• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta

No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017

Tingkat P

Terbuka (TPT) sebesar

7,14 persen.

laki sebesar

7,17 persen dan TPT

perempuan sebesar

7,09 persen.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN

DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

Angkatan kerja pada Agustus 2017 sebanyak 4.856 ribu orang.

Penduduk bekerja di DKI Jakarta pada Agustus 2017 sebanyak 4.509

ribu orang

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) D K I J a k a r t a p a d a

A g u s t u s 2017 sebesar 7,14 persen.

Sebagian besar penduduk DKI Jakarta pada Agustus 2017

bekerja di sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi

yaitu sebesar 1.518 ribu orang (33,67%).

Pada Agustus 2017, sebesar 71,55 persen penduduk bekerja

pada kegiatan formal, dan persentase pekerja formal naik 2,84

poin dibanding Agustus 2016.

Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2017 masih

didominasi oleh penduduk yang berpendidikan SMA

sederajat, yaitu sebanyak 1.952 ribu orang (43,28%).

Angkatan kerja dan TPT tertinggi terdapat di Kota Jakarta

Timur, dimana angkatan kerja sebanyak 1.270 ribu orang dan

TPT sebesar 7,80 persen.

(2)

1.

Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran

Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Provinsi DKI Jakarta selama periode Agustus 2016 - Agustus 2017 digambarkan pada bagian ini. Pada bulan Agustus 2017, jumlah angkatan kerja tercatat 4.856 ribu orang, berkurang sebanyak 323 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2016 yang sebanyak 5.179 ribu orang. Penurunan jumlah angkatan kerja terjadi baik pada angkatan kerja laki-laki maupun angkatan kerja perempuan. Angkatan kerja laki-laki berkurang sebanyak 152 ribu orang, sedangkan angkatan kerja perempuan berkurang sebanyak 171 ribu orang.

Jumlah penduduk yang bekerja juga mengalami penurunan dari 4.862 ribu orang pada Agustus 2016 menjadi 4.509 ribu orang pada Agustus 2017, atau terjadi penurunan sebanyak 353 ribu orang. Penurunan terjadi pada penduduk laki-laki sebesar 163 ribu orang, sedangkan pada penduduk perempuan terjadi penurunan sebesar 190 ribu orang.

Tabel 1

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, 2016–2017 Status Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017 (Agt 2016 - Agt 2017) (Feb 2017 - Agt 2017) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Ribu Orang Ribu Orang Persen Ribu Orang Persen Penduduk Usia Kerja 7.739,89 7.782,61 7.836,40 96,52 1,25 53,79 0,69 Angkatan Kerja (AK) 5.178,84 5.461,87 4.856,12 -322,72 -6,23 -605,75 -11,09 Bekerja 4.861,83 5.169,17 4.509,17 -352,66 -7,25 -660,00 -12,77 Pengangguran 317,01 292,7 346,95 29,94 9,44 54,25 18,53 Bukan Angkatan Kerja (BAK) 2.561,05 2.320,74 2.980,29 419,24 16,37 659,55 28,42 Sekolah 650,64 570,2 879,52 228,88 35,18 309,32 54,25 Mengurus Rumah Tangga 1.604,98 1.415,29 1.734,21 129,23 8,05 318,92 22,53 Lainnya 305,42 335,25 366,56 61,14 20,02 31,31 9,34

Persen Poin Poin

Tingkat Pengangguran Terbuka 6,12 5,36 7,14 1,02 1,78 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 66,91 70,18 61,97 -4,94 -8,21

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. Selama periode Agustus 2016 – Agustus 2017, tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami peningkatan dari 6,12 persen menjadi 7,14 persen, atau naik sebesar 1,02 poin. Menurut jenis kelamin, TPT laki-laki mengalami peningkatan dari 6,48 persen menjadi 7,17 persen (naik 0,69 poin), sementara TPT perempuan mengalami peningkatan dari 5,53 persen menjadi 7,09 persen (naik 1,56 poin).

(3)

Dilihat dari tingkat pendidikan pada Agustus 2017, TPT untuk penduduk yang berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 10,86 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,97 persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SMK dan SMA. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja sehingga TPT nya relatif rendah. Hal ini terlihat dari TPT untuk mereka yang berpendidikan SD ke bawah merupakan yang terendah diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 4,13 persen.

Dibandingkan kondisi setahun yang lalu, TPT mengalami kenaikan hampir di semua jenjang pendidikan, kecuali pada tingkat pendidikan SMA dan SMK terjadi penurunan. Kenaikan TPT tertinggi terdapat pada mereka yang berpendidikan Diploma I sampai dengan Diploma III, mencapai 3,40 poin.

Gambar 1

Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016–2017

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 4,94 poin, yaitu dari 66,91 persen pada Agustus 2016 menjadi 61,97 persen pada Agustus 2017. TPAK laki-laki mengalami penurunan sebesar 4,83 poin, yaitu dari 83,31 persen pada Agustus 2016 menjadi 78,48 persen pada Agustus 2017. TPAK perempuan juga mengalami penurunan sebesar 5,02 poin, yaitu dari 50,58 persen pada Agustus 2016 menjadi 45,56 persen pada Agustus 2017.

6.48 5.14 7.17 5.53 5.69 7.09 6.12 5.36 7.14

Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017 Laki-laki Perempuan Total

≤ SD SMP SMA SMK Diploma I/II/III Universitas 2.14 4.58 8.03 12.13 3.16 2.93 3.13 4.25 5.94 7.86 3.75 5.81 4.13 7.20 7.97 10.86 6.56 4.76

(4)

Gambar 2

Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut Jenis Kelamin, 2016–2017 (%)

2.

Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Kondisi ketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam menyerap tenaga kerja. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2017, penduduk DKI Jakarta paling banyak bekerja pada sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi yaitu sebanyak 1.518 ribu orang (33,67%), disusul oleh sektor jasa kemasyarakatan dan sektor industri masing-masing sebanyak 1.215 ribu orang (26,94%) dan 588 ribu orang (13,03%) (Gambar 3)

Gambar 3

Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2016–2017

83.31 84.58

78.48

50.58 55.85 45.56

66.91 70.18 61.97

Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017 Laki-laki Perempuan Total

0.60 1.10 0.34 3.79 12.84 11.01 8.99 23.86 37.47 Pertambangan Pertanian Listrik, Gas & Air Konstruksi Lembaga Keuangan Transportasi Industri Jasa Kemasyarakatan Perdagangan

Agustus 2016

0.32 0.37 0.41 4.15 10.37 10.74 13.03 26.94 33.67

Agustus 2017

0.38 0.88 0.65 3.01 9.87 10.85 9.63 26.16 38.55

Februari 2017

(5)

Jika dibandingkan dengan Agustus 2016, sektor-sektor yang mengalami peningkatan jumlah pekerja adalah sektor industri; sektor listrik, gas, dan air; sektor konstruksi; dan sektor jasa kemasyarakatan. Sedangkan sektor lainnya mengalami penurunan jumlah pekerja. Sektor industri meningkat sebanyak 151 ribu orang pekerja sedangkan sektor perdagangan berkurang sebanyak 303 ribu pekerja. Jika dilihat dari persentase penduduk yang bekerja menurut sektor, sektor yang mengalami peningkatan persentase pekerja adalah sektor industri (4,05 poin); sektor jasa kemasyarakatan (3,08 poin); sektor konstruksi (0,36 poin); dan sektor listrik, gas dan air (0,07 poin). Sedangkan sektor yang mengalami penurunan persentase pekerja adalah sektor pertambangan (0,28 poin); sektor pertanian (0,74 poin); sektor lembaga keuangan (2,48 poin); sektor transportasi (0,28 poin); dan sektor perdagangan (3,80 poin).

3.

Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Dari seluruh penduduk bekerja pada Agustus 2017, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan/pegawai (68,29%). Diikuti status berusaha sendiri (18,20%), berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (4,14%), dan pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga (3,35%). Sementara penduduk yang bekerja dengan status pekerja bebas pertanian memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar 0,06 persen.

Gambar 4

Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, 2016–2017

Dalam setahun terakhir (Agustus 2016–Agustus 2017), persentase penduduk bekerja dengan status pekerja keluarga menurun dari 5,05 persen menjadi 3,35 persen. Penurunan juga terjadi pada status berusaha dibantu buruh tidak tetap, yaitu dari 6,91 persen menjadi 4,14 persen (berkurang 2,77 poin).

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Pekerja formal mencakup status berusaha dengan dibantu buruh tetap dan

0.13 2.89 3.39 6.43 6.80 16.15 64.21

Februari 2017

0.00 2.12 4.19 5.05 6.91 17.21 64.51 Pekerja bebas pertanian Pekerja bebas non

pertanian Berusaha dibantu

buruh tetap Pekerja tak dibayar

Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha sendiri Buruh/karyawan

Agustus 2016

0.06 2.70 3.27 3.35 4.14 18.20 68.29

Agustus 2017

(6)

buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2017 sebanyak 3.226 ribu orang (71,55%) bekerja pada kegiatan formal dan sebanyak 1.283 ribu orang (28,45%) bekerja pada kegiatan informal. Persentase pekerja formal mengalami peningkatan baik dibanding kondisi Agustus 2016 maupun Februari 2017. Selama setahun terakhir persentase pekerja formal meningkat dari 68,71 persen pada Agustus 2016 menjadi 71,55 persen pada Agustus 2017 (Gambar 5).

Gambar 5.

Jumlah dan Persentase Penduduk Bekerja Menurut Kegiatan Formal/Informal, 2016–2017

4.

Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2017 masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan menengah (SMA sederajat), yaitu sebanyak 1.952 ribu orang (43,28%). Sedangkan penduduk bekerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) sebanyak 1.478 ribu orang (32,78%). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi (Diploma I ke atas) hanya sebanyak 1.079 ribu orang (23,94%) terdiri dari 244 ribu orang berpendidikan Diploma dan 835 ribu orang berpendidikan S1 ke atas (Gambar 6).

Gambar 6

Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016–2017

Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja berpendidikan menengah meningkat dari 42,71 persen pada Agustus 2016 menjadi 43,28 persen pada Agustus 2017. Sementara persentase penduduk bekerja berpendidikan tinggi dan rendah turun masing-masing sebesar 0,36 poin dan 0,21 poin.

32.99 37.60 32.78 42.71 40.38 43.28 24.29 22.02 23.94

Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017 Rendah Menengah Tinggi

3340.38 3494.16 3226.47

1,521.45 1,675.00 1,282.70

Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017 Pekerja Formal Pekerja Informal

(31,29%) (68,71%) (32,40%) (67,60%) (28,45%) (71,55%)

(7)

5.

Penduduk Bekerja menurut Jumlah Jam kerja

Secara umum, komposisi jumlah penduduk yang bekerja menurut jumlah jam kerja per minggu pada keadaan Agustus 2016 dan Agustus 2017 tidak mengalami perubahan berarti (Tabel 2). Pada Agustus 2016 dan Agustus 2017, penduduk bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 8 jam per minggu persentasenya relatif kecil yaitu hanya 0,58 persen (pada Agustus 2016) dan 1,05 persen (pada Agustus 2017) dari total penduduk yang bekerja, atau sebanyak 28 ribu orang (pada Agustus 2016) dan 47 ribu orang (Agustus 2017). Sementara itu penduduk yang bekerja sebagai pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu penduduk bekerja dengan jumlah jam kerja 35 jam atau lebih per minggu mencapai 4.295 ribu orang (88,35%) pada Agustus 2016 dan 4.005 ribu orang (88,82%) pada Agustus 2017. Sehingga terlihat dalam setahun terakhir (Agustus 2016-Agustus 2017) terjadi peningkatan persentase pekerja dengan jumlah jam kerja normal (35 jam atau lebih dalam seminggu) sebesar 0,47 poin.

Jika dilihat menurut jenis kelamin pada Agustus 2017, terlihat pekerja perempuan yang bekerja di bawah jam kerja normal (1-34 jam selama seminggu) lebih tinggi dibandingkan pekerja laki-laki. Pekerja perempuan yang bekerja dibawah jam kerja normal sebesar 288 ribu orang (17,3%) sedangkan pekerja laki-laki sebesar 216 ribu orang (7,6%).

Tabel 2

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu, Agustus 2016 – Agustus 2017

Jumlah Jam Kerja Seminggu

Satuan

Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017

L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1-7 orang Ribu 6,79 21,60 28,38 28,31 38,78 67,09 20,26 27,18 47,44 (%) 0,23 1,17 0,58 0,91 1,89 1,30 0,71 1,63 1,05 8-14 orang Ribu 47,86 59,99 107,85 43,84 78,62 122,46 32,71 57,67 90,38 (%) 1,59 3,24 2,22 1,41 3,83 2,37 1,15 3,47 2,00 15-24 orang Ribu 79,20 146,19 225,39 115,26 160,21 275,47 67,24 91,20 158,44 (%) 2,63 7,89 4,64 3,70 7,80 5,33 2,36 5,48 3,51 25-34 orang Ribu 85,08 119,61 204,69 175,66 168,29 343,95 96,05 111,72 207,77 (%) 2,83 6,45 4,21 5,64 8,19 6,65 3,38 6,71 4,61 35+ *) orang Ribu 2789,43 1506,09 4295,52 2.751,99 1.608,20 4.360,19 2.629,14 1.376,00 4.005,14 (%) 92,72 81,26 88,35 88,34 78,29 84,35 92,40 82,70 88,82

Jumlah orang Ribu 3008,36 1853,47 4861,83 3.115,06 2.054,10 5.169,16 2.845,40 1.663,77 4.509,17

(%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 *) Termasuk sementara tidak bekerja

(8)

6.

Angkatan kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran menurut Kabupaten/Kota

Gambaran struktur ketenagakerjaan keadaan Agustus 2017 di DKI Jakarta menurut kabupaten/kota administrasi cukup bervariasi. Struktur ketenagakerjaan yang dimaksud adalah penduduk usia kerja 15 tahun ke atas, angkatan kerja, penduduk bekerja, pengangguran, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan tingkat pengangguran terbuka (TPT). Pada bulan Agustus 2017, angkatan kerja terbanyak terdapat di Kota Jakarta Timur sebanyak 1.270 ribu orang, disusul Kota Jakarta Barat sebanyak 1.156 ribu orang dan Kota Jakarta Selatan sebanyak 1.062 ribu orang. Sementara jumlah angkatan kerja yang paling rendah terdapat di Kabupaten Kepulauan Seribu sebanyak 8.961 orang.

Sejalan dengan jumlah angkatan kerja, penduduk bekerja terbanyak terdapat di Kota Jakarta Timur sebesar 1.171 ribu orang, disusul Kota Jakarta Barat sebesar 1.082 ribu orang dan Kota Jakarta Selatan sebesar 989 ribu orang. Sedangkan jumlah penduduk bekerja yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Kepulauan Seribu sebanyak 8.304 orang.

TPAK tertinggi terdapat di Kota Jakarta Utara yaitu 67,50 persen, angkanya melebihi TPAK DKI Jakarta yang sebesar 61,97 persen. TPAK tertinggi selanjutnya terdapat di Kota Jakarta Pusat yaitu 63,59 persen dan Kota Jakarta Selatan sebesar 62,75 persen. Sementara TPAK terendah terdapat di Kabupaten Kepulauan Seribu sebesar 55,48 persen.

Tabel 3

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jenis Kegiatan Utama dan Kabupaten/Kota, Agustus 2017 Kabupaten/Kota Penduduk Angkatan Bekerja (ribu orang) Penganggura n (ribu orang) TPAK (%) TPT (%) Usia 15 Kerja Tahun Ke

Atas (ribu orang) (ribu orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kepulauan Seribu 16,15 8,96 8,30 0,66 55,48 7,33 Jakarta Selatan 1.691,87 1.061,68 988,83 72,84 62,75 6,86 Jakarta Timur 2.155,69 1.269,72 1.170,68 99,03 58,90 7,80 Jakarta Pusat 710,94 452,08 421,26 30,81 63,59 6,82 Jakarta Barat 1.917,20 1.156,05 1.082,04 74,02 60,30 6,40 Jakarta Utara 1.344,55 907,63 838,05 69,58 67,50 7,67 DKI Jakarta 7.836,40 4.856,12 4.509,17 346,94 61,97 7,14

(9)

TPT tertinggi terdapat di Kota Jakarta Timur mencapai 7,80 persen. Urutan kedua terdapat di Kota Jakarta Utara sebesar 7,67 persen. Sedangkan TPT terendah terdapat di Kota Jakarta Barat sebesar 6,40 persen. Wilayah yang mempunyai TPT lebih besar dari TPT DKI Jakarta adalah Kabupaten Kepulauan Seribu, Kota Jakarta Timur, dan Kota Jakarta Utara. Sementara wilayah lainnya mempunyai TPT di bawah TPT DKI Jakarta.

(10)

Diterbitkan oleh:

BPS Provinsi DKI Jakarta Jl Salemba Tengah No. 36-38 Jakarta Pusat 10440

Homepage: http://jakarta.bps.go.id Satriono, SSi, MM.

Kepala Bidang Statistik Sosial Telp: 021-37928493, Pesawat 300 Email: bps3100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Kumon, diketahui bahwa Program “Coba Gratis” dari Kumon ditujukan untuk mengenalkan metode Kumon kepada anak, baik dari segi

Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian lain yang bersifat observasional menggunakan studi cross- sectional dengan jumlah sampel 40 orang yang

hal itu harus dilakukan selama waktu kerja atau periode waktu yang disediakan oleh perusahaan pada para buruh/pekerja wanita, atau paling tidak memberikan kesempatan

Objek sengketa pada tahap diatur dalam Pasal 23 ayat (2) Undang- undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Pada penelitian dilakukan beberapa tahap yaitu pra penelitian yang mencakup pembuatan kurva tumbuh dan kurva produksi metabolit sekunder pada mengkudu dan kurva tumbuh

Indeks kekeringan yang telah diklasifikasikan setiap tahunnya pada setiap stasiun curah hujan, dilihat di bulan apa terjadi indeks kekeringan maksimum, dimana pada tahun

permasalahan secara berkelompok dengan siswa lainnya atau memecahkan masalah secara berpasangan, saling bertukar pikiran. Metode koneksi baca- tulis ini memecahkan

Pada hakikatnya, radikalisme dan terorisme adalah persoalan konflik budaya dalam suatu masyarakat nasional yang bersifat plural secara kultural 10 ,