1. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kebutuhan pokok dan rutin yang dilakukan oleh setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan sekaligus mengembangkan dirinya. Menurut Hariyanto (2014: 9) belajar adalah “suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”. Adapun pendapat lain menurut Sanjaya
(2006: 112) belajar adalah “proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari”. Gestalt dalam Susanto (2013: 12) menjelaskan bahwa belajar
merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati, jiwa raga individu mengalami perkembangan.
Ada beberapa macam-macam jenis belajar menurut Slameto (2013: 5-8) yang mengemukakan bahwa jenis belajar yang dapat dilakukan seseorang, yaitu “belajar bagian, belajar dengan wawasan,
belajar deskriminatif, belajar global atau keseluruhan, belajar incidental, belajar instrumental, belajar intensional, belajar laten, belajar mental, belajar produktif, belajar verbal”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2013: 54), sebagai berikut: 1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari individu sendiri. Faktor ini terdiri dari faktor biologis (jasmaniah), faktor psikologis (rohaniah) dan kelelahan; 2) Faktor eksternal yaitu faktor yang
berasal dari luar individu misalnya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan pendapat ini dikemukakan menurut Arifin (2011:12). Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas yang telah dikuasai peserta didik. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Selain itu prestasi belajar dapat dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pendapat lain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:895) Prestasi adalah pengusaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazim ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru.
Pengertian Prestasi belajar yang dipaparkan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang yang telah melaksanakan usaha-usaha belajar. Usaha-usaha tersebut berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses belajar mengajar.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi sangat erat hubunganya dengan keberhasilan pembelajaran, karena prestasi memiliki fungsi sebagai indikator intern dan ekstern dalam pembelajaran. Menurut Arifin (2011:12) fungsi prestasi belajar (achievement) yaitu:
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan. e. Prestasi belajar sebagai indikator daya serap (kecerdasan) peserta
didik.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi yang disebut bahasa. Pembelajaran bahasa diharapkan membentu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam kehidupan bangsa dan Negara Indonesia dan memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektualitas, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam pembelajaran disekolah. Menurut Dardjowidjojo (2005: 16) Bahasa adalah “suatu sistem simbol lisan yang arbiter yang dipakai oleh
anggota suatu masyarakat bahsa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.
paling besar yaitu siswa mampu mengenal bentuk-bentuk tanda baca, kemudian siswa mampu menghubungkan tanda-tanda tersebut untuk memperoleh dan memahami bahasa. Menurut Tarigan (2008: 12) keterampilan terakhir yang akan dipelajari oleh peserta didik adalah keseluruhan dari kemampuan membaca, dalam hal ini intelektual.
3. Membaca
a. Hakekat Membaca
Ada beberapa ahli yang mengemukakan pengertian membaca
yaitu diantaranya menurut H.G Tarigan & Tarigan (1986: 135) membaca
adalah “kunci ke gudang ilmu”. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus
digali dan dicari melalui kegiatan membaca. Keterampilan membaca
menentukan hasil penggalian ilmu itu. Pendapat lain menurut Finochiaro
dalam Tarigan (2008: 9) membaca adalah “memetik serta memahami
arti atau makna yang tergantung didalam bahan tertulis”.
“Satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan
satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan”. Selanjutnya
digunakan untuk memahami bahasa tulisan, proses-proses kognitiflah
yang terutama bekerja. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa membaca
adalah “suatu cara untuk membina daya nalar” (Tampubolon, 1993: 5).
Menurut Tarigan (2008: 7) membaca adalah “suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan,
Pengertian para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan hakekat
membaca adalah suatu proses nalar atau berpikir yang dilakukan oleh
pembaca untuk memahami dan memperoleh pesan yang terkandung di
dalam bahan tertulis. Membaca dalam hal ini yang dimaksudkan adalah
untuk memperoleh informasi dari teks dan pengetahuan. Membaca juga
merupakan salah satu strategi, membaca yang efektif dapat membawa
pembaca mendapat kemudahan dalam penggalian informasi.
b. Tujuan Membaca
Beberapa tujuan membaca yang dikemukakan oleh Tarigan
(2008: 9,10) yaitu diantaranya:
1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan, dibuat, yang telah terjadi pada tokoh atau untuk memecahkan masalah yang dibuat oleh tokoh. 2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik
yang baik dan menarik atau untuk memperoleh ide utama.
3) Membaca untuk menemukan apa yang terjadi pada setiap bagian cerita.
4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan cara mereka itu atau menyimpulkan.
5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, apa cerita itu benar atau tidak. Membaca untuk mengelompokkan.
6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, yaitu membaca untuk menilai atau mengevaluasi.
7) Membaca untuk menemukan bagaimana cara tokoh berubah, cara hidup. Membaca yang bertujuan untuk membandingkan atau mempertentang.
Berdasarkan tujuan membaca di atas maka dapat disimpulkan
yaitu tujuan membaca adalah untuk menemukan atau mengetahui apa
memperoleh ide utama sehingga dapat memecahkan suatu masalah
yang dibuat oleh tokoh.
c. Aspek Membaca
Secara garis besar ada dua aspek penting dalam membaca
menurut Tarigan (2008: 12), yaitu:
1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Yang mencakup:
(a) Pengenalan bentuk huruf;
(b) Pengenalan unsur-unsur linguistic (fenom, kata, frase); (c) Pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi;
(d) Kecepatan membaca ke taraf lambat.
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek yang mencakup:
(a) Memahami pengertian sederhana (leksial, gramatikal, retorikal);
(b) Memahami makna; (c) Evaluasi atau penilaian;
(d) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Aspek-aspek yang dapat menentukan kemampuan membaca di
atas maka dapat disimpulkan yaitu dalam membaca terdapat beberapa
aspek diantaranya ada aspek keterampilan yang pertama bersifat
mekanis yang mencakup pengenalan bentuk huruf, pengenalan
unsur-unsur linguistic, pengenalan hubungan pola ejaandan bunyi, kecepatan
membaca ke taraf lambat, aspek keterampilan yang kedua bersifat
memahami makna, evaluasi atau penilaian, kecepatan membaca yang
fleksibel. Beberapa aspek yang menentukan dalam keterampilan
membaca yang telah di sebutkan maka diharapkan dapat membaca
dengan baik dan benar.
d. Faktor-faktor Membaca
Faktor-faktor yang dapat menentukan kemampuan membaca
menurut Tampubolon (1993: 241-143), yaitu:
1) Kompetensi kebahasan
Penguasaan bahasa secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa kata.
2) Kemampuan mata
Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien.
3) Penentuan informasi fokus
Menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai membaca pada umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca.
4) Teknik-teknik dan metode-metode membaca yaitu cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan informasi fokus yang diperlukan
5) Kebiasaan membaca
Minat dan keterampilan membaca yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya secara maksimal dalam diri sendiri.
6) Fleksibilitas membaca
Kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi baca.
Berdasarkan faktor-faktor yang dapat menentukan kemampuan
membaca di atas maka dapat disimpulkan yaitu dalam membaca
terdapat beberapa faktor di antaranya ada kompetensi kebahasan,
metode-metode, kebiasaan membaca, dan fleksibilitas membaca. Beberapa
faktor yang dapat menentukan kemampuan membaca yang telah di
sebutkan maka diharapkan dapat membaca dengan baik dan benar.
4. Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review)
Pengertian metode SQ3R menurut Tarigan (1989: 174) adalah “salah satu metode pengajaran membaca yang digunakan dalam kelas-kelas tinggi. Metode ini merupakan gabungan dari beberapa teknik pengajaran membaca, sesuai dengan butir namanya, metode ini terdiri atas lima langkah. Pada awalnya langkah yang dilakukan dalam pembelajaran metode ini adalah:
a. Survey, yaitu dengan membaca dan berpikir tentang hal-hal yang
bersifat penting seperti judul bab, pengantar ayat, paragraf penutup. Dalam hal ini siswa harus memiliki pandangan umum mengenai materi yang dipelajari. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tahapan survey adalah sekitar 5 sampai 10 menit.
b. Question, yaitu pertanyaan yang merujuk pada apa yang telah kita
lakukan pada proses survey. Fungsinya adalah agar kita terfokus pada apa yang akan kita baca.
c. Read, yaitu membaca secara menyeluruh dari awal sampai akhir. Dalam tahap ini apa yang muncul dari pertanyaan yang kita ajukan dalam diri sendiri seharusnya dapat terjawab, atau artinya tahap ini kita berusaha menjawab pertanyaan yang muncul pada tahap
question.
d. Recite, yaitu tahap menceritakan kembali terhadap isi dari cerita
yang telah dibaca berdasarkan rumusan-rumusan dari tahap pertanyaan. Kegiatan yang bisa dilakukan dalam tahap ini adalah semisal dengan membuat catatan kecil yang mencakup hal-hal penting.
e. Review, yaitu tahapan peninjauan kembali terhadap cerita yang
SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) adalah pembelajaran
dengan strategi membaca yang dapat mengembangkan hasil belajar siswa,
yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara
seksama dan cermat: Survey dengan mencermati teks cerita dan mencatat
menandai kata kunci atau hal yang menurutnya penting, Question dengan
membuat pertanyaan (mengapa, bagaimana, darimana) tentang teks cerita
yang sudah diberikan oleh guru, Read dengan membaca kembali teks cerita
dan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuatnya,
Recite dengan menceritakan kembali berdasarkan jawaban dari
masing-masing pertanyaan yang sudah dibuat, Review dengan mengulang kembali
teks cerita berdasarkan poin-poin pentingnya saja.
B. Penelitian yang Relevan
Peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya, sebelum melakukan penelitian. Peninjauan pada penelitian lain dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Peninjauan pada penelitian yang lain sangat penting dilakukan untuk mengetahui relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilaksanakan.
dilihat di setiap siklusnya, nilai rata-rata kelas siklus I menunjukan angka 62,38 kemudian pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 73,80. Sedangkan siswa yang tuntas pada siklus I berjumlah 9 siswa (42,86 %) dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 18 siswa (85,71 %). Berdasarkan hasil penelitian di atas maka teknik Survey, Question, Read, Recite, and Review (SQ3R) dapat meningkatkan hasil belajar menulis surat pribadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Sambeng Kulon Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitian menggunakan metode pembelajaran SQ3R selanjutnya dilakukan oleh Ade Gunawan (2009) yang berjudul “Penerapan metode SQ3R
dapat meningkatkan sikap mandiri dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tejasari”. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas, pada penelitian ini ditunjukan dengan metode pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan sikap mandiri dan prestasi belajar siswa. Penelitian dilakukan di kelas V SD Negeri 2 Tejasari dengan jumlah subyek penelitian 26 siswa. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, tes, angket, dan observasi. Metode analisis data dapat meningkatkan sikap mandiri dan prestasi belajar yakni dari siklus I ke siklus II sebesar 35,5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan sikap mandiri dan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 1 Tambaksari.
SQ3R dalam pembelajaran mampu meningkatkan sikap mandiri dan prestasi belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian di atas juga terdapat kesamaan metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode pembelajaran SQ3R, namun yang membedakan penelitian di atas dengan penelitian adalah tujuan penelitian, dan subjek penelitian. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar materi membaca melalui metode pembelajaran SQ3R di SD N 1 Tambaksari dan hanya menggunakan satu kelas sebagai subjek penelitian yaitu kelas V yang berjumlah 25 siswa tahun ajaran 2015/2016.
C. Kerangka Berpikir
Guru sebagai input pelaksana proses pembelajaran harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan memungkinkan kodisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Metode pembelajaran klasikal yang selama ini digunakan guru, terutama guru bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 1 Tambaksari dikembangkan dan diperkaya dengan memberikan nuansa permainan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut perlu dilakukan karena karakteristik siswa SD selalu saja masih ingin bermain walaupun dalam situasi pembelajaran.
Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir penelitian D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan adalah melalui metode pembelajaran SQ3R dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Tambaksari Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap.
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Metode pembelajaran SQ3R
Prestasi Belajar Bahasa Indonesia siswa rendah
Prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa meningkat
Siklus 1