• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP - RETNO KUSUMAWARDANI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP - RETNO KUSUMAWARDANI BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan

KTSP

Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minat peserta didik yang menggambarkan penguasaan penegtahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi local regional, nasional, dan global.

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan :

a. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.

(2)

7

sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya.

c. Orang tua dan masyarakatnya dapat secara aktif memberikan masukan dan bantuan terhadap perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran kebahasaan dan kesastraan di sekolah.

d. Sekolah dapat mengembangkan program pendidikan kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia.

e. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan Bahasa Negara.

c. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelekual, serta kematangan spiritual, moral, emosional, dan sosial. e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

(3)

8

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

2. Menulis

Menurut Tarigan (1994:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.

Mulyati (2007: 112) menyebutkan bahwa menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukan sekedar menyalin kata-kata melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan teratur.

(4)

9

Menulis merupakan kemampuan yang dianggap paling sulit apabila dibandingkan dengan kemampuan bahasa lainnya seperti membaca, menyimak, dan berbicara. Namun kemauan untuk mempelajari bagaimana mengolah kemampuan berbahasanya ke dalam bahasa tulis dan mencoba merangsang otak untuk mengkreasikan apa yang akan diutarakan melalui tulisan adalah hal yang sangat penting dalam kegiatan menulis.

Dari uraian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang terjadi pada pikiran seseorang dalam menulis itu bersifat kreatif karena setiap individu mempunyai caranya masing-masing sesuai dengan kebiasaan dan menulis merupakan jenis keterampilan berbahasa yang menduduki posisi paling tinggi setelah membaca, berbicara, dan menyimak.

Dalam kegiatan berbahasa, menulis memiliki fungsi utama yaitu sebagai alat komunikasi secara tertulis. Tulisan dapat menjelaskan pikiran-pikiran yang ada. Selain itu Resmini (2007:115) menyebutkan bahwa menulis juga memiliki fungsi lain, fungsi itu adalah sebagai berikut :

a. Fungsi Penataan

(5)

10

b. Fungsi Pengawetan

Mengarang mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaran sesuatu dalam wujud dokumen tertulis. Dokumen sangat berharga, misalnya untuk mengungkapkan kehidupan pada zaman dahulu. c. Fungsi Penciptaan

Dengan mengarang dapat menciptakan sesuatu yang mewujudkan sesuatu yang baru. Karangan sastra mewujudkan fungsi demikian. Begitu pula karangan filsafah dan keilmuan ada yang menunjukkan fungsi penciptaan.

d. Fungsi Penyampaian

Penyampaian itu terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan tempatnya melainkan juga kepada orang yang berjauhan. Penyampaian itu juga dapat terjadi pada masa yang berlainan.

Mengacu pada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa buku sebagai gudang ilmu pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa menulis dan penulis adalah tempat atau orang yang memproduksi isi gudang itu. Dengan demikian, dapat diartikan pula bahwa tanpa adanya keterampilan menulis, maka gudang itu akan kososng. Satu hal yang sudah pasti bahwa jumlah pembaca selalu melebihi jumlah penulis. Artinya bahwa kemampuan menulis yang dimiliki seseorang tidak kalah pentingya dengan keterampilan berbahasa lainnya, sehingga perannya tidak kalah dengan kemampuan membaca yang banyak dimiliki orang.

(6)

11

a. Menulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis penulis dapat mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan pengalamannya.

b. Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa menalar, menghubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.

c. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.

d. Penulis dapat terlatih mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahannya yang semula masih samar. e. Penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara

objektif.

f. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.

g. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.

(7)

12

Seorang penulis menghasilkan sebuah tulisan pada hakikatnya memiliki tujuan tertentu dalam pembuatannya. Hugo Hartig dalam Tarigan (1994: 25-26) merangkumkan tujuan menulis sebagai berikut :

a. Assigment Purpose (Tujuan Penugasan)

Penulis hanya menulis sesuatu karena ditugaskan atau bukan atas kemauan sendiri (misalnya mahasiswa yang diberi tugas untuk merangkum sebuah buku).

b. Althristic Purpose (Tujuan Alturistik)

Penulis menulis untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan pembaca, menolong pembaca dalam memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan terhadap karyanya. Tujuan alturistik merupakan kunci keterbacaan sebuah tulisan.

c. Persuasiv Purpose (Tujuan Persuasif)

Dalam hal ini tulisan dari penulis bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. d. Information Purpose (Tujuan informasi dan penerapan)

Tulisan yang didalamnya memberi suatu informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca.

e. Self Expressif Purpose (Tujuan pernyataan diri)

(8)

13

f. Creative Purpose (Tujuan kreatif)

Tujuan dari tulisan ini erat dengan tujuan pernyataan diri, tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, serta

melibatkan dirinya dengan sesuatu keinginan untuk mencapai norma artistik atau seni ideal, seni idaman. Tulisan yang di dalamnya bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.

g. Problem Sloving (Tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan ini, penulis hanya ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Disini penulis hanya ingin menjelaskan, menjernihkan, dan menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.

3. Pembelajaran Menulis Di Sekolah Dasar

Pada pembelajaran menulis karangan deskripsi di kelas V SDN 02 Tritih Kulon terdapat acuan sebagai berikut :

a. Standar Kompetensi

4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat, undangan, dan dialog tertulis.

b. Kompetensi Dasar

4.1 Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.

(9)

14

1) Menyusun kerangka karangan

2) Menyusun karangan tentang berbagai topic sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lain-lain)

Santosa (2008:3.21) mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis di Sekolah Dasar terdiri atas dua bagian layaknya pembelajaran membaca, yakni menulis permulaan dan menulis lanjut (pendalaman). Menulis permulaan diawali dari melatih siswa memegang alat tulis, menarik garis, menulis huruf, suku kata, kata dan kalimat sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, menulis karangan pendek dengan bantuan berbagai media dengan ejaan yang benar.

Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar memiliki beberapa bagian serta tahapan-tahapan dalam pengaplikasikannya. Bagian-bagian tersebut perlu diaplikasikan sesuai dengan jenjang tingkatan kelas agar nantinya proses pelaksanaannya lebih terkonsep. Begitupun dengan tahap-tahap aktivitas menulis, agar lebih memaksimalkan hasil pembelajaran menulis itu sendiri, maka guru harus mampu membagi tahapan yang satu dengan tahapan yang lain agar sesuai dengan kapasitas kemampuan siswa.

4. Kemampuan Menulis

(10)

15

atau dasar menulis karangan yang rumit. Sebelum menulis karangan harus memilih topik, membatasinya, mengembangkan gagasan, menyajikannya dalam bentuk kalimat dan paragraf yang tersusun secara logis dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian kemampuan menulis di atas yang menyatakan adanya beberapa fase yang dilibatkan dalam kemampuan tersebut bukan semata-mata dimiliki oleh golongan yang berbakat menulis. Dengan latihan yang sungguh-sungguh, maka kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan formal.

5. Karangan

“Karangan merupakan pengutaraan sesuatu secara tersusun

dengan mempergunakan bahasa” (Hasani, 2005:1). Karangan merupakan

suatu hasil proses berfikir.

Karangan merupakan hasil ungkapan ide, gagasan, dan perasaan yang diperoleh melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif. Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana. Lima macam ragam wacana karangan sebagai berukut :

a) Deskripsi (pemerian)

(11)

16

khayal) sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri yang dialami penulisnya.

b) Narasi (penceritaan atau pengisahan)

Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. Bentuk karangan ini dapat ditemukan pada karya prosa atau drama, biografi atau autobiografi, laporan peristiwa, serta resep atau cara membuat dan melakukan suatu hal.

c) Eksposisi (paparan)

Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembaca. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembaca. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar untuk memperjelas yang akan disampaikannya.

d) Argumentasi (pembahasan dan pembuktian)

(12)

17

bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikan sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis.

e) Persuasi

Persuasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai suatu hal yang disampaikan penulis. Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan untuk mencapai suatu kebenaran, persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional. Seperti argumentasi, persuasi menggunakan bukti atau fakta yang digunakan seperlunya atau terkadang dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada pembaca bahwa yang disampaikan penulis benar.

6. Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari kata bahasa latin “deskribere” yang

(13)

18

Menurut Suparno, (2002:111) menyatakan bahwa “Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan dan menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman dan peranan penulisannya”. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan

terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga, pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri suatu obyek yang dialami penulis.

Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek sedemikian rupa, sehingga obyek tersebut seolah-olah berada di depan mata pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri obyek tersebut. Deskripsi memberi citra mental mengenai suatu obyek yang dialami, misalnya pemandangan, orang, atau sensasi.

Deskripsi ialah tulisan yang berusaha memberikan perincian atau melukiskan dan mengemukakan objek yang sedang dibicarakan (seperti orang, tempat, suasana atau hal lain). Deskripsi berisi gambaran menegnai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.

Berdasarkan pengertian deskripsi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang disusun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal yang mendalam kepada membaca. Karangan deskripsi memeiliki ciri-ciri seperti :

(14)

19

b. Penggambaran dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indra

c. Membuat pembaca merasakan, melihat, serta mengalami sendiri obyek yang disampaikan penulis.

Secara garis besar deskripsi dapat dibedakan atas dua bagian yaitu deskripsi ekspositori dan deskripsi impresionistik. Deskripsi ekspositori bertujuan memberikan informasi yang menyebabkan pembaca dapat melihat, mendengarkan, dan merasakan. Deskripsi impresionistik bertujuan memberikan informasi yang menyebabkan pembaca bereaksi secara emosional.

Menulis deskripsi harus mampu menghidupkan objek yang dilukiskan sehidup-hidupnya, sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, dan merasakan yang peneliti alami. Supaya dapat melukiskan sesuatu sehidup-hidupnya. Langkah pertama adalah melatih diri mengamati sesutu di lingkungan sekitar. Makin lama mengamati sesuatu, maka makin bertambah banyak hal-hal kecil yang tampak yang dapat dilukiskan. Langkah kedua, melukiskan bagian yang penting sedetail mungkin.

(15)

20

dideskripsikan. Ketiga, kemampuan memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan keterhidupan deskripsi.

Berdasarkan kategori yang lazim, karangan deskripsi dipilih atas dua kategori, yakni karangan deskripsi orang dan karangan deskripsi tempat.

a. Deskripsi orang adalah karangan yang menggambarkan tentang orang dengan tujuan untuk mengenali lebih mendalam deskripsi orang.

Deskripsi keadaan sekitar, yaitu menggambarkan keadaan yang mengelilingi sang tokoh, misalnya penggambaran tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan, pekerjaan, pakaian, tempat kediaman, dan kendaraan.

Deskripsi keadaan fisik, bertujuan memberi gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seseorang tokoh.

Deskripsi watak atau tingkat perbuatan, yaitu mendeskripsikan watak seseorang. Menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat memperhatikan karakter yang digambarkan.

Deskripsi gagasan-gagasan tokoh, yaitu deskripsi yang menghubungkan antara perasaan dan unsur fisik yang erat. Pancaran wajah, pandangan mata, gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan seseorang.

(16)

21

peristiwa. Jalannya peristiwa akal lebih menarik jika dikaitkan dengan tempat terjadinya peristiwa. Setiap peristiwa tidak terlepas dari lingkungan dan tempat.

7. Media Audio Visual

Arsyad (2007:2) menyatakan bahwa kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Sejalan dengan hal tersebut, (Irianto,2010:3) media

merupakan sarana yang dapat membantu untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah komunikasi.

Anitah (2009:2) mengunkapkan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

(17)

22

Sedangkan contoh software: transparansi, film slide, MS power point, film.

Media dalam pendidikan memiliki beberapa nilai praktis, diantaranya sebagai berikut :

a. Media pendidikan dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa, misalnya: siswa yang berasal dari golongan mampu tidak akan sama pengalaman sehari-harinya dengan siswa dari golongan yang tidak/kurang mampu (yaitu dari film, gambar, TV, dan lainnya).

b. Media pendidikan dapat mengatasi batas-batas ruang kelas, misalnya benda yang akan diajarkan terlalu besar atau berat bila dibawa ke ruang kelas untk diamati secara langsung (yaitu dengan film, gambar, slide film, dan sebagainya).

c. Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan ukuran bentuk benda, yaitu apabila suatu benda secara tidak langsung dapat diamati karena terlalu kecil, seperti molekul, sel, atom, (yaitu dengan model, gambar, slide, dan sebagainya).

d. Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan kecepatan gerak benda, yaitu apabila secara langsung benda itu terlalu lambat gerakannya atau terlalu cepat, sedangkan gerakan itu menjadi pusat perhatian siswa (yaitu dengan film, filn strip, dan lain sebagainya).

(18)

23

sebagainya. Sedangkan media audio merupakan media yang hanya dapat didengar saja, seperti kaset audio, radio, dan lain sebagainya.

Adapula media yang berupa gabungan dari media audio dan media visual, yaitu media audio visual. Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar, seperti film, video, televisi, sound slide, dan lain sebagainya. Dengan adanya media audio visual, siswa akan lebih banyak menggunakan alat inderanya sehingga kemungkinan siswa untuk menangkap pelajaran akan lebih besar.

Media audio visual (http://aadesanjaya.blogspot.com) adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Media audio visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio visual yang berbentuk video.

Video berasal dari bahasa latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan). Saiful Amin dalam http://benramt.wordpress.com mengemukakan bahwa video itu berkenaan motion dengan apa yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup (bergerak: motion), proses perekamannya, dan penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi).

(19)

24

ilmu pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun. Hal itu tidak dapat dilepaskan dari kondisi siswa yang tumbuh berkembang dengan budaya televisi yang paling tidak setiap 30 menit menayangkan program yang berbeda. Dengan demikian video dengan durasi yang hanya beberapa menit mampu memberikan kenyamanan lebih bagi guru dan dapat mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa. Pembelajaran dengan video multi-suara juga bisa ditunjukkan bagi beragam tipe pelajar. Teks dapat diatur dalam bermacam-macam bahasa untuk menjelaskan isi video. Selain hal tersebut, video juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Video sebagai media pembelajaran selain memeiliki kelebihan juga memiliki kekuranga. Sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu menekankan pentingnya materi dari pada proses pengembangan materi tersebut. Pemanfaatn media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah. Penayangannya juga terkait dengan peralatan lainnya seperti videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-lain.

(20)

25

karangan deskripsi dengan mengambil inspirasi dari yang ada dalam video yang telah disaksikan.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Upaya yang dilakukan peneliti terkait dengan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media audio visual, pernah diteliti oleh Susmiyati pada tahun 2005 pernah mengadakan penelitian di jenjang pendidikan dasar menggunakan media audio visual. Judul penelitian tersebut

yaitu “Pengaruh Model Pembelajaran Demonstrasi dengan Menggunakan

Media Audio Visual Terhadap Hasil dan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas V Kleweng 01 Kecamatan Kuta”. Diperoleh

kesimpulan bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan menulis, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian, pengamatan, dan evaluasi. Pertemuan I siswa tuntas belajar 21,6% dengan nilai rata-rata 50,5%. Pada pertemuan II siswa tuntas belajar 40,5% dengan nilai rata-rata 55,2% yang berarti ada peningkatan dari 21,6% pada pertemuan I menjadi 40,5% pada peretemuan II. Pada pertemuan III siswa yang tuntas belajar 86,5% dengan nilai rata-rata 68,7% yang berarti pula ada peningkatan yaitu dari 40,5% pada pertemuan II menjadi 86,5% pada pertemuan III.

C. Kerangka Pikir

(21)

26

aspek berbahasa, setelah kemampuan membaca, menyimak, dan berbicara. Dibandingkan dengan aspek berbahasa lainnya, aspek menulis merupakan aspek yang paling sulit untuk dikuasai.

Dalam hal ini kesulitan menulis dapat disebabkan karena sebagian besar siswa sulit menemukan ide serta mengeksplor sesuatu yang ingin diungkapkan dari pikirannya melalui bahasa tulis. Selain hal tersebut, kebahasaan tulis juga menuntut keselarasan anatar unsur kebahasaan itu sendiri dengan isi karangan, sehingga akan diperoleh hasil karangan yang baik.

Siswa terkadang mengalami kesulitan dalam menggali ide untuk dijadikan sebuah karangan, dalam hal ini khususnya pada karangan deskripsi. Kesulitan tersebut menuntut guru untuk lebih kreatif dalam menemukan media pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas agar dapat menciptakan kondisi kelas yang nyaman bagi siswa untuk memperoleh ide karangan.

(22)

27

Dari uraian diatas menurut asumsi peneliti dengan menggunakan media audio visual makas siswa dapat lebih mudah menuangkan idenya secara maksimal. Perhatikan bagan kerangka berpikir berikut :

Gambar 2.1 Model PTK Kemmis & Mc Taggart)

Jika dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart pada hakikatnya berupa perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari 4 komponen yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa dari untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu pengertian siklus ini adalah perputaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

(23)

28

sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran tidak hanya terdiri dari dua siklus, tetapi lebih dari dua siklus.

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuannya 2 x 35 menit.

D. Hipotesis Tindakan

Gambar

gambar hidup
Gambar 2.1 Model PTK Kemmis & Mc Taggart)

Referensi

Dokumen terkait

Kata Kunci : Hasil Belajar, IPA, dengan Model Pembelajaran jigsaw. Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya kualitas program pembelajaran di Madrasah, sering kali

Are the students of the English Education Study Program of the Faculty of. Teacher Training and Education Widya Mandala

lebih jarang adalah penyakit pada bagian tubuh yang lain, yang. menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan oksigen

Prinsip koperasi merupakan pedoman pokok yang menjiwai setiap gerak langkah koperasi. Selain berperan dalam membedakan pola pengelolaan organisasi koperasi, prinsip koperasi

HUBUNGAN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN D ENGAN PROMOSI JABATAN D I BIRO SUMBER D AYA MANUSIA, HUKUM, D AN TATA KELOLA UNIVERSITAS PAD JAD JARAN (UNPAD ).. Universitas

Bila melihat tinggi puncak hasil analisis dengan KCKT peningkatan produksi senyawa metabolit di antara isolat khamir dan isolat kapang, diperoleh bahwa isolat kapang

untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia Produktifitas kerja Sikap mental patriotik yang memandang hari depan

Berdasarkan hasil penelitian dari aspek kualitas, aspek pemasaran dan aspek teknis bahwa menangkarkan burung Murai Batu Sumatra merupakan suatu bisnis yang layak dijalankan