• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN. Kata kunci: Lidokain bikarbonat, lidokain intravena, batuk, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, MAP, laju nadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL PENELITIAN. Kata kunci: Lidokain bikarbonat, lidokain intravena, batuk, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, MAP, laju nadi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Latar belakang: Batuk dan gejolak hemodinamik saat ekstubasi merupakan problem klinis yang sering terjadi pada anestesi umum. Lidokain intravena diketahui dapat mengurangi refl eks batuk dan kenaikan hemodinamik bila diberikan beberapa saat sebelum ekstubasi, namun durasinya singkat (5-20 menit) dan menyebabkan sedasi yang dapat menunda pemulihan. Cuff pipa endotrakea terbuat dari

polyvynilchloride memungkinkan difusi lidokain hidrofobik untuk bekerja topikal pada mukosa trakea. Alkalinisasi memungkinkan difusi lidokain pada konsentrasi lebih rendah. Sebuah penelitian in vitro menyebutkan pH optimal lidokain untuk berdifusi paling baik setelah 90 menit adalah pH 7,4 dengan campuran lidokain HCl 2% 6 mL + natrium bikarbonat 7,5% 0,6 mL. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas pemberian campuran lidokain dan natrium bikarbonat tersebut untuk mengurangi kejadian batuk dan peningkatan hemodinamik saat ekstubasi dibandingkan lidokain intravena. Metode: Sejumlah 70 sampel pria dan wanita, usia 18-50 tahun, status fisik ASA (American Society of Anesthesiologists) 1 menjalani pembedahan elektif, perkiraan lama operasi di atas 90 menit, dengan anestesi umum dan intubasi endotrakea, di rumah sakit H. Adam Malik, Medan, dan rumah sakit jejaring. Sampel dibagi acak menjadi 2 kelompok. Kelompok I mendapat infl asi cuff lidokain HCl 2% 6 mL + natrium bikarbonat 7,5% 0,6 mL dan suntikan plasebo intravena 3 menit sebelum ekstubasi. Kelompok II mendapat infl asi cuff dengan plasebo dan suntikan lidokain HCl 1,5 mg/kgBB intravena 3 menit sebelum ekstubasi. Kejadian batuk dicatat pada 1 menit sebelum, 2, 4, dan 8 menit sesudah ekstubasi. Tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, MAP, dan laju nadi dicatat saat jahit kulit (baseline), ekstubasi, 2,4, dan 8 menit setelah ekstubasi. Semua data dianalisis menggunakan uji T-independen dan Chi square. Hasil: Infl asi cuff lidokain HCl 2% 6 mL + natrium bikarbonat 7,5% 0,6 mL lebih mengurangi kejadian batuk serta kenaikan tekanan darah dan laju nadi dibandingkan lidokain HCl 1,5mg/kgBB intravena. Simpulan: Infl asi

cuff lidokain HCl 2% 6 mL + natrium bikarbonat 7,5% 0,6 mL dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi kejadian batuk dan kenaikan hemodinamik saat ekstubasi pada anestesi umum.

Kata kunci: Lidokain bikarbonat, lidokain intravena, batuk, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, MAP, laju nadi

ABSTRACT

Background:Cough and hemodynamics turmoil during extubation in general anesthesia is a common clinical problem. Intravenous lidocaine is generally administered just before extubation to reduce cough refl ex and haemodynamics increase. However, short duration (5-20 minutes), and sedation risk can delay recovery. Endotracheal tube cuff made of polyvynilchloride allows diff usion of hydrophobic lidocaine, and acts topically on tracheal mucosa. Alkalinization allow diff usion of lidocaine in smaller concentrations. An in-vitro study stated that optimal pH of lidocaine for diff usion after 90 minutes was 7.4 by mixing 6 mL lidocaine HCl 2% with 0,6 mL sodium bicarbonate 7.5%. This study is to compare the eff ectiveness of lidocaine and bicarbonate mixture with intravenous lidocaine in reducing cough incidence and to improve hemodynamics during extubation. Methods: Samples were 70 patients, aged 18-50 years, ASA 1, underwent elective surgery with approximate duration over 90 minutes under general anesthesia with endotracheal intubation in Adam Malik Hospital in Medan and network hospitals. The sample was divided randomly into 2 groups. Group I got cuff infl ation with 6 mL lidocaine HCl 2% + 0,6 mL sodium bicarbonate 7,5% and intravenous injection of placebo 3 minutes before extubation. Group II received cuff infl ation with placebo

Alamat korespondensi email: pro_optus@yahoo.com

Perbandingan Efek Infl asi

Cuff

Lidokain HCl 2% 6 mL + Natrium Bikarbonat 7,5% 0,6 mL

dengan Lidokain HCl 1,5 mg/kgBB intravena

terhadap Kejadian Batuk dan Hemodinamik

Sebelum dan Sesudah Ekstubasi

pada Anestesi Umum

Chrismas Gideon Bangun, Yutu Solihat, Nazaruddin Umar

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP Haji Adam Malik, Medan, Indonesia

(2)

kan proporsi lidokain tidak terionisasi, sehingga memungkinkan jumlah lebih sedikit untuk berdifusi (20-40 mg vs 200-500 mg) dan berdifusi lebih cepat.1

Penelitian Huang, dkk. menentukan pengaruh pemanasan, alkalinisasi, atau pemanasan dan alkalinisasi pada difusi lidokain melewati cuff pipa endotrakea. Di-simpulkan bahwa alkalinisasi dengan atau tanpa pemanasan, tapi tidak pemanasan saja, menghasilkan difusi lidokain yang lebih cepat dari cuff pipa endotrakea. Huang juga menentukan selang waktu sampai konsentrasi minimum (Cm) lidokain untuk memblok RAR dijumpai di luar dinding cuff ,

yaitu setelah 120-180 menit.8

Jaichandran, dkk. mempelajari interval waktu minimum saat didapatkan efek blok RAR dengan lidokain yang melintasi cuff ,

menggunakan efek alkalinisasi saja. pH larutan lidokain dinaikkan dari 6,55 ± 0,17 menjadi antara 7,40 ± 0,01 dan 7,82 ± 0,01 dengan membuff er natrium bikarbonat 7,5% dalam volume bervariasi antara 0,6 ± 0,08 dan 2,7 ± 0,2 mL. Onset difusi lidokain melintasi cuff ditemukan lebih cepat pada grup pH 7,6 dibanding grup pH 7,4 dan 7,8. Lidokain yang dibuff er menjadi pH 7,4 awalnya menunjukkan onset difusi yang lambat, setelah 30 menit pertama difusi menjadi lebih cepat, dan pada menit 300 menunjukkan konsentrasi lidokain maksimum 863,94 ± 5,08 mcg/mL me lintasi

cuff , lebih tinggi dari grup pH 7,6 dan 7,8. Sedangkan Cm lidokain yang menghambat aktivasi RAR untuk refl eks batuk dicapai ketiga grup dalam 90 menit.9

Oleh karena itu, Jaichandran, dkk. mere-komendasikan pengisian cuff ETT dengan 6 mL lidokain 2% yang dibuff er menjadi pH 7,4, untuk meningkatkan toleransi terhadap

PENDAHULUAN

Pipa endotrakea telah menjadi bagian dari praktik anestesiologi, baik pada anestesi umum maupun pada perawatan pasien kritis. Namun, pemakaian pipa endotrakea memiliki komplikasi, mulai dari saat memasukkan dengan laringoskopi (intubasi) sampai pada saat pelepasan pipa dari saluran napas pasien (ekstubasi). Komplikasi ini adalah akibat iritasi dan regangan mukosa saluran napas, sehingga menimbulkan respons seperti suara serak, nyeri tenggorok, batuk, peningkatan tekanan darah, dan peningkatan laju nadi. Batuk menyebabkan peningkatan tekanan intratorakal yang kemudian bisa meningkat -kan te-kanan intraokuler dan intrakranial. Selain itu, batuk juga bisa menyebabkan lepasnya jahitan luka operasi. Hal-hal ini dapat meningkatkan kebutuhan obat anestesi, memperlama masa rawat, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien pengidap hipertensi, penyakit jantung koroner, peningkatan tekanan intraokuler seperti glaukoma, dan peningkatan tekanan intrakranial.1 Reseptor yang berperan

ter-hadap respons tubuh tersebut telah diketahui berupa rapid acting receptor (RAR) yang tersebar di seluruh mukosa trakea dan umumnya superfi sial.2 Reseptor ini bisa

diblok oleh anestesi lokal maupun sistemik. Camporesi, dkk. (1979) menyatakan bahwa konsentrasi minimum lidokain topikal untuk memblok RAR adalah 155 mcg/mL.3

Berbagai usaha telah dilakukan untuk me-ngurangi stimulasi regang pada RAR, seperti pengaturan tekanan cuff dan penggunaan pipa endotrakea high volume low pressure. Secara farmakologis, berbagai obat seperti opiat dan anestesi lokal bisa diberikan intravena, yang sering digunakan adalah lidokain. Lidokain 1-2 mg/kgBB menghasil-kan konsentrasi plasma 3 mcg/mL yang menghambat refl eks batuk.3 Kelemahannya

yaitu durasi singkat (5-20 menit), sehingga sulit memperoleh efek optimal. Selain itu, lidokain segera diuptake oleh otak sehingga memberikan efek sedasi yang dapat memperpanjang lama pemulihan.4

Obat-obat juga dapat diberikan topikal, se-perti anestesi lokal ataupun kortikosteroid.3

Pemberian topikal dapat dilakukan dengan tiga cara, pertama melumuri cuff

dengan lidokain gel, spray lidokain atau gel kortikosteroid. Namun, cara ini hanya efektif pada pemakaian singkat, karena lidokain segera diabsorpsi oleh mukosa trakea.5 Cara kedua adalah menggunakan

pipa endotrakea dengan modifi kasi khusus, seperti LITA (laryngotracheal instillation of topical anesthesia) agar anestesi lokal bisa di-semprotkan di atas dan di bawah cuff pipa endotrakea. Namun, terdapat juga kelemahan yaitu kurang mengenai daerah kontak antara

cuff dan mukosa trakea, padahal stimulasi regang pada RAR terbanyak adalah di daerah kontak tersebut.6 Ketiga, pemberian intracuff ;

karena pipa endotrakea umumnya terbuat dari polyvinylchloride yang hidrofobik, se-hingga membran cuff yang tipis bersifat hidrofobik memungkinkan difusi substansi hidrofobik atau lipofi lik. Besarnya difusi ter-gantung konsentrasi dan waktu, sehingga

cuff pipa endotrakea bisa berfungsi sebagai reservoir potensial.2,7

Sconzo, dkk. menunjukkan bahwa lidokain 4% yang ditempatkan dalam cuff pipa endotrakea mengalami difusi melewati membran cuff. Pada percobaan in vitro di-temukan, hanya lidokain bentuk dasar hidrofobik yang dapat berdifusi (65,1 ± 1,1% terlepas setelah 6 jam), sementara bentuk hidroklorida (bentuk yang tersedia sebagai obat) hanya sebanyak 1%,1 sehingga jumlah

lidokain yang diperlukan jauh lebih banyak. Alkalinisasi lidokain hidroklorida

meningkat-and intravenous lidocaine HCl 1.5 mg/kg 3 minutes before extubation. Cough events recorded at one minute before, 2, 4, meningkat-and 8 minutes after extubation. Systolic blood pressure, diastolic blood pressure, MAP, and pulse rate are recorded at wound closure (baseline), extubation, 2, 4, and 8 minutes after extubation. All data were analyzed using Chi square test and T-independent. Result: Cuff infl ation with 6 mL lidocaine HCl 2% + 0.6 mL sodium bicarbonate 7.5% reduced the incidence of cough and increase in blood pressure and pulse rate more compared to intravenous lidocaine HCl 1.5 mg/kg. Conclusion: Cuff infl ation with 6 mL lidocaine HCl 2% + 0.6 mL sodium bicarbonate 7.5% can be used as an alternative in reducing the incidence of cough and hemodynamics increase during extubation in general anesthesia. Chrismas Gideon Bangun, Yutu Solihat, Nazaruddin Umar. Comparison of Cuff Infl ation with Lidocaine HCl 2% 6 mL + Sodium Bicarbonate 7,5% 0,6 mL with Lidocaine HCl 1,5 mg/kg Intravenous on Cough Event and Hemodynamics Before and After Extubation in General Anesthesia. Keywords: Lidocaine bicarbonate, intravenous lidocaine, cough, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, MAP, pulse rate

(3)

ETT dan mengurangi atau mencegah batuk akibat ETT saat pemulihan dari anestesi umum.9

METODE

Penelitian ini menggunakan desain uji klinis acak terkontrol tersamar ganda, di ruang operasi rumah sakit H. Adam Malik dan jejaring. Populasi adalah seluruh pasien yang menjalani pembedahan dengan anestesi umum. Diperoleh besar sampel masing-masing kelompok 35 orang.

Kriteria inklusi adalahsemua pasien berusia 18-50 tahun, berat badan ideal, dengan ASA I Mallampatti 1 dan 2 yang menjalani operasi dengan anestesi umum dengan intubasi endotrakea, dan bersedia mengikuti pe-nelitian dengan informed consent. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan riwayat patologi atau pembedahan daerah laring dan trakea, peningkatan tekanan intra-kranial, peningkatan tekanan intraokuler, infeksi saluran napas atas atau bawah, asma bronkial, dan mendapat terapi MAO inhibitor. Kriteria putus uji adalah operasi kurang dari 90 menit.

Sampel dibagi acak menjadi 2 kelompok, kelompok I mendapat infl asi cuff dengan lidokain HCl 2% 6 mL + natrium bikarbonat 7,5% 0,6 mL dan suntikan NaCl 0,9% dengan jumlah sesuai dengan jika diberikan lidokain HCl 2% 1,5 mg/kgBB 3 menit sebelum ekstubasi, kelompok II mendapat infl asi

cuff dengan NaCl 0,9% 6,6 mL dan suntikan lidokain HCl 2% intravena 1,5 mg/kgBB 3 menit sebelum ekstubasi.

Kemudian pasien diberi preloading cairan ringer laktat 10 mL/kgBB, premedikasi dengan midazolam 0,1 mg/kgBB dan petidin 1 mg/kgBB; 15 menit kemudian masing-masing kelompok diinduksi dengan propofol dosis 2-2,5 mg/kgBB intravena sampai hilangnya refl eks kedua bulu mata, dilanjutkan injeksi rokuronium 1 mg/kgBB intravena. Laringoskopi dilakukan setelah obat pelumpuh otot bekerja sempurna meng gunakan blade metal Macintosh nomor 3 atau 4 oleh petugas terlatih. Intubasi dengan pipa endotrakea high volume low pressure berbahan polyvinylchloride merk Rusch, nomor 7,0 Fr untuk wanita dan 7,5 Fr untuk pria. Segera setelah intubasi cuff ETT diisi pada kelompok I dengan lidokain HCl

kuat. Cuff dikempiskan dengan syringe

10 mL dan jumlahnya dicatat. Dilakukan pencatatan nilai laju nadi dan tekanan darah saat ekstubasi, 2 menit, 4 menit, dan 8 menit setelah ekstubasi. Kejadian batuk dicatat pada 1 menit sebelum ekstubasi, 0-2 menit setelah ekstubasi, 2-4 menit setelah ekstubasi, dan 4-8 menit setelah ekstubasi.

Data diolah dengan software Microsoft Offi ce Excel 2007. Data numerik ditampilkan dalam nilai rata-rata ± SD (standard deviasi), sedangkan data kategorik di-tampilkan dalam jumlah (persentase). Uji kenormalan data numerik menggunakan uji T independen, sedangkan untuk data kategorik menggunakan uji chi-square. Hipotesis penelitian diuji menggunakan uji T independen. Interval kepercayaan 95% dengan nilai p<0,05 dianggap bermakna secara signifi kan.

HASIL PENELITIAN

Data karakteristik umum subjek penelitian kedua kelompok penelitian tidak berbeda bermakna (tabel 1), artinya subjek penelitian relatif homogen dan layak untuk di-bandingkan.

Lama tindakan anestesi dianggap berbeda tidak bermakna di antara kedua kelompok (tabel 2).

Kejadian batuk pada kedua kelompok di-temukan berbeda bermakna (tabel 3). 2% 6 mL + natrium bikarbonat 7,5% 0,6 mL

dengan syringe 10 mL, cuff dikembangkan sampai tidak terdeteksi lagi kebocoran suara napas pada ventilasi positif dengan tekanan manometer 25 cmH2O, kelompok II mendapat infl asi cuff dengan NaCl 0,9% 6,6 mL dengan syringe 10 mL, cuff dikembang-kan sampai tidak terdeteksi lagi kebocoran suara napas pada ventilasi positif dengan tekanan manometer 25 cmH2O.

Pemeliharaan anestesi dengan isofl uran 0,5-1% dan O2:N2O 50%:50%, pemeliharaan pelumpuh otot dengan rokuronium 0,1 mg/kgBB setiap 20-30 menit untuk kedua kelompok. Dilakukan pencatatan nilai laju nadi dan tekanan darah saat penjahitan kulit sebagai baseline. Akhir pembedahan di gunakan oksigen 100%, antagonis pelumpuh otot diberikan setelah napas spontan teratur dengan atropin 0,01 mg/ kgBB dan prostigmin 0,02 mg/kgBB.

Pada kelompok I, 3 menit sebelum ekstubasi diberi suntikan NaCl 0,9% dengan jumlah mL sesuai dengan bila diberi lidokain HCl 2% 1,5 mg/kgBB, kelompok II mendapat suntikan lidokain HCl 2% intravena 1,5 mg/ kgBB.

Ekstubasi dilakukan setelah pasien meme-nuhi kriteria, antara lain dapat mengikuti perintah, orofaring dan hipofaring bersih, refl eks gag intak, dapat mengangkat kepala selama 3 detik, dan dapat menggenggam Tabel 1. Karakteristik umum

Karakteristik Umum Kelompok I (n=35) Kelompok II (n=35) p

Umur (tahun) 32,1 (SD 11,3) 31,8 (SD 11,1) 0,907*

Jenis kelamin (Laki-laki/Perempuan) 17 / 18 16 / 19 0,811#

BB (kg) 61,8 (SD 8,5) 60,7 (SD 7,9) 0,572*

TB (cm) 162,1 (SD 7,5) 162,4 (SD 6,5) 0,839*

BMI (kg/m2) 23,45 (SD 2,34) 23,00 (SD 2,71) 0,459*

*Uji T independent #Uji Chi-square

Tabel 2. Lama tindakan anestesi

Kelompok I (n=35) Kelompok II (n=35) p

Lama Anestesi 123,7 (SD 22,1) 122,1 (SD 23,2) 0,780*

*Uji T independent

Tabel 3. Kejadian batuk

Kejadian Batuk Kelompok I (n=35) Kelompok II (n=35) p

1 menit sebelum ekstubasi 0,7 (SD 0,7) 1,7 (SD 0,5) 0,000* 0-2 menit setelah ekstubasi 0,3 (SD 0,6) 0,7 (SD 0,6) 0,004*

2-4 menit setelah ekstubasi 0 0

4-8 menit setelah ekstubasi 0 0

(4)

MAP lebih rendah pada kelompok yang mendapatkan lidokain teralkalinisasi intracuff .

Selanjutnya diukur kenaikan atau selisih MAP dan laju nadi; MAP dan laju nadi saat jahit kulit sebagai baseline kemudian dibandingkan dengan saat ekstubasi, saat 2 menit setelah ekstubasi, saat 4 menit setelah ekstubasi, dan 8 menit setelah ekstubasi (tabel 5).

Saat jahit kulit (baseline) parameter hemodinamik kedua kelompok didapatkan berbeda tidak bermakna. Selisih kenaikan MAP dan laju nadi lebih rendah secara bermakna pada kelompok yang mendapat lidokain teralkalinisasi intracuff ; kecuali kenaikan laju nadi dari baseline ke-8 menit setelah ekstubasi, pada kedua kelompok didapatkan berbeda tidak bermakna.

PEMBAHASAN

Terdapat perbedaan bermakna kejadian batuk pada kedua kelompok. Hal ini me-nunjukkan lidokain teralkalinisasi pada pH 7,4 yang dimasukkan ke dalam cuff , setelah 90 menit berdifusi melewati membran

cuff dalam jumlah cukup untuk bertindak sebagai anestesi lokal pada mukosa trakea untuk menekan respons stimulasi pada rapid acting receptor (RAR).3,5,6,8

Penelitian Fagan, dkk. (2000) yang mem-bandingkan kejadian batuk pada 3 kelompok sampel yang masing-masing mendapat infl asi cuff dengan lidokain HCl 4%, NaCl 0,9%, dan udara, menemukan kejadian batuk menurun bermakna pada 4-8 menit setelah ekstubasi pada kelompok lidokain 4% dibanding kelompok NaCl 0,9% dan udara (0%, 15%, dan 34%, p<0,05).2

Lozano ZJ, dkk. (2007) membandingkan kejadian batuk pada 80 pasien yang dibagi 4 kelompok, yaitu kelompok lidokain intravena, lidokain intracuff , lidokain topikal, dan kontrol. Hasilnya adalah kejadian batuk pada kelompok lidokain intravena 16%, pada kelompok lidokain intracuff 15,8%, pada kelompok lidokain topikal 26% dan pada kelompok kontrol 65%, berbeda bermakna pada kelompok lidokain intracuff dan intravena (p<0,05).10

Wetzel LE, dkk. (2008) membandingkan efektivitas lidokain 4% intracuff dibanding Tabel 4. Tekanan darah sistolik, diastolik, MAP, dan laju nadi

Pre-operasi Kelompok I (n=35) Kelompok II (n=35) P

Sistolik 120,6 (SD 6,9) 120,5 (SD 5,9) 0,956*

Diastolik 77,0 (SD 6,3) 75,1 (SD 7,8) 0,268*

MAP 91,51 (SD 5,43) 90,22 (SD 6,25) 0,362*

Laju nadi 82,3 (SD 6,9) 80,9 (SD 8,5) 0,460*

Saat Jahit Kulit

Sistolik 119,9 (SD 7,5) 119,0 (SD 11,3) 0,681* Diastolik 75,8 (SD 5,7) 73,6 (SD 10,5) 0,282* MAP 90,52 (SD 5,16) 88,74 (SD 9,30) 0,326* Laju nadi 81,0 (SD 7,4) 79,4 (SD 7,8) 0,364* Saat Ekstubasi Sistolik 130,1 (SD 6,5) 136,8 (SD 12,3) 0,006* Diastolik 81,4 (SD 5,7) 82,7 (SD 6,4) 0,388* MAP 97,64 (SD 4,83) 100,72 (SD 6,74) 0,031* Laju nadi 92,3 (SD 8,1) 94,6 (SD 8,2) 0,245*

2 Menit Setelah Ekstubasi

Sistolik 124,8 (SD 7,1) 130,4 (SD 11,1) 0,014*

Diastolik 79,1 (SD 5,3) 80,9 (SD 5,9) 0,164*

MAP 94,30 (SD 4,87) 97,43 (SD 6,00) 0,019*

Laju nadi 87,3 (SD 7,9) 90,6 (SD 7,9) 0,091*

4 Menit Setelah Ekstubasi

Sistolik 121,3 (SD 7,2) 125,5 (SD 9,0) 0,034*

Diastolik 76,5 (SD 6,0) 79,4 (SD 4,8) 0,032*

MAP 91,47 (SD 5,65) 94,78 (SD 4,38) 0,008*

Laju nadi 85,3 (SD 6,6) 88,1 (SD 7,3) 0,103*

8 Menit Setelah Ekstubasi

Sistolik 119,4 (SD 7,4) 121,5 (SD 7,9) 0,251*

Diastolik 75,2 (SD 5,9) 77,9 (SD 5,2) 0,051*

MAP 89,95 (SD 5,71) 92,41 (SD 4,41) 0,048*

Laju nadi 83,2 (SD 6,0) 83,3 (SD 6,8) 0,956*

*Uji T independent

Tabel 5. Peningkatan MAP dan laju nadi dari jahit kulit

Ekstubasi – Baseline Kelompok I (n=35) Kelompok II (n=35) p

Kenaikan MAP 7,11 (SD 4,60) 11,98 (SD 10,42) 0,015* Kenaikan laju nadi 11,3 (SD 5,8) 15,3 (SD 8,8) 0,03* 2 menit Setelah Ekstubasi – Baseline

Kenaikan MAP 3,77 (SD 5,00) 8,69 (SD 10,63) 0,017* Kenaikan laju nadi 6,3 (SD 4,9) 11,2 (SD 9,6) 0,010* 4 menit Setelah Ekstubasi - Baseline

Kenaikan MAP 0,94 (SD 5,00) 6,04 (SD 9,44) 0,007*

Kenaikan laju nadi 4,3 (SD 4,9) 8,7 (SD 9,8) 0,021* 8 menit Setelah Ekstubasi - Baseline

Kenaikan MAP -0,57 (SD 5,47) 3,67 (SD 9,38) 0,025* Kenaikan laju nadi 2,2 (SD 4,2) 3,9 (SD 9,3) 0,318* *Uji T independent

Parameter hemodinamik seperti tekanan darah sistolik, diastolik, mean arterial pressure

(MAP), dan laju nadi tidak berbeda bermakna pada kedua kelompok pada saat preoperasi (tabel 4). Saat ekstubasi, tekanan darah sistolik dan MAP lebih rendah di kelompok I (tabel 4). Pada 2 menit setelah ekstubasi, tekanan darah sistolik dan MAP lebih rendah di kelompok I. Namun, pada saat ekstubasi dan 2 menit setelah ekstubasi, tekanan darah

diastolik dan laju nadi relatif sama, berbeda tidak bermakna.

Saat 4 menit setelah ekstubasi, tekanan darah sistolik, diastolik dan MAP lebih rendah pada kelompok I (tabel 4). Laju nadi pada kedua kelompok relatif sama. Pada 8 menit setelah ekstubasi, tekanan sistolik dan diastolik, juga laju nadi pada kedua kelompok didapatkan berbeda tidak bermakna (tabel 4). Namun,

(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dollo G, Estebe JP, LeCorre P, Chevanne F, Ecoff ey C, LeVerge R. Endotracheal pipa cuff s fi lled with lidocaine as a drug delivery system: in vitro dan in vivo investigations. Eur J Pharm Scien 2001;13:319-23.

2. Fagan C, Frizelle H, Laff ey J, Hannon V, Carey ML. The eff ects of intracuff lidocaine on endotracheal pipa-induced emergence phenomena after general anesthesia. Anesth Analg 2000;91:201-5.

3. Camporesi EM, Mortola JP, Sant’ambrogio F, Sant’ambrogio G. Topical anesthesia of tracheal receptors. J Appl Physiol Respir Environ Exerc Physiol. 1979;47:1123-6.

4. Nishino T, Hiraga K, Sugimori K. Eff ects of intravena lignocaine on airway refl exes elicited by irritation of the tracheal mucosa in humans anesthetized with enfl urane. Br J Anaesth. 1990;64:682-7.

5. Prengel AW, Lindner KH, Hahnel JH, Georgieff M. Pharmacokinetics and technique of endotracheal and deep endotracheal lidocain administration. Anesth Analg. 1993;77:985-9. 6. Gonzalez RM, Bjerke RJ, Drobycki T, Stapelfeldt WH, Green JM, Janowitz MJ. Prevention of endotracheal pipa-induced coughing during emergence from general anesthesia. Anesth Analg.

1994;79:792-5.

7. Sconzo JM, Moscicki JC, DiFazio CA. In vitro diff usion of lidocain across endotracheal pipa cuff s. Reg Anesth 1990;15:37-40.

8. Huang CJ, Tsai MC, Chen CT, Cheng CR, Wu KH, Wei TT. In vitro diff usion of lidocaine across endotracheal pipa cuff s. Can J Anesth. 1999;46:82-8.

9. Jaichandran VV, Angayarkanni N, Karunakaran C, Bhanulakshmi IM, Jagadeesh V. Diff usion of lidocaine buff ered to an optimal pH across the endotracheal pipa cuff – an in-vitro study. Ind J Anaesth 2008;52:536-40.

10. Wetzel LE, Ancona AL, Cooper AS. The eff ectiveness of 4% intracuff lidocaine in reducing coughing during emergence from general anesthesia in smokers undergoing procedures lasting less than 1.5 hours. AANA J. 2008;76(2):105-8.

11. Lozano Z, Villasenor JAC, Reyes JR, Rodriguez JPS, Corona GB, Alonso LAG. Comparison of topical, intravenous, dan intracuff lidocaine for reducing coughing after extubation during emergence from general anesthesia. Rev Esp Anestesiol Reanim 2007;54(10):596-601.

12. Estebe JP, Dollo G, LeCorre P. Alkalinization of intracuff lidocaine improves endotracheal pipa-induced emergence phenomena. Anesth Analg. 2002;94:227-30.

13. Estebe JP, Delahaye S, LeCorre P. Alkalinization of intracuff lidocaine and use of gel lubrication protect against tracheal pipa-induced emergence phenomena. Br J Anaesth. 2004;93(3):361-6.

14. Sutherland AD, Santamaria JD, Nana A. Patient comfort and plasma lignocaine concentrations during fi beroptic bronchoscopy. Anaesth Intensive Care 1985;13:370-4. 15. Efthimiou J, Higenbottam T, Holt D, Cochrane GM. Plasma concentrations of lignocaine during fi beroptic bronchoscopy. Thorax 1982;37:68-71.

kontrol (saline) untuk mengurangi kejadian batuk saat ekstubasi, hasilnya kejadian batuk pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Namun, penelitian ini hanya terbatas pada prosedur-prosedur kurang dari 1,5 jam (90 menit).11

Saat ekstubasi, tekanan darah sistolik lebih rendah pada kelompok yang mendapat lidokain alkalinisasi intracuff . Namun, secara klinis kenaikan tekanan darah sistolik pada kedua kelompok tidak jauh berbeda, dan dampak klinisnya tidak jauh berbeda. Tekanan darah diastolik pada kedua kelompok didapatkan berbeda tidak bermakna. Namun, setelah MAP dihitung pada kedua kelompok dan dianalisis secara statistik, didapatkan perbedaan bermakna, MAP kelompok lido-kain teralkalinisasi intracuff lebih rendah. Estebe, dkk. (2002) membandingkan tekanan darah sistolik, diastolik, dan laju nadi saat ekstubasi pada 3 kelompok, yaitu kelompok yang mendapat infl asi cuff dengan saline, lidokain, dan lidokain bikarbonat. Didapat-kan teDidapat-kanan darah sistolik lebih rendah bermakna pada kelompok lidokain (121 SD 13) dibanding kelompok saline (141 SD 19), lebih rendah bermakna pada kelompok lidokain bikarbonat (116 SD 15) dibanding kelompok lidokain.12

Ada kekhawatiran kebocoran cuff , sehingga lidokain akan diabsorpsi ke sirkulasi sistemik dan dapat menyebabkan toksisitas. Namun, jumlah lidokain yang digunakan dalam penelitian ini hanya 120 mg, jauh dari dosis toksik lidokain, yaitu 5 mg/kgBB. Selain itu, Sutherland, dkk. (1985) melaporkan pada penggunaan dosis tetap 370 mg pada 21 pasien dewasa pada anestesi topikal jalan napas untuk bronkoskopi fi beroptik tidak ditemukan insidens konsentrasi plasma toksik.14 Studi Efthimiou, dkk. dengan 41

pasien menjalani bronkoskopi fi beroptik, menggunakan dosis rata-rata 9,3 mg/kg, mencatat hanya 2 pasien dengan kadar plasma melebihi kadar toksik (5,0 mcg/mL) dan tidak tercatat komplikasi.15 Pada penelitian

ini, seluruh cuff pipa endotrakea masih intak saat akhir penelitian.

Saat 2 dan 4 menit setelah ekstubasi, efek penekanan respons hemodinamik oleh lidokain yang bekerja topikal lebih baik dari lidokain sistemik, terlihat dari tekanan darah sistolik, diastolik, dan MAP yang lebih rendah (tabel 4). Laju nadi pada kedua kelompok relatif sama. Hal ini menunjukkan lidokain yang bekerja topikal pada mukosa trakea yang mendapat stimulasi langsung dari regangan mukosa oleh cuff endotrakea, dapat menekan kenaikan MAP dan laju nadi,

sebagaimana lidokain intravena yang bekerja sistemik.

SIMPULAN

Dari penelitian ini didapatkan bahwa lidokain HCl 2% 6 mL + natrium bikarbonat 7,5% 0,6 mL intracuff secara statistik lebih baik dari lidokain HCl 1,5 mg/kgBB intravena dalam mengurangi kejadian batuk 1 menit sebelum ekstubasi dan sampai 4 menit se telah ekstubasi pada operasi yang berlangsung lebih dari 90 menit. Demikian juga dalam mengurangi gejolak tekanan darah pada saat ekstubasi, dan sampai 8 menit setelah ekstubasi, namun secara klinis peningkatan tekanan darah dan laju nadi pada kedua kelompok masih dalam batas normal. Lidokain HCl 2% 6 mL + natrium bikarbonat 7,5% 0,6 mL intracuff dapat menjadi alternatif di samping lidokain intravena untuk mengurangi komplikasi akibat intubasi pipa endotrakea pada pasien dengan penyakit penyerta hipertensi, penyakit jantung koroner, tekanan intrakranial meningkat, dan tekanan intraokuler meningkat yang akan menjalani anestesi umum. Hal ini juga dapat diterapkan pada pasien-pasien yang me-makai pipa endotrakea jangka panjang untuk meningkatkan toleransi dan kenyamanan pasien.

Gambar

Tabel 5. Peningkatan MAP dan laju nadi dari jahit kulit

Referensi

Dokumen terkait

Duta Mebel menunjuk seorang Kepala Lapangan (Mandor) untuk membantunya dalam menjalankan sistem pengawasan dalam kegiatan produksi. Pekerja diwajibkan mematuhi perintah

penilaian autentik dalam Pendidikan Agama Islam yang telah. dilaksanakan oleh

Beberapa karakteristik yang harus dipenuhi suatu material yang digunakan sebagai katoda antara lain material tersebut terdiri dari ion yang mudah melakukan reaksi

1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. 2)

sekecil mungkin apabila kerusakan produk berada diluar batas kendali atas berarti terjadi kualitas penyimpangan produk yang dihasilkan. Bila demikian harus segera dilakukan

SELECT buku.judul , siswa .nama, siswa.kelas, siswa.jurusan, peminjaman.tgl_pinjam, pengembalian.tgl_kembali FROM siswa JOIN peminjaman USING(nis) JOIN buku

Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of development rights (TDR) dan air right

return on asset Bank Sumsel Babel periode 2008-2015 adalah tinggi tapi jika dibandingkan dengan return on asset perbankan secara nasional adalah rendah, (2)inflasi