• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian. yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian. yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pembelajaran

Dalam penelitian ini, pembelajaran matematika dilaksanakan di dua kelas yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas kontrol. Materi yang digunakan yaitu materi kubus dan balok. Pada kelas eksperimen materi diajarkan dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Sedangkan pada kelas kontrol materi diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori. Jadwal pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 1.1 halaman 89.

a. Pelakasanaan pembelajaran kelas eksperimen

Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen melalui tiga tahap. Pada tahap yang pertama, siswa diberikan tes (pretest) untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep awal siswa mengenai materi kubus dan balok. Pemberian tes ini dilakukan sebelum siswa diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Pada tahap yang kedua, dilaksanakan pembelajaran materi kubus dan balok dengan menggunakan metode penemuan terbimbing sesuai dengan RPP yang telah dirancang. Pembelajaran dilaksanakan selama delapan jam pelajaran atau empat kali pertemuan. Setelah materi selesai diberikan, tahap terakhir adalah siswa diberi tes (posttest) untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep akhir siswa.

Pada pertemuan pertama dilaksanakan pretest. Seluruh siswa sebanyak 32 orang mengikuti pretest di ruang aula karena seluruh ruang kelas VIII sedang

(2)

dipakai untuk kegiatan try out kelas IX. Walaupun dilaksanakan di ruang aula, kegiatan tetap berjalan dengan kondusif. Pada pertemuan selanjutnya yaitu dilaksanakan pembelajaran dengan materi unsur-unsur kubus. Namun ada sedikit kendala saat pelaksanaanya, jam pelajaran yang seharusnya 80 menit hanya tersisa 60 menit karena sebelum pelajaran dilaksanakan acara bersih-bersih lingkungan sekolah. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran tidak selesai. Pertemuan ketiga dilaksanakan dengan diberikan materi unsur-unsur balok. Pertemuan pada hari itu melanjutkan materi yang belum selesai pada pertemuan sebelumnya. Pada pelaksanaannya, materi unsur-unsur balok tetap selesai sesuai yang telah direncanakan. Pada pertemuan selanjutnya diajarkan materi jaring-jaring kubus dan balok dan pada pertemuan keempat diajarkan materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Pertemuan terakhir dilaksanakan posttest. Seluruh siswa sebanyak 32 orang mengikuti posttest dengan kondusif.

Pada setiap pembelajaran, kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa bersama. Selanjutnya melakukan presensi untuk mengecek kehadiran siswa. Setelah mengecek kehadiran siswa, kegiatan selanjutnya yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, materi yang akan dipelajari, dan materi prasyarat. Siswa diberikan motivasi tentang materi yang akan dipelajari. Setelah itu, siswa diminta untuk membentuk kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan empat orang. Masing-masing siswa diberikan LKS yang telah dirancang menggunakan metode penemuan terbimbing, seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Pada setiap pertemuan, LKS yang diberikan sesuai dengan materi yang akan dipelajari. LKS dibuat menggunakan metode penemuan terbimbing

(3)

sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi siswa dalam belajar materi kubus dan balok. Di dalam LKS disusun berbagai pertanyaan yang membimbing siswa untuk menemukan sendiri konsep kubus dan balok. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat memahami konsep materi kubus dan balok dan pengetahuan siswa tentang konsep kubus dan balok akan selalu diingat karena siswa menemukan sendiri konsepnya. Sebelum mengerjakan LKS, siswa diberikan informasi bahwa LKS akan menjadi perangkat belajar pemahaman konsep mengenai materi kubus dan balok. Setelah itu, dibacakan petunjuk pengerjaan LKS.

Siswa diminta untuk mengerjakan permasalahan di LKS secara berdiskusi dengan anggota kelompoknya, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. Hal tersebut bertujuan agar siswa terbiasa untuk menyampaikan ide-ide mereka. Siswa dibimbing selama mengerjakan LKS, pekerjaan siswa dimonitor dan siswa difasilitasi apabila ada kesulitan dalam mengerjakan LKS, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya apabila terdapat hal yang belum dipahami atau siswa mengalami kesulitan. Siswa tidak serta merta diberikan jawaban atas pertanyaannya namun diberikan petunjuk yang mengarahkan siswa menemukan jawabannya.

Gambar 1. Siswa menerima LKS Gambar 2. Siswa dibimbing mengerjakan LKS

(4)

Siswa diberikan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari mengenai konsep kubus dan balok, misalnya contoh benda berbentuk kubus dan balok, penerapan jaring-jaring, luas permukaan, dan volume kubus dan balok (tahap simulation). Siswa juga diminta untuk memberi contoh lain penerapan konsep kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari. Siswa antusias menyebutkan contoh benda – benda berbentuk balok, misalnya almari, kotak kardus makanan, dan lain sebagainya. Tujuan kegiatan ini adalah agar siswa memahami keterkaitan antara materi unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan, dan volume kubus dan balok serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa terlebih dahulu membaca bagian pendahuluan di LKS yaitu permasalahan yang berkaitan dengan materi unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan, dan volume kubus dan balok. Setelah itu siswa menjawab pertanyaan pada kolom hipotesis tentang apa yang mereka ketahui mengenai unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan, dan volume kubus dan balok (tahap problem statement). Siswa bebas menjawab sepengetahuan mereka. Dengan menjawab pertanyaan itu, pada akhirnya akan dilihat apakah hipotesis yang ditulis siswa sesuai dengan informasi yang diperoleh siswa. Selanjutnya, siswa menjawab berbagai pertanyaan yang membimbing siswa menemukan konsep kubus dan balok. Di LKS telah disajikan gambar kubus dan balok untuk mempermudah siswa dalam mengumpulkan informasi. Agar siswa menemukan konsepnya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam LKS memuat konsep yang belum sempurna. Dengan hal itu, siswa akan melengkapi konsep yang belum sempurna. Misalnya, pertanyaan yang diajukan adalah “pada kubus ABCD.EFGH, salah satu

(5)

sisi kubus adalah ABCD. Coba sebutkan sisi-sisi lain pada kubus ABCD.EFGH di

atas “! Siswa menuliskan sisi-sisi lain pada kubus selain yang telah disebutkan.

Selain itu, siswa mengembangkan berdasarkan informasi yang telah mereka dapatkan melalui suatu pernyataan. Misalnya pertanyaan yang diajukan adalah

coba perhatikan jaring-jaring kubus yang telah engkau buat. Jika panjang rusuk

kubus tersebut adalah s , maka berapa luas tiap sisi kubus” ? Pertanyaan tersebut

membimbing siswa untuk menjawab bahwa luas sisi kubus adalah s2 karena sisi kubus berbentuk persegi. Dalam mengembangkan informasi, siswa tidak hanya berdasarkan suatu pernyataan tetapi juga melalui pengamatan gambar. Contohnya adalah di LKS diberikan gambar ilustrasi volume kubus yang tersusun dari kubus satuan. Siswa diberi pertanyaan, “Berapa banyak kubus satuan pada alas kubus

itu ? ( Alas kubus menyatakan lapisan pertama kubus )”. Pertanyaan tersebut

membimbing siswa untuk mengamati gambar dan menemukan jawabannya. Pada kegiatan ini, siswa tidak hanya bekerja sama dalam menjawab pertanyaan yang ada di LKS namun siswa juga bekerja sama dalam praktik yaitu menemukan jaring-jaring balok atau kubus dengan menggunakan kardus bekas. Siswa diminta untuk membawa alat praktikum yaitu kardus bekas, spidol, penggaris, dan gunting. Siswa belajar menemukan jaring-jaring balok atau kubus dengan menggunting beberapa lipatan kardus yang kemudian direbahkan sehingga menjadi berbagai bentuk jaring-jaring balok atau kubus, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4 (tahap data collecting dan data processing).

(6)

Setelah semua pertanyaan dijawab secara urut, kemudian siswa melakukan pengecekan apakah pengetahuan yang telah diperoleh sesuai dengan hipotesis yang telah dituliskan (tahap verification). Hal ini untuk meyakinkan pengetahuan siswa tentang konsep unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan, dan volume kubus dan balok yang telah mereka dapat. Setelah pada tahap verifikasi, dengan bimbingan peneliti, siswa membuat kesimpulan mengenai konsep unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan, dan volume kubus dan balok yang telah mereka temukan (tahap generalization).

Kegiatan presentasi dilakukan setelah siswa menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS. Presentasi bertujuan agar siswa berani menyampaikan hasil

Gambar 3. Siswa mengerjakan soal di LKS

Gambar 4. Jaring-jaring balok hasil temuan siswa

Gambar 5. Siswa mempresentasikan unsur-unsur balok

Gambar 6. Siswa mempresentasikan volume kubus

(7)

temuannya dan sebagai sarana untuk membandingkan dengan hasil temuan kelompok lain. Gambar 5 dan gambar 6 menunjukkan bahwa siswa sedang mempresentasikan unsur-unsur balok dan volume kubus. Pada pelaksanaanya hasil temuan antar kelompok adalah sama, hanya berbeda dalam konteks bahasa.

Siswa mencoba mengerjakan latihan soal yang telah disajikan di LKS. Secara bergantian, siswa diminta untuk mengerjakan hasil pekerjaannya di papan tulis. Kemudian secara bersama-sama mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Setelah kegiatan inti selesai, siswa diberi informasi terkait materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan meminta siswa untuk membawa barang-barang yang mungkin dibutuhkan pada pertemuan selanjutnya.

Secara keseluruhan, pembelajaran matematika pada kelas eksperimen telah berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada kelas eksperimen mencapai 100% dan dapat dikategorikan sangat tinggi. Rekap penilaian keterlaksanaan pembelajaran kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 2.10 pada halaman 275-277. Hasil pekerjaan LKS dari siswa dapat dilihat pada lampiran 2.4 halaman 208-247.

b. Pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol

Pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol melalui tiga tahap. Pada tahap yang pertama, siswa diberikan tes (pretest) untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep awal siswa mengenai materi kubus dan balok. Pemberian tes ini dilakukan sebelum siswa diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori. Pada tahap yang kedua, dilaksanakan pembelajaran materi

(8)

kubus dan balok dengan menggunakan metode ekspositori sesuai dengan RPP yang telah dirancang. Pembelajaran dilaksanakan selama delapan jam pelajaran atau empat kali pertemuan. Setelah materi selesai diberikan, tahap terakhir adalah siswa diberi tes (posttest) untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep akhir siswa.

Pada pertemuan pertama dilaksanakan pretest. Seluruh siswa sebanyak 32 orang mengikuti pretest di serambi mushola. Pada saat itu seluruh ruang kelas VIII sedang digunakan untuk kegiatan try out kelas IX. Pada pertemuan selanjutnya dilaksanakan pembelajaran dengan materi unsur-unsur kubus. Pertemuan ketiga dilaksanakan dengan diberikan materi unsur-unsur balok. Pada pertemuan selanjutnya diajarkan materi jaring-jaring kubus dan balok dan pada pertemuan keempat diajarkan materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Pertemuan terakhir dilaksanakan posttest. Seluruh siswa sebanyak 32 orang mengikuti posttest dengan kondusif.

Pada setiap pembelajaran, kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa bersama. Selanjutnya melakukan presensi untuk mengecek kehadiran siswa. Setelah mengecek kehadiran siswa, kegiatan selanjutnya yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, materi yang akan dipelajari, dan materi prasyarat (tahap persiapan). Siswa diberikan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan, dan volume kubus dan balok. Siswa juga diminta untuk memberi contoh benda-benda atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari mengenai konsep unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan, dan volume kubus dan balok.

(9)

Guru menyampaikan materi dan mencatat di papan tulis mengenai materi kubus dan balok mulai dari mengenal unsur-unsur kubus, unsur-unsur balok, jaring-jaring kubus dan balok, luas permukaan kubus dan balok, dan volume kubus dan balok (tahap penyajian). Proses penyampaian materi tidak hanya dengan mencatat di papan tulis, melainkan juga dengan menggunakan alat peraga yaitu model kubus, model balok, dan jaring-jaring kubus dan balok. Karena proses penyampaian materi dengan ceramah, hal ini berdampak pada siswa. Sebagian siswa tidak memperhatikan dan membuat gaduh. Guru beberapa kali memperingatkan siswa agar kondusif. Agar kembali fokus, terkadang peneliti mengalihkan perhatian siswa yang tidak fokus dengan memanggil namanya dan memberikan pertanyaan terkait materi.

Setelah materi disampaikan, siswa diberi kesempatan untuk mencatat materi dan rumus-rumus yang telah guru tuliskan di papan tulis. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya apabila terdapat hal-hal yang belum dipahami. Selain itu, siswa diberikan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman materi siswa (tahap korelasi).

Setelah siswa selesai mencatat, siswa dibimbing untuk menyimpulkan konsep unsur-unsur, jaring-jaring, luas permukaan, dan volume kubus dan balok yang telah dipelajari (tahap menyimpulkan). Untuk lebih memperdalam pemahaman materi, siswa diberi latihan soal. Siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal dengan berdiskusi dengan teman sebangkunya dan setelah itu diminta untuk menuliskan hasil pekerjaanya di papan tulis. Hasil pekerjaan yang telah dituliskan di papan tulis kemudian dikoreksi secara bersama-sama. Pada akhir

(10)

pembelajaran, siswa diberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan berdoa bersama-sama.

Secara keseluruhan, pembelajaran matematika pada kelas kontrol telah berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan metode ekspositori pada kelas kontrol mencapai 100% dan dapat dikategorikan sangat tinggi. Rekap penilaian keterlaksanaan pembelajaran kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 2.12 halaman 285-286.

2. Deskripsi Data

Data hasil tes kemampuan pemahaman konsep terdiri dari dua macam yaitu

pretest dan posttest. Hasil pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

dilihat pada lampiran 3.1 dan 3.3 halaman 288 dan 290. Sedangkan hasil posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 3.2 dan 3.4 halaman 289 dan 291. Data hasil pretest dan posttest kemampuan pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada tabel 7.

Tabel 7.Data hasil pretest dan posttest kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol

Skor Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest

Jumlah siswa (n) 32 32 32 32 Skor tertinggi 80 100 73 100 Skor terendah 17 67 13 40 Skor rata-rata 49,9 83,23 46,46 76,15 Varians 223,29 99,27 227,91 192,9 Simpangan baku 14,94 9,96 15,1 13,89 61

(11)

Rangkuman persentase ketercapaian kemampuan pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel 8 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.5 halaman 292.

Tabel 8. Persentase ketercapaian kemampuan pemahaman konsep No

Indikator Kelas

eksperimen

Kelas kontrol

1 Menyatakan ulang sebuah konsep 86,46 % 57,29 %

2 Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu

sesuai dengan konsepnya 95,05 % 87,50 %

3 Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu

konsep 94,80 % 92,71 %

4 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi 86,46 % 83,85 %

5 Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari

suatu konsep 95,83 % 72,91 %

6 Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih

prosedur atau operasi tertentu 76,23 % 78,07 %

7 Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam

pemecahan masalah 55,80 % 66,52 %

Total 84,38 % 76,99 %

3. Analisis Data

Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi prasyarat analisis. Uji prasyarat terdiri dari dua macam, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas ragam.

(12)

a. Analisis sebelum diberi perlakuan 1) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Sampel yang dipakai yaitu skor

pretest. Berikut ini adalah pengujian normalitas dengan bantuan software SPSS

21.

a) Perumusan hipotesis statistik

Pada kelas eksperimen, yaitu sebagai berikut.

H0 : Sampel kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Sampel kelas eksperimen tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Pada kelas kontrol, yaitu sebagai berikut.

H0 : Sampelkelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Sampel kelas kontrol tidak berasal dari populasi yang berdistribusi

normal.

b) Statistik uji : Uji Kolmogorov-Smirnov c) Taraf signifikasnsi : α = 0,05

d) Kriteria keputusan

Kriteria keputusan diambil jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05, maka H0ditolak.

(13)

e) Perhitungan

Rangkuman hasil uji normalitas untuk pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 9 dan tabel 10. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.1 halaman 294.

Tabel 9. Hasil uji normalitas untuk pretest kelas eksperimen

Tabel 10. Hasil uji normalitas untuk pretest kelas kontrol

(14)

f) Keputusan

Menurut kriteria keputusan jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05, maka H0 ditolak. Pada tabel 9, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,799. Nilai tersebut lebih dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu α = 0,05. Oleh karena itu, keputusan yang diambil adalah H0 diterima dan disimpulkan bahwa sampel kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada tabel 10, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,836. Nilai tersebut lebih dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu α = 0,05. Oleh karena itu, keputusan yang diambil adalah H0 diterima dan disimpulkan bahwa sampel kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2) Uji homogenitas ragam

Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji homogenitas ragam untuk pretest. Uji homogenitas ragam bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varian yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varian yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Berikut ini adalah langkah-langkah pengujian homogenitas ragam dengan bantuan

software SPSS 21.

a) Perumusan hipotesis statistik H0 :

σ

𝐸𝐸P 2 =

σ

𝐾𝐾P 2

: Tidak terdapat perbedaan ragam kemampuan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen dan kontrol (homogen).

H1 :

σ

𝐸𝐸P

2

σ

𝐾𝐾P

2

: Terdapat perbedaan ragam kemampuan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen dan kontrol

(15)

(tidak homogen). b) Statistik uji : Uji One-Way ANOVA c) Taraf signifikasnsi : α = 0,05 d) Kriteria keputusan

Kriteria keputusan diambil jika pada nilai Sig. dari Levene Statistic pada tabel Test of Homogenity of Variances kurang dari α = 0,05 , maka H0 ditolak.

e) Perhitungan

Rangkuman hasil uji homogenitas ragam untuk pretest dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.2 halaman 296.

Tabel 11. Hasil uji homogenitas ragam untuk pretest

f) Keputusan

Menurut kriteria keputusan jika nilai Sig. kurang dari α = 0,05, maka H0 ditolak. Pada tabel 11, nilai Sig. sebesar 0,943. Nilai tersebut lebih dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu α = 0,05. Oleh karena itu, keputusan yang diambil adalah H0 diterima dan disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan ragam data hasil kemampuan pemahaman konsep pretest siswa antara kelas eksperimen dan kontrol (homogen).

(16)

b. Analisis setelah diberi perlakuan 1) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Sampel yang dipakai yaitu skor

posttest. Berikut ini adalah pengujian normalitas dengan bantuan software SPSS

21.

a) Perumusan hipotesis statistik

Pada kelas eksperimen, yaitu sebagai berikut.

H0 : Sampel kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Sampel kelas eksperimen tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Pada kelas kontrol, yaitu sebagai berikut.

H0 : Sampel kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Sampel kelas kontrol tidak berasal dari populasi yang berdistribusi

normal.

b) Statistik uji : Uji Kolmogorov-Smirnov c) Taraf signifikasnsi : α = 0,05

d) Kriteria keputusan

Kriteria keputusan diambil jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05, maka H0ditolak.

(17)

e) Perhitungan

Rangkuman hasil uji normalitas untuk posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 12 dan tabel 13. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.1 halaman 295.

Tabel 12. Hasil uji normalitas untuk posttest kelas eksperimen

Tabel 13. Hasil uji normalitas untuk posttest kelas kontrol

(18)

f) Keputusan

Menurut kriteria keputusan jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05, maka H0 ditolak. Pada tabel 12, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,862. Nilai tersebut lebih dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu α = 0,05. Oleh karena itu, keputusan yang diambil adalah H0 diterima dan disimpulkan bahwa sampel kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada tabel 13, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,650. Nilai tersebut lebih dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu α = 0,05. Oleh karena itu, keputusan yang diambil adalah H0 diterima dan disimpulkan bahwa sampel kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2) Uji homogenitas ragam

Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji homogenitas ragam untuk posttest. Uji homogenitas ragam bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai ragam yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai ragam yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Berikut ini adalah langkah-langkah pengujian homogenitas ragam dengan bantuan

software SPSS 21.

a) Perumusan hipotesis statistik H0 :

σ

𝐸𝐸P

2

=

σ

𝐾𝐾P

2

: Tidak terdapat perbedaan ragam kemampuan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen dan kontrol (homogen).

H1 :

σ

𝐸𝐸P

2

σ

𝐾𝐾P

2

: Terdapat perbedaan ragam kemampuan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen dan kontrol

(19)

(tidak homogen). b) Statistik uji : Uji One-Way ANOVA c) Taraf signifikasnsi : α = 0,05 d) Kriteria keputusan

Kriteria keputusan diambil jika pada nilai Sig. dari Levene Statistic pada tabel Test of Homogenity of Variances kurang dari α = 0,05 , maka H0 ditolak.

e) Perhitungan

Rangkuman hasil uji homogenitas ragam untuk posttest dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.2 halaman 296.

Tabel 14. Hasil uji homogenitas ragam untuk posttest

f) Keputusan

Menurut kriteria keputusan jika nilai Sig. kurang dari α = 0,05, maka H0 ditolak. Pada tabel 14, nilai Sig. sebesar 0,164. Nilai tersebut lebih dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu α = 0,05. Oleh karena itu, keputusan yang diambil adalah H0 diterima dan disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan ragam data hasil kemampuan pemahaman konsep posttest siswa antara kelas eksperimen dan kontrol (homogen).

(20)

c. Uji hipotesis

Hasil dari uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen, sehingga langkah selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hasil uji hipotesis akan dilihat dan diputuskan untuk menentukan keefektifan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dan pembelajaran dengan metode ekspositori terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VIII SMPN 1 Kalasan.

1) Uji hipotesis 1

Hipotesis pertama yang diuji adalah pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Kalasan. Berikut ini adalah langkah-langkah pengujiannya dengan bantuan software SPSS 21.

a) Perumusan hipotesis statistik H0 : µ

𝐸𝐸 ≤ 76,99 : Metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran

matematika tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa.

H1 : µ

𝐸𝐸 > 76,99 : Metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran

matematika efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa.

b) Statistik uji : One sample t-test c) Taraf signifikasnsi : α = 0,05

(21)

d) Kriteria keputusan

Kriteria keputusan diambil jika pada tabel Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05 , maka H0 ditolak.

e) Perhitungan

Rangkuman hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 15di bawah ini dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.3 halaman 297.

Tabel 15. Hasil uji hipotesis 1

f) Keputusan

Menurut kriteria keputusan jika nilai. Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05, maka H0ditolak. Pada tabel 15, nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,001. Nilai tersebut kurang dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu α = 0,05. Oleh karena itu, keputusan yang diambil adalah H0 ditolak dan disimpulkan bahwa metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa.

2) Hipotesis 2

Hipotesis kedua yang diuji adalah pembelajaran dengan metode ekspositori pada materi kubus dan balok efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Kalasan. Berikut ini adalah langkah-langkah pengujiannya dengan bantuan software SPSS 21.

(22)

a) Perumusan hipotesis statistik H0 : µ

𝐾𝐾 ≤ 76,99 : Metode ekspositori dalam pembelajaran matematika tidak

efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa.

H1 : µ

𝐾𝐾 > 76,99 : Metode ekspositori dalam pembelajaran matematika

efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa.

b) Statistik uji : One sample t-test c) Taraf signifikasnsi : α = 0,05 d) Kriteria keputusan

Kriteria keputusan diambil jika pada tabel Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05 , maka H0 ditolak.

e) Perhitungan

Rangkuman hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 16 di bawah ini dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.3 halaman 297.

Tabel 16. Hasil uji hipotesis 2

f) Keputusan

Menurut kriteria keputusan jika nilai. Sig. (2-tailed) kurang dari α = 0,05, maka H0ditolak. Pada tabel 16, nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,715. Nilai tersebut

(23)

lebih dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu α = 0,05. Oleh karena itu, keputusan yang diambil adalah H0 diterima dan disimpulkan bahwa metode ekspositori dalam pembelajaran matematika tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa.

Pada uji hipotesis di atas diperoleh bahwa uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa. Sedangkan, uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa metode ekspositori dalam pembelajaran matematika tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu, dikatakan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode ekspositori dan tidak perlu dilanjutkan pada pengujian hipotesis ketiga.

B. Pembahasan

Rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa dilihat dari hasil pretest

dan posttest siswa. Soal pretest dan posttest disusun berdasarkan

indikator-indikator kemampuan pemahaman konsep. Dari rangkuman data hasil posttest kemampuan pemahaman konsep menunjukkan persentase ketercapaian pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah baik. Pada kelas eksperimen persentase ketercapaian pemahaman konsep berada pada kualifikasi sangat baik yaitu sebesar 84,38 %. Sedangkan pada kelas kontrol persentase ketercapaian pemahaman konsep berada pada kualifikasi baik yaitu sebesar 76,99 %.

(24)

Persentase rata-rata ketercapaian kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen pada indikator 1 yaitu sebesar 86,46 % yang mana lebih baik daripada kelas kontrol yaitu sebesar 57,29 %. Hal ini berarti dalam menyatakan ulang sebuah konsep, siswa pada kelas eksperimen dapat dikategorikan sangat baik karena dalam prosesnya siswa menemukan konsep sendiri. Sedangkan dalam menyatakan ulang sebuah konsep, siswa pada kelas kontrol dapat dikategorikan cukup karena pada prosesnya siswa tidak menemukan konsep sendiri tetapi langsung dikenalkan tentang suatu konsep. Persentase rata-rata ketercapaian kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen pada indikator 2 sebesar 95,05 % dan pada kelas kontrol sebesar 87,50 %. Hal ini berarti dalam mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dikategorikan sangat baik karena siswa sudah mampu memahami suatu objek beserta sifat-sifatnya melalui proses mengamati gambar atau memahami suatu pernyataan. Persentase rata-rata ketercapaian kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen pada indikator 3 sebesar 94,80 % dan pada kelas kontrol sebesar 92,71 %. Hal ini berarti dalam memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dikategorikan sangat baik karena siswa sudah mampu membedakan mana yang merupakan suatu contoh dan mana yang bukan merupakan suatu contoh dari suatu konsep.

Persentase rata-rata ketercapaian kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen pada indikator 4 sebesar 86,46 % dan pada kelas kontrol sebesar 83,85 %. Walaupun persentase kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol,

(25)

namun hal ini menunjukkan bahwa dalam menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi, siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dikategorikan sangat baik. Siswa mampu memahami suatu konsep yang disajikan dalam soal terapan. Persentase rata-rata ketercapaian kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen pada indikator 5 sebesar 95,83 % dan pada kelas kontrol sebesar 72,91 %. Persentase kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol dan dikategorikan sangat baik karena siswa mampu dalam mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep. Menurut Hoffer dalam Muhassanah, Sujadi, & Riyadi (2014) salah satu keterampilan siswa dalam belajar geometri adalah keterampilan logika. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa siswa pada kelas eksperimen mampu menggunakan logika berpikirnya untuk memahami soal-soal yang tersusun secara implikasi. Persentase ketercapaian indikator 5 pada kelas kontrol pada kategori cukup. Siswa pada kelas kontrol belum menggunakan logika berpikirnya secara maksimal. Persentase rata-rata ketercapaian kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen pada indikator 6 sebesar 76,24 % dan pada kelas kontrol sebesar 78,07 %. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mahir dalam menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu. Persentase kedua kelas dikualifikasikan pada kategori baik. Namun, persentase kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini dapat dikarenakan siswa kelas kontrol lebih mahir dalam menggunakan suatu prosedur atau operasi tertentu daripada siswa kelas eksperimen. Persentase rata-rata ketercapaian kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen pada indikator 7 yaitu dalam mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah

(26)

sebesar 55,80 % dan pada kelas kontrol sebesar 66,52 %. Persentase ketercapaian kedua kelas tersebut dapat dikategorikan cukup, namun kelas eksperimen memiliki persentase ketercapaian yang lebih rendah daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa pada kelas eksperimen yang cenderung mengerjakan soal secara tidak terstruktur. Sebagian besar siswa tidak menganalisis informasi dan maksud dari sautu soal, namun langsung pada proses operasi pengerjaannya saja. Walaupun operasinya benar, akan tetapi siswa belum memperoleh skor maksimal karena hal tersebut.

Pada pengujian hipotesis, hipotesis pertama yang diuji adalah pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Kalasan. Penentuan keefektifan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok terhadap pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Kalasan mengacu pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh SMPN 1 Kalasan, yaitu sebesar 77. Dari hasil pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 0,05, diperoleh bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,001. Kriteria keputusan bahwa H0 ditolak apabila nilai Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05. Oleh karena itu, pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Kalasan. Keefektifan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Kalasan juga terlihat dari persentase ketercapaian pemahaman konsep yaitu sebesar 84,38 % yang dikategorikan sangat baik.

(27)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ismi Vita Mutahiria, Caswita, dan Arnelis Djalil tahun 2014 yang menunjukkan bahwa penerapan metode penemuan terbimbing efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 10 Bandarlampung. Hal tersebut disebabkan karena dalam metode ini siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari, sehingga konsep, prinsip dan prosedur yang siswa temukan tersebut menjadi benar-benar dipahami oleh siswa. Dalam pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Siswa dibimbing untuk belajar berpikir yang lebih tinggi. Siswa didorong untuk berani menyampaikan ide atau gagasan awal mereka tanpa merasa takut salah. Fokus pembelajaran dengan tingkat yang lebih tinggi berada pada diri siswa sehingga siswa dibebaskan untuk menyelidiki, menerka, mencoba dan menarik kesimpulan dari yang mereka pelajari. Peran guru hanya sebagai fasilitator dalam membantu siswa agar mempergunakan ide atau keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan suatu konsep atau pengetahuan baru. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing mampu membuat ingatan siswa lebih lama karena pengetahuan yang diperoleh berasal dari hasil penemuan mereka sendiri. Hal ini didukung oleh pendapat Marzano (Markaban, 2006, h.16) yang menyatakan bahwa materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

Hipotesis kedua yang diuji adalah pembelajaran dengan metode ekspositori pada materi kubus dan balok efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep

(28)

siswa SMP Negeri 1 Kalasan. Penentuan keefektifan pembelajaran dengan metode ekspositori pada materi kubus dan balok ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Kalasan mengacu pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh SMPN 1 Kalasan, yaitu sebesar 77. Dari hasil pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 0,05, diperoleh bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,715. Kriteria keputusan bahwa H0 ditolak apabila nilai Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05. Karena nilai Sig. (2-tailed) lebih dari taraf signifikansi, maka dikatakan pembelajaran dengan metode ekspositori pada materi kubus dan balok tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Kalasan. Walaupun persentase ketercapaian pemahaman konsep dikategorikan baik yaitu sebesar 76,99 %, namun metode berdasarkan hasil uji metode ekspositori tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa.

Pembelajaran ekspositori menekankan penyampaian materi secara verbal kepada siswa dalam waktu yang relatif cepat. Pemberian materi lebih menekankan siswa untuk menyimak dan mencatat, sehingga siswa akan lebih banyak menghafal rumus atau konsep. Seperti yang diungkapkan oleh Hanani (2012) bahwa materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Hal ini tidak akan bertahan lama dalam memori siswa karena pada metode ekspositori, siswa tidak mongkonstruksikan ide mereka untuk menemukan suatu konsep. Materi yang diberikan memuat rumus atau konsep yang langsung diperkenalkan kepada siswa tanpa merujuk darimana rumus dan konsep tersebut

(29)

didapatkan. Proses pembelajaran ekspositori mengharapkan siswa memahami materi dengan benar dengan mengungkapkan kembali materi yang diberikan, sehingga apa yang diberikan guru itulah yang diterima siswa.

Hipotesis ketiga yaitu pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih efektif dari pada pembelajaran dengan metode ekspositori dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Kalasan. Hipotesis ketiga ini tidak diuji karena sudah dibuktikan dengan hasil hipotesis 1 dan hipotesis 2 bahwa metode penemuan terbimbing efektif dan metode ekspositori tidak efektif. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa metode penemuan terbimbing lebih efektif dari pada pembelajaran dengan metode ekspositori dalam pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 Kalasan. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Siska Kurniawati, Sri Hastuti Noer, dan Haninda Bharata yang menyimpulkan bahwa penerapan discovery learning ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dan kemampuan awal matematika siswa lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional.

Gambar

Gambar 1. Siswa menerima LKS  Gambar 2. Siswa dibimbing  mengerjakan LKS
Gambar 6. Siswa mempresentasikan  volume kubus
Tabel 7. Data hasil pretest dan posttest kemampuan pemahaman konsep  kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 8. Persentase ketercapaian kemampuan pemahaman konsep  No
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa uji t menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap arus kas masa depan, disebabkan karena arus kas

Angka kejadian risiko depresi post- partum pada ibu nifas di RSUD Sleman adalah 36,3%, jenis persalinan berpengaruh secara signifikan terhadap risiko depresi postpartum dengan nilai

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

i2813 tanggai 3S Mei 2013 perihal Fenawaran Pekerjaan Fembangunan Jembatan Box Culvert Desa Makmur RT.03 dengan (nilai penawarnn/pennTrrr#nn terkareksi) sebesar

Peserta didik dapat memberikan contoh benda-benda di sekitar yang bersifat biotik C. Benda-benda yang dijumpai di

Sehubungan dengan pengadaan Jasa Konsultansi paket Pengadaan Jasa Konsultasi Dokumen DED (Detail Engineering Design) Rencana Pembangunan Pelabuhan Tinobu pada Dinas