• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN JAMUR Trichoderma spp. DAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) PADA MEDIA KOMPOS UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN TANAMAN MELON DI LAHAN KERING - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN JAMUR Trichoderma spp. DAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) PADA MEDIA KOMPOS UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN TANAMAN MELON DI LAHAN KERING - Repository UNRAM"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

PENGGUNAAN JAMUR Trichoderma spp. DAN MIKROORGANISME LOKAL

(MOL) PADA MEDIA KOMPOS UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN TANAMAN MELON DI LAHAN KERING*)

Reza Umami dan **)I Made Sudantha

Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Universitas Mataram

**)Corresponding author : imade_sudantha@yahoo.co.id

ABSTRAK

Salah satu cara pengendalian yang ramah lingkungan dengan hasil yang menjanjikan adalah penggunaan mikroorganisme lokal (MOL) dan penggunaan jamur antagonis Trichoderma spp.. Mikroorganisme antagonis dari jenis jamur Trichoderma ini dapat berupa jamur endofit yang diperoleh dari tanaman sehat, maupun jamur-jamur saprofit yang diperoleh dari daerah sekitar perakaran tanaman. MOL adalah bahan pengurai untuk membuat pupuk organik berupa kompos dan bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman. MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung mikrobia yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan sebagai pendecomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida. MOL ini akan lebih bermanfaat apabila diinokulasi dengan jamur Trichoderma spp. Jamur Trichoderma spp. telah berhasil digunakan untuk pengendalian patogen tular tanah, seperti pada penyakit layu Sclerotium tanaman kedelai; penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai, Penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat; dilaporkan juga Trichoderma spp. yang dikemas dalam bentuk biofungisida “BIOTRIC” dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan patogen tular tanah pada kondisi lapang di Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur. Demikian pula jamur Trichoderma spp. dan MOL dapat digunakan untuk pengendalian penyakit layu Fusarium dan meningkatkan pertumbuhan dan hasil melon.

(2)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

BAB I . PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Melon (Cucumis Melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. dan tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman. Kemudian melon berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah eks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan dengan daerah asal melon pertama.

Agribisnis melon menunjukkan prospek menjanjikan, tetapi jika faktor tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta faktor pemeliharaan tidak diperhatikan maka keuntungan akan menurun oleh sebap itu (Riza Umami, 2010) berusaha membantu meningkatkan produktivitas melon secara Kuantitas, Kualitas, dan Kelestarian lingkungan ( Aspek K-3 ) serta penggunaan kompos dan mikro organisme lokal (Mol) dapat meningkatkan kesehatan tanaman melon lahan kering.

(3)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah (Badan Pusat Statistik, 2010). Salah satu kendala pengembangan tanaman melon adalah adanya serangan jamur Fusarium oxysporum f. sp mileum mulai dari pembibitan sampai dengan penanaman

dilahan.

Sampai saat ini penyakit busuk batang melon masih sulit dikendalikan dengan berbagai cara, karena patogennya memiliki struktur bertahan berupa klamidospora yang dapat bertahan dalam tanah sebagai saprofit antara tiga sampai empat tahun (Sukamto dan Tombe, 1995). Selain itu karena penularannya melalui bibit yang sudah terinfeksi, sehingga penyebarannya menjadi cepat dan meluas (Hadisutrisno, 2005), dan belum ditemukan klon melon yang tahan atau toleran terhadap penyakit ini.

Dengan demikian diperlukan satu alternatif pengendalian penyakit layu Fusarium pada tanaman melon yang lebih efektif dan ramah lingkungan serta berkelanjutan. Salah satu cara pengendalian yang ramah lingkungan dengan hasil yang menjanjikan adalah penggunaan mikroorganisme lokal (MOL) dan penggunaan jamur antagonis Trichoderma spp.. Mikroorganisme antagonis dari jenis jamur Trichoderma ini dapat berupa jamur-jamur endofit yang diperoleh dari tanaman sehat, maupun jamur-jamur saprofit yang diperoleh dari daerah sekitar perakaran tanaman (Sudantha, 2009).

MOL adalah bahan pengurai untuk membuat pupuk organik berupa kompos dan bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman. MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung mikrobia yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan sebagai pendecomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida. MOL ini akan lebih bermanfaat apabila diinokulasi dengan jamur Trichoderma spp.

(4)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

baik, (4)substrat untuk meningkatkan aktivitas mikroba antagonis, (5) untuk mencegah patogen tular tanah (Sudantha, 2008).

Sebagai contoh Sudantha dan Abadi (2006), melaporkan bahwa mekanisme antagonisme antara jamur endofit Trichoderma spp. dan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae adalah mikoparasit dan antibiosis. Selain itu, Sudantha (2007) juga

melaporkan bahwa ada 19 jenis jamur endofit pada jaringan sehat tanaman vanili, namun ada delapan jenis jamur Trichoderma spp. efektif mengendalikan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur F. oxysporum f. sp. vanillae.

Jamur Trichoderma spp. telah berhasil digunakan untuk pengendalian pathogen tular tanah, seperti pada penyakit layu Sclerotium tanaman kedelai (Sudantha, 1994); penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai (Sudantha, 1996), Penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat (Sudantha, 1997); dilaporkan juga Trichoderma spp. yang dikemas dalam bentuk biofungisida “BIOTRIC” dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan pathogen tular tanah pada kondisi lapang di Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur (Sudantha, 1998: Sudantha, 1999).

Sudantha dan Abadi (2006); Sudantha dan Abadi (2007); Sudantha (2007); Sudantha et al. (2007) melaporkan bahwa jamur Trichoderma spp. ditemukan juga dalam jaringan tanaman yang bersifat endofit yang dapat digunakan untuk pengendalian penyakit layu Fusarium pada tanaman vanili.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan maka salah satu altrnatif pengendalian penyakit busuk batang pada tanaman melon adalah “Penggunaan Jamur Trichoderma spp. dan Mikroorganisme Lokal ( MOL) Pada Media Kompos untuk Meningkatkan Kesehatan Tanaman Melon Di Lahan Kering” dengan harapan nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman melon terhadap serangan jamur F. oxysporum f. sp mileum.

1.2Perumusan Masalah

(5)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

a. Apakah pengunaan jamur Trichoderma spp. dan mikro organisme lokal (Mol) pada media kompos dapat meningkatkan kesehatan pada tanaman melon di lahan kering serta mampu mengikat air .

b. Apakah penggunaan kompos hasil pengunaan Trichoderma spp.dan mikro organisme lokal (Mol) berpengaruh pertumbuhan jamur F. oxysporum f.sp. mileum pada tanaman melon dan dapat meningkatkan ketahanan induksi terhadap penyakit busuk batang.

c. Apakah pengunaan jamur Trichoderma sp.dan mikro organisme lokal (Mol) mampu mempercepat proses dekomposisi seresah daun tanaman.

1.3Tujuan penulisan topik khusus

Penulisan bertujuan untuk mengetahui:

a. Kemapuan Trichoderma spp. dan Mol dalam proses pengomposan.

b. Pengaruh penambahan kompos hasil permentasi campuran trichoderma spp.dan Mol pada media kompos diharapkan menikakan produksi melon c. Mengetahi kemapuan Trichoderma spp. dan Mol dalam meningkatkan

kesehatan tanaman melon terhadap serangan penyakit busuk batang tanaman melon.

1.4Manfaat Penulisan topik khusus

(6)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

BAB II. GAGASAN

2.1. Peranan jamur Trichoderma untuk pengoposan

Jamur Trichoderma spp. merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati patogen tanaman. Beberapa isolat jamur Trichoderma spp. dapat tumbuh dengan cepat pada medium seresah daun kopi, kemiri dan lamtoro, yaitu isolat Trichoderma sp. SAPRO-03 vanili Timbenuh (T. harzianum), Trichoderma sp. SAPRO-06 vanili Celelos (T. aureoviride), Trichoderma sp. SAPRO-07 vanili Jurang Malang (T. harzianum), Trichoderma sp. SAPRO-09 vanili Lingsar (T. hamatum) dan Trichoderma sp. SAPRO-11 vanili Selebung (T. hamatum). Pertumbuhan koloni jamur Trichoderma sp. SAPRO-07 vanili Jurang Malang (T. harzianum) pada medium seresah daun kopi, kemiri dan lamtoro pada hari ke lima setelah inokulasi sudah menutupi seluruh permukaan cawan Petri yang berdiameter 90 mm dan berwarna hijau karena telah membentuk phialospora, sedang pada medium seresah daun gamal, kakao dan dadap pertumbuhan jamur ini lambat karena pada hari ke lima setelah inokulasi diameter koloninya masing-masing berukuran 66,67 mm, 10,00 mm dan 10,00 mm, dan berwarna putih karena belum membentuk phialospora (Sudantha, 2007)

Jamur Trichoderma spp. mempunyai kemampuan untuk menguraikan sampah organik menjadi kompos dalam jangka waktu yang cepat. Kemampuan jamur Trichoderma spp. sebagai agen pengurai sampah organik disebabkan karena

kemampuannya untuk memproduksi enzim yang dapat menguraikan selulosa, hemi selulosa dan lignin yang tinggi menjadi senyawa yang lebih sederhana (Sudantha, 2007; Sudantha, 2008; Sudantha, 2010). Harman dan Taylor (1988) mengemukakan bahwa suatu lahan dimana banyak terdapat bahan organik maka jamur Trichoderma akan berkembang baik, yang akan menghasilkan enzim chitinolitik dan selulose yang banyak. Menurut Trautmann dan Olynciw (1996) selulosa yang ada pada bahan organik dapat dipisahkan oleh enzim selulose yang telah dihasilkan oleh jamur T. harzianum menjadi ligni–selulose, kemudian merombaknya menjadi senyawa yang lebih sederhan yang mampu larut dalam air, sehingga segera dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan.

(7)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

spp. yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil tanaman, menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara langsung. Selain itu Trichoderma spp sebagai antagonis mudah dibiakkan secara massal dan mudah disimpan dalam waktu lama (Arwiyanto, 2003).

Penyakit layu Fusarium (Fusarium wilt) banyak merugikan tanaman melon. Pada tanaman yang masih sangat muda mudah terinpeksi. Benih dapat busuk sebelum atau sesudah muncul dari tanah, atau tanaman dapat tumbuh menjadi kerdil. Pada tanaman yang terinpeksi penyakit menyebabkan daun-daun menjadi pucat, bagian atas tanaman layu, dan sedikit demi sedikit seluruh tanaman layu dan akhirnya mati. Pada batang terdapat bercak yang panjangnya mencapai 60 cm, menjadi nekrotik, dan mempunyai masa spora merah jambu. Kadang-kadang pada batang terjadi busuk yang mengeluarkan cairan berwarna coklat. Jika dibelah akan tampak bahwa bagian kayu dari batang berwarna coklat. Buah-buah lebih kecil daripada biasa. Akar-akar dapat mempunyai gejala kanker Berdasarkan potensi yang dimiliki Trichoderma spp. maka pemanfaatan jamur tersebut sebagai agen hayati untuk pengendalian jamur F. oxysporum f. sp niveum. Pada tanaman melon sangatlah penting di dalam menunjang

program PHT. Oleh karena itu penggunaan Trichoderma spp sebagai agen pengendali hayati diharapkan dapat mengurangi ketergantungan dan dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia dalam mengendalikan penyakit busuk batang tanaman melon (Cholil, dan Abadi, 1991).

(8)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

Gambar 2. Biofungisida formulasi cair (a) dan populasi jamur Trichoderma spp. pada

medium PDA (Sumber : Sudantha 2010)

Gambar 03. Biofungisida formulasi tablet (a) dan populasi jamur Trichoderma spp. dalam formulasi tablet pada medium PDA (b) (Sumber: Sudantha 2010)

Gambar 04. Biofungisuda formuasi serbuk (a) dan Populasi jamur Trichoderma. spp.pada medium PDA (b). (Sumber: Sudantha, 2010)

b a

a

b

(9)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

2.2. Peranan MOL dalam pengomposan a. Mikro Organisme Lokal

Proses dekomposisi bahan-bahan organik menjadi kompos, diperlukan bahan-bahan dekomposer. Macam bahan-bahan dekomposer banyak beredar di pasar (seperti EM4) dan MOL. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar usaha tani, petani-petani kreatif di Ciamis membuat MOL dari bahan-bahan seperti buah-buahan busuk (pisang, pepaya, mangga), rebung, pucuk tanaman merambat, tulang ikan, keong, urine sapi, bahkan sampai urine manusia, darah hewan, bangkai hewan, air cucian beras, dan sisa makanan.

Cara membuat MOL itu mudah, semua yang ada di sekitar kita bisa dipakai, semua bahan dicampur dengan campuran yang manis-manis seperti air nira, air gula dan, air kelapa.

Cara pembuatan mol sebelum di gunakan dalam pengomposan :

Gambar 4 : Pembuatan MOL (Mikroorganisme) Proses pembuatan:

1. kg buah maja ( isi/bahan-bahan tambahan lainnya ) 2. Campurkan dengan 5 Ltr air beras

3. Larutkan buah maja kedalam 5 ltr air beras dengan cara diremas- remas. 4. Masukkan kedalem toples

5. Tutup toples dengan rapat

6. Berikan pernapasan dengan menggunakan selang kecil yang dihubungkan kedalam botol yang berisi air dengan catatan :

(10)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

- Ujung selang yang di toples ( tempat buah maja ) hams benada diatas permukaan air

- Ujung selang yang di botol ( tempat pernapasen ) hampir menyentuh dasar air.

- Biarkan / permentasi selama 15 hari hingga keluar bau harum.(diklat pelatihan usahatani, 2009)

-b. Uji kandungan mikro organisme menggunakan lampu pijar

(11)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

Uji kandungan mikro organisme pada MOL bonggol pisang, lampu pijar menyala maksimal. Hal tersebut membuktikan bahwa kandungan mikro organisme dalam MOL bonggol pisang tinggi.

Uji kandungan mikro organisme pada air lumpur yang diambil dari sawah, lampu pijar tidak menyala. Hal tersebut membuktikan bahwa air sawah (lumpurnya) kandungan mikro organismenya kecil, sehingga perlu diperbaiki struktur tanahnya.

2.3. Peranan pengunaan Trichoderma dan MOL dalam pengoposan

(12)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

dari 20). Bahan organik yang mempunyai C/N yang mendekati C/N tanah maka bahan tersebut dapat diaplikasikan pada tanaman. Sedangkan menurut Indranada (1989), makin lanjut tingkat dekomposisi bahan oranik, maka nisbah C/N-nya akan semakin menurun. Nisbah C/N optimal untuk akhir pengomposan berkisar antara 15-17. Sementara itu Inoko (1982) menyatakan bahwa nisbah C/N optimal untuk akhir pengomposan berkisar dibawah 20.

2.4. Peranan kompos Trichodarma dan MOL untuk kesehatan tanaman melon

Peranan kompos hasil permentase penggunaan Trichodarma dan Mol pada Melon diharapkan dapat menekan serangan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur Fusarium. Trichodarma merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati patogen tanaman melon yang bersifat spesifik target mengelonizofir dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil tanaman melon, menjadi unggulan lain sebagai agen pengedalian hayati dapat diaplikasikan melalui tanah langsung selain itu peran kompos Trihcodarma atau MOL sebagai agen antagonis mudah dibiakan secara masal dan mudah tercampur dalam media kompos serta hasil permentasi jamur Trichoderma dan MOL mampu memperbaiki struktur tanah, sifat fisik tanah, kimia dan biologi tanah serta mampu mengikat air tanah padal lahan kering. Sudantha (2010) dan Sudantha (2011); Sudantha (2012) melaporkan bahwa jamur Trichoderma spp. dalam bentuk cair dapat menekan terjadinya penyakit layu pada tanaman kedelai, vanili, pisang dan tomat.

2.5. Peranan kompos untuk pertanian organik lahan kering

(13)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

Sedangkan pengertian pertanian organik menurut FAO (1999) adalah "a holistic production management system which promotes and enhances

agro-ecosistem health, including biodiversity, biological cycles, and soil biological

activity. Itemphasises the use of management practices in preference to the use of

off-farm inputs, taking into account that regional conditions require locally adapted

systems” (suatu sistem managemen yang holistik yang mempromosikan dan meningkatkan pendekatan sistem pertanian berwawasan kesehatan lingkungan, termasuk biodiversitas, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Dalam pengertian ini ditekankan pada preferensi penerapan input of farm dalam managemen dengan memperhatikan kondisi regional yang sesuai.

(14)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1Kesimpulan

1. Jamur Trichoderma mempunyai kemampuan serbagai pengurai sersah organik dan kompos hasil permentasi Trichoderma spp efektif pengendalian penyakit busuk batang tanaman melon yang disebabkan oleh jamur F.oxysfora f. sp nevelium sehingga dapat meningkatkan ketahanan tanaman melon

2. MOL dapat digunakan untuk mempercepat pengurai bahan organik.

3. Kompos hasil pemintasi jamur Trichoderma spp dan MOL dapat digunakan meningkatkan pertanian organik di lahan kering.

3.2Saran

1. Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan Trichoderma dan MOL belum mengatasi dapat dipergunakan Fungisida atau Pestisida kimia yang dianjurkan.

2. Penamanan melon sebaiknya mengunakan kompos Trichoderma dan MOL dilahan agar tidak mudah terserang penyakit

(15)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

DAFTAR PUSTAKA

Cholil, A.L. 1991. Penyakit-penyakit penting tanaman pangan. Pendidikan Program Diploma Satu Pengendalian Hama Terpadu. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Cook, R. J. and K. F. Baker, 1989. The Nature on Practice of Biological Control of Plant Pathogens. ABS press, The American Phytopathological Society, St. Paul. (Google terjemahan, di browsing tanggal 12 Desember 2010).

Departemen Pertanian, 2005. Mendukung Program Go-organic 2010.

Diklat Kegiatan Pelatihan Usahatani, 2009. Pelatihan Wira Usaha di Bidang Pertanian. BPP Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok Tengah

FAO. 1999. Organic Farming Offers New Opportunities For Farmers Worldwide -Market Access Should Be Improved For Developing Countries. Press release. http://www.fao.org/WAICENT/OIS/PRESS_NE/PRESSENG/1999/pren9903.ht m.

Hasanuddin, 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme Dalam Sistem Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Terpadu, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hawker (1950) dalam Purwantisari Susiana dkk, 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. (Jurnal BIOMA, 2009 Vol. 11, No.1, Hal. 24-32).

Katayama, Katsumi, dan Teramoto, Takeshi. 1997. Seed Potato Production and Control of Insect Pest and Diseases in Indonesia, dalam Purwantisari Susiana dkk, 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. (Jurnal BIOMA, 2009 Vol. 11, No.1, Hal. 24-32).

Purwantisari Susiana dkk, 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. (Jurnal BIOMA, 2009 Vol. 11, No.1, Hal. 24-32).

Salma, S dan L. Gunarto. 1999. Enzim Selulase dari Trichoderma spp. Buletin AgriBio Vol. (2) No. 2. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.

Sudantha, I. M. 1994. Potensi beberapa jamur antagonistik sebagai biofungisida untuk pengendalian penyakit layu Sclerotium pada tanaman kedelai. Laporan Penelitian Didanai Proyek ARMP Deptan. Fakultas Pertanian UNRAM, Mataram, 35 hal.

(16)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

Sudantha, I. M. 1996. Pemanfaatan jamur Trichoderma harzianum sebagai fungisida mikroba untuk pengendalian patogen tular tanah pada tanaman kedelai di Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian Hibah Bersaing.

Sudantha, I. M. 1997. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida Untuk Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Direktorat Pembinaan Penelitian dan pengabdian Pada Masyarakat Dirjen Dikti.

Sudantha, I. M. 1998. Uji Multilokasi Penggunaan Biofungisida “BIOTRIC” (bahan

aktif jamur Trichoderma harzianum) Untuk Pengendalian Jamur Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai di lahan Sawah dan Lahan Kering Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Universitas Mataram Edisi A (IPA) Vol. I (17): 70 - 80.

Sudantha, I. M. 1999. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida Untuk Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2006. Biodiversitas Jamur endofit Pada Vanili (Vanilla planifolia Andrews) dan Potensinya Untuk Meningkatkan Ketahanan Vanili Terhadap Penyakit Busuk Batang. Laporan Kemajuan Penelitian Fundamenatal DP3M DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram 107 hal.

Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik Sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae Pada Tanaman Vanili di Pulau Lombok NTB. Disertasi Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. 259 hal.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2007. Identifikasi Jamur Endofit dan Mekanisme Antagonismenya terhadap Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman Vanili. Agroteksos, 17 (1). PP. 23-38. (http://eprints.unram.ac.id/4637/)

Sudantha, I. M.; T. Hadiastono; A. L. Abadi: S. Djuhari. 2007. Uji Sinergisme Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik dalam Meningkatkan Ketahanan Induksi Bibit Vanili terhadap Penyakit Busuk Batang. Jurnal Agrivita Fakultas Pertanian UB. Malang. Vol 29 No. 2. 106-115.

(17)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

Sudantha. I. M. 2009. Aplikasi Jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04 serta SAPRO-07 dan 09) sebagai Biofungisida, Dekomposer dan Bioaktivator Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Vanili dan Pengembangannya pada Tanaman Hortikultura dan Pangan Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Kompetensi DP2M Dikti, Mataram.

Sudantha, I. M. 2009. Karakterisasi Jamur Saprofit dan Potensinya untuk Pengendalian Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman Vanili. Agroteksos, 19 (3). PP. 89-100. ISSN 0852-8286 (http://eprints.unram.ac.id/4638/)

Sudantha, I. M. (2009). Uji Efektivitas Beberapa Isolat Jamur Endofit Antagonistik dalam Meningkatkan Ketahanan Terinduksi Beberapa Klon Vanili terhadap Penyakit Busuk Batang. Agroteksos, 19 (1-2). PP. 18-28. ISSN 0852-8286 (http://eprints.unram.ac.id/4641/

Sudantha, I. M. 2009. Pemanfaatan Jamur Endofit Dan Saprofit Antagonis Sebagai Agens Pengendali Hayati Patogen Tular Tanah Untuk Meningkatkan Kesehatan Dan Hasil Tanaman. Pidato Ilmiah Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian. Universitas Mataram, Mataram. 46 hal. Sudantha, I. M. 2010. Makalah Seminar Regional Potensi Pengembangan Pertanian

Organik sebagai salah Satu Model Pertanian Berkelanjutan. Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering. Program Pascasarjana Universitas Mataram. Mataram.

Sudantha. I. M. 2010. Buku Teknologi Tepat Guna: Penerapan Biofungisida dan Biokompos pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.

Sudantha, I. M. (2010). Pengujian Beberpa Jenis Jamur Endofit dan Saprofit Trichoderma spp. terhadap Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Kedelai. Agroteksos, 20 (2-3). Pp. 90-102. Issn 0852-8286 (http://eprints.unram.ac.id/4639/)

Sudantha, I.M. 2011. Makalah Seminar Regional Potensi Pengembangan Pertanian Organik Sebagai Salah Satu Model Pertanian Terpadu Berkelanjutan. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.

(18)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Oktober 2012

Suharna dan Widhyastuti (1966) dalam Purwantisari Susiana , 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. (Jurnal BIOMA, 2009 Vol. 11, No.1, Hal. 24-32).

Sutanto, R. 2002b. Pertanian Organik : menuju pertanian alternatif dan berkelanjutan. Kanisius. Jakarta.

Gambar

Gambar 2. Biofungisida formulasi cair (a) dan populasi jamur Trichoderma spp. pada
Gambar 4 : Pembuatan MOL (Mikroorganisme)

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi penelitian menjadi perbedaan dari penelitian ini yaitu pada kelas X SMAN 3 Gowa, selanjutnya yang menjadi perbedaan lain adalah pada penelitian sebelumnya

[r]

Pada Gambar 2 Di atas terlihat jelas bahwa terdapat interaksi atau berasosiasi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematis siswa, sehingga pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan durasi waktu tidur, paparan asap rokok, dan lama pemberian ASI dengan tekanan darah pada ibu menyusui yang memiliki

[r]

 Dalam sebulan terakhir yield SUN jangka pendek naik antara 20 sampai dengan 40 bps kecuali untuk tenor 1 tahun dan 2 tahun yang masing-masing turun sebesar 45

Lakukan Close Valve pada Venting (Back Pressure) bila sudah dilewati Bi Directional Pig, dan gunakan Venting berikutnya untuk melakukan Back Pressure secara