• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan Keracunan Timbal Kronis Pada Pekerja Dewasa Dengan Suplemen Kalsium Dalam Upaya Pengembangan Kebijakan Di Bidang Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pencegahan Keracunan Timbal Kronis Pada Pekerja Dewasa Dengan Suplemen Kalsium Dalam Upaya Pengembangan Kebijakan Di Bidang Kesehatan"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA

PEKERJA DEWASA DENGAN SUPLEMEN KALSIUM

DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KEBIJAKAN DI

BIDANG KESEHATAN

Oleh:

WIRSAL HASAN

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

CHRONIC LEAD POISONING PREVENTION IN ADULT WORKERS WITH CALCIUM TREATMENT IN ORDER

TO DEVELOP HEALTH POLICY

ABSTRACT

Lead pollution in the air the city of Medan has been a problem because it is exceeded the specified threshold value. It is know that lead may cause health problems in humans, although the levels are lower than the maximum levels allowed in the blood. One of the community groups that have a high risk of chronic lead poisoning from the ambient air are workers who work on the side of the highway. Until now there is no health policies for prevention and treatment of chronic lead poisoning to workers who are at high risk.

This study aimed to determine the effects of calcium supplements to decrease blood lead levels (BLL) of adult workers are at high risk for chronic lead poisoning and found a health policy in the prevention of lead poisoning from the ambient air. This research uses quasi-experimental design with a clinical trial design in which subjects were divided into two groups that performed at random, one group as control and one more group was treated by giving calcium supplements with a dose of 500 mg three times daily peroral for three months and after three months measured again their BLL as the final result.

The research showed that: (1) BLL of rickshaw drivers, machine rickshaw drivers and street vendors are: initial BLL in the control group was 6.11 ± 3.57 g / dl and after the experiment was 4.16 ± 1.46 g / dl (p = 0.002). Initial BLL in the treatment group was 10.35 ± 3.36 g / dl after treatment was 3.2 ± 1.58 g / dl. (2) Treatment with calcium at a dose of 3 x 500 mg daily peroral to workers who are at high risk for chronic lead poisoning during the three months can reduce BLL significantly (p = 0.000) at CI = 95%. (3) In addition to treatment with calcium, other factors that influence BLL of workers is a place to rest during the day whether in the street or at home (p = 0.025). (4) BLL prediction models on rickshaw drivers and machine rickshaw drivers and street vendors in the form of regression equation: Y = 3446 to 0.727 (resting place) + 0.892 (calcium treatment) (5) Obtained a policy of “treatment with calcium at a dose of 3 x 500 mg peroral daily during the three-month period” to workers who are at high risk for chronic lead poisoning.

Suggested to Medan City Health Department in order to develop health policies, especially to workers who are at high risk for chronic lead poisoning. that is calcium treatment using doses of 3 x 500 mg peroral daily during the 3 months period.

(3)

PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA PEKERJA DEWASA DENGAN SUPLEMEN KALSIUM DALAM UPAYA PENGEMBANGAN

KEBIJAKAN DI BIDANG KESEHATAN

ABSTRAK

Pencemaran timbal di udara kota Medan sudah merupakan masalah karena sudah melewati Nilai Ambang Batas. Timbal dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia walaupun dalam kadar yang lebih rendah dari kadar maksimum dalam darah yang diperbolehkan. Salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis dari udara ambien adalah pekerja yang bekerja di pinggir jalan raya. Sampai saat ini belum ada kebijakan bidang kesehatan untuk pencegahan keracunan timbal kronis pada pekerja yang beresiko tinggi ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa dalam upaya mengembangkan kebijakan bidang kesehatan. Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan clinical trial design dimana subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yang dilakukan secara acak, satu kelompok sebagai kontrol dan satu kelompok lagi diberi perlakuan dengan memberikan suplemen kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg perhari selama tiga bulan dan setelah tiga bulan diukur kembali kadar timbal darahnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kadar timbal dalam darah (KTD) penarik becak dayung, penarik becak mesin dan pedagang pinggir jalan adalah: KTD awal pada kelompok kontrol 6,11±3,57 g/dl dan KTD akhir 4,16±1,46 g/dl (p=0,002). KTD awal pada kelompok perlakuan 10,35±3,36 g/dl dan KTD akhir 3,2±1,58 g/dl. (2) Pemberian Kalsium dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral selama 3 bulan dapat menurunkan KTD secara bermakna (p=0,000) pada CI=95%. (3) Faktor lain yang turut mempengaruhi KTD adalah tempat pekerja beristirahat pada siang hari apakah di pinggir jalan atau di rumah (p=0,025). (4) Didapat model prediksi KTD pada pekerja dewasa yang beresiko terhadap keracunan timbal kronis berupa persamaan regresi: Y = 3.446-0,727 (tempat istirahat) + 0,892 (pemberian kalsium). (5) Didapat rekomendasi kebijakan dalam mengelola dampak lingkungan yang diakibatkan oleh polusi timbal sebagai berikut: Pemberian Kalsium dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral selama tiga bulan pada pekerja yang telah terpapar pada polusi timbal.

Disarankan agar dapat dikembangkan kebijakan bidang kesehatan khususnya untuk pekerja yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis dengan pemberian kalsium dengan dosis 3 x 500 mg peroral sehari selama 3 bulan

Kata kunci : Pekerja dewasa, keracunan timbal kronis, pemberian kalsium, kebijakan kesehatan

(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul:

PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA PEKERJA DEWASA DENGAN SUPLEMEN KALSIUM DALAM UPAYA PENGEM-BANGAN KEBIJAKAN DI BIDANG KESEHATAN

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lainnya.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Medan, 5 Mei 2011

(5)

PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA

PEKERJA DEWASA DENGAN SUPLEMEN KALSIUM

DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KEBIJAKAN DI

BIDANG KESEHATAN

Oleh:

WIRSAL HASAN

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(6)

Judul Penelitian : Pencegahan Keracunan Timbal Kronis pada Pekerja Dewasa dengan Suplemen Kalsium dalam Upaya Pengembangan Kebijakan di Bidang Kesehatan

N a m a : WIRSAL HASAN NIM : 058106015/PSL

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui:

1. Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE Ketua

Prof.Dr.Alvi Syahrin,SH,MS Prof.Dr.dr.Chatarina U.Wahyuni,MS,MPH

Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3.Direktur Program Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam

Dan Lingkungan

Prof.Dr.Retno Widhiastuti, MS Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE

(7)

Telah diuji pada

Tanggal : 5 Mei 2011

PANITIA PENGUJI DISERTASI:

Ketua : Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE

Anggota : 1. Prof.Dr.Alvi Syahrin,SH,MS

2. Prof.Dr.dr.Chatarina U.Wahyuni,MS,MPH 3. Prof.Dr.Retno Widhiastuti, MS

4. Prof.Dr.Erman Munir, MSc 5. Prof.Dr.Ida Yustina, MSi

6. Dr.dr.Umar Zein, Sp.PD,KPTI,DTM&H

(8)

RIWAYAT HIDUP

Wirsal Hasan, lahir di Payakumbuah tanggal 19 November 1949. Putra ke

tiga dari lima bersaudara pasangan H.Hasan Z.A (alm) dan Hj.Syamtiar

Salim (alm). Menikah pada tahun 1976 dengan dr.Hj.Sundari, dikaruniai

putra dan putri yaitu dr. Fakhri Widyanto, MKed Ped, dan dr. Widyastuti,

MKed Ped. Riwayat Pendidikan, Fakultas Kedokteran UISU Medan (tamat

1983), University of Hawaii (tamat 1991), Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) USU Medan (tamat 2011). Saat ini

bekerja sebagai Staf Pengajar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadhirat Allah Subhana Wataala

atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil

diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada

bulan Mei 2009 sampai September 2010 ini adalah Pencegahan

Keracunan Timbal Kronis pada Pekerja Dewasa dengan Suplemen

Kalsium dalam Upaya Pengembangan Kebijakan di Bidang

Kesehatan.

Selama pelaksanaan penelitian ini penulis telah banyak mendapat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Promotor, dan Prof.

Dr. Alvi Syahrin, SH, MS serta Prof. Dr. dr. Chatarina U. Wahyuni,

MS, MPH selaku Co Promotor yang masih sempat meluangkan waktu

dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis mulai dari awal

pembuatan disertasi ini sampai selesai.

2. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, Prof. Dr. Erman Munir, MS, Prof. Dr.

Ida Yustina, Msi dan Dr. dr. Umar Zein, Sp.PD, KPTI, DTM&H yang

telah bersedia membantu penulis menyempurnakan disertasi, serta

menjadi penguji dan penilai disertasi ini.

3. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006 dan Prof. Dr. dr. Syahril

Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), Rektor Universitas Sumatera

Utara pada saat ini yang telah memberi izin kepada penulis untuk

mengikuti Program Doktor pada Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara yang kita cintai ini.

4. Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc. selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan Prof. Dr. Alvi Syahrin,

SH, MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam

dan Lingkungan pada tahun 2006 yang telah memberi izin kepada

(10)

Matondang,MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara dan Prof.Dr.Retno Widhiastuti, MS selaku Ketua

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan saat

ini yang telah memberi izin kepada penulis untuk mangajukan

disertasi ini.

5. dr.Ria Masniari Lubis,Msi. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006 dan Dr.

Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara pada saat ini dan Ir. Indra Chahaya, Msi

dan Ir.Evi Naria, MSi selaku Kepala Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengikuti

Program Doktor ini.

6. Kepada teman-teman di Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan USU khususnya kepada dr.Taufik Ashar, MKes yang

dengan penuh perhatian telah membantu penulis dalam pengolahan

data penelitian untuk disertasi ini serta dukungan dan motivasi yang

diberikan oleh teman sejawat yaitu dr. Surya Dharma, MPH, Dr. Dra.

Irna Marsaulina, MS, dr. Devi Nuraini Santi, Mkes, dan Dra. Nurmaini

MKes.

7. Kepada teman-teman seperjuangan, bu Azizah, bu Lelly Aman, pak

Hendaru, pak Djabar, buk Hidayati, pak Hendry Sitorus, pak Edhy

Mirwandono dan teman – teman lain yang sangat banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan disertasi ini mulai dari masa

perkuliahan, pembuatan proposal sampai dengan penyelesaian

disertasi ini. Tak lupa untuk staf administrasi di Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya saudara Maya dan

Pak Min serta Putri yang telah membantu penulis dalam setiap proses

(11)

8. Kepada abang-abang becak, sopir angkot dan pedagang pinggir jalan

yang telah berpartisipasi sebagai responden pada penelitian ini,

penulis ucapkan ribuan terima kasih.

9. Kepada Laboratorium Prodia dan staf di Jl. S. Parman Medan yang

telah membantu menfasilitasi pemeriksaan laboratorium yang

diperlukan dalam penelitian disertasi ini.

10. Sembah sujud dan terima kasih yang tak terhingga penulis

persembahkan kepada ayahanda H.Hasan Z.A. (almarhum) dan

bunda tercinta Hj.Syamtiar Salim (almarhumah) yang sangat penulis

kagumi dan hormati yang sewaktu beliau masih hidup selalu

memberikan dukungan dan doa agar penulis terus belajar pada

setiap kesempatan. Terima kasih atas segala kesabaran dan kasih

sayang dan telah bersusah payah membesarkan, mendidik, dan

memberi semangat hidup bagi penulis.

11. Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada

istri tercinta dr.Hj.Sundari, yang telah mendukung dan memberi

semangat penulis dengan penuh kasih sayang dan pengertian, serta

kedua putra tercinta dr. Fakhri Widyanto, MKed Ped dan dr.

Widyastuti, MKed Ped beserta manantu tersayang Nursaniah, Msi,

Apt dan Ir. Fauzan Rachman, Msi serta cucu tersayang Izzatun Nada

Azzakiyah dan Yasmin Fadilla Azzakiyah yang telah memotivasi dan

ikut membantu penulis dalam penyelesaian disertasi ini. Harapan

penulis, jadilah kalian anak-anak yang beriman, berilmu dan beramal.

Akhirnya kepada semua pihak yang belum penulis sebutkan satu

persatu yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung, penulis ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan disertasi ini dapat

memberikan sumbangan yang berharga bagi perkembangan ilmu

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan serta untuk Kesehatan

Masyarakat. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan ridho

Nya kepada kita semua. Amiiin.

(12)

DAFTAR ISI

1.5 Manfaat Penelitian... 12

1.6 Novelty Penelitian... 12

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan... 13

2.2 Sumber Daya Manusia sebagai Aset Terpenting... 15

2.3 Pengelolaan Kualitas Udara……… 16

2.4 Sumber Polusi Timba... 22

2.5 Timbal Dalam Tubuh Manusia………..………. 27

2.6 Pengaruh Timbal Terhadap Kesehatan ... 39

2.7 Toksisitas Timbal ... 51

2.8 Interaksi Kalsium dengan Timbal dalam Tubuh Manusia.. 55

2.9 Manajemen... 56

2.10 Manajemen Pencegahan Penyakit... 61

2.11 Manajemen Kesehatan Kerja... 62

2.12 Landasan Teori... 68

2.13 Kerangka Konsep... 70

III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu... 72

3.2 Bahan dan Alat ... 72

3.3 Rancangan Penelitian... 73

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 77

3.5 Variabel yang Diamati………...………. 83

IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan... 84

4.2 Gambaran Kadar Timbal di Udara Kota Medan... 87

4.3 Hasil Penelitian... 87

(13)

4.3.2 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Sebelum

dan Sesudah Pemberian Kalsium…………..…… 91

4.3.3 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal Dalam Darah Awal pada kelompok Kontrol... 93

4.3.4 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal Dalam Darah Awal pada Kelompok Perlakuan... 95

4.3.5 Analisis Korelasi dan Regresi Umur, Tekanan Darah Sistolik,Tekanan Darah Diastolik, Hemoglobin, Kreatinin, dan KTD dengan KTD Akhir.. 96

4.4 Proses Penentuan Kebijakan yang Diusulkan... 99

4.4.1 Kekuatan... 100

4.4.2 Kelemahan ... 101

4.4.3 Peluang... 101

4.4.4 Ancaman ... 101

4.5 Manjemen Pengelolaan Lingkungan untuk Mencegah Keracunan Timbal Kronis... 104

4.6 PEMBAHASAN 4.6.1 Konsentrasi Timbal Dalam Darah dan Permasalahan yang Ditimbulkannya ... 106

4.6.2 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah setelah Pemberian Kalsium antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan... 109

4.6.3 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah... 113

4.6.4 Usulan Pengembangan Kebijakan... 127

4.7 Keterbatasan Penelitian... 127

4.8 Hal yang Baru dalam Penelitian Ini... 129

V KESIMPULAN DAN SARAN……….……… 130

(14)

DAFTAR TABEL

Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional...

Kandungan Senyawa Pb dalam Gas Buang Kendaraan Bermotor...

Efek Kesehatan Secara Umum yang Timbul Akibat Keterpaparan Timbal...

Perbandingan Tingkat Kecerdasan (IQ) Rata-rata antara Anak yang Kandungan Pb dalam Darahnya Rendah dan Tinggi...

Konsentrasi Pb dalam Darah Pekerja Pria di Kota Tokyo Sekitar Tahun 1975-1980...

Jumlah Kendaraan yang Terdaftar di SAMSAT Kota Medan Tahun 2010...

Jumlah Kendaraan yang Terdaftar di Departemen Perhubungan Kota Medan Tahun 2007 ...

Karakteristik Responden...

Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Sebelum dan sesudah Pemberian Kalsium...

Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Sebelum Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan...

Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan...

Perbedaan Rata-rata Penuruanan Kadar Timbal dalam Darah Kelompok Kontrol dan Perlakuan..

(15)

4.9

4.10

4.11

4.12

4.13

4.14

Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal dalam Darah Awal pada Kelompok Perlakuan...

Analisis Korelasi dan Regresi Umur, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Hemoglobin, Kreatinin dan Kadar Timbal Darah Awal dengan Kadar Timbal Darah Akhir... ..

Hasil Analisis Regresi Linear Multipel ...

Hasil Uji Anova Persamaan Regresi Linear Multipel...

Model Summary Persamaan Regresi Linear Multipel...

Matrix SWOT...

95

96

97

97

98

103

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1

Menurunkan Kadar Timbal dalam Darah dengan Pemberian Suplemen Kalsium...

Perjalanan Timbal yang Berasal dari Lingkungan Sampai Masuk ke dalam Tubuh Manusia...

Skema Mekanisme Penyerapan Timbal di Lumen Usus...

Peningkatan Jumlah Intake Timbal Akan Menyebabkan Kenaikan Kadar Timbal dalam Darah...

Perjalanan Timbal dalam Tubuh Manusia...

Patogenesis Penyakit dalam Perspektif Lingkungan dan Variabel Kependudukan...

Kerangka Teori...

Kerangka Konsep...

Rancangan Studi...

Langkah-langkah Pengambilan Sampel...

Peta Kota Medan dan Lokasi Penelitian...

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

Surat Permohonan Untuk Mendapat Surat Keterangan Lulus Kaji Etik Kedokteran (Ethical Clearance)

Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan (Ethical Clearence)

Penjelasan Mengenai Penelitian

Surat Pernyataan Mengikuti Penelitian

Lembar Permintaan Pemeriksaan Laboratorium

Kuesioner Penelitian

Rekap Hasil Penelitian

Analisis Data

144

145

146

148

149

150

152

(18)

CHRONIC LEAD POISONING PREVENTION IN ADULT WORKERS WITH CALCIUM TREATMENT IN ORDER

TO DEVELOP HEALTH POLICY

ABSTRACT

Lead pollution in the air the city of Medan has been a problem because it is exceeded the specified threshold value. It is know that lead may cause health problems in humans, although the levels are lower than the maximum levels allowed in the blood. One of the community groups that have a high risk of chronic lead poisoning from the ambient air are workers who work on the side of the highway. Until now there is no health policies for prevention and treatment of chronic lead poisoning to workers who are at high risk.

This study aimed to determine the effects of calcium supplements to decrease blood lead levels (BLL) of adult workers are at high risk for chronic lead poisoning and found a health policy in the prevention of lead poisoning from the ambient air. This research uses quasi-experimental design with a clinical trial design in which subjects were divided into two groups that performed at random, one group as control and one more group was treated by giving calcium supplements with a dose of 500 mg three times daily peroral for three months and after three months measured again their BLL as the final result.

The research showed that: (1) BLL of rickshaw drivers, machine rickshaw drivers and street vendors are: initial BLL in the control group was 6.11 ± 3.57 g / dl and after the experiment was 4.16 ± 1.46 g / dl (p = 0.002). Initial BLL in the treatment group was 10.35 ± 3.36 g / dl after treatment was 3.2 ± 1.58 g / dl. (2) Treatment with calcium at a dose of 3 x 500 mg daily peroral to workers who are at high risk for chronic lead poisoning during the three months can reduce BLL significantly (p = 0.000) at CI = 95%. (3) In addition to treatment with calcium, other factors that influence BLL of workers is a place to rest during the day whether in the street or at home (p = 0.025). (4) BLL prediction models on rickshaw drivers and machine rickshaw drivers and street vendors in the form of regression equation: Y = 3446 to 0.727 (resting place) + 0.892 (calcium treatment) (5) Obtained a policy of “treatment with calcium at a dose of 3 x 500 mg peroral daily during the three-month period” to workers who are at high risk for chronic lead poisoning.

Suggested to Medan City Health Department in order to develop health policies, especially to workers who are at high risk for chronic lead poisoning. that is calcium treatment using doses of 3 x 500 mg peroral daily during the 3 months period.

(19)

PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA PEKERJA DEWASA DENGAN SUPLEMEN KALSIUM DALAM UPAYA PENGEMBANGAN

KEBIJAKAN DI BIDANG KESEHATAN

ABSTRAK

Pencemaran timbal di udara kota Medan sudah merupakan masalah karena sudah melewati Nilai Ambang Batas. Timbal dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia walaupun dalam kadar yang lebih rendah dari kadar maksimum dalam darah yang diperbolehkan. Salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis dari udara ambien adalah pekerja yang bekerja di pinggir jalan raya. Sampai saat ini belum ada kebijakan bidang kesehatan untuk pencegahan keracunan timbal kronis pada pekerja yang beresiko tinggi ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa dalam upaya mengembangkan kebijakan bidang kesehatan. Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan clinical trial design dimana subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yang dilakukan secara acak, satu kelompok sebagai kontrol dan satu kelompok lagi diberi perlakuan dengan memberikan suplemen kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg perhari selama tiga bulan dan setelah tiga bulan diukur kembali kadar timbal darahnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kadar timbal dalam darah (KTD) penarik becak dayung, penarik becak mesin dan pedagang pinggir jalan adalah: KTD awal pada kelompok kontrol 6,11±3,57 g/dl dan KTD akhir 4,16±1,46 g/dl (p=0,002). KTD awal pada kelompok perlakuan 10,35±3,36 g/dl dan KTD akhir 3,2±1,58 g/dl. (2) Pemberian Kalsium dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral selama 3 bulan dapat menurunkan KTD secara bermakna (p=0,000) pada CI=95%. (3) Faktor lain yang turut mempengaruhi KTD adalah tempat pekerja beristirahat pada siang hari apakah di pinggir jalan atau di rumah (p=0,025). (4) Didapat model prediksi KTD pada pekerja dewasa yang beresiko terhadap keracunan timbal kronis berupa persamaan regresi: Y = 3.446-0,727 (tempat istirahat) + 0,892 (pemberian kalsium). (5) Didapat rekomendasi kebijakan dalam mengelola dampak lingkungan yang diakibatkan oleh polusi timbal sebagai berikut: Pemberian Kalsium dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral selama tiga bulan pada pekerja yang telah terpapar pada polusi timbal.

Disarankan agar dapat dikembangkan kebijakan bidang kesehatan khususnya untuk pekerja yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis dengan pemberian kalsium dengan dosis 3 x 500 mg peroral sehari selama 3 bulan

Kata kunci : Pekerja dewasa, keracunan timbal kronis, pemberian kalsium, kebijakan kesehatan

(20)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan menimbulkan resiko pencemaran terhadap lingkungan dan akhirnya merugikan manusia itu sendiri oleh karena limbah yang dihasilkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, baik secara langsung, maupun secara tidak langsung. Gangguan kesehatan yang tidak langsung ini selalu timbul dalam jangka waktu yang lama oleh karena efeknya timbul setelah terjadi akumulasi dari bahan pencemar di dalam tubuh sampai menimbulkan gejala penyakit, atau gangguan kesehatan. Pada umumnya gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh karena keracunan bahan pencemar secara khronis ini bersifat menetap, atau tidak dapat disembuhkan.

Salah satu akibat dari pembangunan di bidang transportasi adalah penambahan jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat yang menimbulkan peningkatan pencemaran udara di kota besar yang semakin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara kota. Di samping karbon monoksida, juga dikeluarkan nitrogen oksida, belerang oksida, partikel padatan dan senyawa-senyawa fosfor dan timbal. Senyawa-senyawa ini selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin. Rancangan mesin dan macam bensin ikut menentukan jumlah pencemar yang akan timbul. Pembakaran mesin yang tidak sempurna akan menghasilkan banyak bahan yang tidak diinginkan dan meningkatkan pencemaran udara (Sastrawijaya, 2000).

(21)

Timbal merupakan metal yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia yang berlangsung seumur hidup disebabkan timbal berakumulasi dalam tubuh manusia. Dalam kasus yang terpapar polusi timbal dalam dosis rendah sekalipun ternyata dapat menimbulkan gangguan pada tubuh tanpa menunjukkan gejala klinik (Nawrot, 2006, Payton 1994, Roncal 2007, Spivey 2007, Lin et al., 2006).

Timbal juga terbukti meningkatkan jumlah kematian pada penderita penyakit jantung. Sampai saat ini belum dapat ditentukan berapa kadar terendah dari timbal dalam tubuh yang aman untuk kesehatan (Spivey, 2007).

(22)

1980 menunjukkan peningkatan kematian disebabkan gangguan peredaran darah dan jantung.

Ada beberapa karakteristik yang bisa dipakai untuk menentukan apakah seorang beresiko untuk mengandung kadar timbal yang tinggi di dalam darahnya antara lain: tempat tinggal di kota atau di desa, rumah tempat tinggal menggunakan cat yang mengandung timbal, kondisi perumahan yang tidak sehat, tempat tinggal ditempat yang padat penduduknya, tingkat pendidikan yang rendah dan lain-lain (Lanphear et al.,1998). Wahyudiono (2006) melakukan penelitian di Surabaya terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang memakai masker waktu bertugas dibandingkan dengan polisi yang tidak memakai masker. Dari 24 orang polisi yang bertugas di perempatan jalan yang padat lalu lintasnya, didapat kandungan timbal dalam darah sebanyak 31,6 g/100 ml, sedangkan yang tidak memakai masker rata-rata sebanyak 49,2 g/100 ml darah. Gangguan kesehatan yang mereka rasakan adalah hipertensi, nafas tersengal, jantung berdebar, sakit pinggang, nafsu makan berkurang, sakit kepala, sukar berkonsentrasi, sakit pada otot-otot dan tulang. Batas normal timbal dalam darah ditetapkan 40 g/100 ml darah pada orang dewasa dan pada anak-anak 10 g/100 ml darah. Erawati (2003) dalam penelitiannya terhadap 30 orang polisi lalu lintas di kota Medan menemukan bahwa 50% (15 orang) mengandung Pb dalam darahnya melebihi 80 g/l.

(23)

yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang direncanakan. Keempat, ialah perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan manusia.

Dari beberapa peneliti terdahulu diketahui bahwa pemberian kalsium pada beberapa kasus dapat menurunkan kadar timbal dalam darah. Sargent et al.(1999) meneliti pengaruh pemberian susu formula yang mengandung Kalsium dan Fosfor selama 9 bulan terhadap kadar timbal di dalam darah bayi berumur 3,5 - 6 bulan. Mereka mendapatkan penurunan kadar timbal di dalam darah setelah pemberian susu formula tersebut selama 4 bulan dan 9 bulan, walaupun secara statistik tidak signifikan. Haryanto (2008) yang melakukan penelitian pengaruh suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timah hitam dalam darah terhadap anak sekolah di kota Bandung menyimpulkan bahwa prediksi penurunan kadar Pb-darah anak-anak di kota Bandung jika mengkonsumsi suplemen kalsium 250 mg/hari selama 3 bulan adalah sebesar 43,6% dan jika mengkonsumsi suplemen kalsium 500 mg/hari adalah 44,3%.

(24)

urutan kedua sesudah Jakarta. Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Medan rata-rata 5,61 % pertahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada darah pekerja di jalan Tol Jagorawi didapati 3,92 s.d 7,59 µg/dl, sedangkan pada pengemudi 30 s.d 46 µg/dl, kemudian pada polisi lalu lintas > 40 µg/dl. Pada bulan Februari 2003 BAPEDAL SU melakukan pengukuran kadar Pb di udara ambient kota Medan, hasilnya menunjukkan adalah 3,5 µg/m3, sedangkan Baku Mutu Udara Ambient adalah 2,0 µg/m3 berarti kadar Pb sudah melewati Nilai Ambang Batas. Kandungan Pb udara paling tinggi adalah di Terminal Amplas pada waktu pengamatan pukul 16.00-17.00 WIB, yaitu 32,67 µg/ m , kemudian di Pinang Baris pada pengamatan pukul 07.30-08.30 WIB dan di Jalan Brigjen Katamso pada waktu pengamatan pukul 13.00-14.00 WIB yaitu 23.00 µg/ m . Kandungan Pb udara yang lebih rendah adalah di Komplek Setia Budi Indah pada waktu pengamatan pukul 07.30-08.30 WIB, yaitu 5,87 µg/ m ( Sitohang, 2001).

Kadar Pb di udara Terminal bus Amplas dan Terminal Bus Pinang Baris di kota Medan yang diteliti oleh Girsang pada tahun 2008 didapat sebesar > 2 µg/ m (3,228 ± 0 µg/ m ) pada pos yang padat kendaraan bermotornya dan pada pos-pos yang kurang padat kendaraan bermotornya kadar Pb dalam udara adalah < 2 µg/ m (0,889-1,385 µg/ m ) sedangkan kadar Pb dalam darah petugas Dinas Perhubungan yang bertugas ditempat tersebut adalah 5-10 µg/dl (Girsang 2008).

(25)

yang padat dengan lalu lintas kenderaan bermotor, sampai sore hari bahkan ada yang sampai malam hari berada di pinggir jalan, baik dalam kondisi sedang bekerja ataupun dalam keadaan beristirahat terus menerus terpapar dengan polusi udara, dalam hal ini adalah polusi timbal yang dihasilkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor.

(26)

Gambar 1.1 Teori Simpul dalam Pemberantasan Penyakit (Sumber: Achmadi (2008)

Mengacu kepada Gambar 1.1. maka patogenesis atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan kedalam 4 simpul, yakni simpul 1 disebut sebagai sumber penyakit, simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit, simpul 3, penduduk dengan berbagai variabel kependudukan seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, gender, sedangkan simpul 4, penduduk dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau terpapar komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. Titik simpul pada dasarnya menuntun kita sebagai titik simpul manajemen. Untuk mencegah penyakit tertentu, tidak perlu menunggu sampai simpul 4 terjadi. Dengan mengendalikan sumber penyakit, kita dapat mencegah sebuah proses kejadian hingga simpul 3 atau 4 (Achmadi, 2008). Dalam hal pencegahan terhadap timbulnya penyakit akibat keracunan timbal ini dapat kita lakukan dengan urutan sebagai berikut:

(27)

dikurangi (Wardhana, 2004, Satrawijaya, 2000), melakukan modikasi gas buang kendaraan bermotor dengan penyaringan timbal yang keluar dari emisi gas buang (Widowati, 2008), mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya dengan mengganti kendaraan umum kapasitas kecil dengan kendaraan umum berkapasitas besar (Wardhana, 2004)

Pada simpul 2 (Komponen Lingkungan), yaitu mencegah terjadinya transmisi dari timbal yang telah ada di udara ke dalam tubuh manusia yaitu melakukan penanaman pohon dipinggir jalan yang menyerap timbal di udara ambien (Gravitiani, 2009).

Pada simpul 3 (Perilaku Manusia), tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memakai masker dimana dari beberapa menelitian menunjukkan manfaat masker dalam mencegah naiknya kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang mempergunakan masker sewaktu bertugas (Wahyudiono, 2006), melakukan pengukuran timbal dalam darah secara rutin sebagai biomarker, dimana setiap pekerja yang kadar timbal dalam darahnya sudah mendekati kadar yang membahayakan kesehatan maka pekerja tersebut dipindahkan ke area dimana tidak ada polusi timbal (Widowati et al, 2008).

(28)

menunjukkan gejala-gejala yang khas keracunan timbal, dengan pemberian suplemen kalsium. Menurunkan kadar timbal dalam darah dengan suplemen kalsium dapat digambarkan seperti pada halaman berikut:

Gambar 1.2 Menurunkan kadar timbal dalam darah dengan pemberian suplemen kalsium

Pengamatan yang dilakukan terhadap pekerja di pinggir jalan ini umumnya mereka terdiri dari pekerja dengan latar belakang ekonomi lemah. Belum pernah dilakukan usaha pencegahan untuk menurunkan kadar timbal dalam darah mereka baik dalam program pemerintah maupun dengan cara pengobatan mandiri, pada hal diketahui bahwa polusi timbal yang mereka hadapi selama bertahun-tahun bekerja di pinggir jalan adalah merupakan ancaman yang serius terhadap kesehatan mereka secara permanen seperti yang telah disebutkan diatas. Gangguan kesehatan yang disebabkan keracunan timbal kronis yang mereka alami setiap hari ini merupakan ”silent killer” bagi penderita sehingga berakibat penurunan produktivitas dan kelangsungan pendidikan dan kehidupan anggota keluarganya. Sebagai usaha untuk melindungi kaum duafa yang terpapar ini maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menemukan cara pencegahan atau cara pengobatan keracunan oleh timbal secara kronis dengan jalan menurunkan kadar timbal dalam darah mereka.

(29)

1.2 Perumusan Masalah

Mengingat gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh timbal walaupun dalam kadar rendah dalam darah dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti yang dijelaskan oleh peneliti-peneliti (Nauwrot 2006, Payton et al 1994, Roncal 2007, Spivey 2007, Lin et al., 2006), maka dirasa sangat perlu dicari suatu cara untuk mencegah timbulnya keracunan timbal kronis pada pekerja beresiko tinggi ini. Timbal terus menerus dikeluarkan oleh gas buang kendaraan bermotor di kota Medan dan dapat diserap oleh tubuh baik melalui pernafasan dan kulit terus berlangsung selama mereka berada di jalan raya, ditambah lagi sifat akumulasi dari timbal yang sudah diserap di dalam tubuh, maka perlu diperoleh suatu cara untuk mencegah peningkatan kadar timbal atau untuk menurunkan kadar timbal di dalam darah mereka. Karena kalsium salah satu bahan yang dapat menurunkan kadar timbal dalam darah anak-anak sekolah (Haryanto 2008, Markowitz et al 2004, Ballew 2001, Sargent 1999), maka peran kalsium dalam menurunkan kadar timbal dalam darah pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi perlu diteliti.

Dari penelusuran literatur yang dilakukan peneliti belum ada literatur mengenai penelitian dengan tujuan mengatasi resiko keracunan timbal pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi dengan pemberian suplemen kalsium. Penelitian terhadap orang dewasa yang ada tercatat adalah pengaruh suplemen kalsium pada kadar timbal dalam darah wanita hamil dan wanita menyususi ( Anetor et al. 2005, Ettinger 2009,Gulson et al. 2004).

(30)

bidang kesehatan dalam usaha pencegahan keracunan timbal dari udara ambien pada pekerja dewasa.

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah pemberian suplemen kalsium pada pekerja dewasa dapat mencegah dampak lingkungan dengan menurunkan kadar timbal dalam darah dan efektif sebagai kebijakan pemerintah dalam mencegah efek keracunan timbal?

1.3 Tujuan Penelitian: 1.3.1 Tujuan Umum:

Mencegah Dampak Lingkungan dengan menentukan efek suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis dalam upaya pengembangan kebijakan bidang kesehatan.

1.3.2 Tujuan Khusus:

1. Menentukan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis

2. Menentukan efek suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis.

3. Mengetahui pengaruh faktor-faktor yang turut mempengaruhi kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis

(31)

5. Mencegah Dampak Lingkungan dengan menentukan cara pencegahan agar manusia yang telah terpapar dengan polusi timbal tidak menjadi sakit dengan pemberian suplemen kalsium

1.4 Hipotesis

Pemberian suplemen kalsium 3 x 500 mg sehari selama 3 bulan pada pekerja dewasa dapat menurunkan kadar timbal dalam darah secara bermakna.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dapat digunakan sebagai salah satu cara pencegahan agar pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhindar dari dampak keracunan timbal kronis.

2. Dapat dipergunakan untuk menghindari faktor-faktor yang mempunyai resiko tambahan terhadap timbulnya keracunan timbal kronis

3. Sebagai masukan kepada pihak-pihak yang terkait untuk membuat kebijakan pencegahan dampak lingkungan akibat pencemaran timbal.

1.6 Novelty Penelitian

1. Pencegahan Dampak Lingkungan dengan Pencegahan Keracunan Timbal Kronis pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi.

(32)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Soemarwoto (1997) menyatakan pengelolaan lingkungan mempunyai ruang lingkup yang luas dengan cara yang beraneka pula. Pertama, ialah pengelolaan lingkungan secara rutin. Kedua, ialah perencanaan dini pengelolaan lingkungan yang menjadi dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan. Ketiga, ialah perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang direncanakan. Keempat, ialah perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan manusia.

Siregar (2004) membagi aset berdasarkan perspektif pembangunan berkelanjutan sebagai berikut: Pertama, sumberdaya alam adalah sumber kekayaan alam yang dapat digunakan dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kedua, sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada manusia seperti akal pikiran, seni, keterampilan dan sebagainya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat pada umumnya. Ketiga, infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan sebagai sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dengan semaksimalnya, baik saat ini maupun keberkelanjutannya dimasa yang akan datang.

(33)

manufaktur, transportasi, konstruksi, migrasi dan pertumbuhan penduduk. Dampak merupakam hasil baik negatif (udara/air/polusi suara, produksi sampah, kemacetan, penuh sesak) maupun positif (produk dan pelayanan yang bernilai tambah, pendidikan, akses mendapatkan barang kebutuhan dan pelayanan).

Dalam pengertian yang luas, lingkungan perkotaan dapat diartikan sebagai titik pertemuan dari lingkungan alam, bangunan lingkungan, dan lingkungan sosial ekonomi. Menghilangkan satu dimensi dan mengesampingkan satu dimensi lainnya sudah pasti memunculkan bahaya yang tidak dapat dielakkan. Saling ketergantungan dan hubungan antar cabang ilmu pengetahuan dari tiga dimensi ini harus sepenuhnya dipahami dalam rangka pengembangan dan kebijakan program yang koheren serta berkelanjutan bagi lingkungan perkotaan (Srinivas, 2003)

(34)

untuk mengurangi permintaan, langkah untuk mendukung perubahan model transportasi, langkah untuk meningkatkan efisiensi energi di dalam masing-masing model transportasi, dan langkah untuk mempromosikan penggunaan bahan bakar alternatif di sektor transportasi.

2.2 Sumber Daya Manusia sebagai Aset Terpenting

Hardjasumantri (2002) menjelaskan bahwa Agenda 21 Global yang terdiri dari 39 bab yang dibagi dalam 4 bagian, pada bagian pertama berupa Dimensi Sosial dan Ekonomi yang membahas masalah pembangunan yang dititikberatkan pada segi manusia, serta isu-isu kunci seperti perdagangan dan keterpaduan pengambilan keputusan. Di dalam Agenda 21 juga diungkapkan hal-hal penting dalam upaya mencapai pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, antara lain pada poin 4 menyebutkan: Kemiskinan dipandang sebagai baik penyebab maupun hasil dari penurunan kualitas lingkungan. Penanganannya tidak dapat dilakukan secara terpisah, melainkan harus secara bersama dengan memasukkan isu pelayanan kesehatan, kependudukan, hak perempuan, dan pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat lokal.

(35)

mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup dan menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup (Hardjasumantri, 2002).

2.3 Pengelolaan Kualitas Udara

Udara diperlukan manusia setiap saat dalam kehidupannya. Untuk itu kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan masyarakat. Ketentuan mengenai kualitas udara di Indonesia diatur dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan terkait lainnya. Standard tentang batas-batas pencemar udara secara kuantitatif diatur dalam Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu Emisi. Baku mutu udara ambien mengatur batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan atau benda (Slamet, 2009).

(36)

Tabel 2.1 Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional

Spesific Ion Electrode Impinger atau Conti-nous Analyzer 11 Flor Indeks 30 hari 40/100 cm2

Dari kertas limed filter

Colourimetric Limed Filter Paper

12 Chlorine dan

Colourmetric Lead Peroxida Candle

Sumber: Lampiran PP No.41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

(37)

Sastrawijaya (2000) mengatakan bahwa pencemaran oleh emisi kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara kota. Di samping karbon monoksida, juga dikeluarkan nitrogen oksida, belerang oksida, partikel padatan dan senyawa-senyawa fosfor dan timbal. Senyawa-senyawa ini selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin. Rancangan mesin dan macam bensin ikut menentukan jumlah pencemar yang akan timbul. Pembakaran mesin yang tidak sempurna akan menghasilkan banyak bahan yang tidak diinginkan dan meningkatkan pencemaran.

Di atmosfir kota-kota besar aerosol timbal merupakan pencemar yang telah dikenal. Untuk memperoleh bensin dengan bilangan oktan yang tinggi, maka bensin diberi senyawa timbal tetra etil dan timbal tetra metil. Pada pembakaran bensin, timbal akan tinggal di udara untuk beberapa hari sebanyak 25 sampai 50%. Peningkatan jumlah kendaraan dan peningkatan bilangan oktan bensin menambah pencemar timbal di udara, karena itu bahaya di kota makin meningkat. Sebaiknya dibuat mesin mobil yang memerlukan bahan bakar dengan angka oktan rendah, sehingga pencemar timbal menurun. Ada korelasi antara jumlah debu timbal dengan penyakit jantung (Satrawijaya,2000). Kadar timah hitam atau timbal di udara yang di kota besar berasal dari gas buang kendaraan bermotor dijadikan sebagai salah satu indikator pencemaran udara ( Chandra,2007).

(38)

suara serta menurunkan gas buang kendaraan bermotor hampir 100%. CMF dilengkapi dengan filter Karbon monoksida (CO), sulfur monoksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2) dan debu. Ternyata knalpot antipolusi produksi dalam negeri ini belum mendapat perhatian publik secara serius. Masyarakat cenderung tidak acuh dengan keadaan pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor. Masyarakat Indonesia seyogianya memahami dan menerima tuntutan zaman yang sangat menekankan kebutuhan atas kendaraan yang ramah lingkungan. Sepeda motor, mobil pribadi, mobil niaga dan truk, dan berbagai jenis kendaraan bermotor lainnya harus meminimalkan penyemburan polusi ke udara.

Konsumsi premium untuk transportasi pada tahun 1999 adalah sebesar 11.515.401 kiloliter. Premium mengandung Pb 0,45 g/L sehingga jumlah Pb yang terlepas ke udara sebesar 5.181.930 ton. Dengan pertumbuhan penjualan mobil sebesar 300% dan sepeda motor sebesar 50%, diperkirakan pada tahun 2001 polusi Pb meningkat mencapai 1,7-5 µg/m (Widowati et al, 2008). Penelitian yang dilakukan Kozak di tahun 1993 menyatakan bahwa pencemaran udara terutama emisi Pb tahun 1991 sebesar 733.154,42 ton berasal dari 98,61% dari transportasi dan industri; 1,39% dari rumah tangga, dan dari pemusnahan sampah jumlahnya sangat rendah. Bensin premium dengan nilai oktan 87 dan bensin super dengan nilai oktan 98 mengandung 0,70-0,84 tetraetil-Pb dan tetrametil= Pb, sehingga menjadi sebesar 0,56-0,63 g Pb yang dibuang ke udara dalam setiap liter bensin (Widowati et al, 2008)

(39)

dalam jarak 20 km; 10% mengendap dalam jarak 10-200 km; dan 35% dibawa ke atmosfir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Pb di udara di daerah lingkungan perkotaan yang padat lalu lintas adalah sebesar 0,1-0,2 ppm dan kandungan Pb dalam darah penduduk di sekitar lokasi adalah > 0,3 ppm ( Widowati et al, 2008).

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa tingkat kepadatan lalu lintas berpengaruh terhadap kadar Pb dalam darah pedagang kaki lima. Pada ruas jalan Yos Sudarso, Surakarta, dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi menunjukkan kadar Pb di udara sebesar 0,0007-0,021 µg/ m dan kadar Pb dalam darah pedagang kaki lima sebesar 0,366-0,806 ppm; di ruas jalan Letjen Supratman, Surakarta, dengan kepadatan lalu lintas sedang menunjukkan kadar Pb di udara sebesar 0,005-0,015 µg/ m dan kadar Pb dalam darah pedagang kaki lima sebesar 0,124- 0,339 ppm, pada ruas jalan Veteran, Surakarta, dengan tingkat kepadatan lalu lintas rendah, yaitu 2.055 - 2.490 kendaraan/jam yang menunjukkan kadar Pb di udara sebesar 0,0048-0,0096 µg/ m dan kadar Pb dalam darah pedagang kaki lima sebesar 0,176-0,298 ppm (Widowati et al, 2008).

(40)

bermotor dimana 79% kendaraan bermotor di Jakarta menyumbangkan debu yang mengandung Pb (Widowati et al, 2008).

(41)

2.4 Sumber Polusi Timbal

Timbal atau yang sering juga disebut timah hitam, dalam bahasa Latin disebut Plumbun yang disimpulkan dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada Tabel Periodik unsur kimia. Timbal mempunyai Nomor Atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2, adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 3270C dan titik didih 16200C. Pada suhu 500-600 0C timbal menguap dan membentuk timbal oksida. Walaupun bersifat lunak dan lentur Pb sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air, air panas dan air asam. Timbal dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 2004).

Timbal diketahui tidak mempunyai fungsi biologi apapun dalam tubuh manusia. Tidak ada bukti bahwa ada kadar terendah timbal dalam darah yang aman bagi kesehatan. Timbal seperti halnya zat besi dan kalsium diserap dengan cara yang sama di saluran pencernaan. Anak mengabsorbsi timbal lebih tinggi, lebih kurang 50% dibandingkan orang dewasa hanya 10%. Absorbsi timbal akan lebih banyak bila dalam makanan kurang mengandung kalsium dan zat besi. Tetraethyl lead yang dipakai sebagai pencampur bensin akan dibuang ke udara dan dapat diabsorbsi melalui kulit (Falken, 2003).

(42)

terhadap kesehatan pada saat ini lebih banyak berdasarkan studi epidemiologi yang menyatakan hubungan antara timbal dan kesehatan yang tidak dapat menunjukkan bahwa timbal adalah penyebab satu-satunya terhadap gangguan kesehatan tersebut. Namun penelitian dengan mempergunakan binatang percobaan mendukung penemuan-penemuan tersebut dan menunjukkan mekanisme dari timbulnya gangguan kesehatan tersebut. Banyak penelitian terhadap efek timbal terhadap jantung dan tekanan darah dimana peningkatan jumlah timbal dalam tulang dan dalam darah menyebabkan kenaikan pada gangguan jantung dan tekanan darah. Timbal juga terbukti menyebabkan peningkatan kematian pada penderita penyakit jantung. Sampai saat ini belum dapat ditentukan berapa kadar terendah dari timbal dalam tubuh yang aman untuk kesehatan (Spivey, 2007).

(43)

Untuk mengurangi ketukan atau menaikkan angka oktana, bahan bakar dapat juga diberi bahan tambahan (additif). Bahan tambahan tersebut sering juga disebut dengan senyawa anti ketukan. Senyawa anti ketukan pertama kali ditemukan oleh Thomas Midgley dan Boyd pada tahun 1922, berupa TEL (Tetra Ethyl Lead). Hidrokarbon yang telah terhalogenkan (setelah diberikan ethyl fluid) menyebabkan timbal (Pb) akan diubah menjadi timbal dibromida yang relatif mudah menguap sehingga mudah keluar dari silinder mesin mobil melalui knalpot. Apabila jumlah kendaran bermotor (mobil, sepeda motor dll) yang terdapat di suatu kota (atau negara) jumlahnya diketahui dan rata-rata pemakaian bahan bakarnya diketahui, maka jumlah gas buang hasil pembakaran yang dilepaskan ke udara per hari dapat dihitung. Kalau hasil pembakarannya tidak sempurna dan dianggap 1% dari hasil pembakaran berupa pencemar udara maka jumlah pencemar udara yang dilepaskan ke udara per hari dapat diperkirakan (Wardhana, 2004)

Dalam bidang industri timbal banyak dipakai dalam industri baterai, kabel telepon, kabel listrik, bahan peledak, pewarnaan cat, pengkilap keramik, bahan anti api dan additive untuk bahan bakar kendaraan bermotor (dalam bentuk Trimetil Pb dan Tetraetil Pb). Di udara kota-kota besar timbal merupakan pencemar udara yang semakin jadi perhatian terutama yang berasal dari pembakaran bensin yang mengandung timbal, pembakaran batubara, limbah pabrik, penyemprotan pestisida dan pembakaran sampah. Untuk mencegah suara knocking dari mesin kendaraan bermotor diperlukan bensin dengan bilangan oktan yang tinggi, maka bensin diberi senyawa timbal Tetra Etil Lead (TEL)dengan rumus (C2H5)4-Pb)dan Tetra Metil

Lead (TML)dengan rumus{(CH)3}4-Pb. Bahan additive yang biasa ditambahkan ke

(44)

18% etilendikhlorida, 18% etilendibromida dan sekitar 2% campuran tambahan dari bahan-bahan lain. Pada pembakaran bensin, 25% s/d 50% timbal yang dikandungnya akan dilepas ke udara. Peningkatan jumlah kendaraan dan peningkatan bilangan oktan bensin akan menambah pencemaran timbal di udara, karena itu bahaya keracunan timbal di kota akan semakin meningkat. Timbal (Pb) adalah racun sistemik yang menimbulkan rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan pencernaan, mual, muntah-muntah, kolik abdomen, encephalitis, wrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan dan kebutaan ( Slamet, 2009).

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui kandungan bermacam-macam senyawa Pb yang ada dalam asap kendaraan bermotor seperti pada Tabel 2.2. berikut:

Tabel 2.2 Kandungan Senyawa Pb Dalam Gas Buang Kendaran Bermotor Senyawa Pb/Waktu/%: 0 jam

(%)

18 Jam (%)

PbBrCl 32,0 12,0

PbBrCl.2PbO 31,4 1,6

PbCl2 10,7 8,3

Pb(OH)Cl 7,7 7,2

PbBr2 5,5 0,5

PbCl2.2PbO 5,2 5,6

Pb(OH)Br 2,2 0,1

PbOx 2,2 21,2

PbCO3 1,2 13,8

PbBr3.2PbO 1,1 0,1

PbCO3.2PbO 1,0 29,6

TOTAL 100 100

Sumber: Palar, 2004

(45)

mesin dihidupkan lebih lama, sedangkan kandungan gas lain seperti PbOx dan PbCO3.2PbO mengalami peningkatan yang sangat tinggi dan menggantikan posisi kedua gas pertama setelah pembakaran berjalan sampai 18 jam.

(46)

Gambar 2.1 Perjalanan timbal yang berasal dari lingkungan sampai masuk ke dalam tubuh manusia (Sumber: Diterjemahkan dari National Health and Medical Research Councils (2009)

2.5 Timbal dalam Tubuh Manusia

(47)

yang sampai pada alveoli. Diameter yang berukuran kurang dari 0,5 mikron dapat mencapai dan tinggal dalam alveoli. Partikel yang tinggal dalam alveoli dapat terabsorbsi ke dalam darah (Wardhana, 2004)

Pada tahun 370 BC Hipocrates menemukan kasus kolik abdomen pada pekerja yang berhubungan dengan timbal. Industri yang mempergunakan bahan bakar timbal masih terus berjalan sampai saat sekarang ini. Timbal merupakan metal yang toksis seumur hidup oleh karena timbal berakumulasi dalam tubuh manusia. Dalam kasus yang terpapar polusi timbal dalam dosis rendah ternyata dapat menimbulkan ganggguan tubuh tanpa menunjukkan gejala klinik (Nawrot, 2006). Soemirat (2005) menjelaskan bahwa jaringan target bagi timbal dalam tubuh adalah Sistem Urinaria, Sistem Syaraf, Sistem Gastro Intestinal, Sistem Hemapoietik dan Kulit.

(48)

pemeriksaan setiap 2 bulan, dan apabila dijumpai pekerja dengan kadar timbal 60 µg/dl maka harus dilakukan pemeriksaan setiap satu bulan. Public Health Services di Washington DC tidak lagi memakai nilai 40 µg/dl kadar maksimum timbal dalam darah, tapi mengusulkan agar kadar maksimum timbal dalam darah pekerja dewasa adalah 25 µg/dl dan kadar maksimum timbal dalam darah masyarakat umum adalah 5 µg/dl.

Timbal adalah racun sistemik. Keracunan Pb akan menimbulkan gejala rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan pencernaan, anorexia, muntah-muntah, kolik, encephalitis, wrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patognomonis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria. Pb organic cenderung menyebabkan encephalopathy. Pada keracunan akut terjadi gejala meninges dan cerebral, diikuti dengan stupor, coma, dan kematian. Tekanan liquor cerebrospinalis tinggi, insomnia, dan somnolence (Slamet, 2009).

Penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 1983 menunjukkan bahwa kadar Pb dalam darah polisi lalu lintas adalah yang tertinggi diikuti oleh pengemudi angkot, dan kadar Pb terendah adalah pada penduduk pedesaan. Sebanyak 46% polisi lalu lintas memiliki kandungan Pb dalam darah melampaui 40 µg/dL, 30% sopir angkot mengandung Pb dalam darah melampaui 40 µg/dL, dan 0% orang pedesaan mengandung Pb dalam darah yang melampaui 40 µg/dL (Widowati et al, 2008).

(49)

berumur 44 tahun sejumlah 160,4 µg/100ml dengan lama kerja kurang dari 5 tahun dan kadar terendah terdapat pada responden umur 30 tahun sebesar 0,5 µg/ 100 ml dengan lama kerja kurang dari 5 tahun. Didapat ada hubungan antara lama kerja Polisi lalu lintas dengan kadar timah hitam dalam darah, tetapi tidak terdapat hubungan antara umur Polisi lalu lintas dengan kadar timah hitam dalam darah. (Tarigan , 2001)

Penelitian terhadap 400 siswa sekolah dasar (usia kurang dari 12 tahun) secara acak di 25 kecamatan di kota Bandung menunjukkan bahwa 65,5% siswa memiliki kandungan Pb dalam darah sebesar 14,13 µg/dL, yang melebihi ambang batas yang ditentukan oleh WHO sebesar 10 µg/dL. Berdasarkan tipe kendaraan yang dipakai ke sekolah, kelompok siswa yang menggunakan angkutan umum memiliki kadar Pb darah tertinggi yaitu 14,49 µg/dL, kelompok siswa yang menumpang sepeda motor, kadar Pb dalam darah sebesar 13,9 µg/dL, sedangkan kelompok siswa pejalan kaki kadar Pb dalam darah sebesar 14,32 µg/dL (Widowati, 2008).

Hasil Penelitian terhadap 200 anak usia taman kanak-kanak di 7 kecamatan di Makasar menunjukkan rata-rata kadar Pb dalam darah sebesar 23,96 µg/dL. Sebanyak 90% dari anak-anak yang diperiksa menunjukkan kadar Pb yang melampaui ambang batas, bahkan terdapat anak yang menunjukkan kadar Pb dalam darah mencapai 60 µg/dL. Hasil penelitian pada tahun 2001 terhadap kadar Pb dalam darah anak jalanan dan polisi lalu lintas di Surabaya menunjukkan angka 216,5-687 µg/dL (Widowati et al, 2008).

(50)

anak sekolah SD, yaitu hanya 1,3% anak SD yang memiliki kandungan Pb dalam darah melampaui batas aman dengan rata-rata sebesar 4,2 µg/dL, lebih rendah bila dibandingkan hasil penelitian pada tahun 2003, dimana 35% anak SD memiliki kadar Pb dalam darah melampaui batas aman, yakni 10 µg/dL. Kadar Pb dalam darah rata-rata sebesar 8,6 µg/dL (Widowati et al, 2008). Mekanisme penyerapan timbal oleh usus dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Skema mekanisme penyerapan timbal di lumen usus (Sumber: EPA 540 (1994)

Kadar timbal dalam darah

(51)

tertumpuk di silia-silia di nasofaring akan tertelan masuk ke saluran pencernaan dan diserap melalui proses absorbsi usus (Hu et al, 2007).

Setelah di absorbsi timbal disimpan di dalam berbagai jaringan terutama di tulang. Hanya 2% dari total timbal dalam tubuh berada dalam darah dengan half-life selama 30 sampai 40 hari. Timbal yang disimpan dalam tulang dan jaringan bisa mempunyai half life sampai berpuluh tahun (Riess, 2007). Zaotis (2007) menjelaskan bahwa pada anak sumber keracunana timbal terutama melalui saluran pencernaan, tapi pada orang dewasa lebih banyak melalui saluran pernafasan. Melalui saluran pencernaan timbal pada anak diserap 45 sampai 50% sedang pada dewasa hanya diserap 10 sampai 15%. Begitu diserap baik melalui pencernaan maupun pernafasan, 99% timbal akan terikat dengan eritrosit dan sisanya 1 % lagi berada dalam jaringan. Timbal bisa juga masuk kedalam tubuh manusia selain melalui saluran pencernaan (ingested) dan saluran pernafasan, yakni melalui kulit.

(52)

Wahyudiono (2006) melakukan penelitian di Surabaya terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang memakai masker waktu bertugas dibandingkan dengan polisi yang tidak memakai masker. Dari 24 orang polisi yang bertugas di perempatan jalan yang padat lalu lintasnya, didapat kandungan timbal dalam darah sebanyak 31,6 ug/100 ml sedangkan yang tidak memakai masker rata-rata sebanyak 49,2 ug/100 ml darah. Gangguan kesehatan yang mereka rasakan adalah hipertensi, nafas tersengal, dada berdebar, sakit pinggang, nafsu makan berkurang, sakit kepala, sukar berkonsentrasi, sakit pada otot-otot dan tulang.

(53)

Gambar 2.3. Peningkatan Jumlah Intake Timbal akan Menyebabkan Kenaikan Kadar Timbal dalam Darah (Sumber: EPA 540 (1994)

Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, minuman, tanah, debu dan cat yang mengandung timbal masuk ke dalam lambung, sedangkan timbal yang berada di udara masuk melalui paru-paru dan saluran pencernaan, kemudian masuk ke dalam aliran darah dan organ-organ, lalu dikeluarkan melalui kulit, feses dan urine dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.

(54)

Muldoon et al. (1994) dalam penelitiannya terhadap 205 orang penduduk Baltimore yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan 325 orang penduduk Pensylvania yang tinggal di daerah pedesaan pada tahun 1990 sampai 1991 mendapatkan hasil sebagai berikut: rata-rata kadar timbal dalam darah pada peneltian ini lebih rendah 60% dari kadar timbal dalam darah pada penelitian tahun 1976-1980 yaitu dari 12,8 ug/dl turun menjadi 5,3 g/dl. Kesimpulan lain yang didapatnya adalah bahwa penduduk kota mempunyai kadar timbal dalam darah lebih tinggi dari penduduk pedesaan secara bermakna. Pada penduduk perkotaan didapatnya bahwa perokok, peminum alkohol, dan tahun sesudah menopause pada wanita menunjukkan asosiasi positif terhadap kadar timbal dalam darah .

Jin et al (1995) dalam penelitiannya terhadap anak berumur 24 sampai 36 bulan sebanyak 172 orang yang tinggal di Vancouver, Canada, mendapatkan rata-rata kadar timbal dalam darah 0,29 mol/l dengan standard deviasi 0,13 mol/l , range 0,06 mol/l sampai 0,85 mol/l. Disimpulkannya bahwa kadar timbal dalam darah anak menurun dari kadar timbal dalam darah dari penelitian sebelumnya. Tidak ada faktor yang signifikan yang ditemukan yang dapat menyebabkan kenaikan kadar timbal dalam darah sampel.

(55)

yang sudah lama memakainya didapat kadar timbal dalam darahnya 2,6 g/dl sedangkan bagi wanita yang tidak pernah memakainya didapat kadar timbal dalam darahnya 2,2 g/dl. Kesimpulannya bahwa timbal yang disimpan dalam tulang pada masa menopause akan masuk ke dalam darah sehingga kadar timbal dalam darah menjadi lebih tinggi.

Kadar timbal dalam darah perokok

(56)

menunjukkan angka 38,3. Setelah pasien merasakan sehat penuh, ia kembali bekerja ke tempat semula.

Lin et al. (2004) melaporkan hasil penelitiannya terhadap 84 orang berumur 31 sampai 72 tahun di Boston menemukan kadar timbal dalam darah rata-rata 3 g/dl. Dari 36 kasus non perokok didapatnya kadar timbal dalam darah rata-rata 2,7±1,9 g/dl, dari 38 kasus perokok 1-19 pak per tahun 3,0±2,1 dan dari perokok lebih dari 20 pak per tahun 4,1±3,3 g/dl yang dalam pengujian secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Kadar timbal dalam darah pencandu alkohol

Lee et al. (2005) dalam penelitiannya terhadap para ibu yang dalam masa reproduksi di Amerika Serikat menemukan bahwa gaya hidup seperti peminum alkohol dan perokok mempunyai hubungan dengan kadar timbal dalam darah. Peminum alkohol mempunyai kemungkinan 5,6 kali mempunyai kecendrungan kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena Alkohol akan membantu meningkatkan absobsi timbal di saluran pencernaan atau oleh karena adanya kontaminasi timbal pada foil pelapis botol – botol wine.

2.6 Pengaruh Timbal Terhadap Kesehatan

(57)

dan peningkatan serangan asma.( Committee on Environmental Health, Pediatrics 2004)

Lipsett (1999) mendapatkan hubungan antara polusi yang dikeluarkan oleh gas buang mesin diesel dengan timbulnya kanker pada paru-paru. Salah satu bahan pencemar yang sangat mengkhawatirkan peningkatannya adalah timbal yang berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor dan proses industri lainnya.

Pada tahun 2002 di Amerika lebih kurang 146 juta orang masih terpapar dengan udara yang melebihi Standar Kualitas Udara yang dikeluarkan pada tahun 1997, setidaknya satu dari enam kriteria kualiatas udara yakni Ozone, Particulate Matter, Sulfur Dioxide, Nitrogen Dioxide, Carbon Monoksida dan Timbal. (Lanphear,1998)

Menurut penelitian Bruce et al. (1998) ada beberapa kharakteristik yang bisa dipakai untuk menentukan apakah seorang beresiko untuk mengandung kadar timbal yang tinggi di dalam darahnya antara lain, tempat tinggal di kota atau di desa, rumah tempat tinggal menggunakan cat yang mengandung timbal, kondisi perumahan yang tidak sehat, tempat tinggal ditempat yang padat penduduknya, tingkat pendidikan yang rendah dan lain-lain.

Hasil penelitian dari tahun 1979 -1985 di Montreal Canada, menyatakan bahwa polusi yang ditimbulkan oleh kenderaan bermotor merupakan problem pencemaran lingkungan yang utama, serta mendapat hubungan antara gas buang mesin diesel dan timbulnya kanker paru-paru. (Parent et al, 2007).

(58)

dengan gas buang mesin diesel dengan peningkatan resiko timbulnya kanker paru, yang walaupun ini secara statistik tidak signifikan.

Efek kesehatan secara umum yang disebabkan oleh keterpaparan terhadap polusi timbale dapat kita lihat pada Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3. Efek Kesehatan Secara Umum yang Timbul Akibat Keterpaparan Timbal Tingkat Masalah

Kesehatan yang Timbul

Kadar Timbal Darah (µ/dl)

Pengaruh pada Tubuh yang Sudah Terdeteksi Sesuai dengan Kadar Timbal Darah.

Gangguan kesehatan yang berbahaya terjadi segera dan bersifat permanen

Bisa timbul gangguan kesehatan yang lain

Dapat timbul kerusakan tapi belum menunjukkan gejala

Timbal mulai menggang-gu system tubuh

Kadar rata-rata untuk manusia sehat

Penurunan berbahaya atas kemam-puan darah untuk membawa oksigen

Penurunan produksi darah

Sumber: diterjemahkan dari Fewtrell (2003)

(59)

pertambangan dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil pada proses pengecatan sistem semprot, pengolahan baterei, pencetakan, pembuatan keramik dan pelapisan logam. Keracunan kronis yang sangat patut kita waspadai adalah pada orang-orang yang bekerja di pinggir jalan seperti polisi lalu lintas, pekerja kebersihan jalan, pekerja taman, pedagang kakilima, penjaga toko dan lain-lain yang sehari-hari menghirup udara yang tercemar Tetra Ethyl Lead (TEL) dan Tetra Methyl Lead (TML) yang dilepaskan oleh gas buang kendaraan bermotor.

Orang-orang yang bekerja di tempat dimana terdapat gas buang dari mesin diesel mempunyai resiko yang lebih besar untuk mendapat penyakit kanker paru, dan bila sudah bekerja dalam waktu lama ditempat ini maka resikonya juga akan lebih tinggi (Frumkin, 2001). Penelitian terhadap pengaruh polusi udara yang ditimbulkan oleh lalu lintas terhadap timbulnya kanker pada manusia yang dimulai dari sejak mulai terjadinya kehamilan sampai dengan didiagnose timbulnya kanker sebanyak 1989 kasus yang didiagnose sebagai leukemia, tumor dari central nervus system dan tumor ganas limfoma selama tahun 1968 s/d 1991 di Danish Cancer Registry di Denmark. Disimpulkannya bahwa resiko timbulnya leukemia, tumor central nervus system tidak ada hubungan dengan benzene dan nitrogen dioxide selama periode pengukuran, namun didapatnya bahwa resiko terjadinya lymphoma meningkat 25% (Nielsen et al.2001).

Gambar

Gambar 1.1 Teori Simpul dalam Pemberantasan Penyakit (Sumber: Achmadi                                 (2008)
Gambar 1.2  Menurunkan kadar timbal dalam darah dengan pemberian suplemen
Tabel 2.1  Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional
Tabel 2.2 Kandungan Senyawa Pb Dalam Gas Buang Kendaran Bermotor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya peluang untuk mengembangkan konsep social network pada rekomendasi tempat wisata di Indonesia untuk memberikan konsep berbeda ketika mencari tempat wisata

Setiap orang memiliki keinginan untuk melakukan suatu hal. Keinginan yang kuat merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu untuk mencapai

Pengurus merupakan wakil dari Anggota yang dari dan oleh Anggota untuk menjalankan/mewakili Anggota dalam menjalankan perusahaan koperasi. Pengurus bertanggung

Manifestasi klinik  umumnya sudah terjadi beberapa bulan pasien mengalami hipertiroidisme, dan gejala klinik muncul umumnya sudah terjadi beberapa bulan pasien

SEHINGGA TERNAK YANG HIDUP PADA SUATU TEMPAT YANG MEMPUNYAI IKLIM TERTENTU MAKA AKAN TERBIASA DAN JIKA PINDAH KETEMPAT LAIN YANG BARU MAKA AKAN MEMPENGARUHI KEGIATAN

Kemudahan yang diperoleh anak dalam pembelajaran angklung dengan menggunakan metode belajar sambil ber- main adalah anak lebih memahami materi angklung seperti ketika anak memainkan

Aceh dapat dikatakan sebagai daerah yang memiliki pengalaman sejarah seperti yang telah disebutkan di atas dalam penyesuaiannya sudah relatif sangat lentur dengan budaya lokal dan

pembelajaran yang telah diajarkan akan mempengaruhi hasil siswa, maka. disini guru harus lebih kreatif lagi dalam penyampaian materi