results is 0.952. The research data were analyzed using Pearson product moment correlation techniques. The results showed the value of correlation coefficient (r) at 0.843 and significant value at 0.000 (p< 0,01). According to this results, the hypothesis is accepted. It means that there was a significant positive relation between intensity to
access Facebook and student’s academic procrastination.
x
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan dan kasih
setiaNya yang tidak pernah berubah sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan indah pada waktunya. Skripsi dengan judul
“Hubungan antara Intensitas Mengakses Facebook dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa” ini merupakan salah satu prasyarat dalam mencapai tingkat Strata Satu (S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Proses pengerjaan skripsi ini melibatkan bantuan dan dukungan dari
banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Siwi Handayani selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah mempermudah serta memperlancar segala proses yang
terkait dengan permohonan ijin pengambilan data penelitian.
2. Ibu Tjipto Susana, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Terima kasih atas
masukan dan kesabaran ibu selama ini.
3. Bapak Minto Istono, S. Psi. selaku dosen pembimbing akademik. Terima
kasih sudah menceramahi kami setiap semester sehingga bisa menyelesaikan
kuliah teori tepat waktu.
4. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi., dan Bapak V. Didik Suryo H., S.Psi., M.Si
xi
6. Para staff Fakultas Psikologi. Mas Gandung dan Mbak Nanik yang setia
melayani urusan adminstrasi mahasiswa, Duet maut Mas Doni dan Mas Muji
yang bikin Psikologi makin hidup, haha.. makasih lowh mas buat candaannya
di Lab, dan terlebih khusus untuk Pak Gi, yang menginspirasi penulis untuk
mencontoh kerendahan hati dan keramahannya, makasih ya Pak, I Lapp u
pull, haha..
7. Seluruh karyawan yang telah memperlancar proses belajar-mengajar di
Fakultas Psikologi.
8. Mahasiswa dan mahasiswi Psikologi yang mengisi angket, terimakasih atas
kesediaan kalian dalam membantu proses pengambilan data.
9. My sweetest family and the funky crew inside. Papi dan mami terkasih terima
kasih buat doa dan kasih sayang yang sudah diberikan. I Love u both, boru
kalian ini udah jadi sarjana lowh, hahaha... Thanks to my big bro, bang Rud
yang selalu nanyain kapan aku pendadaran dan wisuda, ini ni harinya udah
tiba, hoho.. thanks for your support bro. Untuk dua ade centilku, Qeneyy dan
Ancenn, terima kasih karena sudah mengajariku arti tanggung jawab.
Menjaga kalian itu susah yaaa ternyata, hahaha… Thank you buat keceriaan dan keramaiannya di rumah. You all are my motivation to do all the things
right.
10. Keluarga besar Sinaga Jogja, khususnya IMM. Wahh, kalian emang canggih.
xii
jalannya selama ini. Inget motto kita ya “Untuk semua hal yang positif, Maju sude!! Ribbakkk” hahaha…
11. Keluarga besar SS yang walaupun baru aku kenal 1 tahun belakangan ini tapi
sudah berhasil memberikan kesan di hatiku, hoho. Terima kasih untuk
kejailan kalian selama ini. I’ll be missing u all.
12. Spice girls alias kepompong. Guys, you are my best friend. Keluarga kecil ini
bener-bener lengkap kaya gado-gado. Ada mami n dady, terima kasih untuk
kemesraan kalian yang perlu dicontoh, haha. Bundaaaa tak kanduang
terimakasih karena sudah mendengarkan keluh kesah ku, jangan nakal yah
bundaa nanti ta’remove lowh, haha. Buat Kentirr, saudara tiri ku, thanks ya beibh buat kenarsisanmu yang mengacaukan hariku, haha :p. Dua cece ku
tersayang, Didi dan Mee, makasih sudah menganggapku ade sekaligus anak
kalian. Yang terakhir untuk asisten tergokil sedunia, bebek dan inem, spicy
jadi berwarna dan ceria karena kalian. Makasih yang sahabat-sahabat ku.
Jangan diingat kalau untuk dilupakan semua kenangan genk centil kita ini,
hahaha…
13. Duo centil, ka Ingga n Cungkring. Thanks ya sudah mencontohkan arti
persahabatan. Buat kaka centil ku, makasih bantuannya setiap kali aku main
ke perpus UGM. Paling heboh ni yaa, terimakasih buat kalian berdua karna
sudah berhasil manas-manasin aku dengan TA kalian, tapi sekarang aku juga
xiv
HALAMAN JUDUL ………. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ……….. iii
HALAMAN MOTTO ………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi
ABSTRAK ………...…vii
ABSTRACT ………...viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……… ix
KATA PENGANTAR ……….. x
DAFTAR ISI ………... .xiv
DAFTAR TABEL ………...………..…. .xviii
BAB I. PENDAHULUAN ……….. .1
A. Latar Belakang Masalah ……….1
B. Rumusan Masalah ………...9
C. Tujuan Penelitian ………..10
D. Manfaat Penelitian ………10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 11
A. Prokrastinasi Akademik………...………. 11
1. Pengertian Umum ………...11
xv
b. Teori Ketakutan Dasar ………..20
c. Teori Psikodinamika ……….23
d. TeoriBehavioristik ………24
e. Teori Cognitive Behavioral ...25
f. Teori Steel ………27
B. Intensitas Mengakses Facebook……….. 31
1. Intensitas Mengakses ………..……….. 31
2. Definisi Jejaring Sosial Maya ……… 31
3. Definisi Facebook ……….. 33
4. Faktor Penyebab Seseorang Mengakses Facebook……… 35
C. Hubungan antara Intensitas Mengakses Facebook dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa ………. 36
D. Hipotesa Penelitian ……….. 41
BAB III. METODE PENELITIAN ……...……….. 42
A. Jenis Penelitian ………. 42
B. Identifikasi Variabel Penelitian .……….. 43
C. Definisi Konseptual ……….. 43
D. Definisi Operasional ………. 44
E. Subjek Penelitian ……….. 45
F. Metode Pengambilan Sampel ………... 46
xvi
2. Angket Intensitas Mengakses Facebook ……… 53
I. Uji Coba Alat Ukur ……….. 54
J. Validitas dan Reliabilitas ………. 54
1. Validitas ………...……….. 55
2. Reliabilitas ………. 56
K. Seleksi Item ………. 57
L. Metode Analisis Data ……….. 59
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 61
A. Pelaksanaan Penelitian ……….……… 61
B. Deskripsi Subjek Penelitian ………. 63
C. Hasil Penelitian ……… 63
1. Deskripsi Data Penelitian ………... 63
2. Kategorisasi Skor Skala ………. 64
D. Analisis Data Penelitian ………... 69
1. Uji Asumsi ………. 69
a. Uji Normalitas ………. 69
b. Uji Linearitas ………... 70
2. Uji Hipotesis ………. 70
xvii
B. Saran ………..77
DAFTAR PUSTAKA………. 79
xviii
Tabel 1 : Data Jumlah Mahasiswa yang Belum Lulus di Tahun Akademik
2009/2010/Genap ……….. 4
Tabel 2 : Data Jumlah Mahasiswa Psikologi Sanata Dharma ……… 49
Tabel 3 : Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik Sebelum Uji Coba …… 53
Tabel 4 : Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Pada Skala Prokrastinasi Akademik ……… 58
Tabel 5 : Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Uji Coba …….. 59
Tabel 6 : Distribusi Subjek Penelitian ……… 63
Tabel 7 : Deskripsi Data Penelitian ……… 64
Tabel 8 : Kategori dan Distribusi Skor Skala Prokrastinasi Akademik ……. 67
Tabel 9 : Pengelompokkan Intensitas Mengakses Facebook………. 68
Tabel 10 : Hasil Uji Normalitas Sebaran ………. 69
Tabel 11 : Hasil Uji Linearitas Hubungan Antar Variabel ……….. 70
1
Sebelum membahas lebih jauh mengenai penelitian ini, akan diterangkan
terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang permasalahan,
rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Permasalahan
Mahasiswa mempunyai pola kehidupan yang berbeda dengan pelajar
ataupun mereka yang sudah bekerja. Dalam hal ini, mahasiswa memiliki
tuntutan-tuntutan tersendiri dalam menyelesaikan tugas dan tanggung
jawabnya di dunia perkuliahan. Menurut Ignas (2002), masyarakat abad 21
adalah masyarakat yang terus mengejar kualitas dan keunggulan. Hal ini
secara tidak langsung menuntut mahasiswa untuk mandiri, dewasa,
berprestasi, dan dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu. Namun, kenyataan
yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit mahasiswa yang menyelesaikan
kuliah melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Hal ini terbukti dengan
masih adanya mahasiswa yang belum juga menyelesaikan penulisan
skripsinya meskipun telah mencapai semester belasan.
Ketidakmampuan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan
tanggung jawabnya secara tepat waktu dapat disebabkan oleh kebiasaan
menunda pekerjaan. Kebiasaan ini lebih dikenal dengan istilah prokrastinasi.
membagi prokrastinasi menjadi dua bagian, yaitu prokrastinasi yang
fungsional dan disfungsional. Sementara itu berdasarkan jenis tugasnya,
prokrastinasi dibagi menjadi dua, yaitu prokrastinasi akademik dan
non-akademik. Dalam studi ini, jenis prokrastinasi yang akan diteliti adalah
prokrastinasi akademik yang disfungsional. Menurut Solomon dan Rothblum
(1984), prokrastinasi akademik yang disfungsional adalah kecenderungan
yang ditunjukkan individu hampir selalu dan selalu dalam menunda tugas
akademik dengan tidak bertujuan sehingga berakibat tidak baik dan
menimbulkan masalah. Sementara itu, seseorang yang mempunyai
kecenderungan untuk menunda, atau tidak dengan segera memulai suatu
pekerjaan ketika menghadapi suatu kerja atau tugas disebut sebagai
prokrastinator.
Menurut Deean (dalam Anna, 2009), ciri utama prokrastinator ialah
kelambanannya dalam melakukan suatu tugas. Para prokrastinator
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan orang pada umumnya
dalam mengerjakan suatu tugas. Mereka menghabiskan waktu untuk
melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan guna menyelesaikan suatu tugas,
tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Hal ini
mengakibatkan para prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam
memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh diri sendiri maupun oleh
orang lain. Tanpa disadari, prokrastinator telah merusak dirinya sendiri
melewatkan kesempatan-kesempatan yang mungkin tidak akan terulang
(Burka & Yuen, 1983).
Ferrari, profesor psikologi dari De Paul University di Chicago, dan
Pychyl, professor psikologi dari Carleton University Ottawa menyebutkan
bahwa sekitar 20 % masyarakat Amerika mengidentifikasikan dirinya sebagai
pengidap kronis prokrastinasi. Sementara itu, Ellis dan Knaus (dalam Ferrari,
dkk, 1995) menemukan bahwa 25% -75 % pelajar di seluruh dunia
melakukan prokrastinasi. Ahli lain, yaitu Solomon dan Rothblum (1986)
melalui penelitian mereka menemukan bahwa 95 % pelajar yang diteliti
merupakan prokrastinator. Tidak kalah mengejutkan juga ketika Rivzi (1996)
melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada dan menemukan 69 % subjek melakukan prokrastinasi, 11 %
diantaranya digolongkan sebagai prokrastinator pada taraf berat.
Di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, ditemukan
beberapa indikasi adanya perilaku prokrastinasi akademik pada kalangan
mahasiswa. Berdasarkan data statistik masa kuliah mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma (tabel 1), dapat dilihat bahwa sebagian
besar mahasiswa membutuhkan waktu yang melebihi batas normal untuk
Tabel 1
Catatan. Diambil dari “Sekretariat Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, 2010”
Ada beberapa faktor yang menyebabkan individu melakukan
penundaan, salah satunya ialah hadirnya revolusi di bidang informasi. Internet
sebagai wadah pertukaran informasi antar masyarakat dapat menjadi salah
satu bukti adanya revolusi informasi. Menurut Drucker (1999), jaringan
internet merupakan pokok utama bagi distribusi saluran barang, jasa, dan
secara mengejutkan juga pekerjaan-pekerjaan manajerial dan professional.
Tetapi dampak yang diakibatkan akan secara lebih besar terjadi pada
masyarakat, dalam kaitannya terhadap bagaimana kita melihat dunia dan diri
kita di dalamnya. Menurut Drucker, salah satu akibat yang dapat ditimbulkan
ialah semakin menjalarnya kebiasaan menunda-nunda pekerjaan akibat
ketagihan menggunakan layanan internet.
Indonesia sebagai salah satu negara yang menjadi bagian dari
hadirnya internet tentunya tidak terlepas dari berbagai akibat yang
ditimbulkan oleh maraknya penggunaan internet tanpa kontrol tersebut.
Secara mendasar, Greenfield (dalam Elia, 2009) menjelaskan bahwa internet
suara, ketidakterbatasan informasi, dan kesegaraan respons yang membuat
individu tertarik untuk membukanya. Godaan daya tarik internet akan terus
berlangsung bahkan saat seseorang tidak sedang terhubung dengan internet.
Hal inilah yang membuat internet secara negatif dapat berujung pada
penundaan dalam mengerjakan tugas. Senada dengan hal tersebut, Ardana
(2009) mengemukakan bahwa orang yang ketagihan menggunakan internet
akan memilih untuk melarikan diri dari masalah dan depresinya ke internet.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di Work Station
Kampus 3 Universitas Sanata Dharma pada tanggal 10 Maret 2010
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang mengakses internet di
Work Station membuka situs-situs jejaring sosial. Ironisnya keadaan ini
terjadi justru di jam-jam aktif perkuliahan sehingga membuat pihak Work
Station mengeluarkan peraturan yang membatasi waktu penggunaan
situs-situs jejaring sosial ini dengan cara memblokirnya di jam-jam tertentu.
Situs-situs jejaring sosial ini baru dapat diakses di kampus setelah pukul empat
sore. Hal ini dilakukan mengingat pada jam-jam tersebut mahasiswa dinilai
efektif untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab perkuliahannya.
Chas (2008) menggambarkan penggunaan akses internet tanpa kontrol
melalui hasil riset global yang dilakukan oleh Universal McCann di 29 negara
hingga Maret 2008 lalu. Riset ini menunjukkan bahwa 73% pengguna internet
global membaca blog yang saat ini berjumlah 184 juta blog. Sebanyak 57%
pengguna internet juga bergabung dengan berbagai jaringan online sosial
ditinjau lagi, 55% dari mereka meng-upload foto dan 22% meng-upload
video pada jaringan-jaringan online sosial tersebut. Sementara itu, lama
penggunaan per hari mencapai 1,1 miliar menit dengan pengguna empat juta
jiwa pada tahun 2008. Di tahun 2009 terjadi perubahan drastis dalam
penggunaan situs jejaring sosial, yaitu telah mencapai lebih dari 3 miliar
menit dengan pengguna 18 juta jiwa.
Daya hipnotis internet semakin diperkuat dengan hadirnya beragam
interaksi pada media ini, baik itu antar individu maupun antar komunitas
dengan berbagai kepentingan tertentu. Salah satu media pertukaran informasi
di dunia maya adalah melalui situs-situs jejaring sosial seperti Friendster,
Twitter ataupun Facebook. Hadirnya situs jejaring sosial menambah
keunggulan media internet dibanding media komunikasi lainnya sekaligus
juga membuat para penggunanya seolah tidak ingin jauh dari situs jejaring
sosial yang dimilikinya. Menurut Douglas (dalam Elia, 2009), hal ini
didukung pula oleh semakin murah dan mudahnya koneksi internet,
tersebarnya jaringan, serta semakin tersedianya peralatan komputer,
handphone, iPhone, maupun BlackBerry. Maraknya penjualan media
komunikasi seperti ini semakin memudahkan masyarakat untuk mengakses
internetkapan saja dan di mana saja.
Salah satu situs jejaring sosial yang tengah diminati oleh masyarakat
Indonesia saat ini adalah Facebook. Ardana (2009) bahkan mencatat
Facebook sebagai social network service peringkat teratas yang paling
tiga miliar menit per hari. Senada dengan hal tersebut, surat kabar harian
Kompas (dalam “Revolusi Informasi”, 2009) juga mencatat bahwa pada
tahun 2008, Indonesia masuk sebagai negara yang mengalami pertumbuhan
Facebook tertinggi di dunia, yaitu mencapai 40 %. Pertumbuhan pengguna
Facebook di Indonesia per Maret 2009 mencapai 1,4 juta jiwa sehingga
menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki anggota Facebook
terbanyak se-Asia dan terbanyak kelima di dunia.
Menurut Ardana (2009), Facebook atau lebih dikenal dengan istilah
FB merupakan salah satu situs jejaring sosial yang dibuat oleh Mark
Zuckerberg, seorang mahasiswa di Harvard University dan diluncurkan pada
4 Februari 2004. Tiga bulan setelah diluncurkan, lebih dari setengah jumlah
mahasiswa Harvard telah bergabung menjadi anggota FB. Kurang dari empat
bulan, 30 kampus telah ikut bergabung dan saat ini FB sudah diterjemahkan
dalam 40 bahasa dengan pengguna aktif lebih dari 175 juta jiwa di seluruh
dunia. Hampir semua pengguna internet telah mengenal bahkan memiliki
account di FB. Fenomena ini membuat FB dinilai mampu membuat sejarah
baru dalam perkembangan situs jejaring sosial.
Aktivitas para pengguna bersama FB telah dimulai sejak bangun tidur,
ketika sampai di kantor atau kampus, sambil bekerja atau kuliah bahkan
hingga pulang dari kantor atau kampus. Dapat dikatakan bahwa aktivitas
sehari - hari kini tidak bisa lepas dari FB. Hal senada muncul melalui
pengakuan dari beberapa reponden yang dimuat di surat kabar harian
hanya untuk melihat pesan, komentar atau status terbaru dari teman - teman
mereka di jejaring FB. Mereka mengaku tidak ingin kehilangan informasi
mengenai kondisi terkini di dunia FB walaupun sedang bekerja atau kuliah
(dalam “Kecanduan Internet”, 2009). Hal lain yang juga tampak di Makassar
dimana sejumlah warung internet (warnet) di Makassar dipadati oleh siswa
SMP dan SMA yang asyik ber-FB ria. Selain itu para pelajar sekolah
menengah di Makassar juga terlihat memenuhi kafe yang memiliki fasilitas
wi-fi agar dapat membuka FB sambil menikmati hidangan makan siang
mereka (dalam “Warnet Dipenuhi”, 2009).
Fakta ini seolah memperkuat pendapat seorang ahli bernama
Schouwenburg (dalam Ferrari, dkk, 1995) yang menyatakan bahwa individu
memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih
menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Selain itu,
Pychyl (2001) juga menilai bahwa individu akan memilih untuk melarikan
diri dari masalah ke internet. Hal inilah yang kemudian dapat memunculkan
penundaan dalam menyelesaikan tugas. Senada dengan hal tersebut, Anna
(2009) berpendapat bahwa sebagian besar masyarakat memiliki
kecenderungan untuk menunda-nunda menyelesaikan pekerjaan, dan hanya
sedikit dari mereka yang khawatir ketika menunda pekerjaan yang seharusnya
segera diselesaikan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera
melakukan tugasnya, tetapi justru menggunakan waktu yang dimiliki untuk
melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan
berhubungan dengan kegiatan yang sedang dikerjakan, ngobrol, ber-online ria
ataupun jalan-jalan.
Uraian sebelumnya menunjukkan bahwa jejaring internet tidak hanya
bersifat menghubungkan, melainkan juga dapat menjadi perangkap bagi
penggunanya. Hampir 20% pengguna internet terlibat dengan satu atau lebih
masalah pengabaian diri, perilaku mengecek dan mengklik terus-menerus,
terisolasi secara sosial dan menghindari orang lain, hilangnya produktivitas,
depresi, problem pernikahan, penyalahgunaan internet di tempat kerja, dan
kegagalan studi (dalam “Statistik Asosiasi”, 2007). Internet telah menjadi
persoalan yang serius bagi banyak orang. Jika dikaitkan dengan prokrastinasi,
sifat menunda-nunda ini sudah ada sejak awal kebudayaan manusia yang
apabila dibiarkan dapat menimbulkan masalah yang tidak kalah serius. Para
prokrastinator lebih rentan terkena stres dan masalah kesehatan akut
dibandingkan mereka yang mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ini
merupakan permasalahan yang harus dicermati secara serius guna
menghindari dampak negatif dari penggunaan Facebook, khususnya pada
munculnya perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adala sebagai berikut:
“Apakah ada hubungan yang positif antara intensitas mengakses Facebook
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
positif antara Intensitas Mengakses Facebook dengan Prokrastinasi Akademik
pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara
teoretis maupun praktis :
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu melihat hubungan
antara intensitas mengakses Facebook dengan prokrastinasi akademik.
Selanjutnya bukti empiris dari penelitian ini diharapkan dapat menggugah
semangat para peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan situs jejaring sosial dan
prokrastinasi akademik pada pelajar. Bagi ilmu psikologi, penelitian ini dapat
memberikan kontribusi dalam mempelajari kajian yang berkaitan dengan
psikologi pendidikan.
Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai
prokrastinasi dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, sehingga pada masa
mendatang dapat diusahakan program-program yang bertujuan untuk
11
Dalam bab ini dibahas tinjauan kepustakaan yang berkaitan dengan
intensitas mengakses Facebook dan prokrastinasi akademik. Kemudian
dipaparkan juga beberapa teori untuk menunjukkan hubungan antara keduanya.
A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Umum
Secara harafiah berasal dari kata “procrastinare” dalam bahasa latin
yang berarti menunda sampai hari berikutnya. Ferrari, dkk (1995)
menerjemahkannya sebagai perilaku penundaan sampai hari nanti, yang
identik dengan bentuk kemalasan dalam masyarakat. Berbeda dengan Ferrari
yang menyebutkan prokrastinasi sebagai perilaku negatif, The Oxford
English Dictionary (dalam Ferrari, dkk, 1995) mengartikan prokrastinasi
secara positif, yakni penundaan yang dipilih secara bijaksana untuk
menunggu saat yang tepat. Disini pengertian prokrastinasi lebih merujuk pada
tuntutan untuk kesempurnaan tugas dengan optimal.
Prokrastinasi pada dasarnya dapat terjadi di setiap aktivitas kehidupan
manusia. Beberapa individu menganggap prokrastinasi sebagai salah satu
masalah yang sulit dihilangkan, namun bagi individu yang lain prokrastinasi
baik. Untuk memahami prokrastinasi secara umum, berikut terdapat beberapa
definisi prokrastinasi dari para ahli, antara lain :
Solomon & Rothblum (1984)
Prokrastinasi adalah fakta mengenai penundaan tugas secara tidak
bertujuan guna menghindari ketidaknyamanan individu
Lay (1986)
Prokrastinasi adalah kecenderungan irasional dalam menunda sesuatu
yang seharusnya dikerjakan
Stell (2005)
Prokrastinasi adalah menunda dengan sukarela pengerjaan tugas
meskipun tahu hasilnya akan lebih buruk
Dari definisi yang dijabarkan oleh para ahli tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa prokrastinasi secara umum merupakan tingkah laku
menunda yang dilakukan oleh individu terhadap suatu aktivitas yang harus
dilakukannya. Tingkah laku menunda tersebut dapat berupa penundaan dalam
memulai atau untuk menyelesaikan aktivitas. Pada umumnya para ahli lebih
sepakat mengartikan prokrastinasi dalam konotasi negatif, dengan
menyebutnya sebagai penundaan yang tidak berguna (needless) dalam
penyelesaian tugas. Para prokrastinator sering melakukan penundaan dan
menggantinya dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna, misalnya
keluyuran, menonton televisi, mengobrol, dan kegiatan lain yang bersifat
Penundaan yang dilakukan sebenarnya tidak perlu terjadi. Melalui hal
tersebut, mereka mencoba mengatakan bahwa prokrastinasi adalah tingkah
laku yang dilakukan untuk menghindari sesuatu, dan bukan tingkah laku yang
terjadi dikarenakan tidak tersedianya waktu. Penundaan ini telah menjadi
suatu kebiasaan yang dilakukan oleh individu tersebut. Kebiasaan
menunda-nunda pekerjaan terjadi karena ada faktor-faktor dalam diri individu yang
mendorongnya untuk melakukan prokrastinasi. Hal ini menunjukkan adanya
konsistensi dari individu untuk melakukan prokrastinasi dengan alasan
tertentu.
Berdasarkan alasan-alasan tertentu tersebut, Ferrari, dkk (1995)
membagi prokrastinasi menjadi dua bagian, yaitu:
a) functional procrastination, yaitu penundaan mengerjakan tugas yang
bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat.
b) dysfunctional procrastination, yaitu penundaan yang tidak bertujuan,
berakibat tidak baik dan menimbulkan masalah.
Dari dysfunctional procrastination, Ferrari, dkk (1995) membagi
kembali menjadi dua bentuk prokrastinasi berdasarkan tujuan individu
melakukan prokrastinasi, yaitu decisional procrastination dan avoidance
procrastination.
a) Decisional procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil
keputusan. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam
individu, sehingga akhirnya seseorang memutuskan untuk menunda
menyelesaikan masalah. Decisional procrastination berhubungan dengan
kelupaan, kegagalan proses kognitif. Akan tetapi, tidak berkaitan dengan
kurangnya tingkat intelegensi seseorang.
b) Avoidance procrastination atau Behavioral procrastination adalah suatu
penundaan dalam perilaku yang tampak. Penundaan dilakukan sebagai
suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa kurang menyenangkan
dan sulit untuk dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kegagalan yang akan memberikan penilaian negatif kepada dirinya.
Avoidance procrastination berhubungan dengan tipe self presentation,
keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang, dan
impulsiveness.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa prokrastinasi didefinisikan sebagai suatu penundaan yang dilakukan
secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang
tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas. Prokrastinasi dapat dibedakan
menjadi dua jenis berdasarkan alasan dari penundaan, yaitu prokrastinasi
yang fungsional dan disfungsional. Prokrastinasi fungsional merupakan
penundaan yang disertai alasan yang kuat, mempunyai tujuan yang pasti
sehingga tidak merugikan, bahkan berguna untuk melakukan suatu upaya
konstruktif agar suatu tugas dapat diselesaikan dengan baik. Sedangkan
merugikan. Pada akhirnya dalam penelitian ini, pengertian prokrastinasi
dibatasi sebagai suatu penundaan yang dilakukan secara sengaja dan
berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam
pengerjaan tugas, dengan jenis disfunctional procrastination, yaitu penundaan
yang dilakukan pada tugas yang penting dengan tidak bertujuan, dan bisa
menimbulkan akibat yang negatif, baik dalam kategori decisional
procrastination atau avoidance procrastination.
Dalam ruang lingkup akademis, menurut Lee (2005) prokrastinasi
adalah salah satu perilaku yang sering muncul pada era akademis, dan
mungkin berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh banyak
mahasiswa. Solomon dan Rothblum (1984) menunjukkan bahwa mahasiswa
yang sering melakukan prokrastinasi percaya bahwa kecenderungan mereka
untuk prokrastinasi secara signifikan berdampak pada akademis mereka,
kemampuan untuk menguasai materi kuliah, dan kualitas hidup mereka.
Solomon, Rothblum, dan Murakami (dalam Ferrari, dkk, 1995) juga
mengusulkan bahwa prokrastinasi mungkin merugikan untuk kerja akademis,
kemungkinan mengarah pada pengunduran diri dan rendahnya nilai akademis.
Wesley (dalam Ferrari, dkk, 1995) mendukung penemuan ini dengan
mengatakan bahwa prokrastinasi merupakan prediktor negatif dari nilai
rata-rata mahasiswa.
Oleh karena banyaknya masalah prokrastinasi yang timbul dalam
lingkungan akademis, maka dalam penelitian ini akan lebih berfokus pada
dengan prokrastinasi akademik. McCown, dan Roberts (dalam Ferrari, dkk,
1995) berpendapat bahwa lingkungan akademis merupakan salah satu area
kehidupan manusia yang menjadi fokus penelitian prokrastinasi, selain di
lingkungan kerja. Pemahaman mengenai prokrastinasi akademik secara garis
besar tidak berbeda jauh dengan pemahaman prokrastinasi yang telah
disampaikan sebelumnya. Berikut adalah beberapa definisi prokrastinasi
akademik yang dijabarkan oleh beberapa ahli, antara lain:
Ferrari & Scher (2000)
Prokrastinasi akademik adalah penundaan dalam memulai pengerjaan
tugas dan/atau kegagalan dalam menyelesaikan suatu tugas yang ada
pada individu
Milgram, Batori & Mowrer (2001)
Prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk menunda atau
menghindar dari tugas sekolah dan kegiatan belajar
Rothblum (1986)
Prokrastinasi akademik adalah penundaan tugas yang berhubungan
dengan studi, kerja atau penyelesaian tugas akademik
Berdasarkan definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
prokrastinasi akademik menitikberatkan pada penundaan tugas-tugas
akademis termasuk kegiatan belajar. Adapun pengertian dari prokrastinasi itu
sendiri tetap sebagai tingkah laku untuk menunda atau menghindar yang telah
akademik merupakan tingkah laku menunda untuk memulai atau
menyelesaikan suatu tugas akademik. Oleh karena itu, definisi prokrastinasi
disfungsional akademik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkah
laku menunda yang dilakukan oleh mahasiswa dalam mengerjakan ataupun
menyelesaikan tugas-tugas akademik dengan tidak bertujuan sehingga
berakibat tidak baik dan menimbulkan masalah.
2. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik
Ferrari, dkk (1995) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku
penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator
tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-cirinya sehingga dapat
membedakannya dengan perilaku lain. Ciri-ciri tersebut antara lain berupa:
a) Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang
dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas
yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya.
Akan tetapi, ia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau
menunda-nunda untuk menyelesaikannya sampai tuntas, jika sudah mulai
mengerjakan sebelumnya.
b) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Individu yang melakukan
prokrastinasi, memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang
dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang
prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk
tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa
memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Terkadang
tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil dalam
menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti
lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi
ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.
c) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang
prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang
prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi
deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun
rencan-rencana yang telah dibuatnya sendiri. Seseorang mungkin telah
merencanakan untuk memulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah
ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga segera
melakukannya sesuai dengan apa yang direncanakan, sehingga
menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan
tugas secara memadai.
d) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan
tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak
segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang
dimiliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih
menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membuka Facebook,
tidak berhubungan dengan kegiatan yang sedang dikerjakannnya,
ngobrol, jalan, mendengarkan musik dan sebagainya, sehingga menyita
waktu yang dimiliki untuk mengerjakan tugas yang harus
diselesaikannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi disfungsional akademik
adalah suatu perilaku penundaan yang dapat diukur dan diamati ciri-cirinya,
antara lain penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada
tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan
waktu antara rencana dan kinerja aktual, serta melakukan aktivitas lain yang
lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang dikerjakan.
3. Teori Penyebab Prokrastinasi
Dalam bagian ini akan dibahas mengenai perspektif teoretis mengenai
prokrastinasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain :
a. Teori Magnetik
Bernard (dalam Ema, 2007) menggunakan istilah magnetik untuk
menandakan adanya suatu ciri yang khas dari tingkah laku prokrastinasi.
Hal ini dapat diilustrasikan sebagai gaya tarik menarik antar magnet.
Individu yang seharusnya mengerjakan tugas, tiba-tiba mendapat daya
tarik dari magnet tertentu (dalam hal ini aktivitas lain) sehingga ia
menjauhi tugas yang seharusnya dikerjakan dan justru mengikuti aktivitas
lain yang tidak berhubungan sehingga pada akhirnya tugas utamanya tidak
Bernard (dalam Ema, 2007) mengemukakan sepuluh faktor yang
bertindak sebagai magnet yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi.
Faktor-faktor tersebut adalah (1) kecemasan, (2) mencela diri sendiri (
self-depriciation), (3) toleransi yang rendah terhadap tugas (low discomfort
tolerance), (4) mencari kesenangan (pleasure seeking), (5) disorganisasi
waktu, (6) disorganisasi lingkungan, (7) pendekatan yang kurang baik
terhadap tugas (poor task approach), (8) perilaku asertif yang rendah, (9)
antipati terhadap individu lain, serta (10) stres dan kelelahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi
berbeda-beda pada tiap individu. Individu dapat melakukan prokrastinasi
akibat satu faktor saja ataupun lebih dari satu faktor. Faktor manapun yang
dimiliki individu, faktor tersebut menariknya untuk menjauhi tugas yang
dituju dan disaat bersamaan mendatangi tugas lain yang lebih
menyenangkan. Hal ini membuat tugas yang hendak dikerjakan pada
awalnya menjadi tertunda dan terjadilah prokrastinasi.
b. Teori Ketakutan Dasar
Burka dan Yuen (1983) mengatakan bahwa prokrastinasi
digunakan sebagai strategi untuk melindungi diri dari ketakutan-ketakutan
yang mendasar atau dari ancaman-ancaman. Adapun ketakutan dasar
(basic fears) tersebut terdiri dari lima jenis, yaitu ketakutan akan
kegagalan (fear of failure), ketakutan akan keberhasilan (fear of success),
ketakutan akan keterkungkungan (fear of attachment), dan ketakutan akan
keterasingan (fear of separation). Apapun jenis ketakutan dasar yang
dimiliki individu, akan membuatnya merasa “aman” ketika menunda untuk
memulai ataupun menyelesaikan tugasnya. Prokrastinasi menjadi salah
satu cara yang dianggap individu tersebut cukup ampuh untuk menjaga
harga dirinya. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai katakutan
dasar tersebut.
1) Ketakutan akan kegagalan (fear of failure)
Fear of failure dapat diartikan sebagai adanya kekhawatiran yang
berlebihan terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan. Faktor ini
melibatkan adanya faktor kognitif seperti berpikir bahwa tidak
melakukan sesuatu adalah lebih baik (lebih tidak menyakitkan) daripada
melakukan dan gagal; adanya harapan yang terlalu tinggi pada dirinya
sehingga khawatir akan kemungkinan tidak dapat memenuhi harapan
tersebut, dan lebih baik tidak melakukan daripada membiarkan individu
lain tahu akan kekurangan dirinya.
2) Ketakutan akan keberhasilan (fear of success)
Berlawanan dengan faktor sebelumnya, fear of success adalah adanya
ketakutan akan akibat yang mungkin didapat dari keberhasilan yang
dicapai. Faktor ini melibatkan hal-hal seperti khawatir bahwa sukses
akan mendatangkan tuntutan yang lebih besar, khawatir akan dijauhi
merasa tidak pantas mendapatkan keberhasilan, atau menganggap
dirinya sempurna namun merasa bersalah akan hal itu.
3) Ketakutan akan kehilangan kontrol atas diri (fear of losing the battle)
Fear of losing the battle dapat diartikan sebagai adanya suatu
kekhawatiran yang berlebihan akan kehilangan kontrol terhadap
dirinya. Hal-hal yang ditentukan oleh individu lain (seperti batas waktu,
aturan-aturan) dilihat sebagai suatu usaha menghilangkan kontrol
individu terhadap dirinya.
4) Ketakutan akan keterkungkungan (fear of attachment)
Untuk kedua faktor yang terakhir ini lebih berkaitan dengan comfort
zone. Fear of attachment menunjukkan adanya kekhawatiran akan
menjadi terkungkung atau terbatasi kedekatannya dengan orang lain
akibat mengerjakan tugas.
5) Ketakutan akan keterasingan (fear of separation)
Fear of separation adalah dimana individu merasa terlalu khawatir akan
menjadi sendirian. Prokrastinasi memberikan indikasi pada individu
lain bahwa individu membutuhkan bantuan. Mahasiswa misalnya,
menunda kelulusan karena tidak ingin meninggalkan statusnya dan
mempertahankan “perlindungan” dari fakultas dan dosen, atau karena
sulit membuat keputusan walaupun sudah mendapatkan banyak saran
c. Teori Psikodinamika
Teori Psikodinamika yang dikemukakan Ferrari (dalam Ratna,
1999) menyebutkan bahwa munculnya prokrastinasi tidak terlepas dari
trauma masa kanak-kanak dan kesalahan dalam pengasuhan anak.
Pengalaman masa kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangan proses
kognitif individu ketika dewasa, terutama trauma. Individu yang pernah
mengalami trauma akan suatu tugas tertentu, misalnya gagal
menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi
ketika dihadapkan pada suatu tugas yang sama. Individu tersebut akan
teringat pada pengalaman kegagalan maupun perasaan tidak
menyenangkan yang pernah dialami di masa lalu sehingga membuatnya
menunda mengerjakan tugas sekolah, yang dipersepsikannya akan
mendatangkan perasaan seperti yang dialaminya di masa lalu. Sementara
itu, orangtua yang terlalu menuntut prestasi (dalam bidang apapun) dari
anak akan memunculkan kecemasan, kekhawatiran dan ketidakberartian
anak manakala tidak bisa memenuhi harapan mereka. Hal ini pada
akhirnya akan memicu anak untuk menunda-nunda dalam melakukan
pekerjaan.
Berkaitan dengan konsep tentang penghindaran dalam tugas, Freud
(dalam Ferrari, dkk, 1995) mengatakan bahwa seseorang yang dihadapkan
pada tugas yang mengancam ego pada alam bawah sadarnya akan
menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Perilaku penundaan atau
mekanisme pertahanan diri. Bahwa individu secara tidak sadar melakukan
penundaan, untuk menghindari penilaian yang dirasakan akan mengancam
keberadaan ego atau harga dirinya. Akibatnya, tugas yang cenderung
dihindari atau yang tidak diselesaikan adalah jenis tugas yang mengancam
ego seseorang, misalnya tugas-tugas di sekolah, seperti tercermin dalam
perilaku prokrastinasi akademik, sehingga bukan semata karena ego yang
membuat individu melakukan prokrastinasi akademik.
d. Teori Behavioristik
Teori behavioristik menyatakan bahwa prokrastinasi muncul akibat
proses pembelajaran. Menurut Ferrari (dalam Ratna, 1999), individu
melakukan prokrastinasi akademik karena ketiadaan sangsi atau hukuman
(punishment) untuk pelaku, yang terjadi secara berulang-ulang. Selain itu,
Bijou (dalam Ferrari, dkk, 1995) mengemukakan bahwa individu yang
pernah merasakan kesuksesan dalam melakukan tugas dengan penundaan,
akan cenderung mengulangi lagi perbuatannya. Sukses ini dijadikan
reward untuk mengulangi perilaku yang sama di masa yang akan datang.
Menurut McCown dan Johnson (dalam Ferrari, dkk, 1995), adanya
obyek lain yang memberikan reward lebih menyenangkan daripada objek
yang diprokrastinasi dapat memunculkan perilaku prokrastinasi akademik.
Individu yang memandang bermain video game lebih menyenangkan
daripada mengerjakan tugas akan lebih sering memprokrastinasi tugas
prokrastinasi akademik juga cenderung dilakukan pada jenis tugas yang
mempunyai punishment atau konsekuensi dalam jangka waktu yang lebih
lama daripada tugas yang tidak ditunda. Hal ini terjadi karena punishment
yang akan dihadapi kurang begitu kuat untuk menghentikan perilaku
prokrastinasi, misalnya ketika individu diminta untuk memilih menunda
belajar ujian semester atau menunda untuk mengerjakan pekerjaan rumah
mingguan, maka kecenderungan untuk menunda belajar dalam
menghadapi ujian semeseter lebih besar daripada menunda mengerjakan
pekerjaan rumah mingguan. Hal ini terjadi karena resiko nyata yang
dihadapi saat menunda mengerjakan pekerjaan rumah lebih pendek
daripada belajar untuk ujian.
e. Teori Cognitive Behavioral
Teori Cognitive Behavioral lebih detil dalam menjelaskan
prokrastinasi. Teori ini menyebutkan bahwa munculnya prokrastinasi
dikarenakan adanya kesalahan dalam berpikir atau adanya pikiran-pikiran
yang irasional terhadap tugas, seperti takut gagal dalam penyelesaian
(Solomon & Rothblum, 1984). Lebih lanjut teori ini menjelaskan
alasan-alasan logis mengapa prokrastinasi muncul, yaitu:
1) Kepercayaan irrasional. Prokrastinator menilai bahwa standar yang
ada terlalu tinggi sedangkan kemampuannya tidak sebanding dengan
standar yang ditetapkan, sehingga kegagalan itu sesuatu yang tidak
untuk menghadapi kegagalan sehingga ia mengambil jalan untuk
menunda menyelesaikan tugas. Ferrari, dkk (1995) menguatkan hal ini
dengan hasil penelitiannya pada mahasiswa di Amerika bahwa
penyebab munculnya prokrastinasi di kalangan mahasiswa adalah
takut gagal (fear of failure).
2) Locus of control. Individu yang memiliki kendali diri internal
cenderung tidak melakukan prokrastinasi atau prokrastinasinya
rendah. Sebaliknya, individu yang memiliki kendali diri eksternal
cenderung melakukan prokrastinasi (Rivzi, 1998).
3) Learned helplessness. Seseorang yang merasa tidak berdaya dengan
tugas-tugas yang dihadapi karena sering kecewa dengan hasil yang
diperoleh sebelumnya akan mudah melakukan prokrastinasi karena
baginya hal itu lebih aman.
4) Perfeksionisme yang irrasional. Prokrastinator selalu berdalih bahwa
ia butuh banyak waktu untuk melengkapi tugas sehingga dapat
menyajikan tugas dengan lebih sempurna. Irrasionalitas itu tampak
dari standar yang ditetapkan oleh individu sendiri, yang notabene
f. Teori Steel
Penyebab prokrastinasi cukup kompleks dan teori yang
dikembangkan oleh Steel (2005) mencoba menerangkan beberapa faktor
penyebab prokrastinasi yaitu :
1) Seberapa pentingnya tugas tersebut bagi individu
2) Keinginan atau ketertarikan tugas tersebut bagi individu
3) Keinginan seseorang untuk menunda
4) Waktu yang tersedia dalam mengerjakan tugas
Berikut adalah ilustrasi dari penyebab prokrastinasi.
Gambar 1 Penyebab Prokrastinasi
Tinggi Rendah
berperan dalam mempengaruhi perilaku prokrastinasi adalah faktor
keinginan seseorang untuk menunda. Faktor ini dijabarkan oleh Steel
Gambar 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keinginan untuk Melakukan Prokrastinasi
Berikut adalah penjelasan dari setiap faktor :
1) Aversion to the task
Beberapa prokrastinasi akademik berhubungan dengan penghindaran
diri terhadap tugas yang tidak menyenangkan. Mahasiswa bisa saja
memiliki kemampuan untuk mengerjakan, namun tidak berkeinginan
untuk segera memulai atau menyelesaikan tugas akademik yang
dimilikinya. Karena mahasiswa tersebut menyadari akan adanya
ancaman dari tugas (seperti akan menyita waktu, mengeluarkan beaya
yang besar untuk mencari data, dll).
2) Worry about failure
Beberapa mahasiswa merasa cemas dengan hasil yang akan diperoleh
setelah mengerjakan tugas akademik. Mereka ingin mendapatkan nilai
yang sempurna dan tidak menginginkan adanya kecacatan dari tugas
yang dikerjakan. Sehingga pada akhirnya mereka menunda untuk
menyelesaikan karena selalu muncul kekhawatiran akan
kesempurnaan tugasnya.
3) Depression or mood related
Faktor ini berhubungan dengan mood, atau dalam beberapa kasus
berkaitan dengan depresi yang dialami pelaku prokrastinasi. Dalam
kaitannya dengan mood, individu akan menunda mengerjakan atau
menyelesaikan tugas jika mood-nya belum positif. Jadi selama mood
-nya negatif, mereka akan melakukan prokrastinasi.
4) Rebellion
Merupakan perlawanan atau respon terhadap suatu tugas karena tugas
tersebut dirasa tidak adil dalam proporsi, tidak penting, dan terlalu
banyak diberikan di suatu waktu. Sehingga individu akan melakukan
prokrastinasi sebagai bentuk perlawanan terhadap tugas yang
diterimanya.
5) Impulsiveness
Blatt dan Quinn (1967) mengatakan bahwa individu yang impulsif
akan berkecenderungan untuk melakukan prokrastinasi, selama
mereka sibuk dengan suatu kejadian pada saat ini, dibandingkan apa
yang terjadi di masa depan. Sehingga perhatian mereka mudah beralih
pada apa yang mereka lihat daripada tugas yang dikerjakan. Dengan
kata lain, individu yang impulsif mudah sekali ter-distract. Mereka
akan sulit untuk memfokuskan diri, yang pada akhirnya berimbas pada
6) Time management issue
Faktor ini sangat sesuai pada konteks akdemik. Misalnya, seorang
mahasiswa yang baru saja memulai aktivitas akademik setelah liburan
panjang. Mereka akan terbiasa dengan aturan waktu yang lebih
longgar (tidak ada deadline tugas) sehingga mempersepsikan waktu
dengan santai. Masalah muncul ketika mereka mendapat suatu tugas
akademik, dan mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas tersebut
(menunda menyelesaikan) karena konteks waktu mereka yang lebih
longgar, sedangkan tugas tersebut memiliki tenggang waktu untuk
dikumpulkan.
7) Environmental factors
Penelitian Onwuegbuzie dan Jiao (2000) menunjukkan bahwa
individu yang berada pada suatu lingkungan tertentu akan
mempengaruhi kecenderungan prokrastinasinya. Misalnya, ketika
berada di dalam perpustakaan beberapa individu cenderung tidak
fokus dengan tugasnya (mencari teori), namun justru tertarik dengan
buku-buku lain yang tidak berkaitan dengan tugasnya tersebut.
8) Enjoy working under pressure
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat individu yang
merasa senang dan tertantang ketika bekerja dalam tekanan. Dalam
hal ini adalah bekerja menjelang batas akhir pengumpulan tugas.
Mereka merasa mendapatkan ide-ide kreatif jika berada dalam tekanan
B. Intensitas Mengakses Facebook 1. Intensitas Mengakses
Menurut Tim Penyusun Kamus (1988), arti kata intensitas adalah
keadaan (tingkatan, ukuran) intensnya (kuatnya, beratnya). Wikipedia
menerjemahkan intensitas sebagai ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Sementara itu, Drever (1986) menyebutkan intensitas sebagai aspek kuantitatif perasaan (atau pelengkap
perasaan), atau berapa banyak kualitas arti khusus, tidak boleh dikacaukan
dengan besar atau ukuran tempat, atau dengan intensitas atau kuantitas
ransangan fisik.
Menurut P. Salim dan Y. Salim (1991), kata mengakses berasal dari
kata akses yang berarti jalan untuk memasuki suatu tempat atau jalan masuk
satu-satunya.
Berdasarkan dua pengertian tersebut, intensitas mengakses yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah lamanya mengakses (Facebook)
dalam kurun waktu satu minggu dengan satuan ukur jam.
2. Definisi Jejaring Sosial Maya
Boyd dan Ellison (2007) mendefinisikan jejaring sosial maya sebagai
situs layanan yang memperbolehkan penggunanya untuk membangun profil
publik atau profil semi publik dalam sistem yang mengikat dan dapat
menyambungkan pengguna dengan jaringannya serta dapat melihat daftar
mendefinisikan jejaring sosial maya sebagai situs yang mendorong
penggunanya untuk berinteraksi serta membangun jaringan dengan pengguna
lain. Interaksi yang dilakukan dapat melalui berbagai bentuk, yaitu:
a. Email : mengirim pesan elektronik ke pengguna lain
b. Blog (web lob) posting : pengisian jurnal secara online
c. Comment posting : pengiriman respon terhadap gambar, layout halaman,
atau video musik yang telah dipilih oleh sesama pengguna layanan
d. Instant messaging : percakapan secara real time antara dua orang yang
berhubungan (percakapan dengan banyak orang yang terjadi dalam satu
waktu)
e. Picture, video dan music sharing : menggunggah serta mengirimkan
lagu, video klip, serta gambar melalui email
f. Gaming : bertemu dengan pemain lain secara online dan berkompetisi
secara virtual
g. Survey dan quiz talking : mengisi informasi personal yang menciptakan
topik yang menarik atau menjawab pertanyaan pada majalah remaja
untuk mencari tahu mengenai sesuatu
h. Bulletin posting : pengiriman pesan secara massal
i. Personalized content : pengisian materi situs secara personal meliputi
Menurut Dwyer dan Widmeyer (2008), untuk mampu mendukung
interaksi sosial, jejaring sosial maya mempunyai komponen-komponen yang
sesuai dengan fungsi tersebut, yaitu:
a. Gambaran diri secara digital melalui profil
b. Alat berkomunikasi melalui kontak yang synchronous dan asynchronous
c. Terhubung
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jejaring sosial maya
adalah layanan situs secara online yang menyediakan fitur-fitur yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi sehingga dapat
menyerupai komunikasi secara bertatap muka.
3. Definisi Facebook
Menurut Ardhana (2009) Facebook adalah suatu website yang
bergerak di bidang social network service yang memungkinkan seseorang
untuk menemukan teman lama, teman baru, menjalin pertemanan, bergabung
dalam komunitas seperti kota, pekerjaan, sekolah, dan daerah untuk
melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain, mengirimkan pesan
ataupun komentar. Website merupakan suatu software atau program yang
dibangun di atas dokumen-dokumen maupun perintah-perintah Hyper Text
Markup Language atau disingkat HTML, gambar-gambar, dan script
pemrogramannya yang dapat divisualisasikan melalui internet. Umumnya
website memiliki alamat yang ditulis dalam bentuk seperti:
Ardhana (2009) dalam bukunya menyebutkan bahwa Facebook atau
lebih dikenal dengan istilah FB dibuat oleh Mark Zuckerberg, seorang
mahasiswa di Harvard University dan diluncurkan pada 4 Februari 2004.
Awalnya FB digunakan untuk komunikasi antar mahasiswa Universitas
Harvard. Pada waktu itu FB masih menggunakan nama TheFacebook dan
bukan Facebook. TheFacebook diambil dari nama lembar dokumen yang
diberikan ke setiap mahasiswa baru di Harvard University yang menampilkan
profil civitas akademika. Kemudian baru pada bulan Agustus 2005 berganti
nama menjadi Facebook. Setelah beberapa waktu, target pengguna FB adalah
seluruh mahasiswa dan masyarakat umum.
Tiga bulan setelah diluncurkan, lebih dari setengah jumlah mahasiswa
Harvard telah bergabung menjadi anggota FB. Kurang dari empat bulan, 30
kampus telah ikut bergabung Pada bulan Januari 2005, FB mulai
menambahkan jaringan-jaringan sekolah internasional. Menjelang akhir 2006,
FB mencapai hampir 2 juta orang pemakai di Kanada dan 1 juta orang
pemakai di Inggris. Memasuki bulan Oktober 2007, pemakai aktif FB
mencapai 50 juta orang di seluruh dunia. Hingga pertengahan tahun 2008, FB
telah diterjemahkan dalam bahasa Spanyol, Perancis dan Jerman. Di bulan
Juli 2008 FB telah mencapai 90 juta orang pemakai aktif secara global dan
mereka sudah menterjemahkan FB ke dalam puluhan bahasa. Pertumbuhan
FB ini meledak di Amerika Selatan. Pada awal 2009, pengguna aktif FB
sudah mencapai 150 juta orang dan saat ini FB sudah diterjemahkan dalam 40
4. Faktor Penyebab Frekuensi Mengakses Facebook
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ermida (2008)
menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang
mengakses Facebook, yaitu:
a. Kebutuhan untuk Berafiliasi
Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk dicintai
atau berafiliasi terhadap orang lain (Schultz, 1991). Social network
service ini mampu memberikan kesempatan pada seseorang untuk
berafiliasi dengan orang lain. Dengan adanya wadah ini maka
terbentuklah perilaku seseorang untuk berafiliasi secara cyber. Hal ini
membentuk suatu fenomena baru, yaitu pergeseran gaya hidup dari
afiliasi di dalam dunia nyata menjadi afiliasi dunia cyber.
b. Ketertolakan Daya Tarik Fisik
Di dalam layanan jaringan sosial maya, faktor daya tarik fisik dan
perilaku dapat diminimalkan pengaruhnya sehingga orang-orang akan
lebih mudah diterima maupun memperoleh dukungan dari orang lain,
sebab pertemuan mereka secara tidak langsung.
c. Fasilitas pada Facebook
Facebook memiliki banyak pengguna di seluruh dunia, khususnya
Indonesia. Oleh karena itu, Facebook pun berkembang menjadi web
social network service yang memungkinkan para penggunanya
memasang foto, mengomentarinya, mengubah status, mengomentari
Facebook. Dengan banyaknya fasilitas yang disediakan maka bertambah
pula lah jumlah peminatnya.
C. Hubungan Antara Intensitas Mengakses Facebook dengan Prokrastinasi Akademik
Kehidupan kampus selalu diwarnai dengan berbagai pandangan
mengenai kewajiban yang harus diambil dan dijalankan oleh mahasiswa. Hal
ini terkait dengan pandangan yang ada dalam kehidupan sosial, yaitu bahwa
seorang mahasiswa harus menjalankan kewajibannya untuk menuntut ilmu.
Selain itu menurut pandangan masyarakat pada umumnya, mahasiswa adalah
sekelompok individu yang berpendidikan tinggi dengan sikap kritis dan cara
berpikir yang ilmiah, sehingga secara tidak langsung dinilai mampu bersaing
di era globalisasi.
Kenyataan yang ada justru menunjukkan bahwa banyak mahasiswa
yang terhambat untuk lulus karena buruknya penyesuaian diri dan tidak
adanya disiplin dalam diri mereka. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
mahasiswa tingkat akhir yang tidak kunjung menyelesaikan tugas dan
tanggung jawab perkuliahaannya dengan baik. Salah satu penyebabnya ialah
adanya kebiasaan menunda pekerjaan atau yang lebih dikenal dengan istilah
prokrastinasi akademik.
Prokrastinasi akademik menitikberatkan pada penundaan tugas-tugas
akademis termasuk di dalamnya kegiatan belajar. Pada mahasiswa,
drop out, penundaan belajar, dan penundaan dalam menyelesaikan tugas
kuliah (Beswick, Rothblum, & Mann, 1988; Lay & Burns, 1991; Rothblum et
al., 1986). Prokrastinasi disfungsional akademik dapat didefinisikan sebagai
kecenderungan irasional untuk menunda dengan tidak bertujuan dalam
memulai atau menyelesaikan suatu tugas akademik (Sene’cal, Julien & Guay,
2003).
Di sisi lain, internet hadir sebagai bukti adanya revolusi di bidang
informasi. Kehadiran internet memberikan layanan virtual social network
service yang membantu seseorang untuk menjalin relasi dan berbagi dengan
orang lain tanpa perlu berbicara atau tatap muka secara langsung. Salah satu
bentuk virtual social network service adalah hadirnya Facebook sebagai situs
jejaring sosial yang semakin menambah kuatnya daya hipnotis dari internet.
Menurut Douglas (dalam Elia, 2009), hal ini didukung pula oleh semakin
murah dan mudahnya koneksi internet dengan tersebarnya jaringan, dan
semakin tersedianya peralatan komputer, handphone, iPhone, maupun
BlackBerry yang menyediakan fasilitas berinternet. Maraknya penjualan
media komunikasi seperti ini semakin memudahkan masyarakat untuk
mengakses internetkapan saja dan di mana saja sekaligus juga membuat para
penggunanya seolah tidak ingin jauh dari situs jejaring sosial yang
dimilikinya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli syaraf, Greenfield
dari Oxford University menunjukkan bahwa situs pertemanan seperti