• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Down Syndrome - BAB II ADY PURNOMO TI'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Down Syndrome - BAB II ADY PURNOMO TI'17"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Down Syndrome

Menurut Gunarhadi (2005) kata “Down Syndrome” adalah alih bahasa Indonesia dari bahasa Inggris Down Syndrome. Kelainan ini pertama kali diketahui Seguin dalam tahun 1844. Down adalah seorang dokter dari Inggris yang nama lengkapnya adalah Langdon Haydon Down. Pada tahun 1866 ia menindaklanjuti pemahaman kelainan yang pernah dikemukakan oleh Seguin tersebut melalui penelitian. Dalam penelitiannya ia menguraikan tanda-tanda kliis kelainan aneuploidi pada manusia. Seorang individu aneuploidi memeliki kekurangan atau kelebihan di dalam sel tubuhnya. Jenis aneuploidi sebagai penyimpangan kromosom tersebut ia namakan Trisomi 21. Yang berarti kromosom no 21 memiliki tiga genom. Kondisi pada manusia yang diakibatkan oleh penyimpangan kromosom jenis Trisomi 21 diberi istilah idiot mongoloid atau mongolisme. Diberi nama demikian, karena kondisi individual dengan Trisomi 21 dianggap memiliki ciri-ciri wajah yang menyerupai orang oriental.

Sebaliknya orang Asia menganggap kondisi ini menyerupai orang-orang Eropa. Namun sekarang kondisi yang demikian itu dinyatakan sebagai Down Syndrome. Trisomi 21 yang terdapat pada sel tubuh anak Down Syndrome mengakibatkan

berbagai ciri sehingga anak tersebut berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya.

Ciri-ciri anak dengan Down Syndrome bisa berupa tanda-tanda secara fisik maupun tanda-tanda secara perkembangan.Secara fisik, anak dengan Down Syndrome memiliki tanda-tanda yang sama meskipun kadar dan kombinasinya

berbeda antar seorang individu dengan individu Down Syndrome lainnya. Seorang anak Down Syndrome mungkin saja memiliki berbagai tanda seperti ini semenjak lahir, dan hampir semua tanda tersebut berkaitan dengan ciri-ciri fisik dan gerak.

Beberapa karakteristik anak dengan Down Syndrome adalah sebagai berikut : 1. Kekuatan otot lemah.

(2)

Lengan dan kakinya lemas dan mudah digerakan. Karena lemahnya kekuatan otot, gerak reflek tertentu yang menunjukan kekuatan menjadi tidak tampak. Kekuatan otot yang lemah berdampak terhadap lambannya gerak daya kekuatan dan perkembangan secara umum.

2. Ciri-ciri kepala.

Bayi yang mengalami Down Syndrome memiliki tampilan yang sangat khas. Kadang-kadang ada bayi yang kepalanya sedikit lebih kecil dari pada umumnya. Ada juga yang lehernya lebih pendek dibanding leher bayi lainnya. Lipatan atau kerutan kulit bayi mudah terlihat dibagian punggung dan juga di lehernya segera setelah bayi itu lahir. Bayi-bayi pada umumnya memang memiliki ubun-ubun yang sangat lunak, akan tetapi bayi yang lahir dengan Down Syndrome memiliki lingkaran ubun-ubun yang lebih besar, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama proses perkembangan penutupannya. Kerutan-kerutan kulit dan ubun-ubun yang sangat lunak akan dengan sendirinya hilang seiring bertambahnya usia bayi tersebut.

3. Ciri-ciri wajah

Sebagian besar anak Down Syndrome memiliki muka datar dan lebih kecil dibanding anak-anak lain pada umumnya. Lubang mata agak miring ke atas, jarak antara kedua mata sangat jauh, terdapat banyak lipatan keriput kulit di kelopak mata yang dikenal dengan sebutan lipatan epikantal. Di tepian luar iris kedua matanya terdapat bercak putih yang dikenal dengan nama bercak brushfield. Bercak tersebut tampak tetapi tidak mengganggu atau mengurangi

(3)

telinga. Bayi yang mengalami Down Syndrome memiliki pola pertmbuhan gigi tersendiri. Kekhasan pertumbuhan gigi dapat terjadi misalnya, gigi tidak muncul, serta warna email yang berbeda dengan gigi pada anak-anak usia balita lainnya. 4. Ciri-ciri tangan dan kaki.

Sejalan dengan tumbuh kembangnya anak Down Syndrome menampakan bahwa jari-jari tangan dan jari-jari kakinya sedikit lebih kecil, sedikit lebih pendek dan tumpul dibanding tangan dan kaki anak-anak lain. Jari tangan yang ke-5 yaitu jari kelingking terkadang menekuk ke dalam. Antara ibu jari kaki dan jari telunjuk kaki terdapat ruang yang agak lebar. Garis-garis tangan dan kaki berbeda dengan garis-garis tangan dan garis-garis kaki anak-anak lain. Hal ini disebabkan terdapatnya kekhasan garis yang disebut Simean Crease. Kekhasan tersebut terlihat karena telapak tangannya hanya mempunyai sebuah garis mendatar saja.

Penyimpangan kromosom Trisomi 21 menyebabkan ciri-ciri fisik dan perkembangan anak Down Syndrome sebagai berikut :

a. Penyakit jantung bawaan b. Gangguan mental

c. Tubuh kecil

d. Kekuatan otot lemah (Hipotonia) e. Kelenturan yang tinggi pada persendian f. Bercak pada iris mata (Brushfield Spots) g. Posisi mata miring ke atas

h. Adanya lipatan ekstra pada sudut mata (Ephicanthal Folds) i. Lubang mulut kecil sehingga lidah cenderung menekuk

j. Tangan pendek tetapi lebar dengan lipatan tunggal pada telapak tangan (Simian Crease)

k. Jarak lebar antara ibu jari dengan jari-jari lainnya.

(4)

Selain ciri-ciri seperti tersebut di atas, Aciardi menyebutkan 20% jenis Trisomi 21 meninggal dalam kandungan. Bayi Down Syndrome yang baru lahir

pada umumnya memiliki bobot rendah, yaitu 20% di antaranya dengan bobot kurang dari 2,5 kilogram. Sekitar 20% anak Down Syndrome meninggal sampai dengan 20 tahun, akan tetapi banyak juga yg hidup mencapai lebih dari usia menengah .

B. Model Terapi

Menurut Gunarhadi (2005) setiap anak Down Syndrome pada dasarnya memiliki kekuatan dan kelemahan atau kemampuan dan ketidakmampuan yang bersifat priabadi sebagai dampak dari Down Syndrome.

Identifikasi secara seksama dan teliti kebutuhan khusus masing-masing anak adalah sangat penting dilakukan baik oleh orangtua ataupun tenaga profesional, karena kebutuhan khusus tersebut akan dijadikan dasar penyusuna program intervensi. Langkah-langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan khusus sebagai berikut:

1. Amatilah anak dengan cermat menilai apa yang dapat dan tidak dapat dilakukannya dalam tiap bidang perkembangan.

2. Perhatikan apa-apa yang baru mulai dilakukannya atau yang masih sulit baginya.

3. Tentukan kecakapan baru apa yang dibutuhkan anak atau perbuatan apa yang harus didorong untuk membantu anak.

4. Bagilah tiap-tiap kecakapan baru yang dibutuhkan anak menjadi langkah-langkah kecil berupa aktivitas-aktivitas yang dapat dipelajari oleh anak. Kegiatan identifikasi dapat dilakukan oleh orangtua yang sudah terlatih atau oleh kader posyandu terdekat. Kegiatan identifikasi juga dapat dilakukan oleh profesional seperti ortopedagoog (guru pendidikan luar biasa), psikolog, dokter, fisioterapis, dll.

(5)

Intervensi anak Down Syndrome umumnya meliputi fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan pendidikan khusus kegiatan fisioterapi umumnya berhubungan dengan persoalan postur dan gerak serta latihan ketrampilannya, sedangkan kegitan terapi okupasi berkaitan dengan ketrampilan koordinasi mata dan tangan serta sejumlah ketrampilan akademik dini.

Kegiatan terapi wicara menekankan latihan komunikasi, sedang pendidikan khusus merupakan pendidikan yang membantu anak-anak belajar dalam bidang-bidang akademik, seperti ketrampilan akademik permulaan yang dapat mendasari ketrampilan membaca, menulis dan menghitung serta membantu memajukan ketrampilan yang membutuhkan konsentrasi menanamkan kebiasaan bekerja pada anak-anak sejak usia dini.

Kegiatan intervensi anak Down Syndrome umumnya dilakukan oleh tenaga profesional seperti ahli fisioterapi, ahli terpai okupasi, ahli terapi wicara, dan ortopedagoog. Namun demikian mengingat jumlah tenaga profesional di

Indonesia sampai sekarang masih sangat terbatas, maka keluarga khususnya orangtua dapat saja melakukan kegiatan intervensi bagi anak Down Syndrome. Ada 3 hal utama dalam memberikan intervensi anak Down Syndrome di lingkungan keluarga yaitu :

a. Bantulah anak mengembangkan kemampuan fisik dan mentalnya. b. Lindungilah anak dari penyakit menular.

c. Cegahlah atau koreksilah adanya kecacatan.

Ketiga program intervensi tersebut di atas merupakan program prioritas di awal-awal kehidupan anak Down Syndrome.

C. Perkembangan Anak

Menurut Gunarhadi (2005) perkembangan anak menjadi pertimbangan penting bagi para pendidik dalam melayani pendidikan bagi peserta didiknya. Para pendidik akan selalu memperhatikan aspek perkembangan anak baik fisik, kognisi, emosi, maupun sosial lingkungan budayanya.

(6)

berbeda pendapat dalam menyoroti hakekat anak dan perkembangannya. Jhon Locke beransumsi bahwa anak adalah ibarat kertas kosong (tabula rasa) yang akan diukir siapa saja tergantung kepada pengukirnya. Jean Jacques Rouscesu, sebaliknya, berpandang bahwa anak adalah potensi yang akan bisa menjadi kenyataan. Namun demikian kedua-duanya merupakan penyediaan lingkungan yang kondusif sehingga perkembangan anak terkompas pada arah yang baik.

Dari kedua tokoh sentral tersebut muncul tokoh pembaharu pendidikan yang mengimplementasikan teori-teorinya kedalam praktek pendidikan. Para pembaharu pendidikan memandang perkembangan anak melalui biologis, psikoanalitik, behaviorisme, kognitif, dan konstektual. Teori biologis memandang perkembangan anak dari dimensi perubahan struktrur tubuh dan kemampuan-kemampuan yang bersifat genetik (potensi bawaan). Psikonalitik memandang perkembangan anak dari segi perubahan menuju kematangan seseorang. Behaviorisme, sebaliknya melihat perkembangan anak karena faktor pengaruh lingkungan. Teori kognitif yang berpandangan senada dengan teori biologis lebih menitikberatkan cara atau proses berfikir anak dalam membangun pengertian dalam diri sendiri tentang lingkungannya. Sedangkan teori konstektual beransumsi bahwa perkembangan anak dan perkembangan sosial budaya saling pengaruh mempengaruhi. Perubahan perilaku anak akan berpengaruh terhadap perubahan sosial, demikian juga sebaliknya.

Perubahan dalam menerapkan asumsi mereka tentang perkembangan anak tidak lepas dari aspek-aspek perkembangan anak itu sendiri. Aspek itu antara lain adalah :

1. Perkembangan fisik (struktur tubuh)

Perkembangan fisik akan berpengaruh terhadapperubahan psikologis anak semenjak sebelum lahir sampai dewasa. Perkembangan fisik anak dapat dipantau melalui perkembangan prenatal, perkembangan postnatal.

a. Perkembangan Prenatal

(7)

selanjutnya, karena gen dalam kromosom merupakan bahan utama pembentukan kehidupan manusia.

b. Perkembangan Postnatal

Perkembangan postnatal atau setelah lahir, secara fisik bisa dilihat dari berbagai segi :

1) Berat Badan

Tingkat kesehatan anak dapat diketahui melalui perkembangan berat badan. Berat badan bayi di bawah normal menunjukan kondisi kesehatan bayi tersebut rendah. Sebaliknya, jika berat badan bayi menunjukan kisaran pola normal, bayi tersebut dikatakan sehat.

2) Panjang Badan

Panjang badan diukur dari kepala, badan sampai kaki. Organ tubuh bayi akan berkembang proposional sampai dewasa. Danis & Retno mengemukakan panjang kaki adalah ½ bagian dari panjang badan, sedang posisi kepala ¼ bagian dari panjang badan.

3) Gigi

Pertumbuhan gigi bayi pada umumnya terjadi pada usia 7 bulan. Namun ada juga yang sampai satu tahun dan ada pula yang baru 3 bulan gigi bayi sudah tumbuh. Pada usia satu tahun, bayi pada umumnya memiliki 6 buah gigi.

4) Tulang dan Otot

Kerangka dan otot bayi yang terbentuk sejak bayi masih dalam kandungan terus berkembang. Tulang bayi terbentuk dalam tulang rawan tumbuh dan berkembang menjadi kulit dan kuat dengan kecepatan tertentu sampai usia pubertas (Danis dan Retno, 2001).

2. Perkembangan Otak

Otak manusia adalah paling besar ukurannya dibanding otak binatang mamalia darat seukuran tubuhnya, yaitu 8 kali otak rata-rata binatang mamalia yang hidup sekarang. Bagian terbesar otak manusia, dan yang berkembang paling akhir adalah Frontal Lobe atau cerebral cortex yang berfungsi untuk mengendalikan pikiran dan kesadaran.

(8)

Perkembangan persepsi berkaitan dengan pengolahan informasi dari pengindraan yang dilakukan oleh otak. Bagian otak yang menginterprestasikan dan merespon rangsangan visual dan auditory (penglihatan dan pendengaran) anak berkembang sangat cepat pada saat bayi berusia 2 tahun pertama.

4. Perkembangan Indra Lain a. Pengecap

Bayi lebih menyuakai rasa manis dari pada rasa lain, dan bayi tidak menyukai rasa asam dan pahit. Bayi sering diberi minum manis pada usia tahun-tahun peartama, akan menyukai minum manis pada usia 2 tahun. b. Pencium

Indra pencium terdapat pada bayi semenjak lahir. Bayi akan menghindari bau-bauan yang tidak nyaman seperti telur busuk dan bau tak sedap lainnya. Beberapa peneliti membuktikan bahwa bayi yang menyusu ibu dapat mengenali bau ibunya sendiri apabila bayi itu, misalnya disusui oleh ibu lain. Demikian juga ibu dapat mengenali bau bayinya yang baru berusia satu atau dua hari. Sentuhan dan rasa sakit.

Bayi yang baru lahir cukup peka terhadap sentuhan. Bila bayi disentuh pipinya oleh ibunya, ia akan segera bergerak menyusu. Gerakan ini merupakan refleks otomatis dan gerak ini merupakan salah satu dari gerak reflek bayi untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

5. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik adalah perkembangan yang menyangkut kemampuan anak untuk bergerak dan mengendalikan gerakan-gerakan tubuh.

6. Perkembangan bahasa

Bahasa adalah suatu sistem lambang yaitu serangkaian bunyi yang mengandung makna. Lambang yang digunakan tersebut menjadi alat untuk mewujudkan gagasan yang akan disampaikan orang lain.

(9)

Pada bulan-bulan selanjutnya setelah berusia di atas satu tahun, anak Down Syndrome mulai menunjukan keterlambatan-keterlambatan dibanding dengan

anak lain seusianya. Keterlambatan ini terlihat sekali pada gerak yang tidak sama dengan tahapan perkembangan anak lain. Kemampuan berkomunikasi juga tidak secepat anak lain dalam merespon ibunya atau orang lain yang berusaha menggodanya. Kemampuan bicara belum nampak pada usia 2 tahun bahkan ada juga yang sampai pada usia 5 tahun anak Down Syndrome belum bisa bicara.

Sisi kesehatan, anak Down Syndrome banyak berpotensi gangguan beberapa penyakit seperti penyakit jantung, tiroid, gangguan tulang belakang gigi dan kadang-kadang obesitas atau kegemukan dan lain sebagainya.

Perkembangan emosi dan sosial juga terlambat. Hal ini disebabkan karena kemampuan kognisi yang cenderung di bawah rata-rata. Rintangan intelegensi anak Down Syndrome sebagai besar berkisaran katagori ringan, dengan IQ skor antara 50 s/d 70, dan kategori sedang dengan IQ skor antara 35 s/d 50.

Perkembangan banyak dipengaruhi oleh adanya penyimpangan kromosom. Bagi anak laki-laki ada indikasi ketidaksuburan pada spermatozoa yang mengakibatkan bahwa keungkinan besar tidak mempunyai keturunan. Sedangkan wanita Down Syndrome memiliki peluang lebih besar untuk dibuahi. Harapan untuk berkeluarga dan hidup mandiri dalam masyarakat menjadi kecil. Harapan untuk berkeluarga dan hidup mandiri sangat terbatas dengan kemampuannya. Oleh karena itu kriteria hidup mandiri bagi Down Syndrome hanyalah sebatas bina diri. Kemampuan bina diri hanya bisa dicapai dalam lingkungan keluarganya untuk menguasai dirinya sendiri dan pekerjaannya sehari-hari yang bersifat kerumahtanggan.

D. Sistem Pakar

(10)

suatu kesimpulan yang akan direpresentasikan ke dalam suatu mesin (Desiani dan Arhami, 2006).

Sistem pakar sebagai suatu teknologi baru masih menyimpan hal-hal baru yang dapat dipelajari. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab, atau teknologi tidak akan berhasil digunakan. Seperti juga tool lainnya, sistem pakar mempunyai aplikasi yang sesuai dan yang tidak untuk digunakan. Perbedaan personal dalam teknologi dapat dilihat di Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Perbedaan personal didalam teknologi (Desiani & Arhami, 2006)

Orang Pertanyaan

Manajer Apa yang dapat saya gunakan

Teknolog Bagaimana saya dapat mengimplementasikannya dengan sangat baik

Penelitian Bagaimana saya bisa mengembangkannya

Pelanggan/pemakai Bagaimana ini akan membantu Apakah cukup baik menangani masalah dan menghemat biaya.

Bagaimana kehandalannya.

Seorang pakar dengan sistem pakar mempunyai banyak perbedaan. Darkin dalam Desiani dan Arhami, (2006) mengemukakan perbandingan kemampuan antara seorang pakar dengan sebuah sistem pakar seperti Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2.Perbedaan personal didalam teknologi (dalam Desiani dan

Arhami, 2006)

Factor Human Ekspert Ekspert System

Time availibility Hari Kerja Setiap saat

Geografis Lokal/tertentu Dimana saja

Keamanan Tidak tergantikan Dapat diganti

Perishable/dapat habis Ya Tidak

Performansi Variabel Konsisiten

Kecepatan Variabel Konsisten

Biaya Tinggi Terjangkau

(11)

1. Sistem pakar bisa digunakan setiap harinya yang menyerupai sebuah mesin, sedangkan seorang pakar tidak mungkin bekerja terus-menerus setiap hari tanpa beristirahat.

2. Sistem pakar merupakan suatu perangkat lunak yang dapat diperbanyak, kemudian dibagikan ke berbagai lokasi maupun tempat yang berbeda-beda untuk dapat digunakan, sedangkan seorang pakar hanya bekerja pada suatu tempat dan pada saat yang bersamaan.

3. Suatu sistem pakar dapat diberi pengamanan untuk mennetukan siapa saja yang mempunyai hak akses untuk menggubanakannya dan jawaban yang diberikan oleh sistem terbebas dari proses intimidasi/ancaman, sedangkan seorang pakar bisa saja mendapat ancaman atau tekanan pada saat menyelesaikan permasalahan.

4. Pengetahuan (knowledge) yang disimpan pada sistem pakar tidak akan bisa hilang/lupa yang dalam hal ini tentunya harus didukung oleh maintenance yang baik, sedangkan pengetahuan seorang pakar manusia lambat laun akan hilang karena meninggal, usia yang makin tua, maupun menderita suatu penyakit. Walaupun pengetahuan yang dimilikinya dalam waktu yang singkat tidak akan hilang, bisa saja seorang pakar mengundurkan diri dari pekerjaannya sehingga organisasi yang bersangkutan akan kehilangan seorang pakar yang berbakat. 5. Kemampuan memecahkan masalah pada suatu sistem pakar tidak dipengaruhi

oleh faktor dari luar seperti intimidasi, perasaan kejiwaan, faktor ekonomi ataupun perasaan tidak suka kepada sistem pakar. Akan tetapi, sorang pakar yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti yang disebutkan diatas dalam menyelesaiakan atau memecahkan suatu masalah, sehingga jawaban yang diberikandapat berbeda-beda ealaupun masalahnya sama. Atau dengan kata lain, seorang pakar boleh jadi tidak konsisten.

6. Umumnya, kecepatan dalam memecahkan masalah pada suatu sistem pakar relatif lebih cepat dibandingkan oleh seorang pakar manusia. Hal ini sudah dibuktikan pada beberapa sistem oakar yang terkenal didunia.

(12)

Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan beberapa alasan mendasar pengembangan sistem pakar untuk menggantikan seorang pakar, diantaranya: a. Dapat menyediakan kepakaran setiap waktu dan diberbagai lokasi

b. Secara otomatis mengerjakan tugas-tugas rutin yang membutuhkan seorang pakar

c. Seorang pakar anak pensiun dan pergi d. Seorang pakar adalah mahal

e. Kepakaran dibutuhkan juga pada lingkungan yang tidak bersahabar (hostile environment)

Menurut Desiani dan Arhami (2006), Sistem pakar merupakan program-program praktis yang meggunakan strategi heuristik yang dikembangkan oleh manusia untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang spesifik (khusus), disebabkan oleh keheuristikannya dan sifatnya yang berdasarkan pada pengetahuan sehingga umumnya sistem pakar bersifat:

a. Memiliki informasi yang handal, baik dalam menampilkan langkah-langkah maupun dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang proses penyelesaian.

b. Mudah dimodifikasi, yaitu dengan menambah atau menghapus suatu kemampuan dari basis pengetahuannya.

c. Heuristik dalam menggunakan pengetahuan (yang sering tidak sempurna)

untuk mendapatkan penyelesaiannya.

d. Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer. e. Memiliki kemampuan untuk beradaptasi

Menurut Turban dalam Desiani dan Arhami (2006),struktur sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dari lingkungan konsultasi (consultation environtment).

(13)

pengguna), basis pengetahuan, akuisisi pengetahuan, mesin inferensi, workplace, fasilitas penjelasan, perbaikan pengetahuan.

a. Antarmuka Pengguna

Antarmuka pengguna (user interface) merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan sistem pakar untuk berkomunikasi. Antarmuka menerima informasi dari pemakai dan mengubahnya ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem. Selain itu, antar muka menerima informasi dari sistem dan menyajikan ke dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh pemakai. Menurut McLeod dalam Desiani dan Arhami (2006) , pada bagian ini terjadi dialog antara program dan pemakai, yang memungkinkan sistem pakar menerima instruksi dan informasi (input) dari pemakai, juga memberikan (output) kepada pemakai. Antar muka pengguna dapat dilihat pada Gambar 1 berikuit ini:

(14)

b. Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman, formulasi, dan penyelesaian masalah. Komponen sistem pakar ini disusun atas dua elemen dasar, yaitu fakta dan aturan. Fakta merupakan informasi tentang obyek dalam area permasalahan tertentu, sedangkan aturan merupakan informasi tentang cara memperoleh fakta dari fakta yang telah diketahui. Dalam studi kasus pada sistem berbasis pengetahuan, terdapat beberapa karakteristik dibangun yang akan membantu kita dalam membentuk serangkaian prinsip-prinsip arsitekturnya. Prinsip tersebut meliputi:

1) Pengetahuan merupakan kunci kekuatan sistem pakar 2) Pengetahuan sering tidak pasti dan tidak lengkap 3) Pengetahuan sering miskin spesifikasi

4) Amatir menjadi ahli secara bertahap 5) Sistem pakar harus fleksibel

6) Sistem pakar harus transparan

Sejarah penelitian dibidang AI telah menunjukan berulang kali bahwa pengetahuan adalah kunci untuk setiap sistem cerdas (intelligence system). c. Akuisisi Pengetahuan

Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition) adalah akumulasi, transfer dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program komputer. Menurut Turban (dalam Desiani dan Arhami, 2006) terdapat tiga metode utama dalam akuisisi pengetahuan, yaitu:

1) Wawancara 2) Analisis Protokol

3) Observasi pada pekerjaan pakar 4) Induksi aturan dari contoh d. Mesin Inferensi

(15)

metodologi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace, dan untuk memformulasikan kesimpulan. Kebanyakan sistem pakar berbasis aturan menggunakan strategi inferensi yang dinamakan modus ponens. Berdasarkan strategi ini, jika terdapat aturan “IF A THEN B”, dan jika diketahui bahwa A benar maka dapat disimpulkan bahwa B juga benar. Strategi inferensi modus ponen dinyatakan dalam bentuk [A AND (A→B)]→B

Dengan A dan A→B adalah proposisi-proposisi dalam basis pengetahuan.

e. Workplace

Workplace merupakan area dari sekumpulan memori kerja (working

memory). Workplace digunakan untuk merekam hasil-hasil antara dan

kesimpulan yang dicapai. Ada 3 tipe keputusan yang dapat direkam, yaitu: 1. Rencana: Bagaimana menghadapi masalah

2. Agenda: Aksi-aksi yang potensial yang sedang menunggu untuk dieksekusi

3. Solusi: Calon aksi yang akan dibangkitkan f. Fasilitas Penjelasan

Fasilitas penjelasan adalah komponen tambahan yang akan meningkatkan kemampuan sistem pakar. Komponen ini menggambarkan penalaran sistem kepada pemakai. Menurut Turban (dalam Desiani dan Arhami, 2006) fasilitas penjelasan dapat menjelaskan perilaku sistem pakar dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Mengapa pertanyaan tertentu ditanyakan oleh sistem pakar? 2. Bagaimana kesimpulan tertentu diperoleh?

3. Mengapa alternatif tertentu ditolak?

4. Apa rencana untuk memperoleh penyelesaian? g. Perbaikan Pengetahuan

(16)

Sistem pakar setidak-tidaknya mempunyai dua unsur manusia atau lebih yang terlibat didalam pembangunan dan pengembangan serta penggunaanya. Minimal, ada seorang yang membangun dan ada penggunanya. Sering juga ada pakar dan perekayasa pengetahuan (knowledge engineer). Menurut Turban (dalam Desiani dan Arhami, 2006) ada 4 unsur manusia dalam sistem pakar yaitu:

1. Pakar (The Expert)

2. Perekayasa Pengetahuan (Knowledge Engineer) 3. Pemakai (User)

4. Unsur lainnya

E. Forward chaning (Runtut Maju)

Runut maju berarti menggunakan himpunan aturan kondisi-aksi. Dalam metode ini, data digunakan untuk menentukan aturan mana yang akan dijalankan, kemudian aturan tersebut dijalankan. Mungkin proses menambahkan data ke memori kerja. Proses diulang sampai ditemukan hasil (Wilson, 1998 dalam Kusrini, 2006).

Gambar 2. berikut ini menunjukkan bagaimana cara kerja metode inferensi runut maju.

DATA ATURAN KESIMPULAN

A = 1 JIKA A = 1 DAN B = 2 B = 2 MAKA C = 3 D = 4 JIKA C = 3 MAKA D = 4

Gambar 2. Runut Maju (Forward Chaining)

Metode inferensi runut maju cocok digunakan untuk menangani masalah pengendalian (controlling) dan peramalan (prognosis) (Giarattano dan Riley, 1994 dalam Kusrini, 2006). Berikut ini adalah contoh inferensi dengan menggunakan

metode runut maju:

(17)

CF antara 0,4 s/d 0,6 MAKA Berikan obat carbamazepin

F. Backward Chaining (Runut Balik)

Runut balik merupakan metode penalaran kebalikan dari runut maju. Dalam runut balik, penalaran dimulai dengan tujuan merunut balik ke jalur yang akan mengarahkan ke tujuan tersebut (Giarattano dan Riley, 1994 dalam Kusrini, 2006). Gambar 3.

Berikut ini menunjukkan proses penalaran menggunakan metode runut balik.

Gambar 3. Runut Balik (Backward Chaining)

Runut balik disebut juga sebagai goal-driven reasoning, merupakan cara yang efisien untuk memecahkan masalah yang dimodelkan sebagai masalah pemilihan terstruktur. Tujuan dari inferensi ini adalah mengambil pilihan terbaik dari banyak kemungkinan. Metode inferensi runut balik ini cocok digunakan untuk memecahkan masalah diagnosis (Schnupp, 1989 dalam Kusrini, 2006). Berikut ini adalah contoh penalaran dengan menggunakan metode runut balik:

Aturan 1:

Mengalami epilepsi idiopatik lokal dengan certainty factor: 0,63 JIKA tipe sawan parsial sederhana

DAN EEG menunjukkan adanya fokus DAN penyebabnya tidak diketahui

Aturan 2:

(18)

JIKA Mengalami motorik fokal yang menjalar atau tanpa menjalar (gerakan klonik dari jari tangan, lalu menjalar ke lengan bawah dan atas lalu menjalar ke seluruh tubuh)

ATAU Gerakan versif, dengan kepala dan leher menengok ke suatu sisi

ATAU Gejala sensorik fokal menjalar atau sensorik khusus berupa

halusinasi sederhana (visual, auditorik, gustatorik)

Untuk mencapai tujuan, yaitu mengidentifikasi penyakit epilepsi idiopatik, sistem akan mengambil informasi subgoal yang paling rendah tingkatannya. Sistem akan memberikan pertanyaan mengenai gejala-gejala yang pada akhirnya dapat menentukan jenis penyakitnya.

G. Java

Java merupakan sebuah bahasa pemrograman berorientasi objek yang dapat berjalan pada platform yang berbeda, baik di windows, linux, serta sistem operasi lainnya. Dengan menggunakan java, kita dapat mengembangkan banyak aplikasi yang dapat digunakan pada lingkungan yang berbeda, seperti pada : Desktop, Mobile, Internet, dan lain-lain (Supriyanto, 2010).

(19)

H. Database MySQL

MySQL (My Structure Query Language) merupakan program database yang bersifat jaringan, sehingga dapat digunakan untuk aplikasi multi user (Banyak pengguna). MySQL menggunakan bahasa query (permintaan) standar SQL (Structured Query Language). SQL adalah suatu bahasa permintaan terstruktur, SQL telah distandarkan untuk semua program pengakses database seperti oracle, Posgre SQL, SQL server, dan lain-lain (Supriyanto, 2010).

MySQL merupakan software RDBMS (Relational Database Management System) yang dapat mengelola database secara cepat, menampung data dalam

jumlah sangat besar, dapat diakses oleh banyak user (multi-user), dan dapat melakukan proses secara sinkron atau bersamaan (multi-threaded).

I. Penelitian yang pernah dilakukan dan yang terkait.

1. Pada tahun 1988 sampai dengan tahun 2000 Anna J. Esbensen dari Cincinnati Children’s Hospital Center dan Marsha Mailick Seltzer dari Waisman Center university of Wisconsin - Madison melakukan Longitudinal Study dengan melibatkan 155 ibu-ibu yang memiliki anak sindrom down

sebagai responden. Dengan judul Accounting For The “Down Syndrome Advantage” pada journal AJIDD Volume 116, Number 1: 3 – 15, Januari 2011, Penelitian ini mendiskripsikan kompleksitas keuntungan sindrom down bagi seorang ibu (caregiving) dibandingkan dengan riwayat kelainan/ketidakmampuan yang lain. Terdapat tiga hipotesis yang diajukan dalm penelitian ini yaitu; Down Syndrome memprediksi nilai pesimisme

caregiving yang rendah terhadap masa depan anak, sindrom down

memprediksi kepuasan hidup yang lebih tinggi dalam mengasuh anak, dan sindrom down memprediksi kualitas hubungan yang lebih baik antara ibu dan anak. Pada dasarnya, Longitudinal study ini bertujuan mencari nilai signifikansi dari interkorelasi hubungan asosiasi dimensi – dimensi kesejahteraan ibu (maternal well-being) terhadap Down Syndrome. Maternal well-being sendiri terdiri dari empat dimensi yaitu: nilai kepuasan hidup (life

satisfaction), hubungan ibu dan anak (quality of relationship), pesimisme ibu

(20)

yang dimiliki ibu pada saat mengasuh anak Down Syndrome. Untuk mengukur dimensi maternal well – being para ibu, dibuatlah angket dengan skala tertentu yang memuat pertanyaan/pernyataan seputar dimension of maternal well – being, kemudian menggunakan analisis regresi untuk

mengukur dan menguji sejauh mana nilai signifikansi hubungan asosiasi dari setiap dimensi terhadap sindrom down. Hasil yang diperoleh secara singkat adalah terdapat hubungan yang signifikan antara life satisfaction dengan Down Syndrome, nilai signifikan juga terdapat pada hubungan interkorelasi

antara quality of relationship dan Down Syndrome. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa memiliki anak dengan sindrom down akan memberikan ibu memiliki kepuasan hidup yang lebih dalam mengasuh dan memiliki hubungan antara ibu dan anak yang lebih baik dibandingkan dengan kelainan/ketidakmampuan yang lain. (Esbensen dan Seltzer, 2011)

2. Penelitian ini mendeskripsikan pandangan guru (Caregivers) tentang manfaat terapi music terhadap anak Down Syndrome. Peneliatian ini dilakukan di Univerity of Auckland Human Participant Ethics Committee oleh Dorothea Piennar dengan melibatkan 19 dari 34 guru yang sudah berpengalaman dalam mengajar anak-anak Down Syndrome. Guru berpandangan bahwasanya terapi music dapat membangun atau mengembangkan komunikasi dan ketrampilan sosial pada anak Down Syndrome. Anak-anak Down Syndrome belajar berinteraksi secara sepontan

(21)

berimprovisasi dengan memberikan waktu untuk siswa melakukan aktifitas spontan, kegitan dilakukan berulang-ulang guna meningkatkan memori, gunakan lagu-lagu yang sudah dikenal, sesi dapat menggunakan alat-alat ringan seperti drum, piano atau gitar, berkolaborasi dan berbagi, berikan petunjuk sigkat dan jelas, tambahkan kegiatan mendengarkan, berikan juga sesi permainan dan gerakan tari. (Pienaar, 2012)

3. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini melibatkan tiga orang anak Down Syndrome, narasumber primer penelitian ini adalah orang tua subjek.

Gambar

Tabel 1. Perbedaan personal didalam teknologi  (Desiani & Arhami, 2006)
Gambar 1. Arsitektur sistem pakar (sumber: Turban, 2001)
Gambar 2. berikut ini menunjukkan bagaimana cara kerja metode inferensi
Gambar 3. Runut Balik (Backward Chaining)

Referensi

Dokumen terkait

Di njau dari manajemen satuan pendidikan, maka penyusunan model inspirasi diversifi kasi kurikulum esensi dan muaranya adalah terwujudnya Kurikulum ngkat satuan

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

1) Biaya pendidikan untuk level yang ditempuh sebesar Rp1.650.000 (satu juta enam ratus lima puluh ribu rupiah) sesuai ketentuan Pimpinan Pusat.. OIAA di Kairo. Biaya itu

Hasil penelitian ini ditemukan fakta bahwa followers akun twitter Shopee Indonesia paling banyak merespon status yang berhubungan dengan kata kuis berhadiah, retweet

Model Stimulasi Kecerdasan Visual Spasial Dan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini Melalui Metode Kindergarten Watching Siaga Bencana Gempa Bumi Di Paud

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Guna meningkatkan kenyamanan dan kemudahan penggunaan ashitaba maka diformulasikan granul effervescent, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi

Maka dari itu pembuatan pesan politik yang dilakukan oleh Abdullah Abu Bakar dan Lilik Muhibbah sangat refresentatif karena menyentuh nurani masyarakat Kediri, khususnya