• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertian - Anisa Kharismawati BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertian - Anisa Kharismawati BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pengertian

Everly dkk (dalam Munandar, 2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif, yaitu timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak atau sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerja tidak mampu melakukan tugas atau tugas tidak menggunakan ketrampilan atau potensi dari tenaga kerja. Beban kerja fisikal atau mental yang harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stress kerja.

(2)

Beban dapat berupa beban fisik dan mental. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainya (Manuaba, 2000)

Beban kerja adalah proses untuk menerapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu (Simamora, 1995). Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal dalam bidang keperawatan, yang program pendidikanya telah disyahkan oleh pemerintah. Perawat profesional adalah perawat yang mengikuti pendidikan tinggi keperawatan sekurang-kurangnya D3 keperawatan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa beban kerja perawat adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari seseorang yang secara konsisten selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien dan harus menyelesaikan pekerjaanya dalam jangka waktu tertentu.

2. Kelebihan Beban Kerja

(3)

Menurut (French dan Caplan, 1973) dalam Shanley & Abraham (1997), kelebihan beban kerja (beban kerja berat) yang dirasakan oleh perawat meliputi:

a. Harus melakukan observasi pasien secara ketat selama jam kerja.

b. Terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi kesehatan dan keselamatan pasien.

c. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan demi kesehatan dan keselamatan pasien.

d. Kontak langsung perawat klien secara terus menerus selama 24 jam.

e. Kurangnya tenaga perawat dibanding jumlah pasien.

f. Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan

g. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas

h. Tuntutan keluarga untuk keselamatan dan kesehatan pasien i. Setiap saat diharapkan pada pengambilan keputusan yang tepat j. Tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan asuhan

keperawatan klien di ruangan

k. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal

(4)

m. Tindakan untuk selalu menyelamatkan pesien

Pengelolaan tenaga kerja yang tidak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan keluhan yang subyektif, beban kerja semakin berat, tidak efektif dan tidak efisien yang memungkinkan ketidakpuasan bekerja yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya kinerja dan produktivitas serta mutu pelayanan yang merosot (Bina Diknakes, 2001).

Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja perawat yang terlalu tinggi adalah dengan menyediakan tenaga kerja yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya sesuai dengan tuntutan kerja. Semakin banyak pasien yang ditangani seorang perawat selama periode waktu tertentu, maka semakin berat atau besar beban kerja perawat tersebut. Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai salah satunya tergantung pada seimbangnya antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerjanya di suatu rumah sakit.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :

a. Faktor eksternal yaitu beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti:

(5)

kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan.

2.) Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang

3.) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringanya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, presepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

4. Dampak Beban Kerja

(6)

beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton.

Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat menimblkan stress kerja (Manuaba, 2000)

5. Pengukuran Beban kerja

Untuk mengetahui beban kerja, suatu pekerjaan dapat dilakukan pengukuran kerja. Pengukuran beban kerja adalah penerapan teknik yang dirancang untuk menetapkan bagi seorang pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.

Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur beban kerja diantaranya yaitu:

a. Work Sampling

Teknik ini untuk melihat beban kerja personil pada suatu unit, bidang, ataupun jenis tenaga kerja tertentu. Pada pengamatan dengan pendekatan work sampling dapat diamati:

1.) Aktivitas apa yang sedang dilakukan personil pada waktu jam kerja

(7)

3.) Proporsi waktu kerja untuk kegiatan produktif / kegiatan langsung atau tidak langsung

4.) Pola beban kerja personil dikaitkan dengan waktu dan skedul jam kerja

Untuk mendapatkan informasi tersebut dilakukan survey terhadap personil tertentu misalnya : tenaga perawat. Pada work sampling yang menjadi pengamatan adalah aktivitas keperawatan yang dilaksanakan perawat dalam menjalankan tugasnya sehari-hari diruang kerjanya.

Langkah-langkah pengamatan beban kerja dengan metode work sampling yaitu:

1.) Ditentuka personil yang akan diteliti

2.) Bila jenis personil jumlahnya banyak dilakukan pemilihan sampel sebagai subyek yang akan diamati. Pada tahap ini dapat menggunakan simpel random sampling untuk mendapatkan personel sebagai representasi populasi perawat yang akan diamati.

3.) Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan produktif atau tidak produktif dapat juga kegiatan langsung atau tidak langsung.

(8)

5.) Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2-15 menit atau tergantung kebutuhan peneliti, makin pendek jarak waktu pengamatan makin banyak sampel pengamatan yang bisa diamati oleh peneliti. Personil yang diamati tidaklah penting tetapi apa yang dikerjakan yang jadi pengamatan.

b. Time And Motion

Pada teknik ini peneliti mengamati dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personil yang sedang kita amati. Pelaksana pengamatan untuk pengambilan data ini haruslah seorang yang mengetahui secara benar tentang kompetensi dan fungsi. Pengamatan dapat dilakukan selama 3 sift dan pengamatan bisa dihentikan bila pengamatan telah memenuhi standar kompetensi penelitian.

Time study atau studi waktu adalah sebuah metode pengukuran waktu kerja dari suatu sampel penelitian kerja, para pekerja dan penggunaanya untuk menetapkan standar waktu kerja. Langkah-langkahnya:

1.) Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang akan diamati 2.) Membagi jenis-jenis kerjaan yang akan diamati kedalam

elemen-elemen kerja

(9)

4.) Menentukan berapa kali pengukuran atau pengamatan akan dilakukan terhadap elemen-elemen kerja tersebut (berapa sampel yang diperlukan)

5.) Mengamati dan mengukur waktu tiap elemen kerja dari titik akhir sebanyak sampel yang telah ditentukan dan mencatat hasil pengukuran tersebut

6.) Menghitung jumlah waktu untuk pekerjaan yang ditelah diamati

c. Pencatatan kegitan sendiri (daily log)

Merupakan bentuk sederhana dari work sampling dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang akan digunakan untuk suatu kegiatan. Penggunaan teknik ini sangat bergantung terhadap kerjasama dan kejujuran dari personil yang sedang diteliti. Peneliti biasanya membuat pedoman dan formulir isian yang dapat dipelajari dan diisi sendiri oleh subyek personil yang diteliti. Sebelum dilakukan penelitian perlu diberi penjelasan dan pengisian formulir. Dengan menggunakan formulir kegiatan dapat dicatat jenis kegiatan, waktu dan lamanya kegiatan dilakukan. Kegiatan mulai masuk kerja sampai pulang, pencatatan dilakukan oleh informan sendiri.

(10)

diteliti untuk menghasilkan perhitungan yang baik. Lama waktu mengerjakan setiap jenis pekerjaan juga penting untuk melihat beban kerja perlu waktu dan jumlah produksi, karena produktifitas dapat diukur dengan jumlah produksi dibagi dengan waktu. Dengan demikian dapat diketahui satu unit membutuhkan waktu berapa lama, oleh karena itu perhitungan waktu menjadi penting

Menurut Budiono (2003), kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh beban kerja. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuanya perlu diperhatikan.

6. Tugas Pokok Perawat

Tugas pokok perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dan secara administratif fungsional bertanggung jawab kepada kepala ruang, secara teknis medis operaional bertanggung jawab kepada dokter ruang rawat atau dokter penanggung jawab ruangan. (Djojodibroto, 1997)

Nursing Job antara lain:

a. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim

b. Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien c. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak

ada di tempat

(11)

e. Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan f. Menerima pasien baru sesuai prosedur rumah sakit

g. Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu siap pakai h. Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruangan

dan lingkungan

i. Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga

j. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien sesuai batas kemampuannya termasuk mengamati keadaan pasien dan melaksanakan anamnesa

k. Menyusun rencana keperawatan sesuai kemampuannya

l. Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan antaralain: melaksanakan tindakan pengobatan, memberikan penyuluhan kesehatan

m. Berperan serta melaksanakan latihan mobilisasi pada pasien agar segera mandiri

n. Memantau dan memelihara kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan

o. Menciptakan, memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan tim kesehatan

(12)

q. Menciptakan, memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan tim kesehatan

r. Berperan serata dengan tim kesehatan membahas kasus dan upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan

s. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan libur secara bergilir t. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruangan u. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang

tepat, benar

v. Melaksanakan serah terima tugas shif jaga secara lisan maupun tertulis

Non nursing job antara lain

a. membuat perincian pasien pulang b. kebersihan ruangan

c. kebersihan alat2 makan pasien d. mengikuti rakor

e. tugas luar ruangan/rumah sakit f. isoma

B. Personal Hygiene 1. Pengertian

(13)

sangat dipengeruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.

Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus-menerus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani, yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene yang berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2011)

Kebutuhan kebersihan diri dan lingkungan adalah bagian dari kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebutuhan perawatan diri sendiri atau perseorangan yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis ( Alimul Aziz & Musrifatul Uliyah, 2012)

Kata personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi

(14)

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Sujono, 2012)

2. Macam – macam dan jenis Personal Hygiene

Menurut Sujono (2012), macam-macam personal hygiene yaitu ada 5 macam:

a. Perawatan kulit kepala dan rambut b. Perawatan mata

c. Perawatan hidung d. Perawatan telinga

e. Perawatan kuku kaki dan tangan

Menurut Tarwoto, 2011, macam-macam personal hygiene yaitu ada 8 macam :

a. Perawatan kulit kepala dan rambut b. Perawatan mata

c. Perawatan hidung d. Perawatan telinga

e. Perawatan kuku kaki dan tangan f. Perawatan genetalia

(15)

Menurut Sujono, 2012 jenis perawatan diri berdasarkan waktu :

a. Perawatan pagi hari, eliminasi BAB / BAK, mandi, cuci rambut, perawatan kulit, pemijatan punggung, memebersihkan kuku, rambut, merapikan tempat tidur.

b. Perawatan siang hari, dilakukan setelah tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang, mencuci tangan, muka, mulut, merapikan tempat tidur.

c. Perawatan menjelang tidur, pada saat sebelum tidur agar pasien dapat tidur atau istirahat dengan tenang.

d. Perawatan dini hari, dilakukan pada waktu bangun tidur, tindakan perapian dalam pengambilan bahan pemeriksaan urin dan feses, persiapan pasien dalam melakukan makan pagi, cuci muka atau mulut.

Menurut Alimul Aziz & Musrifatul Uliyah 2012 Personal Hygiene dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Berdasarkan waktu pelaksanaan

(16)

pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil). Ketiga, perawatan siang hari, perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Keempat, perawatan menjelang tidur, perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur yang dilakukan untuk mempersiapkan istirahat dan tidur malam atau istirahat dalam keadaan tenang.

b. Berdasarkan tempat

Personal hygiene pada kulit. Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, untuk itu diperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya, diantaranya : 1.) Melindungi tubuh dari berbagai masuknya kuman atau

trauma jaringan bagian dalam yang juga dapat menjaga dari keutuhan kulit.

2.) Mengatur keseimbangan temperatur tubuh dan membantu dalam produksi keringat dan penguapan

3.) Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh untuk menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, dan temperature.

(17)

5.) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah pengeluaran caran tubuh secara berlebihan.

6.) Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau pemberi vitamin D dan sinar ultraviolet yang datang dari sinar matahari.

3. Tujuan dilakukanya personal hygiene

Menurut Sujono, (2012) tujuan dilakukannya personal hygiene yaitu: a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

b. Memelihara kebersihan diri seseorang c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang d. Mencegah penyakit

e. Menciptakan keindahan

f. Meningkatkan rasa percaya diri

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

(18)

Menurut Tarwoto & Wartonah, 2011 faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu:

a. Citra tubuh

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya karena adanya perubahan fisik, sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihanya.

b. Praktik Sosial

Pada anak-anak biasanya selalu dimanja dalam hal kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. c. Status sosioekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakanya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM yang harus selalu menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya

Pada sebagian masyarakat, jika ada individu yang sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang

(19)

g. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukanya.

5. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene

Menurut Tarwoto (2011), dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene yaitu:

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak Psikososial

(20)

C. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Modifikasi Manuaba (2000), Tarwoto (2011) dan A. Aziz (2012) Faktor Internal a. Perawatan kulit kepala dan rambut b. Perawatan mata, hidung, telinga c. Perawatan kuku kaki dan tangan d. Perawatan genetalia

e. Perawatan kulit seluruh tubuh f. Perawatan tubuh secara keseluruhan

Macam-macam

(21)

D. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

E. Hipotesis

Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

a. Ho : Tidak ada hubungan antara beban kerja perawat dengan pelayanan personal hygiene

b. Ha : Ada hubungan antara beban kerja perawat dengan pelayanan personal hygiene

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dalam pengumpulan data penelitian hingga penafsirannya banyak menggunakan angka, Pengumpulan data dalam

Dalam jurnal ini , penulis membuat sistem pengenalan wajah dengan membandingkan tingkat akurasi antara metode LNMF dan NMFsc.Dimana sistem ini dapat melakukan

No Judul Jenis Karya Penyelenggara/ Penerbit/Jurnal Tanggal/ Tahun Ketua/ Anggota Tim Sumber Dana Keterangan 1 NA NA NA NA NA NA NA GL. KEGIATAN

Nilai ini menunjukkan bahwa kombinasi genotipe C111 dengan C120 untuk menghasilkan F1 yang memiliki jumlah buah terbanyak dibanding dengan genotipe hasil kombinasi tetua yang

[r]

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada