• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Effect of Turmeric Tamarind Solution on Surface Roughness of Conventional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "The Effect of Turmeric Tamarind Solution on Surface Roughness of Conventional"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

The Effect of Turmeric Tamarind Solution on Surface Roughness of Conventional Glass Ionomer Cement

Ratih Astiningsih, Bambang Irawan, Ali Noerdin

Corresponding address : Department of Dental Material, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430 Indonesia. Phone: +62 21 3151035 Email address : ratihastiningsih@gmail.com

(2)

Abstract

The aim of this study was to know the effect of turmeric tamarind solution on surface roughness of conventional glass ionomer cement. This study used 20 specimens were immersed in a turmeric tamarind solution of packaging and not the packaging (each n=10) for 1, 3, 5, and 7 days. Results analyzed by Two-way ANOVA showed between turmeric tamarind solution of packaging and not the packaging had no significant difference (p>0,05), but a significant difference on immersion duration in two groups (p<0,05). The longer of immersion duration in a turmeric tamarind solution affect to increase surface roughness.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jamu kunyit asam terhadap kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional. Pada penelitian ini digunakan 20 spesimen yang direndam dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan (masing-masing n=10) selama 1, 3, 5, dan 7 hari. Hasil uji statistik Two-way ANOVA menunjukkan antara jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna (p>0,05), namun terdapat perbedaan bermakna pada lama waktu perendaman dalam kedua kelompok (p<0,05). Semakin lama waktu perendaman dalam jamu kunyit asam berpengaruh terhadap peningkatan nilai kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional.

Keywords:

(3)

PENDAHULUAN

Jamu kunyit asam merupakan salah satu minuman tradisional yang sudah populer di Indonesia. Jamu kunyit asam tersedia dalam bentuk kemasan dan bukan kemasan. Dalam hal ini, bentuk kemasan adalah jamu yang telah diolah oleh suatu pabrik seperti jamu kunyit asam merek Sidomuncul dan bukan kemasan merupakan jamu olahan sendiri. Komponen utama dari jamu kunyit asam baik kemasan maupun bukan kemasan, berupa rimpang kunyit

(Curcuma domestica Val.) dan rimpang asam jawa (Tamarindus indica L.).1

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Balai Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO) kadar keasaman (pH) yang terdapat dalam rimpang kunyit 5,90 dan rimpang asam jawa 1,00. Sedangkan untuk jamu kunyit asam kemasan memiliki pH rendah, yaitu 4,32 dan bukan kemasan 4,50.2 Semakin lama mengonsumsi minuman dan makanan yang memiliki tingkat keasaman dengan kadar pH rendah, dapat menyebabkan terjadinya erosi pada jaringan keras gigi. Erosi tersebut tidak hanya mempengaruhi gigi saja, namun juga pada material restorasi kedokteran gigi. Paparan asam dengan pH rendah dapat menyebabkan larutnya suatu material restorasi, salah satunya adalah semen ionomer kaca konvensional. Terdapat perubahan dalam komposisi permukaan ketika semen ionomer kaca konvensional berkontak dengan lingkungan asam dalam rongga mulut.3

Semen ionomer kaca konvensional adalah material kedokteran gigi sebagai material restorasi, bahan perekat, pelapis, lutting agent serta penutup pit dan fisura gigi. Dalam penelitian ini yang digunakan yaitu semen ionomer kaca konvensional Tipe II sebagai material restorasi.4 Material restorasi ini banyak digunakan karena memiliki sifat yang menguntungkan seperti terdapat ikatan dengan email dan dentin yaitu adhesi yang baik. Selain itu material ini memiliki sifat biokompatibilitas yang cukup baik terhadap struktur gigi, tidak mengiritasi pulpa, memiliki kekuatan tekan yang baik, sifat estetis yang baik serta memiliki sifat yaitu antikariogenik karena dapat melepaskan fluor.5

(4)

Dalam prosedur restorasi, salah satu tujuannya yaitu memperoleh permukaan yang halus, tanpa porositas, sehingga estetika lebih baik dan meminimalkan akumulasi plak gigi. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap restorasi gigi adalah ketahanan material restorasi terhadap disolusi dan degradasi.3 Disolusi dan degradasi pada semen ionomer kaca konvensional terjadi ketika material tersebut terpapar pada lingkungan asam, sehingga dapat memicu permukaan material restorasi terkikis atau terjadi erosi secara kimia.6 Ketika material tererosi maka akan terjadi peningkatan kekasaran permukaan material restorasi. Peningkatan kekasaran permukaan dari material restorasi dapat menyebabkan akumulasi plak dan sisa makanan, gingivitis, iritasi jaringan, perubahan warna, dan penurunan sifat estetis dari restorasi.7

Oleh karena itu, untuk menjaga sifat estetis dari material semen ionomer kaca konvensional perlu memperhatikan aspek kekasaran permukaan material restorasi. Maka dalam penelitian ini, dilakukan pengujian mengenai pengaruh jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan terhadap kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional berdasarkan lama waktu perendaman yaitu selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari yang diasumsikan lama konsumsi jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan yaitu 4 menit setiap kali konsumsi selama 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun, dan 7 tahun.8

METODE PENELITIAN

Spesimen yang digunakan berjumlah 20 spesimen semen ionomer kaca konvensional, 10 spesimen direndam dalam larutan jamu kunyit asam kemasan dan 10 spesimen direndam dalam larutan jamu kunyit asam bukan kemasan. Perendaman berupa tanpa waktu perendaman (awal), lama perendaman selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari.

Spesimen dibuat dari semen ionomer kaca konvensional Fuji IX GC Corp, Japan yang terdiri dari bubuk dan cairan kemudian dimanipulasi sesuai dengan petunjuk pabrik.

(5)

Campuran semen dimasukkan ke dalam cetakan yang terbuat dari stainless steel berukuran diameter 6 mm dan tebal 3 mm sehingga menghasilkan 20 spesimen kemudian dilapisi

silicon oil dan di atasnya diletakkan matriks celluloid yang dilapisi kaca preparat. Diberi

beban sebesar 1 kg selama 5 menit. Selanjutnya beban dan kaca preparat diangkat lalu spesimen dikeluarkan dari cetakan. Spesimen dimasukkan dalam tabung plastik berisi akuades dan disimpan di dalam inkubator pada suhu 37° C selama 24 jam. Pengukuran kekasaran permukaan awal menggunakan alat Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-301.

Cara pembuatan jamu kunyit asam kemasan maupun bukan kemasan, rimpang kunyit yang telah dibersihkan, dihaluskan, diambil airnya. Air kunyit yang diperoleh kemudian direbus, lalu dicampur dengan rimpang asam jawa, gula jawa serta air. Setelah mendidih diperoleh jamu kunyit asam. Spesimen yang telah disiapkan pada tabung plastik diberi perlakuan berupa perendaman dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari, kemudian disimpan dalam inkubator pada suhu 37° C, lalu dikeluarkan dan dibilas dengan air serta dikeringkan. Pergantian larutan setiap 24 jam sekali.

Metode analisis data yang digunakan yaitu uji statistik Two-way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Multiple Comparison (LSD) dengan signifikansi α = 0,05 yang diolah dengan menggunakan program SPSS 18.0.

HASIL PENELITIAN

Hasil nilai rata-rata kekasaran permukaan (Ra) semen ionomer kaca konvensional yang direndam dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional yang direndam dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan meningkat seiring dengan semakin lama waktu perendaman yaitu selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Setelah dilakukan uji statistik Two-way ANOVA dapat dilihat pada

(6)

tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada kelompok jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan. Sementara itu, terdapat perbedaan bermakna pada kelompok antar waktu lama perendaman dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari.

DISKUSI

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa nilai kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional setelah dilakukan perendaman dalam akuades pada suhu 37° C selama 24 jam dibanding dengan setelah dilakukan perendaman dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan menunjukkan peningkatan nilai kekasaran permukaan.

Nilai rata-rata kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional setelah dilakukan perendaman dalam akuades pada suhu 37° C selama 24 jam pada kelompok kemasan yaitu sebesar 0,648 µm dan bukan kemasan yaitu sebesar 0,589 µm. Nilai ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Bala (2012) bahwa nilai rata-rata kekasaran permukaan material semen setelah dilakukan perendaman dalam akuades pada suhu 37° C selama 24 jam yaitu sebesar 0,44-0,78 µm.9 Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jones dalam Tantanuch (2009) bahwa nilai kekasaran permukaan yaitu sebesar 0,5 µm dapat mengubah persepsi lidah dan menyebabkan ketidak nyamanan dalam rongga mulut.7

Pada penelitian ini tidak ada perbedaan yang bermakna antara nilai kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional setelah direndam dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan pada lama waktu perendaman selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Hal ini disebabkan karena nilai pH yang tidak jauh berbeda pada jamu kunyit asam kemasan yaitu sebesar 4,32 dan bukan kemasan yaitu sebesar 4,50. Kadar pH pada jamu kunyit asam bukan kemasan lebih tinggi dibandingkan kemasan, hal ini dikarenakan dalam komposisi jamu kunyit asam bukan kemasan terdapat kandungan asam sitrat yang hanya

(7)

berasal dari rimpang asam jawa, sedangkan kadar pH dalam jamu kunyit asam kemasan lebih rendah karena adanya penambahan berupa asam sitrat dalam jamu kunyit asam kemasan merek Sidomuncul, karena asam sitrat dapat meningkatkan konsentrasi ion hidrogen (H+) sehingga pH dalam jamu kunyit asam kemasan merek Sidomuncul lebih rendah dibanding bukan kemasan.10

Penelitian ini didukung penelitian sebelumnya oleh Fukazawa dalam Zaki (2012) menunjukkan bahwa selama perendaman dalam larutan asam, larutan berpenetrasi ke semen dan matriks gel mengalami penambahan ukuran. Ion hidrogen (H+) berdifusi ke dalam semen dan bertukar tempat dengan kation logam. Kation logam tersebut akan berdifusi melalui semen. Ketika semen ionomer kaca dan larutan bertemu, maka akan terjadi pelepasan ikatan ion-ion pada semen tersebut ke dalam larutan. Terpaparnya permukaan semen oleh ion H+ akan mendisolusi partikel kaca. Oleh karena itu, proses disolusi pada partikel kaca akan menyebabkan terjadinya banyak porus di permukaan semen.10 Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zaki (2012) bahwa pada pH 3,8 akan menyebabkan terjadinya disolusi dan degradasi pada material semen.10 Hal ini mengakibatkan peningkatan kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional.13

Pada hasil penelitian ini lama waktu perendaman dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari menunjukkan terjadinya peningkatan nilai kekasaran permukaan yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gao (1997) bahwa perendaman material semen ionomer kaca konvensional dalam waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya kelarutan partikel filler kaca secara sempurna yang dibuktikan dengan adanya endapan gel silika pada larutan asam yang merupakan sisa dari material semen yang direndam.11 Menurut Hamouda (2011) terdapat korelasi antara peningkatan kelarutan material restorasi dalam lingkungan asam dengan terjadinya peningkatan kekasaran permukaan.3 Hal ini juga didukung oleh penelitian yang

(8)

dilakukan oleh Ghanim (2008) bahwa kelarutan material semen berpengaruh terhadap degradasi dan biokompatibilitas pada permukaan material semen tersebut.12 Selain itu kelarutan memiliki peranan penting dalam perubahan dimensi semen, kehilangan retensi, perubahan warna dan kerusakan pada kontur margin, serta berpengaruh terhadap sifat mekanik seperti flexural strength dan kekerasan. Oleh karena itu, lama waktu perendaman atau pemaparan dalam larutan asam berpengaruh terhadap peningkatan kekasaran permukaaan material semen.13

Setelah dilakukan analisis berdasarkan hasil penelitian, semakin rendah pH dan semakin lama perendaman semen ionomer kaca konvensional dalam jamu kunyit asam maka ion-ion hidrogen (H+) berdifusi ke dalam material semen dan terjadi pelepasan ikatan logam dari semen ionomer kaca konvensional yang menyebabkan proses disolusi dan degradasi sehingga terjadi banyak porus pada permukaan semen. Hal ini dapat dilihat bahwa pH, komposisi asam sitrat, dan lama waktu perendaman dari 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari yang jika diasumsikan 1 tahun hingga 7 tahun konsumsi jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan akan berpengaruh terhadap peningkatan kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Miranda (2011) menunjukkan bahwa perubahan nilai kekasaran permukaan, baik pada material restorasi maupun gigi berhubungan langsung dengan pH, komposisi larutan, dan lama waktu perendaman atau pemaparan.13

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna terhadap nilai kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional setelah dilakukan perendaman dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan. Lama waktu perendaman dalam jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan selama 1 hari, 3 hari, 5

(9)

hari, dan 7 hari memberikan pengaruh yang bermakna terhadap nilai kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional. Terjadinya peningkatan nilai kekasaran permukaan semen ionomer kaca konvensional dipengaruhi oleh pH, komposisi dan lama waktu perendaman dalam jamu kunyit asam kemasan maupun bukan kemasan.

SARAN

Pasien dengan tumpatan semen ionomer kaca konvensional disarankan agar mengurangi frekuensi mengonsumsi jamu kunyit asam kemasan dan bukan kemasan, serta dilakukan kontrol kondisi tumpatan setiap tahun.

(10)

DAFTAR REFERENSI

1. Nur M, Estiasih T, Nurcholis M, Maligan M Jaya. Aneka Produk Olahan Kunyit Asam. Malang: Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian. 2010. p. 1-23.

2. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri. Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Bogor. 2013.

3. Hamouda, M. Ibrahim. Effect of Various Beverages on Hardness, Roughness, and Solubility of Esthetic Restorative Materials. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry. 2011; 23(5): 315-22.

4. Anusavice KJ. Phillip’s Science of Dental Materials. St Louis: Saunders; 2003. p. 329-43.

5. Mount GJ. An Atlas of Glass-Ionomer Cements.: A Clinician’s Guide. London Imagor Publishing Ltd. 1990. p. 213-25.

6. Ab-Ghani, Z. Effect of Remineralization or Demineralization cycles on Mineral Profiles of Fuji IX Fast In Vitro Using Electron Probe Microanalysis. Australian Dental Journal. 2007; 52(4): 276-81.

7. Tanthanuch S, Palanapiradej V. Effect of Thai Wine on Surface Roughness and Corrosion of Various Tooth-Coloured Filling Materials. J Dent Assoc Thai. 2009; 59(2): 100-7.

8. Khatimah H, Aristiana B, Yuliana I, Agustiono P. Pengaruh Lama Perendaman dalam Larutan Kunyit Asam terhadap Perubahan Warna Resin Komposit Hybrid. Insisiva Dental. 2012; 1(2): 69-73.

9. Bala O, et al. Evaluation of Surface Roughness and Hardness of Different Glass Ionomer Cement. 2012. 6: 79-86.

(11)

10. Zaki Y.I Dalia, et al. Effect of Simulated Gastric Juice on Surface Characteristics of Direct Esthetic Restorations. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 2012; 6(3): 686-94.

11. Gao F, Matsuya S, Ohta M, Zhang J. Erosion Process of Light-cured and Conventional Glass Ionomer Cement in Citrate Buffer Solution. Dental Materials Journal. 1997; 16(2): 170-9.

12. Ghanim M. Ahmed. Water Sorption and Solubility of Different Commercially Available Dental Cements. (An In Vitro Study). University of Babylon. p. 1-10. 13. Miranda, Diogo de Azeved. Effects of Mouthwashes on Knoop Hardness and Surface

Roughness of Dental Composites after Different Immersion Time. Braz Oral Res. 2011; 25(2): 168-73.

 

(12)

(Halaman 5)

Tabel 1. Hasil Nilai Rata-rata Kekasaran Permukaan (Ra) Semen Ionomer Kaca Konvensional

Lama Waktu Perendaman

Kekasaran Permukaan (Ra) ± SD (µm) Kelompok Jamu Kunyit Asam

Kemasan (n = 10) Bukan Kemasan (n = 10)

Awal 0,648 ± 0,071 0,589 ± 0,131 1 hari 0,818 ± 0,121 0,855 ± 0,141 3 hari 0,939 ± 0,125 0,925 ± 0,117 5 hari 1,482 ± 0,112 1,306 ± 0,202 7 hari 1,905 ± 0,152 1,757 ± 0,188 (Halaman 5)

Gambar 1. Grafik Nilai Rata-rata Kekasaran Permukaan (Ra) Sebelum Perendaman (Awal) dan Perendaman Selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari

(13)

(Halaman 6)

Tabel 2. Hasil Uji Statistik Two-way ANOVA Perbedaan Nilai Kekasaran Permukaan (Ra) Semen Ionomer Kaca Konvensional Antar Kelompok

Source Type III

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 1,890a 5 ,378 77,000 ,000 Intercept 12,665 1 12,665 2580,401 ,000 Kelompok ,011 1 ,011 2,219 ,211 LamaPerendaman 1,879 4 ,470 95,695 ,000 Error ,020 4 ,005 Total 14,575 10 Corrected Total 1,909 9 a. R Squared = ,990 (Adjusted R Squared = ,977)

Gambar

Tabel 1. Hasil Nilai Rata-rata Kekasaran Permukaan (Ra)   Semen Ionomer Kaca Konvensional
Tabel 2. Hasil Uji Statistik Two-way ANOVA Perbedaan Nilai Kekasaran Permukaan  (Ra) Semen Ionomer Kaca Konvensional Antar Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran kontekstual ( contextual teaching and learning ) merupakan sebuah strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah menulis puisi. Dalam

[r]

This step began after finding the result of previous stages (planning, acting, and observing) that were conducted by the teacher and the writer. The reflection covered the

[r]

My own experience of walking The Missing Voice will be the corporeal example I use to interrogate how performance can provoke an awareness of the – my – embodied engagement as

[r]

carchariae mampu menyebabkan kematian pada ikan uji sebanyak 100% dengan rerata waktu kematian 63,43 jam.Gejala penyakit yang ditimbulkan berupa haemoragik pada

Untuk mengetahui bakteri apa saja yang terdapat pada susu kental manis. Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan susu