i
PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN GURU PAI
DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA DI MTS
MA’ARIF BOTOPUTIH DAN MTSN PARAKAN
TEMANGGUNG TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )
Disusun oleh
TYAS ASTINA SUCIYATI
111-14-090
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
iv
SKRIPSI
PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DAN GURU PAI
DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA DI MTS
MA’ARIF BOTOPUTIH DAN MTSN PARAKAN
TEMANGGUNG TAHUN 2018
DISUSUN OLEH: TYAS ASTINA SUCIYATI
111-14-090
Telah dipertahankan di depan panitia dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, pada tanggal 12 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji :
Ketua penguji : PeniSusapti,M.Si Sekretaris Penguji Mufiq,S.Ag.,M.Phil Penguji I : Drs.Bahroni,M.Pd Penguji II : Dr.Winamo,S.Si.,M.Pd
Salatiga,15 September 2018 Dekan,
vi MOTTO
ليمج ربصف
Patience is beautiful
Sabar itu Indah
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua saya Bpk. A Isro’i dan Ibu Nur Ismiyati yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama ini.
2. Alm. KH. Zoemri RWS dan Ibu Nyai Hj. Latifah Zoemri beserta keluarga
yang mendidikku di Pondok Pesantren Tarbiyatul AL FALAH Salatiga untuk menjadi orang yang lebih baik.
3. Untuk adikku tercinta Ardan M Rochman Azzuhri yang selalu
memberikan semangat selama ini
4. Keluarga besar MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
5. Semua santri pondok Al Falah
6. Kepada sahaat-sahabatku, Fitria Widayanti, Astri Laelatul F, Khurniyawati
Azizah, Ulya Kamelia yang selalu memberiku semangat.
7. Kepada teman-teman PPTI Al-Falah angkatan 2014 yang senantiasa
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis lantunkan dalam lisan dan hati atas segala
ni’mat dzohir dan bathin yang telah Allah berikan. Shalawat serta salam penulis
sanjungkan kepada manusia sempurna dan penyempurna segala kema’rufan Nabi
Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Peran Guru
Bimbingan Konseling dan Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di MTs
Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung Tahun 2018”
dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak berbagai pihak yang turut serta membantu kelancaran proses pembuatan skripsi, baik secara material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam
4. Bapak Dr.Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
ix
5. Bapak Prof. Dr.H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kedua orang tua dan adikku Bpk. A Isro’i Ibu Nur Ismiyati dan Ardan M Rochman AZ yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama ini.
7. Alm. KH. Zoemri RWS dan Ibu Nyai Hj. Latifah Zoemri beserta keluarga
yang mendidikku di Pondok Pesantren Tarbiyatul AL FALAH Salatiga untuk menjadi orang yang lebih baik.
8. Keluarga besar MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Kepada sahaat-sahabatku, Fitria Widayanti, Astri Laelatul F, Khurniyawati
Azizah, Ulya Kamelia yang selalu memberiku semangat.
10.Kepada sepupuku Oktavian Andi N yang juga selalu memberi semangat
dan dukungan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.
x
Tyas Astina Suciyati 111-14-090
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LOGO ... ii
NOTA PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
ABSTRAK ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaan Penelitian ... 7
E. Penegasan istilah ... 8
xi BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ... 11
1. Konsep Dasar Bimbingan Konseling ... 11
a. Pengertian Bimbingan Konseling ... 11
b. Fungsi dan tujuan Bimbingan Konseling ... 12
c. Teori Konseling ... 14
d. Landasan Pelayanan Bimbingan Konseling ... 17
e. Langkah-langkah pelaksanaan Bimbingan Konseling di sekolah ... 20 2. Konsep Dasar Kenakalan Remaja ... 22
a. Pengertian Remaja ... 22
b. Ciri-ciri Remaja ... 25
c. Pengertian Kenakalan Remaja ... 26
d. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja ... 26
e. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja ... 29
f. Cara Menanggulangi Kenakalan Remaja ... 30
B. Kajian Pustaka ... 32
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Peneltian ... 36
B. Lokasi Penelitian ... 36
C. Sumber Data ... 37
D. Metode Pengumpulan Data ... 38
xii
F. Pengecekan Keabsahan Data ... 40
BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42
B. Penyajian Data ... 47
C. Analisis Data ... 58
1. Peran Guru BK dan Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa ... 58
2. Faktor Pendukung dan Penhambat dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa ... 61
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Hasil Wawancara
Lampiran 2 : Surat Pembimbing
Lampiran 3 : Surat Keterangan Bukti Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 : Daftar Nilai SKK
Lampiran 6 : Profil Sekolah
Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup
xiv ABSTRAK
Suciyati, Tyas Astina, 2018. Peran Guru Bimbingan Konseling dan Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung Tahun 2018. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing Prof. Dr.H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. Kata Kunci : Guru Bimbingan Konseling dan Guru PAI, Kenakalan Siswa.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kenakalan siswa yang terjadi di
MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung maka perlu peran dari
guru Bimbingan Konseling dan guru PAI dalam menyikapi kenakalan tersebut agar siswa dapat mematuhi peraturan sekolah sesuai peraturan yang ada dan menjadi generasi yang baik dengan tidak melakukan kenakalan yang tidak sesuai norma.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mencoba
mendiskripsikan data-data yang diperoleh peneliti di lapangan dengan mengambil
latar belakang MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan: pertama, peran guru Bimbingan Konseling
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1, Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia baik sebagai individu, maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan hendaknya menjamin peserta didik secara pribadi mendapat layanan yang dapat mengembangkan kepribadian mereka secara optimal.
2
tugas-tugas perkembangannya yang menckup aspek emosi, sosial, intelektual, dan moral spiritual.
Adanya sebuah bimbingan konseling bagi siswa akan memupuk keberhasilan proses baik itu psikis maupun pendidikan peserta didik. Selain itu, diharapkan adanya bimbingan konseling mampu mengurangi volume kenakalan pada siswa demi berlangsungnya proses pendidikan untuk menjadikan perserta didik bukan hanya cerdas dan pintar melainkan juga memiliki kepribadian yang baik.
Secara praktis sekolah sebagai lembaga yang mengembangkan proses pembelajaran dengan tujuan mengembangkan pengetahuan siswa, kepribadian, aspek sosial emosional, ketrampilan-ketrampilan juga bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan dan bantuan terhadap peserta didik yang bermasalah, baik dalam belajar akhlak, maupun sosial sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Artinya tugas sekolah adalah menyiapkan amunisi-amunisi baru bagi anak untuk kehidupan bermasyarakat melalui pembelajaran yang diarahkan untuk mengasah potensi dimasa mendatang.
3
Menurut Suparlan (2006: 1), Selain guru BK, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) juga diharapkan dapat memberikan bimbingan dan pendidikan yang diperoleh siswa untuk meminimalisir kenakalan dengan cara memberikan pegangan agama bagi para siswa agar dapat mengatasi dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang belum dikenalnya. Guru juga merupakan sebuah public figure yang akan dijadikan panutan pelajarnya maka guru harus memiliki akhlak yang luhur.Pembinaan dan pembimbingan murid dari guru yang berakhlak luhur sangat menentukan terbentuknya perilaku sebagai pencerminan dari al akhlak al-karimah. Muslim meriwayatkan dari Jarir bin Abd ullah dari Rasulullah SAW
“Dalam Islam itu, barangsiapa yang memberikan teladan suatu
kebaikan maka ia akan memperoleh pahaladitambah pahala seperti yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dalam Islam itu, barangsiapa yang memberikan teladan suatu keburukan maka dia akan memperoleh dosa ditambah dosa seperti yang didapat oleh mereka yang meneladaninya sesudahnya tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun”. Oleh karena itu guru atau pendidik
4
nama baik mereka sebagai pendidik dan pemimpin masyarakat dengan menjalankan segala tugas dan tanggung jawab secara ikhlas dan jujur.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di era glonalisasi seperti sekarang ini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa kemajuan yang sangat pesat terhadap kemajuan kebudayaan manusia.
Masa remaja adalah segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan pada masa dewasa yang sehat. Apabila gagal dalam tugas perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya, remaja yang perannya sebagai siswa akan kehilangan arah.
Dalam proses pencarian jati dirinya, remaja sering kali menunjukan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai, norma agama dan masyarakat. Perilaku yang ditunjukkan oleh remaja tersebut sesungguhnya merupakan reaksi dari dalam jiwanya untuk mendapatkan suatu perhatian dari orang lain. Kondisi remaja saat ini dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Pernikahan usia remaja, 2) Sex pra nikah dan kehamilan diluar nikah, 3) Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja, 4) HIV/AIDS : 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi ( gunung es), 70% remaja, 5) Miras dan narkoba (https://bentukkenakalanremaja.blogspot.co.id/2018/05).
5
generasi penerus karena tidak sedikit kasus-kasus kenakalan yang dialami siswa, terutama mereka yang berada di tahap awal atau tingkat SMP/MTs seperti membolos, menyontek, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung
merupakan lembaga Pendidikan formal yang terletak di Temanggung. Dalam kedua MTs tersebut masih banyak siswa yang melanggar peraturan sekolah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Berikut
adalah contoh kenakalan yang terjadi di MTs Ma’arif Botoputih dan
MTsN Parakan Temanggung:
1. Kenakalan yang terjadi di MTs Ma’arif Botoputih sebagai berikut: datang terlambat, tidak mengikuti upacara, memakai seragam dan atribut sekolah tidak sesuai, berkata jorok/kotor, mencontek, membawa hp, membuat gaduh di kelas.
2. Kenakalan yang terjadi di MTsN Parakan Temanggung sebagai
berikut: datang terlambat, berkata jorok/kotor, membolos, mencontek, membuat gaduh di kelas, melakukan corat coret di tembok ataupun meja dan kursi, berkelahi dengan teman.
6
mengalami kasus dapat dilihat langsung oleh guru PAI dan ditangani langsung.
Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berhubungan tentang peran guru BK dan guru PAI dalam
mengatasi kenakalan siswa oleh penulis disimpulkan dengan judul “ Peran
Guru Bimbingan Konseling dan Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa di MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung Tahun
2018.”
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa fokus penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana peran guru Bimbingan Konseling dan guru PAI dalam
mengatasi kenakalan siswa di MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN
Parakan Temanggung?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat guru Bimbingan Konseling
dan guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa di MTs Ma’arif
Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung? C. Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui peran guru Bimbingan Konseling dam Guru
PAI dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di MTs Ma’arif Botoputih
7
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru
Bimbingan Konseling dan Guru PAI dalam mengatasi kenakalan
siswa di MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a) Sebagai bahan informasi bagi para pelaku pendidikan daam upaya
menanggulangi kenakalan siswa.
b) Untuk memberikan bahan masukan khususnya bagi guru
Bimbingan Konseling dan Guru PAI dalam menanggulangi
berbagai macam kenakalan siswa di MTs Ma’arif Botoputih dan
MTsN Parakan Temanggung
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan
wawasan pengetahuan tentang kenakalan siswa serta peran guru BK dan guu PAI dalam mengatasi kenakalan siswa tersebut.
b. Sebagai sumbangan pustaka bagi IAIN Salatiga, sebagai data awal
penelitian selanjutnya. Sebagai informasi bagi guru dan siswa serta masyarakat tentang pentingnya upaya menanggulangi kenakalan siswa.
c. Untuk memberikan input dan tambahan informasi bagi pihak MTs
Ma’arif Botoputih dan SMPN Parakan Temanggung untuk
8 E. Penegasan Istilah
1. Peran
Peran (role) guru adalah keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Tohirin,2006:165).
Menurut Zakiah Darajat, guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan atau pengalaman yang dapat memudahkan pelaksanaan peranannya membimbing siswa.
Jadi peran guru yang dimaksud disini bukan hanya sebagai pengajar dalam sekolahan, tetapi juga berhadapan dengan seperangkat komponen yang terkait dengan pengembangan potensi anak didik. 2. Bimbingan Konseling
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“Guadience” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti
“menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu”.
Konseling dalam bahasa Inggris Counseling dikaitkan dengan kata
Counsel yang diartikan sebagai berikut : nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel).
9
dan perencanaan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku.
3. Kenakalan Remaja
Sarlito Wirawan, dan Sarwono (1989: 9), masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada periode itu, seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak, untuk menuju tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu masa krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembenukan. Pada waktu itu dia memerlukan bimbingan, terutama dari orang tuanya.
F. Sistematika penulisan
Untuk lebih mudah penulisan, perlu ada sistematika pembahasan yang terdiri dari 5 bab, antara lain yaitu:
BAB I membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah dan sistematika penelitian.
BAB II membahas tentang kajian pustaka yang terdiri dari landasan teori ( telaah teoritik terhadap pokok variabel penelitian) dan kajian pustaka ( kajian penelitian terdahulu).
10
BAB IV membahas tentang berisi tentang data-data hasil penelitian yaitu peran guru bk dan guru pai dalam mengatasai kenakalan siswa dan faktor penghambat dan pendukung guru bk dan guru pai dalam mengatasi kenakalan siswa.
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Dasar Tentang Bimbingan Konseling
a. Pengertian Bimbingan Konseling
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan
dari kata “Guadience” berasal dari kata kerja “to guide” yang
mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun
membantu”.
Bimbingan adalah proses bantuan yang dilakukan secaa
terus menerus agar individu yang dibimbing dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, untuk mencapai pemahaman dairi dan penyesuaian terhadap segala situasi yang akan dihadapi seta mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri agar dapat mencapai kebahagiaan hidup dan dapat direfleksikan untuk kepentingan masyarakat sekitarnya (Sayekti Pujosuwarno, 2013:82).
Konseling dalam bahasa inggris Counseling dikaitkan dengan kta Counsel yang diartikan sebagai berikut: nasehat (to abtain counsel), anjuran ( to give counsel), pembicaraan (to take caunsel) (Eko Darmanto, 2007: 1).
12
memperoleh bantuan pribadi secara langsung untuk mengatasi masalah yang timbul.
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara mandiri atau kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku (Feti Hikmawati, 2012: 2).
b. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling
1) Fungsi
Fungsi bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut (Prayitno dan Erman Amti, 2015: 197-217). Fungsi-fungsi ini dikelompokkan menjadi lima fungsi pokok, yaitu: (a) fungsi pemahaman, (b) fungsi pencegahan, (c) fungsi pengentasan, (d) fungsi pemeliharaan dan (e) fungsi pengembangan.
a) Fungsi Pemahaman
13
b) Fungsi Pencegahan
Artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c) Fungsi Pengentasan
Artinya usaha membantu siswa untuk pemecahan masalah yang dihadapi siswa, yang nantinya siswa dapat mengentaskan diri dari masalahnya (Muwahid Sultan dan Soim, 2013: 15).
d) Fungsi Pemeliharaan
Artinya memelihara segala sesuatu ang baik, yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini(Saring Masudi, 2010: 25).
e) Fungsi Pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Fungsi ini
memposisikan konselor senantiasa berupaya untuk
14 2) Tujuan
Tujuan bimbingan dan konseling adalah agar peserta didik dapat :
a) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan
karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang,
b) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin
c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya,
d) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, maupunlingkungan kerja
Disamping itu, bimbingan dan konseling juga bertujuan untuk membantu peserta didik agar memiliki kemampuan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya. Untuk masing-masing jenjang pendidikan secara umum adalah sama, hanya karena tahap dan tugas perkembangannya berbeda, maka tujuan spesifik bimbingan dan konseling berdasarkan perkembangan peserta didik dimungkinkan berbeda.
c. Teori-teori Konseling
15
nantinya upun klien sehingga dapat mencapai keberhasilan secara maksimal diantara bebrapa teori/pendekatan yang ada dalam konseling antara lain:
1) Pendekatan Psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik adalah contoh dari pendekatan yang telah mengalami modifikasi terus-menerus untuk memasukkan ide-ide baru. Sejak dikembangkan oleh Freud, pendekatan ini terus menerus berkembang sampai saat ini.
Pendekatan Psikoanalitik menekankan pada pentingnya riwayat hidup, pengaruh-pengaruh dari impuls genetik (insting), energi hidup (libido) pengaruh dari pengalaman individu, serta irrasionalitas dan sumber dari tingkah laku manusia.
2) Pendekatan Humanistik
Istilah humanistik sangat luas dan memfokuskan pada individu sebagai pembuat keputusan dan pencetus pertumbuhan dan perkembangan diri mereka sendiri. Menurut Rogers, aktualisasi diri adalah dorongan yang paling menonjol dan
memotivasi eksistensi dan mencakup tindakan yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian. Sehingga istilah
humanisatik dalam hubungannya dengan konseling,
16
membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.
3) Pendekatan Behavioral
Seringkali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebih atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Pendekatan behavioral menitik beratkan pada perubahan individu supaya memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih. Dengan kata lain, membantu klien atau individu agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan maladaptif.
4) Konseling Kognitif
Kognisi adalah pikiran, keyakinan dan imagae-image
17
keadaan krisis, psikiotik amat parah terganggu masalahnya, (5) mempunyai khasanah ketrampilan, (6) mempunyai kemampuan untuk memproses informasi baik secara visual atau auditori, (7) orientasi aktivitasnya adalah analitik.
5) Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem menekankan cara yang lebih kontekstual dalam memandang tingkah laku. Menurut Brammer, Abrego dan Shostrom sebagaimana dikutip Jeanette teori sistem kurang menekankan pada asumsi-asumsi individu dibandingkan dengan teori-teori lain, Gladding menjelaskan bahwa teori-teori sistem adalah suatu istilah generik untuk mengkonseptualiasasikan sautu kelompok dari elemen-elemen (orang) yang saling berhubungan yang berinteraksi sebagai suatu kesatuan utuh. Ludwig von Bertanlanfy. Asumsi teorinya Pertama, kausalitas adalah interpersonal. Kedua, sistem psikososial paling baik dipahami sebagai pola berulang dari
interaksi interpersonal. Ketiga, Tingkah laku simtomatik harus
dipahami dari sudut pandang interaksional. d. Landasan Pelayanan Bimbingan Konseling
18
1) Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani, philos yang berarti cinta, dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi peayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dalam membuat keputusan yang tepat. Disamping itu pemikiran dan
pemahaman filosofisnjuga memungkinkan konselor
menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif, serta lebih efektif dalam penerapan uaya pemberian bantuannya.
2) Landasan Religius
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan beberapa unsur-unsur keagamaan terkait erat dalam hakikat, keberadaan, dan perikehidupan kemanusiaan.
(a) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta
adalah makhluk Tuhan,
(b) Sikap yang mendorong perkembangan dan perkehidupan
19
(c) Upaya yang memungkinkan berkembang dan
dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecah masalah individu.
3) Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajin tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini snagat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadpinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dihendakinya.
4) Landasan Sosial Budaya
20
nilai, norma sosial maupun pandangan hidup yang terpadu dalam sistem budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup para pendukungnya, rujukan itu melebihi proses belajar, diariskan kepada generasi penerus yang akan melestarikan nya. Karena itu masyarakat dan kebudayaan itu sesungguhnya merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama, yaitu sisi generasi tua sebagai pewaris dan sisi generasi muda sebagai penerus.
5) Landasan Pedagogig
Pada landasan ini pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan dan konseling dari tiga segi, yaitu pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling dan pendidikan lebih lanjut sebagai intu tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.
e. Langkah-langkah Pelaksanaan BK di Sekolah
21
Adapun langkah-langkah tersebut meliputi:
1) Identifikasi Masalah
Pada langkah ini hendaknya yang diperhatikan guru adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menunjukan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memerhatikan gejala-gejala yang tampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi.
2) Diagnosis
Pada langkah diagnosis yng dilakukan adalah menetapkan masalah berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal menjadi latar belakang atau melaratbelakangi gejala yang muncul.
3) Prognosis
22
4) Pemberian Bantuan
Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya. Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan.
5) Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi dapat dilakukan selama proses pembeian bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan . pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi, dokumentasi dan sebagainya. Dari evaluasi tersebut daat diambil langkah-langkah selanjutnya apabila pemberian bantuan kurang berhasil, maka pembimbing dapat mengubah tindakan atau mengembangkan bantuan kedalam bentuk yang berbeda.
2. Kenakalan Remaja
a. Pengertian Remaja
23
dibawah ikatan orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada periode itu, seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak, untuk menuju tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan (Sarlito Wirawan, Sarwono, 1989: 9). Masa ini dirasakan sebagai suatu masa krisis karena belum adanya
pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami
pembenukan. Pada aktu itu dia memerlukan bimbingan, terutama dari orang tuanya.
(Soerjono Soekanto, 1990:372), Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa, dimana anak-anak mengalami pertumbuhan yang cepat disegala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak baik bentuk badan, sikap cara berfikir dan bertindak, dan tetap bukan pula orang deawsa yang telah matang. Masa ini kira umur 13 tahun dan berakhir kira-kira 21 tahun.
24 b. Ciri-ciri Remaja
1) Ciri-ciri Umum Masa Remaja.
Menurut Al-Migwari (2006:63), setiap periode penting selama rentang keidupan memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya degan periode sebelum dan sesudahnya.
a) Masa yang penting
Semua periode dalam rentang kehidupan memang penting tapi ada perbedaan dalam tingkat kepentingannya. Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode linnya.
b) Masa transisi
Transisi merupakan tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Maksudnya apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa yang akan terjadi sekarang dan yang akan datang.
c) Masa erubahan
25
d) Masa bermasalah
Meskipun setiap periode memiliki masalah
tersendiri, masalah masa reaja termasuk masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki atau anak perempuan. Alasannya, sebagian masalah yang terjadi selama kanak-kanak diselesaikan oleh orang tua gan guru-guru, sehingga
mayoritas remaja tidak berpengalaman dalam
mengatasinnya. 2) Ciri-ciri remaja awal
Menurut Mappiare (1982:32), masa ini dimulai manakala usia seorang telah genap 12-13 tahun dan berakhir pada usia 17 tahun. Istilah yang biasa diberikan bagi si anak remaja awal
adalah “teenagers” (anak usia belasan tahun).
a) Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi.
b) Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir
remaja awal (15-17 tahun).
c) Hal kecerdasan atau kemampuan mental.
d) Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan.
e) Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.
f) Masa remaja awal adalah masa yang kritis.
3) Ciri-ciri remaja akhir
26
masa ini terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-aspek psikisyang telah diulai sejak masa-masa sebelumnya menuju kearah kematangan kesempurnaan.
a) Stabilitas mulai timbul dan meningkat.
b) Ciri diri dan sikap pandangan yang lebih realitas.
c) Menghadapi masalahnya secara lebih matang.
d) Perasaan menjadi lebih tenang.
c. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja disebut juga dengan istilah juvenile
delinquency . juvenilile berasal dari kata juveniles artinya anak-anak, anak muda, sifat-sifat khas remaja. Delinquent berasal dari kata Latin delinquere, artinya terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, dan lain-lain.
Kenakalan remaja ialah perbuatan/kejahatan/pelanggaran/ yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi norma-norma agama (Sudarsono, 1995:11).
d. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
27
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain,
seperti: perkelahian, pemerkosaan, peramokan, pembunuhan dan lain-lain.
2. Kenakalan yang menimbulkan kenakalan materi seperti:
perusakan, pencurian pencopetan, pemerasan dan lain-lain.
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak
orang lain seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat dan juga hubungan seks sebelum menikah.
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya: mengingkari status
anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara pergi dari rumah atau membantah perintah orang tua dan sebagainya.
Menurut Y. Gunarsa dan Singgih D Gunarsa (1990: 19), mengelompokkan kenakalan remaja dalam dua kelompok besar sesuai dengan kaitannya dengan norma hukum, yitu: kenakalan remaja yang banyak terjadi pada saat ini adalah moral dan a-sosial dan tidak diakui dalam undang-undang.
Adapun perilaku a-moral dan a-sosial tersebut indikasinya adalah sebagai berikut:
a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak
28
b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan dengan
penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.
Kenakalan yang bayak dijumpai pada saat ini adalah yang bersifat a-moral dan a-sosial, indikasinya adalah sebagai berikut: berbohong, membolos, kabur dari rumah, keluyuran, memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan, membaca dan menonton film porna, turut dalam pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau menghisap ganja atau pemakaian narkoba.
29
Sedangkan Darajat (1978: 9-10), beliau mengatakan bahwa kenakalan remaja dibagi mendari tiga bagian:
a. Kenakalan ringan: tidk patuh pada orang tua, lari atau bolos
dari sekolah, sering berkelahi.
b. Kenakalan yang mengganggu ketentraman orang lain: mencuri,
mendong, kebut-kebutan, minum-minuman keras,
penyalahgunaan narkoba.
c. Kenakalan seksual: kenakalan terhadap lawan jenis atau
kenakalan terhadap sesama jenis.
e. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh remaja dan tindakanya sudah melewati norma-norma yang telah di tentukan di masyarakat. Sebenarnya, kenakalan remaja bisa di minimalisir dari pihak sekolah dan pihak orang tua. Pada umumnya kenakalan remaja di pengaruhui oleh dua faktor yaitu faktor kurangnya pendidikan spiritual dan moral dan faktor lingkungan sekolah yang tidak nyaman dan aman.
30
terpengaruh dengan hal-hal buruk yang sifatnya merusak seperti tawuran antar pelajar, perkelahian dan pencurian.
Lingkungan sekolah yang tidak nyaman. Maksutnya adalah ketidakcocokan si anak dengan peraturan di sekolah tersebut ataupun banyak teman-temanya di sekolah yang kerap berantem, hal tersebut sagat mempengaui perilaku si anak tersebut, contohnya jika di sekolahan tersebut kerap ada pemerasan dari kakak kelas kepada bawahanya hal tersebut akan membawa pikiran dari si anak yang di peras ini memiliki rasa balas dendam dan balas dendam tersebut di lampiaskan kepada bawahanya lagi setelah dia sudah menjadi senior dan terus berulang, maka dari itu pihak sekolah semestinya harus memantau siswanya lebih ketat lagi.
f. Cara Menanggulangi Kenakalan Remaja
Darajat (1989:121-125), mempunyai alternatif dalam menghadapi kenakalan remaja sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama
31
2. Orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan
Pendidikan dan perlakuan yang diterima oleh anak sejak kecil merupakan sebab pokok dari kenakalan anak, maka orang tua harus mengetahui bentuk-bentuk dasar pengetahuan yang maksimal tentang jiwa anak dan pokok pendidikan yang harus dilakukan dalam menghadapi bermacam-macam sifat anak.
3. Pengisisan waktu luang dengan teratur
Cara pengisisan waktu luang kita jangan membiarkan anak mencari jalan sendiri. Terutama anak yang sedang menginjak remaja, karena pada masa ini anak banyak menghadapi masa perubahan yang bermacam-macam dan banyak menemui problem pribadi. Bila tidak pandai mengisi waktu luang mungkin akan tenggelam dalam memikirkan diri sendiri dan menjadi pelamun.
4. Membentuk markas-markas bimbingan dan penyuluhan
Adanya markas-markan bimbingan dan penyuluhan disetiap sekolah ini untuk menampung kesukaran anak-anak kecil.
5. Pengertian dan pengalaman agama
Hal ini untuk dapat menghindari masyarakat dari kerendahan budi dan pennyelewengan yang dengan sendirinya anak-anak juga tertolong.
32
Sebab kenakalan anak tidak dapat dipisahkan dari pendidikan dan perlakuan yang diterima oleh anak dari orang tua, sekolah dan masyarakat.
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini pada intinya adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan peneliti sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak tejadi pengulangan. Kajian tentang bimbingan dan konseling serta peran guru BK dalam mengatasi kenakalan pada siswa telah banyak dilakukan oleh pakar pendidikan, hingga praktisi pendidikan itu sendiri. Untuk lebih memperjelas tentang alur penelitian, berikut ini merupakan ilustrasi dari beberapa peneliti yang ada korelasinya dengan tema penelitian skripsi ini yaitu:
Yuliatun (2013), dalam karyanya yang berjudul “ Peranan Bimbingan
Konseling Islam di Sekolah”, mengatakan bahwa Keberadaan bimbingan
33
Putra (2015), dalam karyanya yang berjudul ”Peran Guru Bimbingan
Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa”, mengatakan bahwa ada
beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi kenakalan remaja terkait dengan fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling melalui upaya preventif, represif dan kuratif. Upaya Preventif yang dapat dilakukan melalui program BK di sekolah, diantaranya adalah: Pemberian Informasi, Bimbingan Kelompok dan Layanan Mediasi. Upaya Represif yang dapat dilakukan melalui program BK di sekolah, diantaranya adalah: Home Visit dan Konseling Individual Dan Kelompok. Upaya Kuratif yang dapat dilakukan melalui program BK di sekolah, diantaranya adalah: Konferensi Kasus dan Alih Tangan Kasus.
Hartanto (2013), dalam karyanya yang berjudul ”Peran Pendidikan
Islam Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja” mengatakan bahwa Cara
yang tepat untuk mengarahkan perilaku pelajar adalah pembinaan agama menggunakan pola pembinaan kelompok dengan model interaksi teman sebaya. Pengajaran agama melalui kelompok sebaya (mentoring) merupakan cara yang sangat efektif untuk meningkatkan kesadaran beragama pada siswa, sehingga belajar dapat menghindarkan diri untuk terlibat dalam kenakalan remaja. Selain itu, pengajaran agama dengan pendekatan teman sebaya dapat digunakan untuk mengatasi jenis kenakalan remaja yang lain.
Davega (2013), dalam karyanya yang berjudul “Kenakalan Remaja
34
masyarakat memiliki tugas yang amat besar salah satunya adalah membangun tempat tempat untuk melakukan sosialiasi untuk memberitahu kepada para remaja tentang bahayanya tindakan kenakalan remaja dan kriminalitas. Sehingga para anak remaja mengetahui mana yang salah dan mana yang baik sehingga kenakalam remaja dapat di minimalisir. Setidaknya jika para penerus banggsa ini bersih dan paham mana yang salah dan mana yang benar mungkin bangsa ini bisa lebih baik dari sekarang.
Putra (2014) dalam karyanya yang berjudul “Peran Guru Bimbingan
dan Konseling Dalam Mengatasi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta
Didik di SMKN 2 Palangkaraya Tahun 2014/2015” mengatakan bahwa
Penyebab dari perilaku agresif peserta sebagian besar karena karakter peserta didik yang keras dan cenderung mengangap bahwa perilaku yang mereka lakukan adalah sebuah kewajaran, Peran guru Bimbingan dan Konseling dalam menurunkan perilaku agresif peserta didik cukup baik yaitu dengan memberikan konseling. Peserta didik yang menunjukkan perilaku kecenderungan perilaku agresif di panggil ke ruang BK, diberikan pengarahan dan nasehat agar dapat mengubah perilakunya tersebut, kemudian guru Bimbingan dan Konseling memberikan penjelasan bahwa perilaku yang peserta didik lakukan dapat menyakiti dan merugikan orang lain maupun dirinya sendiri.
35
konseling dalam mengatasi masalah kenakalan siswa. Selain itu jenis penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan sama yaitu jenis penelitian kualitatif. Namun, terdapat perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel dalam penelitian ini adalah kenakalan siswa, sedangkan variabel dalam dalam penelitian ini adalah kenakalan pada siswa.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan penulis teliti belum pernah dilakukan sebelumnya
yaitu tentang “ peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi
kenakalan siswa di MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan
Temanggung”. Penelitian ini adalah melihat dan mendeskripsikan
36 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk memdapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian juga berarti suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya ( Darbuko dan Achmadi,2009:2).
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam tentang peran guru BK dan guru PAI dalam mengtasi kenakalan siswa. Kegiatan teoritis dan empiris pada pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena peneliti melakukan penelitian tentang peran Guru Bimbingan Konseling dan PAI dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di
MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung kemudian
mendiskripsikan dan memadukan dengan konsepsi teori yang ada sehingga menemukan temuan-temuan mengenai peran guru BK dan PAI dalam mengatasi kenakalan siswa.
B. Lokasi Penelitian
Batasan pertama yang selalu muncul dalam kaitannya dengan metodelogi penelitian adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan penelitian berlangsung.
37
lembaga pendidikan yaitu MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan
Temanggung. C. Sumber data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data primer dan sekunder.
1. Sumber data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung (Arikunto,2006:145).
a. Guru Bimbingan dan Konseling, karena yang paling berperan
dalam mengatasi kenakalan siswa dan sebagai aktor pendisiplin sekaligus pemerhati serta sebagai aparat peraturan sekolah yang bersinggungan dengan banyak murid di dalam sekolah.
b. Guru Pendidikan Agama Islam, karena semua guru pendidikan
Islam juga ikut beperan dalam mengatasi kenakalan yang terjadi pada siswa baik itu di dalam kelas maupun tidak.
c. Kepala sekolah, karena kepala sekolah juga berperan
bagaimana dalam mengatasi kenakalan sisw yang terjadi dalam sekolah.
d. Siswa, siswa dijadikan sebagai sumber data penelitian karena
38
2. Sumber data sekunder
Data sekunder adalah sumber data pendukung atau penunjang penelitian (Arikunto, 2006:145).
a. Sejarah Berdirinya MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung.
b. Visi Misi dan Tujuan MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung.
c. Struktur Organisasi MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung.
d. Data Guru, Staf dan Siswa MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung.
e. Sarana dan Prasarana MTs Ma’arif Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati perilaku kenakalan siswa dan mengamati bagaimana cara guru BK dan guru PAI mengatasi kenakalan siswa yang terjadi di sekolah tersebut.
2. Metode dokumentasi
39
3. Metode wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan guru BK dan guru PAI, kepala sekolah, dan siswa.
Metode tersebut digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan bagaimana peran guru BK dan guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa.
E. Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen ( Lexy. J: 248), analisis data kulitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensisnya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Proses pengumpulan data dan analisis data pada prakteknya tidak mutlak dipisahkan, kegiatan itu kadang-kadang berjalan secara bersamaan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama, dilapangan, dan setelah proses pengumpulan data.
Proses analisis data dalam penelitian ini mengandung tiga komponen utama yaitu:
1. Reduksi Data
40
kegiatan mengkhitisarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin memilah-milahkannya ke dalam konsep tertentu, kategori tertentu, atau tema tertentu.
2. Penyajian Data (Display Data)
Seperangkat hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Itu mirip semacam pembuatan table, atau bentuk-bentuk lain. Itu sangat diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan.
3. Verifikasi (Menarik Kesimpulan)
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ditemui sebelumnya. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam ini poeneliti berusaha memperoleh keabsahan data temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik tringulasi.
41
terhadap data-data itu (Moloeng, 2011: 332). Ada empat macam tringulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tringulasi sumber. Tringulasi sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingan keadaan dan pandangan seseorang dengan
berbagai pendapat orang lain.
4. Membandingkan wawancara dengan isi suatu dokumen yang
42 BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah singkat berdirinya MTs Ma’arif Botoputih
MTs Ma’arif Botoputih yang didirikan pada tahun 1983, secara
geografis terletak di lereng gunung sumbing yang dipelopori oleh beberapa tokoh atau para sesepuh desa yaitu: Desa Botoputih, Desa Tawangsari, dan Desa Greges mencoba memberikan susmbangsih pada dunia pendidikan dan memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Dan semua itu tidak akan terwujud apabila tidk didukung oleh semua komponen yang ada pada masyarakat yang langsung pada dunia pendidikan itu baik berupa dukungan moril, spiritual, maupun material.
2. Visi dan Misi MTs Ma’arif Botoputih
a. Visi
Menuju peserta didik yang CERDAS, RAJIN, IMAN, dan AGAMIS (CERIA).
b. Misi
1) Mengefektifkan proses belajar mengajar dan pelayanan
bimbingan dan konseling
2) Membina dan mengembangkan ketaatan beribadah ala
Ahlussunnah wal jama’ah
43
4) Membina dan mengembangkan budaya yang telah ada
5) Membina dan mengembangkan bakan olahraga siswa
3. Profil MTs Ma’arif Botoputih
Nama Sekolah : MTs MA’ARIF BOTOPUTIH
No. Statistik Sekolah : 121233230014
NPWP : 027833912533000
Alamat Sekolah : Ds. Botoputih
: (Kecamatan) Tembarak
: (Kabupaten/Kota) Temanggung : (Propinsi) Jawa Tengah
Telepon/HP/Fax : 081325174205
Status Sekolah : Swasta
Nilai Akreditasi Sekolah : 81 (B)
Nama Kepala Madrasah : Rokhani, S.Pd.I
No Telp/HP : 081325174205
Nama Yayasan : MTs. Ma’arif Botoputih
No. Rekening : BRI Unit Tembarak 6921-01-001917-53-5
4. Sejarah Singkat Berdirinya MTsN Parakan Temanggung
44
masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) Majelis Wakil Cabang (MWC) Parakan.
Dalam perjalanannya lembaga pendidikan ini pada tahun itu juga (1967) Pengurus MWC NU Parakan ini secara ikhlas PGA ini dinegerikan yang berarti secara penuh pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah di bawah Departemen Agama dengan nama Pendidikan Guru Agama Islam Negeri 4 Tahun ( PGAN 4 Tahun ) dan proses belajar mengajar pindah ke gedung KAMMI/KAPPI ( sekarang bernama Gedung Manunggal ) di Jalan Kawedanan Parakan, gedung tersebut merupakan pinjaman dari KODIM 0706 Temanggung.
Dengan adanya perubahan sistem pendidikan calon guru Agama Islam, pada tahun 1969 PGAN 4 Tahun berubah menjadi PGAN 6 Tahun, hal ini berlangsung hingga tahun 1978, sebab dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 16 Tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978, PGAN 6 Tahun beralih fungsi menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN).
MTsN tetap menempati gedung KAMMI/KAPPI sedangkan MAN menempati gedung baru di Kowangan Temanggung.
45
Dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun jumlah murid selalu meningkat sehingga bisa seperti ini, dan semoga hal ini akan terus bisa ditingkatkan baik dari segi kualitas mau pun kuantitasnya, sarana mau pun prasarananya demi tercapainya tujuan pendidikan nasional seperti yang kita idam-idamkan.
Dalam perjalanannya, dari tahun 1978 hingga 2012 MTsN Parakan telah dipimpin oleh 9 orang, yaitu H. Moh Yusuf, B.A. (merangkap Kepala MAN, 1978-1979), Dr. H. Rahmat Rais (1979-1988), Drs. H. Abdul Latif (1988-1991), H. Mugiyanto, B.A. (1991-1997), H. Wasiri Abdullah Jusuf, B.A. (1997-2003), Drs. H. Sahruddin Hasibuan ( 2003-2004), H.Tunut Irsyiyadi, S.Pd.I (2004-2005), Drs. H. Sukron, M.Ag. (2005-2011), dan Drs. H. Agus Salam, M.Ag. (2011 s.d. sekarang).
Sedangkan Ketua BP-3/Komite Madrasah selama periode 34 tahun ini telah dijabat oleh 6 orang, yaitu H. Muhyidin, H. Ruslan Abidin, H. Istamar, B.A., H. Mughni Badri, H. Munawir, B.A., Drs. H.
Irfai’i Ilyas, dan Mudiyanto.
46 5. Visi dan Misi MTsN Parakan
a. Visi
Tangguh Aqidah, Mapan Ibadah, Luhur Pekerti, Sarat Prestasi
b. Misi
1) Menambah Ketangguhan Aqidah Islamiah
2) Melatih Tertib Dalam Ibadah Dengan Target Bisa Sholat Dan
Membaca Al-Qur’an
3) Pembiasaan Pekerti Berlandaskan Akhlaqul Karimah
4) Bersaing Sehat Dalam Berprestasi
5) Siap Menjawab Perkembangan Zaman
6) Menambahkan Kebanggaan Identitas Madrasah
6. Profil MTs Negeri Parakan Temanggung
Nama Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Negeri Parakan
Temanggung
No. Statistik Sekolah : 121133230001
NPWP : 29364484
Alamat Sekolah : Mekarsari RT.01 RW.05
: Mandisari : Parakan : Temanggung
Telpon/HP/Fax : (0293) 596316
Status Sekolah : Negeri
47
Nama Kepala Madrasah : Drs. H. Agus Salam, M.Ag.
No Telp/HP :
Nama Yayasan : MTsN Parakan Temanggung
B. Penyajian Data
1. Peran Guru BK dan Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa
Layanan bimbingan konseling untuk siswa dilakukan secara individual maupun kelompok. Bentuk-bentuk kenakalan siswa sangatlah banyak sekali terjadi di sekolahan, sehingga perlu adanya peran dari seorang guru untuk mengatasi kenakalan terebut. Peneliti melakukan wawancara dengan bpk AI.
“selama ini kenakalan yang dialami kebanyakan siswa adalah menyontek ketika ulangan berlangsung, merusak fasilitas sekolah, buang sampah sembarangan, berpakaian atau berpenampilan yang
tidak sesuai dengan peraturan sekolah, bolos dll”.
Sedangkan menurut bpk RH mengenai bentuk-bentuk kenakalan siswa adalah:
“bentuk-bentuk kenakalan siswa yang sering terjadi yaitu erokok di luar area sekolah, mencoret-coret dinding sekolah khususnya WC, pelanggaran tata tertib sekolah terutama anak laki-laki, menyontek
ketika ulangan, dsb”.
Bpk AG sebagai kepala sekolah juga menjelaskan:
“bentuk-bentuk kenakalan siswa yang terjadi disini masih dalam bentuk kenakalan yang umum seperti disekolah lainya. Kalau membolos atau masuk tanpa keterangan itu jarang sekali,
48
Bentuk-bentuk kenakalan dan presentasenya yang terjadi di MTs Ma’arif
Botoputih dan MTsN Parakan Temanggung
1. MTs Ma’arif Botoputih
NO JENIS PELANGGARAN PERSENTASE
TAHUN 2017/2018
pagar, tembok, dan fasilitas lain milik sekolah 3%
11. Berkelahi di lingkungan sekolah 2%
12. Mencemarkan nama baik sekolah 2%
13. Berbuat asusila baik di sekolah maupun di luar sekolah
5%
14. Membuat gaduh di kelas 6.5%
2. MTsN Parakan Temanggung
NO JENIS PELANGGARAN PERSENTASE
TAHUN 2017/2018
49
11. Berkelahi di lingkungan sekolah 3%
12. Mencemarkan nama baik sekolah 2%
13. Berbuat asusila baik di sekolah maupun di luar sekolah
16. Tidak masuk sekolah tanpa keterangan 5%
17. Membuang sampah sembarangan 12%
Mengenai banyaknya bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa, maka seorang guru lah yang berperan paling penting dalam mengatasi masalah tersebut seperti yang dijelakan oleh bpk AI:
“selama ini guru BK adalah membantu siswa dalam memecahkan masalah baik masalah pribadi maupun sosial. Kemudian memberikan motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungan sosial yang baik sehingga mengurangi terjadinya kenakalan siswa. Karena guru BK mempunyai banyak peran, yaitu sebagai penasehat, motivator, pembimbing, bisa juga relawan. Karena dalam proses konseling guru BK pasti
memberikan nasehat, solusi, dan motivasi”.
Kemudian menurut bpk RH sebagai guru PAI mengatakan bahwa:
“kalau dari guru mata pelajaran atau guru PAI sendiri ketika kenakalan siswa terjadi, dilihat dulu apa bentuk kenakalannya. Misalkan kalau ada siswa merokok dilingkungan sekolah kemudian ada guru yang melihat, tindakan yang pertama langsung mengambil rokok tersebut kemudian baru dilaporkan ke guru BK tanpa harus menunggu dari BK. Kemudian tindakan yang lain dari pihak guru PAI sendiri, apabila anak melanggar peraturan atau melakukan kenakalan maka diberi sanksi untuk menghafal Asmaul
50
Mengenai bentuk-bentuk kenakalan siswa yang bermacam-macam, menurut bpk WS sebagai guru PAI dalam mengatasi kenakalan tersebut adalah:
“ketika siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, kita
sebagai guru segera memberikan sanksi kepada siswa tersebut dengan cara menasehati terlebih dahulu. Jika terus-menerus , siswa masih melakukan kesalahan tersebut makan tindakan selanjutnya untuk dibawa ke guru BK untuk ditindak lanjuti dengan cara
membuat surat pernyataan”.
Secara umum peran guru BK dan guru PAI dalam mengatasi
kenakalan siswa di MTs Ma’arif Botoputih adalah sebagai berikut:
1) Sebagai pembimbing
Ketika membimbing siswa agar bisa mengurangi angka kenakalan siswa dari masing-masing guru mempunyai cara sendiri-sendiri, Bpk AI menjelaskan.
“memberikan pengetahuan tentang peraturan-peraturan sekolah dan sanksi yang diberkan apabila siswa melanggarnya. Selain itu memberikan layanan yang baik kepada siswa yang mempunyai masalah khusus yang menyangkut mentalnya dengan menguatkan sikap mental siswa supaya mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapinya”
Bpk SY juga menjelaskan:
“ketika anak melakukan kesalahan maka cara yang pertama
kita panggil anak tersebut, dan mencari tau alasan kenapa melakukan kesalahan tersebut. Kemudian kita menyuruh siswa untuk membuat surat pernyataan, kita sebagai guru BK memberikan bimbingan dan pengetahuan agar tidak
51
Selain dari hasil wawancara tersebut, peneliti juga menemukan data-data dari salah satu guru BK yaitu adanya program kerja layanan bimbingan yang terdiri dari program kerja, bulanan, dan tahunan.
2) Sebagai Pembangun Kerjasama
Ketika mengontrol atau memantau kenakalan siswa, guru BK bekerja sama dengan guru bidang studi, wali kelas, maupun wali murid. Hal ini dilakukan agar semua pihak dapat memberikan perhatiannya dengan maksimal. Kerjasama sangat penting karena jika hanya guru BK yang berjalan maka tidak akan berhasil. Bpk RM:
“kita memberikan sanksi kepada siswa, kita sebagai guru
terlebih dahulu mengidentifikasi kesalahannya, kita tidak membolehkan siswa membawa hp tapi jika sangat penting sekali dan harus membawa maka kita bekerja sama dengan wali kelas agar hp tersebut dititipkan di wali kelas atau guru
yang dipercaya”.
Bpk AI juga menjelaskan:
“kami sebagai guru BK juga bekerja sama dengan
administrator dan petugas bimbingan dalam
mengembangakan bimbingan. Guru BK juga mengikuti workshop pengembangan guru BK untuk meningkatkan
pengetahuan dalam melayani siswa”.
52
tentang identitas dan harapan perminatan belajar bagi calon peserta didik. Informasi/data ini akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan penerimaan dan penempatan pilihan bidang keahlian bagi calon peserta didik.
Selain angket perhatian orang tua juga ada surat perjanjian/pernyataan siswa yang diberikan setelah siswa melakukan kesalahan. Surat tersebut bertujuan untuk membuat siswa jera setelah siswa menulis surat perjanjian tersebut untuk tidak mengulangi lagi kesalahannya.
3) Sebagai motivator
Masalah-masalah kenakalan siswa yang terjadi di MTs
Ma’arif Botoputih yang telah teridentifikasi akan ditindak lanjuti
oleh guru BK dengan memberikan dukungan dan motivasi agar siswa memiliki siswa memiliki semangat untuk berkembang ke arah positif.
Dalam hal ini guru BK memberikan dorongan terhadap siswa agar semangatnya selalu berapi-api. Bpk RM menjelaskan sebagai berikut:
“dalam memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan saja melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti,
53
4) Sebagai konselor
Konselor memberikan layanan bimbingan konseling dengan semaksimal mungkin. Untuk menjalankan peranannya sebagai pembimbing dalam mengatasi kenakalan siswa guru BK melaksanakan 2 layanan bimbingan konseling, yaitu layanan konseling individu dan bimbingan kelompok.
a. Layanan konseling individu
Pemberian bantuan kepada siswa yang bermasalah yang dilakukan dengan cara wawancara. Layanan ini dilaksnakan
dengan cara face to face antara siswa dan guru BK dalam
rangka pembahasan dan penyelesaian masalah yang dialami siswa. Berikut penjelasannya dari bpk AR sebagai siswa:
“saya pernah datang ke ruang BK untuk cerita tentag
masalah keuangan untu membayar sekolah. Karena menurut saya tempat yang paling strategis untuk dimintai bantuan adalah guru BK. Saya cerita semua tentang masalah itu dan dengan lapang dada guru BK
mendengarkan semua keluhan-keluhan saya”.
Menurut Bpk AT dan Ibu NL sebagai guru PAI juga menjelaskan:
“kalau dari pihak guru PAI sendiri ketika siswa melakukan
kesalahan kesalahan maka sanksinya juga disesuaikan dengan kesalah itu sendiri. Ketika pelanggarannya menyangkut dengan tata tertib maka sanksinya seuai dengan peraturan sekolah. Ketika kesalahan siswa terjadi di kelas ketika pelajaran berlangsung, terutama pelajaran PAI
maka sanksinya hafalan juz ‘ama atau terserah gurunya
54
b. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah suatu teknik dalam layanan bimbingan konseling yang diberikan oleh pembimbing kepada sekelompok siswa dengan tujuan membantu dalam menghadapi masalah-masalah belajarnya dngan menempatkan dirinya di dalam suatu kehidupan atau kegiatan yang sesuai.
Mengenai pelaksanaan bimbingan kelompok berikut penjelasan dari bpk AI:
“terkait dengan bimbingan kelompok, ketik saya masuk di
kelas-kelas saya mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan pendapat dan pandangan para siswa kemudian memberikan nasihat atau pengarahan yang positif mengenai kenakalan yang dialami
oleh siswa”.
Dari program guru PAI sendiri untuk meningkatkan kedisiplinan siswa mengenai sholat jamaah dhuhur di sekolah Bpk AT dan Ibu NL menjelaskan:
“kita ada jadwal untuk memantau dan mengecek siswa ke
kelas-kelas untuk melaksanakan sholat jamaah dan
mengecek siapa yang tidak jamaah”.
Menurut Bpk SY sebagai gusu BK menjelasakan tentang layanan bimbingan konseling khususnya kedisiplinan siswa dalam datang ke sekolah:
”ketika anak terlambat dengan berbagai alasan misalnya
55
kali lebih maka kita kerja sama dengan orang tua siswa atau memanggil orang tua untuk diajak musyawarah bagaimana baiknya. Apa orang tua yang harus ngalah mengantar
anaknya kalau kesulitan masalah transportasi”.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengatasi Kenakalan
Siswa
a. Faktor pendukung dalam mengatasi kenakalan siswa
a) Semua Satu Visi satu Misi
Upaya yang dilakukan guru PAI dalam mengatasi kenakalan siswa ini dilakukan bersama-sama seperti yang dijelaskan Bpk RH:
“semua guru PAI satu Visi satu Misi yaitu guru Fikih
dengan cara memberikan sanksi untuk menghafal doa-doa
sholat, untuk guru Qur’an Hadis menghafal surat-surat pendek beserta tajwidnya dan guru Akidah Akhlak
menghafal Asmaul Husna”.
Bpk AT dan Ibu NL juga menjelaskan:
“kalau dari bapak ibu guru dan guru BK selama ini kita
selalu kompak dalam, peraturan dan tat tertib madrasah ini
yang selalu kita tegakkan”.
56
b) Adanya kerja sama dengan wali kelas
Dalam mengatasi kenakalan siswa ini pihak sekolah juga bekerjasama dengan wali kelas seperti yang dijelaskan Bpk RM:
“kita bekerjasama dengan wali kelas yang setiap pagi wali
kelas bertemu dengan siswa dengan seminggu sekali masuk kelas dan kemudian wali kelas bisa mengontrol siswa
dengan memberikan pertanyaan atau memantau
perkembangan siswa dengan bertanya kepada temannya”.
c) Lingkungan sekolah yang baik
Lingkungan sekolah yang baik juga bisa mempengaruhi keberhasilan dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh siswa seperti yang dijelaskan oleh Bpk SY:
“kalau siswa sejak dini selalu dibimbing dengan baik kemudian lingkungan sekolah yang baik atau siswa bergaul dengan teman yang baik maka itu akan mengurangi
kenakalan siswa yang akan terjadi”.
d) Adanya kebijakan sekolah
Dalam mengatasi kenakalan siswa telah dibuat peraturan sebagai acuan untuk memberikan sanksi kepada siswa yang bermasalah, Bpk AI menjelaskan bahwa:
“ketika siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah
atau kesalahan yang melenceng maka dari tiap-tiap kesalahan tersebut ada sanksinya sendiri, seperti dari pihak guru PAI telah dibuat kesepakatan untuk menghafal
surat-surat pendek atau asma’ul husna, kemudian dari pihak BK