• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pb yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor atau sumber lain ke udara bisa dalam bentuk gas atau partikel yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur pernafasan, saluran pencernaan dan kulit. Partikel yang terhirup yang mempunyai diameter lebih besar dari 5,0 mikron akan terhenti dan terkumpul terutama dalam hidung dan tenggorokan. Partikel yang berukuran diameter 0,5-5,0 mikron dapat terkumpul di dalam paru-paru sampai pada bronchioli, dan hanya sebagian kecil

Timbal dari Alam Air Tanah Timbal dari Emisi Kendaraan Bermotor Timbal dari Emisi Industri Timbal dari Renovasi/ Pengikisan Cat Hewan Ternak Udara Tumbuh- tumbuhan Makanan Air Minum Udara Pernafasan Tangan ke Mulut

yang sampai pada alveoli. Diameter yang berukuran kurang dari 0,5 mikron dapat mencapai dan tinggal dalam alveoli. Partikel yang tinggal dalam alveoli dapat terabsorbsi ke dalam darah (Wardhana, 2004)

Pada tahun 370 BC Hipocrates menemukan kasus kolik abdomen pada pekerja yang berhubungan dengan timbal. Industri yang mempergunakan bahan bakar timbal masih terus berjalan sampai saat sekarang ini. Timbal merupakan metal yang toksis seumur hidup oleh karena timbal berakumulasi dalam tubuh manusia. Dalam kasus yang terpapar polusi timbal dalam dosis rendah ternyata dapat menimbulkan ganggguan tubuh tanpa menunjukkan gejala klinik (Nawrot, 2006). Soemirat (2005) menjelaskan bahwa jaringan target bagi timbal dalam tubuh adalah Sistem Urinaria, Sistem Syaraf, Sistem Gastro Intestinal, Sistem Hemapoietik dan Kulit.

Berdasarkan The Departement of Labor and Industries The State of Washington (2000) menyatakan bahwa apabila pekerja telah mempunyai kadar timbal dalam darahnya mencapai 25 µg/dl darah maka pekerja harus dihindarkan dari keterpaparan timbal. Walaupun dinyatakan sebelumnya bahwa kadar timbal dalam darah kurang dari 40 µg/dl tidak berbahaya, namun sekarang sudah banyak penelitian yang menunjukkan gejala keracunan timbal telah terlihat pada kadar timbal dibawah 25 µg/dl. Apabila kadar timbal dalam darah sudah mencapai 60 µg/dl atau lebih atau apabila 3 kali pemeriksaan kadar timbal darahnya melebihi 50 µg/dl maka pekerja harus dipindahkan secepatnya dan dilakukan pemeriksaan kesehatan yang menyeluruh. Apabila ditemukan pekerja yang mempunyai kadar timbal dalam darahnya 25- 40 µg/dl maka harus dilakukan pemeriksaan setiap 6 bulan, jika ditemukan pekerja dengan kadar timbal 40 µg/dl maka harus dilakukan

pemeriksaan setiap 2 bulan, dan apabila dijumpai pekerja dengan kadar timbal 60 µg/dl maka harus dilakukan pemeriksaan setiap satu bulan. Public Health Services di Washington DC tidak lagi memakai nilai 40 µg/dl kadar maksimum timbal dalam darah, tapi mengusulkan agar kadar maksimum timbal dalam darah pekerja dewasa adalah 25 µg/dl dan kadar maksimum timbal dalam darah masyarakat umum adalah 5 µg/dl.

Timbal adalah racun sistemik. Keracunan Pb akan menimbulkan gejala rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan pencernaan, anorexia, muntah- muntah, kolik, encephalitis, wrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patognomonis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria. Pb organic cenderung menyebabkan encephalopathy. Pada keracunan akut terjadi gejala meninges dan cerebral, diikuti dengan stupor, coma, dan kematian. Tekanan liquor cerebrospinalis tinggi, insomnia, dan somnolence (Slamet, 2009).

Penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 1983 menunjukkan bahwa kadar Pb dalam darah polisi lalu lintas adalah yang tertinggi diikuti oleh pengemudi angkot, dan kadar Pb terendah adalah pada penduduk pedesaan. Sebanyak 46% polisi lalu lintas memiliki kandungan Pb dalam darah melampaui 40 µg/dL, 30% sopir angkot mengandung Pb dalam darah melampaui 40 µg/dL, dan 0% orang pedesaan mengandung Pb dalam darah yang melampaui 40 µg/dL (Widowati et al, 2008).

Dari 30 orang polisi lalu lintas yang bertugas di kota Medan yang diteliti bahwa kadar timah hitam (Pb) dalam darah yang tertinggi pada responden yang

berumur 44 tahun sejumlah 160,4 µg/100ml dengan lama kerja kurang dari 5 tahun dan kadar terendah terdapat pada responden umur 30 tahun sebesar 0,5 µg/ 100 ml dengan lama kerja kurang dari 5 tahun. Didapat ada hubungan antara lama kerja Polisi lalu lintas dengan kadar timah hitam dalam darah, tetapi tidak terdapat hubungan antara umur Polisi lalu lintas dengan kadar timah hitam dalam darah. (Tarigan , 2001)

Penelitian terhadap 400 siswa sekolah dasar (usia kurang dari 12 tahun) secara acak di 25 kecamatan di kota Bandung menunjukkan bahwa 65,5% siswa memiliki kandungan Pb dalam darah sebesar 14,13 µg/dL, yang melebihi ambang batas yang ditentukan oleh WHO sebesar 10 µg/dL. Berdasarkan tipe kendaraan yang dipakai ke sekolah, kelompok siswa yang menggunakan angkutan umum memiliki kadar Pb darah tertinggi yaitu 14,49 µg/dL, kelompok siswa yang menumpang sepeda motor, kadar Pb dalam darah sebesar 13,9 µg/dL, sedangkan kelompok siswa pejalan kaki kadar Pb dalam darah sebesar 14,32 µg/dL (Widowati, 2008).

Hasil Penelitian terhadap 200 anak usia taman kanak-kanak di 7 kecamatan di Makasar menunjukkan rata-rata kadar Pb dalam darah sebesar 23,96 µg/dL. Sebanyak 90% dari anak-anak yang diperiksa menunjukkan kadar Pb yang melampaui ambang batas, bahkan terdapat anak yang menunjukkan kadar Pb dalam darah mencapai 60 µg/dL. Hasil penelitian pada tahun 2001 terhadap kadar Pb dalam darah anak jalanan dan polisi lalu lintas di Surabaya menunjukkan angka 216,5-687 µg/dL (Widowati et al, 2008).

Penelitian oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada Januari-Maret 2005 menunjukkan terjadinya penurunan kadar Pb di dalam darah

anak sekolah SD, yaitu hanya 1,3% anak SD yang memiliki kandungan Pb dalam darah melampaui batas aman dengan rata-rata sebesar 4,2 µg/dL, lebih rendah bila dibandingkan hasil penelitian pada tahun 2003, dimana 35% anak SD memiliki kadar Pb dalam darah melampaui batas aman, yakni 10 µg/dL. Kadar Pb dalam darah rata-rata sebesar 8,6 µg/dL (Widowati et al, 2008). Mekanisme penyerapan timbal oleh usus dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Skema mekanisme penyerapan timbal di lumen usus (Sumber: EPA 540 (1994)

Kadar timbal dalam darah

Timbal masuk ke dalam tubuh terutama melalui saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Mekanisme molekular dari absorbsi timbal melalui paru-paru belum jelas diketahui, namun diketahui bahwa molekul timbal berukuran kurang dari 1 m yang dikeluarkan dari asap pembakaran bahan yang mengandung timbal diserap melalui paru-paru lebih dari 90%. Timbal dengan diamater lebih dari 2,5 m

tertumpuk di silia-silia di nasofaring akan tertelan masuk ke saluran pencernaan dan diserap melalui proses absorbsi usus (Hu et al, 2007).

Setelah di absorbsi timbal disimpan di dalam berbagai jaringan terutama di tulang. Hanya 2% dari total timbal dalam tubuh berada dalam darah dengan half-life selama 30 sampai 40 hari. Timbal yang disimpan dalam tulang dan jaringan bisa mempunyai half life sampai berpuluh tahun (Riess, 2007). Zaotis (2007) menjelaskan bahwa pada anak sumber keracunana timbal terutama melalui saluran pencernaan, tapi pada orang dewasa lebih banyak melalui saluran pernafasan. Melalui saluran pencernaan timbal pada anak diserap 45 sampai 50% sedang pada dewasa hanya diserap 10 sampai 15%. Begitu diserap baik melalui pencernaan maupun pernafasan, 99% timbal akan terikat dengan eritrosit dan sisanya 1 % lagi berada dalam jaringan. Timbal bisa juga masuk kedalam tubuh manusia selain melalui saluran pencernaan (ingested) dan saluran pernafasan, yakni melalui kulit.

Departement of Labor and Industries The State of Washington (2000) menyatakan bahwa timbal yang diserap oleh tubuh manusia dan berada dalam darah, secara bertahap akan dikeluarkan dari dalam tubuh, kadar timbal dalam darah akan akan turun secara normal menjadi setengahnya dalam waktu satu bulan apabila yang bersangkutan dibebaskan dari keterpaparan terhadap polusi timbal. Untuk pemeriksaan terhadap keracunan timbal sering dihubungkan dengan pemeriksaan ZPP (Zink Protoporphyrin) yaitu sejenis enzym di dalam darah yang selalu diukur bersamaan dengan pengukuran kadar timbal dalam darah. Kadar ZPP yang melebihi angka 70 menunjukkan kemungkinan telah terjadi peningkatan kadar timbal dalam darah penderita.

Wahyudiono (2006) melakukan penelitian di Surabaya terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang memakai masker waktu bertugas dibandingkan dengan polisi yang tidak memakai masker. Dari 24 orang polisi yang bertugas di perempatan jalan yang padat lalu lintasnya, didapat kandungan timbal dalam darah sebanyak 31,6 ug/100 ml sedangkan yang tidak memakai masker rata-rata sebanyak 49,2 ug/100 ml darah. Gangguan kesehatan yang mereka rasakan adalah hipertensi, nafas tersengal, dada berdebar, sakit pinggang, nafsu makan berkurang, sakit kepala, sukar berkonsentrasi, sakit pada otot-otot dan tulang.

Erawati (2003) dalam penelitiannya terhadap 30 orang polisi lalu lintas di kota Medan menemukan bahwa 87,7% (26 orang) mengandung Pb dalam darahnya melebihi 40 ug/dl. Hartono (2005) yang mempelajari efek pemberian Plumbum (timah hitam) anorganik pada tikus putih melaporkan bahwa pemberian senyawa Plumbum asetat netral 0,5 g/kg BB/oral/hari/tikus selama 16 minggu tidak menyebabkan gejala syaraf, namun mengakibatkan anemia disertai penurunan berat badan. Absorbsi plumbum via traktus gastrointestinal mencapai sekitar 16% dan diekskresikan via ginjal sekitar 0,006%. Akumulasi plumbum tertinggi dalam jaringan lunak terjadi berturut-turut pada ginjal, disusul hati, otak, paru, jantung, otot dan testis. Kadar plumbum tertinggi dalam jaringan keras ditemukan di tulang rusuk, kepala, paha dan gigi serta paling rendah di bulu. Hasil penelitian Environmental Protection Agency ((1994) melaporkan bahwa semakin tinggi intake timbal oleh tubuh maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah, sebagaimana tampak pada Gambar 2.3

Gambar 2.3. Peningkatan Jumlah Intake Timbal akan Menyebabkan Kenaikan Kadar Timbal dalam Darah (Sumber: EPA 540 (1994)

Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, minuman, tanah, debu dan cat yang mengandung timbal masuk ke dalam lambung, sedangkan timbal yang berada di udara masuk melalui paru-paru dan saluran pencernaan, kemudian masuk ke dalam aliran darah dan organ-organ, lalu dikeluarkan melalui kulit, feses dan urine dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.

Muldoon et al. (1994) dalam penelitiannya terhadap 205 orang penduduk Baltimore yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan 325 orang penduduk Pensylvania yang tinggal di daerah pedesaan pada tahun 1990 sampai 1991 mendapatkan hasil sebagai berikut: rata-rata kadar timbal dalam darah pada peneltian ini lebih rendah 60% dari kadar timbal dalam darah pada penelitian tahun 1976-1980 yaitu dari 12,8 ug/dl turun menjadi 5,3 g/dl. Kesimpulan lain yang didapatnya adalah bahwa penduduk kota mempunyai kadar timbal dalam darah lebih tinggi dari penduduk pedesaan secara bermakna. Pada penduduk perkotaan didapatnya bahwa perokok, peminum alkohol, dan tahun sesudah menopause pada wanita menunjukkan asosiasi positif terhadap kadar timbal dalam darah .

Jin et al (1995) dalam penelitiannya terhadap anak berumur 24 sampai 36 bulan sebanyak 172 orang yang tinggal di Vancouver, Canada, mendapatkan rata- rata kadar timbal dalam darah 0,29 mol/l dengan standard deviasi 0,13 mol/l , range 0,06 mol/l sampai 0,85 mol/l. Disimpulkannya bahwa kadar timbal dalam darah anak menurun dari kadar timbal dalam darah dari penelitian sebelumnya. Tidak ada faktor yang signifikan yang ditemukan yang dapat menyebabkan kenaikan kadar timbal dalam darah sampel.

Nash et al. (2004) meneliti hubungan kadar timbal dalam tulang dengan kadar timbal dalam darah pada wanita peri-menopause dibandingkan dengan wanita postmenopause dan premenopause. Didapat hasil bahwa kadar timbal dalam darah pada wanita postmenopause yang dibagi menjadi naturally menopause (25% lebih tinggi) dan surgically menopause (30% lebih tinggi) dari kadar timbal dalam darah wanita premenopause. Pada wanita yang baru saja memakai hormone replacement therapy menunjukkan penurunan kadar timbal dalam darah (1,8 g/dl), bagi wanita

yang sudah lama memakainya didapat kadar timbal dalam darahnya 2,6 g/dl sedangkan bagi wanita yang tidak pernah memakainya didapat kadar timbal dalam darahnya 2,2 g/dl. Kesimpulannya bahwa timbal yang disimpan dalam tulang pada masa menopause akan masuk ke dalam darah sehingga kadar timbal dalam darah menjadi lebih tinggi.

Kadar timbal dalam darah perokok

Penelitian yang dilakukan oleh McKelvey et al (2007) dengan menganalisis data dari survey yang dilakukan oleh NYC HANES pada tahun 2004 dengan jumlah sampel 1.811 penduduk New York , mendapatkan kadar timbal dalam darah tertinggi pada perokok berat ( 2,49 ug/dl). Mantan perokok mempunyai kadar timbal dalam darah 8% lebih tinggi dari sampel yang tidak pernah merokok. Mohammadi et al. (2008), melaporkan seorang kasus di Taheran, dengan keluhan sakit yang sangat pada perut sejak 4 bulan yang lalu. Pasien diopname dengan diagnose appendisitis, yang kemudian dilakukan appendectomi. Namun setelah dilakukan appendectomi tidak ditemukan kelainan pada appendix, sedangkan keluhan sakit perut disertai sakit kepala, lethargia, capek, irritability, insomnia, muscle pain, constipasi, decreased libido, nausea, vomiting, tremor, loss of appetite dan penuruan berat badan. Pada pemeriksaan selanjutnya ditemukan bahwa pasien adalah perokok berat dengan kadar timbal dalam darahnya 138 g/dl. Dilakukan pengobatan dengan CaNa2-EDTA dengan dosis 1 gram dua kali sehari selama 5 hari. Setelah pengobatan pasien merasakan keluhann sakitnya berkurang dan dipulangkan dari rumah sakit. Setelah 2 minggu kemudian pemeriksaan kadar timbal dalam darahnya

menunjukkan angka 38,3. Setelah pasien merasakan sehat penuh, ia kembali bekerja ke tempat semula.

Lin et al. (2004) melaporkan hasil penelitiannya terhadap 84 orang berumur 31 sampai 72 tahun di Boston menemukan kadar timbal dalam darah rata-rata 3 g/dl. Dari 36 kasus non perokok didapatnya kadar timbal dalam darah rata-rata 2,7±1,9 g/dl, dari 38 kasus perokok 1-19 pak per tahun 3,0±2,1 dan dari perokok lebih dari 20 pak per tahun 4,1±3,3 g/dl yang dalam pengujian secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Kadar timbal dalam darah pencandu alkohol

Lee et al. (2005) dalam penelitiannya terhadap para ibu yang dalam masa reproduksi di Amerika Serikat menemukan bahwa gaya hidup seperti peminum alkohol dan perokok mempunyai hubungan dengan kadar timbal dalam darah. Peminum alkohol mempunyai kemungkinan 5,6 kali mempunyai kecendrungan kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena Alkohol akan membantu meningkatkan absobsi timbal di saluran pencernaan atau oleh karena adanya kontaminasi timbal pada foil pelapis botol – botol wine.

Dokumen terkait