• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan literasi di Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gerakan literasi di Sekolah Dasar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MuJoLaLi Vol. 2, No. 1, Oktober 2019, p-2622-7843, e-2622 - 7894 48

GERAKAN LITERASI DI SEKOLAH DASAR

Sri Winarsih

Department of English Literature Faculty of Teacher Training and Education

Musamus University email: sriwinarsih@unmus.ac.id

Marni Bawawa

Department of English Education Faculty of Teacher Training and Education

Musamus University email: marnibawawa@unmus.ac.id

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran rintisan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SD Al-Khodijah Merauke. Gambaran tersebut dibagi menjadi dua yakni potensi yang dikembangkan dan kendala dalam penerapan dalam implementasi program GLS. Melalui observasi terus terang dan interview kepada para pendidik di SD Al-Khodijah Merauke diperoleh data-data yang kemudian dianalisis melalui tahapan reduksi, display, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan 3 potensi yang dapat dikembangkan; 1) Mading sebagai media literasi melatih semangat berkompetisi positif, 2) Pengembangan bahan bacaan siswa yang mengusung kearifan lokal dan pemanfaatan IT, dan 3) Membaca Al-Quran dan terjemahan setiap Jumat sebagai identitas karakter sekolah. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi dalam pengimplementasian GLS adalah; 1) Faktor keamanan lingkungan sebagai alasan utama sulitnya penerapan Lingkungan Kaya Teks, 2) Pelibatan publik masih sangat minim.

Kata Kunci: gerakan literasi nasional; gerakan literasi sekolah; siswa

1. PENDAHULUAN

Dari tahun 2005 hingga tahun 2011 kondisi masyarakat Indonesia dalam hal minat dan kemampuan membaca belum meningkat. Data penelitian dalam Progress International reading literacy Study (PIRLS) masih menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam memahami bacaan berada di bawah rata-rata internasional. Faizah et al., (2018). Begitu pula hasil survei yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2011. UNESCO

Musamus Journal of Language and Literature ISSN 2622-7894(online), ISSN 2622-7843(print) Volume.02 Issue. 01; Oktober 2019, pp.48-54 doi: https://doi.org/10.35724/mujolali.v2i01.2401

(2)

MuJoLaLi Vol. 2, No. 1, Oktober 2019, p-2622-7843, e-2622 - 7894 49

mensurvei budaya membaca di negara-negara ASEAN dengan hasil akhir yang menunjukkan budaya membaca warga Indonesia berada pada tingkat yang paling rendah dengan nilai 0,001 yang dengan kata lain bahwa di antara 1000 penduduk Indonesia hanya satu orang yang memiliki budaya membaca tinggi. Hal ini seperti yang diungkapkan Silvia & Djuanda (2017) dalam artikelnya dan menjadikan fakta tersebut sebagai dasar mereka menciptakan sebuah program Gerakan Literasi Sekolah berbasis sastra (Literature Based).

Kondisi tersebut di atas melatarbelakangi tercetusnya sebuah program yang disebut Gerakan Literasi Nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Syakur, 2017). Hal tersebut juga tertulis dalam sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy dalam buku Panduan Gerakan Literasi Nasional (Atzamaki et al., 2017). Adapaun tujuan umum GLN adalah untuk menumbuhkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup. (2017).

Faizah et al., (2018) mengatakan bahwa langkah-langkah program yang dikemukakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai berikut; 1) Membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai; Membaca nyaring, Membaca dalam hati, 2) Menata sarana dan lingkungan kaya literasi; Perpustakaan SD, Sudut Baca Kelas, Area Baca, UKS, Kantin, dan Kebun Sekolah, 3) Menciptakan lingkungan kaya teks, 4) Memilih buku bacaan di SD, dan 5) Pelibatan Publik. Sedangkan kegiatannya melalui 3 tahap yakni pembiasaan, pengembangan dan tahap pembelajaran.

Salah satu penelitian tentang GLS di Dasar digagas oleh Teguh (2017) yang mengusung konsep Literasi harian, mingguan, bulanan, dan persemester dengan program aksi GLS sebagai berikut; 1) Ajakan, 2) Sosialisasi, 3) Penyediaan buku dan sumber bacaan, 4) Program membaca setiap hari, 5) One Child Book (satu anak satu buku bacaan), 6) Tantangan membaca, 7) Reading award (pemberian penghargaan membaca), 8) writing award (pemberian penghargaan menulis), dan 9) pelatihan menulis. Yang dilaksanakan oleh Teguh dapat menjadi contoh dan gagasan bagi akademisi lain dalam menggiatkan program GLS di sekolah-sekolah.

Salah satu sekolah yang sedang merintis Gerakan Literasi Sekolah adalah SD-Al-Khodijah Merauke. Mengingat kondisi sekolah yang masih belum banyak memiliki fasilitas

(3)

MuJoLaLi Vol. 2, No. 1, Oktober 2019, p-2622-7843, e-2622 - 7894 50

sarana dan prasarana yang lebih, maka penting untuk dilakukan kajian mengenai potensi yang dapat dikembang dan kendala yang menghambat penerapannya.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dari objek kajian melalui metode observasi terus terang dimana subjek penelitian mengetahui bahwa sedang dalam pengamatan oleh peneliti. Kemudian interview tidak terstruktur dan terbuka dimana pertanyaan yang diajukan dikembangkan dari jawaban-jawaban narasumber. Dari data yang telah terkumpul kemudian dianalsis melalui tiga tahap, reduksi, display, dan verifikasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Gerakan Literasi Sekolah di SD-Alkhodijah Merauke memilih 5 program yang diimplementasikan, yakni; 1) Membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, 2) Sudut mading, 3) Pojok baca, 4) Membaca Alquran setiap hari Jumat dan 5) Pelibatan publik yakni orang tua wali. Dari kelima program yang dijalankan terdapat kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya.

Penelitian yang dilaksanakan difokuskan pada dua kajian, yakni potensi yang dikembangkan dan kendala yang dihadapi dalam pengimplementasian program GLS. Potensi yang dikembangkan dimaksudkan sebagai aktivitas/kegiatan positif yang dikembangkan sebagai akibat dari program GLS yang diimplementasikan. Sedangkan kendala yang dihadapi dimaksudkan sebagai masalah-masalah yang menghambat terlaksananya implementasi program GLS dengan baik.

3.1 Potensi Yang Dikembangkan

• Mading sebagai media literasi melatih semangat berkompetisi positif;

Majalah dinding hampir selalu ada di setiap sekolah namun mengalami alih fungsi sehingga sering terlupakan. Mading yang seharusnya menjadi ajang kreatifitas siswa, beralih fungsi sebagai papan pengumuman semata yang barangkali terpampang hingga tahun mendatang. Mading juga menjadi salah satu program yang disarankan dalam buku panduan GLS. Artinya bahwa mading masih menjadi media yang layak dan menarik untuk digunakan sebagai media pemicu motivasi belajar.

(4)

MuJoLaLi Vol. 2, No. 1, Oktober 2019, p-2622-7843, e-2622 - 7894 51

SD Al-Khodijah Merauke menerapkan mading sebagai salah satu media literasi yang dengan alur publikasi setiap pekan. Guru memberi kesempatan dan peluang kepada seluruh siswa-siswi untuk menulis apa saja kemudian dikumpulkan kepada salah satu Pembina mading yang dalam hal ini adalah guru SD Al-Khodijah Merauke dengan batas waktu tertentu. Pada tahap ini siswa dilatih untuk menghargai waktu dan disiplin. Kemudian guru menyeleksi tulisan terbaik siswa-sisiwi untuk ditempel di papan mading.

Secara tidak langsung, alur program mading tersebut merupakan sebuah kompetisi, sehingga memacu siswa untuk menulis karya terbaik mereka agar bisa lolos hingga di papan mading. Program tersebut memberi satu nilai positif yang mana para peserta didik harus berusaha menjadi yang terbaik secara positif yakni melalui menciptakan sebuah karya yang tentunya melatih kreativitas siswa dan membiasakan disiplin waktu melalui prosedur dan jadwal yang ditentukan.

• Pengembangan Bahan Bacaan Siswa yang Mengusung Kearifan Lokal dan Pemanfaatan IT

Salah satu kebutuhan yang harus dilengkapi sebagai penunjang gerakan literasi adalah buku sebagai sumber bahan bacaan. Ketika program literasi sdh dijalankan, maka mau tidak mau sumber bahan bacaan harus tersedia dan sebisa mungkin dapat menarik minat dan motivasi siswa untuk membaca. Hal tersebut menjadi salah satu kendala dalam implementasi GLS di SD Al-Khodijah Merauke karena sumber bacaan masih sangat terbatas. Koleksi buku sekolah hanya beberapa dan sebagian besar merupakan buku pelajaran yang digunakan dalam belajar pembelajaran di kelas. Tidak adanya buku yang dapat dinikmati siswa sebagai bahan bacaan selingan atau sekedar hiburan yang bermanfaat selain buku mata pelajaran yang sudah dipelajari di kelas seperti buku cerita.

Kondisi tersebut akhirnya memacu motivasi para pendidik untuk menyelesaikan masalah dari kondisi yang ada, yakni dengan menyusun bahan bacaan agar program GLS terus berjalan. Bahan bacaan tersebut disusun berdasarkan pertimbangan sebagai berikut; 1) Karya sastra; bahwa siswa-siswi usia sekolah dasar sangat menyukai cerita. Sebagaimana Andriani et al., (2015) mengatakan bahwa buku anak yang baik adalah buku yang berasal dan disampakan melalui pandangan anak. Sehingga cerita para pendidik mengembangkan cerita rakyat sebagai salah satu bentuk karya sastra yang disukai anak-anak. 2)

(5)

MuJoLaLi Vol. 2, No. 1, Oktober 2019, p-2622-7843, e-2622 - 7894 52

Gambar; Bawawa (2017) menyatakan bahwa gambar yang baik dapat menarik perhatian para pembaca. Sehingga para pendidik memanfaatkan IT untuk menciptakan gambar yang sesuai

dengan cerita rakyat yang dikembangkan oleh para pendidik. 3)Kearifan lokal; cerita rakyat

Papua sangatlah banyak namun para generasi muda banyaak yang belum mengenalnya. Sehingga dengan mengangkat cerita rakyat Papua untuk dikembangan itu artinya telah berkontribusi dalam mempertahankan kearifan lokal di Merauke, Papua.

• Membaca Al-Quran dan Terjemahan Setiap Jumat Sebagai Identitas Karakter Sekolah.

Para pendidik di SD Al-Khodijah Merauke mengembangkan satu program di luar yang dicontohkan dalam buku panduang GLS tentang program kegiatan yang dapat diimplementasikan. Program tersebut berupa membaca Al-quran dan terjemahannya bagi siswa-siswi setiap hari Jumat. Program tersebut dimaksudkan sebagai program khusus yang menjadi identitas karakter sekolah sebagai sekolah yang bernaung di bawah yayasan Islam.

3.2 Kendala Yang Menghambat Penerapan

• Faktor Keamanan Lingkungan Sebagai Alasan Utama Sulitnya Penerapan Lingkungan Kaya Teks

SD Al-Khodijah Merauke belum memiliki pagar yang mengelilingi lingkungan sekolah sehingga lingkungan sekitar sekolah dapat dinyatakan kurang kondusif atau tidak mendukung untuk penerapan program literasi lingkungan kaya teks. Penyediaan sumber baca dan atribut literasi tidak memungkinkan dipajang di luar kelas karena berpotensi hilang atau rusak. Sehingga untuk implementasi program GLS hanya pada lima program sebagaimana disebut diatas.

• Pelibatan publik masih sangat minim,

Selain para pendidik termasuk kepala sekolah, peran orang tua wali juga sebagai elemen penting dalam GLS. Orang tua wali sebagai pendorong dan pemantau kegiatan siswa di rumah. Pada awal pengenalan program GLS, orang tua wali telah diberi sosialisasi akan implementasi di sekolah yang bersangkutan, akan tetapi sosialisasi tersebut belum mendapat respon yang maksimal.

(6)

MuJoLaLi Vol. 2, No. 1, Oktober 2019, p-2622-7843, e-2622 - 7894 53

4. KESIMPULAN

Program Gerakan Literasi Sekolah di SD Al-Khodijah Merauke terlaksana dengan baik. Penerapannya memiliki potensi yang bisa dikembangkan dan kendala yang dihadapi. Akan tetapi kendala-kendala tersebut dapat menjadi potensi baru jika dapat ditemukan solusi terbaik, seperti halnya kurangnya bahan bacaan pada akhirnya dapat meningkatkan semangat para pendidik untuk berkarya.

ACKNOWLEDGMENT

Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat – Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atas bantuan dana untuk pelaksanaan Pengabdian kepada Mayarakat ini. Begitu pula kepada segenap pihak Perguruan Tinggi atas segala dukungan, khususnya Rektor Universitas Musamus yang senantiasa mendorong para dosen untuk terus melaksanakan tri darma perguruan tinggi.

REFERENSI

[1] Andriani, E. N., Saepulrohman, A., & Apriliya, S. (2015). Pengembangan Buku Cerita Anak Tentang Sastrawan Acep Zamzam Noor Untuk Menunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Retrieved from Researchgate website: https://www.researchgate.net/publication/306379269

[2] Atzamaki, Nur Berlian Venus, A., Muldian, W., Miftahussururi, Hanifah, N., Noorthertya Nento, M., & Syahriana Akbari, Q. (2017). Panduan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

[3] Bawawa, M. (2017). Using Wall Chart as A Medium for Developing Students Vocabulary Mastery. Seminar Nasional Kependidikan Inovasi Pendidikan Dan Pembelajaran Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Di Daerah Pinggiran, 279–284. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Musamus.

[4] Faizah, D. U., Sufyadi, S., Anggraini, L., Waluyo, Dewayani, S., Muldian, W., & Renya Roosaria, D. (2018). Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

[5] Silvia, O. W., & Djuanda, D. (2017). Model Literature Based Dalam Program Gerakan Literasi Sekolah. Mimbar Sekolah Dasar, 4(2), 160–171.

[6] Syakur, M. A. (2017). Mendikbud Muhadjir Canangkan Gerakan Literasi Nasional. Retrieved from http://m.hidayatullah.com

(7)

MuJoLaLi Vol. 2, No. 1, Oktober 2019, p-2622-7843, e-2622 - 7894 54

[7] Teguh, M. (2017). Gerakan Literasi Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Aktualisasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar Melalui Gerakan Literasi Sekolah Untuk Menyiapkan Generasi Unggul Dan Berbudi Pekerti.

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian tingkat kesehatan BPR dapat dilihat dari berbagai Aspek, diantaranya dengan menggunakan lima kelompok faktor yaitu Capital (Permodalan), Asset (Aktiva),

[r]

Dari hasil pengolahan data diketahui dahwa variabel jumlah wisatawan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Yogyakarta, ini di sebabkan oleh

Tabel di atas memperlihatkan bahwa tidak ada responden yang memiliki kepercayaan diri tinggi dan merasakan kecemasan tinggi saat berbicara di depan kelas, sedangkan responden

dapat ditahan), skala 4 sampai dengan 6 mendeskripsikan sebagai nyeri sedang yaitu ada rasa nyeri terasa mengganggu dengan usaha yang cukup kuat untuk menahan, dan

pembandingan kualitas kinerja jaringan MANET antara protokol AODV dan AOMDV setelah penerapan metode RFAP dengan melakukan tindakan serangan RREQ flooding ,

Pada bab ini menguraikan tentang pengkajian ibu mulai dari kehamilan trimester II, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana dengan menggunakan

Kompetensi ke 1 Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dan ilmu - ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang