• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prediksi komposisi optimum Virgin Coconut Oil (VCO) dan propilen glikol sebagai penetration enhancer dalam formula emulsi A/M tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri (Aleutites moluccana(L.) Willd) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Prediksi komposisi optimum Virgin Coconut Oil (VCO) dan propilen glikol sebagai penetration enhancer dalam formula emulsi A/M tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri (Aleutites moluccana(L.) Willd) : aplikasi desain faktorial - USD Repository"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI KOMPO

POSISI OPTIMUMVIRGIN COCONUT OIL IKOL SEBAGAIPENETRATION ENHANC ULSI TONIK RAMBUT EKSTRAK ETANO es moluccanaL. Willd): APLIKASI DESAIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

(2)

PREDIKSI KOMPO

POSISI OPTIMUMVIRGIN COCONUT OIL IKOL SEBAGAIPENETRATION ENHANC ULSI TONIK RAMBUT EKSTRAK ETANO es moluccanaL. Willd): APLIKASI DESAIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Orang-orang yang gagal

yang berani menatap kegagalan dengan kepala tegak

siap belajar dan berusaha, berusaha dan belajar lagi! Bangkit dan bangkit lagi

adalah mereka yang telah siap menjadi dewasa dan sukses secara utuh

(Andrie Wongso)

“Waktu yang sulit tidak pernah bertahan selamanya,

Tetapi orang yang tangguh akan bertahan selamanya.”

~ Dr. Robert Schuller~

Karya kecilku ini kupersembahkan untuk:

Allah Bapa Yesus Kristus

Keluargaku

Sahabat-sahabatku

(6)
(7)

vi

PRAKATA

Puji Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang

Maha Pengasih dan Penyayang atas semua rahmat dan penyertaan-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul

“Prediksi Komposisi Optimum Virgin Coconut Oil (VCO) dan Propilen Glikol sebagai Penetration Enhancer dalam Formula Emulsi Tonik Rambut Ekstrak Etanol-Air Biji Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd): Aplikasi Desain

Faktorial” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi

Farmasi (S.Farm).

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menghadapi banyak kesulitan.

Namun penulis telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang berupa

dukungan, sarana, bimbingan, nasihat, kritik, dan saran. Pada kesempatan ini,

penulis ingin mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta

2. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan

skripsi.

3. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya

meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik dan saran yang

(8)

vii

4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah menguji

sekaligus memberikan kritik dan saran kepada penulis.

5. Jeffry Julianus, M.Si., atas diskusi, masukan dan saran dalam penyusunan

skripsi.

6. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., atas diskusi, masukan, dan saran dalam

penyusunan skripsi.

7. Romo Sunu, atas diskusi, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi.

8. Papa, mama, Ferry, Hendy, Devi, dan Willy atas dukungan, kasih sayang dan

cintanya.

9. Agnes, dan Pius sebagai teman satu tim atas bantuan, kerjasama, canda tawa,

keluh kesah dan dukungannya selama penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku, Pika, Desy, Dewi, Dian, Ike, Novi, Susilia, Junnery,

Edwin, Nelly, dan Emyka yang selalu memberikan bantuan, dukungan,

motivasi dan doa.

11. Teman-teman skripsi lantai satu yang lain, Agatha Desy, Noveli, Nanda,

Mariana, Dian Prasanti, Asti, Lala, Siska, Yessy, Dewi, atas bantuan, kerja

sama, dan canda tawa di laboratorium.

12. Semua teman-teman angkatan 2008, khususnya FST B atas segala semangat

dan kebersamaan kita yang indah.

13. Keluarga kost“Pelangi” atas kebersamaan dan dukungan selama ini.

14. Pak Musrifin, Mas Bimo, Mas Ottok, Mas Iswandi, Mas Sigit, Pak Heru, Pak

Wagiran serta laboran-laboran yang lain yang telah membantu penulis selama

(9)

viii

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kesalahan dan kelemahan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga laporan akhir ini dapat

berguna bagi semua pihak,khususnya dalam bidang farmasi.

(10)
(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA...v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

INTISARI...xx

ABSTRACT... xxi

BAB I. PENGANTAR ...1

A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah ...4

C. Keaslian Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian...5

E. Tujuan Penelitian ...5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...7

A. Kemiri ...7

(12)

xi

2. Pertelaan biji kemiri...7

3. Kandungan kimia...8

4. Kegunaan ...8

5. Mekanisme ekstrak etanol-air biji kemiri sebagai penumbuh rambut...9

B. Rambut...10

1. Anatomi dan fungsi...10

2. Siklus pertumbuhan ...11

C. Kulit ...12

D. Ekstraksi ...14

E. Kromatografi Lapis Tipis...15

F. Emulsi ...15

G. SistemHydrophile-Lipophile Balance(HLB)...17

H. Tonik Rambut...17

I. Formulasi ...18

1.Virgin Coconut Oil(VCO) ...18

2. Propilen glikol ...19

3. Etanol...20

4.Butylated Hydroxytoluene(BHT)...21

5. Tween 80 ...21

6. Span 80 ...22

7.Aquadest...23

J. Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi ...23

(13)

xii

2. Daya sebar ...26

3. Ukuran droplet ...26

4. Stabilitas emulsi...28

K. Desain Faktorial...29

L. Iritasi Kulit Primer ...31

M. Landasan Teori ...31

N. Hipotesis ...33

BAB III. METODE PENELITIAN...34

A. Jenis Rancangan Penelitian ...34

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...34

1. Variabel penelitian...34

2. Definisi operasional ...35

C. Alat dan Bahan Penelitian ...36

1. Alat penelitian...36

2. Bahan penelitian ...37

D. Alur Penelitian...38

E. Tata Cara Penelitian ...39

1. Identifikasi endosperm biji kemiri...39

2. Ekstraksi endosperm biji kemiri ...39

3. Uji kualitatif ekstrak etanol-air biji kemiri ...39

4. Pembuatan emulsi tonik rambut A/M dari ekstrak biji kemiri ...40

a. Formula ...40

(14)

xiii

5. Uji tipe emulsi...41

6. Uji sifat fisik dan stabilitas emulsi...42

a. Uji viskositas...42

b. Uji daya sebar ...42

c. Uji ukuran droplet ...42

d. Uji indekscreaming...43

7. Uji iritasi primer ...44

F. Analisis Data ...44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...46

A. Indentifikasi Endosperm Biji Kemiri ...46

B. Ekstraksi Endosperm Biji Kemiri...47

C. Uji Kualitatif Ekstrak Etanol-Air Biji Kemiri ...48

D. Pembuatan Emulsi Tonik Rambut A/M Ekstrak Etanol-Air Biji Kemiri...50

E. Penentuan Tipe Emulsi ...54

F. Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi Tonik Rambut Ekstrak Etanol-Air Biji Kemiri...56

1. Viskositas...58

2. Daya sebar ...61

3. Ukuran droplet ...64

4. Indekscreaming...67

5. Pergeseran viskositas ...68

6. Pergeseran ukuran droplet ...70

(15)

xiv

1. Viskositas...72

2. Daya sebar ...73

H. Uji Iritasi Primer Emulsi Tonik Rambut Ekstrak Etanol-Air Biji Kemiri ...75

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...77

A. Kesimpulan...77

B. Saran ...77

DAFTAR PUSTAKA ...79

LAMPIRAN...84

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB...17

Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial 2 faktor dan 2 level ...30

Tabel III. Formula emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri ...40

Tabel IV. Formula percobaan desain faktorial...40

Tabel V. Formula emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri percobaan ..41

Tabel VI. Warna bercak kromatogram...49

Tabel VII. Sifat fisik dan stabilitas emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri ... 57

Tabel VIII. Efek VCO dan propilen glikol dan interaksi keduanya terhadap sifat fisik dan stabilitas emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri ...58

Tabel IX. ANOVA hasil perhitungan dengan program R pada respon viskositas.. ...60

Tabel X. Nilai signifikansi perbandingan viskositas 48 jam setelah pembuatan dengan viskositas 30 hari setelah penyimpanan menggunakan uji Wilcoxon.. ...60

Tabel XI. ANOVA hasil perhitungan dengan program R pada respon daya sebar. ...63

(17)

xvi

Tabel XIII. ANOVA hasil perhitungan dengan program R pada respon ukuran

droplet ...66

Tabel XIV. Nilai signifikansi perbandingan ukuran droplet 48 jam setelah

pembuatan dengan ukuran droplet 30 hari setelah penyimpanan

menggunakan uji Wilcoxon.. ...66

Tabel XV. ANOVA hasil perhitungan dengan program R pada respon

pergeseran ukuran droplet ...70

Tabel XVI. ANOVA hasil perhitungan dengan program R pada respon

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Biji kemiri ...7

Gambar 2. Anatomi rambut ...11

Gambar 3. Siklus pertumbuhan rambut ...11

Gambar 4. Lapisan kulit...13

Gambar 5. Struktur kimia asam oleat, asam linoleat dan asam laurat ...18

Gambar 6. Struktur kimia propilen glikol ...19

Gambar 7. Struktur kimia etanol...20

Gambar 8. Struktur kimia BHT...21

Gambar 9. Struktur kimia tween 80 ...21

Gambar 10. Struktur kimia span 80 ...22

Gambar 11. Struktur kimiaaquadest...23

Gambar 12. Kurva aliran Newton ...24

Gambar 13. Pseudoplastik (a), dilatan (b), plastis (c), tiksotrop (d), rheopeksi (e) ...25

Gambar 14. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran droplet ...27

Gambar 15. Ciri-ciri fisik endosperm biji kemiri...46

Gambar 16. Ekstrak etanol-air biji kemiri...48

Gambar 17. Interaksi antara span 80 dan tween 80 pada permukaan emulsi A/M ...53

Gambar 18. Gambar emulsi di bawah mikroskop perbesaran 40x setelah ditambah zat warnamethylene blue...55

(19)

xviii

Gambar 20. Grafik hubungan VCO, propilen glikol dan interaksi keduanya

terhadap respon viskositas...59

Gambar 21. Grafik hubungan VCO, propilen glikol dan interaksi keduanya

terhadap respon daya sebar...62

Gambar 22. Grafik hubungan VCO, propilen glikol dan interaksi keduanya

terhadap respon ukuran droplet ...65

Gambar 23. Grafik hubungan VCO, propilen glikol dan interaksi keduanya

terhadap respon pergeseran viskositas ...69

Gambar 24. Grafik hubungan VCO, propilen glikol dan interaksi keduanya

terhadap respon pergeseran ukuran droplet...71

Gambar 25.Contour plotviskositas...73 Gambar 26.Contour plotdaya sebar...74 Gambar 27. Superimposed contour plot emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air

biji kemiri ...75

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan nilai Rf dan HLB ...84

Lampiran 2. Data uji sifat fisik dan stabilitas fisik emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri...85

Lampiran 3. Perhitungan efek emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri ...89

Lampiran 4. Perhitungan persamaan desain faktorial dan ANOVA menggunakan Ubuntu-10.4_DesFaktor-09 ...90

Lampiran 5. Data normalitas dan uji Wilcoxon ...95

Lampiran 6. Data pendukung ...103

(21)

xx

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prediksi komposisi optimum VCO dan propilen glikol, mengetahui faktor yang berpengaruh secara signifikan antara VCO, propilen glikol, dan interaksi keduanya terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulsi serta mengetahui keamanan sediaan emulsi tonik rambut terkait dengan kemungkinan terjadinya iritasi. Penelitian ini menggunakan metode desain faktorial dua faktor dan dua level yaitu VCO (level rendah 20 g dan level tinggi 30 g) dan propilen glikol (level rendah 10 g dan level tinggi 20 g). Sifat fisik emulsi yang diuji adalah viskositas, daya sebar, ukuran droplet dan indeks

creaming setelah pembuatan 48 jam. Stabilitas emulsi yang diuji adalah viskositas, daya sebar, ukuran droplet, indeks creaming selama penyimpanan 30 hari dan pergeseran viskositas dan ukuran droplet setelah penyimpanan 30 hari. Data dianalisis secara statistik menggunakan Ubuntu-10.04_DesFaktor-0.9 untuk mengetahui signifikansi (p<0.05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa VCO mempengaruhi respon daya sebar dan ukuran droplet secara signifikan; propilen glikol mempengaruhi respon ukuran droplet dan pergeseran viskositas secara signifikan; interaksi antara VCO dan propilen glikol mempengaruhi respon viskositas, daya sebar, ukuran droplet, pergeseran viskositas dan pergeseran ukuran droplet secara tidak signifikan. Diperoleh prediksi komposisi optimum dari viskositas dan daya sebar dengan

superimposed contour plot pada level yang diteliti. Sediaan emulsi yang dibuat tidak mengiritasi kulit kelinci.

(22)

xxi

ABSTRACT

This study aims to determine the prediction of optimum composition of the VCO and propylene glycol, knowing the factors that influence significantly between the VCO, propylene glycol, and interaction both on the physical properties and physical stability of emulsions. This research used a factorial design two factors and two levels of the VCO (20 g low-level and high level of 30 g) and propylene glycol (10 g low-level and high level of 20 g). The physical properties of emulsions tested were viscosity, spreadability, droplet size and creaming index 48 hours after preparation. Tested the stability of emulsions is the viscosity, spreadability, droplet size, creaming index during storage of 30 days and shifts the viscosity and droplet size after 30 days of storage. Data were analyzed statistically using the Ubuntu-10.04_DesFaktor-0.9 to determine the significance (p <0.05) of each factor and their interactions in effect.

The results showed that the VCO affects the response of the spreadability and droplet size significantly, propylene glycol affects the response of the droplet size and shift the viscosity significantly, the interaction between the VCO and propylene glycol affects the response of viscosity, spreadability, droplet size, shift the viscocity and shift the droplet size is not significant. Obtained the prediction of optimum composition of the viscosity and the scatterplot with superimposed contour plot at the level studied. The emulsion is not irritating the rabbit’s skin.

Key words: emulsion hair tonic ethanol-water extract seed ofAleurites

(23)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Rambut berperan penting dalam melindungi kulit kepala terhadap faktor

luar, yaitu suhu dingin, panas dan sinar matahari (Mitsui, 1997) dan merupakan

mahkota bagi pria dan wanita (Purwantini, Munawaroh, dan Darwati, 2011)

sehingga rambut perlu dirawat dengan baik. Rambut merupakan sel hidup

sehingga penggunaan shampoo dan conditioner dalam merawat rambut tidak cukup maka untuk merawat rambut dengan baik salah satunya adalah dengan

menggunakan tonik rambut.

Banyak penelitian yang menggunakan bahan alam sebagai penumbuh

rambut. Salah satu bahan alam yang pernah diteliti sebagai penumbuh rambut

adalah kemiri. Kemiri merupakan tanaman yang tersebar luas di daerah tropis dan

subtropis yang termasuk familia Euphorbiacea (Elevitch, and Manner, 2006). Ekstrak etanolik biji kemiri konsentrasi 5% telah terbukti secara ilmiah

mempunyai aktivitas sebagai penumbuh rambut (Ulfah, 2003). Ekstrak etanolik

biji kemiri mengandung flavonoid, alkaloid, dan asam lemak yang berperan

penting dalam pertumbuhan rambut (Ulfah, 2003). Flavonoid berfungsi untuk

menguatkan dinding kapiler, meningkatkan aliran darah ke folikel rambut dan

menstimulasi fase telogen ke fase anagen sehingga dapat memicu pertumbuhan

rambut (Packer, 2001). Alkaloid memiliki efek estrogenik (Aniszewski, 2007)

yang dapat meningkatkan pertumbuhan hormon estrogen yang berperan dalam

(24)

(Ohnemus, Unalan, Handjiski, and Paus, 2004). Asam lemak berfungsi

melumasi batang rambut dan kulit kepala sehingga dapat melindungi rambut dari

kekeringan dan kehilangan kelembaban airnya (Ulfah, 2003).

Dalam penelitian ini dibuat sediaan emulsi tipe air dalam minyak (A/M)

untuk membuat sediaan ekstrak etanol-air biji kemiri sebagai tonik rambut agar

penggunaan tonik rambut lebih efektif. Fase luar minyak sediaan emulsi tonik

rambut ekstrak etanol-air biji kemiri dapat berinteraksi dengan mudah dengan

kelenjar sebaseus sehingga zat aktif yang terdapat dalam ekstrak etanol-air biji

kemiri dapat mencapai folikel rambut melalui sebum dengan jalur intrafolikuler.

Emulsi A/M biasanya dapat dipakai lebih rata pada kulit karena kulit lebih mudah

dibasahi oleh minyak daripada air. Emulsi A/M juga lebih lembut di kulit karena

tipe emulsi ini mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila terkena

air (Ansel, 1989).

Virgin Coconut Oil (VCO) dipilih sebagai penetration enhancer karena bersifat tidak toksik terhadap tubuh (Fife, Kabara, and Emeritus, 2011) dan mudah

didapatkan karena merupakan produk olahan asli Indonesia. Propilen glikol

dipilih sebagai penetration enhancer karena bersifat relatif tidak toksik dan banyak digunakan dalam industri farmasi atau kosmetik (Rowe, Sheskey, and

Quinn, 2009). Propilen glikol juga bersifat higroskopis yang dapat menarik air

dari udara sehingga dapat mempertahankan kandungan air dalam sediaan.

Akibatnya, sifat fisik dan stabilitas sediaan selama penyimpanan dapat

(25)

Komposisi VCO dan propilen glikol berpengaruh terhadap kualitas

sediaan emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri sehingga perlu

dilakukan optimasi untuk menentukan komposisi optimal VCO dan propilen

glikol dalam formula sediaan emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri.

Virgin Coconut Oil mengandung asam lemak jenuh 92% (asam laurat 45%-56%) dan asam lemak tidak jenuh 8% (asam oleat dan asam linolenat) (Krishna, Raj,

Bhatnagar, Kumar, and Chandrashekar, 2010). Panjang rantai dan gugus hidroksil

dari asam lemak jenuh dan tak jenuh secara langsung mempengaruhi viskositas.

Semakin panjang rantai suatu minyak, semakin besar viskositasnya (Akhtar,

Adnan, Ahmad, Mehmood, and Farzana, 2009). Semakin banyak gugus hidroksil,

semakin besar viskositas suatu sediaan karena gugus hidroksil yang banyak akan

membentuk multiple ikatan hidrogen sehingga membentuk jaringan yang sticky

(Lower, 2009). Hal ini secara langsung mempengaruhi kualitas sediaan. Jumlah

propilen glikol yang semakin banyak dapat mengurangi ukuran droplet dan

meningkatkan viskositas emulsi (Chanana, and Sheth, 1993).

Desain penelitian yang digunakan untuk memperoleh prediksi komposisi

optimum menggunakan rancangan percobaan desain faktorial dua level dan dua

faktor. Desain faktorial merupakan suatu desain yang digunakan untuk

mengetahui efek dari suatu faktor tertentu yang berpengaruh terhadap kualitas

produk (Yusvita, 2009). Melaluisuperimposed contour plotdari model persamaan yang signifikan dari tiap faktor dapat diperoleh area komposisi optimum. Faktor

dalam penelitian ini adalah VCO dan propilen glikol, sedangkan levelnya adalah

(26)

ANOVA dengan program Ubuntu-10.04_DesFaktor-0.9 oleh ubuntu R

OpenOffice.org (www.molmod.org) pada taraf kepercayaan 95% untuk

mengetahui faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap sifat fisik dan

stabilitas sediaan emulsi A/M ekstrak etanol-air biji kemiri sebagai tonik rambut.

Syarat suatu sediaan agar layak digunakan oleh masyarakat apabila

memenuhi syarat keamanan. Metode yang digunakan untuk menjamin keamanan

sediaan emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri adalah Draize test. Uji tersebut merupakan uji awal untuk mengetahui tingkat keamanan suatu sediaan.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah VCO, propilen glikol, dan interaksi keduanya pada level yang diteliti

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan

emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri?

2. Apakah ditemukan prediksi komposisi optimum antara VCO dan propilen

glikol terbatas pada level yang diteliti?

3. Apakah sediaan emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri mengiritasi

kulit kelinci albino dengan metode Draizetest?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang prediksi komposisi optimum VCO dan propilen glikol

(27)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai

formulasi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri dalam bentuk sediaan

emulsi dengan menggunakan VCO dan propilen glikol sebagai penetration

enhancer.

2. Manfaat metodologis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi mengenai penggunaan

metode desain faktorial untuk menghasilkan suatu formula sediaan emulsi

tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri yang stabil terbatas pada level yang

diteliti.

3. Manfaat praktis

Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh formula optimum yang dapat

diaplikasikan sehingga menghasilkan sediaan emulsi tonik rambut ekstrak

etanol-air biji kemiri yang aman dan memenuhi persyaratan sifat fisik dan

stabilitas fisik emulsi.

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mendapatkan formulasi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri dengan

(28)

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui efek penambahan VCO, propilen glikol, dan interaksinya

dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas sediaan emulsi tonik rambut

ekstrak etanol-air biji kemiri.

b. Memperoleh prediksi komposisi optimum dari VCO dan propilen glikol

sebagai penetration enhancer pada sediaan emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri terbatas pada level yang diteliti.

c. Mengetahui keamanan sediaan emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji

kemiri terkait dengan kemungkinan terjadinya iritasi dengan metode

(29)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Kemiri

1. Keterangan botani

Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd) merupakan familia

Euphorbiaceae, subfamili Crotonoideae. Aleurites moluccana (L.) Willd memiliki sinonim Aleurites triloba Forster & Forster f., Aleurites remyi Sherff,

Aleurites javanica Gand, Camirium moluccanum (L.) Ktze., Croton moluccanus

L.,Jatropha moluccana L. Nama lain kemiri di berbagai daerah Indonesia adalah buwa kare, kembiri, kemili, kemiling, kereh, madang ijo, tanoan (Krisnawati,

Kallio and Kanninen, 2011).

2. Pertelaan biji kemiri

Gambar 1. Biji kemiri (Sarmoko, 2008)

Biji kemiri mempunyai kulit yang keras, bentuk bulat, diameter 2,5-3,5 cm

(30)

3. Kandungan kimia

Biji kemiri mengandung gliserida, asam linoleat, palmitat, stearat, miristat,

asam minyak, protein, vitamin B1, dan zat lemak. Daging biji, daun dan akar

kemiri mengandung saponin, flavonoid dan polifenol, selain itu daging bijinya

mengandung minyak lemak (Hutapea, 1993). Minyak biji kemiri mengandung

asam lemak rantai panjang dan kaya akan asam lemak tak jenuh yaitu asam oleat,

asam linoleat, dan asam linolenat (Ginting, Surbakti, dan Thamrin, 2008).

Ekstrak etanolik biji kemiri mengandung senyawa dari golongan

flavonoid, alkaloid, dan asam lemak (Ulfah, 2003). Fraksi petroleum eter ekstrak

etanolik biji kemiri diduga mengandung asam lemak (asam palmitat, asam

arakidat, asam oleat dan asam linoleat) dan sterol (Julaiha, 2003). Fraksi etil asetat

ekstrak etanolik biji kemiri mengandung golongan senyawa flavonoid dan

alkaloid (Amalia, 2003).

4. Kegunaan

Minyak kemiri digunakan sebagai cat, vernis, sabun, obat-obatan dan

kosmetik (Darmawan, 2005). Minyak kemiri mempunyai khasiat sebagai laksatif.

Kulit kayu kemiri digunakan untuk obat disentri yang digunakan oleh masyarakat

Jawa. Kulit kayu kemiri juga mempunyai khasiat lain, yaitu sebagai antitumor.

Daun (yang muda diseduh) untuk obat sakit kepala, demam, ulcer, pembengkakan

tulang dan gonorrhea. Biji kemiri dapat digunakan sebagai pencahar dan obat

diare atau disentri yang digunakan oleh masyarakat Sumatera dengan cara dibakar

(31)

perawatan rambut (Krisnawati et al., 2011). Ekstrak etanolik 70% biji kemiri terbukti secara ilmiah berkhasiat sebagai penumbuh rambut (Ulfah, 2003).

5. Mekanisme ekstrak etanol-air biji kemiri sebagai penumbuh rambut

Menurut Julaiha (2003), fraksi petroleum eter ekstrak etanolik biji kemiri

mengandung asam lemak (asam palmitat, asam arakidat, asam oleat, asam

linoleat) dan sterol. Kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi dapat

berfungsi sebagai emolien pada kulit sehingga sterol dapat berdifusi dengan cepat

melintasi stratum korneum. Sterol sebagai nutrisi rambut dapat segera mencapai

glandula sebasea dan papila rambut sehingga dapat segera dimanfaatkan untuk

pertumbuhan rambut. Sterol dimungkinkan mempercepat pertumbuhan rambut

dengan cara menstimulasi kelenjar sebasea.

Fraksi etil asetat etanolik biji kemiri mengandung golongan senyawa

flavonoid dan alkaloid (Amalia, 2003). Flavonoid berfungsi untuk menguatkan

dinding kapiler, meningkatkan aliran darah ke folikel rambut dan menstimulasi

fase telogen ke fase anagen sehingga dapat memicu pertumbuhan rambut (Packer,

2001). Alkaloid memiliki efek estrogenik (Aniszewski, 2007) yang dapat

meningkatkan pertumbuhan hormon estrogen yang berperan dalam pertumbuhan

rambut, yaitu dengan mempercepat pertumbuhan rambut kembali (Ohnemus et

(32)

B. Rambut 1. Anatomi dan fungsi

Folikel rambut terletak di lapisan dermis kulit. Kelenjar sebaseus terletak

di atas folikel rambut. Kelenjar ini mensekresi sebum sebagai lubrikan dan

melindungi kulit kepala dan rambut (Mitsui, 1997). Sebum mengandung 40%

trigiserida, 25% wax monoesters, 16% asam lemak bebas, dan 12% squalene. Sebum melalui kelenjar sebaseus mengarahkan batang rambut ke permukaan kulit

melalui folikel rambut (Anirudh, 2011).

Otot arrector pili terhubung di tengah folikel rambut. Otot ini akan berkontraksi saat tubuh merasakan dingin. Bagian dari rambut yang muncul dari

permukaan kulit disebut sebagai batang rambut. Bagian dari rambut yang terletak

di dalam kulit disebut sebagai akar rambut. Bagian pangkal rambut disebut

dengan hair bulb. Bagian tengah hair bulb terdapat dermal papilla yang kaya akan pembuluh-pembuluh darah. Nutrisi dari makanan dan oksigen diabsorpsi

olehdermal papillauntuk pertumbuhan rambut (Mitsui, 1997).

Sel rambut yang kontak terhadap dermal papilla disebut sebagai sel matriks rambut yang berfungsi untuk memproduksi rambut. Sel matriks rambut

mengandung melanosit yang berperan sebagai pemberi warna rambut. Sel matriks

rambut akan tumbuh membentuk batang rambut yang terdiri dari medula, korteks,

(33)

Gambar 2. Anatomi rambut (Goel, 2010)

Rambut mempunyai berbagai macam fungsi, yaitu melindungi kulit dari

faktor luar seperti suhu panas, dingin dan sinar matahari secara langsung; sebagai

organ sensori (Mitsui, 1997). Rambut juga melindungi dari sengatan serangga,

membantu mengatur suhu tubuh, mendorong penguapan keringat, mendukung

penampilan (Purwantiniet al., 2011).

2. Siklus pertumbuhan

(34)

Pertumbuhan rambut dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

a. Fase anagen, fase ini merupakan fase pertumbuhan rambut. Dermal papilla

membesar dan sel-sel maktriks rambut membelah dengan cepat dan

berdiferensiasi membentuk rambut. Selain itu,hair bulbmencapai jaringan sub-dermal. Ketika pertumbuhan rambut berhenti, maka folikel rambut

masuk ke dalam fase katagen. Selama fase anagen, sel rambut

memproduksi keratin. Fase anagen berlangsung 5-6 tahun (Mitsui, 1997).

b. Fase katagen, disebut juga sebagai fase transisi. Fase ini merupakan fase

yang paling pendek waktunya. Melanosit pada hair bulb mulai berhenti memproduksi melanin. Pembelahan sel pada matriks rambut berkurang

dan kemudian akhirnya berhenti. Sebagian besar sel yang terdapat pada

folikel dimakan oleh makrofag. Akar rambut menyusut ke bawah tempat

menempelnya otot arrector pili (1/2 sampai 1/3 dari panjang folikel rambut pada fase pertumbuhan). Tanda ini merupakan awal terjadi fase

telogen. Fase katagen berlangsung 2-3 minggu (Mitsui, 1997).

c. Fase telogen, disebut juga sebagai fase istirahat. Pada fase ini terjadi

kerontokan rambut dan terjadi pertumbuhan rambut yang baru. Setiap hari

rambut rontok sebanyak 70-120 helai rambut. Fase telogen berlangsung

selama 2-3 bulan (Mitsui, 1997).

C. Kulit

Stratum korneum merupakan lapisan terluar kulit dan sebagai barrier

(35)

10-20 lapisan sel tebal. Tiap sel mempunyai panjang 34-44 µm, berstruktur seperti

plate, lebar 25-36 µm, tebal 0,5-0,20 µm, luas permukaan 750-1200 µm2. Stratum korneum terdiri dari 5-15% lipid, termasuk fosfolipid, glikosphingolipid,

kolesterol sulfat, dan lipid netral, 75-85% protein yang sebagian besar keratin

(Pathan, and Setty, 2009). Epidermis terletak diantara stratum korneum dan

dermis. Epidermis memiliki ketebalan dari 50-100 µm, kandungan air sekitar

90%, struktur sel secara fisika-kimia mirip dengan jaringan hidup lainnya (Pathan,

and Setty, 2009).

Dermis terletak di bawah epidermis. Dermis berstruktur seperti fibrin,

terdiri dari sedikit sel dan matriks dari jaringan penghubung longgar yang terdiri

dari fibrous protein, tebal 2000-3000 µm. Jaringan subkutan atau hipodermis berwarna putih, longgar, terdiri dari fibrous connective tissue yang mengandung pembuluh darah dan getah bening, pori-pori sekresi dari kelenjar keringat dan

pembuluhcutaneous(Pathan, and Setty, 2009).

(36)

D. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan suatu senyawa dalam suatu

pelarut. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak. Ekstrak merupakan sediaan pekat

yang diperoleh dengan menyari zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan

pelarut yang sesuai, lalu semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

Metode ekstraksi ada beberapa macam, yaitu:

1. Maserasi, metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Serbuk

simplisia direndam dengan pelarut yang sesuai. Rendaman tersebut disimpan

terlindung dari cahaya langsung untuk mencegah terjadinya reaksi yang

dikatalisis oleh cahaya. Rendaman tersebut harus dikocok berulang-ulang

untuk menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat

di dalam cairan karena keadaan diam menyebabkan perpindahan zat aktif ke

dalam pelarut turun.

2. Perkolasi, dilakukan dengan menggunakan alat perkolator. Serbuk simplisia

dialiri pelarut secara kontinyu sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya. Serbuk simplisia perlu

dilembabkan terlebih dahulu dengan menstruum sebelum dimasukkan ke

dalam perkolator dan dibiarkan membengkak untuk memudahkan pelarut

penetrasi ke dalam sel. Hasil yang diperoleh dari perkolasi disebut sebagai

(37)

3. Sokhletasi, metode ini memerlukan volume pelarut yang kecil, proses

ekstraksi berlangsung secara kontinyu. Serbuk simplisia dimasukkan ke dalam

kantong ekstraksi dan dimasukkan ke dalam wadah gelas dan diletakkan

antara labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan

dengan labu melalui pipa. Pelarut berada di dalam labu tersebut akan menguap

dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipet dan

berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan

menarik keluar zat aktif dari bahan yang diekstraksi (Voigt, 1994).

E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

KLT merupakan kromatografi cair dengan sampel ditotolkan pada lapisan

sorbent yang tipis dengan plat kaca sebagai pendukung. Fase gerak bergerak melalui fase diam dengan gaya kapilaritas dengan dibantu oleh gravitasi atau

tekanan (Fried and Sherma, 2005).

Fase gerak merupakan pelarut organik tunggal atau campuran. Fase diam

atausorbentyang biasa digunakan adalah silika gel, selulosa, alumina, poliamida. KLT merupakan metode kromatografi yang sederhana, cepat dan tidak mahal

untuk pemisahan, identifikasi sementara, dan visual semikuantifikasi banyak

senyawa (Fried and Sherma, 2005).

F. Emulsi

Emulsi merupakan suatu sistem dispers yang terdiri dari dua macam fase

(38)

membentuk tetesan kecil. Emulsi tediri dari fase dispers (fase dalam atau fase

diskontinu) dan medium dispers (fase luar atau fase kontinu). Emulsi mempunyai

2 tipe, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M). Jika

fase minyak terdispersi dalam fase air maka disebut emulsi tipe M/A. Sedangkan

jika fase air terdispersi dalam fase minyak maka disebut emulsi tipe A/M (Voigt,

1994).

Penentuan tipe emulsi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Metode warna, menggunakan pewarna yang larut air atau minyak, yang pada

salah satunya akan telarut, dan mewarnai fase kontinu. Fase kontinu yang

terwarnai dengan homogen merupakan fase kontinu emulsi yang diuji. Contoh

pewarna yang larut air adalah metilen biru. Contoh pewarna yang larut minyak

adalah Sudan III.

2. Metode pengenceran, fase luar emulsi diencerkan dengan minyak atau air. Jika

dengan pengocokan, emulsi tetap homogen maka fase luar yang diencerkan

dengan salah satu fase (air atau minyak) merupakan fase luar emulsi yang diuji.

3. Percobaan cincin, emulsi yang diuji diteteskan pada kertas saring, jika

membentuk cincin air di sekeliling tetesan maka merupakan tipe emulsi M/A.

4. Pengukuan daya hantar, emulsi M/A akan memberikan aliran listrik saat dua

kawat yang dihubungkan dengan sebuah baterai lampu senter dicelupkan ke

(39)

G. SistemHydrophileLipophile Balance(HLB)

HLB merupakan harga yang dimiliki oleh sebuah emulgator atau

campuran emulgator (surfaktan) mengenai keseimbangan hidrofil-lipofil. Semakin

hidrofil suatu emulgator, semakin tinggi nilai HLB dan sebaliknya. Sistem HLB

mempunyai skala 1-20 berdasarkan tujuan pemakaiannya (Voigt, 1994).

Tabel I. Klasifikasi emulgator (surfaktan) berdasarkan nilai HLB (Kim, 2004)

HLB Penggunaan 1-3 Antifoaming agent

3-6 W/O emulsifying agent

7-9 Wetting agent

8-16 O/W emulsifying agent

13-15 Detergents

15-18 Solubilizing agent

Emulsi yang stabil dapat dihasilkan dengan memilih emulgator

berdasarkan tipe minyak yang memerlukan emulgator dengan harga HLB yang

spesifik. Sejumlah emulgator ataupun campurannya memiliki nilai HLB yang

mendekati nilai “required” HLB minyak sehingga dapat dihasilkan emulsi yang

stabil (Eccleston, 2007).

H. Tonik Rambut

Tonik rambut merupakan sediaan yang diaplikasikan pada rambut yang

digunakan untuk memelihara, merawat rambut agar dapat tumbuh dengan sehat

dan indah (Purwantini et al., 2011). Banyak tonik rambut mengandung berbagai jenis zat aktif, seperti desinfektan, keratolitik, hormon, vitamin, asam amino,

vasodilator dan sebagainya (Inishi, Shizuo, Nakamichi, Hashimoto, Tanaka,

(40)

O 1. Virgin Coconut Oil(VCO)

Virgin Coconut Oil merupakan minyak kelapa murni yang mengandung asam lemak jenuh 92% dan 8% asam lemak tidak jenuh (asam oleat dan asam

linoleat). Kandungan asam lemak jenuh yang terbanyak dalam VCO adalah asam

laurat (45%-56%) (Krishnaet al., 2010).

a b

c

Gambar 5. Struktur kimia asam oleat (a); asam linoleat (b); dan asam laurat (c)

Virgin Coconut Oil berperan sebagai antimikroba, antiviral, antifungi, antiinflamasi, antioksidan, moisturizer. Kandungan VCO terutama asam laurat dan oleat berfungsi sebagai emolien, moisturizer dan mempercepat penyembuhan

pada kulit (Fifeet al., 2011). VCO bersifat tidak toksik terhadap tubuh (Fifeet al., 2011).

(41)

mengakibatkan fluiditas lipid protein pada stratum korneum meningkat sehingga

memfasilitasi zat aktif menuju sel target (Pathan, and Setty, 2009).

2. Propilen glikol

Gambar 6. Struktur kimia propilen glikol (Roweet al., 2009)

Propilen glikol banyak digunakan pada makanan dan kosmetik. Propilen

glikol berperan sebagai pengawet antimikroba, desinfektan, humektan,plasticizer, solven, dan kosolven. Propilen glikol tidak berwarna; tidak berbau; cair; larut

dalam aseton, kloroform, etanol, gliserin, dan air; tidak larut dalam minyak;

higroskopis (Roweet al., 2009).

Propilen glikol bersifat higroskopis yang dapat menarik air dari udara

sehingga dapat mempertahankan kandungan air dalam sediaan dan mengurangi

penguapan air dari sediaan. Akibatnya sifat fisik dan stabilitas sediaan selama

penyimpanan dapat dipertahankan (Allen, 2002). Propilen glikol menimbulkan

sedikit iritasi saat kontan dengan kulit (Rowe et al., 2009). Propilen glikol menyebabkan iritasi pada konsentrasi lebih dari 10% (American Chemistry

Council, 2001). Namun, berdasarkan Material Safety Data Sheet, propilen glikol bersifat tidak mengiritasi kulit (Lyondell Chemical Company, 2007). Propilen glikol relatif tidak toksik dan banyak digunakan dalam industri farmasi atau

(42)

Propilen glikol juga berfungsi sebagai penetration enhancer. Namun penggunaan propilen glikol secara tunggal kurang efektif sebagai penetration

enhancer. Kombinasi propilen glikol dan penetration enhancer lainnya dapat memberikan efek yang sinergis dalam meningkatkan penetrasi zat aktif, salah

satunya adalah asam lemak dengan propilen glikol. Efek sinergis yang

ditimbulkan adalah propilen glikol berinteraksi dengan gugus polar lipid stratum

korneum dan memfasilitasi asam lemak masuk pada daerah alkil lipid stratum

korneum (Larrucea, Arellano, Santoyo, and Ygartua, 2001).

3. Etanol

Gambar 7. Struktur kimia etanol (Roweet al., 2009)

Etanol banyak digunakan dalam formulasi farmasetika dan kosmetik.

Etanol berfungsi sebagai pelarut, desinfektan, pengawet antimikroba. Etanol tidak

berwarna; berbentuk cair yang mudah menguap; berbau khas, mudah terbakar.

Etanol dapat berfungsi sebagai antimikroba pada konsentrasi ≥10% v/v. Namun,

etanol tidak dapat berfungsi sebagai antimikroba dengan adanya surfaktan

nonionik (Roweet al., 2009).

Konsentrasi etanol dalam penggunaan topikal sebagai pelarut adalah

60-90%v/v. Penggunaan etanol lebih dari 50% v/v dapat menyebabkan iritasi kulit

(43)

4. Butylated Hydroxytoluene(BHT)

Gambar 8. Struktur kimia BHT (Roweet al., 2009)

BHT berfungsi sebagai antioksidan dalam kosmetik, makanan dan sediaan

farmasetik. Ia digunakan untuk mencegah terjadinya oksidasi lemak atau minyak

sehingga tidak tengik dan rusak. BHT berwarna putih atau kuning pucat,

berbentuk kristal padat atau serbuk, berbau fenolik. BHT merupakan bahan yang

tidak mengiritasi dan nonsensitizing pada level sebagai antioksidan. Konsentrasi BHT pada penggunaan topikal adalah 0,0075-0,1%b/b (Roweet al., 2009).

5. Tween 80

Gambar 9. Struktur kimia tween 80 (Roweet al., 2009)

Nama lain tween 80 adalah polisorbat 80. Polisorbat mengandung 20 unit

oksietilen yang merupakan surfaktan nonionik hidrofilik. Tween 80 banyak

digunakan dalam produk kosmetik dan makanan. Tween 80 berperan sebagai

emulsifying agent, dispersing agent, solubilizing agent, suspending agent dan w + x + y + z = 80

(44)

wetting agent. Tween 80 mempunyai bau yang khas, viskositas 425 mPas, berbentukoil-liquiddan berwarna kuning pada suhu 25°C (Roweet al., 2009).

Nilai HLB tween 80 adalah 15. Tween 80 larut dalam etanol, air tetapi

tidak larut dalammineral oildanvegetable oil. Tween 80 bersifat tidak toksik dan tidak mengiritasi (Rowe et al., 2009). Aktivitas tween 80 tidak tergantung pada suhu dan bereaksi netral terhadap pengaruh kimia (Voigt, 1994).

6. Span 80

Gambar 10. Struktur kimia span 80 (Roweet al, 2009)

Nama lain span 80 adalah sorbitan monooleat. Span 80 berperan sebagai

emulsifying agent, dispersing agent, solubilizing agent, suspending agent dan wetting agent, dan surfaktan nonionik lipofilik. Span 80 sering dikombinasikan dengan polisorbat untuk menghasilkan emulsi tipe A/M atau M/A. Span 80

banyak digunakan di kosmetik, produk makanan, formulasi sediaan oral dan

topikal. Span 80 merupakan senyawa yang tidak toksik dan tidak mengiritasi.

Nilai HLB span 80 adalah 4,3. Span 80 jika digunakan sebagai emulgator dan

dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik pada emulsi maka konsentrasi yang

diperbolehkan adalah sebesar 1-10% (Rowe et al, 2009). Aktivitas span 80 tidak tergantung pada suhu dan bereaksi netral terhadap pengaruh kimia (Voigt, 1994).

(45)

7. Aquadest(Aqua purificata/Air murni)

H O

H

Gambar 11. Struktur kimiaaquadest(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995)

Air murni merupakan air yang dimurnikan dengan cara destilasi, penukar

ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Air murni dibuat dari air yang

memenuhi persyaratan air minum dan tidak mengandung zat tambahan lain. Air

murni merupakan cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau, pH antara 5-7

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

J. Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi 1. Viskositas

Viskositas merupakan tahanan dari sifat alir. Viskositas kinematik

memiliki satuan m2.detik-1 (1 Sentistokes (cSt) = 10-6m2.detik-1). Viskositas

kinematik dapat dirumuskan sebagai berikut:

v = η / ρ (1)

dengan : v = viskositas kinematik (m2.detik-1)

η = koefisien viskositas dinamik (Pa.detik; 1 Sentipoise = 10-3

Pa.detik)

ρ =bobot jenis (Voigt, 1994)

Koefisien viskositas dinamik merupakan perbandingan antara tegangan

geser (г) dengan kecepatan deformasi (D). Hubungan antara tegangan geser dan

kecepatan deformasi digambarkan dengan kurva aliran dengan tegangan geser

(46)

berupa garis lurus dan melalui titik nol, maka menunjukkan proporsionalitas linier

antara koefisien viskositas terhadap tegangan geser. Kurva aliran ini disebut

sistem aliran Newton. Sistem aliran Newton menunjukkan koefisien viskositas

yang konstan dan tidak tergantung dari tegangan geser yang diberikan dan

perbedaan geser yang dihasilkan (Voigt, 1994).

D г

α

г D

Gambar 12. Kurva aliran Newton (Voigt, 1994)

Jika perilaku aliran tergantung dari tegangan geser dan kecepatan

deformasi, maka disebut sebagai sistem aliran non Newton. Sistem aliran non

Newton ada 4 tipe, yaitu:

a. Pseudoplastik, yang memiliki sistem yang lebih encer (viskositas menurun)

dengan adanya peningkatan beban geseran. Contoh tipe aliran ini adalah

suspensi konsentrasi rendah.

b. Dilatan, yang memiliki sistem yang lebih kental (viskositas meningkat)

dengan adanya kenaikan tingkat kecepatan. Tipe ini berlawanan dengan tipe

pseudoplastik.

c. Plastik, yang memiliki suatu batas aliran yang memerlukan sejumlah tegangan

geser minimal ke dalam sistem agar bisa mengalir. Contoh tipe aliran ini

adalah krim, pasta.

d. Tiksotrop, tipe aliran ini terjadi penurunan viskositas secara reversibel yang

(47)

dalam keadaan diam, maka dalam beberapa saat viskositas akan kembali

semula pada harga awalnya. Jika sistem diberikan gaya geser yang kontinyu,

maka sistem akan rusak sehingga viskositas menurun. Contoh tipe aliran ini

adalah salep.

e. Rheopeksi, yang merupakan kebalikan dari tiksotrop. Tipe aliran ini

mengalami kenaikan viskositas akibat beban mekanik pada suhu tetap (Vogt,

1994).

D D

г г

(a) (b)

D

г г (c) (d)

D

г

(e)

Gambar 13. Pseudoplastik (a); dilatan (b); plastis (c); tiksotrop (d); dan rheopeksi

(e) (Voigt, 1994)

Perubahan viskositas suatu sediaan selama penyimpanan satu bulan dapat

(48)

penyimpanan adalah perubahan profil kekentalan selama satu bulan (Dwiastuti,

2010).

2. Daya sebar

Daya sebar merupakan kemampuan penyebaran pada kulit (Voigt, 1994).

Efikasi sediaan topikal tergantung pada kemampuan sebarnya. Daya sebar

berhubungan dengan viskositas. Meningkatnya viskositas akan menurunkan daya

sebar dan sebaliknya (Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002). Selain itu, daya

sebar mempunyai korelasi dengan kemampuan penetrasi suatu zat ke dalam

stratum korneum (Akhtaret al., 2009).

3. Ukuran droplet

Stabilitas fisik suatu sediaan emulsi bergantung pada ukuran droplet

(Martin, Swarbrick, and Cammarata, 1993). Ukuran droplet yang lebih kecil akan

memberikan stabilitas emulsi yang lebih baik daripada ukuran droplet yang lebih

besar. Ukuran droplet yang lebih besar akan cenderung mengalami koalesen

sehingga ukuran droplet menjadi lebih besar lagi dan emulsi terpisah (Eccleston,

2007).

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang droplet kecil. Ukuran

droplet emulsi bersifat polidispersi yang artinya dalam suatu kumpulan droplet

terdiri lebih dari satu ukuran (Martinet al., 1993). Ukurannya bervariasi dari 3 µm hingga lebih dari 100 µm untuk emulsi kasar (Lachmann, 1994). Dalam bidang

(49)

permukaan droplet, ukuran droplet dan distribusi ukuran droplet. Data tentang

ukuran droplet diperoleh dalam diameter droplet dan distribusi diameter (ukuran)

droplet, sedangkan bentuk droplet memberikan gambaran tentang luas permukaan

spesifik droplet dan teksturnya (kasar atau halus permukaan droplet) (Martin et

al., 1993).

Distribusi ukuran droplet, jika jumlah droplet yang terletak dalam suatu

kisaran ukuran tertentu diplotkan terhadap kisaran diameter atau diameter droplet

rata-rata, akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Grafik kurva distribusi

frekuensi biasa ditunjukkan seperti pada gambar 13:

Gambar 14. Contoh grafik distribusi frekuensi ukuran droplet (Martinet al.,

1993)

Metode yang umum digunakan untuk menentukan ukuran droplet adalah

metode mikroskopik. Droplet diukur sepanjang garis tetap yang dipilih

sembarang. Garis ini biasanya dibuat horizontal melewati pusat droplet. jumlah

droplet yang harus dihitung sekitar 300-500 droplet agar mendapat suatu

perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini membutuhkan waktu dan

(50)

4. Stabilitas emulsi

Stabilitas sebuah emulsi dapat dilihat dari sifat fisik emulsi. Instabilitas

emulsi dapat dibedakan menjadi:

a. Flokulasi

Flokulasi merupakan bergabungnya droplet-droplet membentuk

agregat yang besar. Emulsi masih bisa terdispersi kembali dengan

penggojogan. Flokulasi merupakan prekusor terjadinya coalescence (Emsap, Siepmann, and Paeratakul, 2002).

b. Creaming

Creaming terjadi ketika droplet flokulasi dan kumpul menjadi satu.

Creamingbersifat reversible karena droplet yang terdispersi masih dikelilingi oleh lapisan pelindung. Emulsi masih bisa terdistribusi kembali dengan

pengocokan (Allen, 2002). Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk

meminimalkan terjadinya creaming, yaitu: (1) meningkatkan viskositas fase eksternal, (2) memperkecil ukuran droplet, (3) mengatur kerapatan jenis dari

fase internal dan eksternal sehingga kerapatan jenisnya sama (Allen, 2002).

Laju creaming emulsi encer ditentukan oleh hukum Stokes yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran droplet, semakin kecil viskositas

dan semakin besar perbedaan kerapatan antara kedua fase akan mempercepat

terjadinyacreaming(Hartomo dan Widiatmoko, 1993).

18η

(51)

d = diameter tetesan 1=kerapatan fase dispersi

η = viskositas g = percepatan gravitasi

c. Coalescence

Coalescence merupakan peristiwa pecahnya emulsi yang bersifat irrevesible karena lapisan pelindung di sekeliling droplet telah rusak.

Mengubah viskositas dapat menstabilkan droplet dan meminimalkan

kecenderungan untukcoalescence(Allen, 2002).

d. Phase inversion

Phase inversion merupakan peristiwa perubahan tipe emulsi dari tipe A/M ke M/A atau sebaliknya. Pada emulsi tipe A/M, ketika air yang

ditambahkan dalam jumlah kecil, emulsi akan berubah menjadi tipe M/A

(Allen, 2002).

K. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan suatu teknik yang digunakan untuk

memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih

variabel bebas yang diaplikasikan dalam persamaan regresi. Desain faktorial

didesain pada suatu percobaan untuk mengetahui faktor dominan yang

mempengaruhi suatu respon secara signifikan (Bolton, 1997). Respon yang

(52)

faktor (percobaan faktor tunggal) atau lebih (percobaan multifaktor)

(Sulistyaningsih, 2010).

Desain faktorial terdiri dari suatu faktor dan level. Jika metode desain

faktorial menggunakan 2 faktor (A dan B) dengan 2 level (tinggi dan rendah),

maka optimasi campuran dua bahan dilakukan berdasarkan rumus:

Y = bo+ b1X1+ b2X2+ b12X1X2 (3)

Keterangan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati

X1, X2 = level bagian A, level bagian B

bo, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaaan

bo = rata-rata hasil semua percobaan

Banyaknya percobaan yang dilakukan dalam desain faktorial dapat

dihitung dengan rumus Xn, dengan X menunjukkan level dan n menunjukkan

jumlah faktor. Jika desain faktorial dua faktor dan dua level maka percobaan yang

dilakukan adalah sebanyak 4 percobaan (1, a, b, ab). Respon yang ingin diukur

harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1997).

Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dua faktor dan dua level

Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

a + -

-b - +

-ab + + +

Keterangan:

(-) = level rendah

(+) = level tinggi

(53)

Percobaan a = faktor A level tinggi, faktor B rendah

Percobaan b = faktor A level rendah, faktor B tinggi

Percobaan ab = faktor A level tinggi, faktor B tinggi

Besarnya efek masing-masing faktor atau interaksi dapat dihitung dengan

cara menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata

respon pada level rendah. Keuntungan desain faktorial adalah dapat

memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon dengan efisiensi

yang maksimum, dan dapat mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan

dengan penelitian menggunakan dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1997).

L. Iritasi Kulit Primer

Iritasi kulit primer merupakan iritasi yang terjadi saat kontak dengan kulit

dengan jumlah tertentu suatu bahan. Uji iritasi kulit primer dilakukan pada

punggung kelinci albino yang sudah dicukur. Setelah pemaparan senyawa uji

selama 24 jam atau 48 jam atau 72 jam, diamati terjadinya eritema dan edema

(Department of Toxicology Shriram Institute for Industrial Research, 2007). Uji iritasi ini biasa dikenal sebagai Draizetest.

M. Landasan Teori

Kemiri merupakan tanaman familia Euphorbiaceae. Ekstrak etanolik biji kemiri konsentrasi 5% telah dibuktikan secara ilmiah memiliki aktivitas sebagai

penumbuh rambut (Ulfah, 2003). Penelitian ini membuat sediaan ekstrak

(54)

emulsi A/M dipilih karena fase luar minyak sediaan emulsi tonik rambut ekstrak

etanol-air biji kemiri dapat berinteraksi dengan mudah dengan kelenjar sebaseus

sehingga zat aktif yang terdapat dalam ekstrak etanol-air biji kemiri dapat

mencapai folikel rambut melalui sebum dengan jalur intrafolikuler.

Virgin Coconut Oil(VCO) mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh. Panjang rantai dan gugus hidroksil dari asam lemak tersebut secara langsung

mempengaruhi viskositas. Semakin panjang rantai suatu minyak, semakin besar

viskositasnya (Akhtar et al., 2009). Semakin banyak gugus hidroksil, semakin besar viskositas suatu sediaan karena gugus hidroksil yang banyak akan

membentuk multiple ikatan hidrogen sehingga membentuk jaringan yang sticky

(Lower, 2009). VCO memungkinkan memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap viskositas, semakin banyak VCO yang digunakan, maka sediaan emulsi

yang dihasilkan akan semakin kental. Menurut Chanana dan Sheth (1993) jumlah

propilen glikol yang semakin banyak dapat mengurangi ukuran droplet dan

meningkatkan viskositas emulsi. Namun, sifat higroskopis dari propilen glikol

memungkinkan propilen glikol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

perubahan viskositas, semakin banyak propilen glikol yang digunakan, maka

sediaan emulsi yang dihasilkan dalam penyimpanannya akan semakin encer.

Variasi jumlah VCO dan propilen glikol memungkinkan untuk

mendapatkan prediksi komposisi optimum yang dapat dilihat dari

parameter-parameter sifat fisik dan stabilitas fisik emulsi yang dikehendaki. Formula yang

optimum dapat ditentukan dengan menggunakan metode desain faktorial. Desain

(55)

glikol) ataupun interaksi keduanya, dan dengan menggunakan analisis ANOVA

dengan program Ubuntu-10.04_DesFaktor-0.9 pada taraf kepercayaan 95% dapat

ditentukan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap sifat fisik dan

stabilitas sediaan emulsi A/M ekstrak etanol-air biji kemiri sebagai tonik rambut.

Virgin Coconut Oil (VCO) hanya dapat menyebabkan iritasi kulit pada kulit yang sensitif terhadap VCO (Natural Sourcing, 2008). Propilen glikol, tween 80 dan span 80 bersifat tidak mengiritasi kulit. Etanol 10% relatif tidak

menyebabkan iritasi. Butylated Hydroxytoluene (BHT) bersifat tidak mengiritasi pada konsentrasi sebagai antioksidan. Emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air

kemiri memungkinkan tidak mengiritasi kulit kelinci albino.

N. Hipotesis

Virgin Coconut Oil (VCO), propilen glikol, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan

emulsi A/M ekstrak etanol-air biji kemiri sebagai tonik rambut dan dapat

ditemukan prediksi komposisi optimum antara VCO dan propilen glikol sebagai

penetration enhancer terbatas pada level yang diteliti serta sediaan emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri tidak mengiritasi kulit kelinci albino dengan

(56)

34

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental ganda dengan

menggunakan desain faktorial dan bersifat eksploratif, yaitu mencari prediksi

komposisi VCO dan propilen glikol sebagai penetration enhancer yang optimum dalam formula emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas, dalam penelitian ini adalah kadar VCO dan propilen glikol

level rendah dan tinggi.

b. Variabel tergantung, dalam penelitian ini adalah sifat fisik (viskositas,

daya sebar, ukuran droplet, dan indeks creaming) dan stabilitas emulsi (pergeseran viskositas dan pergeseran ukuran droplet setelah 30 hari

penyimpanan, viskositas, daya sebar, ukuran droplet dan indeks creaming

selama 30 hari penyimpanan).

c. Variabel pengacau terkendali, dalam penelitian ini adalah sifat dari wadah

dan lama penyimpanan, suhu pencampuran dan kecepatan pengadukan.

d. Variabel pengacau tak terkendali, dalam penelitian ini adalah suhu

(57)

2. Definisi Operasional

a. Emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri adalah sediaan kosmetik

rambut yang merupakan dispersi fase air dalam minyak (A/M) yang dibuat

dari ekstrak etanol-air biji kemiri dengan menggunakan VCO dan propilen

glikol sebagai penetration enhancer sesuai formula yang telah ditentukan dan dibuat sesuai prosedur pembuatan tonik rambut pada penelitian ini.

b. Ekstrak etanol-air biji kemiri adalah ekstrak cair dari endosperm biji kemiri

yang sudah dikupas utuh yang diekstraksi dengan pelarut etanol 70 %.

c. Penetration enhancer adalah suatu bahan yang dapat meningkatkan penetrasi zat aktif menuju targetnya. Target yang dituju dalam penelitian ini

adalah folikel rambut.

d. Viskositas adalah hambatan emulsi untuk mengalir setelah adanya

pemberian gaya. Kriteria viskositas optimum adalah 0,1 - 1 d.Pa.s.

e. Pergeseran viskositas adalah persentase dari selisih viskositas emulsi dalam

waktu penyimpanan 30 hari dengan viskositas emulsi setelah 48 jam dibuat.

f. Daya sebar adalah diameter penyebaran emulsi pada alat uji yang selama 1

menit diberi beban 61 g. Kriteria daya sebar optimum adalah 6,8-8,16 cm.

g. Ukuran droplet ditunjukkan dengan mean yang menggambarkan rata-rata ukuran droplet.

h. Pergeseran ukuran droplet adalah persentase dari selisih ukuran droplet

emulsi dalam waktu penyimpanan 30 hari dengan ukuran droplet emulsi

(58)

i. Sifat fisik emulsi adalah parameter kualitas fisik emulsi dalam penelitian ini

adalah viskositas, daya sebar, ukuran droplet dan indeks creaming 48 jam setelah pembuatan.

j. Stabilitas emulsi adalah parameter kualitas fisik, stabilitas sediaan tonik

rambut yaitu pergeseran viskositas, pergeseran ukuran droplet, viskositas,

daya sebar, ukuran droplet dan indeks creaming selama penyimpanan selama 30 hari.

k. Area optimum adalah area pertemuan arsiran dari contour plot viskositas dan daya sebar yang menunjukkan komposisi propilen glikol dan VCO yang

menghasilkan emulsi sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki.

C. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas

(Pyrex-Japan), termometer, propeller mixer 2 blade (Janke & Kunkel KG IKA-WERK, tipe Rw 15 Holland), timbangan (Mettler Toledo), waterbath (Gesellschaft fur Labortechnik m.b.H.& Co., Hannover-Vinnhorst, made in Germany), Viskometer

seri VT 04 (RION-JAPAN), mikroskop (MOTIC DMB3-223 NTSC Sistem,

LISTED MICROSCOPE 29Ax E250223–Amerika Serikat dan program Motic

Image Plus 2.0), gelas objek (25.4 x 76.2 mm dan tebal 0.8 mm microscope slides

– China), mikropipet, Ultra Turrax (Ystral Gmbh D-7801 Dottingen tipe X 1020

(59)

IKA Labortechnik RV 05-ST), mikroskop (Optilab viewer ver.1.3.2 Miconos @2009).

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah biji kemiri yang diperoleh dari Pasar

Beringharjo pada Agustus 2011; aquadest dari Laboratorium Kimia Organik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Indonesia; propilen glikol, BHT, Tween

80, Span 80 dan etanol (Pharmaceutical grade) dari distributor PT Brataco Chemica Yogyakarta; minyak VCO (Virgin coconut oil) dan parfum Aloe vera

dari Toko Tekun Jaya, Yogyakarta; petroleum eter, asam asetat glasial, dietil eter

(60)

D. Alur Penelitian

Identifikasi biji kemiri, ekstraksi dan identifikasi ekstrak biji kemiri:

- Identifikasi endosperm biji kemiri

- Ekstraksi endosperm biji kemiri

- Uji kualitatif ekstrak etanol-air biji kemiri

Pembuatan emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri dengan variasi

jumlah VCO dan propilen glikol.

1. Pencampuran fase I (ekstrak etanol-air biji kemiri, VCO, BHT, Span 80,

parfumAloe vera).

2. Pencampuran fase II (Tween 80, propilen glikol, etanol 10%,aquadest). 3. Fase I dan II dicampur denganmixer kecepatan angka putar 5 selama 15

menit pada suhu 35°C.

1. Uji sifat fisik meliputi: viskositas, daya sebar, ukuran droplet, dan indeks

creamingsetelah 48 jam.

2. Uji stabilitas meliputi: viskositas, daya sebar, ukuran droplet, indeks

creamingsetelah 30 hari, pergeseran viskositas dan ukuran droplet selama penyimpanan 30 hari.

3. Uji iritasi meliputi: eritema dan edema selama 48 jam

Analisis data viskositas, daya sebar, ukuran droplet, indeks

creaming, pergeseran viskositas dan ukuran droplet dengan menggunakan Ubuntu-10.04_DesFaktor-0.9 dengan uji ANOVA

(61)

E. Tata Cara Penelitian 1. Identifikasi endosperm biji kemiri

Identifikasi endosperm biji kemiri dilakukan dengan mengamati ciri-ciri

fisiknya, yaitu panjang, lebar, bentuk, warna dan ada tidaknya kandungan minyak.

Selanjutnya, dicocokkan dengan ciri-ciri fisik endosperm biji kemiri dari tanaman

otentik Aleurites moluccana L. Willd yang terdapat di kebun obat Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah dideterminasi.

2. Ekstraksi endosperm biji kemiri

Endosperm biji kemiri diperoleh dari Pasar Beringharjo. Endosperm biji

kemiri yang diperoleh diserbuk. Sebanyak 4 kg serbuk direndam dalam 6 L etanol

70% selama 3 hari. Bejana ditutup dan terlindung dari cahaya. Pengadukan

dilakukan 4 kali dalam satu hari selama 3 hari dengan kecepatan putar 200 rpm,

kemudian disaring. Setiap kali pengadukan dilakukan selama 12 menit tiap 2 jam.

Ampas direndam lagi dengan etanol 70% sebanyak 4 L, didiamkan selama 1 hari,

disaring. Kedua filtrat dicampur lalu diuapkan dengan rotary evaporator sampai didapatkan ekstrak cair biji kemiri yang terdapat 2 lapisan dengan konsentrasi ±

10%.

3. Uji kualitatif ekstrak etanol-air biji kemiri

Ekstrak etanol-air biji kemiri ditimbang 10 g, dan dilarutkan dalam 10 mL

etanol 50%. Fraksinasi menggunakan petroleum eter (PE) 20 mL (2x10 mL) dan

(62)

kandungan asam lemak. Sisa fraksinasi difraksi menggunakan etil asetat sebanyak

20 mL (2x10 mL). Fraksi etil asetat digunakan sebagai sampel uji kualitatif

senyawa flavonoid dan alkaloid. Analisis kualitatif senyawa flavonoid dilakukan

dengan sistem KLT, yaitu plat selulosa (fase diam); asam asetat glasial 15% (fase

gerak); ammonia, sitroborat, UV 366 nm (deteksi flavonoid). Analisis kualitatif

senyawa asam lemak dilakukan dengan sistem KLT, yaitu plat silika gel 60 (fase

diam); petroleum eter : dietil eter : asam asetat glasial (90:10:1) (fase gerak); uap

iodium (deteksi). Analisis kualitatif senyawa alkaloid dilakukan dengan pereaksi

Dragendorf metode pengendapan.

4. Pembuatan emulsi tonik rambut A/M dari ekstrak biji kemiri a. Formula

Tabel III. Formula emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri

Bahan Jumlah (g)

Tabel IV. Formula percobaan desain faktorial

(63)

Dari desain penelitian di atas diperoleh komposisi setiap bahan pada

masing-masing formula sebagai berikut:

Tabel V. Formula emulsi tonik rambut ekstrak etanol-air biji kemiri

Bahan 1 (g) a (g) b (g) ab (g)

b. Pembuatan emulsi tonik rambut

Tween 80, propilen glikol, etanol 10% danaquadest dicampur dengan

propeller mixer dengan kecepatan angka putar 5 selama 5 menit pada suhu 350C (fase air). Ekstrak etanol-air biji kemiri, VCO, BHT dan span 80

dicampur dengan propeller mixer dengan kecepatan angka putar 5 selama 5 menit pada suhu 350C (fase minyak). Fase air dituang ke dalam fase minyak

porsi per porsi sambil dicampur dengan propeller mixer dengan kecepatan angka putar 5 selama 15 menit pada suhu 350C. Ukuran droplet diperkecil

dengan menggunakan Ultra Turrax 3x1 menit. Tiap formula direplikasi

sebanyak 3 kali.

5. Uji tipe emulsi

Emulsi tonik rambut diletakkan di atas gelas objek. Masing-masing emulsi

(64)

menggunakan metode pengenceran. Masing-masing 2,00 mL emulsi ditambahkan

3,00 mL air dan 3,00 mL minyak VCO. Kemudian dilakukan pengamatan apakah

emulsi bertipe A/M atau M/A.

6. Uji sifat fisik emulsi dan stabilitas emulsi a. Uji viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat ViskometerRionseri VT 04. Viskositas emulsi diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk

viskositas. Uji ini dilakukan 48 jam, 15 hari dan 30 hari. Sifat fisik emulsi

ditunjukkan dengan viskositas setelah 48 jam. Stabilitas sediaan emulsi

ditunjukkan melalui viskositas dan pergeseran viskositas selama 30 hari

penyimpanan.

Sebanyak 50,0 µL emulsi ditempatkan pada kaca. Kemudian di atas

kaca bundar diberikan beban 61 g. Biarkan selama 1 menit. Ukur diameter

emulsi yang menyebar.

c. Uji ukuran droplet

Sembilan µL diteteskan pada gelas objek kemudian diamati ukuran

Gambar

Tabel XV. ANOVA hasil perhitungan dengan program R pada respon
Gambar 22. Grafik hubungan VCO, propilen glikol dan interaksi keduanya
Gambar 1. Biji kemiri (Sarmoko, 2008)
Gambar 2. Anatomi rambut (Goel, 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu perlu cara atau metode pengumpulan data penduduk yang selama ini kita ketahui telah dilakukan oleh Pemerintah dengan melakukan pendaftaran (registrasi), disamping itu

PENGENALAN POLA VEKTOR TANDA TANGAN PADA GAMBAR CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBAGIAN WILAYAH DAN METODE LEARNING VEKTOR QUANTIZATION (LVQ). Diajukan untuk

Dilihat dari tingkat kepuasan yang telah diketahui setelah evaluasi terhadap situs kampus STMIK Atma Luhur Pangkalpinang dilakukan, ketiga dimensi masing-masing yaitu

Berdasarkan faktor penting dalam sistem tebang muat angkut, penebangan yang sesuai di kedua pabrik gula adalah dengan tenaga manusia, proses pemuatan dengan mekanis dan

upaya untuk mendorong Kesatuan Republik isu global yang dibahas di Swedia clan Latvia Indonesia, sebagai negara berbagai forum internasional; senantiasa meningkatkan

Dalam melakukan pengujian item layak, dilihat besarnya nilai KMO MSA. Berdasarkan pada pengujian item yang layak terhadap 27 item instrumen Persepsi mengenai daya

I Jualan perabot secara tunai Akaun Tunai Akaun Perabot II Ambilan tunai untuk kegunaan sendiri Akaun Ambilan Akaun Modal III Belian kredit daripada Kedai Maya Akaun Belian

- Data ruang yang akan diubah Output Info data tutor yang sudah diubah Destination (Tujuan) Bagian Akademik dan Petugas Logika Proses. { Bagian Akademik mengubah data ruang