i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN
MELALUI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
DENGAN MEDIA KOMIK
PADA SISWA KELAS V SEMESTER 02
MI MIFTAHUL HUDA SUMBEREJO 01
KEC. PABELAN KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
WIDYA SEPTIAWAN NIM: 115-14-118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN
MELALUI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
DENGAN MEDIA KOMIK
PADA SISWA KELAS V SEMESTER 02
MI MIFTAHUL HUDA SUMBEREJO 01
KEC. PABELAN KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
WIDYA SEPTIAWAN NIM: 115-14-118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama : Widya Septiawan
NIM : 115-14-118
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Skripsi ini di perkenankan untuk di publikasikan pada e-repository IAIN
SALATIGA.
Salatiga, 4 Juni 2018.
vi
vii
“Karena pertolongan Allah. dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan dialah Maha Perkasa lagi Penyayang. (Q.S-Aruum : 5)”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapakku (Mulyono AL Budiarto) dan Ibuku (Ngatiyah) sebagai wujud baktiku kepadanya, yang telah bersusah payah membesarkanku, mendoakanku, mendukungku dan membiayai semua kebutuhanku hingga aku dapat menyelesaikan studi ini, mudah-mudahan bapak dan ibuku senantiasa diberikan nikmat umur panjang, nikmat sehat, dan nikmat rejeki lancar;
2. Mbah Mutiah dan (Alm) Mbah Soegito yang selalu membimbing saya, memberikan perhatian dan selalu mendoakan untuk keberhasilan saya, mudah-mudahan senantiasa diberikan nikmat umur panjang, nikmat sehat, dan ampunan dari sega kesalahan dunia;
3. Adikku (Maulita Aisyiyah) tersayang yang selalu memberikan semangat, mudah-mudahan adikku diberikan umur panjang, nikmat sehat, dan kemudahan dalam menuntut ilmu;
4. KH.M. Nasikhun dan Hj.Nasikun yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk kehidupan, dan memberikan tempat untuk menempa diri selama menuntut ilmu di salatiga dan PP AS-Syafiiyah NU. Semoga Senantiasa di berikan umur panjang, nikmat sehat dan rizki yang melimpah;
5. Untuk Ani Faizati, Yona Rengga A.P, Saidatun I’in, M.T. Yusuf dan Joko Suprianto terima kasih untuk perhatian, dukungan, semangat dan doanya sampai saat ini mudah-mudahan diberikan umur panjang, nikmat sehat, dan kemudahan dalam menuntut ilmu;
viii
KATA PENGANTAR
ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ
Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan Inayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Melalui Metode Numbered Head Together (NHT) Dengan Media Komik Pada Siswa Kelas V Mi Miftahul Huda Sumberejo 01 Tahun 2018 bisa selesai. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad SAW yang slalu kita nantikan syafaatnya kelak di zaumul kiamah.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga; 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga;
3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga;
4. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini;
5. Ibu RR. Dewi Wahyu Mustikasari, S.S., M.Pd.. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam melaksanakan kuliah hingga penulisan skripsi ini;
6. Bapak dan Ibu dosen serta selutruh staf karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan bantuan;
x
ABSTRAK
Septiawan,Widya. 2018, Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Melalui Metode Numbered Head Together (NHT) Dengan Media Komik Pada Siswa Kelas V Semester 02 Mi Miftahul Huda Sumberejo 01 Tahun Pelajaran 2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Metode Numbered Head Together (NHT) ,Media Komik.
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Miftahul Huda Sumberejo 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Melalui metode Numbered Head Together (NHT) dengan media komik. Apakah metode Numbered Head Together (NHT) dengan media komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V MI Miftahul Huda Sumberejo 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2018.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 24 siswa, yaitu terdiri dari 11 laki-laki dan 13 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data diambil dari nilai akhir siswa, dokumentasi, dan observasi dengan melihat perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Instrumen penelitian meliputi RPP, lembar kerja kelompok, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan tes evaluasi.Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, dokumentasi, dan tes. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v
HALAMAN PENGESAHAN ...vi
MOTO ... vii
PERSEMBAHAN... vii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 8
F. Metode Penelitian ... 9
G. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI ... 17
1. Pengertian Belajar ... 17
2. Pengertian Hasil Belajar ... 20
3. Pengertian Metode Numbered head together (NHT) ... 22
4. Pengertian Media ... 26
xii
6. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 36
B. KAJIAN PUSTAKA ... 48
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 51
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51
2. Identitas Madrasah ... 52
3. Karakteristik Siswa kelas V ... 58
B. Pelaksanaan Penelitian ... 60
1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus ... 60
2. Deskripsi pelaksaaan Siklus I ... 61
3. Deskripsi pelaksaaan Siklus II ... 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskipsi Paparan Siklus ... 66
1. Deskipsi Pra Siklus ... 66
2. Deskipsi Siklus I ... 69
3. Deskipsi Siklus II ... 73
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.Identitas Sekolah ... 52
Tabel 3.2.Dafar Ekstrakulikuler MI Miftahul Huda Sumberejo 01 ... 54
Tabel 3.3.Dafar Fasilitas Sarana dan Prasarana ... 55
Tabel 3.4.Daftar Guru dan Staff MI Miftahul Huda Sumberejo 01 ... 55
Tabel 3.5.Data siswa tahun 2017/2018 MI Miftahul Huda Sumberejo 01 ... 57
Tabel 3.6.Daftar Siswa Kelas V MI Miftahul Huda Sumberejo 01 ... 58
Tabel 3.7.Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 59
Tabel 4.1.Daftar Nilai Pra Siklus... 66
Tabel 4.2.Daftar Hasil Tes Siswa Siklus I ... 69
Tabel 4.3.Daftar Hasil Tes Siswa Siklus II ... 74
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia
(SDM) di butuhkan guna mempersiapkan manusia yang berkarakter kuat
dalam menghadapi pengaruh global. Pendidikan berkualitas dapat di tinjau
dari komponen-komponen pendidikan di antaranya guru, siswa, bahan ajar,
strategi atau metode pembelajaran. Tentu saja keberhasilan implementasi
proses pembelajaran di dalam kelas tergantung pada kepiawaian guru dalam
menggunakan metode, teknik, dan strategi pembelajaran (Susanto, 2013: 5).
Dunia pendidikan adalah dunia yang penting di dalam kehidupan manusia,
manusia yang selalu mengisi kehidupnya dengan belajar maka akan selalu
berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti firman Allah yang di
terangkan pada QS. Al-‘Ankabut (29) : ayat 43.
Artinya : “Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia;
dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”.
Belajar berkaitan erat dengan proses mengajar didalam pembelajaran.
Dimana mengajar merupakan segala hal yang di lakukan guru di dalam kelas.
2
mencapai tujuan tertentu (Nasution, 2008: 43). Guru sebagai pendidik
memiliki tugas utama untuk membimbing mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik.
Pendidik (Guru) mempunyai tugas untuk memilih metode pembelajaran
yang tepat sesuai dengan materi yang di sampaikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Pada proses mengajar dan interaksi edukatif, guru menjadi
pelaksana dan penyelenggara (Nurochim, 2013: 119). Guru perlu memilih
metode pembelajaran yang baik dengan memperhatikan karakteristik setiap
mata pelajaran sebagai langkah untuk mengoptimalkan tujuan pembelajaran.
Mata pelajaran yang juga perlu di perhatikan dalam penggunaan metode
dalam pembelajaran salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS).
Ilmu pengeahuan social merupakan satu mata pelajaran yang bersumber
dari ilmu-ilmu sosial terpilih dan di padukan untuk kepentingan pendidikan
dan pembelajaran (Wahidmurni, 2017: 15). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
berfungsi untuk memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan sosial dalam
kehidupan sehari-hari (Rasimin, 2012: 40). Oleh karena itu sebaiknya siswa
di bina sejak dini agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan keperdulian
sosial yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Keberhasilan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tergantung
pada kreativitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan
3
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata dan
praktis untuk mencaai tujuan pembelajaran (Rasimin, 2012: 86). Untuk itu
dalam menerapkan metode pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) perlu
memperhatikan kriteria dalam pembelajaran antara lain tujan pembelajaran,
kebutuhan dan minat peserta didik agar tercapainya tujuan belajar. Salah satu
metode yang dapat di terapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) adalah metode Numbered Head Together (NHT).
Metode Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir
bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang di rancang
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternaif terhadap sumber
struktur kelas tradisional. (Jumanta, 2014: 176). Metode Numbered Head
Together (NHT) perlu di terapkan ke dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) yang notabenya mengadopsi ilmu-ilmu sosial, selain itu proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang bersifat tradisional atau
terpaku pada buku perlu adanya alternatif untuk menghilangkan kejenuhan
dari siswa. Untuk itu perlu adanya media pembelajaran sebagai alat pengantar
informasi dan alternaif agar memudahkan guru dalam proses mengajar.
Media pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan
pesan dan dapat merangsang, pikiran dan kemauan audien (siswa) sehingga
dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada dirinya. Penggunaan
media yang kreatif akan memungkinkan peserta didik lebih baik dala belajar
dan dapat meningkatkan performa mereka sesuai tujuan yang ingin di capai.
4
menunjang proses pembelajaran Ilmu Pengetauan Sosial (IPS). Media komik
juga memiliki sifat sederhana, jelas dan mudah di fahami. (Asnawir, 2002:
53). Untuk itu media komik dapat berfungsi sebagai media informative dan
edukatif guna menunjang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan bersama guru mata pelajaran
Ilmu Pengetauan Sosial (IPS) di MI Miftahul Huda Sumberejo 01 pada hari
Senin tanggal 01 April 2018, Etik Faridatul Kumala,S.Pd.I, yaitu di dalam
pelaksanakan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetauan
Sosial (IPS) belum menggunakan metode pembelajaran yang berfariasi.
Pembelajaran dilaksanakan hanya dengan metode ceramah, tanya jawab, dan
penugasan. Siswa hanya berperan sebagai penerima materi dan tidak dilatih
untuk saling berdiskusi. Kondisi tersebut yang menyebabkan siswa pasif,
jenuh, dan merasa sulit memahami materi, sehingga sebagian dari nilai
ulangan siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Terbukti
dari hasil belajar siswa pada materi peristiwa sekitar proklamasi dan
kemerdekaan masih banyak di bawah KKM yaitu dari 24 siswa hanya 10
siswa yang dapat mencapai KKM, sedangkan 14 siswa masih di bawah KKM.
Nilai KKM mata pelajaran Ilmu Pengetauan Sosial (IPS) di MI Miftahul
Huda Sumberejo 01 adalah 65.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut, maka untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih bermakna adalah dengan mencoba menerapkan
metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Metode Numbered
5
jenis pembelajaran kooperatif yang di rancang mempengaruhi pola interaksi
siswa dan sebagai alternaif terhadap sumber struktur kelas tradisional.
(Jumanta, 2002: 176). Kelebihan dari mtode ini antaranya melatih siswa
untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain, memupuk
rasa kebersamaan dan membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan.
Penerapan media digunakan sebagai upaya peningkatan atau mempertinggi
mutu proses kegiatan belajar mengajar. Media komik di pandang sebagai
alternative dalam pembelajaran Ilmu Pengetauan Sosial (IPS) yang berkarater
luas dari segi materi yang biasa di sajikan dalam bentuk texs buku. Pemilihan
kelas di anggap tepat kaitanya dalam penerapkan metode Numbered Head
Together (NHT) melauli media Komik. Kelas V merupakan taraf kelas tinggi
di jenjang pendidikan dasar maka seyogyanya siswa dilatih rasa tanggung
jawab, kemampuan bertukar pikiran dalam menyelesaian persoalan, dan
keaktifan dalam kegiatan belajar.
Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan berkaitan dengan
proses terjadinya kemerdekaan dan perjuangan para tokoh pahlawan untuk
memerdekakan Negara Indonesia. Maka dalam mengikuti pelajaran materi ini
sangat diperlukan minat dan perhatian siswa agar dapat mengetahui peristiwa
,tokoh dan proses kejadian kemerdekaan Indonesia. Siswa dilatih berdiskusi
pada metode pembelajaran ini untuk memecahkan persoalan yang kaitanya
dengan kejadian kemerdekaan di Indonesia. Selain itu dengan diadakannya
6
mempelajari materi dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
sehingga siswa dapat menerima dan memahami materi dengan baik.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS
Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Melalui Metode
Numbered Head Together (NHT) Dengan Media Komik Pada Siswa Kelas V
Semester 2 MI Miftahul Huda Sumberejo 01 Kec.Pabelan Kab. Semarang
Pelajaran Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Apakah penerapan metode pembelajarn Numbered Head Together
(NHT) Dengan Media Komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi peristiwa sekitar proklamasi
kemerdekaan kelas V MI Miftahul Huda Sumberejo 01 Tahun 2018?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi peristiwa sekitar proklamasi
kemerdekaan melalui Metode Numbered Head Together (NHT) dengan
media komik pada siswa kelas V MI Miftahul Huda Sumberejo 01 Tahun
7 D. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian adalah sesuatu yang dapat memberi faedah dan
mendatangkan keuntungan baik bagi peneliti, lembaga tertentu, maupun bagi
orang lain. Oleh sebab itu, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memperbaiki kualitas
pembelajaran di Indonesia dengan memberikan sumbangsih keilmuan
mengenai metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa;
2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar sehingga
belajar meningkat;
3) Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi peristiwa sekitar
proklamasi kemerdekaan.
b. Bagi Guru
1) Memberikan masukan bagi guru untuk menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan menarik minat belajar siswa;
2) Meningkatkan kreatifitas guru dalam melakukan pendekatan
8
3) Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru
dalam mengajar.
c. Bagi peniliti
1) Meningkatkan kreatifitas peniliti dalam menyampaiakan materi;
2) Menambah ilmu yang bermanfaat untuk penerapan pembelajaran
yang di gunakan di kemudian hari.
d. Bagi Sekolah
1) Memberikan solusi permasalahan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) di tingkat SD/MI sehingga dapat meningkatkan
profesionalisme guru;
2) Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS);
3) Mengangkat nama baik sekolah karena dapat mengembangkan
metode yang tepat sehingga hasil belajar siswa meningkat.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dari rumusan masalah ini adalah : “Metode Numbered Head
Together (NHT) dengan media komik diterapkan dengan baik pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi peristiwa sekitar
proklamasi kemerdekaan dapat meningkatan hasil belajar pada siswa kelas
9 2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah: “Adanya
peningkatan hasil belajar siswa kelas V MI Miftahul Huda Sumberejo 01
setelah menerapkan metode Numbered Head Together (NHT) dengan media
komik pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi peristiwa
sekitar proklamasi kemerdekaan. Sebanyak ≥ 85% siswa mencapai nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM).
F. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
(Aqib, 2008: 18) menyatakan bahwa PTK merupakan salah satu cara yang
strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus
diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan
kualitas program sekolah secara keseluruhan.
Alasan peneliti menggunakan jenis PTK adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam
kelas dengan cara menerapkan metode Numbered Head Together (NHT)
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat terutama pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi peristiwa sekitar proklamasi
kemerdekaan. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis
kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat.
(Arikunto, 2014: 16) memberikan empat tahapan penting, meliputi;
10
dan (4) Reflektion (refleksi).Tahapan tersebut dapat ditampilkan pada
gambar 1.1.
Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK (Sumber: Arikunto, dkk, 2014: 16)
2. Subjek Penelitian
a. Siswa kelas V MI Miftahul Huda Sumberejo 01 pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi peristiwa sekitar proklamasi
kemerdekaan. Jumlah siswa kelas V ada 24 siswa meliputi 13 siswa
perempuan dan 11 siswa laki-laki.
b. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di MI Miftahul Huda
Sumberejo 01 juga sebagai wali kelas V. Peneliti dapat berkolaborasi
dengan Ibu Etik Faridatul Kumala,S.Pd.I, sehingga metode pembelajaran
ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
11 3. Langkah-Langkah Penelitian
a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara
pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses
jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi.
Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur
subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan
(Arikunto, dkk, 2014: 17).
Tahap perencanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
Numbered Head Together (NHT);
2) Menyiapkan media pembelajaran komik;
3) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat
proses pembelajaran berlangsung;
4) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui
kondisi saat proses pembelajaran melalui metode Numbered Head
Together (NHT) dengan media komik berlangsung;
5) Perencanaan tindakan pembelajaran melalui metode Numbered Head
Together (NHT) dengan media komik;
6) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran melalui metode Numbered
12 b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau penerapan
isi rancangan yaitu mengenai tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat
pada tahap ini adalah bahwa guru harus ingat dan berusaha menaati apa
yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku
wajar, tidak dibuat-buat (Arikunto, dkk, 2014: 18). Pelaksanaan tindakan
pada penelitian ini akan diterapkan melalui metode Numbered Head
Together (NHT) dengan melalui media komik sebagai alat bantu dalam
menyampaikan materi.
c. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas adalah pengumpulan
data yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi selama proses belajar
mengajar berlangsung. (Daryanto, 2011: 27) berpendapat bahwa data
yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, ulangan
harian, dan presentasi) dan data kualitatif (partisapi siswa dalam
pembelajaran, lembar observasi guru selama proses pembelajaran, dan
keaktifan siswa).
d. Refleksi
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris
reflection, yang artinya pemantulan. Kegiatan refleksi sangat tepat
dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan,
13
rancangan tindakan (Arikunto, 2014: 19). Bagian refleksi dilakukan
analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan
dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang
dilaksanakan (Aqib, 2008: 32). Apabila indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan pada siklus
berikutnya pada waktu yang berbeda melalui tahap-tahap yang sama
dengan siklus sebelumnya dengan materi yang berbeda-beda pada setiap
siklusnya.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh guru atau observer untuk
mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk menetapkan
keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan metode
Numbered Head Together (NHT) dengan media komik;
b. Media Komik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi
peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan;
c. Lembar tes evaluasi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi
peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan;
d. Lembar Kerja Klompok Siswa saat proses pembelajaran melalui metode
Numbered Head Together (NHT) dengan media komik;
e. Lembar observasi terhadap guru pada saat menerapkan metode Numbered
14
f. Lembar observasi terhadap siswa pada saat proses pembelajaran melalui
metode Numbered Head Together (NHT) dengan media komik.
5. Pengumpulan Data
Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian. Data
digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang dirumuskan dan untuk
menguji hipotesis. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode:
a. Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa kelas V MI Miftahul Huda Sumberejo 01 pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), materi peristiwa sekitar proklamasi
kemerdekaan menggunakan metode Numbered Head Together (NHT)
dengan media komik.
b. Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang
berhubungan dengan kegiatan siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) dengan media
komik, hasil pengamatan akan dilaporkan dalam catatan lapangan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian. Dokumentasi digunakan untuk memotret kegiatan
yang berlangsung saat pembelajaran dan untuk menemukan gambaran
15 6. Analisis Data
Analisis tindakan keberhasilan atau hasil siswa, dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir pelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan siswa atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putaranya dilakukan dengan
memberikan evaluasi berupa tes soal tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung menggunakan statistik sederhana dijelaskan
dalam (Daryanto, 2011: 191-192). yaitu:
1. Menghitung nilai rata-rata kelas :
̅ =∑∑
Keterangan :
= Nilai rata-rata
∑ = Jumlah nilai semua siswa
∑ = Jumlah siswa 2. Ketuntasan belajar klasikal
P =
∑ ∑ 100%.Keterangan :
16 G. Sistematika Penulisan
a. BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis tindakan dan
indicator keberHASILAN, metode penelitian dan sistematika penelitian.
b. BAB II LANDASAN TEORI berisi tentang kajian teori dan kajian pustaka
tentang peningkatan hasil belajar ips materi peristiwa sekitar proklamasi
kemerdekaan melalui metode numbered head together (NHT) dengan
media komik
c. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN berisi profil Madrasah,deskripsi
pra-siklus, deskripsi rencana pelaksanaan siklus I dan deskripsi rencana
pelaksanaan siklus II.
d. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berisi tentang
deskripsi hasil pelaksanaan setiap siklus, dan pembahasan.
e. BAB V PENUTUP berisi tentang kesimpulan mengenai hasil peneltian
17
Definisi belajar menurut bahasa adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang di
sebabkan oleh pengalaman yang tertera dalam (Nurochim, 2013: 6).
Definisi ini mengandung makna dimana belajar merupakan usaha untuk
memperoleh ilmu di sertai dengan perubahan tingkah laku yang
diperoleh dari pengalaman. Menurut Sardiman (2009: 20) Belajar
adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan lain sebagainya.
Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari sebuah
pengalaman. Menurut Burton dan Usman dan setiyawati, belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan
individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka
lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Susanto, 2013: 3).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar di
atas dapat dipahami bahwa belajar adalah proses untuk memperoleh
ilmu atau perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang
18 b. Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu di ciptakan adanya
system lingkungan belajar yang kondusif. Secara umum tujuan belajar
ada tiga jenis menurut Sardiman (2009: 28) antara lain :
1) Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai bagian yang tidak
dapat dipisahkan. Tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir
tanpa pengetahuan, sebaliknya dari kemampuan cara berpikir akan
memperkaya pengetahuan.
2) Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, memerlukan
suatu keterampilan. Keterampilan yang bersifat jasmani maupun
rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan
yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada
keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang
sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena
tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang
dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak,
menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan
berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan
19 3) Pembentukan Sikap
Kecakapan dalam mengarahkan motivasi dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh sangat penting
dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik.
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan
terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Guru tidak sekadar pengajar
tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan
nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dilandasi dengan nilai-nilai-nilai-nilai itu, anak
didik akan bertumbuh kesadaran, untuk mempraktikkan segala
sesuatu yang sudah dipelajarinya.
c. Ciri-ciri Belajar
Individu dikatakan belajar dengan di lihat dengan ciri belajar
menurut Nurochim, (2013: 7-8) antara lain:
1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku
bersifat (kognitif), ketrampilan (psikomotorik), maupun nilai dan
sikap (afektif).
2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau
dapat di simpan.
3) Perubahan ini tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan
usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4) Perubahan tidak semata-mata di sebabkan oleh pertumbuhan fisik/
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat
20 2. Pengertian Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan
pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang
dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Hasil
belajar sering disebut juga dengan prestasi belajar tidak dapat dipisahkan
dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu perubahan sikap
dan tingkah laku seseorang berdasarkan pengalamannya (Hosnan, 2014:
158).
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar
sebagaimana diuraikan tersebut dipertegas lagi oleh K. Brahim dalam
Susanto (2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa baik peningkatan aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya sebagai hasil dari kegiatan
21
b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang di capai seseorang merupakan hasil interaksi
bebagai factor yang mpengaruhinya. Menurut Hamdani (2011; 1399)
factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan
menjadi dua bagian, yaitu factor dari dalam (intern) dan factor dari luar
(ekstern)
1) Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.
Faktor-faktor internal meliputi fisiologi dan psikologi. Faktor fisiologis
adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
indivudu. Sedangkan factor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor
psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. (Baharuddin
dan Wahyuni, 2008: 19-20).
2) Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah segala factor yang berada di luar diri
siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa. Beberapa factor ekstern yang
mempengaruhi hasil belajar adalah factor guru, factor lingkungan
social, factor kurikulum sekolah, dan factor sarana dan prasarana
22
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi proses dan hasil
belajar siswa. Factor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi
dua yaitu factor internal dan factor eksternal. Dapat di ambil contoh
Factor intern di antaranya adalah motivasi, kosnentrasi dan kebiasaan
siswa kemudian factor ekstern guru, sarana dan prasarana.
3. Pengertian Metode Numbered Head Together (NHT)
a. Definisi Metode Numbered head together (NHT)
Numbered head together (NHT) atau penomoran berfikir
bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang di
rancang memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative
terhadap sumber struktur kelas tradisional. (Jumanta, 2014: 175).
Menurut Rahayu dibaca dalam (Yusuf dkk, 2006: 135) Number Head
Together (NHT) adalah metode pembelajaran yang mengedepankan
kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber yang dipresentasikan di depan kelas.
Pembelajaran Numbered head together (NHT) merupaka
bagian dari model pembelajaran kooperatif structural, yang
menekankan pada struktur- struktur khusus yang di rancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut (Aris, 2014: 107) Metode
Numbered head together(NHT) merupakan suatu metode pembelajaran
berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab
23
satu dengan yang laindalam satu kelompok untuk saling member dan
menerima antara satu dengan lainya.
Pembelajaran menggunakan Metode Numbered head together
(NHT) memberikan inovasi pada proses pembelajaran yang bersifat
tradisional atau hanya bersumber dari keterangan guru, sehingga
berpengaruh dalam hasil pembelajaran.
b. Langkah langkah penerapan Metode Numbered Head Together
(NHT)
Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran Numbered
head together (NHT) di kembangkan oleh Ibrahim dalam (Jumanta,
2014: 175) menjadi enam langkah sebagai berikut :
1) Tahap 1 Persiapan.
Dalam tahap pertama ini guru mempersiapkan rancangan
pelajaran dengan membuat scenario pembelajaran, lembar kerja
siswa (LKS) yang sesuai dengan metode Numbered head together
(NHT).
2) Tahan 2 Pembentukan kelompok.
Dalam pembentukan kelompok di sesuaikan dengan metode
pembelajaran Numbered head together (NHT). Guru membagi para
siswa menjadi beberapa kelompok yang berbeda. Penomoran
adalah hal utama dalam Numbered head together (NHT), dalam
tahap ini guru membagi siswa lima orang atau di sesaikan dengan
24
dalam tim memiliki nomor yang berbeda-beda, sesuai dengan
jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang di bentuk
merupakan percampuran yang di tinjau dari latar belakang social,
ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok di gunakan nilai tes awal (pre-tes) sebagai
dasar dalam membentuk masing-masing kelompok.
3) Tahap 3 Tiap kelompok harus memiliki buku paket
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki
buku pake, dalam pelaksanaanya peneliti menggunakan media
komik agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang di berikan oleh guru.
4) Tahap 4 Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap
siswa sebagai bahan yang akan di pelajari. Dalam kerja kelompok,
setiap siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan
menyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah
di berikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang
bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5) Tahap 5 Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari
setiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
25 6) Tahap 6 memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
c. Kelebihan dan kekurangan Metode Numbered Head Together
(NHT).
1) Kelebihan Numbered Head Together (NHT)
Dalam menggunakan metode Numbered Head Together (NHT)
memiliki beberapa kelebihan, dalam (Jumanta, 2014: 177) yaitu;
a). Melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai pendapat
orang lain,
b). Melatih siswa untuk biasa menjadi tutor sebaya,
c). Memupuk rasa kebersamaan,
d). Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan.
2) Kelemahan Numbered Head Together (NHT).
Dalam menggunakan Numbered Head Together (NHT) terdapat
beberapa kelemahan yang harus diwaspadai, hal ini di lakukan agar
tidak terjadi hal hal yang tidak di inginkan dalam pembelajaran, di
antarnya;
a). Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan
sedikit kewalahan.
b). Guru harus bisa memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
26 4. Pengertian Media
a. Pengertian Media
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata mediu. Medium
dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya
komunikasi dari pengirim ke penerima (Daryanto 2013: 4). Association
for Edocation and Cominication Technology (AECT) mendefinisikan
media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
informasi. Sedangkan menurut Educationon Association (NEA) dalam
(Asnawir, 2002: 11) mendefinisikan sebagai benda yang dapat
dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar
mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instructional.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa media merupakan sesuatau yang bersifat menyalurkan pesan
dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa)
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
b. Kriteria Pemilihan Media
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam memilih media,
antara lain; tujuan pembelajaran yang ingin di capai, ketepatgunaan,
kondisi siswa, ketersediaan prangkat keras (hardware) dan prangkat
27
Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan menurut (Asnawir, 2002:
13) yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Media yang dipilih hendaknya selaras dengan menunjang tujuan
pembelajaran yang ditetapkan.
2) Aspek materi menjadi pertimbangan yang di anggap penting dalam
media. Sesuai atau tidaknya materi dengan media yang digunakan
akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.
3) Kondisi siswa dari segi subjek belajar, seperti kondisi umur,
intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya dan lingkunngan
anak.
4) Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru
mendesain sendiri media yang akan di pergunakan.
5) Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan di
sampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil.
6) Biaya yang akan di keluarkan dalam pemanfaatan media harus
seimbang hasil yang akan di capai.
c. Fungsi Media
Media pembelajaran di gunakan untuk menunjang proses belajar
memilki beberapa fungsi, antara lain :
1) Alat bantu dalam proses kegiatan belajar mengajar guna
menunjang keberhaasilann pembelajaran.
2) Sarana yang memberikan pengalaman visual kepada audien (siswa)
28
3) Mendorong motivasi belajar siswa agar lebih semangat dan tertarik
dalam mengikuti proses pembelajaran.
4) Memperjelas penyampaian materi pembelajaran kepada audien
(siswa) yang di berikan oleh guru.
5) Mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi
sederhana, konkrit dan mudah dipahami.
Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya
serap audien (siswa) terhadap materi pembelajaran.
d. Klasifikasi Media
Menurut Rudi Brets dalam mengklasifikasikan cirri utama media
pada tiga unsure pokok yaitu suara, visual dan gerak. Selain media
pengajaran di klasifikasikan menjadi 4 menurut Oemar Hamalik dalam
(Asnawir, 1985: 63), yaitu :
1) Alat-alat visual yang dapat di lihat, misalnya filmstrip, micro
projection, papan tulis, bulletin board, gambar-gambar, ilustrasi,
grafik, poster, peta, komik dan globe.
2) Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat di dengar misalnya;
transkripsi electris, radio, rekaman pada tape recorder.
3) Alat-alat yang bias dilihat dan di dengar, misalnya film dan televisi.
4) Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka dan
29 5. Pengertian Komik
a. Definisi Komik
Komik adalah suatu bentuk sajian cerita dengan seri gambar
yang lucu. Buku komik menyediakan cerita-ceritanya yang sederhana,
mudah ditangkap dan dipahami isinya sehingga sangat digemari baik
oleh anak-anak maupun orang dewasa. Menurut McClod dalam
Maharsi (2005: 51) komik adalah gambar-gambar dan
lambang-lambang lain yang terjukstaposisi (berdekatan, berseblahan) dalam
urutan tertentu yang bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk
mencapai tanggapan estetis dari para pembaca.
Menurut Asnawir (2002: 127) komik didefiniskan sebagai
bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan menerapkan suatu
cerita dalam urutan yang erat hubunganya dengan gambar dan
dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca, pada
awalnya komik di ciptakan bukan untuk kegiatan pembelajaran namun
untuk kepentingan hiburan semata.
Komik dapat dibedakan menjadi komik komersial dan komik
pendidikan. Komik komersial jauh lebih diperlukan dipasaran, karena
bersifat personal, menyediakan humor yang kasar, dikemas dengan
bahasa percakapan dan bahasa pasaran. Sedangkan komik pendidikan
cenderung menyediakan isi yang bersifat informative. Komik
pendidikan banyak diterbitkan oleh industry, dinas kesehatan,
30 b. Elemen dalam komik
Komik memiliki elemen tersendiri yang perlu di perhatikan
dalam proses pembuatan, dalam Maharsi (2011: 75) yaitu :
1) Panel
Panel adalah kotak yang berisi ilustrasi dan teks yang
nantinya membentuk sebuah alur cerita. Panel bias dikatakan
sebagai frame atau representasi dari kejadian-kejadian utama dari
cerita yang terdapat dalam komik tersebut.
2) Sudut pandang
Komik dikatakan sebagai citra visual yang filmis, artinya
logika gerak gerik kamera film bias di terapkan dalam visualisasi
komik. Dengan demikian aspek kekayaan bahasa penuturan secara
dramatis mampu dihasilkan jika pemilihan sudut pandang sesuai
dengan adegan yang muncul dalam panel kimik.
3) Parit
Istilah parit merujuk pada ruang sela inilah yang
menumbuhkan imajinasi pembaca, dua gambar yang terpisah
dalam panel diubah pembaca untuk menjadi sebuah gagasan yang
31 4) Balon kata
Dalam setiap komik gambar dan kata menjadi unsur
utamanya. Di mana keduanya saling mendeskripsikan satu sama
lain. Di dalam kata inilah materi yang akan kita sampaikan akan
diletakkan sesuai dengan karakter yang berbicara, sehingga
menunjukkan dialog antar tokoh.
5) Ilustrasi
Ilustrasi adalah seni gambar yang dipakai untuk member
penjelasan atas suatu tujuan atau maksud tertentu secara visual.
6) Cerita
Komik merupakan sebuah medium narasi visual dari
komik, komik juga dikatakan sebagai gambar. Dengan demikian
terdapat dua hal yang menjadi unsur dasar terbentuknya komik
yaitu gambar dan narasi cerita.
7) Symbolia
Symbolia adalah reoresentasi ikon yang digunakan dalam
komik dan kartun.
8) Ekspresi wajah karakter
Di sini adalah saat di mana kita menentukan ekspresi dari
perasaan sang karakter yang kita buat. Misalnya, ekspresi yang
digambarkan saat tersenyum, sedih, marah, atau kaget. Penentuan
ekspresi wajah sang karakter penting, karena itu dapat membantu
32 9) Garis gerak
Di sinilah karakter yang kita gambar akan dapat terlihat
hidup dalam imajinasi pembaca.
10)Latar
Menunjukkan kepada pembaca dalam konteks materi yang
disampaikan komik.
11)Kop komik
Kop komik adalah bagian dari halaman komik yang berisi
judul dan nama pengarang. Kop komik hanya dipakai dalam komik
satu halaman tamat dan dalam komik strip maupun komik promosi
Dalam komik pembelajaran, keseluruhan unsur tersebut
sangatlah penting guna menciptakan sebuah komik pembelajaran yang
baik juga mampu menyampaikan pesan kepada peserta didik, sehingga
peserta didik dapat dengan mudah mengingat materi yang sedang
diajarkan.
c. Jenis-Jenis Komik
Menurut Bonneff dalam (Maharsi, 2011: 15), komik dibedakan
dalam 2 kategori berdasarkan bentuknya yaitu komik bersambung
(comic stips) dan buku komik (comic book). Namun dalam
perkembangan selanjutnya terdapat beberapa jenis komik yang lainnya.
Jenis-jenis komik diantaranya:
1) Komik strip (comic strips), komik yang hanya terdiri dari beberapa
33
2) Buku komik (comic book), komik yang disajikan dalam bentuk
buku yang tidak merupakan bagian dari media cetak lainnya.
Kemasan comic book ini lebih menyerupai majalah dan terbit
secara rutin.
3) Novel grafis (graphic novel), komik yang memiliki tema-tema yang
lebih serius dengan panjang cerita hampir sama dengan novel dan
ditujukan bagi pembaca dewasa bukan anak-anak.
4) Komik kompilasi, merupakan kumpulan dari beberapa judul komik
dari beberapa komikus yang berbeda.
5) Komik online (web comic), komik yang menggunakan media
internet dalam publikasinya. Komik ini muncul seiring dengan
munculnya cyberspace di dunia teknologi komunikasi.
Jenis komik yang digunakan dalam penelitian pembelajaran ini
adalah jenis buku komik (comic book).
d. Gaya Menggambar dalam Komik
Menurut Hikmat Darmawan, (2012: 112), secara garis besar
terdapat empat gaya menggambar dalam komik, yaitu :
1) Gaya Kartun
Gaya ini biasanya dipakai untuk cerita-cerita humor, cerita
petualangan untuk anak-anak, atau fantasi anak-anak. Contoh dari
34 2) Gaya Realis
Gaya ini biasanya dipakai untuk cerita drama, petualangan
fantasi, sejarah, atau cerita-cerita untuk orang dewasa. Gaya gambar
komiknya dibuat semirip mungkin atau cenderung mendekati
anatomi, postur tubuh, wajah dan ras manusia.
3) Gaya Ekspresif
Gaya ini biasanya dipakai dalam cerita-cerita petualangan
penuh aksi/laga/pertempuran, atau pada komik-komik “seni”.
4) Gaya Surealistik
Gaya ini biasanya dipakai dalam menggambarkan
keadaan-keadaan yang dekat dengan alam mimpi, atau alam bawah sadar.
Gaya menggambar yang dipilih dalam penggunaan komik
ini adalah gaya kartun, karena siswa-siswa sekolah dasar cenderung
lebih menyukai bentuk kartun.
e. Kelebihan dan Kekurangan Komik
Dalam pelaksanaan menddunakan media berbasis komik
memiliki kelebihan dan kekurangan di antaranya :
1) Kelebihan Komik
Komik memiliki kelebihan yaitu dimana dalam
penyajiannya mengandung unsur visual dan cerita yang kuat.
Ekspersi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara
emosional sehingga membuat pembaca untuk terus membacanya
35
Selain itu kelebihan komik menurut Menurut Angkowo dan
Kosasih di baca dalam (Elis, 2007: 22) adalah:
1) Menggunakan bahasa sehari-hari, sehingga siswa dapat dengan
cepat memahami isi dari komik;
2) Menggunakan gambar-gambar yang dapat memperjelas kata-kata
dari cerita pada komik;
3) Menggunakan warna yang menarik dan terang sehingga siswa akan
lebih termotivasi untuk membaca komik;
4) Cerita pada komik sangat erat dengan kejadian yang dialami siswa
dikehidupan sehari-hari, sehingga mereka akan lebih paham dengan
permasalahan yang mereka alami.
2) Kekurangan komik
Komik sebagai media visual atau grafis tidak akan terlihat
efektif jika digunakan kepada peserta didik yang tidak dapat belajar
dengan media visual atau grafis, karena pasti setiap peserta didik
memiliki gaya masing-masing dalam belajar. Dengan kata lain media
belajar itu harus menyesuaikan gaya belajar masing-masing peserta
didik. Di sisi lain komik yang berkembang saat ini kebanyakan komik
yang mengedepankan aspek hiburan, dimana isi dari komik tersebut
36 6. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Definisi IPS
Ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang berisi
materi dari perpaduan barbagai konsep atau ilmu- ilmu social yang
diramu untuk kepentingan program pendidikan di sekolah/ madrasah.
Ilmu pengeahuan social merupakan suatu mata pelajaran yang
bersumber dari ilmu-ilmu sosial terpilih dan di padukan untuk
kepentingan pendidikan dan pembelajaran (Wahidmurni, 2017 :15).
Dipertegas oleh Soemantri dalam (Rasimin 2001: 79) berpendapat
bahwa ilmu pengetahuan social merupakan program pendidikan yang
memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu social dan
humanities yang diorganisasikan dan di sajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pendidikan.
Ilmu pengetahuan sosial adalah bahan kaji terpadu yang
merupakan penyederhanaan, dan seleksi yang diorganisasikan dari
kajian konsep-konsep dan ketrampilan-ketrampilan sejarah, geografi,
sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Ilmu pengetahuan social adalah
ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu social dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang di kemas secara ilmiah
dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam
37
Dari definisi beberapa para ahli dapat di simpulkan bahwa Ilmu
Pengeahuan Social (IPS) adalah mata pelajaran yang berisi tentang
penggabungan konsep atau ilmu sosial seperti sejarah, geografi,
sosiologi, antropologi, dan ekonomi untuk kepentingan pendidikan.
b. Tujuan Pembelajaran IPS
Menurut (Wahidmurni, 2017:29) belajar Ilmu Pengetahuan
Social memiliki Tujuan meliputi :
1) Membantu peserta didik sebagai warga Negara dalam membuat
keputusan yang rasional berdasarkan informasi untuk kepentingan
publik/umum dari masyarakat demokratis dan budaya yang
beragam di dunia.
2) Mendukung kompetensi warga Negara dalam hal pengetahuan,
proses intelektual dan karakter yang demokratis, yang di perlukan
siswa untuk terlibat aktif dalam kehidupan publik.
3) Membentuk kompetensi siswa yang berkomitmen pada ide-ide dan
nilai-nilai demokrasi.
4) Membentuk warga Negara yang baik, dengan kemampuan untuk
38
Sebutan warga yang baik adalah warga yang memiliki ilmu
pengetahuan, ketrampilan dan kehidupan social, yang berguna bagi diri
dan masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk merealisasikan Tujuan
tersebut menurut Sumaatdja dalam (Rasimin, 2007: 10), proses
pembelajaran ilmu social tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan
dan ketrampilan saja, melainkan juga menyangkut aspek akhlak dalam
menghayati dan menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah
tantangan, hambatan dan persaingan.
c. Prinsip-Prinsip pembelajaran IPS
Dalam mewujudkan tujuan pembelajaran ips hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran ips menuru (Susanto,
2013: 150), sebagai berikut :
1) Tingkat perkembangan usia dan belajar siswa,
2) Pengalaman belajar dan lingkungan budaya siswa,
3) Kondisi kehidupan masyarakat sekitar masa kini dan kelak yang di
harapkan,
4) Isi dan pesan moral budaya bangsa, Pancasila dan agama yang
dianut yang diakui bangsa dan Negara Indonesia.
Agar makna yang terkandung dalam pembelajaran ips dapat
tersampaikan dengan tepat. Dan berguna untuk berkehidupan social di
39
d. Tinjauan materi IPS tentang Proklamasi Kemerdekaan
1) Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945
Menjelang proklamasi kemerdekaan, Indonesia berada dalam
kekuasaan Jepang. Saat itu Jepang mengalami kekalahan dalam
perang melawan sekutu. Pasukan Sekutu terdiri dari Amerika,
Inggris, Belanda, dan Perancis. Kesempatan itu digunakan oleh
bangsa Indonesia untuk memproklamasi kan kemerdekaan. Ada
beberapa peristiwa sejarah menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 yang patut kita ketahui yaitu:
a). Menanggapi berita kekalahan Jepang
Gambar 2.1 : Jendral Terauci
Sumber : Buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas V, 2009
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Presiden Amerika Derikat
mengumumkan bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu. Jepang selalu menutup-nutupi berita tersebut. Namun,
Sutan Syahrir dan beberapa pemuda berhasil mengetahui berita
kekalahan Jepang melalui siaran radio yang mereka sadap melalui
pemancar radio gelap. Setelah mengetahui berita kekalahan Jepang,
40
darwis menghadap Ir. Soekarno, mereka meminta agar Ir. Soekarno
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia esok hari pada
tanggal 16 Agustus 1945. Namun Ir. Soekarno menolak usulan
tersebut, dengan alasan akan bermusyawarah dahulu dengan
anggota PPKI.
b). Peristiwa Rengasdengklok
Setelah golongan muda gagal meyakinkan Soekarno-Hatta
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia esok hari pada
tanggal 16 Agustus 1945, golongan muda kemudian mengadakan
rapat kembali di jalan cikini 71. Rapat yang diadakan sekitar pukul
24.00WIB tersebut menghasilkan keputusan golongan muda akan
membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok
dengan tujuan agar kedua tokoh tersebut segera memproklamasikan
41
Gambar 2.2 Rumah Rengasdengklok
Sumber : Buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas V, 2009
Pada pukul 04.00 dini hari (16 Agustus 1945), kelompok
pemuda seperti Soekarni, Chaerul Shaleh, Yusuf Kunto, dan
Singgih membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta ke
Rengasdengklok Krawang. Pada hari itu juga terjadi pertemuan
antara golongan muda dan golongan tua. Golongan muda diwakili
oleh Wikana dan golongan tua diwakili oleh Ahmad Subardjo
beserta Yusuf Kunto dari PETA. Mereka sepakat membawa
kembali Soekarno dan Hatta ke Jakarta untuk memproklamasikan
42
c). Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 tepatnya pada hari Jum’at
pukul 10.00 WIB, proses proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di
kediaman Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Naskah proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno dan didampingi
oleh Drs. Moh Hatta.
Gambar 2.3 : Pembacaan naskah Proklamasi
Sumber : Buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas V, 2009
Setelah pembacaan naskah proklamasi, dikibarkan bendera
merah putih oleh Latief Hendraningrat, S. Suhud, dan Trimurti.
dengan diiringi lagu Indonesia Raya ciptaan W.R Supratman.
Bendera merah putih tersebut dijahit oleh Ibu Fatmawati, istri
Soekarno. Dengan dikumandangkannya Proklamasi, sejak hari itu
43
d). Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Peristiwa Proklamasi
(1). Ir. Soekarno
Ir. Sukarno dilahirkan pada 6 Juni 1901 di Surabaya.
Beliau mengawali pendidikannya di ELS (SD pada zaman
Belanda). Setelah itu, beliau melanjutkan ke HBS (SMA pada
zaman Belanda). Setelah lulus dari HBS, beliau melanjutkan
pendidikannya ke THS Bandung (sekarang ITB). Dari THS,
beliau memperoleh gelar insinyur (Ir.) pada 1925. Bung Karno
wafat pada 21 juni 1970 dan dimakamkan di Kota Blitar, Jawa
Timur.
Gambar 2.4 : Ir.Soekarno
Sumber : Buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas V, 2009
Ir. Soekarno dalam peristiwa proklamasi memiliki
peran sebagai berikut : (1). Ir. Soekarno bersama Drs. Moh.
Hatta dan Ahmad Subardjo meruapakan tokoh perumus teks
proklamasi kemerdekaan RI. (2). Ir. Soekarno didampingi Drs.
44 (2). Drs. Moh. Hatta
Drs. Mohammad Hatta atau Bung Hatta dilahirkan di
Bukit Tinggi, Sumatra Barat pada 12 Agustus 1902. Beliau
mengawali pendidikannya di ELS (SD pada zaman Belanda),
setelah itu, dilanjutkan ke MULO (SMP pada zaman Belanda).
Setelah lulus, beliau melanjutkan pendidikannya ke Prins
Hendrik School (Sekolah Dagang Belanda), dan terakhir beliau
melanjutkan pendidikannya ke Handels Hogeschool atau
Sekolah Tinggi Perdagangan di Belanda hingga tamat. Bung
Hatta wafat pada 1980 dan dimakamkan di TPU (Tempat
Pemakaman Umum) Tanah Kusir, Jakarta
Gambar 2.5 : Drs. Mohammad Hatta
Sumber : Buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas V, 2009
Drs. Mohammad Hatta peranan dalam peristiwa
proklamasi adalah: (1). Pada tanggal 17 Agustus bersama
Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Drs. Moh. Hatta dipilih dan diangkat menjadi wakil
45 (3). Ahmad Subardjo
Mr. Ahmad Subarjo dilahirkan pada 23 Maret 1896, di
Karawang (Jawa Barat). Beliau kuliah pada jurusan hukum di
Universitas Leiden, Belanda. Pada 1933 beliau menyelesaikan
kuliahnya dan menjadi pengacara.
Gambar 2.6 : Ahmad Subardjo
Sumber : Buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas V, 2009
Ahmad Subardjo peranan dalam peristiwa proklamasi adalah :
(1). Beliau berhasil menjembatani perbedaan pendapat antara
golongan muda dan golongan tua di Rengasdengklok. (2). Ahmad
Subardjo merupakan konseptor yang ikut menyumbangkan
pikirannya dalam penyusunan naskah proklamasi kemerdekaan,
yaitu pada kalimat pertama yang berbunyi: “Kami bangsa
46
e). Menghargai Jasa Para Tokoh Pejuang Kemerdekaan
Menghargai jasa pahlawan dapat diwujudkan dalam kehidupan
seharihari, seperti:
(1). Mengenang jasa-jasa mereka dengan melakukan ziarah ke
makam.
(2). Melanjutkan perjuangan mereka dengan mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan.
(3). Mewarisi semangat juang dalam segala bidang untuk
47
B.
KAJIAN PUSTAKA
Berikut beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini
diantaranya :
1. Penelitian oleh Dewi Setiyawati
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Setiyawati Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan
menggunakan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas V Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Semester Genap di SD Negeri 2 Kalinanas.
Menunjukan bahwa melalui penerapan metode pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) pokok bahasan peningkatan hasil belajar bagi peserta didik kelas
Kelas V Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD Negeri 2 Kalinanas yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik. Pada
proses pembelajaran Pra-Siklus, pembelajaran yang terjadi di kelas
belum cukup kondusif, karena peserta didik cenderung kurang aktif
dalam menerima pelajaran, sulit menemukan titik fokus terhadap mata
pelajaran, malu untuk bertanya, kurang membaca dan basik kemampuan
siswa yang rendah. Peningkatan siswa yang tuntas belajar dari siklus I
ke siklus II 27 % dan siklus II ke siklus III 20%. Hal ini dapat dilihat
perolehan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I 40% siswa tuntas