• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

55

ANALISIS PERBANDINGAN TARIF RUANG RAWAT INAP ANTARA METODE TRADISIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DI RSUD JAILOLO KAB. HALMAHERA BARAT TAHUN 2016

Jubeda Basri*, S.L.H.V Joyce Lapian*, Wulan P.J Kaunang** *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi

**Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan beranekaragam produk, dimana output yang dijual lebih dari satu. Keaneka ragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga produk (Fieda, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perhitungan tarif yang di pakai oleh RSUD Jailolo kemudian dibandingkan dengan metode Activity based costing. Penelitian ini ialah jenis penelitian komparatif yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini membandingkan tarif ruang rawat inap metode tradisional dengan metode Activity Based Costingdi RSUD Jailolo.penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Kesimpulan penelitian ini yaitu hasil perhitungan tarif rawat inap pada RSUD Jailolo menggunakan metode activity based costing, Terdapat perbedaan yang signifikan pada harga pokok tarif rawat inap RSUD Jailolo mengunakan metode activity based costing dengan tarif rawat inap yang telah ditentukan RSUD Jailolo, Rumah sakit dapat mengambil manfaat dari kemungkinan diimplementasikannya sistem Activity Based Costing (ABC) dimana rumah sakit memiliki kemungkinan kerugian dan ketidak seimbangan antara pembiayaan dan pendapatan, jika tidak melakukan pembaharuan tarif.

Kata Kunci: Tarif Ruang Rawat Inap, Metode Tradisional, Metode Activity Based Costing

ABSTRACT

The hospital is one of the services company that produces a wide variety of products, where the output is sold more than one. The diversity of products at the hospital resulted in many types of costs and activities that occur in hospitals, thus demanding precision charging overhead costs in product pricing (Fieda, 2007). The purpose of this study was to analyze the calculation of tariffs in use by hospitals Jailolo then compared by Activity based costing. This study is the type of comparative research is a study that is comparing. This study compares the rates inpatient traditional method by Activity Based Costingdi Jailolo.penelitian Hospital uses a quantitative approach. The conclusion of this study is the result of the calculation of hospitalization rates in hospitals Jailolo using activity-based costing, There are significant differences in the cost of hospitalization rates hospitals Jailolo the method of activity based costing with hospitalization rates that have been determined Hospital Jailolo, hospitals may benefit of the possibility of the implementation of the system of Activity Based Costing (ABC) in which hospitals have the possibility of loss and imbalance between finance and revenue, if it does not do renewal rates.

Keywords: Rates patient wards, Traditional Method, Activity Based Costing method

PENDAHULUAN

Indonesia sedang menghadapi era globalisasi di bidang kesehatan. Hal ini memunculkan harapan akan peluang dalam mengembangkan pelayanan kesehatan. Terbukanya pasar bebas memberikan pengaruh yang positif

dalam menimbulkan iklim kompetisi. Persaingan antar rumah sakit memberikan perubahan dalam bidang manajemen baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Tujuan akhirnya yaitu peningkatan mutu pelayanan. Tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan

(2)

56 yang memadai semakin meningkat turut memberikan warna di era globalisasi dan memacu rumah sakit untuk memberikan layanan terbaiknya agar tidak dimarginalkan oleh masyarakat (Nandang, 2012).

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) menjelaskan bahwa dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu. Rumah sakit menjadi salah satu unsur yang harus dapat memenuhi tujuan pembangunan kesehatan tersebut. Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan perorangan strata kedua yang mencakup pelayanan spesialistik dan memiliki tanggung jawab melaksanakan program pembangunan kesehatan yang bukan saja hanya mencakup pelayanan kuratif dan rehabilitatif, namun sudah mencakup pelayanan preventif dan promotif (UU No. 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit). Bentuk fungsi tugas pelayanan dari rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Dalam memberikan pelayanan tersebut rumah sakit mandapat perolehan pendapatan jasa yang salah satunya dari tarif sewa unit rawat inap. Pasal 3 Surat Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor

560/MENKES/SK/IV/2003 tentang pola

tarif,pelayanan rumah sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan yang perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking dari rumah sakit yang tidak komersil (Gabriela, 2012). Dari keputusan menteri tersebut, pemerintah maupun swasta yang mendirikan rumah sakit harus mulai sadar akan pentingnya perhitungan tarif yang relevan dan sesuai dengan fasilitas yang diberikan kepada pasien.Pembiayaan rumah sakit dapat bersumber dari penerimaan atau pendapatan rumah sakit. Pendapatan ini diperoleh dari pembayaran pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit melalui tarif yang ditetapkan.Tarif rumah sakit pemerintah ditetapkan oleh Menteri kesehatan, sedangkan tarif rumah sakit daerah ditetapkan oleh pemerintah daerah atas usulan Kepala/Direktur Rumah Sakit.Usulan ini hendaknya diperoleh melalui perhitungan yang rasional seperti amanat menteri kesehatan yakni melalui perhitungan/analisis biaya satuan pelayanan.

Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan beranekaragam produk, dimana output yang dijual lebih dari satu. Keaneka ragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya

(3)

57 dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga produk (Fieda, 2007). Dalam menentukan harga pokok produk masih ada rumah sakit yang memakai sistem perhitungan akuntansi tradisional, dimana sistem tersebut tidak sesuai dengan sistem pembiayaan yang sudah maju saat ini karena sering terjadi distorsi yang dapat menyebabkan undercostatau overcost pada harga pokok produk. Dalam sistem akuntansi biaya tradisional, distorsi biaya bisa terjadi dikarenakan struktur biaya yang rumit yaitu struktur biaya yang memiliki biaya yang tidak berkaitan dengan volume dalam jumlah yang signifikan. Situasi lain yang menyebabkan distorsi biaya adalah lini produk yang beragam (Carter, 2009). Metode akuntansi tradisional menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya, sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global. Akuntansi tradisional juga kurang menekankan pentingnya daur hidup, sehingga menyebabkan distorsi harga pokok daur hidup produk (Rudianto, 2013).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jailolo merupakan rumah sakit

tipe D yang melayani kesehatan masyarakat di kabupaten Halmahera Barat. Dalam melaksanakan fungsinya RSUD Jailolo mendapat dana dari pemerintah kabupaten Halmahera Barat setiap tahunnya, pemberian dana tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sesuai dengan prinsip pengelolaan keuangan pemerintah. Seiring dengan peningkatan bantuan dana, meningkat pula pendapatan yang di targetkan. Hal ini dapat terlihat dari jumlah anggaran yang di terima 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2013sumber

biaya APBD sebesar

Rp18.905.968.884dengan pendapatan Rp 3.110.522.710, tahun 2014 sumber biaya APBD sebesar Rp 20.662.519.449 dengan pendapatan Rp 10.812.173.622 dan tahun 2015 sumber biaya APBD sebesar Rp48.333.487.375 dengan pendapatan Rp 10.199.697.274 (Profil RSUD Jailolo 2015).Dari gambaran data anggaran dan pendapatan RSUD Jailolo terkesan bahwa pengelolaan keuangan rumah sakit ini belum rasional, jelas terlihat perbedaan yang signifikan antara anggaran dan pendapatan rumah sakit

dan diperoleh gambaran

ketidakseimbangan pembiayaan (inefisiensi biaya). Dalam menghitung tarif biaya rawat inap rumah sakit ini masih memakai sistem akuntansi biaya tradisional. Penentuan tarif rawat inap dengan menggunakan metode

(4)

58 tradisional akan menghasilkan hasil yang kurang akurat. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menganalisa perhitungan tarif yang di pakai oleh RSUD Jailolo kemudian membandingkan dengan metode Activity based costing, sehingga peneliti memberi judul penelitian ini “Analisis Perbandingan Tarif Ruang Rawat Inapdengan metode tradisional dan Metode Activity Based Costing di RSUD Jailolo kabupaten Halmahera Barat”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini ialah jenis penelitian komparatif yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini membandingkan tarif ruang rawat inap metode tradisional dengan metode

Activity Based Costingdi RSUD

Jailolo.penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Hasil Penelitian dengan Teori

Setiap rumah sakit baik rumah sakit swata maupun rumah sakit pemerintah wajib menetapkan tarif sebagaimana amanat Menteri Kesehatan dalam UU No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang

dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa yang di terimanya (Depkes RI 2001). Penentuan tarif rumah sakit harus memperhitungkan kemampuan ekonomi masyarakat umum. Perhitungan di dalam menentukan tarif jasa rawat inap dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel dibagi dengan jumlah hari rawat inap. Dalam menentukan tarif pihak RSUD Jailolo mengkategorikan biaya-biaya menjadi dua macam, yaitu:

a. Biaya tetap

Biaya-biaya yang termasuk ke dalam kategori biaya tetap disini adalah biaya administrasi, biaya depresiasi gedung dan depresiasi fasilitas

b. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya operasional unit rawat inap yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan produksi yang bersifat habis pakai atau waktu relatif singkat. Biaya yang termasuk biaya variabel adalah biaya perawat, biaya konsumsi, biaya listrik dan air, biaya laundry, dan biaya kebersihan.

Activity based costing system adalah sistem akuntansi biaya yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. menurut Mulyadi (2007) perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah penentuan harga pokok produk atau jasa secara cermat bagi

(5)

59 keputusan manajemen dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa perhitungan tarif jasa rawat inap dengan activity based costing system pada RSUD Jailolo telah mengalokasikan biaya-biaya berdasarkan aktivitas yang ada di unit rawat inap. Masing-masing aktivitas mempunyai cost driver yang menjadi pemicu dari setiap biaya yang timbul. Manfaat yang diperoleh dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan activity based costing system pada RSUD Jailolo adalah menyajikan biaya jasa rawat inap yang lebih akurat sehingga dapat menetapkan harga pokok rawat inap yang lebih baik. Selain itu, biaya-biaya yang ada di unit rawat inap juga lebih terperinci dalam perhitungan tarifnya. Hal ini dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan yang lebih baik untuk penentuan tarif jasa rawat inap.

Manfaat tersebut mengacu pada pendapat Garisson, dkk (2006) yaitu metode perhitungan biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap. Dengan demikian metode activity based costing

merupakan sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi cost produk atau jasa secara akurat sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar yang dapat diandalkan dalam penetapan kebijakan harga jual produk atau jasa. Berdasarkan hasil penelitian bahwa RSUD Jailolo selama ini dalam menentukan tarif jasa rawat inap menggunakan metode tradisional (unit cost). Tarif per kelas yang berdasarkan unit cost, yaitu untuk VIP sebesar Rp 200.000, kelas I sebesar Rp 95.000, kelas II sebesar Rp 75.000, dan untuk kelas III sebesar Rp 50.000. Di dalam menentukan tarif tersebut rumah sakit mempunyai pertimbangan survey harga pasar (tarif pesaing) dan keadaan sosial masyarakat.

Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC diperoleh hasil untuk kelas VIP sebesar Rp 224.355, kelas I sebesar Rp 127.800, kelas II sebesar Rp 93.150, dan kelas III sebesar Rp 69.300. Sehingga perbandingan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode activity based costing memberikan hasil yang lebih tinggi untuk kelas VIP dan kelas I, II dan III dibandingkan dengan metode tradisional, karena rumah sakit

(6)

60 pemerintah harus memberlakukan sistem subsidi silang dalam penentuan tarifnya.

Hasil perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien yang sesungguhnya dapat diketahui dengan menggunakan sistem Activity based costing karena dalam perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien dilakukan dengan cara penelusuran ke aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya pada jasa rawat inap. Aktivitas-aktivitas yang mengonsumsi sumber daya pada jasa rawat inap RSUD Jailolo adalah aktivitas perawatan pasien, konsumsi pasien, Laundry, kebersihan, penggunaan tenaga listrik, penggunaan air, jasa administrasi, penyusutan bangunan dan penyusutan fasilitas. Pada kenyataannya aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya pada jasa rawat inap RSUD Jailolo sebagian besar terdapat perbedaan pada masing-masing kelasnya, misalnya perbedaan pada konsumsi, fasilitas yang tersedia, perawatan dokter, penyusutan gedung, listrik dan kebersihan. Hal tersebut yang menjadi dasar perbedaan pembebanan biaya pada masing-masing kelas.

Perbedaan pengkonsumsian aktivitas terlihat pada ruang kelas IIIdan kelas II yang dalam satu kamar terdiri dari 6 dan 4 tempat tidur pasien, dengan kamar mandi di luar dan tanpa menggunakan AC atau kipas angin sehingga

menjadikan suasana ruangan terasa panas dan terlalu ramai karena banyaknya jumlah pengunjung yang keluar masuk pada jam besuk. Hal ini menjadikan ruang kelas III lebih cepat kotor dan kurang mendapatkan perhatian lebih. Aktivitas perawatan pasien pada kelas III juga kurang intensif dibandingkan pada kelas VIP, dokter kunjung pada pasien akan lebih singkat dan kurang intensif karena banyaknya pasien yang terdapat pada kelas III akan tetapi pasien akan tetap mendapatkan perawatan yang wajar pada umumnya. Berbeda dengan kelas VIP, dalam satu kamar hanya tersedia satu tempat tidur pasien, dengan kamar mandi dalam, AC, TV. Sehingga ruangan akan terasa nyaman dan sejuk, kebersihannya juga lebih diperhatikan, pertugas kebersihan rumah sakit akan lebih sering terlihat membersihkan lingkungan kelas VIP dan kelas I daripada lingkungan kelas III.

Kelas VIP dan kelas I ini menjadi pilihan bagi para pasien yang lebih mengutamakan pada kenyamanan dalam menjalani perawatan di rumah sakit. Sedangkan yang kelas III menjadi pilihan bagi keluarga yang kurang mampu. Perbedaan penyediaan fasilitas tersebut disesuaikan dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh para pasien untuk menginap dan memperoleh perawatan, sehingga pihak rumah sakit berusaha

(7)

61 tidak mengecewakan para konsumen yang telah memilih kelas rawat inap dengan tarif yang telah ditetapkan pihak manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Jailolo seperti pada kelas VIP dengan tarif termahal diantara kelas lainnya. Rumah sakit dalam memberikan pelayanan atau perawatan untuk pasien pada semua ruang kelas umumnya adalah sama. Pihak manajemen rumah sakit menempatkan dokter umum maupun dokter spesialis tanpa membedakan kelas tetapi disesuaikan dengan kebutuhan atau permintaan pasien sehingga pasien dapat memilih dokter yang diinginkan untuk mendiagnosis penyakitnya. Sebenarnya aktivitas pelayanan yang diberikan oleh dokter kepada pasien pada Rumah Sakit Umum Daerah Jailolo adalah sama tanpa memandang keadaan pasien dari kelas mana mereka berasal, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan dalam penanganan dokter terhadap pasien, misalnya pada pasien kelas III dokter kunjung umumnya akan lebih singkat daripada dokter kunjung pada kelas VIP. Dokter melakukan tugasnya sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, mulai dari kesiapan dalam menangani keluhan pasien, pengecekan kondisi pasien tepat waktu sesuai dengan jadwal kunjung dan selalu menjaga kesopanan serta keramahan dalam memberikan pelayanan kepada pasien.Aktivitas

perawatan yang diberikan oleh perawat kepada semua pasien juga sama. Rata-rata perawat yang bertugas telah berpengalaman dalam melayani pasien, para perawat dapat lebih cekatan, lebih responsif dalam menangani pasien, lebih sabar dan ramah terhadap pasien, lebih mengetahui keluhan atau sesuatu yang dibutuhkan oleh pasien. Biaya aktivitas untuk perawatan pasien yang di anggarkan dalam satu tahun sebesar Rp 2.035.883.000, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata per hari/pasien menghabiskan biaya perawatan sebesar Rp 186.078. Angka ini jauh diatas biaya tarif yang telah ditetapkan rumah sakit berdasarkan PERDA, yaitu untuk kelas VIP Rp 50.000, kelas I Rp 35.000, kelas II Rp 25.000 dan kelas III Rp 15.000. Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan biaya perawatan pasien per hari RSUD Jailolo masih berada jauh dibawah biaya yang sebenarnya. Untuk itu diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk segera memperbaharui biaya perawatan pasien agar tidak mengakibatkan kerugian dan pembebanan biaya yang tinggi kepada penyedia layanan.

Aktivitas konsumsi pasien tiap kelas sama-sama menggunakan asupan gizi yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan yaitu 2100 kkal per hari yang

(8)

62 terdiri atas: makanan pokok, lauk nabati, lauk hewani, sayur, buah, dan minum. Namun, jenisnya dibedakan sesuai dengan tarif makan per kelasnya. Makanan yang diberikan pada kelas VIP dan kelas I mengandung serat dan gizi lebih tinggi, variannya lebih banyak, serta pemberian suplemennya juga lebih baik dibanding dengan kelas II dan III. Selain itu, peralatan yang digunakan dalam menyajikan hidangan pada kelas utama lebih bagus dengan penataan yang lebih menarik seperti menggunakan piring, gelas, dan sendok yang serasi (1 set). Sedangkan alat penyajian pada kelas II, III kurang begitu diperhatikan penampilannya yaitu menggunakan plato dimana dalam sebuah plato sudah dapat digunakan untuk menyajikan menu dalam sekali saji sehingga lebih praktis dalam mengerjakannya baik dari penataan menu maupun proses pencuciannya. Biaya aktivitas untuk konsumsi pasien yang dianggarkan dalam satu tahun sebesar Rp 1.471.980.000, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata per hari/pasien menghabiskan biaya sebesar Rp 134.537.

Angka ini jauh diatas biaya tarif yang telah ditetapkan rumah sakit berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA), yaitu untuk kelas VIP Rp 35.000, kelas I Rp 25.000, kelas II Rp

15.000 dan kelas III Rp 10.000. Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan biaya konsumsi pasien per hari RSUD Jailolo masih berada jauh dibawah biaya yang sebenarnya. Untuk itu diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk segera memperbaharui biaya konsumsi pasien agar tidak mengakibatkan kerugian dan pembebanan biaya yang tinggi kepada penyedia layanan.

Aktivitas penggunaan tenaga listrik pada masing-masing kelas juga berbeda, karena terdapat perbedaan yang sangat jelas pada fasilitas elektronik yang tersedia di masing-masing kelas, sebagai contoh pada kelas VIP terdapat AC, TV dan water heater sedangkan Pada kelas III tidak tersedia fasilitas elektronik tersebut. Hal ini yang menjadi dasar perbedaan pembebanan biaya pada masing-masing kelas, karena harus dihitung terlebih dahulu jumlah aktivitas penggunaan tenaga listrik. Biaya aktivitas untuk penggunaan tenaga listrik yang dianggarkan dalam satu tahun sebesar Rp 240.545.000.00, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata per hari/pasien menghabiskan biaya sebesar Rp 4.882. Angka ini tidak berbeda secara signifikan dengan biaya yang ditentukan sesuai perhitungan dengan metode ABC, yaitu untuk kelas VIP Rp 24.284, kelas I

(9)

63 Rp 2.200, kelas II Rp 2.200 dan kelas III Rp 2.200. Dari hasil perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan biaya penggunaan tenaga listrik per pasien/hari RSUD Jailolo sudah sesuai dengan biaya yang sebenarnya karena tarif yang dihasilkan berdasarkan perhitungan metode ABC berada di tengah-tengah antara tarif VIP dan kelas I,II dan III, mengingat pemakaian tenaga listrik yang tidak stabil (fluktuasi).

Aktivitas penggunaan air pada masing-masing kelas rata-rata hampir sama yang diasumsikan per pasien 100 liter/hari karena bila dilihat dari fungsi dan kegunaannya hampir sama pada tiap pasien seperti mandi, buang air, mencuci dan lain sebagainya. Biaya untuk penggunaan air yang dianggarkan dalam satu tahun sebesar Rp 166.883.660, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata per hari/pasien menghabiskan biaya sebesar Rp 152.530. Angka ini berbeda secara signifikan dengan biaya yang ditentukan sesuai perhitungan dengan metode ABC, yaitu untuk kelas VIP Rp 3.500, kelas I Rp 3.500, kelas II Rp 3.500 dan kelas III Rp 3.500. Hasil perhitungan ini menyimpulkan bahwa dalam menentukan biaya penggunaan air bersih per pasien/hari RSUD Jailolo masih berada jauh dibawah biaya yang sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan

karena air bersih tidak hanya digunakan khusus untuk pasien rawat inap tetapi digunakan secara bersama untuk keperluan lain misalnya laundry, menyiram tanaman, cuci tangan atau bersih-bersih untuk pegawai yang bertugas dan lain-lain yang tidak berkaitan langsung dengan pasien tetapi dibiayai dalam satu mata anggaran. Aktivitas Laundry meliputi kegiatan untuk menyediakan linen bersih kepada pasien rawat inap seperti seprei, sarung bantal, guling dan lain-lain. Aktivitas ini hampir sama di masing-masing kelas perawatan. Untuk biaya laundry yang dianggarkan dalam satu tahun sebesar Rp 94.032.000, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata biaya laundry per hari/pasien menghabiskan biaya sebesar Rp 8.591. Angka ini berbeda dengan biaya yang ditentukan sesuai tarif yang ditetapkan RSUD Jailolo, yaitu untuk kelas VIP Rp 3.000, kelas I Rp 2.500, kelas II Rp 2.000 dan kelas III Rp 1.000. Dari hasil perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan biaya laundry per pasien/hari RSUD Jailolo masih berada dibawah biaya yang sebenarnya. Untuk itu diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk segera memperbaharui biaya

laundry pasien agar tidak

(10)

64 pembebanan biaya yang tinggi kepada penyedia layanan.

Aktivitas administrasi merupakan suatu kegiatan penting dalam sebuah organisasi,untuk memperlancar proses administrasi maka sangat diperlukan biaya administrasi. Dengan adanya biaya administrasi, proses penyediaan sarana dan prasarana akan lebih lancar. Biaya administrasi terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan form yang berhubungan dengan pasien rawat inap, belanja alat tulis kantor, biaya administrasi, dan lain-lain. Pengalokasian anggaran untuk biaya administrasi dalam setahun sebesar Rp 1.091.637.000, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata per hari/pasien menghabiskan biaya sebesar Rp 99.774. Angka ini berbeda secara signifikan dengan biaya yang ditentukan sesuai tarif yang ditetapkan RSUD Jailolo, untuk semua kelas perawatan diberlakukan sama yaitu sebesar Rp. 15.000. Hal ini bisa disebabkan karena kegiatan administrasi rumah sakit tidak hanya digunakan khusus untuk keperluan pasien rawat inap saja tetapi juga digunakan untuk keperluan administrasi perkantoran seperti alat tulis kantor, foto copy dan lain-lain yang tidak berkaitan secara langsung dengan pasien tetapi dibiayai dalam satu mata anggaran.

Biaya aktivitas dalam memelihara kebersihan lingkungan rumah sakit sangat di perlukan. Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka pasien akan merasa nyaman dan akan mempercepat proses penyembuhan. Komponen biaya kebersihan terdiri dari biaya penyediaan bahan dan alat kebersihan, biaya penyediaan sabun, dan alat pembersih, serta tenaga kerja kebersihan yang menyewa pegawai outsourcing. Untuk biaya kebersihan yang dianggarkan dalam satu tahun sebesar Rp 336.010.950, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata per hari/pasien menghabiskan biaya sebesar Rp 30.711. Angka ini berbeda secara signifikan dengan biaya yang ditentukan sesuai tarif yang ditetapkan RSUD Jailolo, yaitu untuk kelas VIP Rp 3.000, kelas I Rp 2.500, kelas II Rp 2.000 dan kelas III Rp 1.000. Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan biaya kebersihan per pasien/hari RSUD Jailolo masih berada jauh dibawah biaya yang sebenarnya. Hal ini bisa dimaklumi karena untuk anggaran kebersihan tersebut sudah termasuk biaya tenaga kerja kebersihan yang menyewa pegawai outsourcing. Aktivitas penyusutan gedung pada masing-masing kelas juga berbeda, perbedaan tersebut dihitung berdasarkan nilai ruang masing-masing kelas yang

(11)

65 dibagi dengan umur gedung, pada kelas VIP nilai per ruangannya yaitu Rp 65.600.000.00, kelas I nilai per ruangan Rp 58.300.000, kelas II nilai per ruangan Rp 45.500.000 sedangkan pada kelas III nilai per ruangnya hanya Rp 42.000.000. perbedaan tersebut sangat jelas terlihat, sebagai contoh pada kelas VIP terdapat kamar mandi dalam, dindingnya menggunakan keramik serta terdapat beberapa saluran instalasi yang lengkap dan tertata rapi di dalam dinding ruang VIP. Berbeda pada kelas III yang ruangannya terlihat sangat sederhana dan apa adanya, hanya terdapat 6 tepat tidur pasien dan nakas serta tidak terdapat kamar mandi dalam ruangan. Pengalokasian anggaran untuk biaya penyusutan gedung dalam setahun sebesar Rp 111.715.000, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata per hari/pasien menghabiskan biaya sebesar Rp 10.210. Angka ini berada dibawah tarif sesuai perhitungan dengan metode ABC yaitu untuk kelas VIP Rp 17.700, kelas I Rp 16.000, kelas II Rp 12.500 dan kelas III Rp 11.500. Dari hasil perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa dalam menghitung biaya penyusutan gedung per pasien/hari RSUD Jailolo sudah sesuai dengan biaya yang sebenarnya karena tarif yang dihasilkan berdasarkan perhitungan metode ABC berada dibawah tarif VIP dan kelas I,II dan III,

kemungkinan hal ini disebabkan oleh factor lama manfaat penggunaan gedung terlalu pendek (10 tahun).

Pembebanan biaya penyusutan fasilitas rawat inap pada masing-masing kelas terdapat perbedaan yang cukup jauh, karena pembebanan penyusutan fasilitas didasarkan pada ketersediaan fasilitas pada masing-masing ruang kelas. Pada ruang kelas VIP fasilitas yang tersedia sangat lengkap dan menunjang kenyamanan pasien, pada kelas VIP terdapat tempat tidur pasien, almari pakaian, AC, TV dan water

heater, maka pembebanan biaya

penyusutan fasilitas pada kelas VIP lebih besar dibanding kelas lain, misalnya pada kelas III fasilitas yang tersedia hanya tempat tidur dan nakas. Anggaran yang disediakan untuk biaya penyusutan fasilitas dalam setahun sebesar Rp 133.162.900, jika dihitung berdasarkan tarif per unit cost driver maka rata-rata per hari/pasien menghabiskan biaya sebesar Rp 12.170. Angka ini sesuai dengan tarif perhitungan dengan metode ABC yaitu untuk kelas VIP Rp 29.000, kelas I Rp 4.800, kelas II Rp 3.800 dan kelas III Rp 3.800. Dari hasil perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa dalam menghitung biaya penyusutan fasilitas per pasien/hari RSUD Jailolo sudah sesuai dengan biaya yang sebenarnya karena tarif yang dihasilkan berdasarkan

(12)

66 perhitungan metode ABC lebih tinggi atau lebih rendah dari tarif VIP dan kelas I,II dan III.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui pula bahwa dalam perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien dengan sistem activity based costing menggunakan baik unit maupun non unit based cost driver. Sehingga hal ini lebih tepat untuk menentukan tarif rawat inap, karena menunjukkan konsumsi sumber daya yang sebenarnya. Selama ini Rumah Sakit Umum Daerah Jailolo dalam penentuan tarifnya berdasarkan metode tradisional yang akan menimbulkan distorsi biaya dan tidak dapat digunakan untuk menyusun strategi biaya yang mengarah pada diferensiasi produk karena tidak dapat menyajikan informasi biaya yang akurat. Hal ini menyebabkan pihak rumah sakit tidak mengetahui distribusi laba rugi dari tiap-tiap kelas yang sebenarnya. Pengetahuan atas biaya dari berbagai aktivitas utama perusahaan memungkinkan para manajer untuk memfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas yang memberikan peluang penghematan biaya dengan menyederhanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas yang lebih efisien atau meniadakan aktivitas yang tidak bernilai tambah, karena pendapatan dan biaya rawat inap merupakan hal terpenting pada sebuah

rumah sakit. Sehingga metode activity based costing sangatlah tepat jika diterapkan pada penentuan biaya rawat inap, karena ABC menulusuri biaya berdasarkan aktivitas.

Perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien tiap kelas rawat inap yang akurat dapat dilakukan dengan adanya metode ABC.Selain itu, rumah sakit juga dapat mengetahui kontribusi laba dari masing-masing kelas kamar, sehingga hal ini dapat memberikan informasi yang akurat bagi kebijakan

manajemen dalam rangka

pengembangan rumah sakit. Keuntungan lain mengenai kemungkinan diimplementasikannya sistem activity based costing sebagai sistem biaya alternatif di dalam perusahaan yaitu memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus-menerus terhadap semua aktivitas perusahaan yang tidak bernilai tambah untuk mengurangi konsumsi biaya overhead.

Pada penerapan sistem activity based costing, akuntansi biaya yang lebih baik melaporkan angka biaya yang lebih akurat dalam mengukur seberapa besar aktivitas atau kegiatan, produk dan konsumen menggunakan sumber daya yang berbeda dari perusahaan (Mulyadi, 2003). Dalam perhitungan sistem activity based costing, menunjukkan bahwa pembebanan biaya menurut aktivitas konsumsi sumber daya

(13)

67 diberlakukan pada masing-masing biaya ke perhitungan tarif rawat inap pasien, sehingga hal ini berpengaruh terhadap pembebanan pasien, artinya bahwa biaya yang dikeluarkan pasien lebih ringan bila dibandingkan dengan menggunakan tarif rawat inap sebelumnya. Penyajian laporan keuangan bagi pihak luar perusahaan dalam perhitungan sistem activity based costing, informasi biaya produk yang dihasilkan harus disesuaikan ke biaya produk. Dengan demikian penentuan tarif yang hanya mengacu pada persaingan tarif dengan pesaing jelas tidak dapat menyediakan fakta yang dibutuhkan oleh manajemen untuk pengelolaan terhadap operasi perusahaan.

Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu

Jika dibandingkan antara hasil penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu, terdapat persamaan dan perbedaan antara keduanya. Persamaannya adalah perhitungan tarif jasa rawat inap dengan activity based costing system telah mengalokasi biaya-biaya aktivitas ke setiap kamar. Hasil perhitungan dengan activity based costing system juga menunjukkan angka yang lebih besar atau lebih murah pada penelitian saat ini maupun penelitian terdahulu. Perbedaannya adalah pada peneliti yang

penelitiannya di rumah sakit swasta pembiayaan bersumber dari pendapatan rumah sakit itu sendiri, sedangkan pada penelitian saat ini ada subsidi dari pemerintah untuk tarif jasa rawat inap. Oleh sebab itu, pihak manajemen arus teliti dalam penentuan tarif jasa rawat inap agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan informasi yang lebih baik.

Hal itu didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, Neni J (2014) menjelaskan bahwa metode activity based costing memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk.

Penelitian Maretandra (2014) juga menjelaskan bahwa dengan penerapan sistem activity based costing akan dapat membebankan biaya produksi pada produk lebih akurat dari pembebanan dengan menggunakan sistem pembebanan biaya tradisional. Penerapan sistem activity based costing tidak hanya pada perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang, akan tetapi

(14)

68 juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa.

Penerapan sistem activity based costing yang menghasilkan tarif rawat inap yang sesuai dengan sumber daya yang dikonsumsi oleh masing-masing kelas, maka diharapkan manajemen dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya dibidang pelayanan rawat inap dengan tarif kompetitif, sehingga RSUD Jailolo dapat terus berkembang dan tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan tarif rawat inap pada RSUD Jailolo menggunakan metode activity based costing untuk kelas VIP sebesar Rp 224.355, Kelas 1 sebesar Rp 127.800, Kelas II sebesar Rp 93.150, dan untuk kelas III sebesar Rp 69.300. Sedangkan tarif rawat inap yang telah ditentukan RSUD Jailolo tahun 2015 untuk kelas VIP sebesar Rp 200.000, untuk kelas 1 sebesar Rp 95.000, untuk kelas II sebesar Rp 75.000, dan untuk kelas III sebesar Rp 50.000.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada harga pokok tarif rawat inap RSUD Jailolo mengunakan metode activity based costing dengan tarif

rawat inap yang telah ditentukan RSUD Jailolo yang ditunjukkan dengan besarnya nilai t hitung = 7.094 lebih besar dari nilai t tabel = 3,18 dan didasarkan pada nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari 0,05.

3. Rumah sakit dapat mengambil manfaat dari kemungkinan diimplementasikannya sistem

Activity Based Costing (ABC)

dimana rumah sakit memiliki kemungkinan kerugian dan ketidak seimbangan antara pembiayaan dan pendapatan, jika tidak melakukan pembaharuan tarif. Dilihat dari

berbagai karakteristik

keanekaragaman atau diversitas yang sangat besar pada produk-produk yang dihasilkan, proses produksinya, keuntungan dan manfaat sistem Activity Based Costing (ABC), kondisi persaingan yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Daerah Jailolo memungkinkan dapat diterapkannya sistem Activity Based Costing (ABC).

SARAN

Saran yang diberikan berdasarkan hasil perhitungan harga pokok rawat inap menggunakan metode activity based costin untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit dan menghadapi ketatnya

(15)

69 persaingan dari usaha sejenis adalah sebagai berikut:

1. RSUD Jailolo perlu meninjau kembali metode penetapan tarifnya dengan mencoba menerapkan sistem perhitungan biaya metode activity

based costing sebagai metode

penetapan tarif jasa rawat inap agar mampu menghasilkan tarif yang lebih tepat.

2. Tarif yang telah ditetapkan oleh RSUD Jaoilolo mempunyai selisih yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan harga pokoknya. Sebaiknya menaikkan tarif rawat inap pada kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3.

3. Dengan menggunakan metode baru (ABC) dan menaikkan tarif rawat inap pada masing-masing kelas diharapakan akan meningkatkan pendapatan, karena pendapatan dari jasa rawat inap merupakan pendapatan terbesar sebuah rumah sakit yang merupakan factor penentu keberlangsungan sebuah organisasi rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Gabriela. 2012. Penerapan Activity Based Costing Pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah di Makassar. Tesis, Makasar : Universitas Hasanuddin.

Garrison dan Noreen. 2006. Akuntansi Manajerial Buku I Terjemahan A. Totok Budi Santoso, S.E.Akt. Jakarta : Salemba Empat.

Halim, A. 2003. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Hansen, D. R dan M.M, Mowen 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi ketujuh. Jakarta:Salemba Empat.

Prawironegoro, D dan A, Purwanti. 2009. Akuntasi Manajemen, edisi ketiga, Jakarta Penerbit Mitra Wacana Media.

Rudianto, 2013. Akuntansi Manajemen, Jakarta: Penerbit Erlangga. Shander, A. 2010.Activity Based Costs

Of Blood Transfusions In

Surgical Satiens At Hospital. New Jersey USA.

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut, Jawaher menjelaskan bahwa apabila semua bentuk kerjasama itu dan dilakukan secara intens maka diharapkan anak-anak tunagrahita mampu secara perlahan

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan bagi perusahaan untuk menjalankan perusahaannya secara berkelanjutan, yang salah satunya adalah dengan

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat

Pengujian kedua menggunakan turbin aliran silang dengan busur sudu 74 o dan jumlah sudu 24 yang dibuat dari pipa dibelah, runner yang digunakan ini adalah runner yang dibuat

Pada Tabel 3 terlihat bahwa ransum yang tertampung dalam tempat minum untuk bentuk tempat pakan yang relatif letaknya jauh dari tempat minum dengan jenis rasum kering (Tipe I vs

 Premium  Solar  Pertamax  Pertamax Plus  Bio Pertamax Banyaknya kandungan CO yang dihasilkan dari tiap jenis kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang digunakan

1 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif dan alumni di jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Antasari Banjarmasin angkatan

15 AMRI SHABIRIN FMIPA Pendidikan Biologi 16 Ananda Aprilia FMIPA Pendidikan Fisika 17 Andi Kurnia FMIPA Pendidikan Matematika 18 andi tri hermawan FT pendidikan