• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-21 ini karena pariwisata menduduki peringkat ke-4 dalam perolehan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. abad ke-21 ini karena pariwisata menduduki peringkat ke-4 dalam perolehan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke-21 ini karena pariwisata menduduki peringkat ke-4 dalam perolehan devisa negara (Nirwandar, 2014). Berkembangya pariwisata maka dampak yang akan diberikan pariwisata sangat baik seperti peningkatan perolehan

devisa, menambah lapangan kerja dan pemerataan kemakmuran.

Perkembangan pariwisata bukanlah hal yang tiba tiba namun juga dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kemajuan telekomunikasi, transportasi dan industry (Yoeti, 2008:10). Gaya hidup masyarakat dunia yang kini menjadikan perjalanan wisata (traveling) sebagai sarana untuk mempelajari hal baru harus dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai negara tujuan wisata atau tourism destination.

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya pariwisata, baik dari segi pariwisata budaya, pariwisata alam maupun pariwisata minat khusus. Namun dalam perkembanganya kini Indonesia hanya mencapai pada peringkat 70 (Asdhiana 2014) daya saing wisata global, hal ini sangat ironi mengingat melimpahnya sumber daya pariwisata yang dimiliki Indonesia. Pembangunan pariwisata harus memberikan manfaat pada masyarakat sekitar destinasi wisata seperti yang tertuang dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor

(2)

2 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang salah satu tujuan pariwisata adalah untuk meningkatkan kesejahteraaan rakyat.

Candi Borobudur merupakan aset berharga bagi kepariwisataan Indonesia, mengingat popularitasnya yang tinggi dan daya pikat yang kuat untuk mengundang wisatawan mancanegara datang ke Indonesia. Atraksi yang disajikan melalui Candi Borobudur ini bukan hanya sekedar dari bentuk fisik bangunan dan cerita dibalik kemegahanya namun juga ada atraksi lain yang dapat membuat wisatawan tingal lebih lama di Indonesia yaitu melalui pemandangan matahari terbit dipagi hari. Ada berbagai cara untuk dapat menyaksikan matahari terbit Borobudur seperti melalui paket yang disediakan oleh Hotel Manohara, melalui Puncak Suroloyo yang ada di Kabupaten Kulon Progo dan Melalui Punthuk Setumbu yang ada di Desa Karangrejo Kabupaten Magelang.

Desa Karangrejo adalah salah satu desa yang terletak disebelah barat Candi Borobudur. Di desa ini terdapat atraksi menyaksikan pemandangan matahari terbit Borobudur melalui Bukit Setumbu yang oleh warga sekitar pemandangan tersebut diberi nama “Borobudur Nirwana Sunrise” setiap pagi warga Desa Karangrejo disibukan untuk melayani wisatawan yang ingin menyaksikan matahari terbit Borobudur. Wisatawan yang datang tidak hanya wisatwan lokal namun juga wisatawan mancanegara, mereka lebih memilih Desa Karangrejo karena selain harga yang lebih terjangkau dan untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal.

(3)

3 Beberapa wisatawan yang pernah mengunjungi Borobudur Nirwana Sunrise menuliskan kisah kunjungan dan foto-foto mereka melalui blog dilaman internet salah satunya adalah Ardiyanta melalui blognya mengungkapkan rasa puasnya setelah mengunjungi Borobudur Nirwana Sunrise. Awalnya dia mengetahui Borobudur Nirwana Sunrise melalui foto yang diunggah dimedia sosial kemudian tergugah untuk mengunjungi secara langsung lokasi (Ardiyanta, 2014), ada pula Agung melalui forum wisata online membagikan pengalaman berkunjung ke Borobudur Nirwana Sunrse, dia takjub dengan pemandangan yang disajikan terutama pemandangan kabut yang menutupi pepohonan dan rumah warga, dia menambahkan bahwa pemandangan tersebut membuatnya seolah olah berada diatas langit (Agung, 2014), hal ini sangat membatu Borobudur Nirwana Sunrise agar semakin dikenal dikalangan luas.

Dengan dikelolanya aktivitas wisata oleh masyarakat maka masyarakat mendapat kesibukan baru, yaitu untuk merawat dan memelihara sumber daya pariwisata yang dimiliki. Warga sekitar yang merupakan masyarakat suku Jawa dan belum memiliki pengalaman dibidang pelayanan dan pengelolaan wisata namun mereka mampu untuk terus mendatangkan wisatawan dan memberikan pelayanan kepada wisatawan hal ini merupakan temuan yang menarik untuk dikupas.

Lokasi Borobudur Nirwana Sunrise yang berada di desa tentu saja memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda dengan wisatawan yang

(4)

4 berasal dari kota bahkan berasal dari luar negeri. Adanya aktivitas wisata di suatu kawasan tentunya berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan ekonomi warga setempat karena ada interaksi baik secara langsung mupun tidak langsung antara warga sebagai tuan rumah (host)dan wisatawan sebagai tamu (guest).

Borobudur Nirwana Sunrise yang lokasinya berada di Desa Karangrejo memiliki adat dan kebudayaan Jawa serupa dengan daerah dengan adat Jawa lainya yaitu memegang prinsip gotong royong dan ramah. Secara ekonomi jenis pekerjaan yang ada juga bersifat homogen yaitu mayoritas penduduk bekerja dibidang agraria. Dengan adanya aktivitas wisata maka terjadi perubahan secara sosial dan ekonomi, pengelolaan wisata yang dilakukan oleh warga berengaruh pada hubungan kekerabatan dan kepedulian sosial antar warga kemudian muncul aktivitas ekonomi baru yang berkaitan dengan pelaksanaan Borobudur Nirwana Sunrise.

Didalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai pengelolaan Borobudur Nirwana Sunrise beserta dampaknya terhadap sosial dan ekonomi warga setempat, sejauh mana aktivitas ekonomi yang tercipta dengan adanya atraksi ini dan bagaimana pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam penelitian ini Borobudur Nirwana Sunrise selanjunya akan disingkat menjadi BNS.

(5)

5 1.2Rumusan masalah

Dari latar belakang yang telah disampaikan maka dapat ditarik sebuah rumusan malash, berikut ini adalah rumusan masalah :

1. Bagaimana pengelolaan Boroudur Nirwana Sunrise oleh warga masyarakat?

2. Apa dampak pengembangan Borobudur nirwana sunrise terhadap kehidupan sosial dan ekonomi warga masyarakat?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengelolaan Borobudur Nirwana Sunrise oleh

masyarakat setempat.

2. Mengetahui dampak dari aktivitas Borobudur Nirwana Sunrise terhadap sosial dan ekonomi masyarakat setempat.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai pertimbangan pada pemerintah dalam menentukan arah pembangunan, terutama pembangunan di bidang pariwisata dan sebagai bahan acuan pustaka untuk penelitian lain yang memiliki kesamaan metode lokasi atau tujuan.

(6)

6 1.5Tinjauan Pustaka

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang telah dilakuakan. Penelitian tersebut serupa namun memiliki konsep, hasil, dan lokasi yang berbeda.

Penelitian mengenai dampak pariwisata terhadap masyarakat di Tanjung Biran, penelitian ini fokus pada maslah kegiatan pariwisata dan pemanfaatan jasa usaha, dampak sosial ekonomi dan sosial budaya, presepsi wisatawan beserta strategi pengelolaan lingkungan. Hasil dari penelitian tersebut adalah pariwisata di Tanjung Biran mengalami kenaikan di tiap tahunya. Pariwisata mampu memberi peluang usaha dan kesempatan bekerja bagi warga dan warga dapat meminimalisasi dampak negatif dari pariwisata. Wisatawan memiliki presepsi yang baik terhadap aktivitas pariwisata di kawasan Tanjung Biran (Ahmadiarsyah, 2011).

Penelitian lain mengenai dampak sosial budaya interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal di kawasan Sosrowijayan Yogyakarta. Interaksi bervariasi berdasarkan motivasi yang mendorong adanya interaksi. Hal tersebut mengarahkan pada perubahan nilai-nilai sosial dan budaya yang ada di Sosrowijayan yang disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Dampak yang muncul lebih berpengaruh pada kehidupan masyarakat lokal daripada wisatawan. Satu dampak yang mungkin memiliki pengaruh sama adalah transfer budaya yang selanjutnya melahirkan budaya pariwisata yang

(7)

7 mencatut sedikit budaya asing namun masih tetap memperhatikan kaidah norma yang berlaku di Sosrowijayan (Oktaviyanti, 2013).

Pengembangan desa wisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) di Desa Wisata Candirejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang menekankan pada 3 aspek partispasi diantaranya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Hasil dari penelitian tersebut adalah pariwisata dalam bentuk desa wisata memberikan kontribusi terhadap masyarakat lokal melalui kegiatan kegiatan pariwisata yang berorientasi pada alam pedesaan, kegiatan pertanian tradisional dan pelestarian adat kesenian yang ditawarkan kepada wisatawan (Sulaiman, 2012).

Penelitian mengenai dampak sosial kegiatan pariwisata terhadap lingkungan sosial budaya masyarakat di sekitar objek wisata guci Kabupaten Tegal dengan fokus penelitian mengenai dampak pariwisata terhadap

lingkungan budaya sekitar beserta kebijakan pmerintah terhadap

pengembangan objek wisata. Penelitian tersebut memaparkan upaya

pengendalian dampak negatif muncul sebagai akibat adanya kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh Pemda melalu proses penertiban perizinan dan

pemberlakuan undang-undang (Azizah, 2003)

.

1.6Landasan Teori

Pemberdayaan masyarakat dalam pariwisata diperlukan untuk keberlanjutan pariwisata pada kawasan tersebut, karena tanpa adanya

(8)

8 masyarakat yang dilibatkan maka sejatinya tujuan pariwisata belum tercapai. Adapun konsep pariwisata berbasis masyarakat atau community based tourism

(CBT) adalah pariwisata yang menyadari kelangsungan budaya, sosial, dan lingkungan. Bentuk wisata ini dikelola dan dimiliki oleh masyarakat untuk masyarakat guna membantu para wisatawan untuk meningkatkan kesadaran mereka dan belajar tentang masyarakat dan tata cara hidup masyarakat lokal (Hadiwijoyo, 2012:71). Adapun Albeit Western Perspectife menyebutkan ada 3 prinsip dalam strategi perencanaan pembangunan pariwisata yang berbasis masyarakat (Sunaryo, 2013:140) yaitu:

1. Masyarakat ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Masyarakat lokal mendapat kepastian menerima manfaat dari kegiatan kepariwisataan.

3. Masyarakat lokal mendapat pendidikan kepariwisataan.

Manajemen dalam suatu destinasi diperlukan untuk mengatur dan mengelola destinasi sehingga kegiatan pariwisata dapat berjalan dengan baik serta terarah. Destinasi yang memiliki manajemen yang baik akan mampu meningkatkan kedatangan wisatawan dan menjaga atraksi wisata dengan baik

Dampak sosial yang dialami masyarakat memiliki tingakatan yang berbeda. Irritation Index membagi dampak sosial pada masyarakat terbagi dalam empat level. Pertama adalah euforia (Euphoria) masyarakat setempat terkesima terhadap pemangunan pariwisata di lingkungan mereka, fase

(9)

9 pemikiran yang ada adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya, hubungan antara host - guest terbatas pada transaksi yang mereka lakukan, kemudian tergangu (Annoyance) penduduk khawatir pada pariwisata dan tercapai titik kejenuhan puncaknya adalah fase antagonis (Antagonism) pada kondisi ini kejengkelan terhadap aktivitas pariwisata diutarakan secara terbuka (Doxey, 1975 dalam Diarta dan Pitana:209).

Kemudian penelitian menurut WTO 1980 (dalam Diarta dan Pitana 2009:200) pariwisata dapat menimbulkan 3 dampak bagi kondisi sosial yang dirasakan oleh komunitas, yang diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Diferensiasi struktur sosial

Kegiatan pariwisata di suatu kawasan akan menyebabkan diferensiasi struktur sosial, diferensiasi struktur sosial dibagi menjadi dua yaitu positif dan negatif. Diferensiasi sosial yang bersifat positif diantaranya adalah transisi dan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor jasa termasuk pariwisata, moderenisasi sektor pertanian, berkembangnya industri kerajinan, penurunan jurang pemisah diantara tingkat pendapatan persamaan kesempatan memperoleh pendidikan antar strata sosial.

Untuk diferensisasi sosial yang bersifat negatif adalah polarisasi antar penduduk karena proposi pendapatan yang tidak seimbang antar kelompok masyarakat, transformasi dari pertanian ke pariwisata hanya menguntungkan orang-orang tertentu saja,

(10)

10 hanya membuat kaya golongan tertentu saja yang menyebabkan kesenjangan ekonomi tinggi. Mudahnya mendapatkan uang tanpa memerlukan keahlian dan pendidikan yang memadai menyebabkan daya juang masyarakat menjadi menurun sehingga lambat laun masyarakat menganggap pendidikan tidak lagi penting.

2. Moderenisasi Keluarga

Didapatnya status baru untuk perempuan dalam keluarga petani tradisional, perempuan mempunyai kesempatan sama untuk memperoleh pekerjaan dibidang pariwisata, hal tersebut dapat mendorong cara pandang anggota keluarga lain dalam keluarga menjadi lebih maju. Perempuan akan lebih dihargai, akibat selanjutnya berupa pandangan dan standar yang lebih liberal yang diterapkan pada anak anaknya, terutama pada anak perempuan.

Sisi negatifnya adalah memicu ketidak utuhan rumah tangga. Misalnya keterlibatan perempuan dalam industri pariwisata yang menyita banyak waktu membuat waktu untuk keluarga menjadi berkurang. Hal lainnya adalah timbul pergaulan bebas akibat semakin permisifnya sikap masyarakat terhadap pola pergaulan.

3. Memperluas wawasan dan cara pandang masyarakat terhadap

dunia luar.

Dari sisi positifnya, datangnya wisatawan dapat menyebabkan perilaku (attitude) masyarakat berubah dikarenakan perubahan

(11)

11 cara pandang terhadap wisatawan. Masyarakat tidak lagi berprasangka negatif sebelum mengenal secara baik siapa wisatawan yang datang ke daerahnya. Streotipe tentang wisatawan asing akan digantikan oleh perasaan saling pengertian, dan memahami perbedaan.

Di sisi negatifnya, sebagai konsekuensi dari interaksi dengan wisatwan maka muncul sikap mental yang berorientasi konsumtif menimbulkan patologi sosial seperti prostitusi penyalahgunaan obat obatan terlarang, ketergantungan alkohol, dan perilaku menyimpang lainya.

Selain dampak dibidang sosial adapun kontribusi pariwisata terhadap perekonomian dapat dilihat sebagai berikut (Leiper, 1990 dalam Diarta dan Pitana, 2009:185)

1. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata.

Pengeluaran wisatawan di negara tempat wisatawan berlibur secara langsung maupun tidak langsung merupakan sumber penghasilan dari berbagai pelaku bisnis pariwisata.

2. Pendapatan pemerintah.

Pemerintah memperoleh pendapatan dari sektor pariwisata dari beberapa cara. Beberapa negara tujuan wisata telah membuktikan sumbangan dari sektor pariwisata terhadap pendapatan pemerintah. Sumbangan terbesar pemerintah berasal dari pengenaan pajak. Sebagai contoh, pajak

(12)

12 pengenaan hotel dan restoran. Sumber lain bisa berupa usaha pariwisata milik pemerintah sendiri. Pemerintah juga mengenakan pajak secara langsung kepada wisatawan.

3. Penyerapan tenaga kerja.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor pariwisata telah banyak menyerap tenaga kerja. Pariwisata merupakan industri yang menjual jasa sebagai bahan utama produksinya, maka dari itu membutuhkan tenaga kerja yang banyak.

4. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal.

Banyaknya wisatawan mendapatkan keuntungan yang cukup besar sehingga suatu fasilitas dapat digratiskan pemanfaatanya bagi masyarakat lokal.

1.7Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah analisi deskriptif dengan harapan hasil penelitian mampu menjelaskan masalah yang ada serta memahami interaksi antara aktivitas wisata dengan masyarakat, karena pada dasarnya penelitian kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk lebih memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitikberatkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji (Sugiyono, 2011:206).

(13)

13 1.7.1. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah mengunjungi langsung Desa Karangrejo dan mengikuti rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat selaku penyedia jasa (provider) dalam atraksi BNS, sehingga diperoleh data mengenai peranan masyarakat dalam pelaksanaan BNS. Atau dengan kata lain observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi karena peneliti turut langsung dalam rangkaian kegiatan yang dilkakukan oleh warga dalam menjamu wisatawan (Sugiyono, 2011:227).

b. Kajian Pustaka

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, yang dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240) untuk mendukung penelitian ini diperlukan data berupa foto lokasi penelitian dan aktivitas warga, data kunjungan wisata, data gambaran umum Desa Karangrejo serta catatan penunjang proses penelitian. Dokumen dalam penelitian ini berupa gambaran umum lokasi penelitian, sejarah terbentuknya destinasi wisata serta struktur organisasi pengelolaan BNS. Data diperoleh dari pihak kedua dalam hal ini pengelola dan pemerintah desa yang bersifat data sekunder.

(14)

14 Wawancara digunakan untuk memperoleh data mengenai Borobudur Nirwana Sunrise. Wawancara dilakukan pada tokoh masyarakat yang memahami sejarah perkembangan BNS dengan tujuan untuk mendapat data runtut mengenai perkembangan BNS. Wawancara juga dilakukan pada pengelola BNS yang memahami sistem pengelolaan BNS, kemudian wawancara dilakukan pada masyarakat untuk mendapatkan data dampak BNS terhadap masyarakat Desa Karangrejo.

1.7.2. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dengan cara mengorganisasikan data berupa hasil wawancara, hasil observasi dan pustaka ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011:244) dalam penelitian ini mengunakan metode analisis deskriptif. Analisis data dilakukan dengan merangkai data-data berupa hasil wawancara, jumlah kunjungan wisatawan, presepsi masyarakat dan gambar yang telah dikumpulkan secara sistematis kemudian dengan berdasarkan data primer dan didukung data sekunder peneliti melakukan analisis terhadap cara pengelolaan Borobudur Nirwana Sunrise serta dampak sosial dan ekonomi pada masarakat. Data yang diperoleh dari

(15)

15 hasil wawancara, observasi, dan pustaka akan diinterpretasikan berdasarkan metode yang sudah ditentukan sehingga menjadi hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2011:253). Temuan dalam penelitian ini berupa deskripsi pola pengelolaan Borobudur Nirwana Sunrise dan manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh warga melalui atraksi BNS.

1.8Sistematika Penulisan

Dalam sebuah penelitian sistematika penulisan digunakan untuk memberikan arah penulisan dan memberikan batasan pembahasan pada tiap bagian.

BAB I : Bab ini menjelaskan skema penelitian, mulai dari latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah dan metode penelitian. Bagian ini digunakan sebagai acuan dan pedoman untuk melaksanakan penelitian.

BAB II : Bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai objek penelitian, mulai dari Kabupaten Magelang hingga desa tempat penelitian yaitu Desa Karangrejo kemudian dijabarkan pula lokasi atraksi wisata Borobudur Nirwana Sunrise.

(16)

16 BAB III: Membahas analisi penelitian mengenai masyarakat Karangrejo yaitu mengenai pengelolaan BNS dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar destinasi.

BAB IV: Berisi kesimpulan yang memaparkan ringkasan hasil penelitian dan berisi saran yang merupakan masukan dari peneliti untuk perembangan atraksi BNS.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya pada hasil penelitian yang telah disajikan pada Tabel 2 mengenai tanggapan tentang kendala pendidik terhadap pembelajaran IPA Terpadu di SMP Swasta

Pada dasarnya pengunjung Restoran Karimata terdiri dari berbagai golongan usia. Namun, responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah responden yang berusia lebih dari 16

Dongkrak harus ditempatkan bersebelahan dengan bantalan, langsung dibawah flens tepat pada plat pengaku badan profil dari gelagar melintang pada ujung bentang rangka. Apabila

Bantuan dengan fasilitas kedit dari LKM yaitu disini letak peran KSP dan unit usaha simpan pinjam bagi UMKM untuk mengatasi kesulitan modal untuk mengembangkan UMKM agar

Batas toleransi kadar Aflatoksin, sebagaimana telah tercantum pada Standar Nasional Indonesia (SNI) Pakan maupun perubahannya, pada Persyaratan Mutu Bahan Baku Pakan dan pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS (PRAKTEK BERPASANGAN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG KOPERASI PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV

Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul “Gambaran Stres Akulturasi Mahasiswa Papua yang Menjalani Perkuliahan di Universitas Sumatera

Adalah user yang menggunakan komputer dengan akses terbatas biasanya via command linux saja bukan grafis, misalkan komputer digunakan untuk Web server, Mysql Server,