• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLESKD HAK ASASI MANUSIA KELAS VIIA SMP GUNUNG JATI KEMBARAN SEMESTER GENAP 2015/2016 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLESKD HAK ASASI MANUSIA KELAS VIIA SMP GUNUNG JATI KEMBARAN SEMESTER GENAP 2015/2016 - repository perpustakaan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

Menurut Sardiman, (2011:75) motivasi belajar adalah faktor psikis

yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah dalam hal

penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar serta siswa yang

memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan

kegiatan belajar.

Menurut Mudjiono, Dimiyati (2009:80) motivasi belajar adalah siswa

belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mentalnya itu berupa

keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat

tergolong rendah atau tinggi.

Menurut Mudjiono, Dimiyati (2009:85) motivasi belajar adalah

menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, contohnya

setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan

temannya sekelas yang juga membaca bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap

isi, maka ia terdorong membaca lagi.

Berdasarkan pengertian motivasi belajar atau pendapat para ahli di

atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah faktor dan dorongan siswa

untuk merasa senang serta berkeinginan untuk belajar seperti membaca buku yang

(2)

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi,

motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan

berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor

ekstrinsiknya adalah penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan

belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh

rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas

belajar yang lebih giat dan semangat.(Uno, 2009:23)

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator

motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan

keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya

harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5)

adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang

kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan

baik.(Uno, 2009:23)

1. Pengertian Motivasi

Menurut Winkel, (1984:27), motivasi adalah daya penggerak yang

telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan

untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/dihayati.

Menurut Suhana Cucu, (2009:26) motivasi adalah kekuatan(power

motivation), daya pendorong(driving force), atau alat pembangun kesediaan

(3)

kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku,

baik dalam aspek kognitif, afektif, maupaun psikomotor.

Oleh karena itu, motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis

yang terjadi pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal

(lingkungan), dan faktor internal yang melekat pada setiap orang

(pembawaan), tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, keinginan atau

harapan masa depan.

Berdasarkan pengertian motivasi atau pendapat para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses perubahan tenaga dalam

diri individu yang memberi kekuatan baginya untuk bertingkah laku (dengan

giat belajar) dalam usaha mencapai tujuan belajarnya.

2. Bentuk motivasi

Menurut Winkel, (1984:27) bentuk motivasi yaitu :

a. Motivasi ekstrinsik yaitu bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas

belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak

secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya anak rajin

belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepadanya oleh

orang tua.

b. Motivasi intrinsik yaitu bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar

dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya anak belajar karena ingin

(4)

3. Fungsi motivasi

Menurut Suhana Cucu, (2009:26) fungsi motivasi ialah :

a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta

didik.

b. Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar peserta didik.

c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian

tujuan pembelajaran.

d. Motivasi merupakan alat untuk membangun system pembelajaran lebih

bermakna.

Fungsi Motivasi

Menurut Sardiman, (2007:85) fungsi motivasi adalah :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi penggerak atau motor yang

melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan,yakni menetukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

4. Macam-Macam Motivasi

Menurut Uno, (2009:3) macam-macam motivasi adalah :

a. Motif biogenetis yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan

organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan

(5)

b. Motif sosigenetis yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari

lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada, misalnya keinginan

mendengarkan musik

c. Motif teologis yaitu sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada

interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya seperti ibadah.

5. Ciri-ciri motivasi

Menurut Sardiman, (2007:83) disebutkan bahwa motivasi yang ada pada diri

siswa, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas(dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang

lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet mengahadapi kesulitan(tidak mudah putus asa). Tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin(tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapainya.

c. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang

dewasa”, misalnya masalah pembangunan agama, poltik, ekonomi,

keadilan, pemberantas korupsi, penetangan terhadap setiap tindakan

criminal, amoral dan sebagainya.

d. Lebih senang bekerja sendiri.

e. Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

(6)

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Sardiman, (2011:20-21) belajar merupakan tingkah laku atau

penampilan dengan serangkaian kegiatan yang tidak bersifat verbalistik.

Misalnya dengan membaca mengamati dan mendengarkan serta meniru dan

sebagainya.

Menurut Slameto, (1995:2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Menurut al-Tabany, (2014:18) belajar secara umum adalah sebagai

perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena

pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak

lahir.

Berdasarkan pengertian belajar atau pendapat para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dan tingkah laku

dalam diri seseorang untuk meningkatkan pengetahuan sebagai hasil

berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Tujuan Belajar

Menurut Sardiman, (2007:26-28) tujuan belajar ada 3 jenis yaitu :

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan

(7)

lain,tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan

pengetahuan, sebaliknya kemampuan bepikir akan memperkaya

pengetahuan

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Keterampilan yang bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan jasmaniah

adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga

akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota

tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani

lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah

keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih

abstrak, menyangkut persoalan-persoalan pengahayatan ,dan ketrampilan

berpikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu

masalah atau konsep.

c. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru

harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan

kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa

menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

3. Jenis-Jenis Belajar

Menurut Slameto, (1995:5-8) Jenis-jenis belajar yaitu :

a. Belajar bagian

Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan

pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif,misalnya

(8)

b. Belajar dengan wawasan

Sebagai suatu konsep,wawasan ini merupakan pokok utama dalam

pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir.

c. Belajar diskriminatif

Diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih bebrapa sifat

situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam

bertingkah laku.

d. Belajar global/keseluruhan

Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseleruhan beruulang sampai

pelajar menguasainya: lawan dari belajar bagian.

e. Belajar insidental

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu

berarah tujuan. Belajar disebut incidental bila tidak ada intruksi atau

petunjuk yang diberikan pada individu mengenai maateri belajar yang

akan diujikan kelak.

f. Belajar instrumental

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang

diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa

tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagah.

g. Belajar intensional

Belajar dalam arah tujuan,merupakan lawan dari belajar incidental.

(9)

Yaitu perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak secara

segera.

i. Belajar mental

Mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan

observasi dari tingkah laku orang lain,membayangkan gerakan-gerakan

orang lain dan lain-lain.

j. Belajar produktif

Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip

menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.

k. Belajar verbal

Belajar verbal yaitu belajar mengenai materi verbal dengan melalui

latihan dan ingatan.

4. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Slameto, (1995:27-28) prinsip-prinsip belajar itu sebagai berikut:

a. Berdasarkan persyarat yang diperlukan untuk belajar yaitu siswa harus

diusahakan partisipasi aktif ,meningkatkan minat serta menimbulkan

motivasi yang kuat, dan perlu lingkungan yang menantang dimana anak

dapat mengembangkan kemampuannya berekplorasi.

b. Sesuai hakikat belajar yaitu belajar harus kontinyu,maka harus tahap

demi tahap menurut perkembangannya.

c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari yaitu belajar bersifat

keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur dan penyajian yang

(10)

d. Syarat keberhasilan belajar yaitu memerlukan sarana yang cukup dan

dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar keterampilan itu

(11)

C. Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut penjelasan pasal 39 Undang-Undang No.2 Tahun

1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional(dalam Tukiran Taniredja

2013:1-2), pendidikan kewarganegaraan(PKn) merupakan usaha untuk

membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar

berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta

pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat

diandalkan oleh bangsa dan negara.

Menurut Zamroni(dalam Tukiran Taniredja:2), Pendidikan

Kewarganegaran adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk

mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak

demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru

bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling

menjamin hak-hak warga masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut pasal 4 Keputusan Ditjen Dikti Depdiknas RI Pasal 3

No 267/DIKTI/2000( dalam Tukiran Taniredja 2013:3), menyebutkan

bahwa PKn di perguruan tinggi bertujuan untuk :

1) Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara

santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara

terdidik dalam kehidupannya selaku warga negara Republik Indonesia

(12)

2) Menguasai pemgetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah

dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang hendak

diatasi dengan penerapan pemikiran yang berlandaskan pancasila,

wawasan nusantara dan ketahanan nasioanal secara kritis dan

bertanggung jawab.

3) Menumpuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

kejuangan serta patriotisme yang cinta tanah air, rela berkorban bagi

nusa dan bangsa.

3. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Ditjen Dikti( dalam Tukiran Taniredja 2013:5),

kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa

tanggung jawab , yang harus dimiliki sesorang sebagi syarat untuk dapat

dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan

tertentu. Kompetensi lulusan PKn adalah seperangkat tindakan cerdas,

penuh rasa tanggung jawab seorang warga negara dalam berhubungan

dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah negara,

wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Sifat cerdas yang

dimaksudkan tampak pada kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan

bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan sebagai

kebenaran tindakan ditilik dari nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, etika

(13)

Menurut Branson, (1999:8-25)Aspek-aspek kompetensi yang

dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Aspek-aspek tersebut yaitu :

1) Pengetahuan Kewarganegaraan ( Civic Knowledge )

Pengetahuan kewarganegaraan berkaitan dengan kandungan atau apa

yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Baik di dalam National

Standards dan Civics Framework for the 1998 National Assessment of

Educational Progress(NAEP), yang sekarang ini sedang diajarkan di

sekolah-sekolah Amerika, komponen pengetahuan itu diwujudkan

dalam bentuk lima pertanyaan penting yang terus-menerus diajukan.

Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya telah terus-menerus menjadi

bahan diskusi para politisi dan filosof, warganegara yang bisa berpikir.

Lima pertanyaan yang dimaksud adalah :

a) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik dan pemerintahan ?

b) Apa fondasi-fondasi sistem politik Amerika ?

c) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh Konstitusi

mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip

demokrasi Amerika ?

d) Bagaimana hubungan antara Amerika Serikat dengan

negara-negara lain di didunia ?

e) Apa peran warganegara dalam demokrasi Amerika ?

f) Kegunaan pertanyaan-pertanyaan tadi, dimaksudkan untuk

(14)

tempat pemasaran ide-ide, suatu pencarian cara baru dan lebih

baik untuk merealisasikan cita-cita demokrasi.

2) Kecakapan Kewarganegaraan (Civic Skills)

Jika warganegara mempraktekan hak-haknya dan

menunaikan tanggung-jawabnya sebagai anggota masyarakat yang

berdaulat, mereka tidak hanya perlu menguasai pengetahuan induk

sebagaimana diwujudkan dalam lima pertanyaan yang baru saja

diuraikan tadi, namun mereka pun perlu memiliki

kecakapan-kecakapan intelektual dan pratisipatoris yang relevan.

Kata-kata yang sering digunakan untuk mengidentifikasi

kemampuan intelektual yaitu :

a) Mengidentifikasi: untuk mengenali dengan jelas sesuatu yang

masih samar, yaitu sesorang harus mampu (1) membedakannya

dengan lain, (2) mengklasifikasikannya dengan sesuatu yang lain

yang memiliki kesamaan, (3) menentukan asal-usulnya.

b) Mendeskripsikan: untuk mendeskripsikan objek, proses, institusi,

fungsi, tujuan, alat, dan kualitas yang jelas maupun yang samar.

Agar dapat mendeskripsikan, seseorang memrlukan laporan

tertulis atau verbal tentang karakteristiknya.

c) Menjelaskan: untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan,

mengklarifikasi, atau menerjemahkan sesuatu, seseorang dapat

menjelaskan (1) sebab-sebab suatu peristiwa, (2) makna dan

(15)

d) Mengevaluasi posisi: untuk menggunakan kriteria atau standar

guna membuat keputusan mengenai (1) kekuatan dan kelemahan

posisi suatu isu tertentu, (2) tujuan yang dikedepankan posisi itu,

atau (3) alat yang dipakai untuk mencapai tujuan itu.

e) Mengambil sikap/posisi: untuk menggunakan kriteria atau standar

guna mencapai suatu posisi seseorang dapat mendorong (1)

memilih dari berbagai alternatif pilihan, atau (2) membuat pilihan

baru.

f) Membela posisi: untuk (1) mengemukakan argument atas sikap

yang diambil dan (2) mrespon argumentasi yang tidak disepakati.

Kata-kata yang sering digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan

partisipatoris yaitu :

1) Kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan dan keputusan

dengan bekerja sama dengan lain.

2) Memaparkan dengan gamblang suatu masalah yang penting

sehingga membuatnya diketahui oleh para pembuat kebijakan dan

keputusan.

3) Membangun koalisi, negoisasi, kompromi, dan mencari consensus.

4) Mengelola konflik.

3) Watak-Watak Kewarganegaraan (Civic Dispositions)

Watak-watak kewarganegaraan sebagaimana kecakapan

kewarganegaraan, berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa

(16)

komunitas, dan organisasi-organisasi civil society.

Pengalaman-pengalaman demikian hendaknya membangkitkan pemahaman

bahwasanya demokrasi mensyaratkan adanya pemerintahan mandiri

yang bertanggung jawab dari setiap individu adalah wajib. Karakter

publik juga tidak kalah penting. Kepedulian sebagai warganegara,

kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis,

dan kemauan untuk mendengar, bernegoisasi dan berkompromi

merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan

dengan sukses.

Secara singkat karakter publik dan privat itu dapat

dideskripsikan sebagai berikut :

1). Menjadi anggota masyarakat yang independen.

2). Memenuhi tanggung-jawab personal kewarganegaraan di bidang

ekonomi dan politik.

3). Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu.

4). Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif

dan bijkasana.

5). Mengembangkan berfungsinya demokrasi konstitusional secara

sehat.

D. Hak Asasi Manusia

1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Menurut Tap.MPRRI No.XVII/MPR/1998 Tentang

(17)

sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri manusia

bersifat kodrati, universal dan abadi, berkait dengan harkat dan martabat

manusia.

Menurut Tukiran Taniredja (2013:93-94) Hak asasi manusia

yang termaktub didalam UUD 1945 cukup banyak, yaitu yang terdapat

pada pasal 28A sampai dengan pasal 28 J yang meliputi : (1) hak untuk

hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupan, (2) hak membentuk

keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, (3)

hak kelangsungan hidup tumbuh, dan berkembang serta hak perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi bagi anak, (4) hak mengembangkan diri

melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,mendapatkan pendidikan dan

memeperoleh manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,

(5) hak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara

kolektif untuk membangun masyarakat bangsa dan negaranya, (6) hak

atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil

serta perlakuan yang sama dihadapan hukum dsb.

2. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia

Menurut Tukiran Tandiredja (2013:95-96) lahirnya hak-hak asasi manusia tidak lepas dari sejarah perjuangan manusia untuk

memperjuangkan hak asasi mereka yang dianggap suci dan harus ada

jaminan. Dalam hal lahirnya hak-hak asasi manusia ini lahirlah bebrapa

naskah yang mendasari kehidupan manusia. Secara berturut-turut naskah

(18)

1) Magna Charta (Piagam Agung, 1215) yang merupakan dokumen yang

mencatat bebrapa hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris

kepada beberapa bangsawan dan bawahannya atas tuntutan mereka.

Dengan lahirnya naskah ini sekaligus membatasi kekuasaan Raja

John.

2) Bill Of Rights (Undang Hak, 1689) merupakan

Undang-Undang yang diterima oleh parlemen Inggris sesudah berhasil dalam

tahun sebelumnya mengadakan perlawanan terhadap Raja James II,

dalam suatu revolusi tak berdarah(The Glorio us Revolution of 1688).

3) Declaration des droits de I’homme et du citoyen(pernyataan hak-hak

manusia dan warga negara, 1789) merupakan suatu naskah yang

dicetuskan pada permulaan revolusi Prancis, sebagai perlawanan

terhadap kesewenangan dari rezim lama.

4) Bill Of Rights (Undang-Undang Hak), yaitu suatu naskah yang

disusun oleh rakyat Amerika pada 1789, dan yang menajdi bagian dari

Undang-Undang Dasar pada 1791.

3. Hak dan Kewajiban Negara

Menurut Tukiran Taniredja (2013:97) UUD 1945 pasal 26 ayat

1 di negara kita yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa

Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dalam

Undang-Undang sebagai warga negara.

Menurut Tukiran Taniredja (2013:98) UUD 1945 Hak warga

(19)

didalam hukum dan pemerintahan, (2) hak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, (3) ikut serta dalam

pembelaan negara, (4) hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul, (5)

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, (6) ikut serta dalam usaha

pertahanan negara, (7) mendapatkan pendidikan, (8) dipelihara

negara(khusus fakir miskin dan anak terlantar). Sedangkan kewajiban

warga negara di negara Republik Indonesia yaitu: (1) kewajiban

menjunjung hukum dan pemerintahan, (2) ikut serta dalam upaya

pembelaan negara, (3) menghormati hak asasi orang lain, (4) tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang, (5) ikut serta

dalam usaha pertahanan dan keamanan negara,dan (6) mengikuti

pendidikan dasar.

E. Model Examples Non Examples

1. Pengertian Model Examples Non Examples

Komalasari, (2013: 61) menyatakan, model pembelajaran

Examples Non-Examples merupakan model yang membelajarkan

kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui

analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan

masalah. Siswa diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, mencari

alternatif pemecahan masalah, dan menemukan cara pemecahan masalah

yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut.

2. Prinsip/Ciri-ciri Metode Pembelajaran Examples Non-Examples

Model pembelajaran Examples Non-Examples juga merupakan

metode pembelajaran yang mengajarkan pada siswa untuk belajar

(20)

dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di

luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi

konsep itu sendiri. Model pembelajaran Examples Non-Examples adalah

strategi yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.

3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Examples Non-Examples

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model

pembelajaran Examples Non-Examples ini adalah sebagai berikut (Suhana

Cucu, 2009:41).

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

b. Guru menempelkan gambar di papan tulis, ditayangkan melalui OHP

atau in fokus.

c. Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta

didik untuk memerhatikan dan menganalisa gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik dan hasil diskusi

dari analisagambar tersebut dicatat.

e. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

f. Mulai dari komentar hasil diskusi peserta didik, guru mulai

menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan.

4. Kelebihan Model Pembelajaran Examples Non-Examples

a. Siswa lebih berfikir kritis dalam menganalisa gambar yang relevan

(21)

b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar yang

relevan dengan Kompetensi Dasar (KD).

c. Siswa diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya yang mengenai

analisis gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar(KD).

5. Kekurangan Model Pembelajaran Examples Non-Examples

a. Tidak semua materi dapat disampaikan atau disajikan dalam bentuk

gambar.

b. Kurangnya efektifitas waktu karena memakan waktu yang lama.

(22)

G. Kajian Hasil Penelitian

a. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Selvia Rosalina ,(2010) dengan judul

“Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Dengan Model Pembelajaran Examples Non Examples Di

Kelas VIII B Di SMP Negeri 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan” menunjukan

adanya peningkatan motivasi belajar melalui model pembelajaran Examples

Non Examples berdasarkan hasil Hasil tindakan siklus I diketahui sebagai

berikut: dalam hal motivasi belajar siswa sebanyak 2 atau 5,5 % siswa masuk

dalam kriteria kurang, 7 siswa atau 19,4 % masuk dalam kriteria cukup, 17

siswa atau 47,2 % termasuk dalam kriteria baik, dan 10 orang atau 27,7 %

masuk dalam kriteria sangat baik. Hasil tindakan siklus II diketahui sebagai

berikut: dalam hal motivasi belajar siswa sebanyak 20 siswa atau 52,6 %

termasuk dalam kriteria baik, dan 18 orang atau 47,4 % masuk dalam kriteria

sangat baik.

b. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riki, (2013) dengan judul “

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Model Pembelajaran Examples Non Examples Pada Siswa

Kelas VII SMP Negeri 4 Bandung” menunjukan adanya dari indikator:

Pertama, 62% siswa masih terlihat kurang serius dalam mengerjakan tugas,

rendahnya motivasi siswa dalam belajar seperti bertanya dan mengemukakan

pendapat, rendahnya konsentrasi siswa pada saat menyimak penjelasan guru,

dan masih terdapat 14 siswa (65%) yang harus remedial. Metode yang

(23)

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, angket,

observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Subjek penelitiannya adalah kelas

VII-C berjumlah 40 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 22 siswa

perempuan.

c. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurlaela, (2012) dengan judul

“Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Examples Non Examples Pada Bidang Studi Ips Kelas VII Di

Mts Khas Kempek Kabupaten Cirebon” Subjek dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VII-G berjumlah 45 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan dari

pokok bahasan ini mengalami peningkatan, yaitu nilai rata-rata 68,9. Pada

Siklus II nilai rata-rata 73,3. Pada Siklus III nilai rata-rata 77,7 dikatagorikan

Baik (66% -79%). Sedangkan Ketuntasan belajar siswa dari siklus I mencapai

62,2%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 73,3%. Pada siklus

III ketuntasan belajar siswa mencapai 88,9% dikatagorikan Baik Sekali

(80-100%). Kenaikan nilai rata-rata dari siklus IIII sebesar 8,8, sedangkan

Ketuntasan belajar siswa dari siklus I-III sebesar 26,7%.

H. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Pembelajaran dengan model Examples Non Examples dapat meningkatkan

motivasi belajar PKn KD Hak Asasi Manusia pada siswa kelas VIIA SMP

Gambar

b.gambar.  Kurangnya efektifitas waktu karena memakan waktu yang lama.

Referensi

Dokumen terkait

laporan tugas akhir dengan judul “ Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat.. ( Waterglass ) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika kapasitas

Hasil penerlitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kineja Bank Devisa dengan Bank Non Devisa, sama seperti

( ix + 32 + Lampiran) Sekarang ini banyak sekali lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri yang menggunakan teknologi komputer untuk mempercepat dan mempermudah suatu kasus

Tetapi masih terdapat banyak toko bunga yang mempunyai pelanggan tersendiri, belum menggunakan system seperti ini untuk mempromosikan dan memasarkan lebih luas lagi bunga-bunga yang

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada hari Jumat, 3 Juli 2015.. Skripsi

6 Hasil uji Duncan terhadap parameter diameter tanaman jabon merah ( Anthocephalus macrophyllus ) umur satu tahun 8 7 Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan jumlah

- Pertukaran kunjungan antara para delegasi dan per. sonil media massa di kedua negara. - Pertukaran bahan-bahan publikasi termasuk pener- bitan di kedua negara,

[r]