• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUDSAMPANG TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUDSAMPANG TAHUN 2015"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER

DI RSUDSAMPANG TAHUN 2015

Oleh

Ucca Fajrin Wicitra Putri

011211233022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER

DI RSUDSAMPANG TAHUN 2015

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam

Program Studi Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran UNAIR

Oleh

Ucca Fajrin Wicitra Putri

011211233022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(3)
(4)
(5)

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SIDANG

Skripsi dengan judul Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer Di RSUDSampang Tahun 2015

Telah diuji pada tanggal : 8 Agustus 2016

Panitia penguji Skripsi :

Ketua : Dr. Budi Utomo, dr., M.Kes NIP. 19650522 199702 1 001

Anggota Penguji : 1.Netti Herlina, S.Pd,M.Kes NIP.1951110121976032001

(6)
(7)

MOTTO

“Tentang bagaimana bertanggung jawab atas sebuah pilihan danmenjalani hidup yang sudah digariskan.”

Ihtiar, Tawakkal, Ikhlas, Sabar dan Syukur.

(8)

-uccafajrin-UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya saya dapat m enyelesaikan s kripsi de ngan j udul “ Hubungan Anemia d alam K ehamilan d engan K ejadian P erdarahan P ostpartum P rimer D i RSUDSampang Tahun 2015 ”. S kripsiini merupakan s alah s atu s yarat unt uk memperoleh gelar s arjana ke bidanan ( S.Keb) pa da P rogram S tudi P endidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Bersama i ni p erkenankanlah s aya engucapkan t erimaksih yang s ebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. dr. Soetojo, Sp.U selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga S urabaya yang t elah memberikan k esempatan dan f asilitas kepada saya untuk m engikuti da n m enyelesaikan pe ndidikan pr ogram studi pendidikan bidan.

2. Baksono W inardi, d r., SP.OG ( K), s elaku pe mbimbing da n koordinator Program S tudi P endidikan B idan F akultas Kedokteran U niversitas Airlangga S urabaya yang t elah m emberikan k esempatan, m asukan yang membangun, da n dorongan ke pada saya untuk m enyelesaikan pr ogram pendidikan bidan.

3. Netti H erlina, S .Pd,M., s elaku pe mbimbing yang t elah m emberikan dukungan, kritikan serta masukan yang membangun.

4. Dr. Budi U tomo, dr ., M.Kes selaku penguji da n dosen m etodologi penelitian yang telah membimbing khususnya dalam mengolah data. 5. Titin H amidah, dr ., s elaku di rektur R SUD S ampang yang t elah

(9)

6. Staf RSUDSampangyang telah membantusaya mengambil data.

7. Bapak Djuwardi dan I bu Musyawaratun yang t ak put us do anya agar putrinya s elalu di beri ke mudahan dalam m engerjakan s egala u rusan,Mas Pradhana, Ardhianta, mbak Upik dan mas Riko Sebastian A, terimakasih banyak atas dukungan, motivasi serta doa sepenuh hati.

8. Teman s elalu m enyemangati : Lilis, S ankra, Afifa, Ria, Arum, Lutfi, Yovita,Ervi, S aa, B adai, serta teman s eperjuangan pendidikan bi dan Reguler 2012 dan Alih Jenis 2014.

9. Pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas doa dan dukungannya.

Semoga A llah S WT m embalas b udi b aik s emua p ihak yang t elah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna tapi saya berharap bermanfaat bagi pembaca.

(10)

RINGKASAN

Kasus pe rdarahan pr imer di K abupaten Sampang pada t ahun 2013 -2015 tetap t inggi yakni 306 kasus ( 2013), 305 k asus ( 2014), da n 307 ka sus ( 2015). Menurut da ta D inkes Sampang tahun 2014, pe rdarahan c ukup be rperan s ebagai penyebab ke matian i bu ( 31,58%). Case Fatality Rate (CFR) te rtinggi a kibat

perdarahan pos tpartum pada tahun 2014 yakni 1,97% ( 6 pr ang meninggal). Kematian i bu a kibat pe rdarahan pos tpartum da pat di cegah me lalui d eteksi d ini faktor resiko. Salah satunya adalah anemia (Manuaba,2005) Angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup t inggi s ekitar 67 % da ri s emua i bu ha mil de ngan variasi t ergantung p ada d aerah m asing-masing.(Depkes, 2012) .Menurut D inas Kesehatan Kabupaten Sampang, kasus anemia di Kabupaten Sampang mengalami trend yang meningkat dari tahun 2013 hingga 2015 yakni 555 kasus (tahun 2013), 682 kasus (tahun 2014), dan mencapai 998 kasus (tahun 2015).

Masalah penelitian ini adalah tingginya perdarahan postpartum di kabupaten Sampang da n t rend a nemia yang s emakin ba nyak s etiap t ahunnya s ehingga dalam pe nelitian i ni be rtujuan unt uk m engetahui hubung an a ntara a nemia pa da kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum primer di RSUDSampang.

Metode yang d igunakan ad alah analitik dengan p endekatan case control.

Data v ariabel t erikat d an v ariabel b ebas yang d ibutuhkan diambil d ari data sekunder y akni Buku R egister d an R ekam M edik P asien. Populasi da lam penelitian i ni a dalah 94 7 i bu be rsalin s elama t ahun 2015. Jumlah s ampel ka sus dan s ampel kont rol di buat de ngan pe rbandingan 1: 1 de ngan m engikuti j umlah sampel k asus yang m emenuhi kr iteria i nklusi dan e ksklusi yakni t erdapat 68 sampel kasus dan 68 s ampel kontrol. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi Squaredibantu dengan SPSS 16 for Windows.

Hasil p enelitian d itemukan p=0,000 < 0,05 m akaho di tolak, artinya a da hubungan a nemia d alam ke hamilan de ngan k ejadian pe rdarahan pos tpartum primer d i R SUD S ampang. Coefficient contingency yaitu 0,593 yang berarti

kekuatan hubungannya sedang. Kemudian hasil Odds Ratio (OR) diperoleh hasil

OR=43,5 [ C I 95% 1 6,05-117,93] yang be rarti r entang 16,05 -117,93 t idak melewati n ilai 1 , ma ka ib u b ersalin d engan anemia d alam k ehamilannya berpeluang perdarahan postpartum primer 43,5 lebih besar daripada ibu bersalin tanpa anemia dalam kehamilannya.

(11)

ABSTRACT

Relationship between anemia in pregnancy with the incidence of primary postpartum haemorrhage

Ucca Fajrin Wicitra Putri

Background :Cases of pr imary h emorrhage i n S ampang i n 2013 un til 2015

remain high and has no significant change and quite a role as a cause of maternal mortality ( 31.58%). C ase F atality R ate du e t o pos tpartum he morrhage i n 2014 which amounted to 1.97% (6 deaths). Cases of anemia in Sampang experiencing an i ncreasing t rend from 2013 t o 2015 a nd anemia t rend h as b ecome more an d more every year.

Aim : this study aims to determine the relationship between anemia in pregnancy

with the incidence of primary postpartum hemorrhage in RSUDSampang.

Method: The method used is a case-control analytic approach. Data were taken

from Registry and Patient Medical Record. The population in this study were 947 women giving birth during 2015. The number of case sample and control samples were made with a ratio of 1: 1 by following the number of sample cases that met the i nclusion a nd e xclusion c riteria. Bivariate da ta a nalysis w as us ing C hi SquareResult : The result p=0.000 <0,05 then Ho is rejected, it means that there is

a relationship of anemia in pregnancy with the incidence of primary postpartum hemorrhage i n. C ontingency coefficient i s 0.593, w hich m eans t he pow er connection medium. Then the results of Odds Ratio (OR) result in 43.5 [ 95% CI 16.05 - 117.93] which means the mother giving birth with anemia in pregnancy chance of pr imary pos tpartum he morrhage 43.5 is greater th an w ithout a nemia. Conclusion : t here i s a r elationship be tween a nemia i n pr egnancy w ith t he incidence of primary postpartum hemorrhage.

Conclusion :there i s a r elationship be tween a nemia i n pr egnancy with t he

incidence of primary postpartum haemorrhage.

(12)

DAFTAR ISI

PENETAPAN PANITIA PENGUJI v

LEMBAR PENGESAHAN vi 2.1.3 Penyebab anemia dalam kehamilan 12 2.1.4 Gejala anemia pada kehamilan 15 2.1.5 Derajat anemia pada kehamilan 16 2.1.6 Pengaruh anemia pada kehamilan 17 2.1.7 Pencegahan dan penanganan anemia pada

ibu hamil 18

2.2 Perdarahan Post Partum 20

2.2.1 Definisi perdarahan postpartum 20 2.2.2 Jenis perdarahan post partum 20 2.2.3 Penyebab perdarahan post partum 21 2.2.4 Patofisiologi perdarahan post partum 22

2.2.5 Diagnosis 28

2.2.6 Pencegahan dan penanganan perdarahan

(13)

2.3 Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian

Perdarahan Post partum 34

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual 36

4.5 Variabel Penelitian, Defenisi Operasional, dan

Cara Pengukuran Variabel 44

4.5.1 Variabel penelitian 44

4.5.2 Definisi operasional 45

4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 46

4.7 Pengolahan dan Analisis Data 47

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 53

5.2 Hasil Penelitian 53

5.2.1 Karakteristik sampel 53

5.2.2 Analisis bivariat 56

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Perdarahan Postpartum Primer 58

6.2 Anemia dalam Kehamilan 61

6.3 Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian

Perdarahan Postpartu Primer 63

6.4 Keterbatasan Penelitian 65

BAB 7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan 66

7.2 Saran 66

7.2.1 Saran bagi masyarakat 66

(14)

7.2.3 Saran bagi peneliti selanjutnya 67

DAFTAR PUSTAKA 68

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Jumlah cairan infus pengganti berdasarkan perkiraan

volume kehilangan darah 32

Tabel 2.2 Penyebab perdarahan postpartum 33 Tabel 4.1 Defenisi operasional hubungan anemia dalam kehamilan

dengan perdarahan postpartum primer di RSUD Sampang 45

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi sampel 49

Tabel 4.3 Kontigensi 2 x 4 pengaruh anemia dalam kehamilan

terhadapkejadian perdarahan postpartum 50 Tabel 5.1 Distribusi frekuensipenyebab perdarahan postpartum

primer di RSUD Sampang tahun 2015 53

Tabel5.2 Distribusi frekuensiusia ibu bersalin di RSUD Sampang

tahun 2015 54

Tabel5.3 Distribusi frekuensiparitas ibu bersalin di RSUD Sampang

tahun 2015 54

Tabel5.4 Distribusi frekuensipendidikan ibu bersalin di RSUD

Sampang tahun 2015 55

Tabel5.5 Distribusi frekuensikejadian anemia dalam kehamilan ibu

bersalin di RSUD Sampang tahun 2015 56 Tabel 5.6 Tabulasi silang anemia dalam kehamilan

dengan kejadian perdarahan postpartum primer di RSUD

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Cara membuat diagnosis perdarahan postpartum

menurut penyebabnya 30

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan anemia dalam

kehamilan dengan perdarahan postpartum primer. 39 Gambar 4.1 Desain penelitian hubungan anemia dalam kehamilan

dengan perdarahan postpartum primer di RSUD

Sampang 42

Gambar 4.2 Variabel penelitian hubungan anemia dalam kehamilan

dengan perdarahan postpartum primer 45 Gambar 4.3 Kerangka operasional penelitian hubungan anemia

dengan perdarahan postpartum primer di RSUD

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga Tahun Ajaran 2015-2016 71 Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Penelitian 73 Lampiran 3 Surat Rekomendasi Ijin Penelitian Bakesbangpol

Kabupaten Sampang 74

Lampiran 4 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di RSUD

Sampang 75

Lampiran 5 Surat Permohonan Kelayakan Etik 76 Lampiran 6 Surat Keterangan Kelaikan Etik 77 Lampiran 7 Lembar Penjelasan Penelitian (Information for Consent) 78

Lampiran 8 Lembar Persetujuan (Informed Consent) 79

Lampiran 9 Lembar Pengumpul Data 80

Lampiran 10 Tabulasi Penelitian 82

Lampiran 11 Analisa Data Menggunakan SPSS 16 86

(18)

DAFTAR DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

AKI = Angka Kematian Ibu

APTT = Activated partial thromboplastin time

BBLR = berat badan lahir rendah

BT = Bleeding Time

CFR = Case Fatality Rate

CT = Clotting Time

HB = Hemoglobin

HPP = hemmorrhagic postpartum

IMT = Indeks Masa Tubuh

IPKM = Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat p = level of significance (x2 hitung)

PRC = packed red cells

PT = Prothrombin time

RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah SBR = Segmen bawah Rahim

WB = whole blood

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Sampang menduduki peringkat ke-426 dari 440 kabupaten/kota di Indonesia d alam p emeringkatan Indeks P embangunan K esehatan M asyarakat (IPKM) pa da t ahun 20 10. D alam l ingkup P rovinsi J awa T imur, K abupaten Sampang m enduduki p eringkat ke -38 d ari 38 ka bupaten/kota. ( Kementrian Kesehatan RI., 2010)

(20)

Angka K ematian Ibu d i Indonesia t erjadi ka rena pe rdarahan, hi pertensi, infeksi, kom plikasi a bortus, pe rsalinan l ama d an l ain-lain. P enyebab terbesar kematian Ibu s elama t ahun 2010 -2012 m asih t etap s ama yaitu pe ndarahan (30,3%) ( Kementrian K esehatan R I, 2014) . M enurut da ta D inas K esehatan kabupaten p ada t ahun 2014, pe rdarahan cukup b erperan m enjadi p enyebab kematian Ibu di K abupaten S ampang ( 31,58%). K asus pe rdarahan pr imer di Kabupaten Sampang pada tahun 2013 hi ngga 2015 tetap tinggi yakni 306 kasus (tahun 2013), 305 kasus (tahun 2014), dan 307 kasus (tahun 2015). Case Fatality

Rate (CFR) tertinggi akibat perdarahan postpartum terjadi pada tahun 2014 yakni

1,97% ( 6 or ang m eninggal). D ata l aporan t ahunan R umah S akit U mum D aerah (RSUD) K abupaten S ampang m enyebutkan p ada t ahun 2015 t erdapat 663 persalinan de ngan kom plikasi da ri 947 persalinan, da n t erdapat 120 ka sus perdarahan postpartum pada tahun yang sama.

Penyebab terjadinya perdarahan postpartum diantaranya adalah atonia uteri, laserasi j alan l ahir, he matoma, s isa pl asenta, ruptura ut eri, i nversio ut eri, s ub involusi di daerah insersi plasenta, dan luka bekas seksio sesarea. (Wiknjosastro, 2005; Mochtar, 2011; Walyani, 2015). Penyebab utama perdarahann postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Manuaba, 2001).

(21)

ibu hamil, anemia kehamilan, jarak persalinan, usia kehamilan, umur ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), dan riwayat persalinan terdahulu.(Manuaba,2001) Kadar hemoglobin yang kurang menjadi faktor tidak langsung terjadinya perdarahan pos tpartum. Ibu ha mil de ngan a nemia ke adaan Hb da lam da rah kurang, sehingga oksigen yang diikat dalam darah dan dikirim ke seluruh tubuh juga kur ang. A nemia da lam ke hamilan i alah kondi si i bu de ngan ka dar hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester 1 d an 3 a tau kadar <10,5gr% pa da trimester 2. N ilai ba tas tersebut da n pe rbedaannya de ngan kondi si w anita t idak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Wiknjosastro, 2005). Kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ t ubuh a pabila t erjadi a nemia, a kibatnya penderita s ering b erdebar da n jantung cepat lelah (Sin sin, 2008). Tindakan operatif dalam persalinan dilakukan apabila i bu cep at l elah d alam p ersalinan, s ehingga d apat m enyebabkan r obekan jalan lahir, ruptur uteri, dan inversio uteri yang merupakan penyebab perdarahan. Kekurangan s uplai oks igen da pat m enyebabkan pe rsalinan yang l ama a kibat kelelahan otot r ahim di dalam be rkontraksi ( inersia ut eri) da n pe rdarahan pa sca melahirkan ka rena a tonia ut eri yakni t idak a danya kont raksi ot ot r ahim. (Wiknjosastro, 2005; Saifuddin, 2006 ).

Angka kejadian anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 1 0-15% t ergolong a nemia be rat yang s udah t entu a kan m empengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim (Depkes, 2012).

(22)

nifas yang di antaranya akan lahir janin dengan berat badan lahir rendah (BBLR), partus prematur, abortus, pendarahan post partum, partus lama dan syok. Hal ini tersebut berkaitan de ngan ba nyak f aktor a ntara l ain; s tatus g izi, um ur, da n pekerjaan (Sarwono Prawirohardjo, 2011).

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, kasus anemia di Kabupaten Sampang m engalami t rend yang m eningkat yakni 555 ka sus ( tahun 201 3), 682 kasus (tahun 2014), dan mencapai 998 kasus (tahun 2015).

Tingginya angka ke matian i bu a kibat pe rdarahan pos tpartum di ka bupaten Sampang d an an gka a nemia p ada k ehamilan yang t erus b ertambah s etiap tahunnya m enjadikan pe nulis i ngin l ebih m engetahui a pakah t erdapat hu bungan antara anemia pada kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ad a h ubungan an tara an emia p ada k ehamilan d engan k ejadian perdarahan postpartum primer di RSUD Sampang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara anemia pada kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum primer di RSUD Sampang.

1.3.2 Tujuan Khusus

(23)

2) Mengidentifikasi Anemia dalam kehamilan di RSUD Sampang Tahun 2015

3) Menganalisis hubunga n a nemia pa da ke hamilan de ngan k ejadian perdarahan postpartum primer di RSUD Sampang Tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil pe nelitian i ni da pat m emberikan pe mbanding da n acuan b agi penelitian s elanjutnya b erkaitan dengan a nemia pa da i bu ha mil de ngan kejadian perdarahan postpartum primer.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian perdarahan postpartum primer dan pentingnya penanganan anemia pada ibu hamil untuk meminimalkan resiko terjadinya perdarahan postpartum primer.

1.5 Keaslian Penelitian

(24)

Yang m embedakan d engan p enelitian s ebelumnya ad alah v ariabel independent, w aktu d an t empat p enelitian. P ersamaannya ad alah D esain penelitian ad alah o bservasional an alitik d engan p endekatan cross

sectional.

1.5.2 Ayu W uryanti, t elah m elakukan pe nelitian s ebelumnya pa da t ahun 2010 dengan j udul “ Hubungan A nemia da lam ke hamilan de ngan p erdarahan postpartum karena atonia uteri di RSUD Wonogiri” dengan hasil terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri.

Yang m embedakan d engan p enelitan s ebelumnya adalah v ariable dependent, w aktu d an t empat p enelitiaan. P ersamaannya ad alah D esain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan case control.

1.6 Risiko Penelitian

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Anemia dalam Kehamilan

2.1.1 Definisi anemia dalam kehamilan

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, s ehingga k apasitas da ya a ngkut oks igen unt uk ke butuhan or gan-organ vi tal pa da i bu da n j anin m enjadi be rkurang. S elama ke hamilan, i ndikasi anemia ad alah j ika k onsentrasi he moglobin kur ang da ri 10,50 s ampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan ka dar he moglobin di ba wah 11 g r% pa da t rimester I d an III a tau ka dar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ).

Hemoglobin ( Hb) yaitu kom ponen s el da rah m erah yang be rfungsi menyalurkan oks igen k e s eluruh t ubuh, j ika H b be rkurang, j aringan t ubuh kekurangan oks igen. O ksigen di perlukan t ubuh unt uk ba han ba kar pr oses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tin gkat m etabolisme yang tin ggi mis alnya u ntuk me mbuat j aringan tubuh j anin, m embentuknya m enjadi or gan dan j uga unt uk m emproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari – hari ( Sin sin, 2008).

(26)

ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan he moglobin a dalah s enyawa ko mplek a ntara globin dengan heme.(Masrizal, 2007)

Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam d arah. S eseorang d ikatakan t elah m endekati an emia w alaupun b elum ditemukan ge jala-gejala fisiologis a pabila s impanan z at be si da lam t ubuh or ang tersebut sudah sangat rendah. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang di sebut a nemia gizi be si ( Masrizal, 2007) . A nemia de fisiensi be si a dalah anemia yang d isebabkan o leh b erkurangnya cadangan besi t ubuh. K eadaan i ni ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia m ikrositik hi pokrom di sertai penurunan ku antitatif pada sintesis hemoglobin. D efisiensi besi m erupakan pe nyebab ut ama anemia. W anita us ia subur sering mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.(Evatt dalam Masrizal, 2007)

(27)

disebabkan ka rena de fisiensi a sam f olat. A nemia H ipoplastik ( kejadian 8, 0% ) pada wanita hamil adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%), yaitu a nemia yang di sebabkan ka rena penghancuran s el da rah m erah berlangsung le bih c epat, yaitu p enyakit ma laria (Mochtar, 20 11; W iknjosastro, 2005).

2.1.2 Jenis anemia dalam kehamilan

Pembagian anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro (2005) adalah anemia de fisiensi be si ( 62,3%), a nemia m egaloblastik ( 29,0%), anemia hipoplastik (8,0%), anemia hemolitik (0,7%).

(1) Defisiensi Besi

Anemia D efiensi z at b esi m erupakan k elainan gizi yang p aling sering di temukan di du nia da n m enjadi m aslah ke sehatan m asyarakat yang b ersifat epidik. A nemi J enis in i me nyerang le bih d ari 2 mil yar penduduk duni a. D i negara be rkembang,terdapat 370 j uta w anita menderita anemia k arena d efisiensi z at b eis. P revalensi r ata-rata l ebih tinggi pada ibu hamil (51%) dibandingkan pada wanita tidak hamil (41%) (Gibney dkk, 2009).

(28)

Anemia D efisiensi b esi ad alah an emia yang t erjadi ak ibat kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah b erkurang k arena terganggunya p embentukan s el-sel d arah m erah akibat k urangnya k adar z at b esi d alam d arah. J ika s impanan z at b esi dalam t ubuh s eseorang s udah s angat r endah be rarti or ang t ersebut mendekati a nemia w alaupun b elum d itemukan g ejala-gejalafisiologis. Simpanan z at be si yang s angat r endah l ambat laun t idak a kan c ukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang di sebut a nemia g izi be si ( M asrizal, 2007) . M enurut E vatt da lam Masrizal ( 2007) an emia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh be rkurangnya cadangan be si t ubuh. K eadaan i ni di tandai de ngan menurunnya s aturasi t ransferin, be rkurangnya k adar f eritin s erum at au hemosiderin s umsum t ulang. S ecara m orfologis ke adaan i ni diklasifikasikan s ebagai a nemia m ikrositik hi pokrom di sertai penurunankuantitatif pa da s intesis he moglobin. D efisiensi be si merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur sering mengalami anemia, k arena k ehilangan d arah s ewaktu m enstruasi d an p eningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.

(2) Defisiensi Asam Folat

(29)

dan alkoholik biasanya mempunyai diit kurang vitamin. Kebutuhan asam folat j uga m eningkat p ada anemia h emolitik d an k ehamilan. P asien dengan pemberian makan IV atau nutrisi parenteral jangka panjang akan mengalami d efisiensi f olat s etelah b eberapa b ulan t anpa s uplemen IM. Beberapa p asien p enyakit u sus h alus tidak m enyerap as am folat d engan normal. (Baughman, 2000)

Kebutuhan f olat m eningkat l ima s ampai s epuluh ka li l ipat pa da kehamilan k arena t ransfer f olat d ari i bu k e j anin yang m enyebabkan dilepasnya c adangan f olat m aternal. P eningkatan b esar t erjadi p ada kehamilan multiple, diet yang buruk, infeksi dan anemia hemolitik. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan juga menghambat penyerapan as am f olat. D efisiensi as am f olet o leh k arenanya s angat umum t erjadi p ada k ehamilan d an p enyebab u tama p enyebab an emia megaloblastik pada kehamilan.(Wiknjosastro,2005)

(3) Anemia Hipoplastik

Anemia pa da wanita h amil yang di sebabkan karena s umsung tulang kur ang m ampu mebuat s el-sel d arah b aru, d inamakan an emia hipoplastik dalam kehamilan. Wiknjosastro (2005).

(30)

(4) Anemia Hemolitik

Anemia he molitik di sebabkan ka rena pe nghancuran s el da rah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik s ukar me njadi h amil, a pabila ia hamil, ma ka a nemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan k risis he molitik pa da w anita yang s ebelumnya t idak menderita anemia. (Wiknjosastro, 2005)

2.1.3 Penyebab anemia dalam kehamilan

(31)

darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik (Wiknjosastro, 2005 ).

Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Pola makan yang baik ha ru m emenuhi ko nsep da sar gizi s eimbang. H al i ni da pat di capai de ngan mengonsumsi b eraneka ragam m akanan s etiap hari d alam j umlah yang t epat. Pengelompokan b ahan makanan di bagi m enjadi t iga f ungsi ut ama z at-zat g izi yaitu sebagai sumber energi atau tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. M akanan yang m engandung gizi s eimbang ha rus m engandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral (Ayudhitya, 2012). Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat penyerapan zat besi s eperti t eh, kopi , ka lsium ( K usumah, 2009 ) . W anita ha mil c enderung terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir ( Sin sin, 2008) . P ada pe nelitian D jamilus da n H erlina ( 2008) m enunjukkan a danya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

(32)

karena ka ndungan b esinya yang di lengkapi asam f olat yang s ekaligus da pat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Depkes, 2009).

Departemen k esehatan RI m engatakan k ematian i bu ak ibat p erdarahan postpartum dapat dicegah melalui deteksi dini adanya faktor resiko. Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian perdarahan pascapersalinan pada kehamilan, antara lain pl acenta pr evia, a tonia ut eri, i nfeksi pe nyakit, g izi bur uk, e klamsia, pa ritas ibu hamil, anemia kehamilan, jarak persalinan, usia kehamilan, umur ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), dan riwayat persalinan terdahulu.(Manuaba,2001) Faktor um ur m erupakan f aktor r isiko ke jadian anemia p ada i bu ha mil. Umur s eorang i bu b erkaitan d engan al at – alat r eproduksi w anita. U mur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 t ahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 t ahun s ecara bi ologis be lum opt imal e mosinya cenderung l abil, mentalnya b elum ma tang s ehingga mu dah me ngalami ke guncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama ke hamilannya. P ada us ia > 35 t ahun t erkait de ngan k emunduran da n penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil pe nelitian d idapatkan ba hwa um ur i bu pa da s aat ha mil s angat berpengaruh terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).

(33)

risiko 1,146 ka li l ebih be sar t erhadap ke jadian a nemia ( A mirrudin da n Wahyuddin, 2004)

Paritas a dalah j umlah a nak yang t elah di lahirkan ol eh s eorang i bu ba ik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nut risi. Z at – zat g izi a kan t erbagi u ntuk i bu da n unt uk j anin yang dikandungnya s elama h amil. H asil an alisis d idapatkan b ahwa t idak t erdapat hubungan a ntara pa ritas de ngan ke jadian a nemia pa da i bu ha mil, i bu ha mil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 ka li lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah ( Djamilus dan Herlina, 2008)

status ekonomi merupakan faktor yang menjadi penyebab anemiayakni memiliki efek apabila status ekonomiyang lebih rendah menimbulkan angka nutrisi buruk yang lebih tinggi dan sehingga mengakibatkan angka anemia defisiensi zat besi lebih tinggi. Ras juga memainkanperanan sebagai contoh rata-rata orang kulithitamkadar hemoglobinnya lebih rendah daripada orang kulit putih tanpamemperhatikan tingkat sosio-ekonomi.(Varney, 2006)

2.1.4 Gejala anemia pada kehamilan

Pada anamnese sering didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mataberkunang-kunang, nafsu makan berkurang dan keluhan muntah muntah lebih hebat pada kehamian muda (Manuaba,2008)

(34)

tidak, m aka di kerjakan pemeriksaan k adar H emoglobin da n pe meriksaan da rah tepi. P emeriksaan H emoglobin de ngan s pektrofotometri m erupakan s tandar (Wiknjosastro, 2005).

Proses k ekurangan z at b esi s ampai m enjadi a nemia m elalui b eberapa tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk fertin di ha ti, s aat kons umsi z at be si da ri m akanan tidak c ukup, f ertin i nilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 % sedangkan dari sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untukmemenuhi kebutuhan O 2 ke s emua or gan t ubuh, a kibatnya pe nderita s ering be rdebar da n jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat (Sin sin, 2008).

2.1.5 Derajat anemia pada kehamilan

Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah m erahnya kurang dari 11,00 g r%. Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % menurut Word Health Organization (WHO). Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak anemia : Hb ≥11 gr%, Anemia ringan : Hb 9 -10.9 gr%, Anemia s edang : H b 7 -8.9 gr%, A nemia b erat : H b < 7gr % (Depkes, 2009; Kusumah, 2009; Shafa, 2010).

(35)

minimal dua kali selama hamil yaitu pada trimester I dan trimester III ( Depkes , 2009; Kusumah, 2009).

2.1.6 Pengaruh anemia pada kehamilan

Anemia d alam k ehamilan m emberi p engaruh k urang b aik b agi ibu, ba ik dalam ke hamilan, pe rsalinan, m aupun ni fas da n m asa s elanjutnya. P enyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs, p ersalinan y ang la ma akibat k elelahan o tot r ahim d i d alam berkontraksi ( inersia uteri), p erdarahan p asca m elahirkan k arena t idak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, s erta an emia yang b erat ( <4 gr%) d apat m enyebabkan d ekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2005; Saifuddin, 2006 ).

(36)

Bahaya an emia p ada i bu h amil s aat p ersalinan, d apat m enyebabkan gangguan hi s – kekuatan m engejan, k ala d ua b erlangsung l ama s ehingga d apat melelahkan dan s ering m emerlukan t indakan ope rasi ke bidanan, ka la t iga da pat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri. primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Manuaba, 2007). Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan m empengaruhi i bu s aat m engedan unt uk m elahirkan b ayi ( Smith et.al.,

2010).

Pertumbuhan pl asenta d an j anin t erganggu di sebabkan ka rena t erjadinya penurunan H b yang di akibatkan k arena s elama ha mil vol ume da rah 50 % meningkat da ri 4 ke 6 L , vol ume pl asma m eningkat s edikit yang m enyebabkan penurunan kons entrasi Hb da n ni lai he matokrit. P enurunan i ni a kan l ebih ke cil pada i bu hamil yang m engkonsumsi z at besi. Kenaikan vol ume darah be rfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan cadangan saat kehilangan darah w aktu melahirkan. Selama kehamilan rahim, plasenta dan janin m emerlukan a liran da rah yang c ukup unt uk m emenuhi ke butuhan nutrisi (Smitht et.al., 2010 ).

2.1.7 Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil

(37)

mencegah anemia gizi b esi, m emakan b eraneka ragam m akanan yang m emiliki zat g izi s aling me lengkapi te rmasuk v itamin yang d apat me ningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 da n 250 m g dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 ka li. Buah-buahan s egar d an s ayuran s umber vi tamin C , na mun da lam proses pe masakan 50 - 80 % vi tamin C a kan r usak. M engurangi kons umsi makanan yang b isa m enghambat p enyerapan z at b esi s eperti : f itat, fosfat, tannin(Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).

(38)

2.2 Perdarahan Postpartum

2.2.1 Definisi perdarahan postpartum

Perdarahan p ostpartum adalah p erdarahan l ebih d ari 5 00-600 ml d alam masa 24 jam setelah anak lahir. Dalam pengertian ini dimasukkan juga perdarahan karena r etensio pl asenta ( Mochtar, 2011 ). Wiknjosastro (2010) m engatakan perdarahan postpartum adalah perdarahan 500cc atau lebih setelah kala III selesai (setelah pl asenta l ahir). P engukuran d arah yang k eluar s ukar unt uk di lakukan secara tepat.

Perdarahan s etelah m elahirkan atau h emmorrhagic p ostpartum (HPP) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di t raktus g enetalia da n s truktur s ekitarnya, a tau ke duanya ( Walyani, 2015) . Perdarahan pasca persalinan di definisikan sebagai kehilangan 500 m l atau l ebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria (Kenneth, 2009).

2.2.2 Jenis perdarahan postpartum

Perdarahan pos tpartum dibagi atas dua b agian menurut w aktu t erjadinya (Manuaba, 2001):

1) Perdarahan pos tpartum primer (early postpartum hemorrhage)

ialah p erdarahan >500 cc yang t erjadi d alam 2 4 j am p ertama setelah bayi lahir.

2) Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)

(39)

Selaras d engan M ochtar ( 2011) j uga m engklasifikasikan p erdarahan postpartum menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian:

1) Perdarhan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi

dalam 24 jam setelah anak lahir.

2) Perdarahan pos tpartum s ekunder (late postpartum hemorrhage) ya ng

terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.

Kemenkes R I ( 2013) j uga m engatakan, p erdarahan p ascasalin p rimer terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan, sementara perdarahan pascasalin sekunder adalah perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan.

2.2.3 Penyebab perdarahan postpartum

Perdarahan s etelah m elahirkan m enurut W alyani ( 2015), di sebabkan karena a tonia ut eri, retensio pl asenta, d an r obekan j alan l ahir. M ochtar ( 2011) menyebutkan, etiologi perdarahan postpartum yakni atonia uteri, sisa plasenta dan selaput ke tuban, r obekan j alan l ahir ( robekan p erineum, va gina s erviks, f orniks dan rahim), serta penyakit darah.

(40)

tertinggalnya sebagian plasenta, subinvolusi di daerah insersi plasenta, luka bekas seksio sesarea. (Winkjosastro, 2010)

Faktor P redisposisi t erjadinya a tonia ut eri adalah um ur yang t erlalu t ua atau m uda, p aritas yang s ering d ijumpai p ada multipara d an grandemultipara, partus l ama da n pa rtus t erlantar, obs tetri ope ratif da n na rkoba, ut erus t erlalu regang dan besar (misalnya pada gemeli, hidramnion, dan janin besar), kelainan pada ut erus (seperti m ioma ut eri, ut erus couvelair pa da s olusio pl asenta) da n faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi. (Mochtar, 2011)

Departemen k esehatan RI m enyebutkan b ahwa k ematian i bu ak ibat perdarahan pos tpartum da pat di cegah m elalui de teksi dini adanya f aktor r esiko. Faktor r isiko yang m empengaruhi ke jadian p erdarahan pa scapersalinan pa da kehamilan, antara lain placenta previa, atonia uteri, infeksi penyakit, gizi buruk, eklamsia, paritas ibu hamil, anemia kehamilan, jarak persalinan, usia kehamilan, umur i bu, r iwayat p emeriksaan k ehamilan (ANC), d an r iwayat p ersalinan terdahulu.(Manuaba,2001)

2.2.4 Patofisiologi perdarahan postpartum 1) Atonia uteri

(41)

perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi lahir dan plasenta l ahir. P ada a tonia ut eri, ut erus t idak m engadakan kont raksi dengan baik, dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan postpartum. (Walyani, 2015)

Uterus yang s angat t eregang ( hidramnion, k ehamilan g anda at au kehamilan de ngan j anin be sar), pa rtus l ama da n pe mberian na rkosis merupakan predisposisi terjadinya atonia uteri. (Wiknjosastro, 2005) 2) Retensio plasenta

Retensio p lasenta yakni plasenta t etap t ertinggal dalam u terus 3 0 menit s etelah an ak l ahir. P lasenta yang s ukar d ilepaskan d engan pertolongan aktif kala III dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus (Walyani, 2015). Perdarahan akibat Retensio plasenta yakni perdarahan yang disebabkan karena plasenta belum lahir hingga atau melebihi w aktu 30 m enit s etelah ba yi l ahir. H al i tu di sebabkan ka rena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan (Wiknjosastro, 2010)

Menurut M ochtar ( 2011), R etensio pl asenta a dalah ke adaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Sebab-sebabnya adalah :

(42)

akreta, yang me nembus le bih d alam k edalam mio metrium te tapi belum m enembus s erosa; ( d) P lasenta p arkreta, yang m enembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim.

(2) Plasenta s udah l epas t etapi b elum k eluar k arena at onia u teri d an akan m enyebabkan p erdarahan yang b anyak. A tau k arena ad anya lingkaran kons triksi pa da ba gian ba wah r ahimakibat ke salahan penanganankala III, yang m enghalangi p lasenta k eluar ( plasenta inkarserata)

Bila p lasenta b elum lepas s ama s ekali tid ak a kan te rjadi perdarahan, t etapi b ila sebagian p lasenta s udah l epas ak an t erjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh, karena itu keduanya harus dikosongkan.(Mochtar 2011)

Pada ka sus r etensio pl asenta, pl asenta ha rus di keluarkan ka rena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena plasenta sebagai benda m ati, d apat t erjadi p lasenta i nkarserata, d apat t erjadi p olip plasenta d an t erjadi d egenerasi s el ganas k orio karsinoma ( Manuaba, 2001).

3) Robekan jalan lahir

(43)

terjadi p ada p ersalinan pervaginam ( Manuaba,2001). P erdarahan da lam keadaan di mana pl asenta t elah l ahir l engkap da n kont raksi r ahim b aik, dapat d ipastikan b ahwa perdarahan t ersebut b erasal d ari p erlukaan j alan lahir. (Walyani, 2015)

Perlukaan s erviks, v agina da n pe rineum d apat m enimbulkan perdarahan yang ba nyak bi la t idak di reparasi de ngan s egera (Wiknjosastro, 2010) . Perdarahan ka rena r obekan j alan l ahir ba nyak dijumpai pa da pe rtolongan pe rsalinan ol eh dukun ka rena t anpa di jahit. Oleh s ebab i tu bi dan d iharapkan m elaksanakan pe rtolongan pe rsalinan melalui pol indes, s ehingga pe ran dukun b erangsur-angsur be rkurang. Dengan demikian komplikasi robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan pun akan dapat berkurang (Manuaba,2001).

4) Penyakit darah

Perdarahan yang terjadi karena terdapat kelainan pada pembekuan darah. S ebab t ersering perdarahan pos tpartum adalah atonia ut eri, yang disusul de ngan t ertinggalnya s ebagian pl asenta. N amun, ga ngguan pembekuan darah dapat pula menyebabkan perdarahan postpartum. Hal ini disebabkan ka rena d efisiensi f aktor pe mbekuan da n a tau pe nghancuran fibrin yang berlebihan (Wiknjosastro, 2010).

Kelainan p embekuan da rah m isalnya a atau hi pofibrinogenemia yang s ering di jumpai p ada p erdarahan yang ba nyak, s olusio pl asenta , kematian ja nin yang la ma d alam k andungan, pr e-eklamsi d an ek lamsi, infeksi, hepatitis, dan septik syok. (Mochtar, 2011)

(44)

Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga m asih a da pe mbuluh da rah yang t etap t erbuka s ehingga t erjai perdarahan.(Wiknjosastro, 2010)

6) Ruptura uteri

Ruptura ut eri m enurut w aktunya di bagi m enjadi r uptura ut eri gravidarum (terjadi w aktu sedang h amil, sering berlokasi di korpus) dan ruptura ut eri dur ante pa rtum ( terjadi w aktu m elahirkan a nak, l okasinya sering p ada s egmen b awah r ahim) . J enis r uptura ut eri dur ante p artum inilah yang terbanyak. (Mochtar, 2011)

Ruptura uteri menurut lokasinya, yakni : (Mochtar, 2011)

(1) Korpus ut eri : bi asanya t erjadi pa da r ahim yang s udah pe rnah mengalami o perasi, s eperti s eksio s esare k lasik (korporal) a tau miomektomi.

(2) Segmen b awah Rahim (SBR) : Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptura uteri.

(3) Serviks u teri : B iasanya t erjadi p ada w aktu m elakukan ekstraksi forsep atau versi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap. (4) Kolpoporeksis-kolporeksis : Robekan-robekan diantara serviks dan

vagina.

Ruptura uteri menurut etiologinya : (Mochtar, 2011)

(45)

(2) Ruptura ut eri vi olenta ( traumatika) : ka rena t indakan da n t rauma lain seperti ekstraksi forsep, versi dan ekstraksi, embriotomi, versi braxton hi cks, s indroma t olakan ( pushing s yndrome), m anual plasenta, kuretase, ekspressi kristeller atau crede, pemberian pitosin tanpa indikasi dan pengawasan, trauma tumpul dan tajam dari luar. 7) Lain-lain

(1) Hematoma

Hematoma s ering m enyebabkan k ehilangan d arah d alam j umlah yang cukup besar. Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang m engalami l aserasi at au p ada d aerah j ahitan perineum.(Wiknjosastro, 2010)

(2) Inversio uteri

Inversio ut eri s angat j arang t erjadi. M enurut ke pustakaan a ngka kejadiannya adalah 1 : 5000-20000 persalinan. Sebab inversio uteri yang t ersering adalah k esalahan d alam m emimpin k ala III, yaitu menekan fundus terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta yang belum terlepas dari insersinya.(Wiknjosastro, 2010)

(3) Sub involusi

(46)

ekuan-bekuan da rah, d an s ebagainya. S ub i nvolusi da pat m enyebabkan perdarahan postpartum. (Mochtar, 2011)

2.2.5 Diagnosis

Perdarahan pascasalin adalah perdarahan ≥500 ml setelah bayi lahir atau yang b erpotensi m empengaruhi he modinamik i bu ( Kemenkes R I, 2013) . Diagnosis perdarahan postpartum yang dibuat perlu diperhatikan ada perdarahan yang m enimbulkan hi potensi da n a nemia. K ejadia t ersebut a pabila di biarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan. (Walyani, 2015)

Perdarahan yang t erjadi d apat d eras at au m erembes. P erdarahan yang deras b iasanya ak an segera m enarik p erhatian, s ehingga cep at d itangani sedangkan p erdarahan yang m erembes k arena k urang n ampak s eringkali t idak mendapat p erhatian. P erdarahan yang b ersifat m erembes b ila b erlangsung l ama akan m enghasilkan ke hilangan da rah yang ba nyak. U ntuk m enentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat. (Winkjosastro, 2010)

(47)

pernafasan i bu, da n p eriksa j uga kont raksi ut erus da n pe rdarahan s elama 1 jam.(Mochtar, 2011)

Kadang-kadang p erdarahan t erjadi t idak k eluar d ari v agina, t etapi menumpuk di vagina dan didalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya ke naikan f undus ut eri s etelah ur i ke luar. E tiologi da pat di tentukan da ri perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan um um, pe meriksaan a bdomen da n pe meriksaan da lam. ( Walyani, 2015)

Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen ut erus di dapatkan m embesar da n l embek. Laserasi j alan l ahir ut erus berkontraksi d engan b aik pa da pa lpasi t eraba ut erus yang ke ras. E ksplorasi vagina, u terus d an p emeriksaan i nspekulo di lakukan pa da p emeriksaan da lam sehingga d apat di temukan r obekan da ri s erviks, va gina, he matoma, da n a danya sia-sisa plasenta.(Wiknjosastro, 2010)

Diagnosis biasanya tidak sulit bila timbul perdarahan banyak dalam waktu pendek. T etapi a pabila perdarahan s edikit d alam w aktu l ama, t anpa d isadari penderita telah kehilangan banyak darah. Beberapa gejala yang bisa menunjukkan perdarahan pos tpartum y akni t erdapat pe ngeluaran da rah yang t idak t erkontrol, penurunan tekanan darah, peningkatan detak jantung, penurunan hitung sel darah merah (hematokrit) dan pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan sekitar perineum (Wiknjosastro, 2010) :

(48)

1. Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak

3. Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari : sisa plasenta dan ketuban, robekan rahim, plasenta suksenturiata. 4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada

vagina, serviks, dan varises yang pecah 5. Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan

darah, Hb, clot observation test (COT), dan

lain-lain.

Gambar 2.1 Cara membuat diagnosis perdarahan postpartum menurut penyebabnya

2.2.6 Pencegahan dan penanganan perdarahan postpartum

Cara t erbaik unt uk m encegah t erjadinya pe rdarahan pos tpartum adalah memimpin kala I I d an k ala I II p ersalinan secara lege artis. Apabila p ersalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetri-ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara intervena stelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi. (Wiknjosastro, 2005)

Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan s ewaktu be rsalin, na mun s udah di mulai s ejak i bu ha mil de ngan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau

riwayat perdarahan postpartum sangat di anjurkan unt uk bersalin di rumah sakit. (Mochtar, 2011)

(49)

dengan 5 s atuan s intosinom ( =sintometrin intravena). H asilnya b iasanya memuaskan. (Mochtar, 2011)

Tindakan pa da p erdarahan pos tpartum m empunyai du a t ujuan, yaitu: 1) mengganti darah yang hilang; 2) menghentikan perdarahan. Pada umumnya kedua tindakan di lakukan be rsama-sama, t etapi ap abila k eadaan t idak m engijinkan makan penggantian darah yang hilang diutamakan. (Wiknjosastro, 2005)

Penanganan umum pada perdarahan postpartum yakni : 1) ketahui dengan pasti kondisi pa sien s ejak a wal ( saat m asuk); 2) m emimpin pe rsalinan de ngan mengacu p ada p ersalinan b ersih d an am an ( termasuk u paya p encegahan perdarahan p asca p ersalinan); 3 ) m elakukan o bservasi m elekat p ada 2 j am pertama p ascapersalinan ( di r uang p ersalinan) dan l anjutkan pe mantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung); 4) selalu menyiapkan keperluan t indakan gawat da rurat; 5) S egera melakukan p enilaian kl inik da n upaya p ertolongan a pabila di hadapkan de ngan m asalah da n kom plikasi; 6) mengatasi s yok; 7) m emastikan kont raksi be rlangsung b aik ( keluarkan be kuan darah, lakukan piatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit; 8) memastikan plasenta telah lahir da n l engkap, e ksplorasi ke mungkinan r obekan j alan l ahir; 9) l akukan uj i beku darah apabila perdarahan terus berlangsung; 10) memasang kateter tetap dan lakukan pe mantauan i nput-output c airan. 11) m encari pe nyebab pe rdarahan da n lakukan penanganan spesifik. (Walyani, 2015)

(50)

Sistolik

Tatalaksana aw al p erdarahan p ostpartum m enurut K ementrian K esehatan Republik Indonesia ( 2013) yakni: 1) m emanggil ba ntuan t im unt uk t atalaksana secara s imultan; 2 ) m enilai s irkulasi, j alan napas, d an p ernapasan pasien; 3)lakukan p enatalaksanaan s yok a pabila m enemukan t anda-tanda s yok; 4)Memberikan oks igen; 5) m emasang i nfus i ntravena d engan ka nul be rukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu. Lakukan juga pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan pada saat memasang infus; 6) mengambil sampel darah ap abila f asilitas t ersedia d an l akukan p emeriksaan K adar h emoglobin (pemeriksaan he matologi r utin), P enggolongan ABO d an tipe R h s erta s ampel untuk pe ncocokan s ilang da n P rofil H emostasis ( Waktu pe rdarahan (Bleeding

Time/BT), W aktu P embekuan ( Clotting Time/CT), Prothrombin time (PT), Activated partial thromboplastin time (APTT), hi tung t rombosit, F ibrinogen);

(51)

kelengkapan pl asenta da n s elaput ke tuban; 11) M emasang ka teter Folley untuk memantau vol ume ur in di bandingkan de ngan j umlah c airan yang m asuk. (produksi ur in nor mal 0.5 -1 ml/k gBB/jam a tau s ekitar 3 0 ml/jam); 12)Menyiapkan t ransfusi da rah j ika ka dar H b < 8 g /dl a tau s ecara kl inis ditemukan keadaan anemia berat (1 unit whole blood (WB) atau packed red cells

(PRC) da pat m enaikkan he moglobin 1 g /dl a tau he matokrit s ebesar 3 % pa da dewasa no rmal da n m elakukan t ransfusi da rah setelah informed consent di

tandatangani unt uk pe rsetujuan t ransfusi); 13) M enentukan pe nyebab da ri perdarahan dan lakukan penataksanaan spesifik sesuai penyebab.

Tabel 2.2 Penyebab Perdarahan Postpartum

Penyebab yang harus dipikirkan

Gejala dan Tanda

Atonia uteri Perdarahan segera setelah anak lahir Uterus tidak berkontraksi atau lembek

Retensio Plasenta Plasenta b elum d ilahirkan d alam 3 0 m enit setelah kelahiran bayi

Sisa plasenta Plasenta atau selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap

Perdarahan dapat muncul 6-10 hari pascasalin subinvolusi uterus

Robekan j alan

lahir Perdarahan segera Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir Ruptura uteri Perdarahan segera (perdarahan intraabdominal

dan/atau pervaginam) Nyeri perut yang hebat Kontraksi yang hilang

Inversio uteri Fundus ut eri t idak t eraba pa da pa lpasi abdomen

Lumen vagina terisi massa Nyeri ringan atau berat Gangguan

(52)

pembekuan darah sederhana

Terdapat faktor predisposisi: solusio plasenta, kematian j anin d alam u terus, ek lampsia, emboloi air ketuban

2.3 Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian Perdarahan

Postpartum

Tingginya anemia yang menimpa ib u h amil me mberikan d ampak n egative terhahap j anin yang di kandung da ri i bu da lam ke hamilan, pe rsalinan maupun nifas yang di antaranya akan lahir janin dengan berat badan lahir rendah (BBLR), partus prematur, abortus, pendarahan post partum, partus lama dan syok. Hal ini berkaitan de ngan ba nyak f aktor a ntara l ain; s tatus g izi, ka dar hb, um ur, da n pekerjaan (Sarwono Prawirohardjo, 2011).

Pada an emia j umlah ef ektif s el d arah merah b erkurang. H al i ni mempengaruhi j umlah ha emoglobin da lam da rah. B erkurangnya j umlah haemoglobin menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga m engurangi j umlah pe ngiriman oks igen k e or gan-organ vital.(Anderson,1994)

(53)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian perdarahan antara lain paritas ibu ( sering d ijumpai p ada mu ltipara d an grandemultipara), anemia k ehamilan, jarak p ersalinan, us ia k ehamilan, um ur i bu (umur yang t erlalu t ua a tau m uda), riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), r iwayat persalinan terdahulu dan faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi. (Manuaba,2001; Mochtar, 2011)

Ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit (Mochtar, 2011). Anemia dalam kehamilan m emberi pe ngaruh kur ang b aik ba gi i bu, ba ik da lam ke hamilan, persalinan, m aupun ni fas da n m asa s elanjutnya. ( Wiknjosastro, 2005; S aifudin, 2006). Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik (Mochtar, 2011).

Dalam ke hamilan pe nurunan ka dar he moglobin yang di jumpai s elama kehamilan d isebabkan oleh k arena d alam k ehamilan k eperluan z at m akanan bertambah d an t erjadinya p erubahan-perubahan da lam da rah : pe nambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin dan v olume s el d arah m erah. B ertambahnya s el-sel d arah ad alah k urang j ika dibandingkan d engan be rtambahnya pl asma s ehingga t erjadi pe ngenceran da rah (Wiknjosastro, 2005 ).

(54)

haemoglobin menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga m engurangi j umlah pe ngiriman oks igen ke or gan-organ vi tal (Anderson,1994). Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Sehingga dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun pada bayi yang dilahirkan (Manuaba, 2001).

Kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua o rgan t ubuh ap abila t erjadi an emia, ak ibatnya p enderita s ering b erdebar dan j antung c epat l elah ( Sin s in, 2008) . T indakan ope ratif da lam pe rsalinan dilakukan apabila ibu cepat lelah dalam persalinan, sehingga dapat menyebabkan robekan j alan l ahir, r uptur ut eri, da n i nversio ut eri yang m erupakan pe nyebab perdarahan. Kekurangan suplai oksigen dapat menyebabkan persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri) dan perdarahan pasca m elahirkan ka rena a tonia ut eri yakni t idak a danya kont raksi ot ot r ahim. (Wiknjosastro, 2005; Saifuddin, 2006 ).

Status ekonomi yang lebih rendah menimbulkan angka nutrisi buruk yang lebih tinggi dan sehingga mengakibatkan angka anemia defisiensi zat besi lebih tinggi.(Varney, 2007)

(55)

penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).

Penyakit malaria dapat menyebabkan anemia hemolitik (kejadian 0,70%) yaitu an emia yang d isebabkan k arena p enghancuran s el d arah m erah d an berlangsung l ebih cepat ( Mochtar, 20 11; Wiknjosastro, 2005) . G angguan pembekuan da rah da pat pul a m enyebabkan p erdarahan pos tpartum. Hal i ni disebabkan ka rena de fisiensi f aktor pe mbekuan da n a tau pe nghancuran f ibrin yang b erlebihan (Wiknjosastro, 2005) . K elainan pe mbekuan da rah m isalnya a atau hi pofibrinogenemia yang s ering di jumpai pa da p erdarahan yang b anya (Mochtar, 2011).

Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi be lum opt imal, s udah ha rus m emenuhi ke butuhan nut risi j anin yang dikandung ( W iknjosastro, 2005; Mochtar, 2011). Kasus perdarahan postpartum sering dijumpai pada paritas multipara dan grandemultipara(Mochtar, 2011)

Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan s ewaktu be rsalin, na mun s udah di mulai s ejak i bu ha mil de ngan melakukan antenatal care yang baik. (Mochtar, 2011) Pada antenatal care dapat

(56)

Usia butuhan O2 shg cepat lelah

Perdarahan Post Partum

Primer Sekunder

Keadaan Uterus

Hb kurang, oksigen yang diikat dalam darah dan dikirim ke seluruh tubuh kurang

Tindakan Operatif

Robekan Jln Lahir Ruptura uteri Inversio uteri Atonia Uteri

Kelainan Uterus (mioma uteri, uterus couvelair)

Terlalu regang dan besar (Gemeli, Hidramnion, janin besar) <20th, rahim dan mental belum siap

>35th,degenerasi rahim, rentan penyakit Pola makan

tidak teratur

Kehilangan banyak darah di persalinan lalu

Saat hamil terjadi Pengenceran darah

Tidak rutin ANC

Kadar Hb rendah

Kondisi belum pulih dan kebutuhan gizi belum optimal

Kurang Gizi (Malnutrisi)

TBC, paru, cacing usus, malaria, dll

Deteksi dini Kompliksi kehamilan

(57)

3.2 Hipotesis

(58)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian in i menggunakan pe nelitian obs ervasional yang be rsifat a nalitik. Penelitian o bservasional yaitu p enelitian yang t idak m emberikan p erlakuan s ama sekali tetapi hanya melakukan observasi atau pengamatan terhadap objek penelitian. (Swarjana, 2015)

Penelitian an alitik yaitu p enelitian yang me ncoba me nggali b agaimana d an mengapa f enomena ke sehatan i tu t erjadi. K emudian m elakukan a nalisis di namika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2012). S ehingga yang dimaksud pe nelitian a nalitik obs ervasional a dalah s uatu pengamatan a taupun pe ngukuran yan m encoba menggali ba gaimana da n m engapa fenomena k esehatan i tu t erjadi t anpa di lakukan m anipulasi a tau i ntervensi a papun yang kemudian di analisis.

4.2. Rancangan Penelitian

Dalam pe nelitian i ni, unt uk m enelaah hubunga n a nemia da lam ke hamilan dengan kejadian perdarahan Postpartum primer menggunakan analisis data sekunder dengan pendekatan case control. Pendekatan case control dipilih pada penelitian ini

untuk melihat seberapa jauh faktor resiko mempengaruhi penyakit.

Menurut Sugiyono (2007) penelitian case control merupakan suatu penelitian

(survey) a nalitik yang m enyangkut ba gaimana f aktor r esiko di pelajari de ngan

(59)

Mengalami pendekatan retrospektif. Dalam penelitian ini yang m enjadi kelompok kasus adalah ibu b ersalin yang m engalami k ejadian p erdarahan P ostpartum p rimer da n yang menjadi ke lompok kont rol a dalah i bu b ersalin yang t idak m engalami ke jadian perdarahan Postpartum primer, kemudian dilihat secara retrospektif apakah terdapat hubungan anemia pada kehamilan.

Penelitian ini akan dilakukan secara analitik dan mengunakan rancang bangun

case control.

Gambar 4.1 Desain penelitian hubungan anemia dalam kehamilan dengan perdarahan postpartum primer di RSUD Sampang

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

(60)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RSUD Sampang 1 Januari 2015 – 31 Desember 2015 yakni 947 ibu bersalin.

4.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dan karakteriktik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kelompok kasus dan kontrol.

1) Kelompok kasus

Sampel kelompok kasus pada penelitian ini adalah ibu bersalin dengan Perdarahan P ostpartum P rimer be rdasarkan k riteria i nklusi da n e ksklusi. Teknik pengambilan sampel kasus menggunakan sampel kuota yakni suatu proses di mana pe neliti m enggunakan s ekelompok kr iteria pa da pr osedur penelitian. (Lusiana, 2015)

Kriteria in klusi : Kriteria i nklusi a dalah ka rakteristik um um s ubjek penelitian d ari s uatu p opulasi ta rget yang te rjangkau yang a kan d iteliti. Pertimbangan ilmia h h arus me njadi p edoman d alam me nentukan k riteria inklusi ( Nursalam, 2013 ). Kriteria i nklusi t ersebut yakni : 1 ) i bu de ngan persalinan pe rvaginam; 2) Ibu be rsalin de ngan perdarahan > 500cc s elama <24 jam post partum; 3) Terdapat pemeriksaan Hb selama kehamilan; 4) Ibu yang be rusia 20-35 tahun; 5) Ibu dengan Paritas ≤ 4; 6)Tercatat lengkap dalam catatan rekam medis RSUD Sampang tahun 2015.

(61)

penelitian (Nursalam, 2013). Kriteria ekslusi tersebut yakni : 1) Ibu bersalin dengan penyakit kronis; 2) Ibu bersalin dengan usia kehamilan preterm; 3) Ibu dengan kehamilan ganda; 4) Kematian janin intrauterine.

2) Kelompok kontrol

Sampel pada kelompok control pada penelitian ini adalah ibu bersalin yang t idak m engalami pe rdarahan pos t p artum pr imer yang m emenuhi criteria inklusi dan eksklusi di RSUD Sampang. Teknik pengambilan sampel dengan cara perbandingan 1:1.

Kriteria inklusi tersebut yakni : 1) Ibu dengan persalinan pervaginam; 2) Ibu bersalin dengan perdarahan <500cc selama 24 jam post partum; 3) Terdapat pemeriksaan Hb pa da k ehamilan; 4) Ibu yang b erusia 20 -35 t ahun; 5) Ibu dengan Paritas ≤ 4; 6) Tercatat lengkap dalam catatan rekam medis RSUD Sampang tahun 2015.

Kriteria e kslusi yakni: 1) Ibu be rsalin de ngan pe nyakit kr onis; 2) Ibu bersalin dengan usia kehamilan preterm; 3) Ibu dengan kehamilan ganda; 4) Kematian janin intrauterine.

4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1. LokasiPenelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Sampang kabupaten Sampang. 4.4.2. WaktuPenelitian

(62)

4.5. Variabel Penelitian, Defenisi Operasional, Cara Pengukuran Variabel

8.5.1. Variabel penelitian

Menurut Notoadmodjo ( 2012), variabel adalah u kuran atau ciri yang dimiliki oleh setiap anggota dalam suatu kelompok yang berbeda dengan ciri yang dimiliki kelompok lain. Penelitian ini menggunakan dua variabel yakni

independent variable atau yang b iasa d isebut variabel be bas, m erupakan

variabel resiko, sebab d an bersifat bebas; dan dependent variable atau yang

biasa d isebut v ariabel terikat at au t ergantung, m erupakan v aribel yang dipengaruhi at au ak ibat. V ariabel b ebas p ada p enelitian i ni ad alah A nemia dalam K ehamilan. V ariabel t erikat p ada p enelitian i ni ad alah P erdarahan PostPartum Primer. S esuai de ngan pe nelitian di a tas, m aka pe nelitian da pat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 4.2 Variabel penelitian hubungan anemia dalam kehamilan dengan perdarahan postpartum primer di RSUD Sampang

8.5.2. Definisi operasional

Definisi ope rasional di gunakan unt uk m enjelaskan s emua v ariabel yang digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. (Nursalam, 2013)

Tabel 4.1 Defenisi ope rasional hubunga n a nemia da lam kehamilan de ngan pe rdarahan pos tpartum pr imer di R SUD S ampang Kabupaten Sampang

Anemia Diagnosis Kadar Lembar 1.Anemia Nominal

Perdarahan Postpartum Primer

(63)

dalam

pul Data dalam kehamilan jika seusai

8.6. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan d ata adalah suatu proses pendekatan dan proses pengumpulan karakteristik s ampel yang d iperlukan d alam s uatu p enelitian yang te rbagi me njadi data primer dan data sekunder. (Nursalam, 2013)

(64)

menggunakan s umber Buku R egister d an R ekam M edik P asien R SUD S ampang Kabupaten Sampang. Peneliti mengambil data sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

8.7. Pengolahan dan Analisis Data

8.7.1. Pengolahan Data

Hidayat ( 2007) m enjelaskan s etelah da ta t erkumpul, m aka di lanjutkan dengan langkah-langkah berikut :

1) Editing, m erupakan up aya unt uk m emeriksa kembali ke benaran yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap sebelum

atau setelah data terkumpul.

2) Coding, setelah data di edit maka akan dilakukan coding, yaitu mengubah

data yang ad a d alam b entuk k alimat at au h uruf m enjadi d ata an gka at au bilangan d an di masukkan da lam ka tegori yang s ama. Coding yaitu

memberikan kode a ngka pa da a tribut va riabel agar l ebih m udah da lam analisa data.

(1) Usia

a. 20-25 : 1

b. 26-30 : 2

c. 31-35 : 3

(2) Paritas

(65)

b. Multigravida : 2 (3) Pendidikan

a. Dasar (SD/MI-SMP-MTS) : 1 b. Menengah (SMA/MA) : 2

c. Tinggi (Diploma,Sarjana, Magister): 3 (4) Anemia

a. Ya : 1

b. Tidak : 2

(5) Perdarahan Postpartum

a. Ya : 1

b. Tidak : 2

(6) Penyebab Perdarahan

a. Atonia uteri : 1 b. Retensio Plasenta : 2 c. Sisa plasenta : 3 d. Robekan Jalan Lahir : 4 e. Ruptura uteri : 5 f. Lain-lain : 6

3) Entry, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master

(66)

4) Cleaning, mengecek ke mbali da ta unt uk m elihat ke

mungkinan-kemungkinan a danya ke salahan kode , ke tidak l engkapan da n s ebagainya, kemudian dilakukan pembetulan dan koreksi.

8.7.2. Analisis univariat

Analisis in i dilakukan s ecara de skriptif unt uk m elihat ka rakteristik masing-masing variabel yang diteliti, dimana hasil analisis ini adalah distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel yang ada.(Hidayat,2007)

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi sampel

Karakteristik Sampel Frekuensi Persentase

(67)

8.7.3. Analisis bivariat

Analisis dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki hubungan yaitu Anemia dalam kehamilan (variable bebas) dengan Perdarahan post partum primer (variable terikat). Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji

Chi Square (x2). Uji Chi Square (x2) akan dapat disimpulkan adanya hubungan

dua va riabel p enelitian bermakna a tau t idak b ermakna ( Notoatmodjo, 2 012). Hasil yang diperoleh tabel Contigency 2 x 4 di terapkan dengan menggunakan

Chi – Square dan dibatu dengan SPSS 16for Windows.

Tabel 4.3 Kontigensi 2 x 4 Pengaruh anemia dalam kehamilan terhadap kejadian Perdarahan Postpartum

Variabel Anemia dalam Kehamilan Anemia Tidak Anemia Total Perdarahan

Postpartum Primer + - a c b d Total

Penelitian a kan m enggunakan a nalisa i ni unt uk m engetahui a tau uj i kemaknaan hubungan kejadian Perdarahan Postpartum Primer dengan Anemia dalam k ehamilan. D asar d alam p engambilan k eputusannya a dalah membandingkan a dalah m embandingkan nilai signifansi ( p) de ngan ni lai

tingkat kesalahan (α = 0.05). Kesimpulan :

– Apabila p < 0,05 m aka hasilnya signifikan artinya Ho ditolak dan Ha

diterima.

– Apabila p > 0,05 m aka hasilnya tidak signifikan artinya Ho diterima

dan Ha ditolak.

(68)

8.8. Kerangka Operasional

Kerangka o perasional m erupakan l angkah-langkah yang a kan dilakukan dalam pe nelitian yang be rbentuk ke rangka a tau a lur pe nelitian. P enulisan kerangka kerja disajikan dalam bentuk alur penelitian mulai dari desain hingga analisis data (Hidayat, 2007).

Gambar 4.3 Kerangka operasional penelitian hubungan anemia dengan kejadian perdarahan postpartum primer di RSUD Sampang

Analisis data dengan menggunakan ujichi-square

Penyajian data hasil penelitian

Laporan Penelitian Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di Ruang Bersalin RSUD Sampang tahun 2015 sebanyak 947

Sampel

Sampel kasus adalah ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum primer dengan teknik quota sampling yakni 68 sampel dan kelompok kontrol dengan perbadingan 1:1 yakni 68 sampel ibu

bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum primer

Pengambilan data sekunder yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dari Buku Register dan RekamMedik

(69)

8.9. Ethical Clearance

8.9.1. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan dan privacy sampel maka dalam penelitian

ini tidak dicantumkan identitas. Peneliti hanya menulis nomer dan kode pada masing-masing lembar pengumpul data.(Hidayat, 2007)

8.9.2. Confidentiality (kerahasiaan)

Merupakan m asalah et ika d engan m enjamin k erahasiaan d ari h asil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang t elah di kumpulkan, ha nya s ekelompok da ta t ertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi frekuensipenyebab perdarahan postpartum
Gambar 2.1 Cara membuat diagnosis perdarahan postpartum menurut penyebabnya
Tabel 2.1 Jumlah cairan infus pengganti berdasarkan perkiraan volume kehilangan darah
Tabel 2.2 Penyebab Perdarahan Postpartum
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sekretariat Daerah Kabupaten Bulungan telah memberikan kesempatan seluas-luasnya terhadap pegawainya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang didukung dengan komitmen

Kelurahan Puskesmas *NoJpk/KK Nama KK RT/RW Berlaku *NoPes/art Nama pes Hubungan Kelurahan Puskesmas *NoJpk/KK Nama KK RT/RW Berlaku *NoPes/art Nama pes Hubungan  “place”

Faktor yang mempengaruhi hanya jenis stimulasi ovarium dan jumlah ovum preovulasi yang berhubungan secara signifikan dengan angka kehamilan (p&lt;0,05), umur pasangan,

Pada penelitian ini didapatkan bahwa skor apgar, usia gestasi, jenis kelamin, preeklamsi, dan berat bayi lahir bukan merupakan faktor prognostik yang bermakna

Maka kartun Jokowi- Ahok dalam game ini sebagai tanda yang mengacu pada objek, yaitu Jokowi dan Ahok sebagai orang yang ingin menyelamatkan Jakarta.. Oleh karena itu,

Adalah jenis propaganda yang muncul yang digunakan dalam memposisikan seolah- olah tokoh tidak lain adalah orang awam biasa.. Dalam konteks ini beberapa kali, baik

Pada bab ini akan menjelaskan teori umum yang berkaitan dengan pengertian-pengertian yang menjadi judul penulisan Laporan Akhir, teori judul, teori program merupakan teori

Adapun manfaat praktis yang di dapat dari penulisan ini yaitu, diharapkan dapat melatih mahaiswa untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah untuk dapat