• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia masih terpusat di pulau Jawa.Hal tersebut. dikarenakan pusat perekonomian terbesar masih berada di Pulau Jawa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia masih terpusat di pulau Jawa.Hal tersebut. dikarenakan pusat perekonomian terbesar masih berada di Pulau Jawa."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi nasional tidak lepas dari peran serta pada sektor-sektor ekonomi. Pada kuartal I tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 6,02%, lebih rendah dari periode-periode sebelumnya yang mencapai 6,29%. Di Indonesia sendiri pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih terpusat di pulau Jawa.Hal tersebut dikarenakan pusat perekonomian terbesar masih berada di Pulau Jawa. Pertumbuhan ekonomi tersebut juga dibarengi oleh menurunnya tingkat pengangguran dari 9,86% pada tahun 2004 menjadi 5,92% pada bulan Maret 2013.Perlambatan pertumbuhan ini disebebkan oleh rendahnya penyerapan APBN pada kuartal I 2013 yang berada dibawah 10%. Turunnya kinerja neraca perdagangan akibat penurunan harga komoditas dunia juga menjadi penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi kuartal I 2013.Kondisi ini kemudian menyebabkan perubahan asumsi makro yang kemudian diajukan dalam RAPBN-P 2013.

Pendapatan negara dalam RAPBN-P 2013 yang akhirnya disepakati oleh Badan Anggaran DPR dan pemerintah hingga 14 Juni 2013 juga berubah dari pengajuan pemerintah sebelumnya. Dalam postur RAPBN-P 2013 yang disepakati, pendapatan negara ditetapkan sebesar Rp 1.502 triliun, lebih besar dari pengajuan pemerintah sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1.488 triliun. Dengan demikian, dibandingkan dengan

(2)

commit to user

RAPBN-P 2013 yang pertama kali diajukan, DPR berhasil meminta pemerintah menambah penerimaan negara sebesar Rp 13,679 triliun. Selain itu, belanja negara dalam RAPBN-P 2013 disepakati sebesar Rp 1.726,19 triliun.

Gambar 1.1 RAPBN dan APBN 2013

Sumber : Kementerian Keuangan 2013

Gambar 1.1 menunjukkan subsidi energi masih menjadi beban APBD paling besar dengan angka mencapai Rp 23,8 Triliun, disusul dengan belanja pegawai sebesar Rp 20,93 Triliun diikuti dengan belanja barang dan belanja modal masing-masing sebesar Rp 17,39 Triliun dan Rp 15,97 Triliun. Bisa dilihat dari gambar tersebut praktis hanya subsidi energi dan subsidi non energi yang tidak melebihi target RAPBN, sisanya melebihi RAPBN. Penggunaan BBM bersubsidi yang masih tinggi

(3)

commit to user

menyebabkan peningkatan penyerapan APBN dibarengi dengan meningkatnya konsumsi kendaraan bermotor.Penggunaan BBM bersubsidi pada bulan Maret 2013 sudah 6% melewati kuota yang ditetapkan. Diperkirakan kuota BBM akan kembali jebol tahun ini hingga mencapai 48,5 juta kiloliter, padahal dalam APBN 2013 kuota BBM ditetapkan sebesar 46 juta kiloliter. Hal ini menjadi salah satu alasan pemerintah untuk menetapkan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, mengurangi subsidi BBM untuk menciptakan ruang fiskal yang lebih sehat dan terjaga.

Pengelolaan keuangan daerah semakin pesat denganadanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerahberpengaruh terhadap nasib suatu daerah karena daerah tersebut dapat menjadi daerah yang mandiri serta mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan keuangan daerah tersebut. Keuangan daerah merupakan dokumen publik yang berhak diketahui olehmasyarakat.Oleh karena itu masyarakat dapat melihat dan meninjau keuangan daerah di buku tahunan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS).

Penyajian laporan keuangan daerah oleh pemerintah secara garis besar bertujuan untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagaibukti pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan (stewardship) serta

(4)

commit to user

untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional.

Aspek yang penting dari pemerintahan daerah yang harus diatur secara teliti dan rinci adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah.Seperti sudah diketahui, anggaran daerah adalah rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang dalam satu tahun.Anggaran daerah atau anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintahan daerah.Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran daerah digunakan sebagai alat untuk menenetukan besar pendapatan dan pengeluaran, membantu peangambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja dalam kaitan ini, proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran hendaknya difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan aktivitas atau program yang menjadi prioritas dan preferensi daerah yang bersangkutan.

Desentralisasi fiskal sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah membawa perubahan terhadap kemampuan kapasitas fiskal daerah Kabupaten/Kota di Indonesia

(5)

commit to user

termasuk Kabupaten Pati. APBD yang besar bukanlah jaminan bahwa penduduk daerah tersebut akan hidup lebih sejahtera bila dibandingkan dengan penduduk yang hidup pada daerah dengan APBD yang lebih rendah. Struktur belanja daerah akan menentukan kinerja pembangunan daerah.

Tabel 1.1

Pendapatan dan Belanja Daerah di Kabupaten Pati Tahun 2008-2012 (Dalam Rupiah)

Tahun Pendapatan Daerah Belanja Daerah

2012 1.477.993.189.757 1.425.840.271.103 2011 1.229.009.231.288 1.200.081.522.709 2010 1.001.675.112.579 990.687.847.937 2009 929.172.521.485 957.324.511.392 2008 886.283.394.723 900.218.508.870 Sumber: BPS Kabupaten Pati Tahun 2008-2012 (data diolah) Tabel 1.1 menunjukkan adanya peningkatan APBD dari tahun ke tahun. Meskipun APBD cenderung meningkat, namun belum menjamin akan meningkatkan kesejahteraan mansyarakat di Kabupaten Pati. Pendapatan daerah selalu meningkat dari tahun ke tahun,akan tetapi belanja daerah tidak selalu meningkat dari tahun ke tahun serta target yang pemerintah tetapkan meleset dikarenakan beberapa faktor. Namun dari 5 tahun terakhir hanya di tahun 2008 yang APBD mengalami defisit, tahun selanjutnya mengalami surplus. Itu berarti Pemerintah Kabupaten Pati berhasil mencapai target bahkan melakukan penghematan anggaran.

(6)

commit to user

Jumlah APBD Kabupaten Pati sudah termasuk cukup tinggi dibandingkan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah lainnya. Bahkan pada tahun 2012, Kabupaten Pati menempati urutan ke 4 dengan pendapatan daerah tertinggi antar Kabupaten di Jawa Tengah di bawah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Klaten. Bantuan pemerintah pusat mendapat perhatian khusus karena Kabupaten Pati termasuk salah satu Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mendapatkan dana yang cukup besar dari Pemerintah Pusat sehingga berpengaruh besar terhadap jumlah APBD di Kabupaten Pati.

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Struktur APBD di Kabupaten Pati Tahun 2008 - 2012”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusanmasalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pertumbuhan komponen APBD di Kabupaten Pati ?

2. Bagaimana proporsi komponen APBD terhadap APBD di Kabupaten Pati ?

3. Bagaimana kinerja keuangan daerah di Kabupaten Pati ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari peneitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pertumbuhan komponen APBD di Kabupaten Pati

(7)

commit to user

2. Bagaimana proporsi komponen APBD terhadap APBD di Kabupaten Pati.

3. Mengetahui kinerja keuangan daerah di Kabupaten Pati.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori ekonomi yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah serta menambah wawasan pengetahuan mengenai struktur APBD di suatu daerah.

2. Bagi Pemerintah

Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan masukan bagi pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Pati dalam membuat kebijakan dalam mengatasi problematika mengenai keuangan daerah.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.

Gambar

Gambar 1.1   RAPBN dan APBN 2013

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran kooperatif tipe think talk write penggabungan antara kemampuan berfikir, berkomunikasi, dan menulis membuat kreativitas, kepercayaan diri, dan

Judul yang penulis ajukan adalah “ Analisis Perbedaan Tarif Klaim Indonesian Case Base Groups (INA-CBGs) Berdasarkan Kelengkapan Diagnosis Dan Prosedur Medis

Habiskan kebutuhan (permintaan gudang) dari setiap kolom. Pastikan bahwa semua perimintaan pasokan telah terpenuhi. Alogaritma ini cukup dikenal dan masih sering

Siswa dapat merinci yang ditanyakan dari permasalahan yang ada namun kurang tepat Siswa tidak dapat merinci yang ditanyakan dari permasalahan Penghubungan Siswa dapat menentukan

Oleh sebab itu penentuan distribusi dan ukuran partikel dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil dari variasi kecepatan pengadukan dan pelarut yang

Kebijakan emberian informasi & edukasi Ada Kebijakan ersetujuan $ndakan kedokteran 3informed ,onsent5 Ada Panduan ersetujuan $ndakan kedokteran 3informed ,onsent5 Ada

Berdasarkan populasi dalam Tabel 5, partikel dengan nilai cost terkecil dan paling baik adalah partikel ke 1 sehingga partikel inilah yang ditentukan sebagai

program (mengembangkan program pendidikan nilai). Dari pendapat Kirschenbaum ini maka para guru/dosen Pendidikan Agama termasuk para guru/dosen yang lain harus berusaha