• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. berhubungan dengan variabel-variabel pada penelitian ini. Teori-teori tersebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. berhubungan dengan variabel-variabel pada penelitian ini. Teori-teori tersebut"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori

Pada sub bab ini akan dikemukakan beberapa teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel-variabel pada penelitian ini. Teori-teori tersebut menjelaskan tentang kemampuan pemecahan masalah, model pembelajaran Student Facilita or and Explaining (SFAE), selain itu juga akan dipaparkan tentang kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kemampuan yaitu kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan ialah sesuatu tenaga, kesanggupan, kecakapan untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Didalam kehidupan kita sehari-hari pasti akan berhadapan dengan permasalahan-permasalahan baru. Setiap permasalahan-permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan proses penyelesaian yang benar, tepat, dan baik. Oleh karenanya memecahkan masalah-masalah tersebut merupakan aktivitas dasar kita sebagai manusia hidup dan selalu dituntut untuk bisa memecahkan masalah yang selalu datang. Beragam cara yang kita gunakan untuk menyelesaikan masalah

(2)

tersebut, kita akan menggunakan cara tertentu sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan.

Abdurrahman (2010:254) mendefinisikan pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang berbeda. Kemampuan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk berpikir tentang cara memecahkan masalah dan memproses informasi matematika.

Menurut Wena (2012:52), pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Hakikat pemecahan masalah adalah melakukan operasi presedur urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis. Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses pelajar mengemukakan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya terlebih dahulu dalam upaya mengatasi masalah yang baru dan memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya. Sehubungan dengan pemikiran baru tersebut, dimunculkan gagasan untuk menerapkan strategi pembelajaran pemecahan masalah.

Pembelajaran yang menerapkan pemecahan masalah diharapkan dapat memancing siswa untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif, dan interaktif. Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan yang menghadapkan siswa kepada masalah-masalah untuk dicari penyelesaianya melalui konsep, kaidah ataupun prinsip-prinsip yang telah diterima oleh siswa tersebut.

(3)

Menurut Sanjaya (2009:213) penerapan kemampuan penyelesaian masalah matematika adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.

Ada beberapa saran dan langkah dalam menyelesaikan pemecahan masalah seperti yang dikutip Kennedy dan Lovitt dalam Abdurrahman (2010:257) menyarankan empat langkah dalam pemecahan masalah matematika,yaitu:

1. memahami masalah;

2. merencanakan pemecahan masalah; 3. melaksanakan pemecahan masalah; dan 4. memeriksa kembali.

Solso dalam Wena (2012:56) mengemukakan enam tahap dalam pemecahan masalah, yaitu :

1. identifikasi permasalahan (identification the problem); 2. representasi permasalahan (representation of the problem); 3. perencanaan pemecahan (planning the solution);

4. menerapkan/mengimplementasikan perencanaan (execute the plan); 5. menilai perencanaan (evaluate the plan);

6. menilai hasil pemecahan(evaluate the solution).

Dari beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kesanggupan atau potensi yang dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti dalam menyelesaikan soal dan mengaplikasikan matematika untuk menemukan jawabannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sehingga mencapai tujuan.

(4)

2.1.2 Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaning (SFAE)

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok-kelompok yang memiliki kemampuan lebih dari anggota kelompoknya dijadikan ketua. Ketua kelompok tersebut yang akan membantu anggota kelompoknya yang mengalami kesulitan memahami materi.

Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil dalam Uno dan Muhammad (2011:219) merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Uno dan Mohammad (2011:219) berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa suatu model pembelajaran adalah suatu pola atau rancangan dalam melaksanakan pembelajaran.

Dalam pembelajaran, keberhasilan siswa mempelajari suatu materi pembelajaran terletak pada kemampuan siswa untuk mempresentasikan sebuah gagasan secara benar. Menurut Shoimin (2014:183), “model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur rancangan pembelajaran untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi”. Menurut Uno dan Mohammad (2011:88) “model pembelajaran Studen Fasilitator and Explaining (SFAE) merupakan

(5)

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa mempresentasi pendapat kepada rekan siswa lainnya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa/peserta didik untuk menyampaikan ide/pendapat kepada rekannya atau siswa lainnya dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi. Dengan demikian, model pembelajaran Student Facilitator and Explaining akan membuat siswa lebih aktif dan siswa tidak lagi mengalami kesukaran belajar matematika, mengeluhkan pembelajaran matematikan itu membosankan dan tidak menarik. Pembelajaran seperti inilah yang akan menjadikan siswa lebih aktif berdiskusi dengan teman/siswa lainnya dan mereka saling mengemukakan pendapat.

Melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining ini, siswa diajak dan diharapkan mampu mempresentasikan atau menjelaskan kepada siswa lain atau temannya untuk mengeluarkan ide atau pendapat yang dimiliki, sehingga siswa dapat lebih memahami dan cepat mengerti tentang materi yang sedang dibahas. Penggunaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) akan dilakukan secara kelompok. Dalam setiap kelompok harus memiliki siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari teman anggota kelompoknya untuk membantu masing-masing kelompok.

Menurut Triyanto (2011:56) “dengan dibentuknya kelompok dapat memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar”. Oleh karena itu, penerapan model

(6)

pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dengan kerja secara berkelompok lebih efektif untuk diterapkan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dibentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa dengan satu orang siswa sebagai ketua kelompok. Ketua kelompok inilah yang akan bertindak sebagai fasilitator bagi rekan-rekan anggota kelompoknya. Untuk pemilihan atau penentuan ketua kelompok itu sendiri dipilih oleh siswa secara demokratis karena peran ketua kelompok disini sangat besar.

Adapun kriteria bagi calon ketua kelompok menurut Tuhusetya dalam Baigas (2008:4-5) adalah sebagai berikut.

1. Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas. 2. Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa.

3. Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik. 4. Memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama.

5. Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik.

6. Bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab. 7. Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.

Adapun tugas dan tanggung jawab ketua kelompok menurut Baigas (2008:5) adalah sebagai berikut.

1. Memberi tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari dan dikoordinasi rekannya dalam mengerjakan latihan dan tugas yang diberikan guru.

2. Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apa bila ada materi ajar yang sebelum dikuasai.

3. Menyusun jadwal bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

(7)

4. Melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dihadapi.

Siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata yang dapat dipilih menjadi ketua kelompok. Karena melihat tugas dan tanggung jawab sebagai ketua kelompok ini sangat besar karena ketua kelompok mempunyai tugas untuk membantu kesulitan anggota kelompoknya dalam memahami materi pelajaran yang sedang dibahas. Dengan cara seperti ini diharapkan para anggota kelompok dapat lebih mudah dalm memahami materi yang sedang dibahas dan berani menyampaikan masalah yang dihadapi.

Langkah-langkah pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) menurut Suprijono (2009:128) adalah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru mendemostrasikan/menyajikan materi.

3. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya. 4. Guru menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa.

5. Guru menerapkan semua materi yang disajikan saat itu. 6. Penutup.

Menurut Uno dan Mohamad (2011:88) langkah-langkah pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) adalah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. 2. Guru menyadikan materi.

3. Siswa dapat kesempatan untuk menjelaskan kepada siswa lainnya. 4. Guru menyimpulkan gagasan dari siswa.

5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan pada saat itu. 6. Penutup.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, guru menyajikan materi, siswa diberikan kesempatan untuk

(8)

menjelaskan kepada siswa lainnya, guru menyampaikan dari semua pendapat siswa, guru menjelaskan dari semua materi yang dibahas dan Penutup.

Model pembelajaran Studen Facilitator and Explaining ini tentunya sama dengan pembelajaran lain, yakni memiliki kelebihan dan kelemahannya. Menurut Shoimin (2014:184) kelebihan model pembelajaran student facilitator and explaining adalah sebagai berikut.

1. Materi yang dijelaskan lebih konkret

2. Dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi

3. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar

Kelemahan model pembelajaran student facilitator and explaining.

1. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya atau menjelaskan kembali kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran

2. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil 3. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan

materi ajar secara singkat

2.2 Kerangka Berpikir

Kemampuan pemecahan masalah yang baik seharusnya dimiliki oleh semua peserta didik. Untuk meningkatkan dan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dipakai guru tersebut. Pada kenyataan masih banyak guru khususnya guru matematika yang masih menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru yang membuat siswa jadi jenuh dan tidak termotivasi untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah maka diperlukan model pembelajaran yang tepat. Salah

(9)

satunya adalah menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE). Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining diharapkan dapat membantu guru dan siswa untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik.

Dalam penelitian ini akan dibuktikan apakah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining ada pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungkai Jaya tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu penerapan model matematika pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Variabel dalam penelitian ini variabel bebas (X) model pembelajaran matematika Student Facilitator and Explaining (SFAE) dan variabel terikat (Y) kemampuan pemecahan masalah matematika. Agar lebih jelasnya digambarkan sebagai berikut:

GAMBAR 1 PARADIGMA PENELITIAN

Keterangan:

X = Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining Y = Kemampuan pemecahan masalah matematika

2.3 Hipotesis

(10)

Hipotesis menurut Sugiyono (2012:64) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dan rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ho : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi sistem persamaan linier dua variabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungkai Jaya tahun pelajaran 2015/2016?.

Ha : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi sistem persamaan linier dua variabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungkai Jaya tahun pelajaran 2015/2016?.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Inovasi Produk Tabungan Terhadap Keputusan Menabung Mahasiswa pada Bank Syariah di Bandar

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat tata guna lahan pada ruas Jalan Soekarno Hatta, warna kuning menunjukan wilayah perkantoran, warna merah menunjukan wilayah

Demikian pengumuman penyedia ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih. Pejabat

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- NYA, sehingga tugas akhir ini dengan judul “ PENGARUH PASIR KREAS SEBAGAI SUBSITUSI

Menurut hasil wawancara mengenaisosialisasi K3 bahwa sosialisasi mengenai K3 yang dilakukan untuk karyawan rumah sakit dilakukan oleh tim K3RS pada saat apel

Pengumuman (8/7/2020) dari anak Theys Eluay, Yanto Eluay, bahwa sedang disiapkan pendirian suatu organisasi khusus bagi anak-anak dan cucu-cucu para pejuang Pepera (1969).”Kita

Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja daerah kabupaten/ kota di Provinsi Jawa

Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada perbedaan variabel yaitu menggunakan peran efikasi diri dalam mengetahui kemampuan