DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XI
DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI FLUIDA STATIS
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ANTONIUS ERYANTO 041424021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iii
Kemanapun kita melangkah tergantung menurut keinginan kita, dan hidup selalu bergantung kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta ini yang telah memberikan Roh-Nya yang kudus kepada kita
untuk menuntun dalam melangkah sesuai dengan kehendak-Nya, mendengarkan nasehat orang lain meruipakan masukan yang berharga. Dan kita tinggal melangkah dan menjalankannya untuk
menghasilkan buah-buah kebenaran yang berlimpah.
Motto :
Berani maju terus dan menghadapi segala rintangan.
Berdoa sebelum melakukan segala sesuatu, agar dituntun dalam
melangkah.
Mempunyai pengharapan bahwa masa depan begitu cerah.
Melaksanakan kehendak-Nya yang selalu memberi kedamaian.
Skripsi ini ku persembahkan
untuk:
Mamak Maria Sipun Suwastinah
Keluarga Bonfilius Semin
vi
Eryanto, Antonius. 2011. Efektivitas Metode Eksperimen Terbimbing Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Dalam Pembelajaran Fisika Pada Materi Fluida Statis.Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui (1) Pemahaman siswa pada materi fluida statis sebelum dilakukan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing; (2) Pemahaman siswa pada materi fluida statis sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing; dan (3) peningkatan pemahaman siswa pada materi fluida statis dalam pembelajaran dengan metode
eksperimen terbimbing.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Sedayu dari 04 Februari – 24 Februari 2011. Subyek penelitian siswa-siswi kelas XI IPA yang berjumlah 28 siswa. Dari 28 siswa dibagi menjadi 2 kelas. Kelas I terdiri dari 15 siswa sebagai kelas kontrol (kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru fisika) dan kelas II terdiri dari 13 siswa sebagai kelas eksperimen ( kelas yang diberi pembelajaran dengan metode
eksperimen terbimbing).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari pretest dan posttest, dan lembar kerja siswa. Pretest digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum dilakukan pembelajaran. Posttest
digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah dilakukan pembelajaran. Lembar kerja siswa diberikan untuk membimbing siswa secara terstruktur dalam melakukan pembelajaran dengan eksperimen terbimbing.
Pemahaman siswa diperoleh dari peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran.
vii
ABSTRACT
Eryanto, Antonius, 2011. The Efectivity Experiment Method Improve Understanding of The Second Grade Students of Pangudi Luhur Sedayu Senior High School’s of Physics Learning on Static Fluids. Physics Education Study Prongram. Department of Mathematics and Science. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research is conducted to uncover (1) The students’ understanding on static fluids material before the learning using guided experiment method is applied; (2) The students’ understanding on static fluids material after the learning using guided experiment is applied; and (3) the improvement of the students’ understanding on static fluids material in learning using guided experiment
method.
This research was conducted at Pangudi Luhur Sedayu Senior High School from the February 04th – 24th, 2011. The research subjects were 28-second-grade-students of a science class. They were divided into two classes. The first class consisted of 15 pupils as a controlling class (the class on which a common learning with the everyday teaching-learning method was applied by the physic teachers) and the second class consisted of 13 pupils as an experimental class (the class on which the learning using guided experiment was applied.
The research instrument used in this research was pretest and posttest, and student’s working handouts. The pretest was used to reveal the student’s understanding before the learning method was applied. Posttest was used to reveal the students’ understanding after the learning method was applied. The students’ working handout was used to guide the students structurally in doing a research in conducting guiding experiment method.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada Allah Bapa Pencipta alam semesta atas kasih karunia dan perlindungan yang telah dianugerahkan kepada saya sehingga skripsi yang berjudul EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XI DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI FLUIDA STATIS ini dapat selesai ditulis.
Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di FPMIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran dan gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Fr. Y. Kartika budi., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran.
2. Bapak. Drs. Saverius Domi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang bersedia melanjutkan dan menggantikan sebagai dosen pembimbing.
ix
melaksanakan pendidikan di Universitas Sanata Dharma ini. 4. Br. Agustinus Mujiya, S.Pd, FIC. selaku kepala sekolah SMA
Pangudi Luhur Sedayu dan Bapak Purwonggo, S.Pd. selaku guru mata pelajaran fisika kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu, terimakasih untuk semua bantuan dan kerjasamanya.
5. Mas Agus, bapak Narjo dan bapak Sugeng selaku karyawan sekretariat JPMIPA USD untuk segala bantuannya selama saya menempuh pendidikan.
6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas ketersediaan buku referensi dan internet gratis.
7. Alm. Bapak Bofilius Semin, Ibu Maria Sipun Suwastinah, Kristina Limarti, Agus Ardiyo, Pius Dwiarso. Terima kasih untuk segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kepercayaan, kesabaran dan motivasinya sehingga saya dapat menyelesaikan studi.
8. Yohana Bayu Kristanti, terimakasih atas pendampingan, nasehat, kepercayaan, pengertian dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya.
x
Ita, Ucok, Fredy, Fitri, Wi2, Siska, Heru, Budi, Pet2, dan semua teman P. Fis 04 USD atas cinta dan kebencian, kebaikan dan kejahatan, persatuan dan perpecahan, dan suka dan duka yang telah kita alami bersama selama ini.
11.Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan disini
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Penulis sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka masukan, saran, kritik dari pembaca yang sifatnya membangun saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 19 Juli 2011
xiv
Halaman
Tabel 1 : Indikator soal pretest dan posttest ...31
Tabel 2 : Kriteria pemberian skor pada soal pretest dan posttest ...32
Tabel 3 : Kualifikasi pemahaman setiap kosep ...37
Tabel 4 : Tabel skor kelulusan siswa ...37
Tabel 5 : Tabel perubahan dan peningkatan pemahaman konsep oleh siswa pada masing-masing soal. ...38
Tabel 6 : Hasil skor pretest dan posttest pada kelas A dan kelas D ... 43
Tabel 7 : Hasil skor pretest dan posttest pada kelas B dan kelas C ...44
Tabel 8 : Skor Pretest kelas XI IPA kelas eksperimen (kelas A) dan kelas kontrol (kelas B) ... 45
Tabel 9 : Tabel group statistik skor pretest kelas A dan kelas B ... 46
Tabel 10 : Tabel analisis uji-t skor pretest kelas A dan kelas B ... 46
Tabel 11 : Skor Pretest kelas XI IPA kelompok eksperimen (kelas C) dan kelompok kontrol (kelas D). ... ... .47
Tabel 12 : Tabel group statistik skor pretest kelas C dan kelas D ... 48
Tabel 13 : Tabel analisis uji-t skor pretest kelas C dan kelas D ... 49
Tabel 14 : Tabel skor posttest kelas kontrol (kelas B) dan eksperimen (kelas A) ... ..50
Tabel 15 : Tabel group statistik skor posttest kelas A dan kelas B ... 50
Tabel 16 : Tabel analisis uji-t skor pretest kelas A dan kelas B ... 51
xv
Tabel 19 : Tabel analisis uji-t skor posttest kelas C dan kelas D ... 53 Tabel 20 : Tabel skor pretest dan posttest kelas kontrol (kelas B)
pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis ... 54 Tabel 21 : Tabel group statistik peningkatan skor rata-rata pretest dan
posttest kelas B ... 55 Tabel 22 : Tabel analisis uji-t peningkatan skor rata-rata pretest dan
posttest kelas B ... 55 Tabel 23: Tabel skor pretest dan posttest kelas eksperimen (kelas A)
pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis ... .. 56 Tabel 24 : Tabel group statistik peningkatan skor rata-rata pretest dan
posttest kelas A ... 57 Tabel 25 : Tabel analisis uji-t peningkatan skor rata-rata pretest dan
posttest kelas A ... 57 Tabel 26: Tabel skor pretest dan posttest kelas kontrol (kelas D) ... 58 Tabel 27 : Tabel group statistik peningkatan skor rata-rata pretest dan
posttest kelas D ... 59 Tabel 28 : Tabel analisis uji-t peningkatan skor rata-rata pretest dan
posttest kelas D ... 59 Tabel 29 : Tabel skor pretest dan postest kelas eksperimen (kelas C)
pada pokok bahasan hukum Pascal dan
hukum Archimedes ... 60 Tabel 30 : Tabel group statistik peningkatan skor rata-rata pretest dan
xvi
posttest kelas C ... 61 Tabel 32 : Kualifikasi kelas eksperimen pada kelas A pada pokok bahasan
massa jenis dan tekanan hidrostatis ... 62 Tabel 33 : Kualifikasi kelas kontrol pada kelas B pada pokok bahasan
massa jenis dan tekanan hidrostatis ... 63 Tabel 34: Kualifikasi kelas eksperimen pada kelas C pada pokok bahasan
hukum Pascal dan hukum Archimedes... 64 Tabel 35: Kualifikasi kelas kontrol pada kelas D pada pokok bahasan hukum Pascal dan hukum Archimedes ... 64 Tabel 36: Pemahaman konsep pada masing-masing soal oleh siswa pada
kelas A pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis ... 65 Tabel 37: Tabel pemahaman konsep pada masing-masing soal oleh siswa pada kelas B pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis ... 66 Tabel 38. Tabel pemahaman konsep pada masing-masing soal oleh siswa
pada kelas C pada pokok bahasan hukum Pascal dan hukum
Archimedes ... 67 Tabel 39 : Tabel pemahaman konsep pada masing-masing soal oleh siswa
pada kelas D pada pokok bahasan hukum Pascal dan hukum
Archimedes ... 68 Tabel 40 : Tabel tentang pemahaman sebelum dilakukan pembelajaran
xvii
Tabel 43: Tabel tingkat pemahaman siswa pada kelas eksperimen dan
xviii
Lampiran 1 : Surat keterangan dari kepala sekolah SMA Pangudi Luhur
Sedayu ... 83
Lampiran 2 : Soal pretest / posttest ... 84
Lampiran 3 : Kunci Jawaban soal pretest dan posttest ... 85
Lampiran 4 : Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 85
Lampiran 5 : Lembar kerja siswa ... 81
Lampiran 6 : Data skor pretest dan posttest kelas XI IPA ... 124
Lampiran 7 : T tabel ... 124
Lampiran 8 : Langkah-langkah pengolahan data dengan SPSS ... 125
xix
Gambar 1 : Gambar hidrolik sederhana ... 22
Gambar 2 : Gambar benda mengapung di zat cair ... 24
Gambar 3 : Gambar benda melayang dalam zat cair ... 25
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran di sekolah-sekolah pada umumnya guru sebagai pengajar dan sekaligus sebagai pendidik memberikan materi pelajaran terfokus lewat ceramah. Siswa sebagai pendengar yang mendengarkan pengajaran dari guru, kadang memiliki rasa bosan dan tidak merasa senang. Sehingga semangat belajar siswa tidak tercapai sesuai dengan tujuan.
Melalui kurikulum tingkat satuan pembelajaran (KTSP), guru memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Di dalam pembelajaran guru yang paling mengetahui masalah-masalah belajar dan kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui tugas-tugas, tes dan melalui evaluasi. Sehingga kesulitan-kesulitan dan masalah belajar siswa dapat segera diatasi melalui beberapa strategi belajar.
Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Salah satu langkah strategi guru yaitu menguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Banyak pilihan metode pembelajaran yang bisa dipakai oleh guru sebagai pedoman untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan guru memahami pembelajaran sesuai dengan kesenangan siswa.
Metode eksperimen untuk meningkatkan pemahaman siswa secara mandiri, yakni siswa dapat memahami dan membangun konsep IPA dari percobaannya sendiri, tanpa hanya diberikan konsep oleh guru. Melalui metode Eksperimen ini peneliti ingin mengetahui proses, keterlibatan siswa dan hasil belajar siswa apakah metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman siswa pada materi fluida statis sebelum dilakukan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing ?
2. Bagaimana pemahaman siswa pada materi fluida statis sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing ?
3. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada materi fluida statis dalam pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing ?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat antara lain: 1. Bagi guru dan calon guru fisika
Sebagai alternatif untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran fisika dengan metode eksperimen terbimbing, yang diharapkan dapat menjadi metode yang diterapkan dalam pembelajaran fisika SMA untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi siswa
Dengan mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing, siswa mendapatkan pengalaman baru dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami konsep yang dipelajari.
3. Bagi penelitian selanjutnya
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Belajar, Mengajar dan Pembelajaran I. Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok. Keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan banyak bergantung kepada motivasi siswa sebagai anak didik. Motivasi belajar yang tinggi berkorelasi dengan hasil belajar yang baik, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah. Jika motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan, maka dapat diharapkan bahwa prestasi belajar siswa juga akan meningkat.
Guru merupakan figur yang memegang peranan penting di dalam pembelajaran di kelas. Peran utama guru bukan menjadi penyaji informasi yang hendak dipelajari oleh siswa, melainkan membelajarkan siswa tentang cara-cara mempelajari sesuatu secara efektif (learning how to learn). Oleh karena itu pemahaman tentang berbagai teori belajar dan cara-cara memotivasi siswa dalam belajar harus dikuasai oleh guru agar mampu merancang pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa untuk gemar belajar.
Menurut Slameto (2003: 2) pengertian belajar secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi hidupnya. Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain:
i.Perubahan terjadi secara sadar yaitu pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah dan kebiasaannya bertambah.
ii.Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, yaitu perubahan yang terjadi berlangsung secara berkesinambungan memperoleh kecakapan – kecakapan lain.
iii. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan bersifat positif berarti perubahan itu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dan perubahan bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
iv. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
b. Teori–teori Belajar
Teori–teori belajar berdasarkan uraian Slameto (2003: 8) antara lain: 1. Teori Gestalt
pemahaman adalah hal yang harus dicari, pemahaman memerlukan pengulangan dan pemahaman dapat digunakan untuk menghadapi situasi–situasi baru.
Prinsip Belajar menurut Gestalt yaitu: i. Belajar berdasarkan keseluruhan.
Belajar dimana menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin.
ii. Belajar adalah suatu proses perkembangan. Belajar merupakan proses mempelajari dan merencanakan untuk menerima bahan pelajaran, sehingga diperlukan kematangan jiwa batiniah juga perkembangan karena lingkungan dan pengalaman.
iii. Siswa sebagai organisme keseluruhan. Belajar menyangkut intelektual, emosional dan jasmaniah.
iv. Belajar terjadi transfer. Belajar dimulai dari pengamatan dan memperoleh kemampuan.
v. Belajar adalah reorganisasi pengalaman. Belajar akan timbul bila menemui situasi baru, sehingga akan menggunakan pengalaman yang telah dimiliki.
vi. Belajar harus dengan pemahaman. Pemahaman adalah proses belajar yang melihat pengertian tentang sankut–paut dan hubungan–hubungan yang mengandung suatu masalah.
viii. Belajar berlangsung terus menerus. Memperoleh pengetahuan di dalam keluarga, di sekolah dan di masyarakat.
2. Teori Belajar menurut J. Bruner
Di dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Dalam proses belajar memerlukan lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan–penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Dalam proses belajar perlu diperhatikan:
i. Mengusahakan partisipasi setiap siswa, meningkatkan minat siswa dan siswa dibimbing untuk mencapai tujuan.
ii. Menganalisis dan menyederhanakan struktur materi yang akan diajarkan agar mudah dimengerti oleh siswa.
iii. Menganalisis sequence. Guru mengajar sekaligus membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer yang sedang dipelajari.
iv. Memberi reinforcement dan umpan balik (feed-back). 3. Teori Belajar dari Piaget
i. Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak mempunyai cara yang khas untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya, sehingga memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.
ii. Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
iii. Jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidak sama pada setiap anak.
iv. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh kemasakan, pengalaman, interaksi sosial dan equilibration (membangun dan memperbaiki struktur mental).
v. Ada tiga tahap perkembangan yaitu berpikir secara intuitif pada umur kurang lebih empat tahun, beroperasi secara konkret pada umur kurang lebih tujuh tahun dan beroperasi secara formal pada umur kurang lebih sebelas tahun.
Perkembangan intelektual terjadi proses yang sederhana seperti melihat, menyentuh, menyebut nama benda dan adaptasi dengan dunia sekitarnya.
4. Teori Belajar dari R. Gagne
Menurut Gagne segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dibagi menjadi 5 kategori:
i. Ketrampilan motoris yaitu koordinasi dari berbagai gerakan badan.
ii. Informasi verbal. Manusia dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan menggambar, sehingga memerlukan inteligensi.
iii. Kemampuan intelektual. Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya membedakan huruf, menyebut tanaman yang sejenis.
iv. Strategi kognitif. Strategi kognitif merupakan organisasi ketrampilan yang internal yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir serta memerlukan perbaikan yang terus-menerus.
v. Sikap. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan disertai dengan perasaan positif atau negatif.
c.Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil belajar
Berikut lima kategori hasil belajar menurut Gagne dalam Djiwandono (2002: 218):
i. Informasi verbal
Informasi verbal ialah tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain. Siswa hams mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun teoritis.
ii. Kemahiran intelektual
Kemahiran intelektual (intellectual skill) menunjuk pada
"knowing how", yaitu bagaimana kemampuan seseorang berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri.
iii. Pengaturan kegiatan kognitif
Pengaturan kegiatan kognitif (kognitif strategy), yaitu kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berpikir. Orang yang mampu mengatur dan mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri dalam bidang kognitif akan dapat menggunakan semua konsep dan kaidah yang pernah dipelajari jauh lebih efisien dan efektif, daripada orang yang tidak berkemampuan demikian.
iv. Sikap
sekolah berguna baginya. Sebaliknya, dia bersifat negatif terhadap pesta-pesta karena merasa tidak ada gunanya, hanya membuang waktu dan uang saja.
v. Keterampilan motorik
Keterampilan motorik yaitu seseorang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Misalnya, sopir mobil dengan terampil mengendarai kendaraannya, sehingga konsentrasinya tidak hanya pada kendaraannya, tapi juga pada arus lalu lintas di jalan.
2. Hasil Belajar Fisika
Gagne mengemukakan hasil belajar sebagai kapasitas atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang meliputi lima katagori hasil belajar, yaitu: 1). Informasi verbal, 2). Ketrampilan intelektual, 3). Ketrampilan kognitif, 4). Sikap atau nilai-nilai dan 5). Keterampilan motorik. Kelimanya tidak berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, kelimanya harus nampak sebagi hasil belajar siswa di sekolah.
konsep fisika yang diperolehnya secara efektif dan efisien, dapat merasakan manfaat dan pengetahuan fisika yang diperolehnya untuk dirinya, dan terampil menggunakan fisika untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
II. Mengajar
a. Pengertian Mengajar
Menurut Lindgren dalam Teodoro Soares (2003: 12), mengajar adalah menciptakan situasi, menyediakan kemudahan, membimbing dan mengarahkan sehingga pelajar melakukan proses pada dirinya terjadi perubahan. Mengajar di dalam pembelajaran yaitu kegiatan menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan mengajar menyangkut aspek proses pembelajaran fisika dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan berpikir siswa dalam kemampuan dan ketrampilan psikomotorik.
Sedangkan pengertian mengajar yang lain, Slameto(2003: 30) membahas yang bersumber dari 6 pendapat yang dipandang sebagai pendapat yang lebih menonjol yaitu:
1. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.
3. Mengajar adalah suatu aktifitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge.
4. Mengajar atau mendidik adalah memberikan bimbingan belajar kepada siswa dalam proses belajar.
5. Mengajar adalah kegiatan membuat keputusan dalam interaksi dan hasil keputusan guru merupakan jawaban siswa atau kelompok siswa, kepada siapa guru berinteraksi.
6. Mengajar adalah mengorganisasi belajar sehingga belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa.
Berdasarkan definisi belajar diatas maka mengajar bukan suatu kegiatan memindahkan pengetahuan dari pengajar ke pelajar, melainkan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan dan bersikap kritis.
b. Mengajar Yang Efektif
Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik.
Didalam belajar siswa harus mengalami aktifits mental yaitu pelajar dapat mengembangkan kemampuan intelektual seperti kemampuan berpikir kritis, kemampuan menganalisis, kemampuan mengucapkan pengetahuannya.
Didalam belajar siswa juga mengalami aktifitas jasmani seperti mengerjakan sesuatu, menyusun intisari pelajaran, membuat peta.
2. Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar. 3. Motivasi guru akan meningkatkan kegiatan belajar siswa yaitu
siswa lebih tekun belajar, giat belajar dan bersemangat. 4. Kurikulum yang baik dan seimbang
5. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual. 6. Guru membuat perencanaan sebelum mengajar.
7. Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan kepada siswa. 8. Guru harus mempunyai keberanian menghadapi siswa-siswanya. 9. Guru mampu menciptakan suasana demokratis di sekolah.
11.Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan, sehingga siswa memiliki pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah.
12.Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat.
13.Dalam integrasi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri.
14.Pengajaran remedial.
III. Hakekat Pembelajaran Sains
Menurut Nandang (http://Nandang.blokdetik.com/03 Desember 2009) sains merupakan proses belajar yang dilakukan manusia untuk mempelajari fenomena-fenomena alam sehingga menghasilkan sekumpulan fakta yang menuntun pada penemuan berbagai konsep, prinsip, generalisasi, teori dan hukum tentang alam sebagai wujud dari produk sains. Pengumpulan fakta dilakukan melalui proses yaitu metode ilmiah dan sikap ilmiah yang memungkinkan keduanya berkembang seiring dengan perkembangan pemahaman manusia tentang alam.
pengamatan lebih lanjut. Dan menurut Conant sains menekankan bukan hanya pada produk sains tetapi juga pada proses sains yaitu eksperimen dan pengamatan sebagai bentuk metode ilmiah yang didalamnya terkandung sikap ilmiah. Produk sains yang telah ditemukan mendorong untuk dilakukan eksperimen dan pengamatan lebih lanjut sehingga memungkinkan berkembangnya metode ilmiah, sikap ilmiah dan produk sains itu sendiri.
Berdasarkan kajian diatas, sains pada hakekatnya meliputi tiga unsur yaitu:
1. Aspek sikap
Aspek sikap meliputi keyakinan, nilai, pendapat dan aspek afeksi lainnya yang melekat pada diri individu yang aktualisasinya ditunjukkan oleh caranya dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Misalnya tidak tergesa-gesa menyimpulkan tanpa didukung oleh data yang cukup dalam memecahkan masalah.
2. Aspek metode atau proses
3. Aspek produk
Aspek produk meliputi konsep, fakta-fakta, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori.sebagai kesimpulan dari serangkaian hasil proses ilmiah.
B. Metode Eksperimen Terbimbing
Menurut Suparno, Paul (2007: 77) metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekkan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar. Biasanya metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli. Dengan metode ini siswa dapat merasa bangga dan yakin karena seakan-akan menemukan sendiri.
Eksperimen terbimbing yaitu eksperimen dimana seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa. Langkah-langkah percobaan, peralatan yang harus digunakan, apa yang harus diamati dan diukur semuanya sudah ditentukan sejak awal.
Untuk melakukan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing, guru punya peran sangat penting. Beberapa hal yang harus dilakukan guru adalah:
1. Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa.
harus dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data dan apa kesimpulannya.
3. Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga saat siswa mencoba semua siap dan lancar.
4. Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat bagaimana siswa melakukan percobaannya dan memberikan masukan kepada siswa. 5. Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat dapat jalan
dengan baik.
6. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang dilakukan.
7. Bila siswa membuat laporan, maka guru harus memeriksanya.
8. Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan dalam satu lembar kerja sehingga memudahkan siswa bekerja.
Dalam eksperimen, siswa dalam kelompok kecil melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru. Yang akan dilakukan siswa dalam percobaan antara lain:
1. Membaca petunjuk percobaan dengan teliti. 2. Mencari alat yang diperlukan.
3. Merangkaikan alat-alat sesuai dengan skema percobaan. 4. Mulai mengamati jalannya percobaan.
5. Mencatat data yang diperlukan.
7. Membuat laporan percobaan dan mengumpulkannya kepada guru. 8. Dapat juga mempresentasiklan percobaannya di depan kelas.
C.FLUIDA STATIS a. Pengertian Fluida
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Sehingga fluida juga disebut zat alir. Contoh dari fluida adalah zat cair dan gas.
Cabang ilmu fisika yang mempelajari fluida adalah ilmu mekanika fluida. Mekanika fluida mengkaji fluida diam (statis) maupun fluida bergerak (dinamis).
Mekanika fluida yang mengkaji fluida diam dinamakan statika fluida atau disebut hidrostatika, sedangkan mekanika fluida yang mengkaji fluida bergerak dinamakan dinamika fluida atau disebut hidrodinamika.
b. Massa Jenis dan Tekanan Fluida
1. Massa Jenis
Massa jenis merupakan salah satu sifat fisis zat yang menyatakan perbandingan massa zat dengan volum zat tersebut. Secara matematis massa jenis dinyatakan dengan:
V m
dengan: = massa jenis benda (kg/m3) m= massa benda (kg)
2. Tekanan pada Fluida
Pada dasarnya, fluida selalu memberikan tekanan pada setiap bidang permukaan yang bersinggungan dengannya. Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu bidang per satuan luas bidang itu. Secara matematis dapat ditulis:
A F P
Dengan: P= tekanan (N/m2) F= gaya (N)
A= luas bidang (m2) Satuan tekanan
Satuan Si untuk gaya adalah N (Newton) dan untuk luas bidang adalah m2. Dengan demikian satuan SI untuk tekanan adalah N/m2. Dalam satuan SI digunakan satuan lain untuk tekanan yaitu Pascal (Pa), dimana:
1 Pa = 1 N/m2
Untuk keperluan cuaca digunakan satuan tekanan lain yaitu atmosfer (atm), cm-raksa (cmHg) dan milibar (mb).
1mb = 0.001 bar 1 bar = 105 Pa
3. Tekanan Hidrostatis
Tekanan di dalam zat cair bergantung pada kedalaman, makin dalam letak suatu tempat di dalam zat cair, maka semakin besar tekanan pada tempat itu.
Gaya gravitasi menyebabkan zat cair dalam suatu wadah selalu tertarik ke bawah. Makin tinggi zat cair dalam wadah, makin berat zat cair itu, sehingga makin besar tekanan yang dikerjakan zat cair pada dasar wadah. Tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh beratnya dinamakan tekanan hidrostatis.
Tekanan Hidrostatis (P) zat cair dengan massa jenis () pada kedalaman h dirumuskan dengan:
P = .g.h
Dengan : g = percepatan gravitasi. 4. Tekanan Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi. Pada tiap bagian atmosfer bekerja gaya gravitasi. Makin ke bawah, makin berat lapisan udara yang diatasnya. Dengan demikian, makin rendah suatu tempat, makin tinggi tekanan atmosfernya.
Tekanan pada suatu kedalaman tertentu di dalam zat cair juga dipengaruhi oleh tekanan atmosfer yang menekan lapisan zat cair paling atas. Dengan demikian, tekanan total pada suatu kedalaman tertentu di dalam zat cair dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dengan: P = tekanan total (N/m2) P0 = tekanan atmosfer (atm)
= massa jenis zat (kg/m3) g = percepatan gravitasi (m/s2) h = kedalaman (m)
c. Hukum-Hukum Pada Statika Fluida
1. Hukum Pokok Hidrostatik Persamaannya: P = .g.h
Menyatakan bahwa tekanan hidrostatis pada suatu titik didalam suatu zat cair bergantung pada massa jenis zat cair dan letak titik tersebut dibawah permukaan zat cair itu. Ini berarti didalam suatu zat cair, tekanan hidrostatis hanya bergantung pada letak titik tersebut dari permukaan zat cair (kedalamannya) berarti juga bahwa semua titik yang terletak pada kedalaman yang sama mempunyai tekanan hidrostatis yang sama besar. Karena permukaan zat cair terletak pada bidang datar, maka titik-titik yang memiliki tekanan yang sama terletak pada suatu bidang datar.
Hukum pokok hidrostatik menyatakan:
2. Hukum Pascal
Hukum Pascal berbunyi:
“Tekanan yang diberikan kepada zat cair di dalam ruang tertutup diteruskan sama besar ke segala arah.”
Prinsip kerja Hukum Pascal:
Gambar 1. Gambar hidrolik.
Penghisap I mempunyai luas penampang A1. Jika penghisap 1
ditekan dengan gaya F1, maka zat cair akan menekan penghisap 1 keatas
dengan gaya Pa1 sehingga terjadi keseimbangan pada penghisap 1 dan
berlaku:
1 1 1
1 .
A F P F A
P
Berdasarkan hukum Pascal, tekanan pada zat cair tersebut diteruskan sama besar ke segala arah, maka penghisap 2 bekerja gaya ke atas P. A2 yang seimbang dengan gaya F2 yang bekerja pada penghisap 2
2
Persamaan ini menyatakan bahwa perbandingan gaya yang bekerja pada penghisap sama dengan perbandingan luas penghisap.
Prinsip kerja hukum Pascal ini dimanfaatkan dalam peralatan teknik diantaranya:
a. Dongkrak hidrolik b. Pompa Hidrolik
c. Mesin Hidrolik pengangkat mobil d. Mesin Pengempes hidrolik e. Rem piringan hidrolik 3. Hukum Archimedes
Hukum Archimedes berbunyi:
“Setiap benda yang terendam seluruhnya atau sebagian di dalam fluida mendapat gaya apung berarah ke atas, yang besarnya adalah sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda ini.”
Jika berat benda di udara W, berat benda di dalam zat cair W’, maka gaya ke atas (Fa):
Fa = W – W’
Gaya ke atas juga dirumuskan dengan : Fa = mf.g Fa=f.g.Vf
Mf = massa fluida (kg)
f = massa jenis fluida (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Vf = volum benda yang tercelup dalam zat cair (m3)
Pada suatu benda yang tercelup di dalam zat cair, selalu bekerja gaya atas Fa, juga bekerja gaya berat W yang berarah ke bawah.
Berdasarkan besarnya kedua gaya ini posisi benda dalam zat cair dapat digolongkan menjadi tiga yaitu mengapung, melayang dan tenggelam. a. Mengapung
Gambar 2. Gambar benda mengapung di zat cair.
Pada kasus mengapung, gaya berat benda W sama dengan gaya keatas Fa. Pada kasus ini hanya sebagian benda yang tercelup di dalam
zat cair sehingga volum zat cair yang dipindahkan sama dengan volum benda yang tercelup di dalam zat cair dan lebih kecil dari volum benda.
W = Fa
m.g = mf . g
Vb . b = Vf . f
b f f b
V V .
dengan: b= massa jenis benda (kg/m3) f= massa jenis fluida (kg/m3)
Vb= Volume benda seluruhnya (m3)
f
V = Volume benda tercelup (m3)
Karena Vf <Vb maka b
f V V
<1. Dengan demikian b<f
Jadi pada kasus mengapung, massa jenis benda lebih kecil dari pada massa jenis zat cair.
b. Melayang
Gambar 3. Gambar benda melayang dalam zat cair.
Pada kasus melayang, gaya berat benda W sama dengan gaya keatas Fa. Pada kasus ini seluruh benda tercelup di dalam zat cair
Pada keadaan melayang berlaku : W = Fa
Mb.g = mf.g
(Vb.b).g = (Vf.f).g Vb.b = Vf.f
Karena volum zat cair yang dipindahkan (Vf) sama dengan volum
benda seluruhnya (Vb), yaitu Vb = Vf , maka b = f.
Jadi pada kasus melayang, massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair.
c. Tenggelam
Gambar 4. Gambar benda tenggelam dalam zat cair
Pada kasus tenggelam, berat benda W lebih besar dari pada gaya keatas Fa. Pada keadaan tenggelam, seluruh benda tercelup di dalam
W > Fa
Mb.g > mf . g
(Vb.b).g > (Vf.f).g
Vb.b>Vf.f, karena Vb = Vf, maka
b
>f
BAB III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat studi kasus. Karena hasil eksperimen hanya berlaku:
1. Untuk subjek yang diteliti yaitu siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu.
2. Berdasarkan analisis datanya penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data-data berupa skor atau angka, kemudian data-data tersebut dianalisis menggunakan statistik (Suparno, 2007: 135). Jenis penelitiannya adalah jenis komparatif. Penelitian jenis komparatif adalah penelitian yang membandingkan antar dua kelompok untuk melihat mana yang lebih mempuyai dampak ( Suparno, 2007: 7). Pada penelitian ini dua kelompok yang dibandingkan adalah kelompok siswa yang diajar dengan metode yang biasa digunakan oleh guru fisika di kelas oleh guru fisika dan metode eksperimen terbimbing oleh peneliti.
Penelitian kualitatif karena kesimpulan mengenai peningkatan pemahamannya disimpulkan secara kualitatif berdasarkan kualitas jawaban subjek penelitian.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu.
C. Ubahan Penelitian 1. Jenis Ubahan
Ubahan dalam penelitian ini yaitu hasil belajar pembelajaran fisika, peningkatan pemahaman belajar siswa dalam pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen terbimbing.
2. Definisi Operasional Ubahan
Hasil belajar adalah skor nilai pretest dan posttest dari proses pembelajaran menggunakan metode eksperimen terbimbing. Peningkatan pemahaman siswa adalah pemahaman siswa sebelum dilakukan pembelajaran dan sesudah dilakukan pembelajaran baik oleh guru maupun oleh peneliti.
D. Perlakuan (Treatment)
melakukan pembelajaran di ruang laboratorium dengan metode eksperimen terbimbing. Selanjutnya pada pembelajaran dengan pokok bahasan hukum Pascal dan hukum Archimedes kelas siswa ditukar. Guru fisika melakukan pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan oleh guru di kelas pada kelas kedua yang tadinya sebagai kelas eksperimen menjadi kelas kontrol. Peneliti melakukan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing pada kelas pertama yang tadinya sebagai kelas kontrol menjadi kelas eksperimen.
Langkah–langkah pembelajaran:
1. Peneliti memberikan pretest kepada siswa.
2. Peneliti membagi siswa satu kelas menjadi dua kelas.
3. Guru fisika melakukan pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan pada kelas kontrol disebut kelas A. Dan peneliti melakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan metode experimen terbimbing disebut kelas B.
4. Guru fisika melakukan pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan pada kelas kontrol disebut kelas C. Dan peneliti melakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan metode experimen terbimbing disebut kelas D.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Instrumen untuk pembelajaran yaitu:
a. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP digunakan peneliti dan guru kelas sebagai pedoman dalam mengajar dengan metode eksperimen terbimbing.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa digunakan oleh siswa dengan maksud untuk membimbing siswa secara terstruktur dalam kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing.
2. Instrumen untuk pengumpulan data: Soal pretest dan soal posttest.
Soal pretest bertujuan menguji kemampuan awal siswa dan soal posttest bertujuan menguji kemampuan siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing.
Kisi-kisi rancangan soal-soal pretest dan posttest berdasarkan indikator hasil belajar dari kometensi dasar yang akan dicapai:
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam penyelesaian masalah.
dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 1. Indikator soal pretest dan posttest.
Indikator No. Soal
1. Mampu menghitung massa jenis suatu benda. 1 2. Mampu menghitung dan menerapkan konsep
tekanan hidrostatis.
2 3. Mampu menghitung dan menerapkan tekanan
dalam hukum Pascal.
5. Mampu menghitung dan menerapkan konsep gaya keatas yang dialami suatu benda yang tenggelam dalam zat cair sesuai hukum Archimedes.
5
Tabel 2. Kriteria pemberian skor pada soal pretest dan posttest. No.
Soal
Bobot Kriteria Skor Keterangan
1 20 Semua langkah dijawab salah
Satu langkah dijawab benar
Dua langkah dijawab benar
Tiga langkah dijawab benar
Empat langkah dijawab benar
Satu langkah dijawab benar
Dua langkah dijawab benar
Tiga langkah dijawab benar
benar
3 10 Semua langkah dijawab salah
Satu langkah dijawab benar
Satu langkah dijawab benar
Dua langkah dijawab benar
Tiga langkah dijawab benar
Empat langkah dijawab benar
Satu langkah dijawab benar
Dua langkah dijawab benar.
Tiga langkah dijawab benar.
Empat langkah dijawab benar.
Lima langkah dijawab benar.
Enam langkah dijawab benar.
Kriteria pemberian skor dari pretest dan posttest untuk pembelajaran pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis yaitu pada soal nomor satu dan nomor dua :
10
4
jumlahskortiapsoal
pretest Skor
10
4
jumlahskortiapsoal
posttest
Kriteria pemberian skor dari pretest dan posttest untuk pembelajaran pada pokok bahasan hukum Pascal dan hukum Archimedes yaitu pada soal nomor tiga, empat dan nomor lima :
10
6
jumlahskortiapsoal
pretest Skor
10
6
jumlahskortiapsoal
posttest Skor
F. Analisis Data
1. Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif terdiri dari:
a. Pemahaman siswa sebelum dilakukan pembelajaran dalam materi fluida statis.
i. Menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan guru fisika di kelas B dengan mean skor pretest pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing di kelas A pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis.
Skor pretest dianalisis dengan uji t. Uji statistik yang digunakan adalah t-test dua group yang independent (Suparno, 2002: 59). Proses perhitungan menggunakan program SPSS.
Digunakan Tabel Two Tailed untuk test untuk memperoleh nilai kritikal dari t distribusi berdasarkan level signifikan 0,05. Jika tobs>tcritmaka signifikan, artinya ada
perbedaan antara kemampuan dalam pemahaman kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum pembelajaran dilaksanakan dan jika tobs<tcrit maka tidak signifikan, artinya tidak ada
perbedaan antara kemampuan pemahaman kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum pembelajaran dilaksanakan.
b. Pemahaman siswa setelah dilakukan pembelajaran dalam materi fluida statis.
i. Menguji perbedaan mean skor posttest pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan guru fisika di kelas B dengan mean skor posttest pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing di kelas A pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis.
Skor posttest dianalisis dengan uji t. Uji statistik yang digunakan adalah t-test dua group yang independen (Suparno, 2002: 59). Proses perhitungan menggunakan program SPSS.
Digunakan Tabel Two Tailed untuk test untuk memperoleh nilai kritikal dari t distribusi berdasarkan level signifikan 0,05. Jika tobs>tcritmaka signifikan, artinya ada
perbedaan antara kemampuan pemahaman kelas kontrol dan kelas eksperimen sesudah pembelajaran dilaksanakan dan jika tobs<tcrit maka tidak signifikan, artinya tidak ada
perbedaan antara kemampuan pemahaman kelas kontrol dan kelas eksperimen sesudah pembelajaran dilaksanakan.
c. Peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran dalam materi fluida statis.
i. Menguji peningkatan pemahaman pada pretest dan posttest kelas kontrol (kelas B) yang diberi pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru fisika pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis.
ii. Menguji peningkatan pemahaman pada pretest dan posttest kelas eksperimen (kelas A) yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing oleh peneliti pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis.
digunakan oleh guru fisika pada pokok bahasan hukum Pascal dan hukm hukum Archimedes.
iv. Menguji peningkatan pemahaman pada pretest dan posttest kelas eksperimen (kelas C) yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing oleh peneliti pada pokok bahasan hukum Pascal dan hukum Archimedes.
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran fisika pada materi fluida statis dengan metode yang biasa digunakan guru fisika maupun dengan metode eksperimen terbimbing oleh peneliti diukur melalui tes, yaitu pretest dan
posttest.
Skor pretest dan posttest dianalisis dengan uji t. T-test digunakan untuk mengetes dua kelompok yang dependen, atau satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pretest dan posttest (Suparno, 2002: 59). T-test dihitung menggunakan program SSPS.
Menggunakan tabel Two Tailed Test untuk memperoleh nilai kritikal dari t distribusi berdasarkan level signifikan 0,05. Jika tobs>tcritmaka signifikan, artinya ada perbedaan antara pretest
dan posttest atau ada peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran. Dan jika tobs<tcrit maka tidak signifikan,
2. Analisis kualitatif
Analisis kualitatif dalam penelitian ini adalah analisis pada tiap-tiap soal pretest dan posttest yang dikerjakan siswa.
a. Analisis dengan mendiskripsikan jawaban setiap soal menurut aspek yang termuat dalam indikator. Pemahaman siswa terhadap setiap aspek dikualifikasi menjadi lima macam yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Hal tersebut dapat dilihat kedalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Tabel kualifikasi pemahaman setiap kosep.
Interval skor Kualifikasi
86–100 Sangat baik
71–85 Baik
56–70 Cukup
41–55 Kurang
0–40 Sangat kurang
b. Perubahan konsep dan peningkatan pemahaman konsep pada setiap soal dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Skor nilai kelulusan siswa pada pretest dan posttest. Tabel 4. Tabel skor kelulusan siswa.
Skor pretest dan posttest Tingkat kelulusan
56–100 Lulus
Berdasarkan tabel skor untuk mencapai kelulusan, maka dibuat tabel untuk mengelompokkan siswa pada masing-masing soal sesuai dengan konsep yang dicapai siswa sebagai berikut:
Tabel 5. Tabel perubahan dan peningkatan pemahaman konsep oleh siswa pada masing-masing soal.
Nomor 1 Mampu menghitung massa
jenis suatu benda.
2 Mampu menghitung dan menerapkan konsep keatas suatu benda yang mengapung dalam zat cair
sesuai hukum Archimedes.
5
Mampu menghitung dan menerapkan konsep gaya keatas suatu benda yang mengapung dalam zat cair
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskribsi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Sedayu Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 4 Februari 2011 sampai dengan tanggal 24 Februari 2011. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XI IPA dengan materi pembelajaran tentang fluida statis. Kelas XI IPA terdiri dari 1 kelas dengan jumlah siswa 30 siswa dan dibagi menjadi dua kelompok kelas. Kelompok pertama terdiri dari 15 siswa dengan nomor absen ganjil yaitu kelas A dan kelompok kedua terdiri dari 15 siswa dengan no absen genap yaitu kelas B.
Pertemuan pertama peneliti memberi pretest kepada siswa pada tanggal 04 Februari 2011. Pretest pada penelitian ini terdiri dari 5 buah soal dan bertipe uraian (soal pretest ada di lampiran 1). Dari total 30 siswa yang ada di kelas XI IPA, hanya 28 siswa yang dijadikan sampel penelitian karena ada dua orang siswa yang tidak mengikuti salah satu kegiatan pembelajaran yang telah dipersiapkan karena sakit.
Pertemuan kedua adalah pemberian treatmen dengan materi pembelajaran massa jenis dan tekanan hidrostatis kepada seluruh sampel berupa pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan oleh guru kelas pada kelas kontrol (kelas B) dan metode pembelajaran eksperimen terbimbing pada kelas eksperimen (kelas A). Pada kelas kontrol (kelas B) kegiatan
pembelajaran berlangsung satu kali pertemuan selama 1 x 45 menit (1 jam pelajaran). Pada kelas eksperimen (kelas A) kegiatan berlangsung satu kali pertemuan selama 1 x 45 menit (1 jam pelajaran).
Pertemuan ketiga adalah pemberian treatmen dengan materi pembelajaran hukum Pascal dan hukum Archimedes kepada seluruh sampel. Pada pembelajaran ini siswanya ditukar. Kelas A yang pada pertemuan kedua adalah kelas eksperimen menjadi kelas kontrol dan disebut kelas D. Dan kelas B yang pada pertemuan kedua adalah kelas kontrol menjadi kelas eksperimen disebut kelas C. Pada kelas kontrol (kelas D) diberi pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan oleh guru kelas dan metode pembelajaran eksperimen terbimbing pada kelas eksperimen (kelas C). Pada kelas kontrol (kelas D) kegiatan pembelajaran berlangsung satu kali pertemuan selama 2 x 45 menit (2 jam pelajaran) oleh guru fisika. Pada kelas eksperimen (kelas C) kegiatan berlangsung satu kali pertemuan selama 2 x 45 menit (2 jam pelajaran) oleh peneliti.
Setelah diberi treatmen, keseluruhan sampel kembali diberi posttest
dengan soal yang sama pada soal pretest. Posttest berguna untuk mengukur kembali kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
Berikut jadwal pelaksanaan penelitian:
04 Februari 2011 : Pretest dilaksanakan untuk kelas XI IPA pada jam ke 7.
04 Februari 2011 : Kegiatan pembelajaran dengan pokok bahasan
kontrol (kelas B) dengan metode yang biasa digunakan guru fisika di kelas oleh guru fisika pada jam ke 8 dan kelas eksperimen (kelas A) di ruang laboratorium dengan metode eksperimen tebimbing pada jam ke 8 oleh peneliti.
18 Februari 2011 : Kegiatan pembelajaran untuk kelas kontrol (Kelas
D) dengan metode yang biasa digunakan guru fisika di kelas oleh guru fisika pada jam ke 7 dan 8 dan kelas eksperimen (kelas C) di ruang laboratorium dengan metode eksperimen tebimbing pada jam ke 7 dan 8 oleh peneliti. 24 Februari 2011 : Posttest dilaksanakan untuk kelas kontrol dan
kelas eksperimen pada jam ke 7. Pada jam ke 8 seluruh siswa mengisi kuesioner tentang kendala-kendala mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing.
B. Hasil dan Analisis Data 1. Hasil Penelitian
eksperimen diberi pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing oleh peneliti dan kelas kontrol diberi pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan guru di kelas oleh guru fisika.
Pada pembelajaran dengan pokok bahasan hukum Pascal dan hukum Archimedes kelas siswa ditukar, kelas eksperimen terdiri dari 15 siswa disebut kelas C dan kelas kontrol terdiri dari 13 siswa disebut kelas D. Kelas eksperimen (kelas C) diberi pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing oleh peneliti dan kelas kontrol (kelas D) diberi pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan guru di kelas oleh guru fisika.
Berikut data skor pretest dan posttest untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen:
Tabel 6. Hasil skor pretest dan posttest pada kelas A dan kelas D.
Tabel 7. Hasil skor pretest dan posttest pada kelas B dan kelas C.
2. Analisis data sebelum dilakukan pembelajaran pada materi fluida statis. a. Hasil uji-t skor pretest kelas eksperimen (A) dan kelas kontrol (B) untuk
pembelajaran pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis. Tabel 8. skor pretest kelas XI IPA kelas eksperimen (kelas A) dan kelas
12 M12 50.00 N12 12.50
Skor rata-rata masing-masing kelas dihitung dengan rumus:
Siswa dengan menggunakan uji t untuk sampel yang independen (independent-samples t test). Hasil perhitungan dengan bantuan SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Tabel group statistik skor pretest kelas A dan kelas B.
Group Statistics
Tabel 10. Tabel analisis uji-t skor pretest kelas A dan kelas B.
Berdasarkan hasil analisis satistik, diperoleh tobsv = 0.510. Hasil
ini lebih kecil dari tcrit pada tabel nilai kritis distribusi t. Diperoleh tcrit =
2.779, dengan level signifikan 0,05 dan df 26. Karenatobsv<tcritmaka tidak signifikan, artinya tidak ada
perbedaan antara kemampuan pemahaman kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum pembelajaran fisika dengan pokok bahasan fluida statis pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis.
b. Pembelajaran fisika dengan materi hukum Pascal dan hukum Archimedes kelas yang pada pembelajaran pertama adalah kelas eksperimen (kelas A) ditukar menjadi kelas kontrol (kelas D). Sedangkan Kelas yang pada pembelajaran pertama adalah kelas kontrol (kelasB) ditukar pembelajarannya menjadi kelas eksperimen (kelas C). Kelas eksperimen (kelas C) terdiri dari 15 siswa diberi pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing oleh peneliti. Kelas kontrol (kelas D) terdiri dari 13 siswa diberi pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan oleh guru fisika. Berikut daftar skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi hukum Pascal dan hukum Archimedes.
Independent Sam ples Test
1,833 ,187 ,510 26 ,615 4,67949 9,18202 -14,19442 23,55339
,494 19,683 ,627 4,67949 9,48114 -15,11829 24,47726
Tabel 11. Tabel skor pretest kelas XI IPA kelompok eksperimen (kelas C) dan kelompok kontrol (kelas D).
No Kode
Skor rata-rata masing-masing kelas dihitung dengan rumus:
Siswa dengan menggunakan uji T untuk sample yang independen (independent-samples t test). Hasil perhitungan dengan bantuan SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Tabel group statistik skor pretest kelas C dan kelas D.
Pada group statistik diperoleh bahwa kelas kontrol sebanyak 13 siswa dengan rerata 11.22, standar deviasi 11.71, dan galat baku reratanya 3.25. Kelas eksperimen terdapat 15 siswa, rerata 6.67, standar deviasi 9.02, dan galat baku reratanya 2.33.
Tabel 13. Tabel analisis uji-t skor pretest kelas C dan kelas D.
Berdasarkan hasil analisis satistik, diperoleh tobsv = 1.160. Hasil ini
lebih kecil dari tcrit pada tabel nilai kritis distribusi t. Diperoleh tcrit= 2.779,
dengan level signifikan 0,05 dan df 26. Karena tobsv<tcritmaka tidak
signifikan, artinya tidak ada perbedaan antara kemampuan pemahaman kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum pembelajaran fisika pada pembelajaran fluida statis dengan pokok bahasan hukum Pascal dan hukum Archimedes.
3. Analisis data sesudah dilakukan pembelajaran tentang materi fluida statis. a. Analisis skor posttest kelas kontrol (kelas B) dengan kelas eksperimen
(kelas A) pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis. Data posttest kelas kontrol dan eksperimen adalah sebagai berikut:
Independent Sam ples Test
,220 ,643 -1,160 26 ,256 -4,55015 3,92128 -12,61046 3,51015
-1,139 22,430 ,267 -4,55015 3,99629 -12,82874 3,72843
Tabel 14. Tabel skor posttest kelas kontrol (kelas B) dan eksperimen Posttest kelas A Posttest kelas B
1 M1 100.00 N1 87.50 eksperimen berbeda secara signifikan, maka diuji dengan menggunakan uji t untuk sampel yang independen (independent-samples t test). Hasil perhitungan dengan bantuan SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Tabel group statistik skor posttest kelas A dan kelas B.
terdapat 13 siswa, rerata 61.86, standar deviasi 27.10, dan galat baku reratanya 7.52.
Tabel 16. Tabel analisis uji-t skor posttest kelas A dan kelas B.
Berdasarkan hasil analisis satistik, diperoleh tobsv= 0.019. Hasil
ini lebih kecil dari tcrit pada tabel nilai kritis distribusi t. Diperoleh tcrit=
2.779, dengan level signifikan 0,05 dan df 26. Karena tobsv<tcritmaka tidak signifikan, artinya tidak ada perbedaan
antara posttest kelas kontrol dan eksperimen. Jadi pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing dan metode yang biasa digunakan oleh guru fisika di kelas tidak ada perbedaan dalam meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis.
b. Analisis skor posttest kelas kontrol (kelas D) dengan kelas eksperimen (kelas C) pada pokok bahasan hukum Pascal dan hukum Archimedes. Data posttest kelas kontrol (kelas D) dan kelas eksperimen (kelas C) adalah sebagai berikut:
Independent Samples Test
,821 ,373 ,019 26 ,985 ,19256 10,39999 -21,18491 21,57004
,019 25,596 ,985 ,19256 10,38212 -21,16459 21,54972
Tabel 17. Tabel skor posttest kelas kontrol (kelas D) dan eksperimen Posttest kelas D Posttest kelas C
1 M1 16.67 N1 25.00 eksperimen berbeda secara signifikan, maka diuji dengan menggunakan uji-t untuk sampel yang independen (independent-samples t test). Hasil perhitungan dengan bantuan SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 18. Tabel group statistik skor posttest kelas C dan kelas D.
terdapat 15 siswa, rerata 33.22, standar deviasi 16.92, dan galat baku reratanya 4.37.
Tabel 19. Tabel analisis uji-t skor posttest kelas C dan kelas D.
Berdasarkan hasil analisis satistik, diperoleh ItobsvI= I-0.304I.
Hasil ini lebih kecil dari tcrit pada tabel nilai kritis distribusi t.
Diperoleh tcrit= 2.779, dengan level signifikan 0,05 dan df 26. Karena tobsv<tcrit maka tidak signifikan, artinya tidak ada perbedaan
antara posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jadi pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing dan metode yang biasa digunakan oleh guru fisika di kelas tidak ada perbedaan dalam meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan hukum Pascal dan hukum Archimedes.
4.Peningkatan Pemahaman Siswa
a. Kelas kontrol (kelas B) pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika dalam pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis dilakukan dua tahap tes yaitu pretest dan posttest.
Independent Samples Test
,879 ,357 -,304 26 ,764 -1,75051 5,76458 -13,59978 10,09875
-,310 25,643 ,759 -1,75051 5,65358 -13,37949 9,87846
Data pretest dan posttest untuk kelas kontrol (kelas B) adalah sebagai berikut:
Tabel 20. Tabel skor pretest dan posttest kelas kontrol (kelas B) pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis.
No Kode siswa
Skor untuk pokok bahasan Massa jenis dan tekanan hidrostatis Pretest kelas B Posttest kelas B
1 N1 50.00 87.50
Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar, skor
pretest dan postest diuji dengan menggunakan uji T untuk sampel yang berpasangan (Paired-Samples T Test).
Hasil uji T antara pretest dan posttest kelas control (kelas B) dengan bantuan SPSS adalah sebagai berikut :
Pada statistik paired samples diperoleh bahwa siswa yang mengikuti pretest sebanyak 15 siswa dengan rerata 36.67, standar deviasi 18.58, dan galat baku reratanya 4.80. Demikian juga pada
posttest terdapat 15 siswa, rerata 61.67, standar deviasi 27.74, dan galat baku reratanya 7.16.
Tabel 22. Tabel analisis uji-t peningkatan skor pretest dan posttest kelas B.
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 Pretest B & Posttest B 15 .020 .943
Berdasarkan hasil analisis satistik, diperoleh tobsv=-2.928.
Hasil ini lebih kecil dari tcrit pada tabel nilai kritis distribusi t.
Diperoleh tcrit= 2.977, dengan level signifikan 0,05 dan df= 14.
Karenatobsv<tcritmaka tidak signifikan, artinya tidak ada
perbedaan antara pretest dan posttest. Jadi pemahaman belajar siswa pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan oleh guru di kelas .
Paired Samples Test
-2,500E1 33,07189 8,53913 -43,3146 -6,68540 -2,928 14 ,011
Pretest-Posttest Pair 1
Mean
Std. Deviation Std. Error
Mean Lower Upper
95% Confidence Interval of the
Difference Paired Differences
b. Kelas eksperimen (kelas A) pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen (kelas A) dalam mengikuti pembelajaran fisika dalam pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis. Data pretest dan
posttest adalah sebagai berikut:
Tabel 23. Tabel skor pretest dan posttest kelas eksperimen (kelas A) pada pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis.
No Kode siswa
Skor untuk pokok bahasan massa jenis dan tekanan hidrostatis Pretest kelas A Posttest kelas A
1 M1 100.00 100.00 (kelas A) dengan bantuan SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 24. Tabel group statistik peningkatan skor rata-rata pretest dan posttest kelas A.
Paired Samples Statistics
Pada statistik paired samples diperoleh bahwa siswa yang mengikuti pretest sebanyak 13 siswa dengan rerata 41.35, standar deviasi 29.49, dan galat baku reratanya 8.18. Demikian juga pada
posttest terdapat 13 siswa, rerata 61.86, standar deviasi 27.10, dan galat baku reratanya 7.52.
Tabel 25. Tabel analisis uji-t peningkatan skor pretest dan posttest kelas A. perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing di laboratorium.
c. Kelas kontrol (kelas D) pada pokok bahasan hukum Pascal dan hukum Archimedes.
Data pretest dan posttest adalah sebagai berikut:
Paired Samples Test
-2,051E1 25,19907 6,98896 -35,7407 -5,28543 -2,935 12 ,012