• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spektrum Jurnal Pendidikan Vol 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Spektrum Jurnal Pendidikan Vol 2"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Yasniarti

Pengajar Bidang Studi Biologi SMA Negeri Jatinangor yasniarti13@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Biologi siswa kelas X3 SMA Negeri Jatinangor melalui penerapan metode Think Pair Share

(TPS). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classrom Action Research) yang terdiri dari tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah kelas X3 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, terdiri dari 29 perempuan dan 11 laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument berupa lembar observasi, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses pembelajaran dengan penerapan metode TPS terdiri empat tahapan yaitu tahap

think(berpikir secara individu),tahap pair (berpasangan), tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain) dilanjutkan dengan mempresentasikan jawaban kelompoknya di depan kelas, dan tahap penghargaan; (2) Dengan penerapan metode PTS dalam pembelajaran Biologi kelas X3 SMA Negeri Jatinangor ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ditunjukkan dengan rata-rata hasil evaluasi tiap siklus mengalami peningkatan yaitu dari 66,25 pada pra tindakan menjadi 75,63 pada siklus 1 serta terjadi peningkatan ratata-rata secara klasikal menjadi 84,63 pada siklus 2, kemudian terjadi peningkatan ratata-rata kembali secara klasikal menjadi 89,50 pada siklus 3.

Kata Kunci: hasil belajar, metode TPS

Pendahuluan

Proses belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting bagi guru dalam mengaktualisasikan keterampilannya dalam mengajar. Guru dianggap orang yang mampu merubah manusia yang tadinya tidak ada apa-apanya menjadi manusia yang serba bisa dan serba tahu. Pembelajaranadalah membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses sehingga mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru. Sedangkan kreatif dimaksudkan agar guru mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi dan mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa. Di sisi lain menyenangkan dimaksudkan agar guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Subana (2002) bahwa pembelajaran kreatif dan menyenangkan merupakan usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar sehingga tingkat kemampuan siswa bertambah, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh.

(6)

Namun untuk mewujudkan tuntutan sebagaimana harapan di atas, sudah tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa Kelas X 3 SMA Negeri Jatinangor, kurang mampu menguasai kompetensi jamur sebagaimana tuntutan dalam pembelajaran. Salah satu faktor penyebabnya dimungkinkan karena kurang kreatifnya guru dalam memilih model pembelajaran. Seperti dikemukakan Slameto (1995) bahwa cara guru mengajar yang kurang menarik dapat menimbulkan kebosanan pada siswa, sehingga siswa terkesan kurang memiliki motivasi yang baik untuk mengikuti pembelajaran guru.

Salah satu upaya yang diperkirakan mampu mengatasi masalah tersebut, adalah penerapan Think-Pair-Share (TPS) adalah salah satu type dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang dikembangkan oleh Frank Lyman (Lie, 2005). TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain baik itu teman sebangkunya, maupun teman sekelasnya.

Adapun tujuan penelitian ini yaitu: (1) mengetahui peningkatan proses pembelajaran Biologi tentang plantae dengan menggunakan TPS (Think-Pair-Share) di kelas X3 SMA Negeri Jatinangor; dan (2) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Biologi tentang plantae dengan menggunakan model TPS (Think-Pair-Share) di kelas X3 SMA Negeri Jatinangor.

Think-Pair-Share merupakan tahap inti dari teknik ini, yaitu membagi pembelajaran dalam tiga waktu yaitu ―think time‖, ―pair time‖, dan ―share time‖. Pada

think time‖ siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri dengan mengerjakan sendiri tugas atau masalah yang diberikan dan berusaha mencari pemecahan masalah tersebut secara individu. Selanjutnya pada tahap ―pair time‖ siswa berbagi informasi atau pemahaman mereka terhadap masalah yang diberikan dengan cara perpasangan dengan rekannya. Pada tahap ini mereka berdua atau bisa lebih, melakukan interaksi dan pertukaran informasi bahkan satu sama lain bisa saling melengkapi. Pada tahap selanjutnya adalah ―share time‖ yaitu berbagi informasi ke wilayah yang lebih luas misalnya ke pasangan lain maupun ke kelas.

Pembelajaran kooperatif merupakan prosedur belajar mengajar yang dilakukan melalui kegiatan berkelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, pembentukan kelompok merupakan karakteristik dari pembelajaran tipe kooperatif. Siswa belajar dalam kelompok kecil kemudian di dalam kelompoknya mereka saling membantu satu sama lain. Kegiatan di dalam kelompok dapat dilakukan dengan diskusi antar anggota kelompok maupun tanya jawab antar anggota kelompok, dan lain sebagainya.

Dengan dikakukannya pembelajaran secara kooperatif maka ruang interaksi antar indivudu akan semakin luas. Bahkan kemungkinan baik lainnya adalah timbulnya rasa kebersamaan dalam diri individu, munculnya tekad untuk belajar, dan rasa tanggung jawab.

(7)

Think-Pair-Share merupakan tahap inti dari teknik ini, yaitu mebagi pembelajaran dalam tiga waktu yaitu ―think time”, “pair time‖, dan ―share time‖. Pada tahap ―think time‖ siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri dengan mengerjakan sendiri tugas atau masalah yang diberikan dan berusaha mencari pemecahan masalah tersebut secara individu. Selanjutnya pada tahap ―pair time‖ siswa berbagi informasi atau pemahaman mereka terhadap masalah yang diberikan dengan cara perpasangan dengan rekannya. Pada tahap ini mereka berdua atau bisa lebih, melakukan interaksi dan pertukaran informasi bahkan satu sama lain bisa saling melengkapi. Tahap selanjutnya adalah ―share time‖ yaitu berbagi informasi ke wilayah yang lebih luas misalnya ke pasangan lain maupun ke kelas.

Secara umum, tahapan-tahapan (sintaks) dalam pembelajaran ini adalah guru mengajukan masalah atau pertanyaan bagi siswa untuk dicari pemecahannya dan untuk diselesaikan. Kemudian memberi waktu kepada siswa untuk memecahkan masalah tersebut dengan ide-ide dan metodenya sendiri. Kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil pemikiran mereka, dan pasangan yang terpilih akan berbagi informasi dan kesimpulan dengan teman-temannya dalam satu kelas.

Dalam menerapkan TPS, pertanyaan atau permasalahan yang disajikan oleh guru harus menarik dan menantang siswa untuk menyelesaikannya. Agar siswa tergugah, biasanya permasalahan bisa diambil dari kehidupan sehari-hari. Dengan pertanyaan tersebut kemudian akan menuntut siswa untuk mengerjakan masalah secara berkelompok untuk tujuan memastikan jawaban atau membandingkan jawaban mereka.

Ciri utama model pembelajaran teknik TPS adalah tiga langkah utama yang terdiri dari think (berpikir secara individu), pair berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).

Think (berpikir secara individu). Pada tahap think, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa satu per satu sehingga dengan catatan siswa tersebut, guru dapat memantau semua jawaban dan selanjutnya akan dapat dilakukan perbaikan dan pelurusan atas konsep-konsep maupun pemikiran yang masih salah. Dengan adanya tahap ini, maka guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol karena pada tahap think ini mereka akan bekerja sendiri untuk dapat menyelesaikan masalah.

(8)

Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau kelas). Pada tahap ini, setiap pasangan atau kelompok kemudian berbagi hasil pemikiran, ide, dan jawaban mereka dengan pasangan atau kelompok lain atau kelompok yang lebih besar yaitu kelas. Langkah ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah sebelumnya, dalam artian bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok berakhir pada titik yang sama yaitu jawaban yang paling benar. Pasangan atau kelompok yang pemikirannya masih kurang sempurna atau belum menyalesaikan permasalahannya diharapkan menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain yang berkesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya. Atau jika waktu masih memungkinkan, dapat juga memberi kesempatan pada semua kelompok untuk maju dan menyampaikan hasil diskusinya bersama pasangannya.

Pada kesempatan ini guru dapat meluruskan dan mengoreksi maupun memberikan penguatan jawaban di akhir pembelajaran.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus yang dilaksanakan di kelas X-3 SMA Negeri Jatinangor. Subjek penelitian terdiri atas 40 siswa yang terdiri dari 29 perempuan dan 11 laki-laki. Jenis data yang dikupulkan berupa data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes, dan data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas maupun kemampuan ilmiah siswa, yang dijaring dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan tes.

Pedoman observasi keterlaksanaan pembelajaran mempunyai 4 alternatif jawaban, yaitu dengan cara memberikan skor pada rentang skor 1, 2, 3 dan 4. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada mata pelajaran Biologi pada materi Plantae, dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata hasil tes pada tiap siklus.

Tindakan Siklus I

Perencanaan penelitian meliputi: Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); Menyusun dan menyiapkan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran di kelas dengan model pembelajaran TPS ( thinking-pair-share); Menyusun media pembelajaran yaitu LKS dengan materi plantae; dan Mempersiapkan kuis dan soal tes yang diajukan kepada siswa.

Pelaksanaan Tindakan. Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan rencana pembelajaran menggunakan model TPS masalah sesuai dengan yang telah direncanakan. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengajar sesuai dengan RPP yang sudah dibuat peneliti, yaitu pembelajaran biologi menggunakan model TPS pada materi Plantae. Tindakan yang dilakukan sifatnya fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan sesuai dengan apa yang terjadi pada saat pembelajaran.

Pengamatan atau observasi. Pengamatan atau observasi merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh peneliti dan team peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan ini dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi pembelajaran.

(9)

dilakukan oleh peneliti dan team yang bersangkutan dengan cara berdiskusi. Diskusi tersebut dilaksanakan untuk mengevaluasi hasil tindakan dan merumuskan perencanaan berikutnya.

Langkah-langkah tersebut dituangkan dalam rencana terevisi untuk melakukan tindakan pada siklus II hingga aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.

Tabel 01 Data Perolehan Skor Peningkatan Individu dan Kriteria-kriteria Masing-masing Kelompok

No Nama kelompok

Jumlah siswa yang mendapatkan skor

peningkatan Rata-rata Kriteria

5 15 25 30

1 Kelompok 1 1 2 2 17 Cukup

2 Kelompok 2 1 2 2 17 Cukup

3 Kelompok 3 1 3 1 15 Cukup

4 Kelompok 4 1 2 1 1 18 Cukup

5 Kelompok 5 1 1 2 1 20 Baik

6 Kelompok 6 1 1 3 19 Cukup

7 Kelompok 7 1 2 1 1 18 Cukup

8 Kelompok 8 2 1 2 15 Cukup

Tabel 02 Nilai kuis 1 dan kuis 2

No Rentang Nilai Kuis 1 Kuis 2

1 0,00 – 20,00 - -

2 21,00 – 40,00 6 2

3 41,00 – 60,00 17 10

4 61,00 – 80,00 14 23

5 81,00 – 100,00 3 5

Tabel 03. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan

Pertemuan Persentase Kualifikasi

Pertama 79 % Baik

(10)

Tabel 04 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1

Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal

Persentase

(%) Keterangan

Kelinci 10 16 62.5

Gajah 9 16 56.25

Rusa 13 16 81.25 Tertinggi

Sapi 10 16 62.5

Bebek 9 16 56.25 Terendah

Ular 12 16 75

Buaya 10 16 62.5

Banteng 11 16 68.75

Rata-rata 10,5 65.62

Tindakan Siklus II

Pelaksanaan siklus II ini didasari dari hasil refleksi pada siklus I. berdasarkan masalah-masalah yang timbul pada siklus I, kemudian ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya dengan harapan tidak terulang pada siklus II nantinya. Apabila hasil refleksi pada siklus II menunjukkan belum tercapainya indikator ketercapaian pembelajaran maka siklus akan dilanjutkan, dan sebaliknya apabila refleksi pada siklus II telah menunjukkan tercapainya indikator ketercapaian pembelajaran maka siklus akan dihentikan.

Gambaran tentang aktivitas siswa selama pembelajaran pada siklus II

dapat disajikan pada grafik 01 berikut.

Selain aktivitas guru dalam PBM, dan juga aktivitas siswa selama

mengikuti proses pembelajaran, dalam hal ini penelitipun melakukan tes

penguasaan siswa terhadap materi pembelajaranpun hal ini dilakukan untuk

mengetahui ketercapaian proses pembelajaran dalam hal hasil belajar siswa.

Dari skor ideal 100, skor perolehan rata secara klasikal baru mencapai

rata-rata 84, 63.

(11)

peningkatan hasil baik dari sisi keterlaksanaan proses langkah-langkah

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dari sisi aktivitas siswa, hasil

perolehan nilai kelompok serta hasil evaluasi penguasaan materi pembelajaran

siswa, adalah sebagai berikut.

Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya

aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran

yang mengarah pada langkah-langkah pembelajaran berdasarkan model TPS.

Guru sangat intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami

kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam

PBM meningkat apabila dirata-ratakan dari tiap siklus dari 83,5 % pada siklus 1

menjadi 94,0 % pada siklus 2.

(12)

Dengan demikian dari hasil data yang diperoleh dalam penelitian, maka

perlu dilakukan pembelajaran lebih lanjutan karena penelitian ini dikhawatirkan

belum memperoleh nilai yang konstan. Maka diperlukan nilai hasil

pembelajaran selanjutnya.

Tindakan Siklus III

Pelaksanaan siklus III ini didasari dari hasil refleksi pada siklus II. Masalah-masalah yang timbul pada siklus II ditetapkan alternatif pemecahan Masalah-masalahnya dengan harapan tidak terulang pada siklus III nantinya. Apabila hasil refleksi pada siklus III menunjukkan belum tercapainya indikator ketercapaian pembelajaran maka siklus akan dilanjutkan, dan sebaliknya apabila refleksi pada siklus III telah menunjukkan tercapainya indikator ketercapaian pembelajaran maka siklus akan dihentikan.

Hasil dan Pembahasan

Adapun keberhasilan yang diperoleh selama penelitian yang dilakukan mulai dari siklus 1 sampai siklus 3 ini, yaitu ditandai dengan adanya peningkatan hasil baik dari sisi keterlaksanaan proses langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru, aktivitas siswa, hasil perolehan nilai kelompok serta hasil evaluasi penguasaan materi pembelajaran siswa.

Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke pembelajaran Biologi dengan kompetensi dasar menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi berdasarkan langkah-langkah model TPS secara lebih baik. Siswa sudah mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa sudah mampu mempresentasikan hasil kerja, dengan peningkatan aktivitas siswa tiap kelompok disajikan grafik.

Adapun keberhasilan yang diperoleh selama penelitian mulai siklus 1 sampai siklus 3 ini, ditandai dengan adanya peningkatan hasil baik dari sisi keterlaksanaan proses langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru, aktivitas siswa, hasil perolehan nilai kelompok serta hasil evaluasi penguasaan materi pembelajaran siswa, adalah sebagai berikut.

(13)

Aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah pembelajaran berdasarkan model TPS. Guru sangat intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat apabila dirata-ratakan dari tiap siklus dari 83,5% pada siklus 1, menjadi 93,5% pada siklus 2 dan terakhir pada siklus 3 menjadi 96%, seperti dapat dilihat pata grafik 05.

(14)

Dengan demikian dari hasil data yang diperoleh dalam penelitian, maka tidak perlu dilakukan pembelajaran lanjutan karena penelitian ini telah menunjukkan adanya peningkatan sesuai dengan harapan dan standar ketuntasan yang telah di tetapkan di sekolah ini.

Kesimpulan

Proses pembelajaran dengan penerapan model TPS terdiri empat tahapan yaitu Pertama, tahap think (berpikir secara individu). Kedua, tahap pair (berpasangan), Ketiga, tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau kelas), dan Keempat, tahap penghargaan, pada tahap akhir siswa diberi penghargaan baik dari segi individu maupun kelompok. Nilai individu didapatkan berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok diambil berdasarkan tahap pair dan share, terutama sekali yaitu ketika pada tahap presentasi di depan kelas.

Dengan penerapan model PTS dalam pembelajaran Biologi kelas X3 SMA N Jatinangor ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil evaluasi tiap siklus mengalami peningkatan yaitu dari 66,25 pada pra tindakan menjadi 75,63 pada siklus 1 serta terjadi peningkatan ratata-rata secara klasikal menjadi 84,63 pada siklus 2, serta mengalami peningkatan juga pada siklus 3 yaitu menjadi 89,50 dan sudah dikatakan tuntas.

Saran

(15)

maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran mata pelajaran Biologi maupun mata pelajaran lain.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Dahar, Ratna Willis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya. Margono. 2004. Metode Penelitian Pendidikan :Komponen MKDK. Jakarta : Rineka

Cipta.

Natawijaya, Rohman. 1997. Konsep Dasar Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung : IKIP Bandung.

Slameto (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta

Subana.2002. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta :Pustaka Setia. Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta : Direktorat Tenaga

Kependidikan.

(16)
(17)

PADA MATERI TRIGONOMETRI DI KELAS XI-A3 SMAN TANJUNGSARI

Idah Isnendawati

Pengajar Bidang Studi Matematika SMAN Tanjungsari

ABSTRAK

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas XI-A3 SMAN Tanjungsari, menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap pembelajaran trigonometri. Data tersebut mengindikasikan bahwa siswa kelas XI-A3 SMAN Tanjungsari perlu mendapatkan perhatian lebih dalam pembelajaran. Tindakan yang dianggap paling sesuai untuk perbaikan pembelajaran di kelas tersebut adalah dengan menerapkan model penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan suatu kumpulan bahan pilihan yang dapat memberi informasi bagi suatu penilaian kerja yang obyektif. Cara pembelajaran trigonometri dengan penilaian portofolio adalah membahas hasil pemeriksaan, penilaian dan komentar kepada siswa yang tertera dalam hasil kerja siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian tindakan kelas yang desainnya mengacu pada model spiral yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Mc Taggart, yang terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, lembar wawancara, catatan lapangan dan tes. Dari keseluruhan penelitian selama 3 siklus, diperoleh peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 64%, siklus II sebesar 75%, dan siklus III sebesar 89%.

Kata kunci: Model penilaian portofolio, Hasil Belajar

Pendahuluan

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang telah berkembang cukup pesat, baik secara konten materi maupun aplikasinya. Oleh sebab itulah maka konsep-konsep dasar matematika harus dikuasai anak didik sejak dini yang pada akhirnya siswa terampil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Matematika di SMA khususnya, dapat menumbuhkembangkan kemampuan bernalar, yaitu berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam pemecahan masalah, karena unsur utama matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran selanjutnya, sehingga antar konsep atau pernyataan dalam Matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yakni: materi matematika yang dipahami melalui penalaran, dan dilatihkan melalui belajar materi matematika.

(18)

tertentu. Tetapi pemikiran ini, harus dibuktikan secara deduktif, dengan argument yang konsisten.

Cara belajar secara deduktif dan induktif digunakan dan sama-sama berperan penting dalam matematika. Dari cara kerja matematika tersebut diharapkan akan membentuk sikap, kritis, kreatif, jujur dan komunikatif bagi peserta didik. Seperti yang tercantum dalam kurikulum mata pelajaran matematika (Muchtar A. Karim, 1997:10), tujuan umum pada jenjang pendidikan dasar adalah: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif; (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajarinya berbagai ilmu pengetahuan. Begitu juga dalam kurikulum 2004, proses pembelajaran matematika menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam bentuk penyelidikan dan penemuan, penalaran dan komunikasi serta pemecahan masalah. Melalui proses pembelajaran tersebut, maka siswa dapat memiliki kompetensi dasar Matematika sesuai dengan tuntunan kurikulum dan tuntutan zaman.

Tujuan tersebut di atas, dianggap tercapai bila para siswa telah memiliki sejumlah kemampuan di bidang matematika yang salah satunya adalah terampil dalam pengerjaan hitungan trigonometri dengan tepat. Dalam KTSP mata pelajaran Matematika pada kelas XI, terdapat standar kompetensi: ―Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor kelipatan bilangan bulat dan pecahan, serta menggunakannya dalam pemecahan sehari-hari‖ (Depdiknas, 2006:39). Namun, kenyataannya di lapangan berdasarkan hasil observasi penulis, terbukti bahwa untuk mencapai tujuan di kelas XI tersebut ditemukan masalah bahwa sebagian besar siswa kesulitan dalam trigonometri dengan teknik menyimpan.

Kesulitan tersebut timbul dari factor internal dan eksternal, baik dari guru, siswa, materi, media, dan penilaian. Dalam pembelajaran guru hanya memberikan tugas untuk mengalikan soal-soal perhitungan sehingga siswa tanpa mengetahui cara-cara penyelesaian soal, tidak mengetahui kesalahan dan kemajuan yang dibuat oleh dirinya. Kemudian dalam penilaian hanya mencantumkan angka atau huruf sehingga tidak ada bukti-bukti siswa membuat kesalahan dan kemajuan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis, dari siswa 20 orang diperoleh data bahwa ketika para siswa diberi soal trigonometri dengan teknik menyimpan berjumlah 10 soal, maka sebagian besar siswa mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan soal trigonometri dengan teknik menyimpan.

Dari hasil observasi awal, selanjutnya dihubungkan dengan teori yang telah penulis kaji, maka pembelajaran trigonometri di kelas XI SMAN Tanjungsari perlu ditingkatkan, salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran trigonometri tersebut adalah melalui penilaian portofolio.

(19)

Salah satu komponen dalam KTSP, penilaian harus dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, untuk mengumpulkan informasi tentang tingkat pencapaian siswa diperlukan pelaksanaan penilaian, salah satunya dengan penilaian portofolio.

Pernilaian portofolio ini merupakan koleksi atau kumpulan yang dikembangkan oleh guru yang dapat member informasi bagi suatu penilaian kinerja yang objektif. Untuk mengembangkan portofolio, siswa dengan bimbingan guru harus mengembangkan sejumlah karya, kemudian karya tersebut dikoleksi atau dikumpulkan serta dikomentari oleh guru mengenai kelebihan dan kekurangannya.

Pentingnya penilaian portofolio dilaksanakan untuk mengatasi siswa kesulitan dalam menyelesaikan trigonometri dengam teknik menyimpan didasarkan pada pertimbangan bahwa: (1) Penilaian portofolio adalah acuan penilaian yang merupakan kumpulan hasil pekerjaan siswa yang disimpan secara bertahap dan sistematis, sehingga sangat diperlukan untuk peningkatan dan kemajuan prestasi siswa; (2) Portofolio merupakan kumpulan pengalaman belajar dengan proses social pedagogis yang terdapat dalam pikiran siswa berupa pengetahuan, nilai dan sikap yang dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran trigonometri; (3) Siswa dapat melihat catatan kemajuan prestasi dan memperbaiki kesalahan yang dibuatnya, sehingga nilai yang diperoleh lebih bermakna.

Berdasarkan latar belakang tersebut atas, peneliti untuk mengangkat permasalahan ke dalam makalah dengan judul ―Penerapan Model Penilaian Portofolio dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Trigonometri di Kelas XI SMAN Tanjungsari‖.

Kajian Teori

Kata matematika berasal dari bahasa Inggris yaitu Mathematics. Namun arti atau definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat. Definisi dari matematika makin lama makin sukar untuk dibuat, karena cabang-cabang makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya. Dapat disimpulkan, bahwa matematika adalah ilmu tentang pola yang saling berhubungan suatu sama lainnya ke dalam beberapa bidang antara lain aljabar, analisis, geometri, aritmatika, yang mencakup teori bilangan dan statistik.

Trigonometri

Depdikbud (1994:85), berpendapat bahwa: ―Trigonometri adalah pemjumlahan berganda dengan suku-suku yang sama.‖ Misalnya 3 + 3 + 3 +3 disebut penjumlahan berulang. Di sini terdapat empat suku yang sama, yaitu 3, penjumlahan ini disajikan dalam bentuk: 4 x 3 disebut trigonometri 4 dan 3.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, trigonometri merupakan salah satu prasyarat untuk dapat menyelesaikan persoalan trigonometri dua bilangan atau lebih.

Portofolio

(20)

termasuk dunia usaha dan pendidikan. Namun di Indonesia pendekatan ini masih agak terasa asing, terutama dalam dunia pendidikan, karena baru mendapat perhatian dan belum banyak digunakan. Depdiknas (2002:97), pengertian portofolio adalah: ―Suatu kumpulan bahan pilihan yang dapat member informasi bagi suatu penilaian kinerja yang obyektif.‖

Dari pengertian di atas, dapat kita pahami bahwa portofolio merupakan koleksi atau kumpulan karya yang dikembangkan siswa dan guru. Dari pendapat ini, dapat kita bayangkan bahwa untuk mengembangkan portofolio, siswa dengan bimbingan guru harus mengembangkan sejumlah hasil karya pembelajaran.

Dipersekolahan bahan-bahan yang dimaksud menjadi ukuran kerja siswa, dan seberapa baik tugas-tugas yang diberikan kepada siswa telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan pengajaran yang ditentukan. Dari ciri-ciri dasar pada pengertian di atas, dapat kita lihat manfaat portofolio terutama dalam kegiatan penilaian, sehingga nampak jelas bahwa portofolio menawarkan sebuah kerangka yang dapat memudahkan perbaikan bagi siswa dalam pembelajaran matematika.

Dengan demikian, portofolio memberikan sebuah kerangka yang dapat merespon tuntutan keberdayaan siswa, keadaan kelas yang selalu rubah dan dapat menjadi kesepakatan baru dalam kaitan kebutuhan peningkatan dan perbaikan praktik-praktik pengujian matematika khususnya trigonometri. Dengan penilaian portofolio menawarkan sebuah kerangka yang berkembang dan berlandaskan pada apa yang sedang dilakukan siswa.

Penelitian ini dilaksanakan dengan berdasarkan kepada studi kepustakaan disamping dilakukannya pengamatan mengenai kegiatan-kegiatan yang terjadi di lapangan serta hasil-hasil penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan fokus kajian dalam penelitian ini.

Fokus utama dari kajian penelitian ini adalah mengenai peningkatan pembelajaran trigonometri dengan penerapan model penilaian portofolio pada siswa kelas XI. Dengan demikian, melalui penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi kemampuan pemahaman terhadap pembelajaran trigonometri dengan penerapan model penilaian portofolio pada siswa kelas XI SMAN Tanjungsari Kecamatan Tanjungsari.

Hasil Pembahasan

(21)

Tabel 1

Data Tes Awal Pembelajaran Trigonometri

No. Nama Siswa Nilai KKM

Tercapai Tidak

1. Ajah Sopian R. 50 √

2. Agustiar 70 √

3. Ato 50 √

4. Cucu Mulyana 80 √

5. Dea Andreana 50 √

6. Deni Akbar 40 √

7. Diah Rodiah 50 √

8. Dian Sopian 50 √

9. Egi Ginanjar 50 √

10. Elsa Yulia R. 70 √

11. Eva Nopiani 50 √

12. Gusmia Daniati S. 60 √

13. Lukman 50 √

14. M. Rizal Yanpa 40 √

15. Mamat Hidayat 80 √

16. Mulyana Sopian 40 √

17. Nanang Dian N. 50 √

18. Neng Elsa T. 70 √

19. Nisa Cahyani 40 √

20. Nopi Nopiani 50 √

11. Eva Nopiani 50 √

12. Gusmia Daniati S. 60 √

13. Lukman 50 √

14. M. Rizal Yanpa 40 √

15. Mamat Hidayat 80 √

16. Mulyana Sopian 40 √

17. Nanang Dian N. 50 √

18. Neng Elsa T. 70 √

19. Nisa Cahyani 40 √

20. Nopi Nopiani 50 √

Jumlah 1090 6 14

Presentase (%) 55 30 70

(22)

1. Guru memberikan contoh trigonometri dengan cara-caranya dan para siswa menyimak dengan seksama tentang contoh trigonometri.

2. Guru menugaskan seorang siswa untuk menyelesaikan soal trigonometri dengan teknik menyimpan dan siswa yang lain menyimpan dan salah seorang maju ke depan untuk mengerjakannya.

3. Guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran sambil bertanya kepada siswa tentang trigonometri dan siswa menyimak dan menjawab pertanyaan guru tentang cara-cara trigonometri dengan teknik menyimpan.

4. Guru menugaskan untuk mengerjakan soal-soal trigonometri dengan teknik menyimpan dan mengumpulkan hasil pekerjannya.

5. Guru mengomentari dan memberikan catatan hasil kerja siswa sesuai dengan kemampun secara bertahap dan sistematis dan siswa melihat dan menelaah hasil mengerjakan soal-soal yang telah diberi komentar atau catatan mengenai kemajuan-kemajuan, kekurangan, perbaikan, dan tindak lanjutnya.

6. Guru menyediakan tempat file dokumen kepada masing-masing siswa dan para siswa mengumpulkan dan menyusun dalam berkas portofolio yang telah disediakan.

7. Guru mendiskusikan hasil siswa untuk membahas komentar dan catatan dengan teman sekelas dan siswa berdiskusi tentang hasil pekerjaan soal trigonometri dan membahas kemajuan, kekurangan, dan perbaikan.

8. Guru menyortir dan mamampangkan hasil pekerjaan siswa yang dianggap istimewa untuk dipublikasikan pada papan portofolio yang telah disediakan dan siswa ikut menilai hasil kerja teman sekelas dan dipublikasikan pada papan portofolio

Siklus I

Pada akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal trigonometri sebagai tes akhir dengan model penilaian portofolio. Hasil yang diperoleh masing-masing siswa sangat memuaskan, seperti terlihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2

Data Tes Pembelajaran Trigonometri Siklus I

No. Nama Siswa Nilai KKM

Tercapai Tidak

1. Ajah Sopian R. 60 √

2. Agustiar 75 √

3. Ato 55 √

4. Cucu Mulyana 85 √

5. Dea Andreana 65 √

6. Deni Akbar 50 √

(23)

No. Nama Siswa Nilai KKM

Tercapai Tidak

8. Dian Sopian 55 √

9. Egi Ginanjar 60 √

10. Elsa Yulia R. 80 √

11. Eva Nopiani 50 √

12. Gusmia Daniati S. 70 √

13. Lukman 50 √

14. M. Rizal Yanpa 70 √

15. Mamat Hidayat 80 √

16. Mulyana Sopian 60 √

17. Nanang Dian N. 55 √

18. Neng Elsa T. 70 √

19. Nisa Cahyani 50 √

20. Nopi Nopiani 70 √

Jumlah 1270 13 7

Presentase (%) 64 65 35

Tabel di atas, adalah hasil tes siklus I siswa kelas XI SMAN Tanjungsari dalam pembelajaran trigonometri sudah mencapai rata-rata 64% dan KKM baru mencapai 65%. Kalau dibandingkan dengan data awal sudah ada peningkatan dari 55% menjadi 64% pada siklus I. Berdasarkan pada data siklus I, maka siswa yang dinyatakan mencapai KKM sebanyak 13 atau 65% dan 7 siswa atau belum mencapai KKM.

Siklus II

Setelah selesai siswa melaksanakan pembelajaran, para siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya kepada guru. Seperti biasa, beberapa orang siswa diminta untuk membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Adapun hasil penilaian yang dilakukan sebagai berikut.

Tabel 3

Data Tes Pembelajaran Trigonometri Siklus II

No. Nama Siswa Nilai KKM

Tercapai Tidak

1. Ajah Sopian R. 70 √

2. Agustiar 85 √

3. Ato 65 √

4. Cucu Mulyana 90 √

5. Dea Andreana 75 √

6. Deni Akbar 55 √

7. Diah Rodiah 70 √

8. Dian Sopian 65 √

9. Egi Ginanjar 75 √

(24)

No. Nama Siswa Nilai KKM

Tercapai Tidak

11. Eva Nopiani 55 √

12. Gusmia Daniati S. 80 √

13. Lukman 55 √

14. M. Rizal Yanpa 80 √

15. Mamat Hidayat 100 √

16. Mulyana Sopian 70 √

17. Nanang Dian N. 75 √

18. Neng Elsa T. 80 √

19. Nisa Cahyani 70 √

20. Nopi Nopiani 80 √

Jumlah 1495 17 3

Presentase (%) 75 85 15

Tabel di atas, adalah hasil tes siklus II siswa kelas XI SMAN Tanjungsari dalam pembelajaran trigonometri sudah mencapai rata-rata 75% dan KKM baru mencapai 85%. Kalau dibandingkan dengan data awal sudah ada peningkatan dari 64% menjadi 75% pada siklus II. Berdasarkan pada data siklus II, maka siswa yang dinyatakan mencapai KKM sebanyak 17 atau 85% dan 3 siswa atau belum mencapai KKM.

Siklus III

Setelah selesai siswa melaksanakan pembelajaran, para siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya kepada guru. Seperti biasa, beberapa orang siswa diminta untuk membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Adapun hasil penilaian yang dilakukan sebagai berikut.

Tabel 4

Data Tes Pembelajaran Trigonometri Siklus III

No. Nama Siswa Nilai KKM

Tercapai Tidak

1. Ajah Sopian R. 80 √

2. Agustiar 100 √

3. Ato 85 √

4. Cucu Mulyana 100 √

5. Dea Andreana 95 √

6. Deni Akbar 75 √

7. Diah Rodiah 80 √

8. Dian Sopian 75 √

9. Egi Ginanjar 90 √

10. Elsa Yulia R. 100 √

11. Eva Nopiani 60 √

(25)

No. Nama Siswa Nilai KKM

Tercapai Tidak

13. Lukman 75 √

14. M. Rizal Yanpa 100 √

15. Mamat Hidayat 100 √

16. Mulyana Sopian 80 √

17. Nanang Dian N. 85 √

18. Neng Elsa T. 100 √

19. Nisa Cahyani 90 √

20. Nopi Nopiani 100 √

Jumlah 1770 20

Presentase (%) 89 100

Tabel di atas, adalah hasil tes siklus II siswa kelas XI SMAN Tanjungsari dalam pembelajaran trigonometri sudah mencapai rata-rata 89% dan KKM mencapai 100%. Kalau dibandingkan dengan data siklus II peningkatan yang signifikan dari 75% menjadi 89%.

Kesimpulan

Gambaran hasil analisis data setiap siklusnya setelah dilaksanakan tindakan model penilaian portofolio dalam pembelajaran trigonometri adalah sebagai berikut.

1. Siklus I

Siklus I sudah mencapai rata-rata 64% dan KKM baru mencapai 65%. Kalau dibandingkan dengan data awal sudah ada peningkatan dari 55% menjadi 64% pada siklus I. berdasarkan data siklus I, maka siswa dinyatakan mencapai KKM sebanyak 13 atau 65% dan 7 siswa atau 35% belum mencapai KKM.

2. Siklus II

Siklus II mencapai rata-rata 75% dan KKM baru mencapai 85%. Kalau dibandingkan dengan data siklus I sudah ada peningkatan dari 64% menjadi 75% pada siklus II. Berdasarkan pada data siklus II, maka siswa yang dinyatakan mencapai KKM sebanyak 17 atau 85% dan 3 siswa atau 15% belum mencapai KKM.

3. Siklus III

Siklus III mencapai rata-rata 89% dan KKM mencapai 100%. Kalau dibandingkan dengan data siklus II peningkatan yang signifikan dari 75% menjadi 89%. Berdasarkan perhitungan batas KKM untuk pembelajaran trigonometri pada siswa kelas XI SMAN Tanjungsari, maka batas KKM minimal harus dicapai oleh siswa kelas XI ada mata pelajaran Matematika semester 2 adalah 60.

Pembahasan Penelitian

(26)

sesuai dengan pelaksanaan dan hasil dari pembelajaran trigonometri dengan menerapkan model penilaian portofolio di kelas XI SMAN Tanjungsari. Secara rinci berbagai permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam tahap-tahap pelaksanaan modek penilaian portofolio adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

Pembahasan dalam materi trigonometri kurang jelas dan siswa tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dan tanya jawab dalam diskusi. Faktor penyebabnya adalah :

- Penjelasan guru kurang jelas

- Metode dan teknik guru monoton, sehingga pembelajaran terfokus pada guru - Siswa kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran

- Pengelolaan kelas kurang terkendali

- Pembelajaran kurang diarahkan dalam situasi yang menyenangkan 2. Siklus II

Pembahasan dalam materi trigonometri sudah jelas, namun siswa kurang diberi kesempatan untuk mengeluarkam pendapat dalam diskusi. Penyebabnya adalah:

- Metode dan teknik guru monoton, sehingga pembelajaran terfokus pada guru - Siswa kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran

- Pengelolaan kelas kurang terkendali 3. Siklus II

Pada siklus III adanya peningkatan yang signifikasn dalam pembelajaran tigonometri, karena semua siswa kelas XI SMAN Tanjungsari yang berjumlah 20 orang sudah mendapatkan nilai di atas 60 atau 100% dengan rata-rata kelas mencapai 89. Hal ini terjadi karena guru menggunakan alat peraga yang maksimal, penjelasan guru terhadapat materi pembelajaran jelas dan lebih rinci, metode dan teknik guru bervariasi, sehingga pembelajaran terfokus pada siswa. Siswa begitu perhatian dalam mengikuti pembelajaran, pengelolaan kelas terkendali, pembelajaran diarahkan dalam situasi yang menyenangkan dan variasi teknik pembelajaran, dalam menjelaskan maetri pelajaran secara rinci, penggunaan media dan metode pembelajaran dilaksanakan secara optimal, serta guru dapat membangkitkan aktivitas, motivasi dan perhatian siswa secara maksimal. Factor penyebabnya adalah:

- Penjelasan guru jelas dan lebih rinci.

- Metode dan teknik guru bervariasi, sehingga pembelajaran terfokus pada siswa.

- Siswa memperhatikan penjelasan guru dan aktif mengikuti pembelajaran. - Pengelolaan kelas sangat terkendali.

- Pembelajaran diarahkan dalam situasi yang nyaman dan menyenangkan. - Catatan ditulis dengan jelas setiap kekurangan atau kelebihan siswa, sehingga

(27)

Hal yang menghambat keberhasilan siswa, berdasarkan hasil pengamatan dan tes hasil belajar yang dilakukan oleh peneliti tentang pembelajaran trigonometri di kelas XI SMAN Tanjungsari, ditemukan beberapa hambatan selama proses pembelajaran berlangsung. Ada pun hambatan tersebut adalah:

1. Ada siswa belum dapat memahami komentar yang diberikan oleh guru pada hasil pekerjaannya, sehingga siswa tersebut belum bisa mengoreksi kesalahan pada pekerjaannya dan belum bisa memperbaiki kesalahan yang dilakukanya tersebut. 2. Ada siswa yang sudah dapat memahami komentar yang diberikan oleh guru pada

hasil pekerjannya, namun kurang hati-hati dan tergesa-gesa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, sehingga hasil pekerjaannya masih ada yang salah. 3. Ada siswa yang selalu tidak bisa diam, cenderung hiperaktif dan senang

mengganggu teman-temannya bila pekerjaan yang ditugaskan oleh guru telah diselesaikannya.

Solusi guru untuk mengatasi hambatan pada setiap siklus di atas adalah :

1. Guru memberikan komentar bukan hanya secara tertulis pada hasil pekerjaan siswa tersebut melainkan juga menambahkan penjelasan secara verbal dan melakukan bimbingan individu tentang kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut. Pada akhirnya, siswa tadi mengerti dan memahami komentar dan penjelasan yang disampaikan oleh guru dalam bimbingannya.

2. Guru berulang kali mengikatkan pada para siswa untuk berhati-hati dan tidak menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tergesa-gesa, sehingga hasil yang diperoleh siswa lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dilakukan guru kepada siswa yang mengalami kesulitan tersebut dan juga kepada seluruh siswa secara klasikal dan pada akhirnya, para siswa jadi lebih hati-hati dan berkonsentrasi dalam mengerjakan tugasnya.

(28)

Pustaka Rujukan

Depdikbud. 1994. Matematika 2. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Muchtar, A.K. 1997. Pendidikan Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Rachmat, dkk. 2005. Belajar Matematika. Bandung: PT Sarana Panca Karyanusa. Rakhmat, S-Suherdi, D. 1999. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.

(29)

JATINANGOR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Eros Rosmawati

Pengajar Bidang Studi Kimia SMA Al Masoem Jatinangor rosmawatiros65@gmail.com

ABSTRAK

Pengalaman Mengajar di lapangan banyak masalah yang dihadapi,diantaranya rendahnya minat dan hasil belajar kimia pada materi stoikiometri larutan pada siswa kelas Xl IPA 1 SMA Al Masoem jatinangor tahun pelajaran 2012-2013.Hal ini dibuktikan dengan siswa yang jarang mengerjakan soal latihan.tidak memiliki catatan,tidak memiliki buku pegangan,tidak memperhatikan guru ketika guru menerangkan,aktivitas belajar kurang ,nilai ulangan harian di bawah KKM.Sebagai upaya untuk meningkatkan minat dan hasil belajar kimia digunakan Model Pembelajaran Student Achievment Division (STAD) yang dilaksanakan di kelas Xl IPA 1 dengan dua siklus.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : meningkatkan minat siswa dengan pembelajaran STAD,meningkatkan aktivitas siswa dengan model pembelajaran STAD,meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran STAD.Melalui model pembelajaran STAD,hasil penelitian menunjukan minat siswa terhadap pelajaran kimia dari hasil angket diperoleh pada siklus 1 sebesar 65% menyatakan setuju dan pada siklus ll menjadi 80%mengalami peningkatan sebesar 15%.Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari 66,2% menjadi 76,2% mengalami peningkatan 10% .Hasil tes belajar dari rata-rata 45,83% menjadi 54,3% mengalami peningkatan 8,47%.Siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam mengerjalkan lembar kerja karena kurangnya membaca bahan ajar sehingga guru harus lebih banyak membimbing dalam mengerjakan lembar kerja dan dalam presentasi.

Kata Kunci :minat belajar,hasil belajar,stoikiometri larutan,model pembelajaran STAD

Pendahuluan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, dewasa ini akan dapat membawa dampak yang positif pada masyarakat Indonesia berupa usaha untuk selalu meningkatkan diri agar tidak ketinggalan dalam dunia pendidikan. Pedidikan sangat penting artinya, karena melalui pendidikan orang akan memperoleh ilmu pengetahuan ketrampilan dan keahlian yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan itu penting bagi setiap orang karena hanya dengan pendidikan seseorang akan memperoleh menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan.

(30)

Mendidik adalah suatu profesi yang harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan persiapan khusus, karena pendidikan berhubungan dengan manusia yang mana ia menjadi poros dan penggerak utama dalam kehidupan. Pendidikan adalah sebuah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan suatu kepribadian dan guru adalah sumber utama informasi ilmu pengetahuan bagi para anak didiknya.

Sekolah Menengah Atas Al Masoem merupakan salah satu sekolah swasta yang berada di kawasan pendidikan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Secara tipologi berbatasan langsung dengan wilayah kota Bandung yang merupakan barometer kualitas pendidikan di Jawa Barat. Selayaknya pencapaian hasil belajar khususnya pembelajaran kimia di SMA Al Masoem tidak jauh berbeda dengan pencapaian di beberapa SMA di kota Bandung, tetapi kondisi rilnya tidak seperti itu. Berdasarkan pengamatan di kelas khususnya kelas XI IPA terutama dalam mata pelajaran kimia dapat teridentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.Permasalahan tersebut yaitu: (1)Umumnya banyak siswa masih sulit memahami dan menguasai materi stoikiometri larutan, sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar kimia.(nilai UAS kimia < dari KKM) (KKM = 72), (2) Kurangnya minat terhadap pelajaran kimia,(3) Kurang memanfatkan sumber belajar yang ada (4) tugas yang diberikan tidak dapat diselesaikan dengan baik.Kondisi ini menyebabkan rendahnya hasil ulangan harian dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Rekapitulasi nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Kimia

rentang nilai ulangan harian 1 ulangan harian 2

jumlah persen jumlah persen

24 50 24 60

51 - 71 14 35 12 30

72 6 15 4 10

jumlah 40 100 40 100

Sumber : Buku Nilai Siswa Kelas XI

Bertitik tolak dari hasil belajar yang diperoleh siswa, diperlukan perubahan cara pembelajaran, sebab cara pembelajaran yang tidak bervariasi dan belum banyak memotivasi aktivitas siswa berinteraksi, dan pembelajaran masih terpusat pada guru. Hasil ulangan tersebut, belum mencapai target minimal 75% siswa yang mencapai KKM, hanya 15%.

Belajar tidak cukup hanya mendengar dan melihat, tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang lain diantaranya membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan tugas, mengkomunikasikan, diskusi , presentasi menyimpulkan dan memanfatkan peralatan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif.

(31)

melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran (Rachmadiarti, 2001)

Pada STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi 4 – 5 orang dan setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajaran, dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan melakukan diskusi (Rachmadiarti, 2001)

Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dengan ceramah, Tanya jawab, diskusi dsb, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa (Permana, 2004). Menurut Slavin 1998 (dalam Permana , 2005) ada 5 langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran model STAD yaitu: penyajian kelas, tahapan kegiatan belajar kelompok, tahapan menguji kinerja individu, penskoran , dan tahapan penghargaan kelompok.

Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Davidson (dalam Asma , 2006 : 26) yaitu :

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

 Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

 Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

 Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat oranglain.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

Berdasarkan hal di atas, maka dipandang perlu bagi peneliti untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas guna meningkatkan aktivitas siwa dan prestasi belajar kimia siswa pada materi pokok stoiokiometri larutan di SMA Al Masoem kelas XI melelui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Metode penelitian

(32)

terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi.

Hasil dan Pembahasan.

Berkaitan dengan penelitian ini, yaitu kurangnya minat siswa terhadap pelajaran kimia. Peserta didik menganggap pelajaran kimia sulit, membosankan, banyak rumus dan banyak hitungan matematiknya. Selain itu juga karena selama ini banyak materi yang disampaikan guru dengan ceramah dan memberi latihan soal banyak. Kondisi nyata di lapangan adalah kurangnya aktivitas siswa selama pembelajaran dan juga hasil ulangan yang masih di bawah KKM.

Deskripsi hasil siklus 1 Perencanaan tindakan

Tahapan perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus l meliputi pembuatan perangkat pembelajaran, pembuatan instrument pre tes dan pos tes dan lembar observasi. Pembuatan perangkat pembelajaran meliputi pengembangan silabus, rencana perbaikan pembelajaran, penentuan KKM dan lembar kerja siswa. Semua perangkat pembelajaran dibuat dengan cara memperbaiki dan menyesuaikan program pembelajaran yang telah dibuat awal semester.

Pembuatan instrument penilaian pre tes dan pos tes, lembar kerja siswa,lembar observasi untuk menilai aktivitas guru dan siswa selama pembelajran kimia dan lembar minat siswa terhadap pelajaran kimia setelah menggunakan model pembelajaran STAD pada materi stoikiometri larutan.

Pelaksanaan Tindakan

Materi pembelajaran yang disajikan pada siklus l mengenai penyelesaian soal stoikiometri larutan dengan menggunakan konsep mol, volume larutan, molaritas dan reaksi pembatas.

Di awal siklus l, peneliti mengabsen siswa, memberi apersepsi motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian membagi siswa menjadi 8 kelompok. Peneliti membagi lembar kerja siswa berisi materi dan soal stoikiometri larutan yang harus dilakukan dengan menggunakan tahapan tahapan yang telah ditentukan.

Tahapan berikutnya, siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing menyelesaikan lembar kerja siswa. Selama pembelajaran peneliti membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa, kemudian mempresentasikan hasil kerjanya. Selama pembelajaran dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa oleh observer. Penilaian pos tes untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Penilaian minat siswa terhadap pelajaran kimia dilakukan dengan memberi angket.

Hasil Pengamatan

a.Minat Siswa Terhadap Pelajaran Kimia

(33)

Tabel 2

Data Minat Siswa Terhadap Pelajaran Kimia dengan Model STAD

No Kriteria Jumlah Siswa Skor Prosentase(%)

1 Sangat setuju 4 170 10

2 Setuju 26 855 65

3 Tidak Tahu/ragu 8 212 20

4 Tidak Setuju 2 41 5

5 Sangat Tidak Setuju - - -

Jumlah 40 1066 100

Dari tabel di atas, didapatkan bahwa sikap dan minat siswa terhadap pelajaran kimia dengan menggunakan model STAD hasilnya baik. Hal ini dapat dilihat dari penilaian siswa yang banyak menyatakan setuju sebanyak 26 orang dengan prosentase 65%. Bahkan 4 orang (10%) mengatakan sangat setuju,yang tidak tahu berjumlah 8 orang (20%) dan yang tidak setuju 2 orang (5%). Dengan pendapat lebih banyak setuju, artinya siswa memiliki sikap dan minat yang baik terhadap pelajaran kimia.

b.Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran STAD

Untuk mengetahui aktifitas siswa selama pembelajaran diamati oleh observer. Hasil skor dan prosentase siswa tiap aktifitas dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3

Data Aktifitas Siswa dalam Model Pembelajaran STAD

No Aktifitas yang diamati Skor Prosentase (%)

1 Mengamati /memperhatikan penjelasan guru 150 75 2 Membaca materi ajar dan menulis hal-hal

yang pentingselama pembelajaran berlangsung

133 66,5

3 Mengerjakan tugas- tugas kelompok dan

berbagi tugas 112 56

4 Bertanya pada guru atau teman lain tentang

materi ajar 132 66

5 Mempresentasikan hasil kerja kelompok dan

merefleksi 135 67,5

Jumlah 662 331

Rata- rata 132,4 66,2

Kategori Baik

(34)

Dengan skor total keseluruhan dari 5 aktifitas adalah 662 dengan skor rata-rata tiap indicator 132,4 atau 66,2% dengan katagori baik.

c.Nilai Pre Tes dan Pos Tes

Setiap awal pembelajaran diberikan pre tes untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar yang dimiliki siswa sebelum menerima pelajaran dan nilai pos tes untuk menentukan sejauh mana penguasaan materi siswa setelah proses pembelajaran

Tabel 4

Data skor Pre tes dan Pos tes

Pre tes Pos Tes

Skor 1003 1833

Prosen 25,075% 45,83%

Rata-rata 25,075 45,83

Dilihat dari tabel nilai Pre Tes dan Pos Tes, ternyata nilai Pos Tes lebih besar dari Pre tes. Hal ini menunjukan adanya keberhasilan dalam pembelajaran,walaupun rata-rata nilai belajar siswa masih di bawah KKM (KKM=70) jadi secara klasikal belum tuntas, karena rata-rata nilai Pos tes masih jauh dari KKM. Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata nilai Pre tes pada siklus 1 ini adalah 25,075 dengan prosen tase 25,075% dan skor 1003,sedangkan nilai pos tes rata-rata 45,83 dengan prosentase 45,83% dengan skor 1833.

d.Refleksi

Setelah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan melalui diskusi antara peneliti dengan observer disimpulkan bahwa kinerja peneliti pada siklus 1 perlu ditingkatkan, terutama dalam hal pengelolaan kelas, membimbing kelompok kerja, membimbing presentasi, mengevaluasi hasil kerja kelompok. Di samping itu juga perlu ditingkatkan dalam hal memberi penghargaan kepada siswa yang aktif baik secara individu atau kelompok sehingga siswa merasa dihargai hasil kerjanya.

Deskripsi Siklus ll Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus II merupakan perbaikan rencana tindakan pada siklus I Peneliti lebih banyak membimbing siswa dalam cara menyelesaikan tahapan penyelesaian soal stoikiometri larutan,membimbing presentasi dan memberi kesempatan presentasi yang lebih merata.

Pelaksanaan Tindakan

(35)

menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian membagi siswa menjadi 8 kelompok belajar.

Kegiatan presentasi materi stoikiometri larutan(pada siklus I) dan materi stoikiometri larutan (pada siklus II) dengan menggunakan lembar kerja siswa yang telah dikerjakan dalam kelompoknya. Pengelolaan kelas dan pembimbingan presentasi lebih baik dibandingkan dengan siklus I.

Selama pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap kinerja peneliti dan pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa pada materi stoikiometri larutan yang dilakukan observer. Penilaian terhadap hasil belajar siswa dilakukan oleh peneliti melalui pre tes dan pos tes.sedangkan penilaian terhadap sikap dan minat siswa terhadap pelajaran kimia melalui angket.

Hasil Pengamatan

a.Minat siswa terhadap Pelajaran Kimia

Untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran digunakan penilaian diri. Peneliti memberikan angket kepada siswa yang berisi sikap selama pembelajaran kimia dengan model pembelajaran STAD. Angket diberikan setelah selesai pembelajaran tiap siklus. Dari angket yang dibagikan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5

Data Minat Siswa terhadap Pelajaran Kimia

No Kriteria Jumlah siswa Skor Prosentase(%)

1 Sangat Setuju 5 215 12,5

2 Setuju 32 1107 80

3 Tidak Tahu 3 90 7,5

4 Tidak Setuju - - -

5 Sangat tidak setuju - - -

Jumlah 40 1412 100

Dari tabel di atas, didapatkan bahwa pada siklus II lebih banyak yang setuju dibandingkan pada siklus I. Pada siklus I yang sangat setuju 4 orang (10%) menjadi 5 orang (12,5%),yang setuju dari 26 orang (65%) menjadi 32 orang (80%), tidak tahu dari 8 orang (20%) turun menjadi 3 orang (7,5%). Tidak ada yang tidak setuju. Dengan pendapat lebih banyak setuju artinya siswa memiliki sikap dan minat yang baik terhadap pelajaran kimia.

b.Aktifitas Siswa

(36)

Tabel 6

Data Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran Model STAD

No Aktifitas yang diamati Skor Prosentase(%)

1 Mengamati/memperhatikan penjelasan

guru atau siswa 152 76

2 Membaca materi ajar dan menulis hal-hal yang penting selama pembelajaran berlangsung

151 75,5

3 Mengerjakan tugas-tugas kelompok

dan berbagi tugas 156 78

4 Bertanya pada guru atau teman lain

tentang materi ajar 154 77

5 Mempresentasikan hasil kerja

kelompok 149 74,5

JumlahRata-rataKategori

762 381

152,4 76,2

Baik

Dilihat dari data di atas, aktifitas siswa pada siklus II mengalami kenaikan. Dalam mengamati/ memperhatikan guru atau siswa lain dari skor 150 (75%) menjadi 152 ( 76%) naik 1 %. Membaca materi ajar dan menulis hal-hal penting dari 133 (66,5%) menjadi 151(75,5%) naik 11%.Mengerjakan tugas kelompok dari 112( 56%) menjadi 156 (78%) naik 22%. Bertanya pada guru atau teman lain tentang materi ajar dari 132 (66%) menjadi 154 (77%) naik 10 %. Mempresentasikan kerja kelompok dan refleksi dari 135 (67,5%) menjadi 149 (74,5 ) naik 7%. Kenaikan rata-rata untuk aktifitas siswa dari siklus l ke siklus ll adalah 9,8 %.

c.Nilai Pre Tes dan Pos Tes

Data tes hasil belajar pre tes dan pos tes siklus II tertera dalam tabel.

Tabel 7

Data Skor Pre Tes dan Pos Tes

Pre tes Pos Tes

Skor 1458 2172

Prosen 36,45% 54,3%

Rata-rata 36,45 54,3

(37)

d. Refleksi

Hasil pengamatan dan temuan pada siklus II adalah adanya usaha peneliti untuk meningkatkan kinerja dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran STAD berdampak meningkatnya aktifitas siswa, hasil belajar siswa dan minat siswa terhadap pelajaran kimia.

Analisis Minat, Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa

Hasil observasi pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 8

Hasil Observasi Minat siswa,aktifitas dan hasil belajar siswa siklus I dan Siklus II

Uraian Siklus I Siklus II

Persentase (%) Persentase (%)

Minat Siswa 66,2 76,2

Aktifitas Siswa 65 80

Hasil belajar Siswa 45,8 54,3

Berdasarkan tabel terlihat peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia hasil pengamatan observer 10%, peningkatan aktivitas siswa 15% dan peningkatan hasil belajar siswa 8,48%. Berikut ini disajikan grafik peningkatan minat siswa terhadap pelajaran kimia pada siklus 1 dan siklus II.

Berdasarkan grafik I tampak kenaikan persentase minat siswa terhadap

pelajaran kimia dari siklus I dan siklus II. Penyebab kenaikan antara lain

karena penghargaan yang di berikan selama proses pemebelajaran . Berikut ini

disajikan grafik aktifitas siswa dalam pembelajaran kimia pada siklus I dan

siklus II

60 70 80

Minat siswa siklus I

Minat siswa siklus II

Grafik I

Minat siswa siklus I

(38)

Berdasarkan grafik II tampak kenaikan aktifitas belajar siswa 15 %. Hal

ini berarti bertambahnya frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa, dan

bertambahnya rasa tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan tugas

kelompok. Sesuai dengan pendapat Chairani (2003 ; 10), dalam belajar

kooperatif setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan

angota kelompoknya dalam mencapai tujuan pembelajaran.Berikut inidisajikan

grafik peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II

Berdasarkan grafik III tampak kenaikan hasil belajar siswa sebesar

8,47%.hal ini berarti bahwa perbaikan yang telah direncanakan sebelum

melaksanakan pembelajaran siklus II telah berhasil. Hasil belajar merupakan

suatu puncak proses belajar yang dipengaruhi oleh proses-proses penerimaan,

keaktifan , penyimpanan serta pemanggilan untuk pembangkit pesan dan

pengalaman (Dimyati & Mudjiono, 2006)

Kesimpulan

(39)

1) Minat siswa mempelajari kimia dari hasil analisis data yang diperoleh pada siklus 1 siswa yang setuju 65 %,dan pada siklus ll siswa yang setuju menjadi 80 % mengalami kenaikan 15 %.

2) Aktifitas siwa dari 66,2 % menjadi 76,2 % meningkat 10 %

3) Proporsi nilai tes hasil belajar dari 45,83 % menjadi 54,3 % mengalami peningkatan 8,47 %

Dari kesimpulan di atas ,peneliti menyampaikan saran sebagai salah satu

alternative untuk meningkatkan minat,aktifitas siswa dan hasil belajar siswa

terhadap pelajaran kimia yaitu :

1. Diharapkan guru selalu memotivasi siswa untuk melatih keterampilan koperatif sebelum atau selama pembelajaran untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

2. Guru perlu menambah wawasan tentang teori dan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif dan mampu mengelola pembelajaran bermutu dengan selalu melakukan penelitian tindakan kelas.

3. Menjelaskan cara penyelesaian stoikiometri larutan akan sangat efektif dan mudah dimengerti dan dipahami.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006.

Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Arikunto. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asma Nur. 2006.

Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen

Agama Islam RI.

Chairani. 2003. Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Intellectual Cub.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Rachmadiarti. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Slavin. 2010. Cooperative Learning Teori dan Praktik. Bandung: Nusa Media

(40)
(41)

NEGERI TANJUNGSARI SUMEDANG

Rita Hidayanti

Pengajar Bidang Studi Ekonomi SMAN Tanjungsari ritayanti65@gmail.com

ABSTRAK

Proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa , yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa baik didalam maupun diluar kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman- temannya secara baik dan bijak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode two stay and two stray dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep ekonomi dalam kaitannya dengan permintaan, penawaran, harga kesimbangan dan Pasar. di SMA Negeri 1 Tanjungsari kelas X-5. Dengan menggunakan metode two stay and two stray, maka dapat diambil manfaatnya yaitu Meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi Permintaan, penawaran, dan keseimbangan harga. Hasil temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode two stay and two stray dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam materi Permintaan, penawaran, dan keseimbangan harga.

Kata kunci: Pembelajaran, metode two stay and two stray, permintaan, penawaran, keseimbangan harga.

Pendahuluan

dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua , dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa , yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. " (Syaiful Sagala,2003: 63)

Dari uraian diatas, proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa baik didalam maupun diluar kelas, dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman- temannya secara baik dan bijak.

Gambar

Tabel 1 Data Tes Awal Pembelajaran Trigonometri
Tabel di atas, adalah hasil tes siklus I siswa kelas XI SMAN Tanjungsari dalam pembelajaran trigonometri sudah mencapai rata-rata 64% dan KKM baru mencapai 65%
Tabel di atas, adalah hasil tes siklus II siswa kelas XI SMAN Tanjungsari dalam
Tabel 4 Data skor Pre tes dan Pos tes
+7

Referensi

Dokumen terkait

CATATAN PENTING Informasi dalam lembar data tidak dimaksudkan untuk menjadi lengkap dan didasarkan pada kondisi pengetahuan kami dan berdasarkan peraturan perundang-undangan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol Lansau mempunyai aktivitas perbaikan fungsi ginjal utamnaya kerusakan sel glomerulus dan tubulus pada ginjal

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perkembangan serta perbedaan Usaha Mikro antara sebelum dan sesudah memperoleh kredit mikro dari Koperasi Wahana

DAS atau daerah aliran sungai merupakan salah satu saluran terbuka yang memiliki DAS atau daerah aliran sungai merupakan salah satu saluran terbuka yang memiliki  fungsi

Namun sebelum menjadikan buku ini sebagai bahan latihan tambahan, perlu dilakukan analisis agar dapat diketahui apakah buku ini sesuai dengan materi pembelajaran Bahasa

Bahkan, dengan adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom (Nasional, Agama, Komunis) yang sangat menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian

Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,