KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Dasar Tentang Bimbingan Konseling a.Pengertian Bimbingan Konseling
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan
dari kata “Guadience” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu”.
Bimbingan adalah proses bantuan yang dilakukan secaa
terus menerus agar individu yang dibimbing dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, untuk mencapai pemahaman dairi dan penyesuaian terhadap segala situasi yang akan dihadapi seta mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri agar dapat mencapai kebahagiaan hidup dan dapat direfleksikan untuk kepentingan masyarakat sekitarnya (Sayekti Pujosuwarno, 2013:82).
Konseling dalam bahasa inggris Counseling dikaitkan dengan kta Counsel yang diartikan sebagai berikut: nasehat (to abtain counsel), anjuran ( to give counsel), pembicaraan (to take caunsel) (Eko Darmanto, 2007: 1).
Dengan demikian konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, pemberian layanan terpenting untuk
12
memperoleh bantuan pribadi secara langsung untuk mengatasi masalah yang timbul.
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara mandiri atau kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku (Feti Hikmawati, 2012: 2).
b. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling 1) Fungsi
Fungsi bimbingan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut (Prayitno dan Erman Amti, 2015: 197-217). Fungsi-fungsi ini dikelompokkan menjadi lima fungsi pokok, yaitu: (a) fungsi pemahaman, (b) fungsi pencegahan, (c) fungsi pengentasan, (d) fungsi pemeliharaan dan (e) fungsi pengembangan.
a) Fungsi Pemahaman
Artinya fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengemban peserta didik. Pemahaman siswa terhadap diri sendiri, orang tua, guru, dan guru pembimbing.
13
b) Fungsi Pencegahan
Artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c) Fungsi Pengentasan
Artinya usaha membantu siswa untuk pemecahan masalah yang dihadapi siswa, yang nantinya siswa dapat mengentaskan diri dari masalahnya (Muwahid Sultan dan Soim, 2013: 15).
d) Fungsi Pemeliharaan
Artinya memelihara segala sesuatu ang baik, yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini(Saring Masudi, 2010: 25).
e) Fungsi Pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Fungsi ini
memposisikan konselor senantiasa berupaya untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan klien.
14 2) Tujuan
Tujuan bimbingan dan konseling adalah agar peserta didik dapat :
a) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan
karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang,
b) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin
c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya,
d) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, maupunlingkungan kerja
Disamping itu, bimbingan dan konseling juga bertujuan untuk membantu peserta didik agar memiliki kemampuan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya. Untuk masing-masing jenjang pendidikan secara umum adalah sama, hanya karena tahap dan tugas perkembangannya berbeda, maka tujuan spesifik bimbingan dan konseling berdasarkan perkembangan peserta didik dimungkinkan berbeda.
c. Teori-teori Konseling
Menurut Darminto (2007: 121-209), Ada bebrapa macam teori dalam konseling, sehingga dengan adanya bebrapa teori ini
15
nantinya upun klien sehingga dapat mencapai keberhasilan secara maksimal diantara bebrapa teori/pendekatan yang ada dalam konseling antara lain:
1) Pendekatan Psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik adalah contoh dari pendekatan yang telah mengalami modifikasi terus-menerus untuk memasukkan ide-ide baru. Sejak dikembangkan oleh Freud, pendekatan ini terus menerus berkembang sampai saat ini.
Pendekatan Psikoanalitik menekankan pada pentingnya riwayat hidup, pengaruh-pengaruh dari impuls genetik (insting), energi hidup (libido) pengaruh dari pengalaman individu, serta irrasionalitas dan sumber dari tingkah laku manusia.
2) Pendekatan Humanistik
Istilah humanistik sangat luas dan memfokuskan pada individu sebagai pembuat keputusan dan pencetus pertumbuhan dan perkembangan diri mereka sendiri. Menurut Rogers, aktualisasi diri adalah dorongan yang paling menonjol dan
memotivasi eksistensi dan mencakup tindakan yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian. Sehingga istilah
humanisatik dalam hubungannya dengan konseling,
16
membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.
3) Pendekatan Behavioral
Seringkali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebih atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Pendekatan behavioral menitik beratkan pada perubahan individu supaya memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih. Dengan kata lain, membantu klien atau individu agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan maladaptif.
4) Konseling Kognitif
Kognisi adalah pikiran, keyakinan dan imagae-image
internal yang dipunyai seseorang dalam hidupnya. Teori ini bersifat memfokuskan pada proses-proses mental dan pengaruhnya pada kesehatan mental dan tingkah laku. Premis umum dari semua pendekatan kognitif ialah bahwa pikiran seseorang menentukan bagaimana perasaan mereka dan bagaimana mereka bertingkah laku. Akan tetapi pendekatan kognitif menurut Hackney dan Cormier sebagaimana dikutip Jeanett memiliki karakter-karakter diantaranya, (1) mempunyai intelegensi diatas rata-rata, (2) distres fungsional yang dialami bertaraf sedang atau berat, (3) mempunyai kemampuan mendentifikasi perasaan dan pikiran, (4) tidak sedang dalam
17
keadaan krisis, psikiotik amat parah terganggu masalahnya, (5) mempunyai khasanah ketrampilan, (6) mempunyai kemampuan untuk memproses informasi baik secara visual atau auditori, (7) orientasi aktivitasnya adalah analitik.
5) Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem menekankan cara yang lebih kontekstual dalam memandang tingkah laku. Menurut Brammer, Abrego dan Shostrom sebagaimana dikutip Jeanette teori sistem kurang menekankan pada asumsi-asumsi individu dibandingkan dengan teori-teori lain, Gladding menjelaskan bahwa teori-teori sistem adalah suatu istilah generik untuk mengkonseptualiasasikan sautu kelompok dari elemen-elemen (orang) yang saling berhubungan yang berinteraksi sebagai suatu kesatuan utuh. Ludwig von Bertanlanfy. Asumsi teorinya Pertama, kausalitas adalah interpersonal. Kedua, sistem psikososial paling baik dipahami sebagai pola berulang dari
interaksi interpersonal. Ketiga, Tingkah laku simtomatik harus
dipahami dari sudut pandang interaksional. d. Landasan Pelayanan Bimbingan Konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti (20015:135), landasan pelayanan bimbingan konseling meliputi landasan filosofis, religius, psikologis, sosial budaya, dan pedagogig.
18
1) Landasan Filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani, philos yang berarti cinta, dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi peayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dalam membuat keputusan yang tepat. Disamping itu pemikiran dan
pemahaman filosofisnjuga memungkinkan konselor
menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif, serta lebih efektif dalam penerapan uaya pemberian bantuannya.
2) Landasan Religius
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan beberapa unsur-unsur keagamaan terkait erat dalam hakikat, keberadaan, dan perikehidupan kemanusiaan.
(a) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta
adalah makhluk Tuhan,
(b) Sikap yang mendorong perkembangan dan perkehidupan
manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan
19
(c) Upaya yang memungkinkan berkembang dan
dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecah masalah individu.
3) Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajin tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini snagat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadpinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dihendakinya.
4) Landasan Sosial Budaya
Budhi Santoso (1992), Sabagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hidup seorang diri. Dimana pun dan bilamana pun manusia hidup senantiasa membentuk kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna menjamin baik keselamatan, perkembangan, maupun keturunan. Dalam kehidupan berkelompok itu, manusia harus mengembangkan individu sebagai anggota demi ketertiban pergaulan sosial mereka. Ketentuan-ketentuan itu biasanya berupa perangkat
20
nilai, norma sosial maupun pandangan hidup yang terpadu dalam sistem budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup para pendukungnya, rujukan itu melebihi proses belajar, diariskan kepada generasi penerus yang akan melestarikan nya. Karena itu masyarakat dan kebudayaan itu sesungguhnya merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama, yaitu sisi generasi tua sebagai pewaris dan sisi generasi muda sebagai penerus.
5) Landasan Pedagogig
Pada landasan ini pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan dan konseling dari tiga segi, yaitu pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling dan pendidikan lebih lanjut sebagai intu tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.
e. Langkah-langkah Pelaksanaan BK di Sekolah
Melakukan layanan bimbingan konseling di sekolah, hendaknya perlu diketahui langkah-langkah dalam memberikan bimbingan dan konseling pada siswa, terutama mereka yang mempunyai masalah (Feti Hikmawati, 2012:28-32).
21
Adapun langkah-langkah tersebut meliputi:
1) Identifikasi Masalah
Pada langkah ini hendaknya yang diperhatikan guru adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menunjukan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memerhatikan gejala-gejala yang tampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi.
2) Diagnosis
Pada langkah diagnosis yng dilakukan adalah menetapkan masalah berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal menjadi latar belakang atau melaratbelakangi gejala yang muncul.
3) Prognosis
Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan. Selanjutnya melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi individu.
22
4) Pemberian Bantuan
Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya. Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan.
5) Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi dapat dilakukan selama proses pembeian bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan . pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi, dokumentasi dan sebagainya. Dari evaluasi tersebut daat diambil langkah-langkah selanjutnya apabila pemberian bantuan kurang berhasil, maka pembimbing dapat mengubah tindakan atau mengembangkan bantuan kedalam bentuk yang berbeda.
2. Kenakalan Remaja